Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Dosen Pengampu : dr. Eko Priyono

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Kritis

Disusun oleh :

Isnaeni Mukharomah (108115001)

Merry Indah Pratiwi (108115002)

Kukuh Dwi Setiaji (108115003)

Aditya Wahyu Kurniawan (108115004)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TINGKAT IV A

STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN 2018/2019
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ............................................................................................ 4
B. Tujuan .................................................................................................. 4
C. Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan .................................... 5
D. Penanggulangan Trauma Secara Umum ............................................. 5
E. Instalasi Gawat Darurat ....................................................................... 6
F. Prinsip-Prinsip Penanggulangan Korban Gawat Darurat .................... 7
G. Pelayanan Gawat Darurat .................................................................... 8
H. Pre Hospital Triage .............................................................................. 11
I. In Hosital Triage .................................................................................. 11
J. Perawatan Kritis .................................................................................. 12
K. Dokumentasi dalam Pelayanan Gawat Darurat ................................... 16
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18


KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Alhamdulilah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


berkat rahmat, ridho dan hidayah dari-Nya sehingga pada hari ini kami dapat
menyelesaikan makalah kami. Tak lupa sholawat beriring salam kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita semua ke jaman yang
terang benderang seperti sekarang.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari betul bahwa memang makalah ini belum sempurna


seutuhnya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
guna pebaikan di masa yang akan datang.

Terakhir pesan dari kami semoga makalah ini dapat dipahami dan
selanjutnya dapat di manfaatkan di bidang pendidikan dan dunia kerja, serta
bermanfaat untuk pembangunan kesehatan bangsa ini.

Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Cilacap, 27 September 2018


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana
seseorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak
mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya
atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang
sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang
mengalami henti napas, henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan,
cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan, dan korban
bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena
terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana
alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
kematian utama daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ).
Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto
(2007), keadaan gawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan
respon dari pasien, keluarga pasien, atau siapa pun yang berpendapat
pentingnya membawa pasien ke rumah sakit untuk diberi
perhatian/tindakan medis dengan segera. Kondisi yang demikian berlanjut
hingga adanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang
profesional bahwa pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak
dalam kondisi mengancam jiwa. Penderita gawat darurat adalah penderita
yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan
anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat,
kehilangan organ tubuh atau meninggal (Sudjito, 2007).
Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara cepat dan
bersifat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita
luka atau terserang penyakit mendadak. Pertolongan ini menggunakan
fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu dan tempat yang
dibutuhkan. Tujuan yang penting dari pertolongan pertama adalah
memberikan perawatan yang akan menguntungkan pada orang-orang
tersebut sebagai persiapan terhadap penanganan lebih lanjut (Skeet, 1995).
Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan bersifat cepat dan perlu
tindakan yang cepat, serta perlu pemikiran kritias yang tinggi. Perawat gawat
darurat harus mengkaji pasien dengan cepat dan merencanakan intervensi
sembari berkolaborasi dengan dokter gawatdarurat dan harus
mengimplementasikan rencana pengobatan. Mengevaluasi evektivitas
pengobatan dan merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sempit.
Hal tersebut merupakan tantangan bagi perawat yang juga harus membuat
catatan perawatan yang akurat melalaui pendokumentasian.
Untuk itu dapat di lihat bagaimana pentingnya pengetahuan
mahasiwa sebagai seorang calon tenaga kesehatan dalam melakukan
penatalaksaan awal kegawatdaruratan yang sering ditemukan kasusnya
dalam melaksanakan tugas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing)?
2. Apa tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing)?
3. Bagaimana Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan?
4. Bagaimana cara Penanganan Trauma Secara Umum?
5. Apa pengertian dari Instalasi Gawat Darurat?
6. Bagaimana Prinsip-prinsip penanggulangan korban gawat darurat?
7. Apa pengertian dari Pelayanan Gawat Darurat?
8. Apa pengertian dari itu Pre-Hospital Triage?
9. Apa pengertian dari itu in-Hospital Triage?
10. Apa pengertian dari Perawatan Kritis?
11. Bagaimana cara Dokumentasi Dalam Pelayanan Gawat Darurat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Keperawatan Gawat Darurat (Emergency
Nursing)
2. Untuk mengetahui tujuan Keperawatan Gawat Darurat (Emergency
Nursing)
3. Untuk mengetahui Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan
4. Untuk mengetahui Penanganan Trauma Secara Umum
5. Untuk mengetahui apa itu Instalasi Gawat Darurat
6. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip penanggulangan korban gawat darurat
7. Untuk mengetahui apa itu Pelayanan Gawat Darurat
8. Untuk mengetahui apa itu Pre-Hospital Triage
9. Untuk mengetahui apa itu In-Hospital Triage
10. Untuk mengetahui apa itu Perawatan Kritis
11. Untuk mengetahui Dokumentasi Dalam Pelayanan Gawat Darurat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injury akut
atau sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis, perawat
gawat darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk
menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan
mulisistem, keracunan dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya. (Iyer,
P. 2004).
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal
bagi penderita. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di
rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan,
sesuai dengan standar.
UU RI NO 44 tentang RS Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien
yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut.
B. Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn
masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
C. Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan

Orang awam Polisi IGD ICU Bangsal

Korban

Pra RS Ambulan gadar RS meninggal URM meninggal

D. Penanganan Trauma Secara Umum


1. Definisi Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut
digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami
seseorang. Para psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi
berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan
meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi
disebut post-traumatic syndrome disorder. Trauma adalah cedera fisik atau
emosional. Secara medis, “trauma” mengacu pada cedera serius atau kritis,
luka, atau syok. Dalam psikiatri, “trauma” memiliki makna yang berbeda
dan mengacu pada pengalaman emosional yang menyakitkan,
menyedihkan, atau mengejutkan, yang sering menghasilkan efek mental
dan fisik berkelanjutan gangguan pada jiwa yang timbul akibat peristiwa
traumatik. Peristiwa traumatik bisa sekali dialami, bertahan dalam jangka
lama, atau berulang-ulang dialami oleh penderita. Peristiwa tersebut
mengalahkan individu untuk mengatasi dan mengintegrasikan ide-ide dan
emosinya. (Wijaya, S. 2010).
Trauma adalah luka atau cedera pada jaringan. Trauma atau yang
disebut injury atau wound, dapat juga diartikan sebagai kerusakan atau
luka yang disebabkan oleh tindakan-tindakan fisik dengan terputusnya
kontinuitas normal suatu struktur. Trauma juga diartikan sebagai kejadian
yang tidak terduga karena kontak yang keras dengan suatu benda.
2. Penyebab Trauma
Cedera traumatis dapat disebabkan oleh banyak hal. Beberapa
penyebab yang paling umum adalah:
a. Terjatuh
b. Kecelakaan
c. Trauma akibat benda tumpul pada kepala atau bagian tubuh lainnya
d. Luka bakar
e. Luka tusuk
Apabila mengalami cedera yang parah, organ tubuh biasanya akan
berhenti bekerja. Hal ini merupakan mekanisme alami tubuh untuk
melindungi organ tersebut. Tubuh berusaha untuk menyimpan sebanyak
mungkin energi untuk proses penyembuhan. Namun, adanya faktor lain
seperti pendarahan dapat mempersulit proses pemulihan, sehingga harus
segera diberikan pertolongan medis.

E. Instalasi Gawat Darurat


Triage diambil dari bahasa perancis “ trier” artinya “ mengelompokkkan
“ atau memilih. Triage dikembangkan dimedan pertempuran, dimana memilih
korban untuk memberikan pertolongan medis. Dahulunya Konsep ini
dikembangkan keadaan bencana. Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari
tahun 1950- 1960 karena 2 alasan yaitu tingginya kunjungan dan banyak nya
penggunakan sarana dan prasaraa untuk keadaan nonurgen. Triage yaitu satu
sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk menentukan tingkat kegawatan dan
prioritas pasien. Triage tidak mudah atau simple, triage yang sebenarnya
sangat komplek, comprehensif dan kontroversial, penilaian awal korban
cedera atau kritis merupakan tugas yang menantang, dan tiap menit bisa
berati hidup atau mati.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien
berdasarkan berat ringannyakondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi secepatnya
yaitu ≤ 10 menit. (Oman, Kathleen S. 2008).
1) Tujuan triage
a. Menstabilkan pasien, mengidentifikasi cedera/ kelainan pengancam
jiwa dan untuk memulai tindakan Mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa. Penilaian awal adalah sesuai.
b. Memprioritaskan pasien menurut keakutannya. Melakukan tindakan
sesuai serta untuk mengatur kecepatan dan efsiensi tindakan definitif
atau transfer ke fasilitas sesuai.
F. Prinsip-prinsip penanggulangan korban gawat darurat
Prinsip utama adalah memberikan pertolongan pertama pada korban.
Pertolongan pertama adalah pertolongan yang diberikan saat kejadian atau
bencana terjadi ditempat kejadian.
1) Tujuan pertolongan pertama :
1. Menyelamatkan kehidupan.
2. Mencegah kesakitan makin parah.
3. Meningkatkan pemulihan
2) Tindakan prioritas penolong :
1. Ambil alih situasi
2. Minta bantuan pada orang sekitar
3. Kaji bahaya lingkungan.
4. Yakinkan area aman bagi penolong dan korban.
5. Kaji korban secara cepat untuk masalah yang mengancam
kehidupan.
6. Berikan pertolongan pertama untuk kondisi yang mengancam
kehidupan.
7. Kirim seseorang untu memanggil polisi dan ambulan
3) Sikap penolong :
1. Jangan panic
2. Bersikap tenang
3. Cekatan dalam melakukan tindakan
4. Jangan terburu-buru memindahkan korban dari tempat kejadian
sebelum dipastikan sarana angkutan yang memadai

G. Pelayanan Gawat Darurat


Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan yang
diberikan oleh perawat yang kompeten untuk memberikan asuhan
keperawatan diruang gawat darurat
1) Peran dan fungsi perawat gawat darurat
Peran dan tanggung jawab sebagai “First Responder” First
Responder/Orang yang merespon pertama kali adalah orang yang terlatih
secara medis yang datang pertama kali ke lokasi kejadian gawat darurat.
a. Pra Rumah Sakit
1) Segera merespon untuk datang ke lokasi kejadian
2) Melindungi diri sendiri
3) Melindungi pasien dan lokasi dari kemungkinan bahaya lebih
lanjut
4) Memanggil bantuan yang tepat (pemadam kebakaran, tim SAR,
polisi, dll)
5) Lakukan pengkajian terhadap pasien
6) Lakukan perawatan dan tindakan emergency yang dibutuhkan
7) Pindahkan pasien jika diperlukan
8) Dokumentasikan hal-hal yang telah dilakukan
b. Dalam Rumah Sakit
1) Peran perawat melakukan triase mengkaji dan menetapkan
prioritas dalam spektrum yang lebih luas terhadap kondisi klinis
pada berbagai keadaan yang bersifat mendadak mulai dari
ancaman nyawa sampai kondisi kronis.Perawat yang melakukan
triase adalah perawat yang telah mempunyai kualifikasi spesialis
keperawatan gawat darurat dengan adanya kebijakan pimpinan
rumah sakit.
2) Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap
individu-individu dari semua umur dan berbagai kondisi.
3) mengatur waktu secara efisien walaupun informasi terbatas.
4) Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien dan
keluarganya.
5) Memfasilitasi dukungan spiritual.
6) Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostik dan
memberikan pelayanan secara multi displin.
7) Mengkomunikasikan informasi tentang pelayanan yang telah dan
akan diberikan serta untuk kebutuhan tindak lanjut.
8) Mendokumentasi pelayanan yang diberikan.
2) Tipe Triage Di Rumah Sakit
a. Tipe 1 :Traffic Director or Non Nurse
1) Hampir sebagian besar berdasarkan system triage.
2) Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah.
3) Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa
sakitnya.
4) Tidak ada dokumentasie.
5) Tidak menggunakan protocol.
b. Tipe 2 : Cek Triage Cepat
1) Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat
beregristrasi atau dokter.
2) Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan
utama.
3) Evaluasi terbatas.
4) Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau
cedera mendapat perawatan pertama.
c. Tipe 3 :Comprehensive Triage
1) Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan
berpengalaman.
2) 4 sampai 5 sistem katagoric
3) Sesuai protocol

PROSES TRIAGE

Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage
harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat
singkat dan melakukan pengkajian, misalnya terlihat sekilas kearah
pasien yang berada di brankar sebelumm mengarahkan ke ruang
perawatan yang tepat.

Alur dalam proses Triage

Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD

a. Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan


cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
b. Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka
triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD)
c. Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode
warna :
1) Segera – Immediate (MERAH). Pasien mengalami cedera
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress
pernafasan (RR<30x/menit), perdarahan internal, dsb
2) Tunda – Delayed (KUNING). Pasien memerlukan tindakan
definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya :
Perdarahan laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstremitas
dengan perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan
tubuh, dsb.
3) Minimal (HIJAU). Pasien mendapat cidera minimal, dapat
berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan.
Misalnya : laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar
superfisial.
4) Expextant (HITAM). Pasien mengalami cidera mematikan dan
akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka
bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital,
dsb.
5) Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan
urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.
6) Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan
tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan
ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.
7) Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan
tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang
observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori
triase merah selesai ditangani.
8) Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke
rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan,
maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
9) Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat langsung
dipindahkan ke kamar jenazah (Rowles, 2007).
3) Beberapa tipe sistem triage lainnya
a. Traffic Director
Dalam sistem ini, perawat hanya mengidentifikasi keluhan utama
dan memilih antara status “mendesak” atau “tidak mendesak”.Tidak
ada tes diagnostik permulaan yang diintruksikan dan tidak ada
evaluasi yang dilakukan sampai tiba waktu pemeriksaan.
b. Spot Check
Pada sistem ini, perawat mendapatkan keluhan utama bersama
dengan data subjektif dan objektif yang terbatas, dan pasien
dikategorikan ke dalam salah satu dari 3 prioritas pengobatan yaitu
“gawat darurat”, “mendesak”, atau “ditunda”. dapat dilakukan
beberapa tes diagnostik pendahuluan, dan pasien ditempatkan di
area perawatan tertentu atau di ruang tunggu. Tidak ada evaluasi
ulang yang direncanakan sampai dilakukan pengobatan.
c. Comprehensive
Sistem ini merupakan sistem yang paling maju dengan melibatkan
dokter dan perawat dalammenjalankan peran triage.Data dasar yang
diperoleh meliputi pendidikan dan kebutuhan pelayanan kesehatan
primer, keluhan utama, serta informasi subjektif dan objektif.
Tesdiagnostik pendahuluan dilakukan dan pasien ditempatkan di
ruang perawatan akut atau ruangtunggu, pasien harus dikaji ulang
setiap 15 sampai 60 menit (Iyer, 2004).
H. Pre-Hospital Triage
Merupakan pintu masuk bagi pasien dalam kondisi kritis untuk
mendapatkan pelayanan gawat darurat di tempat kejadian atau Pelayanan
gawat darurat di luar rumah sakit dan komunitas.
1. Yang terkait dalam pelayanan pre hospital
a. Personel : tim medis petugas ambulance, relawan
b. Training
c. Call center
d. Komunikasi
e. Transportasi : manual, dengan alat(ambulance)
f. Partisipasi awam/orang terdekat korban
g. Fasilitas
h. Public Safety gency : polisi, pemadam kebakaran.
2. Peralatan minimal dalam pelayanan prehospital
a. APD (Alat Pelindung Diri)
b. Peralatan resusitasi : defibrilator, airway ventilation adjuncts, peralatan
akses vaskuler.
c. Imobilisasi spinal.
d. Imobilisasi ekstremitas.
e. Oksigen dan sungkup.
f. Obat-obat live saving : adrenalin, sulfas tropin, amiodaron, glukosa,
nitrogliserin,, sodium bicarbonal dll

I. In-Hospital Triage
Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat
masuk rumah sakit adalah penilaian oleh perawat triage. Perawat ini
kemudian melakukan evaluasi kondisi pasien, perubahan-perubahan yang
terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk masuk ke IGD dan prioritas
dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan penanganan
darurat selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah sakit.
Pada beberapa rumah sakit yang sudah menggunakan dokter triage,
dokter tersebut dapat menganjurkan seorang pasien untuk masuk dan
menerima penanganan dari dokter IGD atau dirawat langsung oleh dokter
yang merawat di ruangan. Hal ini untuk meningkatkan efektivitas dimana
pasien dapat sesegera mungkin mendapat perawatan lebih lanjut.
Pemilahan dalam rumah sakit ini juga memerlukan pengetahuan akan bed
control dan tenaga bantuan, bed mana yang dapat digunakan dan fasilitas apa
saja yang diperlukan selama dalam penanganan di IGD dan dalam perawatan
di ruang rawat inap.
J. Perawatan Kritis
1. Pengertian
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu
perawatan yang menghadapi secara rinci dengan manusia yang
bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis
adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka
menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care
Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati
terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan
keluar. Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan
perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan konperhensif. Untuk pasien
yang kritis, waktu adalah vital. Proses keperawatan memberikan suatu
pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat
mengevaluasi masalah pasien dengan cepat
2. Konsep Dasar Keperawatan Kritis menurut AACN
Scope critical care nursing menurut AACN (American Association of
Critical Care Nurse) dibagi 3 :
a. The critically ill patient
Masalah yang aktual dan potensial mengancam kehidupan
pasien dan membutuhkan observasi dan intervensi mencegah
terjadinya komplikasi.
Pasien sakit kritis didefinisikan sebagai pasien yang beresiko
tinggi untuk masalah kesehatan aktual atau potensial mengancam
jiwa. Semakin sakit kritis pasien, semakin besar kemungkinan dia
adalah untuk menjadi sangat rentan, tidak stabil dan kompleks,
sehingga membutuhkan intens dan waspada asuhan keperawatan.
Mengidentifikasi pasien yang berisiko efek samping karena
status gizi mereka adalah kompetensi inti dari praktisi gizi,
direkomendasikan oleh pedoman praktek klinis, dan diamanatkan oleh
lembaga akreditasi. Melekat dalam diskusi ini risiko gizi adalah
bahwa pasien dengan risiko tinggi lebih mungkin untuk mendapatkan
keuntungan dari intervensi terapi nutrisi dari pada mereka yang
berisiko rendah, seperti baik ditunjukkan oleh Kondrup dan rekan.
Skor atau alat penilaian banyak ada untuk memungkinkan kuantifikasi
risikogizi. Untuk sebagian besar, alat ini dikembangkan dan divalidasi
dalam pengaturan rawat jalan atau rawat inap tapi tidak secara khusus
untuk pengaturan ICU. Pada kenyataannya, sebagian besar skor
menganggap bahwa semua pasien sakit kritis berada pada risiko tinggi
dalam hal scoring ataupenilaian risiko mereka.
Kami mengandaikan bahwa hal ini tidak terjadi, dan bahwa
tidak semua pasien sakit kritisadalah sama dalam hal risiko gizi
mereka. Bukti untuk pernyataan ini berasal dari studi yang
menunjukkan efek perlakuan yang berbeda dari nutrisi buatan dalam
sub kelompok yang berbeda dari pasien ICU. Dalam analisis
terakhir,kami mengamati hubungan terbalik linier yang signifikan
antara kemungkinan kematian dan total kalori harian yang diterima.
Peningkatan dari1.000 kalori per hari dikaitkan dengan pengurangan
secara keseluruhan dalam kematian(rasio odds untuk
mortalitas60hari0.76, interval kepercayaan 95% (CI), 0,61-0,95,
P=0.014). Namun, efek pengobatan yang bermanfaat dari peningkatan
kalori pada kematian diamati pada pasien dengan indeks massa
tubuh(BMI) di bawah 25 atau 35 dan di atasyang tidak memberikan
manfaat bagi pasien dengan BMI antara 25 atau kurang dari 35. Hasil
yang sama diperoleh saat membandingkan meningkatkan asupan
protein dan efeknya padakematian dalam kelompok BMIyang
berbeda. Salah satu kesimpulan utama dari pekerjaan ini adalah bahwa
tidak semua pasien ICU adalah sama sehubungan dengan tanggapan
mereka terhadap nutrisi buatan.
b. The critical-care nurse
Perawat perawatan kritis praktek dalam pengaturan di mana
pasien memerlukan pengkajian yang kompleks, terapi intensitas tinggi
dan intervensi dan berkesinambungan kewaspadaan keperawatan.
Perawat perawatan kritis mengandalkan tubuh khusus pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman untuk memberikan perawatan kepada
pasien dan keluarga menciptakan lingkungan yang menyembuhkan,
manusiawi dan peduli.
Terutama, perawat perawatan kritis adalah advokat pasien.
AACN mendefinisikan advokasi sebagai menghormati dan
mendukung nilai-nilai dasar, hak-hakdan keyakinan pasien sakit kritis.
Dalam peran ini, perawat perawatan kritis:
1) Menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien
yang ditunjuk untuk pengambilan keputusan otonom.
2) Campur tangan ketika kepentingan terbaik pasien yang
bersangkutan.
3) Membantu pasien mendapatkan perawatan yang diperlukan.
4) Menghormati nilai-nilai, keyakinan danhak-hakpasien.
5) Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien
atau pengganti pasien yang ditunjuk membuat keputusan.
6) Mewakili pasien sesuai dengan pilihan pasien.
7) Mendukung keputusan dari pasien atau pengganti yang ditunjuk,
atau perawatan transfer keperawatan kritis sama-sama berkualitas.
8) Berdoa bagi pasien yang tidak dapat berbicara untuk diri mereka
sendiri dalam situasi yang memerlukan tindakan segera.
9) Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien menerima.
10) Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga pasien dan
profesional kesehatan lainnya.
c. The critical-care environment
Keistimewaan obat perawatan intensif dikembangkan sebagai
konsekuensi dari epidemi polio dari tahun 1950-an, ketika ventilasi
mekanik luas diperlukan. Sejak itu teknologi yang tersedia untuk
mendukung pasien sakit kritis telah menjadi lebih canggih dan
kompleks, dan pentingnya unit perawatan intensif (ICU) dalam sistem
kesehatan hari ini adalah tanpa pertanyaan. Pada tahun 1994, Critical
Care Medicine melaporkan bahwa hampir 80% dari semua orang
Amerika akan mengalami penyakit kritis atau cedera, baik sebagai
pasien, anggota keluarga, atau teman dari seorang pasien, dan bahwa
ICU hanya menempati10% dari tempat tidur rawat inap, tapi account
untuk hampir 30% dari biaya rumah sakit perawatan akut. Namun,
ICUadalah lingkungan yang berpotensi memusuhi rentan pasien sakit
kritis. Selain stres fisik penyakit, nyeri, obat penenang, intervensi, dan
ventilasi mekanik, ada stres psikologis dan psikososial yang dirasakan
oleh pasien. Salah satu faktor tambahan adalah lingkungan ICU, yang
juga diduga berkontribusi terhadap sindrom yang dikenal sebagai ICU
psikosis/delirium. Sering melaporkan faktor lingkungan stres adalah
kebisingan, cahaya ambient, pembatasan mobilitas, dan isolasi sosial.
K. Dokumentasi Dalam Pelayanan Gawat Darurat
1. Data mulai dikumpulkan ketika pasien datang sampai di ruang
Emergency.
2. Ketika pasien mulai mendapatkan semua intervensi sampai pasien keluar
IGD.
Apa yang didokumentasikan :
1. Apa yang didengar
2. Apa yang dilihat
3. Apa yang diobservasi
4. Apa yang dikerjakan
5. Apa yang diajarkan
6. Communication dokter
7. Respon dokter
Dokumentasi catatan perkembangan
1. Harus mencatat setiap kejadian terbaru selama pasien d IGD/terjadi
perubahan pada kondisi pasien.
2. SOAP, SOAPIE/ SOAPIER
3. SOAPIER:
a. Subjective data
b. Objective data
c. Assessment data
d. Plan
e. Interventiens
f. Evaluation
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan


pelayanan keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan
injury akut atau sakit yang mengancam kehidupan.Pertolongan pertama
merupakan pertolongan secara cepat dan bersifat sementara waktu yang
diberikan pada seseorang yang menderita luka atau terserang penyakit
mendadak

Untuk itu dapat di lihat bagaimana pentingnya pengetahuan dalam


melakukan penatalaksaan awal kegawatdaruratan yang sering ditemukan
kasusnya dalam melaksanakan tugas.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun sebagaimana mestinya semoga


bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi tim penyusun dan semua
mahasiswa dan mahasiswi kesehatan pada umumnya.
Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi
maupun materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-
perbaikan selanjutnya agar makalah selanjutnya dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya, S. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Denpasar :


PSIK FK

http://www.academia.edu/8192026/KONSEP_DASAR_KEPERAWATAN_G
AWAT_

http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEP/article/download/536/450

Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta


: EGC

Anda mungkin juga menyukai