Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Kritis
Disusun oleh :
TAHUN 2018/2019
DAFTAR ISI
Cover ............................................................................................................ i
Kata Pengantar ............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ............................................................................................ 4
B. Tujuan .................................................................................................. 4
C. Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan .................................... 5
D. Penanggulangan Trauma Secara Umum ............................................. 5
E. Instalasi Gawat Darurat ....................................................................... 6
F. Prinsip-Prinsip Penanggulangan Korban Gawat Darurat .................... 7
G. Pelayanan Gawat Darurat .................................................................... 8
H. Pre Hospital Triage .............................................................................. 11
I. In Hosital Triage .................................................................................. 11
J. Perawatan Kritis .................................................................................. 12
K. Dokumentasi dalam Pelayanan Gawat Darurat ................................... 16
PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 17
B. Saran .................................................................................................... 17
Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini.
Terakhir pesan dari kami semoga makalah ini dapat dipahami dan
selanjutnya dapat di manfaatkan di bidang pendidikan dan dunia kerja, serta
bermanfaat untuk pembangunan kesehatan bangsa ini.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana
seseorang membutuhkan pertolongan segera karena apabila tidak
mendapatkan pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya
atau menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang
sering terjadi di masyarakat antara lain keadaan seseorang yang
mengalami henti napas, henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan,
cedera, misalnya patah tulang, kasus stroke, kejang, keracunan, dan korban
bencana. Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena
terjadinya kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana
alam. Kasus gawat darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab
kematian utama daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ).
Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto
(2007), keadaan gawat darurat adalah suatu kondisi dimana berdasarkan
respon dari pasien, keluarga pasien, atau siapa pun yang berpendapat
pentingnya membawa pasien ke rumah sakit untuk diberi
perhatian/tindakan medis dengan segera. Kondisi yang demikian berlanjut
hingga adanya keputusan yang dibuat oleh pelayanan kesehatan yang
profesional bahwa pasien berada dalam kondisi yang baik dan tidak
dalam kondisi mengancam jiwa. Penderita gawat darurat adalah penderita
yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan
anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat,
kehilangan organ tubuh atau meninggal (Sudjito, 2007).
Pertolongan pertama merupakan pertolongan secara cepat dan
bersifat sementara waktu yang diberikan pada seseorang yang menderita
luka atau terserang penyakit mendadak. Pertolongan ini menggunakan
fasilitas dan peralatan yang tersedia pada saat itu dan tempat yang
dibutuhkan. Tujuan yang penting dari pertolongan pertama adalah
memberikan perawatan yang akan menguntungkan pada orang-orang
tersebut sebagai persiapan terhadap penanganan lebih lanjut (Skeet, 1995).
Keperawatan kritis dan kegawatdaruratan bersifat cepat dan perlu
tindakan yang cepat, serta perlu pemikiran kritias yang tinggi. Perawat gawat
darurat harus mengkaji pasien dengan cepat dan merencanakan intervensi
sembari berkolaborasi dengan dokter gawatdarurat dan harus
mengimplementasikan rencana pengobatan. Mengevaluasi evektivitas
pengobatan dan merevisi perencanaan dalam parameter waktu yang sempit.
Hal tersebut merupakan tantangan bagi perawat yang juga harus membuat
catatan perawatan yang akurat melalaui pendokumentasian.
Untuk itu dapat di lihat bagaimana pentingnya pengetahuan
mahasiwa sebagai seorang calon tenaga kesehatan dalam melakukan
penatalaksaan awal kegawatdaruratan yang sering ditemukan kasusnya
dalam melaksanakan tugas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing)?
2. Apa tujuan dari Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing)?
3. Bagaimana Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan?
4. Bagaimana cara Penanganan Trauma Secara Umum?
5. Apa pengertian dari Instalasi Gawat Darurat?
6. Bagaimana Prinsip-prinsip penanggulangan korban gawat darurat?
7. Apa pengertian dari Pelayanan Gawat Darurat?
8. Apa pengertian dari itu Pre-Hospital Triage?
9. Apa pengertian dari itu in-Hospital Triage?
10. Apa pengertian dari Perawatan Kritis?
11. Bagaimana cara Dokumentasi Dalam Pelayanan Gawat Darurat?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Keperawatan Gawat Darurat (Emergency
Nursing)
2. Untuk mengetahui tujuan Keperawatan Gawat Darurat (Emergency
Nursing)
3. Untuk mengetahui Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan
4. Untuk mengetahui Penanganan Trauma Secara Umum
5. Untuk mengetahui apa itu Instalasi Gawat Darurat
6. Untuk mengetahui Prinsip-prinsip penanggulangan korban gawat darurat
7. Untuk mengetahui apa itu Pelayanan Gawat Darurat
8. Untuk mengetahui apa itu Pre-Hospital Triage
9. Untuk mengetahui apa itu In-Hospital Triage
10. Untuk mengetahui apa itu Perawatan Kritis
11. Untuk mengetahui Dokumentasi Dalam Pelayanan Gawat Darurat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Keperawatan Gawat Darurat (Emergency Nursing) merupakan pelayanan
keperawatan yang komprehensif diberikan kepada pasien dengan injury akut
atau sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis, perawat
gawat darurat menghubungkan pengetahuan dan keterampilan untuk
menangani respon pasien pada resusitasi, syok, trauma, ketidakstabilan
mulisistem, keracunan dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya. (Iyer,
P. 2004).
Gawat darurat adalah suatu keadaan yang mana penderita memerlukan
pemeriksaan medis segera, apabila tidak dilakukan akan berakibat fatal
bagi penderita. Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu unit di
rumah sakit yang harus dapat memberikan pelayanan darurat kepada
masyarakat yang menderita penyakit akut dan mengalami kecelakaan,
sesuai dengan standar.
UU RI NO 44 tentang RS Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien
yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan
pencegahan kecacatan lebih lanjut.
B. Tujuan
a. Mencegah kematian dan cacat (to save life and limb) pada periderita
gawat darurat, hingga dapat hidup dan berfungs kembali dalarn
masyarakat sebagaimana mestinya.
b. Merujuk penderita gawat darurat melalui sistem rujukan untuk
memperoleh penanganan yang Iebih memadai.
c. Menanggulangi korban bencana.
C. Skema Penanggulangan Bencana/Kecelakaan
Korban
PROSES TRIAGE
Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage
harus mulai memperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat
singkat dan melakukan pengkajian, misalnya terlihat sekilas kearah
pasien yang berada di brankar sebelumm mengarahkan ke ruang
perawatan yang tepat.
I. In-Hospital Triage
Pada sistem rumah sakit, langkah pertama yang harus dilewati saat
masuk rumah sakit adalah penilaian oleh perawat triage. Perawat ini
kemudian melakukan evaluasi kondisi pasien, perubahan-perubahan yang
terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk masuk ke IGD dan prioritas
dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan penanganan
darurat selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah sakit.
Pada beberapa rumah sakit yang sudah menggunakan dokter triage,
dokter tersebut dapat menganjurkan seorang pasien untuk masuk dan
menerima penanganan dari dokter IGD atau dirawat langsung oleh dokter
yang merawat di ruangan. Hal ini untuk meningkatkan efektivitas dimana
pasien dapat sesegera mungkin mendapat perawatan lebih lanjut.
Pemilahan dalam rumah sakit ini juga memerlukan pengetahuan akan bed
control dan tenaga bantuan, bed mana yang dapat digunakan dan fasilitas apa
saja yang diperlukan selama dalam penanganan di IGD dan dalam perawatan
di ruang rawat inap.
J. Perawatan Kritis
1. Pengertian
Keperawatan kritis adalah keahlian khusus di dalam ilmu
perawatan yang menghadapi secara rinci dengan manusia yang
bertanggung jawab atas masalah yang mengancam jiwa. Perawat kritis
adalah perawat profesional yang resmi yang bertanggung jawab untuk
memastikan pasien dengan sakit kritis dan keluarga-keluarga mereka
menerima kepedulian optimal (American Association of Critical-Care
Nurses).
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati
terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan
keluar. Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang
keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia terhadap
masalah yang mengancam hidup.
Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan
perawatan pasien yang berkualitas tinggi dan konperhensif. Untuk pasien
yang kritis, waktu adalah vital. Proses keperawatan memberikan suatu
pendekatan yang sistematis, dimana perawat keperawatan kritis dapat
mengevaluasi masalah pasien dengan cepat
2. Konsep Dasar Keperawatan Kritis menurut AACN
Scope critical care nursing menurut AACN (American Association of
Critical Care Nurse) dibagi 3 :
a. The critically ill patient
Masalah yang aktual dan potensial mengancam kehidupan
pasien dan membutuhkan observasi dan intervensi mencegah
terjadinya komplikasi.
Pasien sakit kritis didefinisikan sebagai pasien yang beresiko
tinggi untuk masalah kesehatan aktual atau potensial mengancam
jiwa. Semakin sakit kritis pasien, semakin besar kemungkinan dia
adalah untuk menjadi sangat rentan, tidak stabil dan kompleks,
sehingga membutuhkan intens dan waspada asuhan keperawatan.
Mengidentifikasi pasien yang berisiko efek samping karena
status gizi mereka adalah kompetensi inti dari praktisi gizi,
direkomendasikan oleh pedoman praktek klinis, dan diamanatkan oleh
lembaga akreditasi. Melekat dalam diskusi ini risiko gizi adalah
bahwa pasien dengan risiko tinggi lebih mungkin untuk mendapatkan
keuntungan dari intervensi terapi nutrisi dari pada mereka yang
berisiko rendah, seperti baik ditunjukkan oleh Kondrup dan rekan.
Skor atau alat penilaian banyak ada untuk memungkinkan kuantifikasi
risikogizi. Untuk sebagian besar, alat ini dikembangkan dan divalidasi
dalam pengaturan rawat jalan atau rawat inap tapi tidak secara khusus
untuk pengaturan ICU. Pada kenyataannya, sebagian besar skor
menganggap bahwa semua pasien sakit kritis berada pada risiko tinggi
dalam hal scoring ataupenilaian risiko mereka.
Kami mengandaikan bahwa hal ini tidak terjadi, dan bahwa
tidak semua pasien sakit kritisadalah sama dalam hal risiko gizi
mereka. Bukti untuk pernyataan ini berasal dari studi yang
menunjukkan efek perlakuan yang berbeda dari nutrisi buatan dalam
sub kelompok yang berbeda dari pasien ICU. Dalam analisis
terakhir,kami mengamati hubungan terbalik linier yang signifikan
antara kemungkinan kematian dan total kalori harian yang diterima.
Peningkatan dari1.000 kalori per hari dikaitkan dengan pengurangan
secara keseluruhan dalam kematian(rasio odds untuk
mortalitas60hari0.76, interval kepercayaan 95% (CI), 0,61-0,95,
P=0.014). Namun, efek pengobatan yang bermanfaat dari peningkatan
kalori pada kematian diamati pada pasien dengan indeks massa
tubuh(BMI) di bawah 25 atau 35 dan di atasyang tidak memberikan
manfaat bagi pasien dengan BMI antara 25 atau kurang dari 35. Hasil
yang sama diperoleh saat membandingkan meningkatkan asupan
protein dan efeknya padakematian dalam kelompok BMIyang
berbeda. Salah satu kesimpulan utama dari pekerjaan ini adalah bahwa
tidak semua pasien ICU adalah sama sehubungan dengan tanggapan
mereka terhadap nutrisi buatan.
b. The critical-care nurse
Perawat perawatan kritis praktek dalam pengaturan di mana
pasien memerlukan pengkajian yang kompleks, terapi intensitas tinggi
dan intervensi dan berkesinambungan kewaspadaan keperawatan.
Perawat perawatan kritis mengandalkan tubuh khusus pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman untuk memberikan perawatan kepada
pasien dan keluarga menciptakan lingkungan yang menyembuhkan,
manusiawi dan peduli.
Terutama, perawat perawatan kritis adalah advokat pasien.
AACN mendefinisikan advokasi sebagai menghormati dan
mendukung nilai-nilai dasar, hak-hakdan keyakinan pasien sakit kritis.
Dalam peran ini, perawat perawatan kritis:
1) Menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien
yang ditunjuk untuk pengambilan keputusan otonom.
2) Campur tangan ketika kepentingan terbaik pasien yang
bersangkutan.
3) Membantu pasien mendapatkan perawatan yang diperlukan.
4) Menghormati nilai-nilai, keyakinan danhak-hakpasien.
5) Menyediakan pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien
atau pengganti pasien yang ditunjuk membuat keputusan.
6) Mewakili pasien sesuai dengan pilihan pasien.
7) Mendukung keputusan dari pasien atau pengganti yang ditunjuk,
atau perawatan transfer keperawatan kritis sama-sama berkualitas.
8) Berdoa bagi pasien yang tidak dapat berbicara untuk diri mereka
sendiri dalam situasi yang memerlukan tindakan segera.
9) Memantau dan menjaga kualitas perawatan pasien menerima.
10) Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga pasien dan
profesional kesehatan lainnya.
c. The critical-care environment
Keistimewaan obat perawatan intensif dikembangkan sebagai
konsekuensi dari epidemi polio dari tahun 1950-an, ketika ventilasi
mekanik luas diperlukan. Sejak itu teknologi yang tersedia untuk
mendukung pasien sakit kritis telah menjadi lebih canggih dan
kompleks, dan pentingnya unit perawatan intensif (ICU) dalam sistem
kesehatan hari ini adalah tanpa pertanyaan. Pada tahun 1994, Critical
Care Medicine melaporkan bahwa hampir 80% dari semua orang
Amerika akan mengalami penyakit kritis atau cedera, baik sebagai
pasien, anggota keluarga, atau teman dari seorang pasien, dan bahwa
ICU hanya menempati10% dari tempat tidur rawat inap, tapi account
untuk hampir 30% dari biaya rumah sakit perawatan akut. Namun,
ICUadalah lingkungan yang berpotensi memusuhi rentan pasien sakit
kritis. Selain stres fisik penyakit, nyeri, obat penenang, intervensi, dan
ventilasi mekanik, ada stres psikologis dan psikososial yang dirasakan
oleh pasien. Salah satu faktor tambahan adalah lingkungan ICU, yang
juga diduga berkontribusi terhadap sindrom yang dikenal sebagai ICU
psikosis/delirium. Sering melaporkan faktor lingkungan stres adalah
kebisingan, cahaya ambient, pembatasan mobilitas, dan isolasi sosial.
K. Dokumentasi Dalam Pelayanan Gawat Darurat
1. Data mulai dikumpulkan ketika pasien datang sampai di ruang
Emergency.
2. Ketika pasien mulai mendapatkan semua intervensi sampai pasien keluar
IGD.
Apa yang didokumentasikan :
1. Apa yang didengar
2. Apa yang dilihat
3. Apa yang diobservasi
4. Apa yang dikerjakan
5. Apa yang diajarkan
6. Communication dokter
7. Respon dokter
Dokumentasi catatan perkembangan
1. Harus mencatat setiap kejadian terbaru selama pasien d IGD/terjadi
perubahan pada kondisi pasien.
2. SOAP, SOAPIE/ SOAPIER
3. SOAPIER:
a. Subjective data
b. Objective data
c. Assessment data
d. Plan
e. Interventiens
f. Evaluation
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
http://www.academia.edu/8192026/KONSEP_DASAR_KEPERAWATAN_G
AWAT_
http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEP/article/download/536/450