Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

FALSAFAH DAN DOKUMENTASI LEGAL GAWAT


DARURAT SERTA STANDAR PRAKTIK GAWAT DARURAT
Mata Kuliah :
“Keperawatan Gawat Darurat”

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
DEO PRATAMA N21020008

APRILIA SRI WULANDARI N21020009

REZKI ANNISA N21020011

TIARA TILANA N21020015

LASMI PRATIKASARI N21020018

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASTADULAKO
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.
karena atas  segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi Mata Kuliah Keperawatan Gawat
Darurat. Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah
pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam
belajar. Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar pembaca dapat dengan mudah
mempelajari dan memahami tentang keperawatan gawat darurat.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil apabila dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan dalam penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang keperawatan gawat darurat.

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .........................................................................................................ii


Daftar Isi...................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Falsafa Gawat Darurat ................................................................................3-4
B. Dokumentasi Legal Gawat Darurat.............................................................5-7
C. Standar Praktik Gawat Darurat....................................................................7-9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................10
B. Saran.............................................................................................................10
Daftar Pustaka

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegawatdaruratan atau dapat pula disebut sebagai emergency adalah suatu
situasi yang mendesak yang beresiko terhadap kesehatan, kehidupan,
kesejahteraan atau lingkungan. Suatu insiden dapat menjadi suatu
kegawatdaruratan apabila merupakan suatu insiden dan mendesak atau
mengancam nyawa, kesehatan, kesejahteran ataupun lingkungan; insiden yang
sebelumnya menyebabkan hilangnya nyawa seseorang, kecacatan, merusak
kesejahteraan, ataupun merusak lingkungan; atau insiden yang memiliki
probabilitas yang tinggi untuk menyebabkan bahaya langsung ke kehidupan,
kesehatan, kesejahteraan ataupun lingkungan (Wikipedia 2015).
Kegawadaruratan medis adalah insiden cedera atau sakit yang akut dan
menimbulkan resiko langsung terhadap kehidupan atau kesehatan jangka panjang
seseorang (Caroline, 2013). Keadaan darurat tersebut memerlukan bantuan orang
lain yang idealnya memiliki kualisifikasi dalam melakukan pertolongan, hal ini
membutuhkan keterlibatan dari berbagai pelayanan multilevel, baik dari pemberi
pertolongan pertama, teknisi sampai kelayanan kesehatan gawat darurat.
Kegawatdaruratan medis merupakan keadaan harus mendapat intervensi
segera. Dalam merespon kegawatdaruratan telah dibentuk emergency medikal
service (EMS) atau di sebut pula layanan kegawatdaruratan medis. Tujuan utama
dari layanan ini adalah memberikan pengobatan kepada pasien yang
membutuhkan perawatan medis mendesak, dan tujuan menstabilkan kondisi saat
itu, dan menyediakan transpor efisien dan efektif bagi pasien menuju layanan
pengobatan definitif.
Layanan kegawatdaruratan medis di tiap-tiap negara dan daerah menyediakan
layanan yang beragam dengan metode yang beragam pula, hal ini ditentukan oleh
kebijakan pemerintah negara masing-masing dengan metode pendekatan yang
berbeda pula tergantung dari kondisi dari negara tersebut. Secara umum, semua
layanan kegawatdaruratn medis menyediakan layanan bantuan hidup dasar.
Bantuan hidup dasar merupakan suatu tindakan medis yang dilakukan pada pasien

1
dengan sakit yang mengancam nyawa atau cidera sampai pasien tersebut
mendapatkan pelayanan kesehatan penuh dirumah sakit. Pemberian BHD
bertujuan untuk menyediakan sirkulasi darah yang adekuat serta pernapasan
melalui pembebasan jalan napas (AHA 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian falsafah gawat darurat?
2. Apa yang di maksud dokumentasi legal gawat darurat?
3. Apa saja Standar praktik gawat darurat?

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Falsafah Gawat Darurat

1. Falsafah kegawatdaruratan

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu


mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman
nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang
harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian
korban (Hutabarat & Putra, 2016).

Falsafah keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat


sebagai kerangkla dalam berfikir , mengambil keputusan dan bertindak yang
diberikan kepada klien dalam rentang sehat sakit , yang memandang manusia
sebagai makhluk yang holistic , yang harus dipenuhi dalam hal kebutuhan ,
biologi psikologi, sosial, kultural dan spiritual melalui upaya asuhan keperawatan
yang komprehensif , sistematis, logis, dengan memperhatikan aspek kemanusian
bahwa setiap klien berhak mendapatkan perawatan tanpa membedakan suku,
agama, status sosial, dan ekonomi.

2. Kondisi gawat darurat

Kondisi gawat darurat dapat terjadi dimana saja, baik pre hospital maupun in
hospital ataupun post hospital, oleh karena itu tujuan dari pertolongan gawat
darurat ada tiga yaitu:

a. Pre Hospital

Rentang kondisi gawat darurat pada pre hospital dapat dilakukan orang awam
khusus ataupun petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan tindakan
penanganan berupa:

3
1) Menyingkirkan benda-benda berbahaya di tempat kejadian yang berisiko
menyebabkan jatuh korban lagi, misalnya pecahan kaca yang masih
menggantung dan lain-lain.
2) Melakukan triase atau memilih dan menentukan kondisi gawat darurat serta
memberikan pertolongan pertama sebelum petugas kesehatan yang lebih ahli
datang untuk membantu
3) Melakukan fiksasi atau stabilisasi sementara
4) Melakukan evakuasi yaitu korban dipindahkan ke tempat yang lebih aman
atau dikirim ke pelayanan kesehatan yang sesuai kondisi korban
5) Mempersiapkan masyarakat awam khusus dan petugas kesehatan melalui
pelatihan siaga terhadap bencana
b. In Hospital

Kondisi gawat darurat in hospital dilakukan tindakan menolong korban oleh


petugas kesehatan. Tujuan pertolongan di rumah sakit adalah:

1) Memberikan pertolongan profesional kepada korban bencana sesuai dengan


kondisinya
2) Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan Bantuan Hidup Lanjut (BHL)
3) Melakukan stabilisasi dan mempertahankan hemodinamika yang akurat
4) Melakukan rehabilitasi agar produktifitas korban setelah kembali ke
masyarakat setidaknya setara bila dibanding bencana menimpanya
5) Melakukan pendidikan kesehatan dan melatih korban mengenali kondisinya
dengan segala kelebihan yang dimiliki
c. Post Hospital

Kondisi gawat darurat post hospital hampir semua pihak menyatakan sudah
tidak ada lagi kondisi gawat darurat padahal kondisi gawat darurat ada yang
terjadi setelah diberikan pelayanan di rumah sakit, contohnya korban perkosa
Korban perkosa mengalami gangguan trauma psikis yang mendalam seperti,
merasa tidak berharga, harga diri rendah, sehingga mengambil jalan pintas dengan
mengakhiri hidupnya sendiri.

4
Tujuan diberikan pelayanan dalam rentang post hospital adalah:

1) Mengembalikan rasa percaya diri pada korban


2) Mengembalikan rasa harga diri yang hilang sehingga dapat tumbuh dan
berkembang
3) Meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada orang-orang terdekat dan
masyarakat yang lebih luas
4) Mengembalikan pada permanen sistem sebagai tempat kehidupan nyata
korban

Meningkatkan persepsi terhadap realitas kehidupannya pada masa yang akan


datang (Hutabarat & Putra, 2016).

B. Dokumentasi Legal Gawat Darurat

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan kepada


pasien secara tidak langsung yang pelaksanaannya mengikuti tahapan proses
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum dan moral (Akhu-Zaheya et al., 2018).
Responden menyatakan bahwa format dokumentasi asuhan keperawatan gawat
darurat berbasis SDKI, SLKI, dan SIKI yang diuji dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Format pengkajian asuhan keperawatan gawat darurat yang terdiri
format pengkajian, penulisan diagnosis, intervensi, implementasi, dan evaluasi
mudah digunakan. Lembar yang diujikan responden mengatakan banyak, namun
tidak membingungkan, responden juga mengatakan bahwa komponen-komponen
yang terdapat dalam format dokumentasi asuhan keperawatan perlu digabungkan
sesuai dengan tabel 2 dan 3.

Pelayanan kegawatdaruratan diberikan kepada pasien yang mengancam nyawa,


membahayakan diri dan lingkungannya, adanya gangguan pada jalan napas,
pernapasan, dan sirkulasi, adanya penurunan kesadaran, adanya gangguan
hemodinamik, dan adanya yang memerlukan tindakan segera (Permenkes No 47
Thn 2018 Tentang Pelayanan Kegawat Daruratan, 2018). Proses keperawatan

5
merupakan inti praktik keperawatan dan sekaligus isi pokok dokumentasi
keperawatan. Pengelompokan dokumentasi keperawatan mengikuti tahapan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
tindakan, dan evaluasi keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan
dapat dipertanggung jawabkan secara hukum dan moral (Akhu-Zaheya et al.,
2018; Bond et al., 2018).
Tujuan dokumentasi keperawatan adalah menjadi panduan atau acuan bagi
perawat dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan, memenuhi aspek
legal tanggung gugat dan tanggung jawab, meningkatkan otonomi perawat dalam
memberikan pelayanan kesehatan, memudahkan komunikasi intraprofesional dan
interprofesional, dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan (PPNI, 2017).
Pengkajian keperawatan adalah proses pengumpulan data primer dan sekunder
berfokus pada status kesehatan pasien gawat darurat di rumah sakit secara
sistematik, akurat, dan berkesinambungan untuk menetapkan masalah
kegawatdaruratan pasien dan rencana tindakan cepat, tepat, dan cermat sesuai
standar. Pengkajian secara primer dan sekunder. Pengkajian primer pada pasien
trauma meliputi airway, breathing, circulation, disability, dan exposure.
Pengkajian pada pasien non trauma meliputi meliputi airway, breathing,
circulation, defibrillation/ drugs, differential diagnosis, dan electrolyte
imbalance, dan pengkajian sekunder meliputi head to toe (McCarthy et al., 2019;
Pitcher et al., 2017).

Kekhususan pada perawatan gawat darurat sesuai standar praktik keperawatan,


bahwa perawat harus memberlakukan triase kepada setiap pasien yang masuk ke
ruang gawat darurat dan menentukan prioritas kebutuhan fisik dan psikologis
pasien.
Perawat triase harus berpengalaman praktik keperawatan umum, komunikasi
yang baik, empati dan trampil dalam melakukan pengkajian dengan cepat.
Proses Triase mencakup :

 Waktu dan datangnya alat transportasi

 Keluhan utama

6
 Pengkodean prioritas

 Penentuan pemberian perawatan kesehatan yang tepat

 Penempatan diarea pengobatan yang tepat (misal penyakit dalam atau


bedah)

 Permulaan intervensi (misal :: Pemakaian bidai, gas darah arteri, EKG dll)

 Wawancara Triase

Wawancara dan dokumentasi triase yang ideal adalah sebagai berikut

 Nama, usia, jenis kelamin dan cara kedatangan

 Keluhan utama

 Riwayat singkat (termasuk derajat intensitas, kondisi yang sama


sebelumnya,)

 Pengobatan

 Alergi

 Tanggal imunisaasi terakhir

 Tanggal periode menstruasi terakhir bagi wanita usia subur


(termasuk gravida, aborsi , jika perlu sesuai kondisi pasien)
 Pengkajian tanda vital dan berat badan

 Klasifikasi pasien dan tingkat keakutan


Salah satu standar keperawatan gawat darurat adalah mempertahankan
lingkungan yang aman bagi pasien, aman bagi dirinya sendiri, aman bagi sesama
staf dan orang lain yang ada disekitar UGD.
Perawat harus memiliki kompetensi praktik keperawatan sehingga mampu
mengimplementasikan rencana perawatan dan melakukan pendokumentasian.

7
Dokumentasi adalah sesuatu yang dituliskan dicetak ,kemudian diandalkan
sebagai catatan bukti bagi orang yang berwenang ,dan merupakan bagian dari
praktik profesional. Fungsi dari dokumetasi adalah sebagai berikut :
1. penunjang pelaksanaan mutu asuhan keperawatan.
2. sebagai bukti akuntabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang bukti
akuntabilitas tentang apa yang telah dilakukan oleh seorang perawat kepada
pasiennya.
3. bukti secara profesional legal,dn dapat dipertanggung jawabkan.

C. Standar Praktik Gawat Darurat

Standar I:

Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Pengorganisasian


pelayanan keperawatan gawat darurat di instalasi gawatdarurat (IGD) harus
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
Pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat diasarkan pada organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasiengawat darurat
dengan tujuan tercapainya mutu pelayanan IGD Rumah Sakit yangoptimal.

Standar II:

Pelaksanaan Pelayanan Keperawatan Gawat DaruratBantuan yang diberikan pada


pasien gawat darurat bertujuan untuk penyelamatan nyawa dan mencegah
kecacatan menggunakan pendekatan proseskeperawatan di IGD rumah sakit.

Standar III:

Asuhan Keperawatan Gawat DaruratAsuhan keperawatan gawat darurat adalah


rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan diberikan oleh perawat
yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di IGD rumah sakit.
Proses keperawatan terdiriatas lima langkah meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana Tindakan keperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

8
Standar III:

Asuhan Keperawatan Gawat DaruratAsuhan keperawatan gawat darurat adalah


rangkaian kegiatan praktek keperawatan kegawatdaruratan diberikan oleh perawat
yang kompeten untuk memberikan asuhan keperawatan di IGD rumah sakit.
Proses keperawatan terdiriatas lima langkah meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana tindakankeperawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.

Standar IV:

Pembinaan Pelayanan Keperawatan Gawat DaruratPembinaan pelayanan


keperawatan gawat darurat meliputi pembinaan terhadap manajemen
keperawatan, penerapan asuhan keperawatan, peningkatan pengetahuan serta
keterampilan keperawatan gawat darurat di RS secara berkesinambungan.

Standar V:

Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan Gawat DaruratPemantauan,


penilaian pelayanan keperawatan serta tindak lanjutnya yangdilakukan secara
terus menerus untuk menjaga mutu pelayanan keperawatangawat darurat.

 Kebijakan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

1.Pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis dan manajerialtenaga


keperawatan dalam pelayanan keperawatan gawat darurat rumah sakit untuk
terwujudnya kompetensi yang diperlukan di Instalasi GawatDarurat.

2. Penerapan standar pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah


sakitmemerlukan dukungan dari berbagai pihak terkait.

 Strategi Dalam Penerapan Stándar Pelayanan Keperawatan


GawatDarurat

1. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya yang adadan pengembangannya.

2. Meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial.

9
3. Meningkatkan kerjasama tim.

4. Terpenuhinya sarana, prasarana, peralatan dan Sumber Daya Manusia(SDM)


kesehatan sesuai standar.

 Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan gawat darurat.

2. Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat.

3. Adanya pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat.

4. Adanya asuhan keperawatan gawat darurat.

5. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat.

6. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan gawat darurat.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegawatdaruratan medis dapat diartikan menjadi suatu keadaan cedera atau
sakit akut yang membutuhkan intervensi segera untuk menyelamatkan nyawa atau
mencegah atau mencegah kecacatan serta rasa sakit pada pasien. Pasien gawat
darurat merupakan pasien yang memerlukan pertolongan segera dengan tepat dan
cepat untuk mencegah terjadinya kematian atau kecacatan.

Falsafah keperawatan adalah dasar pemikiran yang harus dimiliki perawat


sebagai kerangka dalam berfikir , mengambil keputusan dan bertindak yang
diberikan kepada klien dalam rentang sehat sakit , yang memandang manusia
sebagai makhluk yang holistic , yang harus dipenuhi dalam hal kebutuhan
biologi, psikologi, sosial, kultural dan spiritual melalui upaya asuhan
keperawatan yang komprehensif , sistematis, logis, dengan memperhatikan aspek
kemanusian bahwa setiap klien berhak mendapatkan perawatan tanpa
membedakan suku, agama, status sosial, dan ekonomi.

Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan kepada


pasien secara tidak langsung yang pelaksanaannya mengikuti tahapan proses
keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi keperawatan yang disusun secara sistematis, valid, dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum dan moral (Akhu-Zaheya et al., 2018).

B. Saran

Kegawatdaruratan harus cepat dan tepat serta harus dilakukan segera oleh
setiap orang yang pertama menemukan/mengetahui (orang awam, perawat, para
medis, dokter), baik didalam maupun diluar rumah sakit karena kejadian ini dapat
terjadi setiap saat dan menimpa siapa saja.

11
DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. (2010). Part 4: CPR overview: 2010 american hearth

association guidelines for cardiopulmonary resuscitation and emergency

cardiovaskular care.AHA Journals, 122 (4): 676-684

Akhu-Zaheya, L., Al-Maaitah, R., & Bany Hani, S. (2018). Quality of Nursing

Documentation: Paper-based health records versus electronic-based health

records.

Hutabarat, R. Y., & Putra, C. S. (2016). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan (1st

ed.). Bogor: IN MEDIA.

12

Anda mungkin juga menyukai