Anda di halaman 1dari 20

Sama dgn PPI ?

kalo sama ok
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Sejak dahulu telah dikenal alat pelindung diri (APD) sebagai pelindung barrier, yang
berguna melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas kesehatan. Namun
saat ini, dengan adanya re-emerging disesase seperti penyakit AIDS dan hepatitis C, serta
meningkatnya kembali penyakit tuberculosis di banyak negara, pemakaian APD mempunyai
peranan penting untuk melindungi petugas. Dengan demikian, penggunaan APD
mempunyai fungsi ganda sebagai perlindungan diri pasien dan petugas kesehatan itu sendiri.
Adanya new emerging infectious disease infeksi seperti flu burung, SARS dan penyakit
infeksi lainnya, pemakaian APD yang tepat dan benar menjadi semakin penting. Sebagai
konsekuensinya,pengelola rumah sakit, penyelia dan para petugas kesehatan harus
mengetahui kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, sehingga dapat digunakan secara
efektif dan efisien untuk mencegah transmisi bakteri/bahan infeksius antar pasien-petugas.

B.Tujuan Panduan
1.Tujuan umum :
a. Menetapkan standar pemakaian APD yang memenuhi persyaratan agar dapat
menjamin pencegahan dan pengendalian HAI’s.

b. Melindungi tenaga kesehatan, pasien dan pengunjung dari penularan penyakit infeksi
atau penyakit menular yang mungkin timbul.

2.Tujuan khusus :
a. Membuat kebijakan yang mengatur tentang pemakaian APD di Rumah Sakit Umum
Daerah Koja.

b. Melaksanakan kewaspadaan standar: pemakaian APD sesuai panduan yang telah


ditetapkan Rumah Sakit Umum Daerah Koja berdasarkan Pedoman Pengendalian
Infeksi di Rumah Sakit oleh Departemen Kesehatan RI.
C.Ruang Lingkup Pelayanan
Seluruh karyawan RS, seluruh unit kerja, seluruh pasien dan pengunjung RS

D.Landasan Hukum
Depkes RI, Jakarta, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Kesiapan Menghadapai Emerging Infectious
Disease, 2007.
BAB II
DEFINISI

Alat Pelindung Diri (APD) adalahbaju/gaun atau peralatan yang digunakan oleh petugas untuk
melindungi diri petugas terhadap barang/zat yang bersifat infeksius. Barang perlengkapan APD
meliputi sarung tangan, masker, alat pelindung mata (pelindung wajah dan kacamata), topi, gaun,
apron, dan pelindung lainnya. Pelindung paling baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah
diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus dengan air atau cairan lain ( darah atau cairan
tubuh).APD yang terbuat dari bahan kertas tidak boleh digunakan ulang karena tidak ada cara
membersihkannya dengan baik. Jika tidak dapat dicuci, jangan digunakan lagi. Untuk APD

(apron dan google ) yang bersifat reuseable harus dilakukan auat diproses secara betul dan
dilakukan desinfeksi. Tujuan penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi kulit dan
anggota tubuh petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, eksreta,
permukaan kulit tidak utuh dan selaput lendir dari pasien. (Sumber: Depkes RI, Jakarta,
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya, Kesiapan Menghadapi Emerging Infectious Disease,2007, Guidance for the
selection and use of personal protective equipment in healthcare settings, CDC, 2007)
BAB III
RUANG LINGKUP ALAT PELINDUNG DIRI

A. Pengertian Alat Pelindung Diri


Alat pelindung diri (APD) digunakan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan
petugas kesehatan dari risiko pajanan penyakit infeksius. Penggunaan APD untuk
melindungi keselamatan petugas kesehatan tidak dapat dilepaskan dari program
pencegahan infeksi yang dilakukan di lingkungan RS. Alat pelindung diri yang
digunakan di lingkungan RS mencakup sarung tangan, masker, alat pelindung mata
(pelindung wajah dan kacamata), topi, gaun, apron, dan pelindung lainnya. Tujuan
penggunaan alat pelindung diri adalah untuk melindungi kulit dan anggota tubuh lainnya
petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekreta, eksreta, kulit yang
tidak utuh dan selaput lendir pasien.

B. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri


1.Sarung tangan
Berdasarkan penggunaannya, terdapat dua jenis sarung tangan, yaitu steril dan
nonsteril. Sarung tangan steril digunakan untuk melakukan tindakan yang
memerlukan keadaan asepsis atau steril seperti tindakan bedah atau yang melakukan
kontak bagian tubuh pasien yang bersifat steril. Sarung tangan non-steril digunakan
untuk perawatan rutin pasien dan dapat terbuat dari bahan latex, nitril atau vinyl.
Selama perawatan pasien, transmisi mikroorganisme infeksius dapat dikurangi
dengan menggunakan prinsip kerja mulai dari area bersih ke area yang kotor.
Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan tindakan mencucu tangan atau
pemakain antiseptic yang digosokkan pada tangan.

a.Tujuan penggunaan sarung tangan


Sarung tangan digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dan pasien dari
kemungkinan paparan bahan infeksius yang mungkin melekat/terbawa oleh
tangan. Sarung tangan merupakan penghalang (barrier) fisik paling penting untuk
mencegah penyebaran infeksi. Sarung tangan harus diganti antar kontak dengan
satu pasien ke pasien lainnya, untuk menghindari kontaminasi silang.
1) Waktu pemakaian sarung tangan
Ada kemungkinan kontak tangan dengan darah atau cairan tubuh lain,
membran mukosa atau kulit yang terlepas/tidak utuh, atau bahan infeksius
lainnya.

2) Menangani bahan-bahan bekas pakai yang telah terkontaminasi atau


menyentuh permukaan yang tercemar

3) Melakukan prosedur medis yang bersifat invasif, misalnya menusukkan


sesuatu ke dalam tubuh atau bagian tubuh pasien.

4) Menerapkan kewaspadaan berdasarkan penularan melalui kontak (yang


diperlukan pada kasus penyakit menular melalui kontak yang telah diketahui
atau dicurigai) atau terinfeksi patogen seperti Vancomycin Resistence
Enterococcus, Methicillin Resistence Staphylococcus aureus, dan Respiratory
Syncycial Virus. Pada keadaan tersebut, petugas kesehatan harus
menggunakan sarung tangan ketika memasuki ruangan pasien dan harus
melepaskan sarung tangan tersebut sebelum meninggalkan ruangan, mencuci
tangan dengan air dan sabun atau dengan handrub berbasis alkohol.

b. Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian sarung tangan


1) Gunakan sarung tangan dengan ukuran yang sesuai, khususnya untuk sarung
tangan bedah. Sarung tangan yang tidak sesuai dengan ukuran tangan dapat
mengganggu keterampilan dan mudah robek

2) Jaga agar kuku selalu pendek untuk menurunkan risiko sarung tangan robek.
3) Tarik sarung tangan ke atas manset gaun (jika Anda memakainya) untuk
melindungi pergelangan tangan

4) Gunakan pelembab yang larut dalam air (tidak mengandung lemak) untuk
mencegah kulit tangan kering/berkerut

5) Jangan gunakan lotion atau krim berbasis minyak, karena akan merusak
sarung tangan bedah maupun sarung tangan periksa dari lateks

6) Jangan menggunakan cairan pelembab yang mengandung parfum karena


dapat menyebabkan iritasi pada kulit
7) Jangan menyimpan sarung tangan di tempat dengan suhu yang terlalu panas
atau terlalu dingin, misalnya di bawah sinar matahari langsung, di dekat
pemanas, AC, cahaya ultraviolet, cahaya fluoresen atau mesin rontgen, karena
dapat merusak bahan sarung tangan sehingga mengurangi efektifitasnya
sebagai pelindung.

8) Apabila sarung tangan digunakan dengan APD lainnya maka sarung tangan
harus yang paling terakhir dilepas.

c. Waktu penggantian sarung tangan


1) Sarung tangan harus diganti pada saat merawat pasien yang berbeda untuk
menghindari kemungkinan kontaminasi silang.

2) Bila setelah berinteraksi dengan pasien harus memegang keyboard computer,


atau peralatan lainnya yang dapat berpindah dari satu ruang rawat pasien ke
ruang lainnya.

3) Setelah penggunaan sarung tangan yang terkontak dengan cairan tubuh harus
dibuang pada sampah infeksius.

2.Masker
Masker dapat digunakan bersamaan dengan pelindung mata untuk melindungi mulut,
hidung dan mata atau menggunakan 1 jenis APD yaitu pelindung wajah sebagai ganti
menggunakan 2 jenis APD seperti masker dan pelindung mata. Membran mukosa
dari mulut, hidung dan mata merupakan daerah yang rentan sebagai port d’ entrée
dari patogen infeksius. Berdasarkan kegunaannya, terdapat 2 jenis masker yaitu
masker untuk tindakan bedah yang bersifat tahan air (fluid–resistant) dan masker
untuk melakukan tindakan perawatan rutin atau isolasi.

a.Tujuan

1) Untuk menahan cipratan yang keluar ketika petugas kesehatan berbicara,


batuk atau bersin

2) Untuk mencegah terhirupnya percikan darah atau cairan tubuh lainnya dari
pasien melalui hidung atau mulut petugas kesehatan.

3) Untuk mengurangi penyebaran sekret respiratorius yang infeksius dari


penderita batuk kepada orang lainnya (etika batuk).
Masker dengan efisiensi tinggi: N95
Tujuannya melindungi dari partikel dengan ukuran ≤ 5 mikron yang dibawa oleh
udara, misalnya pada kasus flu burung atau SARS.
b. Waktu pemakaian masker
1) Bila melakukan tindakan prosedur bedah
2) Pada perawatan pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita penyakit
menular melalui udara atau droplet. Masker yang digunakan harus dapat
mencegah partikel mencapai membran mukosa dari petugas kesehatan.

3) Pada saat petugas kesehatan mengalami tanda dan gejala gangguan saluran
pernapasan, seperti batuk (etika batuk)

4) Masker dengan efisiensi tinggi: N95


Ketika sedang merawat pasien yang telah diketahui atau dicurigai menderita
penyakit menular melalui airborne maupun droplet, seperti flu burung atau
SARS.

c. Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian Masker Efisiensi Tinggi


1) Petugas kesehatan harus memeriksa sisi masker yang menempel pada wajah
untuk melihat apakah lapisan utuh dan tidak cacat. Jika bahan penyaring rusak
atau kotor, masker sudah tidak dapat digunakan dan harus dibuang. Selain itu,
masker yang robek, terkikis, terpotong atau, terlipat pada sisi dalam masker,
juga tidak dapat digunakan.

2) Petugas kesehatan harus memeriksa tali-tali masker untuk memastikan tidak


terpotong atau rusak. Tali harus menempel dengan baik di semua titik
sambungan

3) Memastikan bahwa klip hidung yang terbuat dari logam (jika ada) berada
pada tempatnya dan berfungsi dengan baik. Klip hidung tersebut tidak boleh
dipencet/dijepit, karena akan menyebabkan kebocoran. Klip hidung harus
diletakkan di atas hidung setelah memasang masker, menggunakan kedua
telunjuk dengan cara menekan dan menyusuri bagian atas masker.
3. Alat pelindung mata
a. Tujuan
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain dengan cara
melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata (goggles) plastik bening,
kacamata pengaman, pelindung wajah dan plastik.
b. Waktu pemakaian alat pelindung mata
Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan
cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah,
petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa
serta masker.

4. Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan kulit dan
rambut tidak masuk ke dalam luka selama pembedahan. Topi harus cukup besar
untuk menutup semua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot.

5. Gaun pelindung
Pada prinsipnya terdapat dua macam gaun, yaitu steril dan non steril. Gaun steril
biasanya dipakai oleh ahli bedah dan para asistennya di Kamar Bedah saat melakukan
pembedahan, sedangkan gaun non-steril dipakai di berbagai unit berisiko tinggi,
misalnya oleh pengunjung kamar bersalin, ruang pemulihan di Kamar Bedah, dan
ICU. Gaun dapat dibuat dari bahan yang dapat dicuci dan dipakai ulang (kain), tetapi
dapat juga dibuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat dipakai sekali saja
(disposable). a.Tujuan

Digunakan untuk menutupi atau mengganti pakaian biasa atau seragam saat
merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular melalui
droplet/airborne. Pemakaian gaun pelindung adalah untuk melindungi baju dan
kulit petugas kesehatan dari sekresi respirasi.
b. Waktu pemakaian gaun pelindung
Ketika merawat pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit menular,
petugas kesehatan harus mengenakan gaun pelindung setiap memasuki ruangan
untuk merawat pasien karena ada kemungkinan terpercik atau tersemprot darah,
cairan tubuh, sekresi, atau ekskresi.

c. Hal yang harus diperhatikan pada pemakaian gaun pelindung


Pangkal sarung tangan harus menutupi ujung lengan gaun sepenuhnya. Lepaskan
gaun sebelum meninggalkan area pasien. Setelah gaun dilepas, pastikan bahwa
pakaian dan kulit tidak kontak dengan bagian yang potensial tercemar, lalu cuci
tangan segera untuk mencegah berpindahnya organisme.

6. Apron
Merupakan penghalang tahan air untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas
kesehatan. Petugas kesehatan harus mengenakan apron di bawah gaun penutup ketika
melakukan perawatan langsung pada pasien, membersihkan pasien, atau melakukan
prosedur dimana ada risiko tumpahan darah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting
jika gaun pelindung tidak tahan air. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien
mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.

7. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda tajam atau benda berat
yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas kaki. Oleh karena itu, sandal, atau
sepatu yang terbuat dari bahan lunak (kain) tidak boleh dikenakan. Sepatu boot karet
atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga
tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan tubuh lain.
BAB IV
TATA LAKSANA
PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

A.Pemakaian alat pelindung diri di unit pelayanan kesehatan


1. Sarung tangan
Terdapat 2 jenis sarung tangan yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja
yaitu sarung tangan bersih dan sarung tangan steril. Sarung tangan bersih dan sarung
tangan steril yang digunakan tergolong single-use, yaitu harus langsung dibuang dan
tidak diperkenankan untuk didaur ulang melalui proses dekontaminasi atau desinfeksi
tingkat tinggi (DTT) untuk digunakan kembali.

2. Apron/Jas
Apron/Gaun pelindung disediakan di ruangan: Kamar Bedah, Kamar Bersalin, IGD, UPI,
dan Rawat Inap. Apron digolongkan sebagai barang single-use sedangkan gaun pelindung
digolongkan sebagai barang re-use. Setelah selesai dipakai, maka pengelolaan gaun
pelindung sesuai prosedur pengelolaan linen kotor. Semua apron yang dipakai pasca
persalinan dianggap terkontaminasi cairan tubuh pasien. Apron habis pakai harus dibuang
di sampah medis/sampah infeksius.

3. Masker
Masker yang digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja adalah masker bedah.
Masker bedah disediakan di ruangan-ruangan: Kamar Bedah, Kamar Bersalin, IGD, UPI,
dan Rawat Inap. Masker bedah digolongkan sebagai barang single-use. Setelah dipakai
masker langsung dibuang ke tempat sampah medis/infeksius. Khusus untuk
respirator/masker N95 digunakan pada kasus-kasus penyakit menular, seperti flu burung
atau SARS.

4. Goggle (alat pelindung mata)


Goggle/kacamata/face shield disediakan di Kamar Bedah, Kamar Bersalin, IGD, ICU,
HCU. Goggle digolongkan sebagai barang re-use. Semua goggle yang telah
terkontaminasi cairan tubuh pasien, dibersihkan dengan desinfektan kemudian dibilas
dengan air mengalir, dicuci dengan deterjen dan dikeringkan dalam suhu ruangan.
5. Pelindung kaki
Pelindung kaki disediakan di Kamar Bedah, Kamar Bersalin, IGD. Pelindung kaki yang
digunakan di Rumah Sakit Umum Daerah Koja adalah sepatu boot. Sepatu boot tidak
dapat dibawa keluar ruangan tempatnya disimpan/disediakan. Setelah dipakai, maka
tergantung tingkat kontaminasinya, bila masih bersih dan tidak terkontaminasi cairan
tubuh dapat langsung disimpan kembali. Bila sedikit kotor dan tidak terkontaminasi
cairan tubuh dapat dicuci dengan detergen. Bila terkontaminasi cairan tubuh maka sepatu
boot harus dibersihkan dengan desinfektan, lalu dicuci dengan deterjen, dan dikeringkan
dalam suhu ruangan.

6. Penutup kepala/topi
Penutup kepala disediakan di Kamar Bedah, IGD, Kamar Bersalin. Penutup kepala ada
yang terbuat dari kain dan dapat di re-use dan ada yang disposible/single-use.

B.Pemilihan alat pelindung diri sesuai jenis pajanan


Jenis pajanan Penjelasan Pilihan alat pelindung
diri

Kontak • Bersentuhan dengan • Sarung tangan


pasien ( kulit, cairan • Mungkin perlu
tubuh pasien dan alat-alat apron atau gaun
pelindung
sekitar pasien yang
terinfeksi )

Droplet • Penyebaran bakteri •Masker


melalui udara, seperti
percikan air ludah

Airbone • Penyebaran bakteri •Masker


melalui udara, seperti
partikel dari pernapasan
C.Jenis, tata cara penyimpanan, dan tempat pembuangan alat pelindung diri
1. Sarung tangan
Sarung bersih dan sarung tangan steril bersifat disposable/sekali pakai. Sesudah dipakai
untuk melakukan suatu prosedur maka sarung tangan jenis ini harus dibuang di tempat
sampah medis. Sedangkan untuk sarung tangan karet/rumah tangan setelah dibersihkan
maka harus disimpan dalam tempat khusus menyimpan alat pelindung diri

2. Apron/Jas
Apron yang terbuat dari plastik bersifat disposable/sekali pakai. Sesudah dipakai harus
dibuang di tempat sampah medis. Sedangkan jas/gaun pelindung sesudah dipakai wajib
dikirim dan dibersihkan ke laundry/outsourching.

3. Masker
Masker bedah merupakan alat pelindung diri yang bersifat disposable/sekali pakai.
Sesudah dipakai harus dibuang di tempat sampah medis.
4. Goggle (alat pelindung mata)
Goggle merupakan alat pelindung diri yang bersifat dipakai berulang. Setelah dipakai
maka harus dibersihkan dan disimpan di tempat penyimpanan alat pelindung diri.

5. Penutup kepala/topi
Penutup kepala/topi ada 2 jenis, diantaranya ada yang bersifat disposable/sekali pakai dan
ada pula yang bersifat dipakai berulang. Untuk yang bersifat disposable/sekali pakai,
maka setelah dipakai dibuang di sampah medis sedangkan yang terbuat dari kain dapat
dicuci ulang di laundry/outsourching.

6. Pelindung kaki
Pelindung kaki/sepatu boot merupakan alat pelindung diri yang dipakai berulang. Setelah
dipakai pelindung kaki/sepatu boot dicuci dan disimpan di tempat penyimpanan alat
pelindung diri.
D.Bagaimana mengenakan, menggunakan dan melepas APD
1.Urutan mengenakan alat pelindung diri
a. Pelindung kaki
Sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup memberikan lebih banyak perlindungan,
tetapiharus dijaga tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan cairan
tubuh lain.

b. Apron/gaun pelindung
• Pilih apron/gaun pelindung sesuai dengan tipe dan ukuran
• Buka bagian belakang apron/gaun pelindung
• Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut,lengan hingga bagian
pergelangan tangan dan selebungkan ke belakang punggung

• Ikat dibagian belakang leher dan pinggang


Cara menggunakan gaun pelindung untuk orang lain
1) Ambil jarak yang cukup dengan pemakai gaun
2) Pakaikan kedua lengannya sekaligus
3) Orang ketiga mengkancingkan bagian belakang

c. Topi
d. Masker
• Pasangkan masker menutupi hidung, mulut sampai dagu
• Eratkan tali atau karet elastic pada bagian tengah kepala dan leher
• Paskan klip hidung dan logam fleksibel pada batang hidung
• Periksa ulang pengepasan masker
e. Kacamata atau pelindung wajah
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas

f. Sarung tangan
Pilih sesuai tipe dan ukuran, tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun
isolasi.

Cara menggunakan sarung tangan steril


1) Menjumput sarung tangan pada bagian yang terlipat keluar
2) Usahakan memakainya tanpa menyinggung kulit
Cara memakai sarung tangan steril bila pemakai mengenakan gaun bedah
1) Tangan masih berada di dalam lengan gaun bedah saat menjumput ujung sarung
tangan yang terlipat keluar

2) Dengan dibantu tangan lain yang masih berada di dalam lengan gaun, pakai sarung
tangan yang satu

3) Dengan tangan bersarung, memakai sarung tangan yang lain


2. Urutan mengenakan alat pelindung diri pada isolasi ketat
a. Sepatu boot
b. Masker respirator
c. Topi
d. Gaun/apron
e. Sarung tangan I
f. Goggle/face shield
g. Sarung tangan II
h. Masker bedah
3. Cara Melepas APD
a.Cara melepaskan sarung tangan
1) Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan lainnya, lepaskan
2) Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan menggunakan tangan yang masih
memakai sarung tangan

3) Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung tangan di bawah sarung
tangan yang belum dilepas di pergelangan tangan

4) Lepaskan sarung tangan di atas sarung tangan pertama


5) Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius

b. Kacamata atau pelindug wajah

1) Ingatkan bahwa luar kacamata atau elindung wajah telah terkontaminasi


2) Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kacamata
3) Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses ulang atau dalam
tempat sampah

c.Cara melepaskan gaun pelindung


1) Ingatkan bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun pelindung telah
terkontaminasi

2) Lepas tali
3) Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam gaun pelindung
saja

4) Balik gaun pelindung


5) Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah yang telah
disediakan untuk diproses ulang atau buang di tempat samah infeksius

d. Masker

1) Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi


2) Ingat selalu untuk membuka sarung tangan lebih dahulu (jika
memakai) dan cuci tangan, untuk mencegah kontaminasi
dari tangan ke muka 3)Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian
tali atau karet bagian atas

4) Buang ke tempat sampah infeksius

E.Pemakaian alat pelindung diri di unit gizi


Alat pelindung diri yang digunakan di unit gizi berindikasi untuk melindungi makanan dari
kontak petugas, diantaranya kontak dengan makanan, kontak droplet saat akan
berbicara/batuk, serpihan kulit dan rambut, dan kontaminasi pakaian saat akan mengolah
makanan. Alat pelindung diri yang dipakai antara lain:

1. Sarung tangan bersih


Sarung tangan bersih digunakan ketika akan melakukan penataan makanan
2. Hairnet
Digunakan ketika akan menata dan menyiapkan makanan
3. Celemek
Digunakan ketika akan menata dan menyiapkan makanan oleh koki
4. Masker
Digunakan saat menata makanan
Alat pelindung diri tersebut wajib digunakan selama kegiatan tersebut di atas berlangsung.
Apabila petugas gizi keluar dari area dapur atau setelah melakukan kegiatan di atas, maka
wajib melepaskan alat pelindung diri yang dipakainya.

F.Pemakaian alat pelindung diri di radiologi


Alat pelindung diri yang digunakan di radiologi berindikasi untuk melindungi petugas
terhadap barang/zat yang bersifat infeksius. Pemilihan alat pelindung diri di radiologi
disesuaikan dengan jenis pajanan/paparan. Sarung tangan disposable harus dikenakan
oleh karyawan bila terjadi sentuhan sekresi dan ekskresi (darah, urine, feces, sputum/ludah),
bila melakukan test diagnostik tertentu seperti barium enema, mungkin didalamnya terdapat
kontaminasi berasal dari zat-zat fecal/kotoran manusia. Apron timbal yang digunakan dapat
dibersihkan dengan lap biasa atau bila terkena percikan darah/cairan tubuh dapat
dibersihkan/dilap dengan cairan desinfektans berbahan dasar klorin.

G.Pemakaian alat pelindung diri di laboratorium


APD dapat berkisar dari yang sederhana hingga relatif lengkap, seperti baju yang menutup
seluruh tubuh pemakai yang dilengkapi dengan masker khusus dan alat bantu pernapasan
yang dikenakan saat menangani tumpahan bahan kimia yang sangat berbahaya. Baju yang
dikenakan selama bekerja di laboratorium, yang dikenal dengan sebutan jas laboratorium ini,
merupakan suatu perlengkapan yang wajib dikenakan sebelum memasuki laboratorium. Jas
laboratorium tsb terbuat dari katun dan bahan sintetik. Kontak pada kulit tangan merupakan
permasalahan yang sangat penting apabila terpapar bahan kimia yang korosif, beracun, dan
infeksius. Sarung tangan disposable harus dikenakan oleh karyawan bila terjadi sentuhan
sekresi dan ekskresi (darah, urine,feces, sputum/ludah).

H.Pemakaian alat pelindung diri di ruang isolasi


Alat pelindung diri yang digunakan di ruang isolasi disesuaikan dengan jenis transmisi
penyakit. Alat pelindung diri yang diperlukan ditempatkan di ruang antara ruangan isolasi.
Semua alat pelindung diri wajib dipakai di ruang antara sebelum memasuki kamar pasien
dan wajib dilepas di ruang antara dan dibuang di tempat sampah infeksius. Jenis alat
pelindung diri yang ada di ruang isolasi antara lain sarung tangan, masker, apron/baju
isolasi,dll.

I. Kebersihan pernapasan dan etika batuk


Untuk mencegah transmisi semua ISPA (termasuk influenza, pasien dengan demam/gejala
saluran napas) harus ditangani sesuai dengan kebersihan pernapasan dan etika batuk,
meliputi:

1. Menutup mulut dan hidung/menggunakan masker bila batuk atau bersin


2. Menggunakan tissue, buang bila terkena sekret saluran napas ke dalam tempat sampah
medis (plastik warna kuning)

3. Lakukan cuci tangan dengan sabun atau antiseptik dan air mengalir, alkohol handrub
setelah kontak dengan sekret saluran napas, benda/bahan terkontaminasi

4. Jaga jarak terhadap orang dengan gejala ISPA dengan demam


BAB V
PENUTUP

Pencegahan dan pengendalian infeksi di Rumah Sakit (PPI-RS) marupakan suatu kegiatan yang
sangat penting dan salah satu faktor yang mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan
dan erat kaitannya dengan citra rumah sakit. Oleh sebab itu pencegahan dan pengendalian infeksi
perlu diperhatikan.

Salah satu upaya untuk menekan kejadian Health care Associated Infections (HAI’s) adalah
dengan menerapkan kewaspadaan standar yang baik, diantaranya dengan pemakaian APD yang
tepat. Agar menjadi efektif, APD harus digunakan secara benar. Misalnya, penggunaan gaun
pelindung dan duk berlubang telah terbukti dapat mencegah infeksi luka hanya bila dalam
keadaan yang kering. Sedangkan dalam keadaan basah, kain beraksi sebagai spons yang menarik
bakteri dari kulit atau peralatan melalui bahan kain sehingga dapat mengkontaminasi luka
operasi. Sebagai konsekuensinya, pengelola rumah sakit dan para petugas kesehatan harus
mengetahui tidak hanya kegunaan dan keterbatasan dari APD tertentu, tetapi juga peran APD
sesungguhnya dalam mencegah penyakit infeksi sehingga dapat digunakan secara efektif dan
efisien. Dengan memperhatikan secara seksama dan menerapkan teknik-teknik pemakaian APD
secara tepat, maka risiko terjadinya HAI’s dapat diturunkan secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Spesialistik, Pedoman


Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit, 2001.

2. Depkes RI, Jakarta, Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya, Kesiapan Menghadapai Emerging Infectious
Disease,2007.

3. Materi Pelatihan Kursus Dasar Pengendalian Infeksi Nosokomial, 2010


4. Buku Manual Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit, 2001
5. Guidance for the selection and use of personal protective equipment in healthcare settings,
CDC, 2007

Anda mungkin juga menyukai