Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan
izin, rahmat dan kuasa-Nyalah saya masih diberikan kesehatan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Pelayanan Gawat Darurat”. Pada
kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak terutama kepada Dosen pengampu Mata Kuliah
Elektif yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari
apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharapa dan kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga makalah sederhana ini
dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Pekalongan, 3 September 2018

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................................1

1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 1

1.3 Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep triase .......................................................................................... 3

2.2. Konsep ABCD dan BHB .......................................................................3


BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan .............................................................................................8

3.2 Saran .......................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat dapat terjadi kapan saja, dimana saja dan
menimpa siapa saja. Orang lain, teman dekat, keluarga ataupun kita sendiri
dapat menjadi korbannya. Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat
dan tiba-tiba sehingga sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik
untuk situasi ini adalah waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk
mengantisipasinya. Harus dipikirkan satu bentuk mekanisme bantuan kepada
korban dari awal tempat kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan,
bantuan di fasilitas kesehatan sampai pasca kejadian cedera. Tercapainya
kualitas hidup penderita pada akhir bantuan harus tetap menjadi tujuan dari
seluruh rangkai pertolongan yang diberikan.
Pada Organisasi rumah sakit, Unit Gawat Darurat berperan sebagai
gerbang utama jalan masuknya penderita gawat darurat. Kemampuan suatu
fasilitas kesehatan secara keseluruhan dalam hal kualitas dan kesiapan dalam
perannya sebagai pusat rujukan penderita dari pra rumah tercermin dari
kemampuan unit ini. Standarisasi Unit Gawat Darurat saat ini menjadi salah
satu komponen penilaian penting dalam perijinan dan akreditasi suatu rumah
sakit. Penderita dari ruang UGD dapat dirujuk ke unit perawatan intensif,
ruang bedah sentral, ataupun bangsal watan. Jika dibutuhkan, penderita dapat
dirujuk ke rumah sakit lain.
Oleh karena itu, agar terwujudnya sistem pelayanan gawat darurat
secara terpadu maka dalam penerapannya harus mempersiapkan komponen-
komponen penting didalamnya seperti : Sistem Komunikasi, Pendidikan,
transportasi, pendanaan, dan Quality Control. Dan juga sebuah rumah sakit
harus mempunyai kelengkapan dan kelayakan fasilitas unit gawat darurat yang
mumpuni sesuai dengan standar pelayanan gawat darurat.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu gawat darurat?
2. Apa itu konsep trease?
3. Apa itu konsep ABCD dan BHD?

C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang gawat darurat
2. Menjelaskan tentang konsep trease
3. Menjelaskan tentang konsep CAB dan BHD
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Gawat Darurat


Gawat darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan
tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan
lebih lanjut (UU No. 44 tahun 2009 tentang RS). Kondisi gawat darurat
adalah suatu keadaan dimana seseorang secara tiba-tiba dalam keadaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan
menjadi cacat atau mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera,
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Di UGD dapat ditemukan
dokter dari berbagai spesialisasi bersama sejumlah perawat dan juga asisten
dokter. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah Instalasi pelayanan rumah sakit
yang memberikan pelayanan pertama selama 24 jam pada pasien dengan
ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan
multidisiplin ilmu. Triase adalah memilah tingkat kegawatan pasien untuk
menentukan prioritas penanganan lebih lanjut. Response Time adalah
kecepatan penanganan pasien, dihitung sejak pasien datang sampai dilakukan
penanganan.
Tujuan dari pelayanan gawat darurat ini adalah untuk memberikan
pertolongan pertama bagi pasien yang datang dan menghindari berbagai
resiko, seperti: kematian, menanggulangi korban kecelakaan, atau bencana
lainnya yang langsung membutuhkan tindakan. Beberapa tujuan lain dari
pelayanan gawat darurat adalah :
1. Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat
2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang
terjadi dalam maupun diluar rumah sakit
4. Suatu layanan UGD harus mampu memberikan pelayanan dengan kualitas
tinggi pada masyarakat dengan problem medis akut
2. Pengertian Trease
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau
menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penanganan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas
penanganan dan sumber daya yang ada. Triage adalah suatu sistem
pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya kondisi
klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat
dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan
dan memberikan intervensi secepatnya yaitu ≤ 10 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses
khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera ataupenyakit untuk
menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya
manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang
yang memerlukan perawatan di UGD setiap tahunnya. (Pusponegoro, 2010).
a. Tujuan
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi yang
mengancam nyawa. Tujuan kedua adalah untuk memprioritaskan pasien
menurut ke akutannya, untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan
yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Dengan triage tenaga
kesehatan akan mampu:
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat
kepada pasien.
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan
pengobatan lanjutan.
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
b. Fungsi triage
1. Menilai tanda-tanda dan kondisi vital dari korban.
2. menetukan kebutuhan media
3. menilai kemungkinan keselamatan terhadap korban.
4. menentukan prioritas penanganan korban.
5. memberikan pasien label warna sesuai dengan skala prioritas.

c. Prinsip dan tipe triage


Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien
berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan CAB keperawatan
seperti sirkulasi, jalan nafas dan pernapasan, serta warna kulit,
kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi
visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk
memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang
gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien
gangguan sirukulasi terganggu, jalan nafas, atau bernafas. Pasien-
pasien ini mungkin memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada
karena masalah jantung dan mereka menerima pengobatan pertama.
Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam kehidupan
diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk
mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis. (Bagus, 2007).
Menurut Brooker, 2008. Dalam prinsip triase diberlakukan system
prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman
jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.
2. Dapat mati dalam hitungan jam.
3. Trauma ringan.
4. Sudah meninggal.
Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:
1. Menilai tanda vital dan kondisi umum korban
2. Menilai kebutuhan medis
3. Menilai kemungkinan bertahan hidup
4. Menilai bantuan yang memungkinkan
5. Memprioritaskan penanganan definitive
6. Tag Warna
d. Prinsip Dalam Pelaksanaan Triase :
1. Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu
Kemampuan berespon dengan cepat terhadap kemungkinan
penyakit yang mengancam kehidupan atau injury adalah hal yang
terpenting di departemen kegawatdaruratan.
2. Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat
Ketetilian dan keakuratan adalah elemen yang terpenting
dalam proses interview.
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
Keselamatan dan perawatan pasien yang efektif hanya dapat
direncanakan bila terdapat informasi yang adekuat serta data yang
akurat.
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
Tanggung jawab utama seorang perawat triase adalah
mengkaji secara akurat seorang pasien dan menetapkan prioritas
tindakan untuk pasien tersebut. Hal tersebut termasuk intervensi
terapeutik, prosedur diagnostik dan tugas terhadap suatu tempat
yang dapat diterima untuk suatu pengobatan.
5. Tercapainya kepuasan pasien
a. Perawat triase seharusnya memenuhi semua yang ada di atas saat
menetapkan hasil secara serempak dengan pasien
b. Perawat membantu dalam menghindari keterlambatan
penanganan yang dapat menyebabkan keterpurukan status
kesehatan pada seseorang yang sakit dengan keadaan kritis.
c. Perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan
keluarga atau temannya.
e. Klasifikasi Dan Penentuan Prioritas
Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah
kondisi klien yang meliputi :
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat.
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan.
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)

Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :

KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh
dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap
lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya laserasi,fraktur
minor/tertutup,sistitis,otitis media dan lainnya.
Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya

Anda mungkin juga menyukai