Anda di halaman 1dari 79

HALAMAN JUDUL

HANBOOK
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
(PPPK) DAN PENCEGAHAN PERAWATAN CIDERA
(PPC)

Disusun Oleh
Nama: Nuning Aisyah Sumroti
Npm: 2047711019
Dosen Pengampu: Heni Yuli Handayani, S.Pd., M.kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


STKIP PGRI BANGKALAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya, tugas
akhir saya dengan judul “Handbook Mata Kuliah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(PPPK) dan Pencegahan Perawatan Cidera (PPC)” dapat dikerjakan dengan baik dan tepat
waktu. Handbook ini merupakan tugas akhir yang wajib dilalui sesuai jadwal dengan
Kurikulum Program Studi Pendidikan Olahraga, STKIP PGRI Bangkalan. Dalam
penyusunan Handbook ini, penulis mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena
itu dukungannya, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Handbook ini dengan tepat waktu.
2. Kedua orang tua yang telah membantu memberi dukungan dan segala upaya agar,
Handbook ini dapat terselesaikan dengan baik.
3. Dosen pengampu Heni Yuli Handayani, S.Pd,. M.Kes Mata Kuliah Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) Dan Pencegahan Perawatan Cidera (PPC).

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tugas akhir Hanbook ini masih sangat jauh dari
ketidak sempurnaan. Oleh karena itu, penulis selalu terbuka akan kritik dan saran dari
pembaca yang dapat membantu membuat hanbook ini dengan lebih baik. Atas perhatiannya
saya sampaikan terima kasih.

Bangkalan,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
Konsep Dasar Pertolongan Pertama..............................................................................................1
Pada Kecelakaan (PPPK) Dan Pencegahan Perawatan Cidera (PPC)........................................1
BAB II..................................................................................................................................................3
Pertolongan Pertama Pada Kecelakan (PPPK).............................................................................3
BAB III...............................................................................................................................................18
Pencegahan Perawatan Cidera (PPC)..........................................................................................18
BAB IV...............................................................................................................................................22
Pencegahan Penyakit Dan Pertolongan Pertama Penyakit........................................................22
BAB V.................................................................................................................................................30
Pendidikan Keselamatan Dan Kesehatan Di Sekolah.................................................................30
BAB VI...............................................................................................................................................35
Pengertian Dan Penyebab Cidera Olahraga...............................................................................35
BAB VII..............................................................................................................................................40
Patofiologi Dan Diagnosis Cidera Olahraga................................................................................40
BAB VIII............................................................................................................................................41
Cidera Memar, Ligamen, Otot, Dan Tendon..............................................................................41
BAB IX...............................................................................................................................................42
Dislokasi, Fraktur Dan Kram Otot..............................................................................................42
BAB X.................................................................................................................................................43
Pendarahan, Kehilangan Kesadaran Dan Luka.........................................................................43
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................44

iii
BAB I

Konsep Dasar Pertolongan Pertama


Pada Kecelakaan (PPPK) Dan Pencegahan Perawatan Cidera (PPC)

Pada kehidupan sehari-hari kecelakaan sering terjadi menimpa seseorang atau


sekelompok orang. Kecelakaan pada umumnya terjadi secara tiba-tiba, tanpa diduga
sebelumnya dan akibat yang ditimbulkan bervariasi, mulai dari cedera ringan, sedang, berat,
bahkan sampai meninggal dunia (Mega Arianti Putri, 2021). Pertolongan pertama adalah
bagian dari pelayanan kesehatan tenaga kerja. Pertolongan pertama pada kecelakaan
berguna untuk masyarakat umum, karyawan, tenaga kerja, dan semua individu sehubungan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja pada tingkat perusahaan. Pertolongan pertama ini
bertujuan menyelamatkan jiwa penderita, meringankan penderitaan dan mencegah agar
tidak lebih parah serta mempertahankan jiwa penderita hingga pertolongan lebih lanjut
diberikan (Wulandari, 2012).
Pertolongan pertama (first aid) adalah penanganan atau perawatan awal dari
terjadinya suatu penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat biasanya dilakukan oleh orang yang
bukan ahli dalam menangani kejadian sakit atau cedera, sampai menunggu pengobatan
definitif dapat diakses. Kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana
saja dan kapan saja. Kejadian ini dapat berupa suatu insiden kecil atau suatu bencana yang
melibatkanpenderita dalam jumlah besar. Orang pertama yang akan memberikan pertolongan
adalah mereka yang berada ditempat kejadian. Mereka yang berupaya memberikan
pertolongan ini memiliki berbagai tingkat pengetahuan mulai dari yang tidak mempunyai
pengetahuan pertolongan pertama dan tidak terlatih sampai yang sudah berpengalaman dan
terlatih. Ada waktu antara pertolongan di lokasi kecelakaan sampai korban dapat memperoleh
pertolongan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan, sehingga masa tenggang inilah yang
harus diisi oleh orang pertama yang terdekat dengan korban yang telah memiliki
keterampilan pertolongan pertama. Pertolongan yang diberikan harus menjadi satu kesatuan
pertolongan korban dari lapangan sampai perawatan lanjutan di rumah sakit (Armstrong et al,
2002).
Cedera dan kesakitan dalam bekerja dapat membunuh lebih dari 2 juta orang setiap
tahunnya diseluruh dunia. Setiap orang yang sudah pernah menerima pelatihan tentang
pertolongan pertama berharap ilmu yang sudah diterima tidak pernah diaplikasikan. Akan
tetapi pertolongan pertama yang efektif pada kejadian kesakitan yang mendadak dapat
membuat perbedaan yang signifikan antara hidup dan mati, penyembuhan cepat dan
penyembuhan lama, kecacatan permanen dan sementara (Dean and Mulligan, 2009).
Prinsip-prinsip P3K adalah tindakan yang dilakukan segera, mempertahankan hidup
korban, mengurangi penderitaan, mencegah pengotoran luka dan penderitaan lanjutan serta
merujuk korban ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Prinsip-prinsip P3K ini sangat
dianggap perlu bagi semua lapisan masyarakat, karena dengan P3K kita dapat membantu
orang atau korban sampai benar-benar mendapat perawatan medis professional. P3K bisa
dilakukan oleh baik itu masyarakat umum ataupun siswa, sampai pertolongan medis
professional tiba untuk menangani korban (Saubers,Nadine, 2008).
Beberapa pengetahuan dan keterampilan yang diberikan pada saat pelatihan P3K
adalah bagaimana kita menangani korban dengan cedera kepala, penanganan korban
kecelakaan, memindahkan korban dengan cara yang baik dan benar, penanganan penyakit
jantung, penanganan luka bakar, penanganan fraktur tulang, penanganan tenggelam, sampai
tentang penanganan jalan nafas.

1
Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada dampak
korban, dibagi menjadi empat kategori. Kategori A merupakan bahaya yang
menimbulkan risiko dampak jangka panjang pada kesehatan disebabkan dari bahaya
kimia, fisika, dan ergonomi. Kategori B potensi bahaya yang menimbulkan risiko
langsung pada keselamatan, disebabkan dari bahaya kebakaran, listrik dan bahaya
mekanikal. Kategori C, risiko terhadap kesejahteraan atau kesehatan sehari-hari berupa
kesediaan air minum, toilet, fasilitas mencuci, ruang makan atau kantin, P3K di tempat
kerja, dan transportasi. Kategori D, potensi bahaya yang menimbulkan risiko pribadi
dan psikologi, bahaya ini berasal dari pelecehan,intimidasi, kekerasan di tempat
kerja, stress, narkoba (ILO, 2013).
Dalam mengatasi potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja pemerintah telah
mengeluarkan undang-undang dan berbagai peraturan menyangkut keselamatan dan
kesehatan kerja. Tetapi semua usaha pemerintah tidak dapat berhasil jika tanpa adanya
respon dari perusahaan. Menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
sangat
penting. Karena bertujuan untuk memberikan suasana lingkungan dan kondisi kerja
yang baik, nyaman dan man serta dapat menghindarkan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja (Pelealu, 2015).
Seorang penolong harus mempunyai pengetahuan yang cukup tentang pertolongan
pertama pada korban kecelakaan. Pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan,
pemberian pendidikan kesehatan diharapkan mampu menyelamatkan nyawa seseorang
sampai tiba bantuan professional (Warouw, Kuumaat, dan Pondang, 2018).
Pengetahuan dan keterampilan pertolongan pertama pada kecelakaan menjadi penting
karena didalamnya diajarkan tentang bagaimana teknik dasar penyelamatan korban dari
berbagai kecelakaan atau musibah sehari-hari yang biasa dijumpai (Fajarwaty, 2012). Dengan
kesiapsiagaan yang tepat berupa pelatihan dalam pemberian bantuan hidup dasar diharapkan
upaya penanggulangan dapat lebih cepat dan tepat sehingga dapat meminimalisir jumlah
korban dan kerusakan. Sebab, di tangan mereka terletak keberhasilan pengembangan dan
pembinaan peran serta masyarakat sangat penting yang bertujuan agar terciptanya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal (Ngirarung et al, 2017).
.

2
BAB II

Pertolongan Pertama Pada Kecelakan (PPPK)

Penolong pertama adalah masyarakat awam yang sudah dibekali pengetahuan teori
dan raktik bagaimana merespons dan melakukan pertolongan pertama di lokasi kejadian
(Swasanti & Putra., 2014).
• Kita tidak dapat selalu mengandalkan layanan ambulans atau para medik segera tiba
di lokasi kejadian
• Alat dan waktu yang kita miliki terbatas
Tujuan pertolongan pertama adalah:
1. menyelamatkan nyawa korban
2. Meringankan penderitaan korban
3. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah
4. Mempertahankan daya tahan korban
5. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut (Yunisa, 2019)
Rantai penyelamatan rantai penyelamatan adalah konsep yang menjelaskan tahapan
secara prioritas untuk memastikan korban memiliki kesempatan terbaik untuk bertahan hidup.
Realita menunjukkan bahwa bila kita dapat segera mengidentifikasi masalah, akses dini ke
unit gawat darurat dan memberikan bantuan dengan benar dan baik kepada korban maka
besar pula kesempatan korban terselamatkan.
A. Konsep Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Pertolongan Pertama adalah pertolongan semantara yang diberikan terhadap
seseorang yang mengalami sakit atau kecelakaan sebelum ditangani oleh tim medis/
dokter. Untuk itu diperlukan pengetahuan P3K yang dimiliki setiap orang apabila
memerlukan pertolongan secara mendadak dan dapat diberikan secara mendadak. (P3K)
adalah bantuan perawatan gawat darurat yang pertama diberikan kepada korban
kecelakaan atau cedera sebelum dokter datang atau dibawa ke rumah sakit terdekat
(Yunisa, 2019).
Adapun tujuan dari P3K adalah sebagai berikut.
1) Menyelamatkan jiwa korban
2) Mencegah agar cedera yang ada tidak berubah
3) Mempercepat penyembuhan
Hal-hal pokok yang harus diperhatikan dalam melaksanakan P3K adalah sebagai
berikut.
1. Penolong Jangan Panik
2. Perhatikan Keadaan Umm Dari Korban
 Ada Tidaknya Gangguan Pernapasan
 Ada Tidaknya Gangguan Fungsi Jantung
 Ada Tidaknya Tanda-Tanda Syok
 Ada Tidaknya Gangguan Kesadaran
 Ada Tidaknya Perdarahan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan tindakan apa yang harus dilakukan,
yaitu:
• Panggilan dokter selekas mungkin, kalau tidak ada segera bawa ke rumah
sakit.

3
• Hentikan pendarahan
• Cegah dan atasi syok atau gangguan keadaan umum yang lainya
• Selamatkan pernapasannya
• Cegahlah infeksi.
Secara prinsip bahwa P3K adalah penyelamatan jiwa seseorang dan kematian,
juga mencegah kemungkinan terjadinya cedera yang tidak membuat semakin parah pada
penderita baik itu perdarahan yang hebat, pernapasan yang berhenti, keracunan, dan
gangguan-gangguan umum misalnya: kelengar, syok, pingsan dan mati suri,
kemungkinan cedera patah tulang dari anggota tubuh maupun saja.
Dalam memberikan pertolongan, seorang yang akan menolong tidak boleh dalam
kondisi tegang dan bingung, namun dengan ketenangan dalam setiap tindakan dan
mendahulukan yang paling penting. Membuat pertolongan pertama adalah suatu hal yang
paling sulit karena harus dilakukan sungguh-sungguh dari si penolong karena
memerlukan waktu, tenaga dan pikiran bahwa ada kemungkinan harus mengeluarkan
materi.
Jenis Ganguan yang Membutuhkan Tindakan P3K adalah sebagai berikut.
1. Pingsan
Pingsan adalah suatu keadaan dimana kesadaran hilang sama sekali,
dan Penyebabnya sinar matahari, ruangan yang penuh sesak dan lain-lain.
Tindakan:
a. Posisi pasien harus tidur terlentang
b. Longgarkan baju, celana,, kemudian sepatu di lepas
c. Berikan minyak kayu putih kemudian ciumkan di hidungnya
d. Usahkan minyak kayu putih ke bagian yang diperlukan
2. Serangan sesak napas/asma
Penyebabnya alegri, infeksi virus, cuaca dinggin, latihan berat, emosi,
dan lain-lain.
Tindakan:
1) Istirahatkan dengan posisi duduk tegak untuk mengurangi sesak napas
2) Beri obat asma
3) Jangan tinggalkan atlet
4) Panggilan ambulans jika: bertambah sesak, tidak ada respon terhadap obat
setelah 10-15 menit berhenti bernapas atau berhenti jantung.
B. Perdarahan yang Hebat
Penanganan perdarahan haruslah memerlukan perhatian dan konsentrasi, karena
jangan sampai si penderita kehilangan darah yang lebih banyak untuk itu penolong harus
memperhatikan, apakah perdarahan dari vena, atau arteri kalau dari arteri maka darah
yang keluar lebih deras, dengan demikian se penolong harus ekstra hati-hati.
Ada beberapa hal yang harus dikerjakan bagi si penolongnya yaitu
1. Angkatlah/ tinggikan posisi yang luka dari jantung
• Penekakan luka (tour niquen)
• Teklanlah pada luka yang mengeluarkan darah dengan kain yang halus, tebal, dan
empuk.

4
Gambar. Tekanlah Luka Dengan Kain Tebal Halus Dan Empuk
• Membalut
Setelah ditekan dengan kain, maka lakukanlah pembalutan, agar
pendarahan dapat segera berhenti dan luka tidak sampai terinfeksi. Oleh sebab itu
pembalut, gunting harus yang strerit dan lukanya terlebih dahulu dibersikan
dengan sabun atau alcohol 70 %

Gambar. Balutlah tempat perdarahan


• Janganlah mengganggu bekuan darah yang terdapat pada luka-luka dimaksudkan
supaya luka supaya menutup dan tidak terluka kembali.
C. Pernapasan yang Berhenti
Penderita sebelum ditangani terlebih dahulu dilihat masih bernapaskan atau sudah
berhenti, kalau sudah berhenti perlu dicari langkah bagaimana supaya dapat bernapas
lagi. Pernapasan (respirasi) terdiri dari gerakan, yaitu menarik/ memasukkan O2 keadaan
paru-paru (inspirasi) dan gerak mengeluaskan napas (CO2) disebut ekspirasi.
Penderita yang berhenti napasnya maka pertama.
1. Bukalah tempat/ lubang pernapasan dari gangguan barangbarang asing, contoh,
lendir, darah membeku dan sebagainya.
2. Berikan napas bantuan (resusitasi)
Resusitasi adalah tindakan yang dilakukan pada seseorang dengan maksud untuk
membuat atau menimbulkan kembali pernapasan secara spontan dan teratur, agar
jiwa seseorang dapat diselamatkan.
Dalam melakukan resusitasi ada tahapan yang harus diperhatikan:
a. Panggilan dokter
b. Bersikan saluran pernapasan hidung, mulut dan copotlah manakala ada gigi
palsunya
c. Longgarkan pakaian yang menjepit leher, dada, atau perut
d. Lakukan cara pernapasan buatan yang diketahui betul dan disesuaikan
dengan keadaan penderita.
3. Cara dan metode pernapasan buatan:
Pertolongan dengan pernapasan buatan hendaknya disesuaikan dengan keadaan
penderita, misalnya kalau penderita punggung yang luka maka harus dengan

5
telungkup, demikian pula sebaliknya secara prinsip adalah paling baik adalah
pemberian pertukaran udara, hal ini disebabkan selain sudah dikerjakan juga tidak
terlalu melelahkan.
Ada beberapa cara/ metode pemberian pernapasan buatan, yaitu:
a. Cara Schafer
Cara ini penderita dalam posisi terlungkup, mukanya menghadap
kesamping, pipi rapat di atas tanah/ lantai. Posisi penolong berlutut dengan
menghadap ke punggung penderita. Kedua telapak tangan ditempatkan di atas
tulang rusuk sebelah bawah penderita dengan ibu jari berhempitan ± 3 cm
jaraknya. Kedua lengan lurus dan bongkokkanlah badan kedepan sehingga
kedua lengan menekan menekan secukupnya. Hal ini akan terjadi “Expirasi”.
Tegakkanlah badan seperti kedudukan semula, sehingga tekanan pada
dinding rongga lenyap, tapi tangan jangan dilepas dari punggung penderita.
Dengan lenyapnya tekanan muka dinding rongga akan terjadi inspirasi
secara pasif Expirasi dan inspirasi dilakukan berulang sampai dua kali per
menit cara ini kurang begitu baik karena inspirasinya secara pasif.

Gambar. Resusutasi Cara Schafer


Posisi kaki penolong dapat berganti-ganti. Penolong memegang lengan
bawah si penderita dekat sikunya lalu angkatlah ke atas sampai ke belakang
dan siku penderita hingga menyentuh lantai, ini kan terjadi “inspirasi”,
kemudian turunkanlah kembali lengan penderita ke muka, kemudian dengan
hati-hati tekanlah dada penderita maka akan terjadi “expirasi”.
Lakukan 12 kali per menit, yang perlu diperhatikan saat menekan dada
jangan terlalu keras, dapat menyebabkan patah tulang rusuk.
b. Cara mulut ke mulut
Penderita dibaringkan terlentang, kepalanya ditekan kebelakang, dagunya
ditarik sebanyak mungkin ke atas penolong menarik napas dalam-dalam,
kemudian letakkan mulut yang terbuka diatas mulut dan hidung penderita di
pijet dengan telunjuk dan ibu juri. Tiupkanlah udara perlahan-lahan sehingga
dadanya membesar, dengan demikian terjadi inspirasi dan lepaskanlah mulut
dan hidung penderita akan terjadi keluarnya udara yang ditiupkan secara
perlahan-lahanlah terjadi namanya expirasi.
c. Cara-cara Holger Niesen
Pemberian cara pernapasan buatan ini paling baik untuk dilakukan,
penolng tidak cepat lelah dan pertukaran udara baik. Expirasi maupun
inspirasi dapat ibardilakukan secara aktif dan mudah dipelajari. Caranya
penderita dibaringkan dengan telungkup dengan kening dilettakkan di atas
kedua tangan yang saling berhimpitan, penolong berdiri diatas satu kaki dan
satu lutut didepan penderita. Perlulah penderita diantara kedua tulang belikat
secara perlahan untuk mengeluarkan lidah si penderita agar tidak menghalangi
pernapasannya. Letakkanlah kedua telapak tangan di atas tulang belikat
penderita dengan kedua ibu jari menghadap tulang punggung, lengan penolong

6
lurus dan tidak dibenkokkan. Penolong membengkokkan ke depan lengan
tetap lurus dan berat badan bagian atas ditekan perlahan-lahan dan sama rata
pada punggung penderita (terjadinya expirasi secara aktif) sedang gerakan
inspirasinya, kedua tangannya penderita diuruskandi sejajar dengan bahu,
kemudian peganglah siku penderita, badan penolong di gerakkan ke belakang
untuk menarik lengan atas penderita sampai terasa tahanan bahu penderita.
Dengan demikian terjadilah inspirasi secara aktif, hal ini lakukanlah 12 kali
per menit.

Gambar. Gerakan Expirasi

Gambar. Gerakan Inspirasi


D. Keracunan
Keracunan baik memulai makanan maupun minuman sangat berbahaya dan
memerlukan pertolongan yang segera. Semakin lama pertolongan akan semakin lama
racun tersebut didalam lambung. Akibatnya racun akan terserap dalam tubuh dan akan
semaki berat pula akibatnya.
1. Definisi Keracunan Makanan
Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam
kehidupan manusia. Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk
dikonsumsi. Jaminan akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen.
Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak berarti sama
sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Makanan yang aman adalah yang tidak
tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia
berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya
tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas
makanan, baik secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan.
Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh
mikroorganisme.
Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan
sebagai suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,

7
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia (Undang - Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan).
Disebut keracunan makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan
setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau racun yang
dihasilkan oleh bakteri penyakit. Mikroorganisme ini dapat masuk ke dalam tubuh
kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah makanan atau
memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang baik. Seperti
diketahui, bakteri sangat menyukai suasana lingkungan yang lembab dan bersuhu
ruangan. Pada kondisi ini, pertumbuhan bakteri akan meningkat dengan pesat. Bila
suhu ini ditingkatkan atau diturunkan maka perkembangan biakan bakteri pun akan
berkurang atau terhenti.
Keracunan makanan merupakan penyakit yang diakibatkan pengonsumsian
makanan atau minuman yang memiliki kandungan bakteri, dan atau toksinnya,
parasit, virus atau bahan-bahan kimiayang dapat menyebabkan gangguan di dalam
fungsi normal tubuh. Keracunan makanan adalah penyakit yang berlaku akibat
memakan makanan yang tercemar. Makanan dikatakan tercemar jika ia mengandungi
sesuatu benda atau bahan yang tidak seharusnya berada di dalamnya. Keracunan
makanan merupakan sejenis gastroenteritis yang disebabkan oleh makanan yang telah
dicemari racun, biasanya bakteria. Bergantung kepada jenis racun, kekejangan
abdomen, demam, muntah dan cirit-birit akan berlaku dalam waktu 3 hingga 24 jam.
Jika makanan telah dicemari bakteria, bakteria akan menghasilkan racun yang
dikenali sebagai toksin. Toksin memberikesan langsung pada lapisan usus dan
menyebabkan peradangan.Ada berbagai jenis bakteria yang menyebabkan keracunan
makanan tetapi yang biasa didapati ialah salmonella, shigella, staphylococcusdan
E.coli yang merupakan punca utama keracunan makanan dikalangan bayi,
terutamanya bayi yang menyusui botol.
Bagi keracunan makanan yang berpunca daripada bahan bukan bakteria, tanda
penyakit juga timbul jika anak termakan bahan kimia, racun serangga atau beberapa
jenis tumbuh-tumbuhan.
2. Jenis pencemaran makanan
Biologikal – bakteria, fungi (kulat dan yis) dan virus.Fizikal – benda atau
bahan asing seperti rambut, cebisan kaca, paku dan lainlain. Kimia– racun serangga,
racun rumpai, bahan pencuci kimia, aditif makanan seperti pengawet yang
berlebihan.Beberapa jenis pencemaran makanan:
a. Keracunan makanan kaleng
Saat ini, berbagai jenis bahan makanan kaleng semakin banyak kita
jumpai. Baik sayuran, daging, sarden dan sebagainya. Proses pengalengan yang
kurang sempurna dapat merangsang timbulnya bakteri Clostridium botulinum.
Bakteri ini senang tumbuh di tempat tanpa udara, dan akan mengeluarkan racun
yang bisa merusak saraf juka sampai tertelan.
Gejala keracunan bakteri ini disebut botulisme.Gejala botulisme biasanya
akan timbul mendadak, 16-18 jam sesudah menelan makanan yang mengandung
racun tersebut. Gejala biasanya diawali dengan kelelahan dan tubuh terasa lemah.
Kemudian diikuti adanya gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini bisa
berupa penglihatan ganda (diplopia), Penglihatan kabur, kelumpuhan otot-otot dan
kelopak mata, kehilangan daya akomodasi lensa mata, dan refleks pupil mata
terhadap cahaya berkurang atau hilang sama sekali. Gejala berikutnya bisa berupa

8
kesulitan bicara, sulit menelan dan muntah yang keluar melalui hidung. Kesulitan
menelan ini bisa menyebabkan makanan masuk ke dalam saluran pernapasan yang
dapat mengakibatkan radang paru (pneumonia). Gejala juga disertai melemahnya
otot-otot tubuh, tangan dan kaki. Suhu tubuh tetap, tetapi kadang bisa meninggi.
Penderita keracunan botulisme harus dirawat di rumah sakit.
Umumnya, proses penyembuhan berjalan lambat. Sisa kelemahan otot-otot
mata bisa berlangsung beberapa bulan. Agar tidak keracunan makanan kaleng,
kita sebagai konsumen harus teliti dalam memilih makanan kaleng. Sebaiknya
pilihlah makanan yang sudah mendapat registrasi dari Departemen Kesehatan RI.
Juga, masak atau panasi dahulu makanan dalam kaleng sebelum dikonsumsi.
Jangan dimakan bila terdapat bahan makanan yangrusak atau membusuk.
b. Tercemar zat kimia
Sayuran dan buah-buahan biasanya telah dicemari oleh zat kimia, baik
sebagai pengawet maupun racun pembasmi hama (yang sering digunakan petani
sebelum dipanen). Zat-zat kimia ini bisa berupa arsen, timah hitam, atau zat-zat
yang bisa menyebabkan keracunan. Selain itu, makanan seperti acar, jus buah,
atau asinan yang disimpan di dalam tempat yang dilapisi timah (bahan pecah
belah yang diglasir), cadmium, tembaga, seng atau antimon (panci yang dilapisi
email) juga dapat menimbulkan keracunan dengan berbagai gejala, tergantung
pada logam-logam yang meracuninya. Keracunan akibat kelebihan bahan
pengawet juga bisa terjadi, misalnya sodium nitrit. Cadmium yang digunakan
untuk melapisi barang-barang dari logam dapat larut dalam makanan yang
bersifat asam, sehingga jika ikut termakan dalam jumlah banyak makanan
tersebut bisa menimbulkan keracunan. Gejalanya antara lain mual, muntah, diare,
sakit kepala, otot-otot nyeri, ludah berlebihan, nyeri perut, bahkan dapat
menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Nitrit sering digunakan sebagai bahan
pengawet untuk menjaga atau mempertahankan warna daging.
Jika dikonsumsi berlebihan, makanan yang mengandung zat kimia ini
mengakibatkan keracunan dengan gejala pusing, sakit kepala, kulit memerah,
muntah, pingsan, tekanan darah menurun dengan hebat, kejang, koma dan sulit
bernapas. Upaya pencegahan yang bisa dilakukan agar tidak teracuni zat kimia,
yaitu dengan mancuci bersih buah-buahan, sayuran dan daging sebelum diolah.
Selain itu, jangan manyimpan bahan makanan yang bersifat asam (sari buah, acar,
asinan) di dalam panci yang terbuat dari logam.
c. Racun alam pun bisa bahaya
Ada beberapa jenis bahan makanan, baik dari hewan maupun tumbuhan
sudah mengandung zat beracun secara alamiah. Salah satu tumbuhan yang sering
menyebabkan keracunan adalah jamur. Ada dua macam jamur dari jenis amanita
yang sering menyebabkan keracunan. Jamur Amanita muscaria mengandung
racun muscarine yang jika termakan akan menimbulkan gejala-gejala tertentu dua
jam setelah tertelan, yaitu keluar air mata dan ludah secara berlebihan,
berkeringat, pupil mata menyempit, muntah, kejang perut, diare, rasa bingung, dan
kejang-kejang yang bisa menyebabkan kematian. Jamur Amanita phalloides
mengandung racun phalloidine yang akan menimbulkan gejala keracunan 6-24
jam setelah tertelan, dengan gejala mirip keracunan muscarine. Selain itu
penderita tidak bisa kencing dan akan mengalami kerusakan hati.
Dari jenis hewan, beberapa ikan laut juga dapat menyebabkan keracunan.
Beberapa jenis ikan laut di daerah tropis akan beracun pada waktu-waktu tertentu

9
dalam satu tahun. Sedangkan jenis lainnya akan beracun sepanjang tahun.
Beberapa contoh ikan beracun antara lain ikan gelembung, ikan balon, belut laut,
ikan landak, ikan betet, mackerel, dan lain-lain. Gejala keracunan ikan dapat
dirasakan setengah sampai empat jam sesudah dimakan, yaitu gatal di sekitar
mulut, kesemutan pada kaki dan lengan, mual, muntah, diare, nyeri perut, nyeri
persendian, demam, menggigil, sakit pada saat kencing, dan otot tubuh terasa
lemah. Untuk mencegah keracunan ikan, sebaiknya jangan mengonsumsi jenis
ikan yang beracun. Selain itu, bekukanlah ikan laut (simpan dalam lemari
pendingin) segera setelah ditangkap.
Produk laut lain yang sering menimbulkan keracunan adalah jenis kerang-
kerangan. Remis, kerang, tiram, dan jenis kerangkerangan lain yang hidup di
daerah laut tertentu sering mengandung racun, terutama pada musim panas. Gejala
keracunan timbul lima sampai 30 menit setelah makanan tertelan, berupa rasa
kebal di sekitar mulut, mual, muntah, kejang perut yang diikuti kelemahan otot
dan kelumpuhan saraf tepi. Kegagalan pernapasan juga bisa terjadi hingga
berujung pada kematian. Agar tidak keracunan kerang, tahanlah untuk
memakannya pada musim panas.
3. Faktor-faktor Penyebab terjadinya Kasus Keracunan Makanan
1. Masalah kebersihan dan proses mengolah makanan yang tidak hygienes.
Jika kita berbicara tentang kebersihan dan proses mengolah makanan yang
tidak hygienes, maka kita tidak lepas dari 6 prinsip upaya hyigene sanitasi
makanan yang saat ini sering diabaikan oleh para pengelola usaha jasa boga atau
katering dalam memperoses makanan tersebut. Kita lihat satu persatu risiko yang
ditimbulkan terhadap manusia:
a. Prinsip 1, Pemilihan Bahan Makanan.
Bahan makanan yang dimaksud disini adalah bahan makanan yang mentah
(segar) yaitu bahan makanan yang perlu pengolahan sebelum dihidangkan,
contohnya daging, beras, sayuran, singkong dan kentang.
b. Prinsip 2, Penyimpanan bahan makanan.
Penyimpanan bahan makanan sebelum diolah perlu perhatian khusus mulai
dari wadah tempat penyimpanan sampai dengan cara penyimpanannya perlu
diperhatikan dengan maksud untuk menghindari terjadinya keracunan karena
kesalahan penyimpanan. Contoh bahan makanan seperti bumbu dapur yang
digunakan untuk proses pengolahan makanan hendaknya ditata dengan baik
dalam wadah yang berbeda, sehingga apabila akan menggunakannya dengan
mudah dapat mengambilnya, hindari penyimpanan bahan beracun dengan
tempat penyimpanan bumbu dapur. Selain itu penyimpanan bahan makanan
yang mudah rusak seperti ikan, sayur- sayuran, toamt, lombok yang belum
digunakan sebaiknya disimpan dalam lemari es sesuai dengan suhu
penyimpannya, sedangkan yang tidak mudah rusak disimpan digudang atau
pada lemari bahan makanan.
Kerusakan bahan makanan dapat terjadikarena:
• Tercemar bakteri karena alam atau perlakuan manusia.
• Adanya enzim dalam makanan yang diperlukan untuk proses
• pematangan seperti pada buah-buahan.
• Kerusakan mekanis akibat gesekan, tekanan, dan benturan.
c. Prinsip 3 Pengolahan Makanan.

10
Pengolahan makanan menjadi makanan siap santap merupakan salah satu titik
rawan terjadinya keracunan, banyak keracunan terjadi akibat tenaga
pengolahnya yang tidak memperhatikan aspek sanitasi. Pengolahan makanan
yang baik adalah yang mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip hyigiene dan
sanitasi, yang dikenal dengan istilah Good Manufactering Practice (GMP) atau
cara produksi makanan yang baik.
d. Prinsip 4, Penyimpanan makanan masak.
Makanan masak merupakan campuran bahan yang lunak dan sangat disukai
bakteri. Bakteri akantumbuh dan berkembang dalam makanan yang berada
dalam suasana yang cocok untukhidupnya sehingga jumlahnya menjadi
banyak. Diantara bakteriterdapat beberapa bakteri yang menghasilkan racun
(toksin), ada racun yang dikeluarkan oleh tubuhnya (eksotoksin), dan ada yang
disimpan dalam tubuhnya (endotoksin/ enterotoksin). Sementara di dalam
makanan juga terdapat enzim. Enzim terutama terdapat pada sayuran dan
buah-buahan yang akan menjadikan buah matang dan kalau berlangsung terus
buah akan menjadi busuk.Proses penyimpanan makanan yang telah diolah
harus diperhatikan
hal-hal yang dapat menyebabkan terkontaminasi, antara lain:
e. Prinsip 5, Pengangkutan makanan
Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan dalam mencegah
terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih
tinggi risikonya dari pada pencemaran pada bahan makanan. Oleh karena itu
titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak.
Dalam proses pengangkutan makanan banyak pihak yang terkait mulai dari
persiapan, pewadahan, orang, suhu, dan kendaraan pengangkut sendiri.
Makanan siap santap lebih rawan terhadap pencemaran sehingga perlu
perlakuan yang ekstra hatihati.
f. Prinsip 6, Penyajian Makanan
Penyajian makanan merupakan rangkaian akhir dari perjalanan makanan.
Makanan yang disajikan adalah makanan yang siap santap. Makanan siap
santap harus laik santap, laik santap dapat dinyatakan bilaman telah dilakukan
uji organoleptik dan uji biologis, disamping uji laboratorium yang dilakukan
secara insidental bila ada kecurigaan. Penyajian makanan juga salah satu
faktor yang dapat menyebabkan keracunan pada makanan. Penyajian oleh jasa
boga berbeda dengan rumah makan.
4. Tanda-Tanda dan Gejala Keracunan Makanan Tanda-tanda umum
Tanda-tanda umum
• Kekejangan otot.
• Demam.
• Sering membuang air besar. Tinja cair dan mungkin disertai
• darah, nanah atau mukus.
• Otot-otot lemah dan badan berasa seram sejuk.
• Lesu dan muntah
• Memulas dan sakit perut
• Kadangkala demam dan dehidrasi
• Cirit birit
• Hilang selera makan.
Gejala yang dialami berbeza dari seorang ke seorang yang lain dan bergantung
kepada:

11
• Jenis racun atau jenis bacteria
• Jumlah racun atau bakteria yang termakan
• Umur seseorang
• Ketahanan seseorang
Biasanya tanda-tanda dan gejala mulai timbul beberapa jam selepas memakan
makanan yang tercemar atau beberapa hari kemudiannya. Waktu timbulnya gejala
setelah seseorang mengkonsumsi makanan beracun sangat bervariasi tergantung jenis
mikroorganisme yang menginfeksi. Namun rata rata mereka akan mengeluhkan
gangguan kesehatan setelah 30 menit sampai 2 minggu setelah menyantap makanan
beracun. Keluhan yang dirasakan antara lain nyeri perut, mules, diare, muntah dan
demam. Keluhan ini dirasakan dari tingkat ringan sampai berat. Tanda-tanda khusus
keracunan makanan bergantung kepada jenis bakteria atau organismanya seperti:
a. Keracunan oleh bakteria
Campylobacterosis disebabkan oleh bakteria campylobacter jenis ini yang
terdapat dalam ayam mentah, daging dan susu tidak pasteur. Tanda-tanda
keracunan bermula 2-5 hari selepas makan. Selain dari tanda-tanda umum,
pesakit akan mengalami demam dan najis mengandungi darah.
b. Toksin
Cirit-birit yang dialami oleh pengembara disebabkan oleh bakteria Escherichia
coli atau E. coli yang boleh menghasilkan toksin. Penyakit ini berlaku kerana
penyediaan makanan dan air tidak bersih. Cereus disebabkan oleh bakteria
bacillus cereus. Tanda-tanda umum dirasai di antara 1-18 jam selepas makan.
Bagaimanapun, keracunan jenis ini tidak melebihi 24 jam. Cholera disebabkan
oleh bakteria vibro cholera yang terdapat dalam ikan, kerang, kupang dan jenis-
jenis siput yang ditangkap di kawasan air yang tercemar. Tanda-tanda bermula
antara 1-3 hari selepas makan dan boleh bermula dengan cirit-birit ringan dan
seterusnya maut akibat badan kehilangan air hasil daripada cirit-birit yang teruk.
Gastroenteritis disebabkan oleh Yersinia enterocolitica, sejenis bakteria yang
terdapat dalam daging, air, sayuran mentah dan susu tidak pasteur. Tanda-tanda
bermula 2-5 hari selepas makan. Selain daripada tanda umum, demam dan
kelesuan mungkin berlaku sama seperti demam selsema. Jika tidak dirawat
pesakit boleh menjadi lebih teruk lagi.
Listeriosis kerana bakteria Listeria monocytogenes. Walaupun jarang berlaku
ia boleh menyebabkan maut. Tanda penyakit termasuklah kesejukan, keracunan
darah dan kelahiran tidak cukup bulan bagi wanita mengandung. Dalam kes yang
parah, penyakit ini boleh menyebabkan kerosakan otak dan saraf tunjang.
Shigeliosis atau Disenteri disebabkan oleh bakteria Shigella sp., tanda- tanda
bermula dalam masa 1-7 jam selepas makan. Selain daripada tanda-tanda umum,
darah, nanah atau lendir boleh terdapat dalam najis.
Salmonelosis. Keracunannya disebabkan oleh bakteria Salmonella yang
didapati dalam ayam. Tanda-tanda umum dirasakan selepas 24-48 jam.
Staphylococcus aureus sejenis bakteria yang sukar dihapuskan walaupun pada
suhu tinggi. Keracunan jenis ini sering berlaku. Tandanya dirasai dalam jangka
masa 1-8 jam selepas makan, serta berlarutan sehingga 24-48 jam. Tanda-
tandanya agak umum. Keracunan berpunca dari virus.
Hepatitis A disebabkan oleh virus yang terdapat dalam kerang dan siput- siput
yang ditangkap di dalam air yang dicemari oleh air kumbahan dan sayuran
mentah yang tidak dibersihkan dengan sempurna. Tanda-tanda bermula dari 2-6
12
minggu selepas makan dan pesakit akan mengalami demam,lemah badan, tidak
berselera dan jaundis. Bagi kes yang parah, kerosakan hati boleh berlaku dan
membawa maut.
Norwalkvirus disebabkan oleh virus Norwalk yang didapati dalam kerang dan
siput-siput yang ditangkap di kawasan yang dicemari najis manusia.Keracunan
berpunca akibat memakan siputsiput mentah dan dimasak tidak sempurna.
Keracunan berpunca dari protozoa.
Giardiasis disebabkan oleh protozoa Giardia lamblia terdapat dalam saluran
usus dan najis manusia. Air kumbahan yang digunakan sebagai baja pada sayur
dan penyedia makanan tidak membersihkan tangan adalah puncak berlaku
keracunan ini.
Amebiasis dikenali juga sebagai disenteri amebik dan disebabkan oleh
Entamoeba histolytica.Puncanya adalah sama seperti keracunan protozoa Giardia
lamblia. Tanda-tanda keracunan ialah kawasan badan di sekitar hati dan usus
besar menjadi lembut, cirit-birit, rasa berdebar, kehilangan berat dan lemah
badan. Puncapunca lain keracunan. Keracunan makanan juga boleh disebabkan
oleh cendawan beracun atau buah dan sayuran yang dicemari dengan racun
serangga yang tinggi kepekatannya.
5. Penanganan dan Pencegahan Keracunan Makanan
a. Penanganan Keracunana Makanan
Penanganan utama untuk kejadian keracunan makanan adalah dengan cara
mengganti cairan tubuh yang keluar (karena muntah atau diare) baik dengan
minuman ataupun cairan infus. Bila perlu, penderita dapat dirawat di rumah sakit.
Hal ini tergantung dari beratnya dehidrasi yang dialami, respon terhadap terapi &
kemampuan untuk meminum cairan tanpa muntah. Berikut adalah beberapa hal
yang dilakukan untuk menangani kasus keracunan makanan:
1. Pemberian obat anti muntah & diare.
2. Bila terjadi demam dapat juga diberikan obat penurun panas.
3. Antibiotika jarang diberikan untuk kasus keracunan makanan. Karena pada
beberapa kasus, pemberian antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya
pada kasus tertentu yang spesifik, antibiotika diberikan untuk memperpendek
waktu penyembuhan.
4. Bila mengalami keracunan makanan karena jamur atau bahan kimia tertentu
(pestisida). Penanganan yang lebih cepat harus segera diberikan, termasuk
diantaranya pemberian cairan infus,tindakan darurat untuk menyelamatkan
nyawa ataupun pemberian penangkal racunnya seperti misalnya karbon aktif.
Karena kasus keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya penderita langsung
dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
b. Pencegahan Keracunan Makanan
Ada enam langkah mencegah keracunan makanan diantaranya yaitu:
1. Pemilihan bahan makanan,
2. Penyimpanan makanan mentah,
3. Pengolahan bahan makanan,
4. Penyimpanan makanan jadi,
5. Pengangkutan,
6. Penyajian makanan kaya serat, terlalu banyak gula, pedas, minuman
kafein dan soda.
Selain itu cara-cara menghindari dan mencegah keracunan dari
beberapa bahan makanan sebagai berikut:
13
Masaklah daging, unggas & telur hingga masak seluruhnya. Dengan
memastikan kematangan masakan dapat meyakinkan bahwa bakteri yang
mungkin terdapat pada bahan masakan tersebut telah mati seluruhnya.
Pisahkan wadah antara bahan makanan yang masih mentah dengan yang sudah
matang. Hindari kemungkinan kontaminasi bakteri dari bahan mentah dengan
selalu mencuci tangan, pisau & peralatan yang sebelumnya digunakan untuk
memproses daging mentah. Sebelum digunakan pada makanan yang sudah
matang. Dinginkan. Simpan makanan yang masih tersisa pada lemari es
segera. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada suhu ruangan, jadi sebaiknya
simpan makanan yang tersisa bila tidak dikonsumsi dalam waktu 4 jam
kedepan. Bersihkan. Cuci buah segar & sayuran di bawah air yang mengalir
untuk menghilangkan tanah & kotoran yang mungkin ada. Sebaiknya buang
lapisan terluar dari kol atau sawi putih. Karena bakteri dapat tumbuh pada
permukaan tempat memotong makanan, sebaiknya hindari meninggalkan
sayur & buah pada suhu ruangan dalam waktu yang lama. Selain itu, jangan
menjadi sumber dari penyakit juga, selalu cucilah tangan dengan sabun & air
sebelum menyiapkan makanan. Hindari menyiapkan makanan ketika sedang
mengalami diare. Bila terjadi kasus keracunan makanan, laporkan secepatnya
pada petugas kesehatan terdekat. Untuk dapat menghindari terjadinya kejadian
yang lebih parah lagi. Hal-hal yang pelu diperhatikan saat memilih makanan:
1) Bila makan diluar, perhatikan kebersihan makanannya.
2) Jangan memakan makanan yang sudah berbau asam/basi.
3) Jangan memakan makanan yang tampak sudah ditumbuhi oleh jamur.
4) Bila minum es, perhatikan es batu yang digunakan karena es balok
biasanya dibuat dengan air mentah untuk tujuan pengawetan ikan & bukan
diperuntukkan untuk dikonsumsi.
Selain itu makanan yang baik dikonsumsi ketika keracunan makanan
adalah pisang, nasi, apel dan roti, setelah dua hari atau lebih boleh mengonsumsi
kentang, wortel yang dimasak, biskuit serta buah dan sayuran lainnya. Sedangkan
untuk cairannya bisa minum air putih, minuman olahraga, teh herbal dan jus buah
(selain jus pir dan jus apel karena bisa memicu diare)
c. Langkah-Langkah Penanggulangan Keracunan Makanan
1) Pemeriksaan penderita di puskesmas/ rumah sakit
2) Pemeriksaan specimen penderita
3) Pemeriksaan sampel makana.
4) Membuat evaluasi kasus keracunan
5) Menentukan jenis makanan yang dicurigai Menarik kesimpulan kasus
keracunan berdasarkan
Dengan demikian gejalanya keracunan penderita pertama kali merasakan
pusing, mual dan diakhiri muntah-muntah. Nyeri dan kejang pada perut, terkadang
mencret dengan kesadaran menurun dan ini akan berakibat kematian. Adapun cara
pertolongan ketika mengalami keracunan adalah antara lain adalah sebagai berikut.
1) Diupayakan penyebab keracunan tersebut supaya mudah menanganinya.
2) Diusahakan secepatnya mengeluarkan racun yang masih ada, baik itu dengan
rangsangan dimasukkannya jari ke mulut, maupun pompa secara medis.
3) Setelah racunnya dikeluarkan, penderita diberi minum susu atau putih telur
mentah dari 2-3 butir, untuk melepaskan jaringanjaringan yang mengalami
rusak.

14
4) Untuk menyerap racun yang masih ada dalam lambung, berikan 2 sendok
norit, maupun bakaran roti yang hangus. Kirimlah penderita kedokter maupun
kerumah sakit.
E. Gangguan Keadaan Umum
Gangguan keadaan umum adalah menyangkut mengenai alat-alat yang digunakan
untuk hidup yaitu:
• Susunan pernapasan (tidak teratur pernapasan)
• Susunan saraf pusat (ditandai dengan menurunya kesadaran)
• System peredaran darah (ditandai dengan tidak teraturnya bahkan tidak
berdenyut sama sekali nadi/ jantumg)
1. Kelengar
Kondisi seseorang ini kesasaranya menurun, muka pusat, berkeringat dingin,
nadi cepat dan hamper tidak teraba. Kelengar dapat sembuh dengan sendirinya
dalam beberapa menit, tapi dapat pula memburuk bahkan sampai meninggal.
a. Penyebabnya yaitu pengambilan O2 kurang banyak, kemungkinan benyaknya
orang berdesakan, terlalu capai, kepanasan, emosi (terlalu sedih) takut, ngeri
(melihat darah) dan sebagainya.
b. Cara menolong:
1) Bawahlah kedaerah yang teduh segar banyak udara dan tidak
dikerumuni orang.
2) Baringkanlah diatas tanah, bangku, tanpa alas kepala sejajar dengan
badan, miringkanlah apabila mau muntah.
3) Berikan bau-bauan Rangsanglah dengan bau-bauan kepada penderita
berupa: alkohol ammonia, minyak wangi, bawang putih dan
sebagainya.
4) Boleh diberikan minum, manaklah penderita sudah mampu meminum
sendiri yaitu dengan minuman, hangat-hangat pakai gula.
2. Syok
Syok adalah suatu gangguan, dimana pembuluh darah kurang teris sehingga
pengaliran darah mengalami gangguan sehingga kesadaran munurun, tak bergerak
namun gelisah, muka pucat, bibir kering dan selalu haus. Penderita lemah mengantuk,
keringat dingin, nadi cepat dan sukar dirasakan.
Penyebab: Perdarahan, cairan tubuh banyak keluar karena hilang bersama
muntah dan diarrhea, pada luka bakar yang luas, keadaan alergi, sakit yang hebat.
Cara menolong
1. Mintalah pertolongan dokter dan penderita segera di bawah ke rumah
sakit.
a. Bawalah penderita ke tempat yang segar udaranya, dijauhkan dari tempat
kecelakaan.
b. Perdarahan yang ada dihentikan dengan jalan membalutnya.
c. Cegah terjadinya infeksi pada luka-luka yang ada.
d. Longgarkan pakaian yang menjepit leher, dad dan perut agar pernapasan
tak terganggu.
e. Selimuti penderita agar tidak kedinginan, sebaliknya dijaga agar jangan
berkeringat, jadi selimutnya jangan terlalu tebal.
f. Bila penderita masih sadar dan menginginkannya berilah minum air the
hangat bergula atau susu. Jangan diberi alkohol.

15
Gambar. Perawatan Otak Syok
3. Pingsan
Pingsan adalah gangguan yang lebih berat dari kelengar. Kesadarn menurun.
Berbeda dengan kelengar, pada keadaan pingsan penderita tidak member reaksi
menghindari bila dirangsang dengan rangsang sakit. Pada kelengar masih ada reflex
menghindari rangsang sakit dan bila dipanggul masih memberi jawaban walaupun
tidak jelas. Pada orang pingsan tidak memberi jawaban sama sekali. Biasanya tak
bergerak tapi dapat pula gelisah. Pernapasan dapat teratur maupun tidak. Nadi
biasanya cepat dan sukat untuk meraba. Dapat pula lambat dan tak teratur.
Penyebab:
• Darah kekurangan oksigen yang disebabkan karena pernapasan
terhalang misalnya: tercekik, saluran napas tersumbat, tenggelam
tertimbun, atau karena udara pernapasan kurang mengandung oksigen,
misalnya bekurung dalam ruang tetutup dan tidak berventilasi.
• Kerusakan jaringan otak misalnya: karena pukulan yang
• mengenai kepala, karena tabrakan (gegar otak), karena infeksi
• pada otak dan sebagainya.
• Keracunan dapat memulai makanan/ minuman ataupun
• memulai pernapasan.
• Tertekan arus listrik
• Penyakit-penyakit misalnya: ayan (epilepsi), penyakit ginjal yang
• berat, kencing manis (dabetes melitus)
Cara menolong:
Pertolongan sama dengan pada kelngar hanya harus disesuaikan dengan faktor
penyebabnya. Harus diusahakan agar penderita segera mendpatkan pertolongan
dokter.
4. Mati suri
Mati suri adalah dimana penderita tidak sadar, pergerakan napas dan denyut
jantug berhenti atau tak dapat dirasakan, tapi kaku mayat dan lebam mayat tidak
terdapat.
Penyebab pingsan sama dengan yang lainnya, Karena mati suri inipun
merupakan tingkat lanjutan dari gangguan keadaan umum yang lainnya yang lebih
ringan. Bila dalam keadaan mati suri ni penderita masih belum mendapatkan
pertolongan, ia akan meinggal.
Cara menolong yang terpenting adalah:
• Perbaikan pernapasan dengan jalan melakukan “pernapasan buatan”
(resusitasi).
• Perbaikan peredaran darah dengan jalan “mengurut jantung” (masase
jantung).

16
Sebaiknya sebaiknya pernapasan buatan dan masase jantung dilakukan
bersamaan. Usaha pertolongan ini dilakukan sampai penderita bernapas teratur dan
denyut natangadi teraba dipergelangan tangan atau sampai penderita meninggal yang
sedapat-dapatnya ditentukan oleh dokter. Dalam memberikan pertolongannya perlu
keuletan dan usaha yang sungguh-sungguh, karena seringkali baru menunjukkan ada
hasinya setelah dilakukan beberapa jam. Tanda-tanda mati perlu diketahui karena
selama tandatanda ini belum nampak, maka usaha pernapasan buatan masih harus
terus dilakukan. Tanda-tanda mati yang pasti adalah:
• Kaki mayat (rigor mortl. Mula-ta meninggis)
Kaku mayat timbul 2 – 4 jam setelah penderita meninggal. Mula-mula pada
otot rahang dan otot-otot kuduk ke otot-otot anggota gerak dan otot yang
lainnya. Lengkap selama 12 jam.
• Lebam mayat (livoris mortis)
Terjadi 3 – 4 jam setelah penderita meninggal. Berupa bercak-bercak biru
ungu yang terdapat pada bagian terendah dari mayat. Bila telungkup terdapat
pada bagian punggung dan betis, bila telungkup terdapat pada bagian muka,
perut dan bagian tubuh sebelah muka yang lainnya.

17
BAB III

Pencegahan Perawatan Cidera (PPC)

A. Penanganan Perdarahan
Penanganan cedera dinilai lewat tingkatan cedera berdasarkan adanya perdarahan
lokal.
1. Akut (0-24 jam)
Kejadian cedera antara saat kejadian sampai proses perdarahan berhenti, biasanya 24
jam, pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2. Sub-akut (24-48 jam)
Masa akut telah berakhir, perdarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah lagi. Bila
pertolongan tidak benar dapat kembali ke tingkat akut, berdarah lagi.
3. Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Perdarahan telah berhenti, kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut, penyembuhan
telah mulai. Dengan pertolongan yang baik masa ini dapat dipersingkat, pelatih harus
mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus meminta pertolongan dokter.
B. Penanganan Pertama
Pulihnya atlet dan mampu aktif kembali sangat tergantung dan keputusan yang
dibuat saat terjadi cedera, serta pertolongan yang diberikan, bila dokter tidak ada, pelatih
terpaksa harus memutuskan sendiri, keadaan ini paling banyak berlaku. Pelatih harus
mampu memutuskan apakah atlet terus atau berhenti, untuk cedera yang berat
keputusannya menjadi sangat sulit. Bila regu istirahat atlet anda, pelatih sebaiknya
mampu melakukan pemeriksaan praktis secara fungsional di lapangan.
C. Penanganan Rehabilitasi Medik
Pada terjadinya cedera olahraga upaya rehabilitas medik yang sering digunakan
adalah:
1. Pelayanan spesialistik rehabilitasi medik
2. Pelayanan fisioterapi
3. Pelayanan alat bantu (ortesa)
4. Pelayanan pengganti tubuh (protesa)
Penanganan rehabilitasi medik harus sesuai dengan kondisi cedera (Manske, 2006).
1. Penanganan Rehabilitasi Medik Pada Cedera Olahraga Akut
Cedera akut ini terjadi dalam waktu 0 – 24 jam. Yang paling penting
penanganannya adalah pertama evaluasi awal tentang keadaan umum penderita,
untuk menentukan apakah ada keadaan yang mengancam kelangsungan hidupnya.
Bila ada tindakan pertama harus berupa penyelamatan jiwa. Setelah diketahui tidak
ada hal yang membahayakan jiwanya atau hal tersebut telah teratasi maka dilanjutkan
upaya yang terkenal RICE (Peterson & Renstrom, 2000) yaitu:
R – Rest: Di istirahatkan, adalah tindakan pertolongan pertama yang esensial
penting untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut. Dalam hal ini bagian yang
cedera tidak boleh dipakai atau digerakan, rest ini tujuan sama dengan fungsiolesi,
supaya perdarahan lekas berhenti dan mengurangi pembengkakan
I – Ice: Terapi dingin, gunanya mengurangi perdarahan dan meredakan rasa nyeri.
Tujuan: Untuk menghentikan perdarahan penyempitan atau vasokontraksi
sehingga memperlambat aliran darah, Supaya perdaran darah lekas berhenti dan
mengurangi pembengkakan, dan Mengurangi sakit.

18
C – Comperatio: Penekanan atau balut tekan gunanya membantu mengurangi
pembekakan jaringan dan perdarahan lebih lanjut dan untuk mengurangi pergerakan
E – Elevation: Mengangkat bagian cedera lebih tinggi dari letak jantung. Supaya
pendarahan berhenti dan pembengkakan dapat segera berkurang, karena aliran darah
ke arteri menjadi lambat (melawan gaya gravitasi bumi) sehingga perdarahan mudah
berhenti, sedangkan aliran vena menjadi lancar sehingga pembengkakan berkurang
dan peninggian daerah cedera gunanya mencegah stasis, mengurangi edema
(pembengkakan) dan rasa nyeri.
Jadi kesimpulan setelah cedera 24 jam sampai dengan 36 jam, Setelah dijelaskan
metode rice tahapan pertama sekarang kita sampai pada tahapan kedua pengobatan
yaitu pemberian kompres panas disebut juga dengan head treatment tujuannya
adalah mencerai beraikan traumatic effusion (cairan plasma darah yang keluar dan
masuk di sekitar tempat yang cedera).
2. Penanganan Rehabilitasi pada Cedera Olahraga Lanjut
Pada masa ini rehabilitasi tergantung pada problem yang ada antara lain berupa:
a. Pemberian modalitas terapi fisik Terapi dingin
Cara pemberian terapi dingin:
1) Kompres Dingin:
Teknik potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu
kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya: 20 –30 menit dengan interval
kira-kira 10 menit.
2) Massage es:
Tekniknya dengan menggosokkan es yang telah dibungkus dengan lama 5–7
menit, dapat diulang dengan tenggang waktu 10 menit.
3) Pencelupan/ peredaman:
Teknik yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin
yang dicampur es lamanya 10 – 20 menit.
4) Semprot dingin:
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane kebagian tubuh
yang cedera.
b. Terapi panas
Pada umumnya tolerasi yang baik terhadap terapi panas adalah bila diberikan
pada fase subakut dan kronis dari suatu cedera, namun tetapi panas dapat pula
diberikan pada keadaan akut. Panas yang kita berikan ketubuh akan masuk atau
berpenetrasi kedalamnya. Kedalam penetrasi ini tergantung pada jenis terapi
panas yang diberikan seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel. Terapi Panas Menurut Kedalaman Penetrasinya

Secara ringkas efek pemberian panas secara local dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:

19
Tabel. Respons Fisiologis Terhadap Panas

c. Terapi air (Hydrotherapy)


Pada bagian kasus pemberian terapi air akan banyak menolong. Terapi air dipilih
karena adanya efek daya apung dan efek pembersih jenis terapi ini dapat kita
berikan dengan memakai bak atau kolam air. Tekhnik lain terapi air adalah
“contrast bath” yaitu dengan menggunakan dua buah bejana. Satu buah diisi air
hangat suhu 40.50-43.30 C dan satunya lagi diisi air dingin dengan suhu 100- 150 C
anggota gerak yang cedera bergantian dengan waktu sebagai berikut:
Tabel. Hydrotherapy

Keterangan:
H : hangat
D : dingin
Lama waktu keseluruhan 25 – 35
d. Perangsangan Listrik
Perangsangan listrik mempunyai efek pada otot yang normal maupun otot yang
nervasi. Efek rangsangan listrik pada otot normal antara lain relaksasi otot
spasme, re-edukasi otot, mengurangi spastisitas dan mencegah terjadinya
trombolebitis. Sedang pada otot denervasi efeknya meliputi menunda progerese
atropi otot, memperbaiki sirkulasi darah dan nutrisi.
e. Massage
Dengan memberikan masase yang lembut dan ringan kurang lebih satu minggu
setelah trauma mungkin akan dapat mengatasi rasa nyeri tersebut. Dengan syarat
diberikan dengan betul dengan dasar ilmiah akan efektif untuk mengurangi
bengkak dan kekakuan otot.
f. Pemberian terapi latihan
Waktu untuk memulai terapi latihan tergantung pada macam dan derajat
cederanya. Pada cedera otot misalnya terjadi kerusakan/ robekan serabut otot
bagian central memerlukan waktu pemulihan 3 kali lebih lama dibandingkan
dengan robeknya otot bagian perifer. Sedangkan cedera tulang persendian
(ligamen) memerlukan waktu yang lebih lama (Tsatsouline, 2002).
1) Latihan luas gerak sendi
2) Latihan peregangan
3) Latihan daya tahan
4) Latihan yang spesifik (untuk masing-masing bagian tubuh)

20
3. Pemberian ortesa (alat bantu tubuh)
Pada terjadinya cedera olahraga yang akut ortesa terutama berfungsi untuk
mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera, sehingga membantu mempercepat
proses penyembuhan dan melindungi dari cedera ulangan. Pada fase berikutnya oresa
dapat berfungsi lebih banyak antara lain: ortesa leher, dan support pada anggota
gerak bawah, mencegah ter jadinya deformitas dan meningkatkan fungsi anggota
gerak yang terganggu.

Gambar. Ortesa Leher (Mardalena, 2021)


4. Pemberian protesa (pengganti tubuh)
Protesa adalah suatu alat bantu yang diberikan para atlet yang cedara yang
mengalami kehilangan sebagian anggota geraknya. Fungsi dari alat ini adalah untuk
menggantikan bagian tubuh yang hilang akibat dari cedera tersebut.

Gambar. Protesa

21
BAB IV

Pencegahan Penyakit Dan Pertolongan Pertama Penyakit

Pencegahan penyakit bertujuan untuk mengenali, menemukan dan menunda segala


kemungkinan penyakit yang mungkin muncul atau diderita. Maka dapat disimpulkan bahwa
pencegahan penyakit adalah langkah-langkah yang dilakukan mencegah terjadinya gangguan
kesehatan pada makhluk hidup yang dapat mencegah sebuah gangguan kesehantan pada
tubuh manusia. Pencegahan penyakit adalah Tindakan yangditujukan untuk mencegah,
menunda,mengurangi, membasmi, mengeliminasipenyakit dan kecacatanm dgn
menerapkansebuah atau sejumlah intervensi yg telahdibuktikan efektif. (Kleinbaum, et al.,
1982; Last, 2001). Konsep pencegahan adalah suatu bentuk upaya sosial untuk promosi,
melindungi, dan mempertahankan kesehatan pada suatu populasi tertentu. Pencegahan
penyakit dibagi menjadi tiga jenis, yakni pencegahan primer, pencegahan sekunder dan
pencegahan tersier. Berikut penjelasannya:
1. Pencegahan primer
Pencegahan ini bertujuan untuk menghindari atau meminimalisir perkembangan
penyakit atau kecacatan yang mungkin diidap atau terjadi pada individu. Contoh
pencegahan primer adalah menghentikan kebiasaan merokok, menurunkan kolestrol,
meminum obat penurun tekanan darah dan rajin berolahraga. Selain itu bisa
mengonsumsi makanan bergizi sesuai dengan kebutuhan atau mempertahankan berat
badan yang ideal.
2. Pencegahan sekunder Pencegahan ini dilakukan dengan mendeteksi sedini mungkin
penyakit yang mungkin diderita. Hal ini dilakukan agar penyakit tidak semakin parah
atau terjadinya komplikasi. Selain itu, pencegahan sekunder juga dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi dan kecacatan sebelum penyakit semakin parah.
Contoh pencegahan sekunder adalah melakukan pemeriksaan secara mandiri atau ke
dokter untuk individu yang mempunyai gejala penyakit kronis.
3. Pencegahan tersier
Bertujuan untuk mengurangi berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi dari suatu
penyakit. Pencegahan ini juga dilakukan untuk meminimalisir komplikasi dan
meningkatkan kualitas hidup penderita penyakit. Contoh pencegahan tersier adalah
rajin mengonsumsi obat yang diberikan dokter. Pencegahan penyakit dilakukan untuk
mencegah segala kemungkinan buruk yang mungkin terjadi. Hentikan kebiasan buruk
agar terhindar dari berbagai penyakit mematikan (Kompas, 2020).
Pertolongan pertama penting karena dapat mencegah dampak dari kecelakaan
bertambah parah. Bahkan, pada kondisi yang serius, Anda bisa menyelamatkan nyawa orang
lain. Untuk itu, ketahuilah beberapa teknik dasar pertolongan pertama dalam ulasan ini.
Pertolongan pertama adalah cara yang bisa dilakukan untuk membantu diri sendiri
atau seseorang yang tiba-tiba sakit atau mengalami kecelakaan. Kejadian yang dialami bisa
berupa hal yang menyebabkan luka ringan, berat, hingga kondisi medis darurat. Pemberian
pertolongan terlebih dahulu bisa membantu pasien untuk bertahan sampai bantuan medis tiba.
Berikut adalah hal dasar yang harus Anda ketahui jika ingin melakukan pertolongan pertama
(Firdaus, 2021).

22
1. Mengatasi memar

 Apa yang harus dilakukan: kompres bagian tubuh yang memar dengan es batu.
 Hindari untuk melakukan: mandi dengan air hangat.
Jenis pertolongan pertama paling dasar yang perlu Anda ketahui adalah mengatasi
memar. Memar terjadi akibat pembuluh darah yang pecah sehingga mengakibatkan
darah menggumpal. Mengompres dengan es batu adalah bentuk pertolongan pertama
untuk mempersempit pembuluh darah yang pecah dan memulihkannya secara
perlahan. Selama 48 jam pertama, Anda harus mengompres bagian tubuh yang memar
dengan es batu kurang lebih 20 menit setiap satu jam sekali. Setelah 48 jam berlalu,
Anda harus mengganti kompres tersebut dengan kain yang telah dibasahi air hangat
agar sirkulasi darah kembali normal.
2. Pertolongan pertama untuk kulit terbakar

 Apa yang harus dilakukan: dinginkan area tubuh yang terbakar dengan kompres
dingin.
 Hindari untuk melakukan: mengoleskan salep yang mengandung aloe vera atau
vitamin E.
Penyebab kulit terbakar atau melepuh paling banyak terjadi akibat tidak sengaja
memegang benda panas atau terkena minyak panas. Apabila luka bakarnya cukup
parah, Anda perlu mendapatkan pertolongan pertama dari instalasi gawat darurat di
rumah sakit. Hubungi nomor darurat 118 untuk memanggil ambulans. Selama
menunggu ambulans datang, hal yang dapat dilakukan adalah meletakkan kain yang
sudah dibasahi air dingin sebelumnya. Penting untuk diketahui, jangan mengoleskan
luka bakar dengan salep apapun karena dapat menyebabkan iritasi.

23
3. Tertusuk serpihan benda asing

 Apa yang harus dilakukan: ambil serpihan dengan menggunakan jarum kecil
atau pinset.
 Hindari untuk melakukan: membiarkan dalam waktu lama atau merendam di
dalam air.
Ketika Anda kesusupan atau tertusuk benda asing seperti kayu dan tertinggal di
dalam kulit, benda tersebut sebaiknya tidak dibiarkan begitu saja. Pertolongan
pertama harus cepat dilakukan karena semakin lama benda asing tersebut tertinggal di
dalam kulit Anda, semakin besar risiko infeksi. Agar bisa menarik benda asing
tersebut, Anda perlu menggunakan jarum atau pinset. Setelah serpihan tercabut, cuci
area bagian yang tertusuk dengan sabun dan oleskan salep antibakteri. Hindari
merendam tubuh yang tertusuk di dalam air. Cara ini justru bisa mengakibatkan benda
menjadi lunak atau masuk ke bagian kulit yang lebih dalam sehingga lebih sulit untuk
diambil.
4. Perdarahan akibat tersayat atau terpotong

 Apa yang harus dilakukan: cuci luka dengan sabun dan air mengalir.
 Hindari untuk melakukan: mencuci luka dengan alkohol.
Jenis pertolongan pertama dasar lainnya yang tak kalah penting Anda ketahui
adalah mengatasi luka dan perdarahan di jari akibat tersayat atau terpotong.
Kecelakaan kecil ini sering dialami saat menggunakan pisau, gunting, kater, atau
benda tajam lainnya. Saat terjadi perdarahan, segera bersihkan luka terbuka dengan
sabun dan air mengalir. Setelah memastikan luka tercuci dengan bersih, Anda bisa
mengoleskan salep antiseptik pada luka terbuka dan tutup luka menggunakan perban.
Kesalahan yang kerap dilakukan saat mengobati luka terbuka adalah membersihkan
luka menggunakan alkohol. Padahal, alkohol justru akan memberikan sensasi panas,
perih, dan rasa terbakar pada luka Anda. Penting juga diingat, tujuan pertolongan
pertama untuk perdarahan adalah menghentikan atau mencegah perdarahan terus
terjadi. Jika perdarahan cukup banyak, tahan aliran darah dengan handuk dan cari
pertolongan medis untuk menutup luka dengan jahitan.

24
5. Mengatasi mimisan

 Apa yang harus dilakukan: mengompres hidung untuk mencegah perdarahan.


 Hindari untuk melakukan: masukkan tisu ke dalam hidung sambil
menengadahkan kepala.
Banyak yang masih salah dalam melakukan pertolongan pertama dasar untuk
mengatasi mimisan. Mendongakkan kepala saat mimisan justru berbahaya karena
mendorong darah masuk ke belakang tenggorokan. Padahal, Anda seharusnya
mengeluarkan darah yang menyumbat hidung. Apabila darah turun ke arah
tenggorokan, Anda bisa batuk, tersedak, hingga muntah bila darah masuk ke saluran
cerna. Jadi cara yang terbaik melakukan pertolongan pertama saat mimisan adalah
sebagai berikut.
1. Ambil tisu atau kain, kemudian pencet hidung agar darah keluar.
2. Tahan selama 10 menit atau hingga mimisan berhenti.
3. Pastikan posisi tubuh Anda condong ke depan selama melakukannya.
4. Setelah berhenti, kompres batang hidung Anda dengan handuk dingin untuk
beberapa saat sambil tetap duduk dengan tegak.
6. Pertolongan pertama saat tersedak

 Apa yang harus dilakukan: batuk sekuat tenaga dan memberikan dorongan dari
perut.
 Hindari untuk melakukan: minum air atau memaksa menelan benda yang
tersangkut.
Seseorang bisa tersedak ketika ada makanan, cairan, atau benda yang tersangkut
di tenggorokan. Hal ini berisiko membahayakan nyawa karena Anda bisa kesulitan
bernapas. Jika Anda atau orang lain tersedak, berusahalah untuk tidak panik. Setelah
itu, lakukan pertolongan pertama untuk mengeluarkan benda yang tersangkut dengan
batuk sekuat tenaga.
Saat membantu orang lain yang tersedak, Anda bisa membantu dengan melakukan
cara berikut.
1. Dorong benda yang tersangkut ke luar dari tenggorokan dengan menekan
perutnya.

25
2. Letakkan salah satu tangan dengan posisi mengepal di atas pusar, lalu gunakan
tangan yang lain untuk menahan kepalan.
3. Dorong perut ke arah tenggorokan secara berulang kali.
Jika benda masih tersangkut di tenggorokan dan semakin kesulitan bernapas,
segera hubungi nomor darurat untuk mendapatkan bantuan medis.
7. Mengatasi gigitan serangga

 Apa yang harus dilakukan: segera mencabut serangga dan kompres bagian yang
tergigit.
 Hindari untuk melakukan: membiarkan serangga mengigit lebih lama.
Hal pertama yang perlu dilakukan pertama kali saat digigit serangga adalah
melepaskan gigitan serangga dari kulit. Cara ini bertujuan untuk mencegah racun
serangga masuk lebih dalam ke dalam tubuh. Apabila kesulitan melepaskan
gigitannya, coba gunakanlah kartu atau benda berbentuk datar lainnya untuk
menyingkirkan serangga. Setelah serangga berhasil lepas dari kulit, berikut cara lain
yang perlu Anda lakukan.
1. Cuci bagian kulit yang tergigit menggunakan sabun atau cairan antiseptik dan air.
2. Gunakan kompres dingin untuk meredakan bengkak dan nyeri selama 10 menit.
3. Anda juga bisa menggunakan losion calamine atau soda kue untuk mengatasi rasa
gatal atau perih yang ditimbulkan akibat gigitan serangga.
Namun, sengatan serangga seperti lebah bisa menimbulkan reaksi alergi yang
serius untuk beberapa orang. Jika seseorang mengalami kesulitan bernapas setelah
tergigit lebah, Anda perlu segera mencari pertolongan medis darurat atau
menyuntikkan epinephrine jika tersedia.
8. Pertolongan pertama keseleo dan kram

 Apa yang harus dilakukan: mengompres bagian yang sakit dengan es.
 Hindari untuk melakukan: mengompres dengan kain basah hangat.
Sangat mungkin Anda mengalami kram dan keseleo akibat beraktivitas. Untuk
mengatasinya, Anda bisa mengompres bagian tubuh yang terasa tegang tersebut
dengan kompres dingin atau es batu. Kompres dingin ini membantu menghilangkan
peradangan dan pembengkakan. Diamkan kompres pada bagian yang bengkak selama
kurang lebih 24 jam. Selain itu, hindari untuk menekan terlalu keras bagian yang

26
mengalami bengkak, apalagi memijatnya jika tidak mengetahui cara yang tepat. Jika
kaki atau tangan yang mengalami keseleo, pastikan untuk mengistirahatkan dan
mengurangi pergerakannya.
9. Pertolongan pertama menelan benda asing

 Apa yang harus dilakukan: berusaha tenang dan segera menelepon ambulans.
 Hindari untuk melakukan: panik sampai membuat reaksi bertambah parah.
Benda yang mengandung bahan kimia seperti obat-obatan, cairan pembersih, atau
benda padat berbahan logam seperti isi staples bisa berbahaya jika tertelan. Saat hal
ini terjadi, pertolongan pertama yang tepat dilakukan adalah berusaha untuk
menenangkan diri. Jika terjadi reaksi yang menghambat pernapasan, rasa panik justru
bisa membuat Anda atau orang lain yang mengalaminya semakin kesulitan bernapas.
Setelah itu, secepat mungkin hubungi ambulans untuk mendapatkan bantuan medis.
Pastikan juga Anda mengetahui jumlah atau banyaknya benda asing yang tertelan.
Informasi ini berguna untuk dokter atau petugas medis yang memberikan pertolongan
pertama.
10. Pertolongan pertama pada orang yang tidak sadarkan diri

 Apa yang harus dilakukan: mengecek pernapasan, melakukan CPR, dan


menelepon ambulans.
 Hindari untuk melakukan: membiarkan atau menghalangi pernapasannya.
Ketika Anda menemukan seseorang tergeletak dan tidak bergerak akibat
kecelakaan lalu lintas atau tiba-tiba pingsan, cek terlebih dulu pernapasannya. Coba
miringkan kepalanya ke samping untuk membuka saluran udara. Jika diketahui pasien
tidak bernapas, segera menelepon ambulans (118) atau mencari bantuan medis
terdekat. Selama menunggu, Anda bisa memberikan pertolongan pertama dasar
berupa resusitasi jantung atau CPR. Agar aman, pastikan CPR dilakukan dengan
tangan pada permukaan yg datar. Melansir British Red Cross, resusitasi jantung
dengan tangan bisa dilakukan dengan cara menekan bagian tengah dada pasien
dengan tangan dalam ritme yang konsisten. Hal ini bertujuan untuk memompa darah
tetap mengalir ke organ-organ vital di dalam tubuh, termasuk ke otak.

27
11. Menolong orang tenggelam

 Apa yang harus dilakukan: memanggil petugas keamanan dan berenang jika
aman.
 Hindari untuk melakukan: membiarkan korban tenggelam
Kemampuan pertolongan pertama dasar lainnya yang penting untuk dikuasai
adalah menolong orang yang tenggelam. Saat ini terjadi, hal pertama yang perlu Anda
lakukan adalah memanggil petugas atau penjaga pantai. Jangan mencoba masuk ke air
apabila Anda tidak benar-benar bisa berenang. Apabila keadaan cukup aman dan
korban masih dalam jangkauan yang dekat, Anda bisa berenang membantu menarik
korban ke luar dari air. Namun, pastikan Anda cukup kuat untuk membawa korban
karena bila kesulitan justru Anda bisa ikut kehilangan keseimbangan di dalam air.
Setelah berhasil mengangkat korban, baringkanlah di permukaan datar kemudian
perhatikan pernapasan dan nadinya. Jika korban tidak juga merespons, Anda bisa
mulai melakukan CPR dengan tangan. Ketika korban sadar, bawalah untuk
beristirahat di tempat kering dan hangat. Gunakan selimut atau handuk untuk
menutupi tubuhnya agar tidak kedinginan.
12. Pertolongan pertama saat tersengat listrik

 Apa yang harus dilakukan: matikan sumber listrik dan mendorong korban
dengan isolator.
 Hindari untuk melakukan: menyentuh atau menarik korban tanpa pelindung.
Anda harus berhati-hati dalam melakukan pertolongan pertama pada orang yang
tersengat listrik. Hal terpenting yang harus dilakukan saat kecelakaan ini terjadi
adalah mematikan sumber aliran listrik sesegera mungkin. Jangan mencoba
menyentuh korban dengan tangan kosong, dorong tubuh korban menggunakan benda
yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator) seperti tongkat kayu, sapu, atau
kursi. Setelah listrik tidak lagi menghantar ke tubuh korban, cek pernapasan dan
denyut jantungnya. Jika korban tidak responsif, segera hubungi nomor telepon darurat

28
(118) atau bawa korban ke unit gawat darurat. Itulah jenis-jenis pertolongan pertama
dasar yang sebaiknya diketahui oleh setiap orang. Dengan memahami cara
memberikan bantuan dalam situasi darurat, Anda tak hanya mencegah dampak yang
lebih buruk, tapi juga bisa menyelamatkan nyawa orang lain.

29
BAB V

Pendidikan Keselamatan Dan Kesehatan Di Sekolah

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam
mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan
yang dihadapi. Pendidikan keselamatan adalah pendidikan tentang keselamatan dalam rangka
mencegah, menghindari, atau menanggulangi terjadinya kecelakaan, sehingga tercipta
kehidupan masyarakat yang selamat, bahagia dan sejahtera. Tujuan Safety Education
(pendidikan keselamatan) adalah pendidikan dalam rangka mencegah, menghindari, atau
menanggulangi terjadinya risiko cedera dan kecelakaan.
Usaha Kesehatan Sekolah atau yang biasa disingkat UKS adalah upaya pendidikan
dan kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu, sadar, berencana, terarah dan bertanggung
jawab dalam menanamkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membimbing untuk
menghayati, menyenangi, dan melaksanakan prinsip hidup sehat dalam kehidupan peserta
didik sehari-hari. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah secara umum adalah meningkatkan
kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik sedini mungkin serta
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
Indonesia yang berkualitas
Kecelakaan dapat terjadi di mana-mana, rumah, perjalanan, tempat kerja, sekolah, dan
tempat lainnya. Jumlah itu dua kali lebih besar daripada yang ada di negara maju
(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=648). Sebagai akibat dari kecelakaan
korban dapat mengalami cidera ringan atau berat, pingsan, cacat seumur hidup atau bahkan
sampai meninggal dunia. Bagi korban yang meninggal dunia tentu tidak memerlukan suatu
bentuk pertolongan yang cepat, tetapi bagi korban kecelakaan yang masih hidup memerlukan
suatu pertolongan yang cepat dan tepat agar korban dapat terhindar dari bahaya maut. Siswa
adalah kelompok usia yang masih mempunyai keinginan untuk selalu bergerak karena pada
masa itu anak mempunyai kelebihan energi sehingga disalurkan melalui bergerak. Sering
didapatkan ketika bermain terjadi suatu kecelakaan besar maupun kecil sehingga kadang-
kadang menyebabkan kepanikan bagi pihak sekolah. U ntuk itu guru sebagai orang pertama
yang bertagungjawab mempunyai peranan yang penting.
Sekolah merupakan lingkungan yang tepat untuk menyisipkan tujuan pendidikan. Di
dalam artikel M.R. Kurniadi, S.Th (
http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9806/pndidik2.htm) menyebutkan bahwa Ki
Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya. Di sekolah siswa akan
lebih terkondisikan baik secara emosi, sosial, maupun secara budaya. Sebuah pendekatan
tambahan diperlukan untuk meningkatkan pendidikan keselamatan. Pembekalan keselamatan
tidak cukup hanya mengandalkan ceramah yang diberikan tersendiri dan hanya sesekali oleh
pembicara tamu, tetapi harus dimasukan dalam pelatihan reguler. Dimasukannya pendidikan
keselamatan ke dalam kurikulum sesuai dengan kelompok umur. Pengembangan dan
pembuatan materi untuk pelatihan dalam kelas. Penyusunan petunjuk untuk guru dan
penyebarluasannya kepada semua guru. Dimasukannya kursus pelatihan keselamatan jalan

30
bagi para guru. Koordinasi kegiatan dan tanggung jawab yang ditentukan secara jelas. Anak-
anak perlu diingatkan mengenai keselamatan jalan dan harus diajarkan kemampuan bertahan
yang sesuai dengan usia dan kebutuhan mereka. Pengajaran keselamatan jalan paling baik
dilakukan oleh guru yang telah mengikuti pelatihan keselamatan jalan dan yang dapat
memberikan instruksi secara reguler kepada murid-muridnya.
Guru adalah seorang yang bertanggungjawab secara penuh akan keberadaan siswa di
sekolah. Bentuk dari tanggungjawab tersebut adalah dengan memberikan pelayanan yang
bagus selama proses belajar yaitu berupa pendidikan maupun keselamatan siswa. Bagi
masyrakat sekolah, pendidikan ditujukan untuk betul-betul mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan kebiasaan. Untuk murid sekolah pendidikan keselamatan yang
diberikan diinginkan mempunyai hasil sebagai berikut:
1. Mengetahui tentang perlunya aturan dan peraturan keselamatan
2. Mengenal adanya bahaya dan menghindari diri bila bermain
3. Mengetahui cara yang aman untuk bermain sepeda, sepatu roda, dan kendaraan
bermotor
4. Mengetahui bahwa semua kawan dan masyarakat dapat menyelamatkan kita
5. Mengetahui dimana harus menyimpan peralatan agar tidak membahayakan
6. Mengerti tanda-tanda bahaya termasuk rambu-rambu lalu lintas
7. Mengetahu tempat bermain yang aman
8. Mengetahui pencegahan terjadinya kecelakaan
9. Mengetahui dan terampil menjaga keselamatan dalam ruang kelas dan memakai alat-
alat sekolah.
10. Mengerti peraturan cara pencemaran lingkungan
11. Mengetahui akibat cuaca buruk dan cara penyelamatannya
12. Mengetahui bahaya yang dapat ditimbulkan dari binatang peliharaan
13. Meningkatkan keterampilan pencegahan kecelakaan
14. Mengetahui bahaya makanan yang beracun
15. Mengetahui pertolongan pertama pada kecelakaan.
Tindakan pencegahan kecelakaan serta alat-alatnya diusahakan sepraktis mungkin,
sehingga tidak perlu diada-adakan peralan yang lengkap dan idel. Ketika terjadi kecelakaan,
sebagai penolong tidak mungkin untuk mencari paralatan yang ideal, sehingga segala benda
yang ada di sekitar dapat dijadikan sebagai alat bantu pertolongan.
Metode pembelajaran pendidikan keselamatan disekolah menurut National Education
Associaties sebagai berikut:
1. Diskusi langsung mengenai semua materi yang berhubungan dengan keselamatan
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
Penyajian kasus kecelakaan pada kehidupan sehari-hari siswa akan sangat
mudah untuk diterima sebagai bahan diskusi. Sebagai contoh dimunculkannya
kasus pedagang yang menjajakan daagangannya dipinggir jalan depan sekolah.
Bagi para pedagang tentu tidak memikirkan resiko yang akan muncul apabila siswa
berebut untuk segera mendapatkan barang yang diinginkan. Tetapi apabila ditinjau
dari segi keselamatan siswa tentu saja sangat berbahaya karena kebanyakan siswa
sekolah dasar tidak akan menghiraukan keselamatan pribadi asal bisa mendapatkan
barang yang diinginkan. Contoh berikutnya adalah penggunaan peralatan sekolah
seperti alat-alat olahraga, perlengkapan laboratorium dan lainlain. Diskusi dengan
memunculkan masalahdalam kehidupan sehari-hari akan semakin menarik bagi
siswa karena sisiwa tidak perlu berimajinasi.
2. Pemasangan poster atau gambar tentang pentingnya keselamatan pribadi

31
Pemasangan poster yang mengandung pesan moral tentang keselamatan
pribadi di tempat yang strategis di sekolah akan sangat membantu pemahaman
siswa tentang pentingnnya Pendidikan keselamatan. Bagi siswa sekolah dasar
poster akan sangat bermakna. Selain bahasannya lugas juga lebih menarik.
3. Menyajikan film tentang usaha keselamatan Penyajian film tentang keselamatan
pribadi sangat bagus untuk siswa sekolah dasar.
Film tentang bagaimana cara menjaga keselamatan pribadi, menolong teman
dan orang lain, menghindari rayuan orang yang tidak dikenal, dan lain sebagainya.
Pertunjukan film diharapkan akan lebih berkesan bagi siswa karena adanya alur
cerita yang dipahami.
4. Dramatisasi dan stimulasi.
Pembuatan stimulasi bertujuan untuk membiasakan siswa kedalam keadaan
yang kemungkinan terjadi dalam kehidupannya. Adanya stimulasi ini diharapkan
mampu merangsang respon dari siswa untuk selalu menjaga keselamatan pribadi
atau orang lain.
Aneka variasi dapat diterapkan di dalam pembelajaran pendidikan keselamatan untuk
siswa, mulai dati metode ceramah sampai metode inkuiri(pemecehan masalah. Menurut
Mosston mengklasifikasikan model pengajaran berdasarkan hasil analisa siapa yang membuat
keputusan. Klasifikasi model pengajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Command styles
(model komando) 2. Taks teaching (pengajaran tugas) 3. Reciprocal teaching (pengajaran
berpasangan) 4. Small group teaching (pengajaran kelompok) 5. Individual program
(pengajaran individual) 6. Guided discovery (pengajaran penemuan terbimbing) 7. Problem
solving (pemecahan masalah)
Model pembelajaran di atas pada dasarnya tidak ada yang terbaik,semua tergantung
dengan kondisi siswa dan keadaan lingkungan. Metode komando sangat cocok jika
digunakan untuk kelas yang berjumlah besar. Guru kadang dalam kasus tertentu berperan
sebagai pusat belajar. Kunjungan kelokasi tertentu seperti diajak ke sungai dapat menjadikan
efektif untuk mempelajari tingkat bahaya jika bermain di sungai. Metode kelompok dengan
diskusi maupun simulasi perlu diberikan agar tidak terjadi rasa bosan dalam mempelajari
tentang keselamatan. Pengalaman nyata yang diperoleh siswa atau kasus yang ada di sekolah
maupun di sekitar sekolah akan lebih menarik bagi siswa. Penugasan penyelesaian proyek
dari guru seperti bermain peran tentang medis, polisi, dan lainnya dapat efektik karena siswa
berusaha mengintegrasikan pengalaman pribadi, pengetahuan, sikap, dan keterampilannya.
Pendidikan Keselamatan di Sekolah
1. Keselamatan Terhadap Penggunakan Alat
Peralatan disekitar siswa diharapakan menjadi penunjang proses belajar
sehingga mampu mencapai hasil yang optimal. Tetapi perlu disadari bahwa tidak
selamanya peralatan tersebut aman. Suatu saat peralatan tersebut dapat
membahayakan keselamatan siswa. Hal-hal yang diberikan kepada siswa adalah: a.
Memberi pengertian tentang cara penggunaan peralatan b. Memberi pengertian
tentang bahaya akibat dari kesalahan penggunaan peralatan
2. Keselamatan di Jalan
Jalan-jalan di negara berkembang sering kali kurang aman dibanding dengan
jalan di negara maju. Masalah lalu lintas yang dihadapi anak-anak lebih besar di
negara berkembang. Trotoar yang seharusnya digunakan untuk pejalan kaki beralih
fungsi sebagai tempat berjualan. Pengendara kendaraan bermotor kurang mempunyai
kesadaran tentang tata tertib berlalu lintas. Tidak adanya pendidikan lalu lintas dapat
menghadapkan anak-anak pada resiko yang tidak perlu. Masalah dan situasi lalu lintas
yang dihadapi anak-anak berbeda-beda, tidak tepat jika menggunakan materi
32
pengajaran dari negara maju. Materi-materi lokal perlu dikembangkan. Kendati
mungkin, berdasarkan prinsip dan materi dari negara maju, materi tersebut perlu
disesuaikan dan dikembangkan agar dapat mencerminkan kebutuhan, masalah, dan
keadaan yang relevan pada anak-anak setempat. Sebagai contoh adalah:
a. Pengenalan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan
b. Penjelasan tentang peranan kepolisisan sebagai pelayan masyarakat
c. Pengenalan siswa tetang lingkungan mereka
d. Camejasa (cara menyeberang jalan supaya aman
3. Pengenalan tentang alat-alat keamanan
Pengenalan tentang alat-alat pengaman tentu perlu diberikan untuk anak usia
dini. Banyak anak yang mendapatkan kecelakaan karena kurang mengetahui tentang
alat-alat keselamatan. Pengenalan tentang alat keselamatan sederhana seperti helm,
payung dan lainnya sangat diperlukan sedini mungkin.
4. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Pertolongan pertama pada kecelakaan adalah usaha-usaha untuk menangani
korban kecelakaan sesegera mungkin di tempat kejadian
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pertolongan_Pertama_Pada_Kecelakaan).Pertolo ngan
pertama pada kecelakaan atau yang disingkat P3K adalah pertolongan sementara yang
diberikan kepada seseorang yang menderita sakit atau kecelakaan sebelum
mendapatkan pertolongan dari dokter (Mashoed dan Djonet Sutatmo,1979:99).
Sedangkan menurut Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991:274) pertolongan pertama
pada kecelakaan adalah pertolongan yang segera diberikan keada korban kecelakaan
sebelum mendapatkan pertolongan dokter. Berdasarkan berbagai pendapat diatas
maka dapat disimpulkan bahwa pertolongan pertama pada kecelakaan adalah suatu
bentuk pertolongan sementara terhadap korban yang dilakukan secepat dan setepat
mungkin sebelum mendapatkan pertolongan dari dokter agar korban tidak menjadi
lebih parah. Materi yang diberikan kepada anak sebaiknya menyangkut halhal yang
biasa terjadi dilingkungan mereka, mengenai pengertian dan bagaimana cara
memberikan pertolongan. Penekanan agar penolong tidak panik dan tergesa-gesa
harus benar-benar ditekankan supaya tidak memperparah keadaan. Kecelakaan yang
biasa terjadi dan cara menolong adalah:
a. Pingsan, Pingsan adalah keadaan di mana fungsi otak terganggu sedemikian rupa
sehingga korban tidak sadarkan diri (Syarifuddin dan Muhadi 1991:276-279).
Pingsan sering terjadi ketika upacara bendera karena siswa tidak baik kondisi
kesehatannya. Hal ini perlu penanganan yang cepat dan tidak harus menunggu
guru. Di sini anak diberikan pengertian sederhana tentang keadaan orang yang
pingsan. Pertolongan terhadap kejadian pingsan adalah korban sebaiknya dibawa
ketempat yang teduh, dikendorkan semua yang mengikat tubuh, diberi
rangsangan bau pada hidung, dan setelah sadar diberikan air minim secukupnya.
b. Pendarahan, Pendarahan adalah keluarnya darah dari bagian tubuh baik melalui
pembuluh darah arteri, vena, maupun capiler. Pertolongan pertama pada korban
yang mengalami pendarahan harus tepat, sehingga perlu memperhatikan letak
pandarahan yang terjadi. Yang perlu ditekankan adalah penghentian pendarahan
agar korban tidak kehabisan darah. Bagi anak-anak usia dini pendidikan tentang
pendarahan cukup diberi pengertian agar luka yang mengeluarkan darah ditutup
dengan kain yang bersih agar tudak terkena kuman penyakit atau agar darahnya
tidak keluar terus.
c. Luka, Luka adalah diskontinuitas (terputusnya hubungan) jaringan. Pertolongan
pada luka adalah dengan membersihkan luka dengan alkohol agar tidak terjadi
infeksi dan dibalut dengan kasa steril agar tidak ada kuman yang masuk melalui

33
permukaan luka. Untuk perawatan luka anak diberikan pengertian agar luka tidak
kotor dan mudah kemasukan bibit penyakit.
d. Patah Tulang Menurut Gabe Mirkin dan Marshall Hoffman (1984:124-125) patah
tulang yang kadang-kadang dialami siswa ketika terjadi kecelakaan baik pada
waktu pelajaran olahraga maupun ketika bermain disekolah dapat digolongkan
menjadi dua. Pertama petah tulang komplet yaitu patah tulang di mana kedua
ujungnya menadi terpisah. Kedua adalah patah tulang stress adalah retak kecil
pada permukaan tulang. Pertolongan pada patah tulang tidak boleh
sembarangan,karena bisa memperparah keadaan. Korban jangan sekali-
dipindahkan, kecuali memang darurat. Tulang yang patah jangan ditarik atau
dikembalikan keposisi semula, cukup diberikan bidai atau spalek. Panjang bidai
harus melebihi kedua sendi, ringan dan kuat. Pengikatan bidai pada ujung bukan
pada tempat terjadinya patah tulang.
Pendidikan keselamatan di sekolah merupakan hal yang penting untuk membantu
kesuksesan siswa dalam belajar. Apabila siswa dapat belajar dengan keadaan sehat maka
mereka dapat mengikuti proses belajaran dengan baik. Untuk itu perlu adanya kurikulum
yang mengajarkan tentang pendidikan keselamatan melalui sekolah

34
BAB VI

Pengertian Dan Penyebab Cidera Olahraga

A. Pengertian Cidera
Cedera adalah suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau
sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya,
gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat atau jangka lama. Dapat dipertegas
bahwa hasil suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau
sebagian tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan dan
tidak dapat menyesuaikan diri. Harus diingat bahwa setiap orang dapat terkena celaka
yang bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati tetapi masih juga
celaka, tetapi bila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi risiko celaka tersebut.
Sport Injuries ialah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan
maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun sesudahnya, dan tulang, otot,
tendon, serta ligamentum (Rolf, 2007). Olahraga bertujuan untuk menyehatkan badan,
memberi kebugaran jasmani selama cara-cara melakukannya sudah dalam kondisi
yang benar. Apakah semua macam olahraga bisa menimbulkan cedera? tentu ini
tergantung dari macamnya olahraga, dari olahraga jalan santai, tenis meja (pimpong),
balapan (racing), tentu memberikan risiko yang berbeda. Dari olahraga jalan santai,
tenis meja (pimpong), balapan (racing), tentu memberikan risiko yang berbeda.
Adapun pengertian cedera dapat diartikan sebagai suatu akibat daripada gaya-
gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui
kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung dengan cepat
atau jangka lama (Apfel & Saidoff, 2004).
Seseorang melakukan olahraga dengan tujuan untuk mendapatkan kebugaran
jasmani, kesehatan maupun kesenangan bahkan ada yang sekedar hobby, sedang atlet
baik amatir dan profesional selalu berusaha mencapai prestasi sekurang-kuragnya
utuk menjadi juara tidak menutup kemungkinan akan mengalami cedera (Allman,
1984). Namun adapun beberapa faktor yang mempunyai peran perlu diperhatikan agar
dapat memperkecil cedera antara lain:
1. Usia Kesehatan Kebugaran
Menurut pengetahuan yang ada pada saat ini, apa yang disebut proses digenerasi
mulai berlangung pada usia 30 tahun, dan fungsi tubuh akan berkurang 1%
pertahun (Rule of One), ini berarti bahwa kekuatan dan kelentukan jaringan akan
mulai berkurang akibat proses degenerasi, selain itu jaringan jadi rentan terhadap
trauma. Untuk mempertahankan kondisi agar tidak terjadi pengurangan fungsi
tubuh akibat degenerasi, maka “exercise”/latihan sangat diperlukan guna
mencegah timbulnya Atrofi, dengan demikian jelas bahwa usia memegang
peranan.
2. Jenis Kelamin Sistem hormon dalam tubuh pria berbeda dengan wanita, demikian
pula bentuk tubuh, mengingat perbedaan dan perubahan fisik, maka tidak semua
jenis olahraga cocok untuk semua golongan, usia/jenis kelamin. Hal ini apabila
dipaksakan, maka akan timbul cedera yang sifatnya pun juga tertentu untuk jenis
olahraga tertentu.
3. Jenis Olahraga Kita tahu bahwa tiap macam olahraga; apapun jenisnya,
mempunyai peraturan permainan tertentu dengan tujuan agar tidak menimbulkan
cedera, peraturan tersebut merupakan salah satu upaya mencegahnya.

35
4. Pengalaman Teknik Olahraga Untuk melaksanakan olahraga yang baik agar
tujuan tertentu tercapai perlupersiapan dan latihan antara lain:
• Metode atau cara latihanya
• Tekniknya agar tidak terjadi “over use”
5. Sarana/Fasilitas Walaupun telah diusahakan dengan baik kemungkinan cedera
masih mungkin timbul akibat sarana yang kurang memadai.
6. Gizi Olahraga memerlukan tenaga dan untuk itu perlu gizi yang baik, selain itu
gizi menentukan kesehatan dan kebugaran.
B. Pengertian cidera olahraga
Kegiatan olahraga yang sekarang terus dipacu untuk dikembangkan dan
ditingkatkan bukan hanya olahraga prestasi atau kompetisi, tetapi olahraga juga untuk
kebugaran jasmani secara umum. Kebugaran jasmani tidak hanya punya keuntungan
secara pribadi, tetapi juga memberikan keuntungan bagi masyarakat dan negara. Oleh
karena itu kegiatan olahraga sekarang ini semakin mendapat perhatian yang luas.
Bersamaan dengan meningkatnya aktivitas keolahragaan tersebut, korban
cedera olahraga juga ikut bertambah. Sangat disayangkan jika hanya karena cedera
olahraga tersebut para pelaku olahraga sulit meningkatkan atau mempertahankan
prestasi. “Cedera Olahraga” adalah rasa sakit yang ditimbulkan karena olahraga,
sehingga dapat menimbulkan cacat, luka dan rusak pada otot atau sendi serta bagian
lain dari tubuh.
Cedera olahraga jika tidak ditangani dengan cepat dan benar dapat
mengakibatkan gangguan atau keterbatasan fisik, baik dalam melakukan aktivitas
hidup sehari-hari maupun melakukan aktivitas olahraga yang bersangkutan. Bahkan
bagi atlet cedera ini bisa berarti istirahat yang cukup lama dan mungkin harus
meninggalkan sama sekali hobi dan profesinya. Oleh sebab itu dalam penanganan
cedera olahraga harus dilakukan secara tim yang multidisipliner.
Dalam ilmu kedokteran sangat jelas bahwa dengan olahraga yang teratur
memegang peranan untuk memperoleh badan yang sehat, menghindari penyakit-
penyakit seperti penyakit jantung, serta menunda proses-proses degeneratif yang tidak
bisa dihindari oleh proses penuaan. Keadaan akan pentingnya serta keuntungan yang
diakibatkan oleh olahraga adalah sesuai dengan perubahanperubahan kondisi sosial
dan ekonomi bila kita menilai beragam olahraga, ada permainan-permainan tertentu
yang yang bersifat kompetitif untuk dipertandingkan dimana masing-masing individu
harus bisa mencapai prestasi maksimal untuk mencapai kemenangan, ini yang sering
mengundang terjadinya cedera olahraga, namun dapat dihindari bila faktor-faktor
penyebab serta peralatan olahraga tersebut diperhatikan.
Kegiatan olahraga sekarang ini benar-benar telah menjadikan bagian
masyarakat kita, baik masyarakat atau golongan dengan sosial ekonomi yang rendah
sampai yang lebih baik, telah menyadari kegunaan akan pentingnya latihan-latihan
yang teratur untuk kesegaran dan kesehatan jasmani dan rohani. Seperti apayang
diungkapkan Hippocrates (460-377 S M), bila tiap individu memperoleh makanan
yang cukup dan latihan yang cukup pula, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit,
kita akn memperoleh kesehatan dengan cara yang aman.
Lebih dari 2.000 tahun yang lalu Hipocrates menulis: “if we could give every
individual the right a mount of naurisment and exercise, not too little and not too
much, we would have found the safest way to health” Dapat dipertegas bahwa hasil
suatu tenaga atau kekuatan yang berlebihan dilimpahkan pada tubuh atau sebagian
tubuh sehingga tubuh atau bagian tubuh tersebut tidak dapat menahan atau
menyesuaikan diri. Harus diingat bahwa semua orang dapat terkena celaka yang

36
bukan karena kegiatan olahraga, biarpun kita telah berhati-hati masih juga celaka,
tetapi bila kita berhati-hati kita akan bisa mengurangi risiko cedera tersebut.
C. Macam-Macam Cedera Olahraga
Di dalam menangani cedera olahraga (sport injury) agar terjadi pemulihan
seorang atlet untuk kembali melaksanakan kegiatan dan kalau perlu ke prestasi
puncak sebelum cedera. Kita ketahui penyembuhan penyakit atau cedera memerlukan
waktu penyembuhan yang secara alamiah tidak akan sama untuk semua alat (organ)
atau sistem jaringan di tubuh, selain itu penyembuhan juga tergantung dari derajat
kerusakan yang diderita, cepat lambat serta ketepatan penanggulangan secara dini.
Dengan demikian peran seseorang yang berkecimpung dalam kedokteran
olahraga perlu bekal pengetahuan mengenai penyembuhan luka serta cara
memberikan terapi agar tidak menimbulkan kerusakan yang lebih parah, sehingga
penyembuhan serta pemulihan fungsi, alat dan sistem anggota yang cedera dapat
dicapai dalam waktu singkat untuk mencapai prestasi kembali, maka latihan untuk
pemulihan dan peningkatan prestasi sangat diperlukan untuk mempertahankan kondisi
jaringan yang cedera agar tidak terjadi pengecilan otot (atropi) (Mense & Robert D.
Gerwin, 2010).
Agar selalu tepat dalam menangani kasus cedera maka sangat diperlukan
adanya pengetahuan tentang macam-macam cedera. Cedera olahraga dapat
digolongkan 2 kelompok besar:
1. Kelompok kerusakan traumatik (traumatic disruption) seperti: lecet, lepuh,
memar, leban otot, luka, “strain” otot, “sprain” sendi, dislokasi sendi, patah
tulang, trauma kepala-leher-tulang belakang, trauma tulang pinggul, trauma
pada dada, trauma pada perut, cedera anggota gerak atas dan bawah.
2. Kelompok “sindroma penggunaan berlebihan” (over use syndromes), yang
lebih spesifik yang berhubungan dengan jenis olahraganya, seperti: tenis
elbow, golfer’s elbow, swimer’s shoulder, jumper’s knee, stress fracture pada
tungkai dan kaki (Bahr, Engebretsen, Laprade, McCrory, & Meeuwisse,
2012).
D. Klasifikasi Cedera Olahraga
Secara umum cedera olahraga diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Cedera tingkat 1 (cedera ringan) Pada cedera ini penderita tidak mengalami
keluhan yang serius, namun dapat mengganggu penampilan atlet. Misalnya:
lecet, memar, sprain yang ringan.
2. Cedera tingkat 2 (cedera sedang) Pada cedera tingkat kerusakan jaringan lebih
nyata berpengaruh pada performance atlet. Keluhan bias berupa nyeri,
bengkak, gangguan fungsi (tanda-tanda inplamasi) misalnya: lebar otot, strain
otot, tendon-tendon, robeknya ligament (sprain grade II).
3. Cedera tingkat 3 (cedera berat) Pada cedera tingkat ini atlet perlu penanganan
yang intensif, istirahat total dan mungkin perlu tindakan bedah jika terdapat
robekan lengkap atau hamper lengkap ligament (sprain grade III) dan IV atau
sprain fracture) atau fracture tulang.
4. Strain dan Sprain Strain dan sprain adalah kondisi yang sering ditemukan pada
cedera olahraga. Strain adalah menyangkut cedera otot atau tendon. Strain
dapat dibagi atas 3 tingkat, yaitu:
a) Tingkat 1 (ringan)
Strain tingkat ini tidak ada robekan hanya terdapat kondisi inflamasi
ringan, meskipun tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada
kondisi tertentu cukup mengganggu atlet. Misalnya straing dari otot
hamstring (otot paha belakang) akan mempengaruhi atlet pelari jarak

37
pendek (sprinter), atau pada baseball pitcher yang cukup terganggu
dengan strain otot-otot lengan atas meskipun hanya ringan, tetapi
dapat menurunkan endurance (daya tahannya).
b) Tingkat 2 (sedang) Strain pada tingkat 2 ini sudah terdapat kerusakan
pada otot atau tendon, sehingga dapat mengurangi kekuatan atlet.
c) Tingkat 3 (berat) Strain pada tingkat 3 ini sudah terjadi rupture yang
lebih hebat sampai komplit, pada tingkat 3 diperlukan tindakan
bedah (repair) sampai fisioterapi dan rehabilitasi.
Sprain adalah cedera yang menyangkut cedera ligament. Sprain dapat dibagi 4
tingkat, yaitu:
a. Tingkat 1 (ringan) Cedera tingkat 1 ini hanya terjadi robekan pada serat
ligament yang terdapat hematom kecil di dalam ligamen dan tidak ada
gangguan fungsi.
b. Tingkat 2 (sedang) Cedera sprain tingkat 2 ini terjadi robekan yang lebih
luas, tetapi 50% masih baik. Hal ini sudah terjadi gangguan fungsi,
tindakan proteksi harus dilakukan untuk memungkinkan terjadinya
kesembuhan. Imobilisasi diperlukan 6-10 minggu untuk benar-benar aman
dan mungkin diperlukan waktu 4 bulan. Seringkali terjadi pada atlet
memaksakan diri sebelum selesainya waktu pemulihan belum berakhir dan
akibatnya akan timbul cedera baru lagi.
c. Tingkat 3 (berat) Cedera sprain tingkat 3 ini terjadinya robekan total atau
lepasnya ligament dari tempat lekatnya dan fungsinya terganggu secara
total. Maka sangat penting untuk segera menempatkan kedua ujung
robekan secara berdekatan.
d. Tingkat 4 (Sprain fraktur) Cedera sprain tingkat 4 ini terjadi akibat
ligamennya robek dimana tempat lekatnya pada tulang dengan diikuti
lepasnya sebagian tulang tersebut (Rolf, 2007).
E. Penyebab Cedera Olahraga
Beberapa faktor penting yang ada perlu diperhatikan sebagai penyebab cedera
olahraga (Walker, 2005).
1. Faktor olahragawan/olahragawati
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta
kekenyalan jaringan. Misalnya pada umur 30-40 tahun komponen kekuatan
otot akan relative menurun. Elastisitas tendon dan ligament menurun pada
usia 30 tahun. Kegiatankegiatan fisik mencapai puncaknya pada usia 20-40
tahun.
b. Faktor pribadi
Kematangan (motoritas) seorang olahraga akan lebih mudah dan lebih
sering mengalami cedera dibandingkan dengan olahragawan yang sudah
berpengalaman.
c. Pengalaman
Bagi atlet yang baru terjun akan lebih mudah terkena cedera dibandingkan
dengan olahragawan atau atlet yang sudah berpengalaman.
d. Tingkat latihan Betapa penting peran latihan yaitu pemberian awal dasar
latihan fisik untuk menghindari terjadinya cedera, namun sebaliknya latihan
yang terlalu berlebihan bias mengakibatkan cedera karena “over use”.
e. Teknik

38
Perlu diciptakan teknik yang benar untuk menghindari cedera. Dalam
melakukan teknik yang salah maka akan menyebabkan cedera.
f. Kemampuan awal (warming up)
Kecenderungan tinggi apabila tidak dilakukan dengan pemanasan, sehingga
terhindar dari cedera yang tidak di inginkan. Misalnya: terjadi sprain, strain
ataupun rupture tendon dan lain-lain.
g. Recovery period
Memberi waktu istirahat pada organ-organ tubuh termasuk sistem
musculoskeletal setelah dipergunakan untuk bermain perlu untuk recovery
(pulih awal) dimana kondisi organ-organ itu menjadi prima lagi, dengan
demikaian kemungkinan terjadinya cedera bisa dihindari.
h. Kondisi tubuh yang “fit”
Kondisi yang kurang sehat sebaiknya jangan dipaksakan untuk berolahrag,
karena kondisi semua jaringan dipengaruhi sehingga mempercepat atau
mempermudah terjadinya cedera.
i. Keseimbangan Nutrisi
Keseimbangan nutrisi baik berupa kalori, cairan, vitamin yang cukup untuk
kebutuhan tubuh yang sehat.
j. Hal-hal yang umum
Tidur untuk istirahat yang cukup, hindari minuman beralkohol, rokok dan
yang lain.
2. Peralatan dan Fasilitas
Peralatan: bila kurang atau tidak memadai, design yang jelek dan
kurang baik akan mudah terjadinya cedera.
Fasilitas: kemungkinan alat-alat proteksi badan, jenis olahraga yang
bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus.
3. Faktor karakter dari pada olahraga tersebut
Masing-masing cabang olahraga mempunyai tujuan tertentu. Missal
olahraga yang kompetitif biasanya mengundang cedera olahraga dan
sebagainya, ini semua harus diketahui sebelumnya.
JENIS CEDERA OLAHRAGA DAN PENANGANANNYA
Menurut Bahr (2003) secara umum macam-macam cedera yang mungkin terjadi
adalah: cedera memar, cedera ligamentum, cedera pada otot dan tendo, perdarahan pada kulit,
dan pingsan. Struktur jaringan di dalam tubuh yang sering terlibat dalam cedera olahraga
adalah: otot, tendo, tulang, persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fasia
a. Memar (Contusio), Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat
dibawah kulit. Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit.
Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga
darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini menimbulkan
daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Apabila terjadi pendarahan yang
cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Van
Mechelen et al. 1992). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan
pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin
terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang
keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat.
Penanganan Cedera Memar 1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk
menghentikan pendarahan kapiler. 2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan
mempercepat pemulihan jaringanjaringan lunak yang rusak. 3. Hindari benturan di
daerah cedera pada saat latihan maupun pertandingan berikutnya.

39
b. Cedera pada Otot atau Tendo dan Ligamen, Menurut Van Mechelen (2004) cedera
pada ligamentum dikenal dengan istilah sprain sedangkan cedera pada otot dan tendo
dikenal sebagai strain.
1. Sprain
Sprain adalah cedera pada ligamentum, cedera ini yang paling sering terjadi pada
berbagai cabang olahraga.” hal ini terjadi karena stress berlebihan yang mendadak
atau penggunaan berlebihan yang berulang-ulang dari sendi. Berdasarkan Van
Mechelen (2003) berat ringannya cedera sprain dibagi menjadi tiga tingkatan,
yaitu a) Sprain Tingkat I Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam
ligamentum dan hanya beberapa serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa
nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut. b) Sprain Tingkat
II Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri
tekan, pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat
menggerakkan persendian tersebut. c) Sprain Tingkat III Pada cedera ini seluruh
ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang
bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan,
tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.
2. Strain
Strain adalah kerusakan pada suatu bagian otot atau tendo karena penggunaan
yang berlebihan ataupun stress yang berlebihan. Bahr (2003) membagi strain
menjadi 3 tingkatan, yaitu: a) Strain Tingkat I Pada strain tingkat I, terjadi
regangan yang hebat, tetapi belum sampai terjadi robekan pada jaringan otot
maupun tendon. b) Strain Tingkat II Pada strain tingkat II, terdapat robekan pada
otot maupun tendon. Tahap ini menimbulkan rasa nyeri dan sakit sehingga terjadi
penurunan kekuatan otot. c) Strain Tingkat III, Pada strain tingkat III, terjadi
robekan total pada unit musculo tendineus. Biasanya hal ini membutuhkan
tindakan pembedahan, kalau diagnosis dapat ditetapkan. Adapun strain dan sprain
yang mungkin terjadi dalam cabang olahraga renang yaitu punggung, dada,
pinggang, bahu, tangan, lutut, siku, pergelangan tangan dan pergelangan kaki.
Penanganan Strain dan Sprain Bahr (2003) menyatakan bebrapa hal dapat
mengatasi strain dan sprain yaitu: (a) Sprain/strain tingkat satu Pada keadaan ini,
bagian yang mengalami cedera cukup diistirahatkan untuk memberi kesempatan
regenerasi. (b) Sprain/strain tingkat dua Pada keadaan ini penanganan yang
dilakukan adalah berdasarkan prinsip RICE (Rest, Ice, Compession and
Elevation). Tindakan istirahat yang dilakukan sebaiknya dalam bentuk fiksasi dan
imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang cedera tidak dapat
digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Tindakan imobilisasi
dilakukan selama 3-6 minggu. Terapi dingin yang dilakukan dilakukan pada fase
awal cedera. Pada fase lanjut terapi dingin digantikan dengan terapi panas. Pada
keadaan subkronis dimana tanda tanda peradangan sudah menurun dilakukan
terapi manual berupa massage. Pada fase akhir dapat dilakukan terapi latihan
untuk memaksimalkan proses penyembuhan. (c) Sprain/strain tingkat tiga Pada
keadaan ini, penderita diberi pertolongan pertama dengan metode RICE dan
segera diikirim kerumah sakit untuk dijahit dan menyambung kembali robekan
ligamen, otot maupun tendo.
c. Dislokasi
Dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari tempatnya yang seharusnya. Dislokasi
yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi di bahu, angkle (pergelangan
kaki), lutut dan panggul. Faktor yang meningkatkan resiko dislokasi adalah ligamen-

40
ligamennya yang kendor akibat pernah mengalami cedera, kekuatan otot yang
menurun ataupun karena faktor eksternal yang berupa tekanan energi dari luar yang
melebihi ketahanan alamiah jaringan dalam tubuh (Stevenson et al. 2000).
Penanganan Dislokasi Menurut Stevenson (2000) prinsip dasar penanganan dislokasi
adalah reposisi. Reposisi pada keadaan akut (beberapa saat setelah cedera sebelum
terjadinya respon peradangan) dapat dilakukan dengan lebih mudah. Pada keadaan
akut dimana respon peradanagan sudah terjadi, reposisi relatif sukar untuk dilakukan.
Pada keadaan ini, direkomendasikan untuk menunggu berkurangnya respon
peradangan. Pada keadaan kronis dimana respon peradanagn sudah berkurang,
reposisi dapat dilakukan dengan jalan melemaskan kembali persendian supaya dapat
dilakukan penarikan dan pergeseran tulang dengan lebih mudah. Pelemasan jaringan
persendian dapat dilakukan dengan terapi panas maupun dengan manual therapy pada
bagian proksimal dan distal lokasi yang mengalami dislokasi. Penanganan yang
dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan reduksi ringan dengan cara
menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu memanjang. Setelah reposisi
berhasil dilakukan, sendi tersebut difiksasi selama 3-6 minggu untuk mengurangi
resiko terjadinya dislokasi ulang. Apabila rasa nyeri sudah minimal, dapat dilakukan
exercise therapy secara terbatas untuk memperkuat struktur persendian dan
memperkecil resiko dislokasi ulang (Meeuwisse 1994).
d. Patah Tulang (Fraktur)
Patah tulang adalah suatu keadaan yang mengalami keretakan, pecah atau patah, baik
pada tulang maupun tulang rawan. Bahr (2003) membagi fraktur berdasarkan
continuitas patahan, patah tulang dapat digolongkan menjadi dua yaitu: 1. Patah
tulang komplek, dimana tulang terputus sama sakali. 2. Patah tulang stress, dimana
tulang retak, tetapi tidak terpisah. Sedangkan, berdasarkan tampak tidaknya jaringan
dari bagian luar tubuh, Bahr (2003) membagi patah tulang manjadi: 1. Patah tulang
terbuka dimana fragmen (pecahan) tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar.
2. Patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan
kulit. Penanganan Patah Tulang Hal yang harus dilakukan pada keadaan patah tulang
adalah olahragawan tidak boleh melanjutkan pertandingan. Penderita harus segera
direposisi oleh tenaga medis secepat mungkin 8 dalam waktu kurang dari lima belas
menit, sebelum terjadi respon peradangan jaringan lunak yang dapat mengganggu
proses reposisi. Setelah dilakukan reposisi bagian yang mengalami patah tulang
kemudian difiksasi dengan spalk balut tekan untuk mempertahankan kedudukan yang
baru, serta menghentikan perdarahan.
e. Kram Otot
Kram otot adalah kontraksi yang terus menerus yang dialami oleh otot atau
sekelompok otot dan mengakibatkan rasa nyeri. penyebab kram adalah otot yang
terlalu lelah, kurangnya pemanasan serta peregangan, adanya gangguan sirkulasi
darah yang menuju ke otot sehingga menimbulkan kejang (Parkkari et al. 2001).
Beberapa hal yang dapat menimbulkan kram antara lain adalah: 1. Kelelahan otot saat
berolahraga sehingga terjadi akumulasi sisa metabolik yang menumpuk berupa asam
laktat kemudian merangsang otot/saraf hingga terjadi kram. 2. Kurang memadainya
pemanasan serta pendinginan sehingga tubuh kurang memiliki kesempatan untuk
melakukan adaptasi terhadap latihan (Parkkari et al. 2001). Penanganan Kram
Penanganan cedera pada umumnya terhadap kram otot yang dilakukan adalah sebagai
berikut: 1. Atlet diistirahatkan, diberikan semprotan chlor ethyl spray untuk
menghilangkan rasa nyeri/sakit yang bersifat lokal dan atau es. 2. Menahan otot waktu
berkontraksi supaya myiosin filament dan actin myosin dapat menduduki posisi yang

41
semestinya sehingga kram berhenti. Pada waktu ditahan dapat disemprot dengan chlor
etyl spray, hingga hilang rasa nyeri.
f. Perdarahan
Perdarahan terjadi karena pecahnya pembuluh darah sebagai akibat dari trauma
pukulan atau terjatuh. Gangguan perdarahan yang berat dapat menimbulkan gangguan
sirkulasi sampai menimbulkan shocks (gangguan kesadaran) (Van Mechelen et al.
1992). Penanganan Perdarahan a) Pendarahan pada Hidung Pada perdarahan hidung,
hal yang harus dikontrol terutama adalah airway (jalan nafas) dan breathing
(pernapasan). Menurut Bahr (2003), beberapa hal yang dapat dilakukan adalah: (1)
Penderita didudukan, batang hidung dijepit sedikit kebawah tulang rawan hidung,
dalam posisi ibu jari berhadapan dengan jari-jari yang lain. Hal ini dilakukan kurang
lebih 5 menit dengan jari tangan sementara penderita dianjurkan bernafas melalui
mulut (2) Hidung dan mulut dibersihkan dari bekas-bekas darah. Biasanya
pendarahan akan berhasil dihentikan. Sebaiknya juga diberikan kompres dingin
disekitar batang hidung, sekitar mata hingga pipi. (3) Bila pemijatan tidak berhasil,
maka atlet harus diberi perlotongan oleh dokter atau dibawa kerumah sakit. Pada
keadaan ini kemungkinan besar perdarahan disertai patah tulang, kadang-kadang
deformitas dapat terjadi. (4) Bila terjadi fraktur atau retak pada tulang hidung, maka
untuk menghentikan pendarahan pada hidung tidak boleh dipijit, tetapi hanya diberi
kompres dingin saja, lalu dikirim kerumah sakit. Pada keadaan ini, tidak
diperkenankan untuk meniupkan udara dari hidung dengan paksa untuk mengeluarkan
bekuan-bekuan darah, karena ini dapat menimbulkan emboli paru. b) Pendarahan
pada mulut Seperti halnya pada perdarahan hidung, penanganan perdarahan pada
mulut harus memperhatikan aspek airway (jalan napas) dan breathing (pernapasan).
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah: (1) Pendarahan dari bibir atau
gusi dihentikan dengan penekanan secara langsung dan kompres dingin. (2) Apabila
gigi goyang atau fraktur, gigi tidak boleh dicabut dan atlet dikirim untuk penanganan
lanjut di dokter gigi.
g. Kehilangan Kesadaran (Pingsan)
Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, di
sebabkan oleh berkurangnya aliran darah, oksigen, dan glukosa. Hal merupakan
akibat dari (1) Aktivitas fisik yang berat sehingga mennyebabkan deposit oksigen
sementara. (2) Pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun karena pendarahan
hebat. (3) Karena jatuh dan benturan. Terdapat beberapa macam penyebab pingsan
yaitu: a) Pingsan biasa (simple fainting) Pingsan jenis ini misalnya dijumpai pada
orang-orang berdiri berbaris diterik matahari, atau orang yang anemia (kurang darah),
lelah, takut, tidak tahan melihat darah. b) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat bekerja ditempat yang sangat panas.
Penanganan Kehilangan Kesadaran (Pingsan) (1) Mengeluarkan atau membawa
olahragawan ke tempat yang tenang dengan posisi terlentang dan kepala tanpa bantal.
(2) Melakukan pemeriksaan dengan lebih teliti lagi mengenai refleks pupil. Jika
ditemukan antara pupil mata kanan dan kiri (anisokur) ini berarti bukan semata-mata
gegar ringan tetapi dalam keadaan gawat.
h. Luka Luka didefinisikan sebagai suatu ketidaksinambungan dari kulit dan jaringan
dibawahnya yang mengakibatkan pendarahan yang kemudian dapat mengalami
infeksi. Seluruh tubuh mempunyai kemungkinan besar untuk mengalami luka, karena
setiap perenang akan melakukan kontak langsung pada saat latihan dan bisa juga luka
karena peralatan yang dipakai. (Stevenson et al. 2000) Penanganan Luka a) Luka
dibersihkan dari kotoran dengan jalan dicuci dengan hidrogen peroksida (H202) 3%
yang bersifat antiseptik (membunuh bibit penyakit), detol atau betadine, PK (kalium

42
permangat) ataupun dengan sabun. Setelah luka dikeringkan lalu diberikan obat-
obatan yang mengandung antiseptik dan bersifat mengeringkan luka, misalnya: obat
merah, yodium tingtur, larutan betadine pekat. Apabila luka robek lebih dari 1cm,
sebaiknya dijahit. b) Apabila lepuhnya robek, kulit dipotong kemudian dibersihkan
dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat. Apabila lepuh utuh dan tidak mudah
robekluk langsung dibersihkan dan dibebat dengan bahan yang tidak melekat
(Stevenson et al. 2000).
PENCEGAHAN CEDERA OLAHRAGA
Menurut Stevenson (200), beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya cedera olahraga antara lain adalah: 1. Pemeriksaan awal sebelum melakukan
olahraga untuk menentukan ada tidaknya kontraindikasi dalam berolahraga 2. Melakukan
olahraga sesuai dengan kaidah baik, benar, terukur dan teratur 3. Menggunakan sarana yang
sesuai dengan olahraga yang dipilih 4. Memperhatikan kondisi prasarana olahraga 5.
Memperhatikan lingkungan fisik seperti suhu dan kelembaban udara sekelilingnya

43
BAB VII

Patofiologi Dan Diagnosis Cidera Olahraga

Secara umum patofisiologi terjadinya cedera berawal dari ketika sel mengalami
kerusakan, sel akan mengeluarkan mediator kimia yang merangsang terjadinya peradangan.
Mediator tadi antara lain berupa histamin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien. Mediator
kimiawi tersebut dapat menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah serta penarikan populasi
sel sel kekebalan pada lokasi cedera. Secara fisiologis respon tubuh tersebut dikenal sebagai
proses peradangan. Proses peradangan ini kemudian berangsur-angsur akan menurun sejalan
dengan terjadinya regenerasi proses kerusakan sel atau jaringan tersebut (Van Mechelen et al.
1992). Selain berdasarkan tanda dan gejala peradangan, diagnosis ditegakkan berdasarkan
keterangan dari penderita mengenai aktivitas yang dilakukannya dan hasil pemeriksaaan
penunjang.
a. Gejala Cedera Olahraga
Tanda akut cedera olahraga yang umumnya terjadi adalah tanda respon peradanagan
tubuh berupa tumor (pembengkakaan), kalor (peningkatan suhu), rubor (warna
merah), dolor (nyeri) dan functio leissa (penurunan fungsi). Nyeri pertama kali
muncul jika serat-serat otot atau tendon yang jumlahnya terbatas mulai mengalami
robekan.Selain nyeri muncul tanda radang seperti bengkak, kemerahan, panas dan
penurunan fungsi. Pada proses lanjut tandatanda peradangan tersebut akan berangsur
angsur menghilang. Apabila tanda peradangan awal cukup hebat, biasanya rasa nyeri
masih dirasakan samapai beberapa hari setelah onset cedera. Kelemahan fungsi
berupa penurunan kekuatan dan keterbatasan jangakauan gerak juga sering dijumpai
(Stevenson et al. 2000).
b. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari
anamnesis (wawancara dengan penderita) serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan dapat berupa CT scan MRI, artroskopi, elektromyografi
dan foto rontgen.
Ada dua jenis cedera yang sering dialami oleh atlet, yaitu trauma akut dan Overuse
Syndrome (Sindrom Pemakaian Berlebih). Trauma akut adalah suatu cedera berat yang
terjadi secara mendadak, seperti robekan ligament, otot, tendo, atau terkilir, atau bahkan
patah tulang. Cedera akut biasanya memerlukan pertolongan profesional. Sindrom pemakaian
berlebih sering dialami oleh atlet, bermula dari adanya suatu kekuatan yang sedikit
berlebihan, namun berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu lama. Sindrom ini
kadang memberi respon yang baik dengan pengobatan sendiri.
Cedera olahraga seringkali direspon oleh tubuh dengan tanda radang yang terdiri atas
rubor (merah), tumor (bengkak), kalor (panas), dolor (nyeri), dan functiolaesa (penurunan
fungsi). Pembuluh darah di lokasi cedera akan melebar (vasodilatasi) dengan maksud untuk
mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam rangka mendukung penyembuhan.
Pelebaran pembuluh darah ini lah yang mengakibatkan lokasi cedera terlihat lebih merah
(rubor). Cairan darah yang banyak dikirim di lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler
menuju ruang antar sel, dan menyebabkan bengkak (tumor). Dengan dukungan banyak nutrisi
dan oksigen, metabolisme di lokasi cedera akan meningkat dengan sisa metabolisme berupa
panas. Kondisi inilah yang menyebabkan lokasi cedera akan lebih panas (kalor) dibanding

44
dengan lokasi lain. Tumpukan sisa metabolisme dan zat kimia lain akan merangsang ujung
saraf di lokasi cedera dan menimbulkan nyeri (dolor). Rasa nyeri juga dipicu oleh tertekannya
ujung saraf karena pembengkakan yang terjadi di lokasi cedera. Baik rubor, tumor, kalor,
maupun dolor akan menurunkan fungsi organ atau sendi di lokasi cedera yang dikenal dengan
istilah functiolaesa.
Cedera olahraga dapat diklasifikasikan sebagai cedera ringan apabila robekan yang
terjadi hanya dapat dilihat dibawah mikroskop, dengan keluhan minimal, dan tidak
mengganggu penampilan secara berarti. Contoh yang dapat dilihat adalah memar, lecet, dan
sprain ringan. Cedera sedang ditandai dengan kerusakan jaringan yang nyata, nyeri, bengkak,
kemerahan, panas, dan ada gangguan fungsi. Tanda radang seperti tumor, rubor, kalor, dolor,
dan functiolaesa terlihat nyata secara keseluruhan atau sebagian. Contoh dari cedera ini
adalah robeknya otot, tendo, serta ligament secara parsial. Pada cedera berat terjadi robekan
total atau hampir total, dan bias juga terjadi patah tulang. Cedera ini membutuhkan istirahat
total, pengobatan intensif, atau bahkan operasi.
Cedera yang sering terjadi pada atlet adalah sprain yaitu cedera pada sendi yang
mengakibatkan robekan pada ligament. Sprain terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan
dan mendadak pada sendi, atau karena penggunaan berlebihan yang berulang-ulang. Sprain
ringan biasanya disertai hematom dengan sebagian serabut ligament putus, sedangkan pada
sprain sedang terjadi efusi cairan yang menyebabkan bengkak. Pada sprain berat, seluruh
serabut ligamen putus sehingga tidak dapat digerakkan seperti biasa dengan rasa nyeri hebat,
pembengkakan, dan adanya darah dalam sendi.
Dislokasi sendi juga sering terjadi pada olahragawan yaitu terpelesetnya bonggol
sendi dari tempatnya. Apabila sebuah sendi pernah mengalami dislokasi, maka ligament pada
sendi tersebut akan kendor, sehingga sendi tersebut mudah mengalami dislokasi kembali
(dislokasi habitualis). Penanganan yang dapat dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah
segera menarik persendian tersebut dengan sumbu memanjang.
Cedera olahraga berat yang sering terjadi pada olahragawan adalah patah tulang yang
dapat dibagi menjadi patah tulang terbuka dan tertutup. Patah tulang terbuka terjadi apabila
pecahan tulang melukai kulit, sehingga tulang terlihat keluar, sedangkan pada patah tulang
tertutup, pecahan tulang tidak menembus permukaan kulit. Pada kasus patah tulang,
olahragawan harus berhenti dari pertandingan, dan secepat mungkin harus dibawa ke
professional karena harus direposisi secepatnya. Reposisi yang dilakukan sebelum limabelas
menit akan member hasilmemuaskan karena pada saat itu belum terjadi nyeri pada tulang
(neural shock). Setelah reposisi bias dipasang spalk untuk mempertahankan posisi dan
sekaligus menghentikan perdarahan.
Penyebab terjadinya cedera olahraga dapat berasal dari luar seperti misalnya kontak
keras dengan lawan pada olahraga body contact, karena benturan dengan alat-alat olahraga
seperti misalnya stick hockey, bola , raket, dan lain-lain. Dapat pula disebabkan oleh keadaan
lapangan yang tidak rata yang meningkatkan potensi olahragawan untuk jatuh, terkilir, atau
bahkan patah tulang. Penyebab dari dalam biasanya terjadi karena koordinasi otot dan sendi
yang kurang sempurna, ukuran tungkai yang tidak sama panjang, ketidak seimbangan otot
antagonis.
Terapi Latihan untuk Cedera Olahraga
Olahraga prestasi memang menuntut pelakunya untuk memiliki sekelompok otot yang
lebih kuat daripada kelompok otot lainnya. Hal ini menyebabkan adanya ketidak seimbangan
kekuatan antara sekelompok otot dengan kelompok otot antagonisnya. Cedera otot dapat

45
terjadi baik pada kelompok otot yang kuat maupun kelompok otot yang lemah. Sebagai
contoh, seorang pelari biasanya mempunyai otot betis yang jauh lebih kuat dibanding otot-
otot pada kaki depan. Ketidak seimbangan ini dapat menimbulkan beberapa cedera misalnya
peradangan pada tendo achiles, strain pada otot calf, heel spur, dan radang bursa calcaneal.
Kelompok otot tibial anteriornya dapat mengalami shin-splint, myositis maupun tendinitis.
Untuk mencegah terjadinya cedera tersebut diperlukan program latihan peregangan pada otot
yang kencang, dan latihan penguatan bagi otot yang lemah. Pada dasarnya program terapi
latihan terdiri atas latihan peregangan dan latihan penguatan.
1. Latihan Peregangan
Latihan peregangan secara teratur telah terbukti sangat efektif untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya cedera. Latihan olahraga terus menerus dapat
menyebabkan otot mengalami kekakuan dan menjadi mudah cedera. Kekakuan pada
otot juga akan mengurangi jangkauan gerak sendi. Program latihan peregangan dapat
membantu mencegah terjadinya kekakuan pada sekelompok otot, menjaga
fleksibilitas persendian, serta membantu program pemanasan sebelum melakukan
olahraga yang sesungguhnya. Ada tiga jenis teknik peregangan yang dapat dilakukan
yaitu teknik peregangan statis, balistik, dan PNF (Propioceptive Neuromuscular
Facilitation).
Peregangan statis merupakan teknik peregangan yang paling banyak
dipergunakan.Dalam teknik ini peregangan dilakukan secara perlahan-lahan sampai
pada titik resistensi atau sampai terasa sedikit sakit, kemudian bertahan pada posisi
meregang tersebut selama beberapa saat. Latihan peregangan tersebut kemudian
diulangi sampai beberapa kali untuk setiap kelompok otot. Teknik peregangan balistis
merupakan teknik pereganngan dengan gerakan yang lebih kuat dan menggunakan
gerakan-gerakan bouncing (mengayun) secara berulang-ulang. Teknik ini mempunyai
potensi terjadi cedera yang cukup besar, sehingga masyarakat awam tidak dianjurkan
untuk melakukan teknik ini.
Teknik PNF banyak dipergunakan oleh para ahli terapi fisik dalam memeriksa
dan mempertimbangkan respon fisiologis dan system saraf, otot, persendian, maupun
tendon. Teknik ini merupakan teknik peregangan yang paling efektif, namun belum
banyak dikenal oleh masyarakat luas. Hal ini mungkin terjadi karena pelaksanaan
teknik ini lebih sulit dan membutuhkan partner latihan. Secara umum, teknik PNF
diawali dengan peregangan otot permulaan, diikuti dengan melakukan kontraksi otot
secara isometric (dengan daya resistensi yang diberikan oleh partner), kemudian
relaksasi untuk beberapa detik. Diakhiri dengan peregangan pasif selama beberapa
saat yang dialkukan oleh partner dengan memberi tekanantekanan pada otot. Ada
beberapa modifikasi dari teknik peregangan PNF yang memungkinkan untuk
dilakukan tanpa bantuan partner, namun pada awalnya harus mendapatkan instruksi
terlebih dahulu dari orang yang telah berpengalaman.
Beberapa pedoman yang harus diikuti pada saat memulai program peregangan
adalah: 1)Lakukan peregangan secara perlahan. Awali dan tingkatkan intensitas
peregangan dengan perlahan, kemudian secara bertahap tingkatkan intensitasnya
sambil member kesempatan relaksasi otot, 2)Jangan melakukan gerakan bouncing
karena dapat menimbulkan mekanisme reflek untuk menegang. Mekanisme ini justru
akan menimbulkan kontra produktif terhadap hasil peregangan, 3)Lakukan
peregangan secara teratur, bahkan dianjurkan setiap hari meskipun hari itu tidak akan
melakukan olahraga, 4)Bernafas secara normal, jangan menahan nafas pada saat
melakukan peregangan, 5)Rileks dan nikmati peregangan yang dilakukan. Peregangan
tidak hanya efektif untuk mengurangi ketegmeneangan yang dilakukanangan otot,

46
namun juga dapat membantu mengurangi tekanan emosional dan menimbulkan rasa
sehat pada tubuh secara menyeluruh (Anderson, 2005).
2. Latihan Penguatan
Hampir semua jenis olahraga membutuhkan kombinasi antara kekuatan,
kecepatan, koordinasi, dan ketahanan tubuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
atlet dengan kekuatan yang lebih besar akan lebih jarang terkena sindrom pemakaian
berlebih. Latihan penguatan otot tidak hanya menghasilkan kekuatan otot, namun juga
mengurangi tekanan pada persendian. Ketika otot telah berkembang menjadi kuat,
maka akan mengontrol dengan baik gerakan tulang belakang dan anggota tubuh
lainnya, misalnya pada saat gerakan melompat dan melempar.
Kelompok otot juga harus dilatih untuk mendukung koordinasi gerakan,
menyesuaikan pola gerakan sehingga terhindar dari ketegangan pada kelompok otot
maupun tendo tertentu (terhindar dari sindrom pemakaian berlebih). Latihan
ketahanan otot juga memungkinkan meningkatnya koordinasi gerak, keterampilan,
serta kekuatan tubuh yang terkontrol selama melakukan aktivitas olahraga dalam
jangka waktu lama. Program latihan penguatan yang terbaik meliputi kombinasi
antara latihan kekuatan (power training) dan latihan ketahanan (endurance training).
Tubuh manusia dilengkapi dengan kemampuan yang luar biasa untuk
beadaptasi dengan setiap tekanan yang ditimpakan kepadanya. Selama melakukan
latihan penguatan, otot tubuh diharapkan dapat beradaptasi dengan tekanan dan beban
berlebih yang ditimpakan secara berulang. Secara anatomis dalam tubuh manusia ada
dua macam serabut yaitu serabut otot cepat dan serabut otot lambat. Serabut otot cepat
akan merespon latihan dengan beban berat namun ulangan sedikit, dan sebaliknya
dengan serabut otot akan merespon latihan dengan beban sedang atau ringan dengan
banya ulangan.
Metode latihan penguatan dapat dibedakan dalam tiga kelompok yaitu: metode
isometric, isotonis, dan isokinetis. Metode isometric membutuhkan ontraksi otot
melawan resistensinya tanpa harus mengubah panjang otot dan mengubah sudut
persendian. Metode isotonis membutuhkan perubahan panjang otot dan perubahan
posisi persendian pada saat memindahkan gerakan resistensi atau memindahkan berat
dalam bentuk lingkungan gerakan. Metode isokinetis menggunakan kecepatan yang
konstan dengan resistensi yang bervariasi selama melakukan gerakan melengkung.
Resistensi yang bervariasi tersebut dimaksudkan bahwa apabila kekuatan melawan
otot berubah, maka berubah pula posisi sendinya. Hal ini penting karena kekuatan
yang ada pada otot tergantung pada sudut persendian. Dengan melakukan resistensi
otot yang berubah-ubah, maka otot akan menjadi kuat secara efektif pada setiap posisi
persendian yang ada (Taylor, 1997).
Ketiga metode latihan tersebut dapat memberi hasil optimal baik pada
kekuatan,power, maupun ketahanan otot apabila menggunakan beban yang progresif
(dilakukan penambahan beban secara bertahap). Latihan dengan metode isometric
dapat menimbulkan ketegangan dan resistensi pada otot tanpa harus mengubah posisi
sendi. Latihan ini sangat bermanfaat bagi otot yang terisolasi dan mengemabngkan
bagian-bagian yang sulit dijangkau, serta memberikan resistensi secara aman. Metode
isometric sangat bemanfaat untuk menguatkan otot-otot yang berada di dekat
persendian. Misal latihan untuk leher dan kepala. Metode isometric membantu
meningkatkan kesehatan otot pada saat melakukan program penyembuhan cedera.
Kelemahan dari metode ini adalah manfaat yang hanya terbatas pada satu posisi
latihan saja, dan tidak bisa meningkatkan kekuatan yang meliputi keseluruhan gerak
sendi.

47
Metode latihan isotonis merupakan metode latihan penguatan yang paling
umum dilakukan (Gould, 2005). Metode isotonis sangat bervariasi, meskipun pada
dasarnya beprinsip pada pemberian beban dan tekanan yang berlebihan untuk
mendapatkan respond an adaptasi otot, sehingga kekuatan otot meningkat. Program
latihan resistensi progresif merupakan jenis metode latihan resistensi yang paling
banyak digunakan karena dapat melatih kekuatan sekaligus ketahanan. Dalam metode
ini terdapat tiga set latihan yang masing-masing harus dilakukan sehingga bertahan 5
detik denagn 10 kali pengulangan setiap set nya. Set pertama menimbulkan 50% dari
daya resistensi maksimum, set ke dua 75% daya resistensi maksimum, sedangkan set
ke tiga 100% daya resistensi maksimum. Latihan ditingkatkan secara bertahap dari
minnggu ke minggu sehingga aman untuk pemula dan untuk rehabilitasi cedera.
Metode Piramid dalam mengangkat beban dapat dilakukan dengan
mengangkat beban ringan sebanyak 10 kali, kemudian istirahat sebentar dan diikuti
dengan pengangkatan 6 kali menggunakan beban sedang. Setelah istirahat sebentar,
diakhiri dengan pengulangan 4 kali menggunakan beban berat. Metode piramid akan
menambah massa otot dan meningkatkan kekuatannya. Disamping itu ada juga
metode latihan penguatan dengan menggunakan beban berat kemudian diikuti beban
ringan. Metode ini disebut Oxford Program yang dirancang untuk menghindari
kelelahan dengan beban awal yang maksimal. Pengulangan dilakukan 6-10 kali
menggunakan beban maksimal, kemudian diikuti beban ringan dengan pengulangan
10 kali. Teknik ini hanya dianjurkan untuk atlet yang telah memiliki pengalaman
latihan beban sebelumnya, karena mudah menimbulkan ketegangan otot, ligament,
dan tendo.

48
BAB VIII

Cidera Memar, Ligamen, Otot, Dan Tendon

Jika mendapatkan tekanan yang lebih besar daripada kekuatan alaminya, maka otot,
tendon dan ligamen akan mengalami robekan. Sendi lebih peka terhadap cedera jika otot dan
ligamen yang menyokongnya lemah. Tulang yang rapuh karena osteoporosis mudah
mengalami patah tulang (fraktkur). Latihan penguatan bisa membantu mencegah terjadinya
cedera. Satusatunya cara untuk memperkuat otot adalah berlatih melawan tahanan, yang
secara bertahap kekuatannya ditambah (Meeuwisse 1994).
1. Cidera memar

Memar adalah keadaan cedera yang terjadi pada jaringan ikat dibawah kulit.
Memar biasanya diakibatkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di
bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan
cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya. Memar ini menimbulkan daerah
kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Apabila terjadi pendarahan yang cukup,
timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hermatoma (Van Mechelen et
al. 1992). Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang
menyertai sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah
kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala
dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayat. Penanganan Cedera
Memar 1. Kompres dengan es selama 12-24 jam untuk menghentikan pendarahan
kapiler. 2. Istirahat untuk mencegah cedera lebih lanjut dan mempercepat pemulihan
jaringan-jaringan lunak yang rusak. 3. Hindari benturan di daerah cedera pada saat
latihan maupun pertandingan berikutnya.
Cedera memar mungkin tampak biasa. Tapi cedera ini tetap membutuhkan
perhatian untuk mengantisipasi dampak lanjutan yang lebih serius. Setiap individu
hendaknya memiliki pengetahuan tentang pertolongan pertama pada cedera memar
yang berguna untuk memastikan cedera dapat ditangani dengan baik. Memar pada
kulit menyebukan perubahan warna dari semula agak merah muda menjadi biru
keunguan, lalu kuning kehijauan. Setelah beberapa waktu, tergantung tingkat
keparahan dan lokasi cedera, darah yang terkumpul akan menyebar dan warna kulit
kembali normal.
Cedera memar sering kali disertai dengan rasa nyeri. Jika yang memar adalah
tulang, rasa nyeri itu lebih hebat. Pembengkakan kadang juga muncul, terutama bila
memar terjadi di bawah kulit. Memar biasanya dapat hilang sendiri dalam hitungan

49
hari hingga bulan. Umumnya hanya dibutuhkan pertolongan pertama yang sederhana
pada memar tanpa perlu ke rumah sakit.
Penyebab Cedera Memar
Penyebab cedera memar yang utama adalah trauma benda tumpul, misalnya
akibat benturan atau pukulan. Berikut ini beberapa peristiwa yang bisa menyebabkan
memar:
 Tindak kekerasan
 Kecelakaan lalu lintas
 Insiden olahraga
 Jatuh
 Terantuk sesuatu
 Pekerjaan tertentu
 Perkelahian
Selain sejumlah penyebab yang berkaitan dengan trauma benda tumpul di atas,
ada beberapa penyebab cedera memar yang lebih serius dan memerlukan perhatian
lebih. Cedera ini bisa terjadi secara spontan tanpa pemicu yang jelas. Contohnya:
 Sindrom cushing: kelainan yang menyebabkan tingginya kadar kortisol yang
beredar
 Hemofilia: kelainan langka di mana darah tak bisa membeku secara normal
 Leukemia: kanker darah
 Penyakit ginjal
 Trombositopenia: jumlah trombosit darah rendah
 Pembuluh darah vena rusak atau bocor
 Penyakit Von Willebrand: kelainan perdarahan
Untuk beberapa penyebab memar itu, dibutuhkan penanganan yang lebih
mendalam oleh dokter di rumah sakit karena bukan memar biasa.
Pertolongan Pertama Pada Cedera Memar
Pertolongan pertama pada cedera memar biasa hanya memerlukan teknik
sederhana yang dapat dipelajari secara mandiri. Caranya:
 Istirahatkan bagian tubuh yang memar jika memungkinkan. Bila kaki tertendang
saat bermain bola, misalnya, segeralah menepi ke lapangan dan berhenti bermain.
Dengan begitu, aliran darah ke area yang memar akan melambat. Jika terus
bermain, memar akan menjadi lebih parah.
 Balut atau tempelkan kantong es dengan handuk pada area tubuh yang memar dan
biarkan selama kira-kira 10 menit. Ulangi beberapa kali dalam satu-dua hari atau
selama diperlukan. Cara ini akan mengurangi ukuran memar dan membuatnya
sembuh lebih cepat. Suhu dingin dari es akan membuat aliran darah di area memar
lebih lambat dan mengurangi darah yang keluar dari pembuluh.
 Kompres area yang memar jika membengkak dengan perban elastis. Kompres
dapat meredakan bengkak yang terjadi dalam cedera memar.
 Naikkan atau tempatkan bagian yang memar lebih tinggi dari tubuh. Dengan
demikian, pembengkakan bisa berkurang dan memar tidak menyebar.
Bila merasa nyeri, boleh mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual di
apotek. Setelah satu atau dua hari, Anda juga bisa menempelkan kain hangat untuk
membantu sirkulasi darah dan membersihkan darah yang terperangkap setelah terjadi
memar. Berikut Ini yang Bukan Termasuk Cara Penanggulangan Cedera Memar
Memar bisa pulih dengan cepat jika mendapat penanganan yang tepat. Karena
itu, perhatikan penanganan untuk cedera tersebut. Berikut ini yang bukan termasuk
cara penanggulangan cedera memar:

50
 Menempelkan es langsung pada area yang memar. Bila terkena es langsung dan
dalam waktu lama, hal itu justru bisa berbahaya bagi kulit. Lindungi kulit dari
paparan dingin es dengan kain atau handuk.
 Membiarkan es lama di atas kulit hingga lebih dari 20 menit. Seperti poin
pertama, paparan es dalam jangka waktu lama bisa merusak kulit. Sebaiknya
ambil jeda setidaknya selama 30 menit-1 jam setelah menaruh es selama sekitar
10 menit.
 Mengikat perban pada memar kuat-kuat. Perban yang terlalu kuat justru bisa
membuat memar lebih parah.
 Memijat area yang memar. Pijatan pada kulit yang memar malah dapat
memperparah cedera karena bisa jadi pembuluh darah yang pecah makin banyak
dan area yang memar makin melebar.
Kapan Harus ke Dokter?
Ketika mengalami cedera memar, coba lihat dulu kadar keparahan dan
penyebabnya. Sebagian besar cedera memar dapat ditangani sendiri di rumah.
Berkonsultasilah dengan dokter jika:
 Merasa sangat sakit pada area yang memar
 Ada pembengkakan berukuran cukup besar
 Masih merasa sakit setelah tiga hari perawatan, mengalami demam tinggi lebih
dari 38 derajat Celsius
 Keluar darah yang mengucur dari area yang memar
 Tidak sanggup bergerak
 Ada dugaan patah tulang
 Mengalami syok
Gejala syok antara lain kulit memucat, detak jantung cepat, nyeri dada,
kebingungan, keringat bercucuran, dan pusing. Segera datangi instalasi gawat darurat
jika terjadi syok setelah mengalami cedera memar (Dr. Prori Fatwa Noor, 2022).
2. Cidera Ligamen

Ligamen lutut anterior adalah ligamen yang menghubungkan tulang paha


bagian bawah dengan tulang kering untuk menjaga kestabilan lutut. Cedera pada
ligamen lutut anterior atau yang sering disebut ACL (anterior cruciate ligament)
dapat menyebabkan kerusakan atau robek di daerah ligamen anterior.
Penyebab Cedera Ligamen
Cedera yang terjadi di ligamen biasanya diakibatkan oleh sejumlah faktor,
salah satunya adalah perubahan gerakan secara tiba-tiba pada kaki dan lutut saat
beraktivitas fisik, atau terbentur benda secara keras. Gerakan-gerakan lainnya yang

51
berisiko menimbulkan ACL (anterior cruciate ligament), PCL (posterior cruciate
ligament), MCL (medial collateral ligament), LCL (lateral collateral ligament),
antara lain:
 Bergerak dengan cepat lalu berhenti tiba-tiba.
 Mengubah arah gerakan kaki dan lutut secara mendadak.
 Melakukan lompatan dan mendarat dengan posisi kaki yang tidak pas.
 Mengubah posisi dari diam ke posisi melompat atau berputar secara tiba-tiba.
 Mendapatkan tabrakan di area lutut, misalnya mendapatkan tackle saat bermain
sepak bola.
Cedera yang dialami bisa ringan (sedikit atau sebagian ligamen yang robek)
atau parah (semua ligamen robek), sangat tergantung pada tingkat keparahan dan
seberapa berat aktivitas yang dilakukan.
Penanganan Cedera Ligamen
Untuk penanganan terhadap cedera ligamen sendi lutut, sangat penting untuk
segera berkonsultasi dengan dokter ortopedi sub spesialis sport injury. Biasanya
dokter akan melakukan diagnosis terlebih dahulu melalui foto rontgen, MRI, atau
artroskopi. Dengan melakukan pemeriksaan tersebut, dokter dapat mengetahui Anda
menderita cedera ringan atau parah. Secara umum, perawatan yang diberikan terhadap
cedera ligamen sendi lutut, antara lain (Dr. Meiky Fredianto, 2023):
 Pertolongan pertama dengan mengompres dingin di bagian cedera untuk
mengurangi beban dan bengkak pada lutut.
 Istirahat cukup.
 Mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi nyeri sesuai anjuran dokter.
 Pemasangan penyangga lutut dan tongkat penopang.
 Fisioterapi rutin untuk mengembalikan kekuatan otot dan fungsi pergerakan lutut.
 Operasi apabila robekan pada ligamen lutut sudah parah atau avulsi.
3. Cidera otot

Ini Bedanya Nyeri Otot Biasa dan Cedera Otot


 Nyeri otot biasa bisa disebut dengan myalgia, yaitu rasa nyeri dan sakit yang
melibatkan sejumlah kecil atau seluruh otot tubuh, mulai dari ringan sampai
sangat berat. Otot merupakan jaringan lunak yang tersusun oleh filamen protein
yang memiliki panjang dan bentuk fleksibel. Otot berfungsi untuk
mempertahankan dan mengubah postur, daya gerak, serta pergerakan organ
dalam. Sakit otot dapat berkembang di hampir semua bagian tubuh, termasuk
leher, punggung, kaki, dan bahkan tangan.
 Sedangkan cedera otot lebih dikenal dengan kram, yaitu kondisi yang ditandai
dengan otot-otot serta tendon pada otot yang tertarik berlebihan, akibat tekanan

52
besar yang disebabkan oleh aktivitas fisik yang berat. Cedera ini sering terjadi
pada punggung bawah, bahu, leher, dan otot pada belakang paha.
Gejala pada Pengidap Nyeri Otot Biasa dan Cedera Otot
 Gejala umum pada pengidap nyeri otot meliputi rasa tidak nyaman pada otot,
seperti nyeri, dan kejang. Kondisi ini bisa saja hanya terjadi pada beberapa otot
tertentu atau menyebar dari satu tempat ke tempat yang lainnya.
 Sedangkan gejala pada pengidap cedera otot akan timbul setelah mereka
melakukan aktivitas fisik berat. Nyeri yang dirasakan akan semakin hebat bila otot
tersebut dipaksakan untuk digunakan kembali. Bahkan, bisa jadi daerah tersebut
menjadi bengkak dan keras. Apabila terjadi perdarahan di dalam otot tersebut,
akan timbul memar. Gejala yang timbul tidak hanya terjadi saat beraktivitas, tetapi
juga dapat muncul keesokan hari setelah beraktivitas. Nyeri dapat berupa nyeri
seperti tertusuk jarum.
Penyebab Terjadinya Nyeri Otot Biasa dan Cedera Otot
Keduanya terjadi saat otot mengalami tekanan atau stres pada otot, yaitu saat
otot tidak mampu menahannya. Nyeri dan cedera pada otot bisa disebabkan oleh otot
yang tidak siap untuk menerima tekanan melebihi kekuatan otot tersebut, dan otot
terlalu sering digunakan. Hal-hal lain yang bisa jadi penyebab kedua kondisi ini, yaitu
penggunaan otot berlebihan selama aktivitas fisik, adanya otot tegang di salah satu
atau lebih area tubuh, mengidap beberapa infeksi atau radang otot, serta cedera otot
saat bekerja atau berolahraga berat.
Beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mencegah terjadinya nyeri otot
biasa dan cedera otot, antara lain:
 Menjaga kekuatan dan kelenturan otot dengan melakukan peregangan sebelum
melakukan aktivitas fisik yang ringan maupun berat.
 Pemanasan sebelum berlatih. Pemanasan ini akan membuat otot menjadi lebih
lentur dan peredaran darah menjadi lancar.
 Konsumsi makanan tinggi karbohidrat untuk memberikan cadangan energi
yang cukup saat hendak melakukan aktivitas fisik. Jangan lupa untuk minum
air putih yang banyak untuk melindungi diri dari dehidrasi (Halodoc, 2019).
4. Cidera Tendon

Cedera tendon atau tendinopathy adalah kondisi yang terjadi ketika ada
kelebihan beban yang menyebabkan serat kecil tendon robek. Ketika otot atau
persendian yang terkena tekanan berlebih, ini menyebabkan peradangan
tendon. Kondisi ini dapat mengurangi aliran darah dan dapat menyebabkan kompresi
saraf. Ketika peradangan ringan ini muncul, maka kamu mengalami tendonitis.
Sementara itu, jika kondisi menyebabkan degenerasi tenon, maka kamu mengalami
tendinosis.

53
Jenis-Jenis Cedera Tendon
Kondisi ini sering terjadi dalam olahraga. Lokasi cedera akan tergantung pada
olahraga. Beberapa cedera tendon yang umum meliputi:
 Cedera Tendon Achilles: Terjadi di tumit, ini umum di kalangan atlet
profesional.
 Cedera Tendon Patela: Terjadi di lutut, lebih sering terjadi pada wanita.
Berolahraga penting untuk menghindari ketidaknyamanan.
 Cedera Tendon Supraspinatus: Terjadi di bahu, karena merupakan area
yang rapuh, dan pemulihan cenderung memakan waktu lebih lama. Ini
biasanya tendon yang mengalami cedera rotator cuff.
 Cedera Tendon Epikondilus Lateral: Terjadi di siku, paling umum dokter
menyebutnya dengan siku tenis. Kondisi ini akan muncuk di antara pemain
tenis, tetapi bisa juga terjadi di profesi lain.
Beberapa gejala cedera yang dapat muncul adalah:
 Sensasi panas dan terbakar.
 Kesulitan menggerakkan sendi.
 Merasakan sensasi berderak atau kisi-kisi saat menggerakkan persendian.
 Kelemahan otot dan kehilangan kekuatan.
 Kulit merah dan hangat di area yang nyeri. Ini kadang mengindikasikan
adanya infeksi. Jika mengalami gejala ini, sebaiknya segera hubungi dokter.
 Kekakuan.
 Pembengkakan.
Mungkin bermanfaat untuk membuat daftar gejala dan membuat jurnal untuk
melacaknya. Dokter mungkin memerlukan rincian mengenai berapa lama kamu
mengalami gejala dan tingkat keparahan cedera yang muncul. Ini dapat membantu
dalam membuat diagnosis yang akurat.
Pilihan Perawatan yang Tersedia
Dokter biasanya akan mencoba perawatan konservatif terlebih dahulu untuk
mengobati cedera jenis ini. Banyak orang menemukan bahwa mereka mendapatkan
hasil yang sangat baik dan tidak lagi mengalami rasa sakit dengan melakukan
perawatan non-bedah, seperti:
 Modifikasi aktivitas.
 Obat anti inflamasi.
 Injeksi kortikosteroid.
 Penguat kustom.
 Ortotik khusus (sisipan sepatu).
 Membekukan area.
 Terapi fisik.
Cedera ini biasanya dapat sembuh dengan menjalani berbagai perawatan
tersebut. Kebanyakan orang sembuh tanpa operasi.
Perawatan Bedah, Penggunaan Gips, dan Terapi
Namun, pada beberapa kasus yang parah, atau ketika pendekatan non-bedah
tidak efektif, ada beberapa cara lain yang bisa kamu lakukan, yaitu operasitTendon
kaki. Tindakan ini mungkin perlu kamu jalani untuk memperbaiki robekan,
kerusakan, dan cedera yang parah. Operasi perbaikan tendon melibatkan pembuatan
sayatan kecil di area di atas tendon. Menggunakan alat bedah khusus, ahli bedah akan
mengangkat jaringan yang rusak.

54
Tendon dapat diambil dari area lain di tubuh, lalu dokter mencangkokkannya
ke area yang rusak. Ini berfungsi untuk memperkuat dan memperbaiki tendon yang
lemah. Dalam beberapa kasus, transfer tendon mungkin perlu. Transfer tendon
melibatkan pengangkatan tendon dari area tubuh lain atau dari donor untuk
menggantikan tendon yang rusak akibat cedera. Setelah operasi, kamu biasanya perlu
memakai gips atau sepatu bot untuk membantu melindungi tendon yang baru
perbaikan. Terapi fisik adalah bagian penting dari pemulihan cedera. Terapis fisik
biasanya akan membuat rencana pemulihan yang sesuai dengan kondisi masing-
masing pengidap, tergantung pada tingkat keparahan kondisi. Proses pemulihan
berbeda untuk setiap orang, berlangsung dari beberapa minggu hingga bulan (Fadli,
2022).

5.

55
BAB IX

Dislokasi, Fraktur Dan Kram Otot

1. Dislokasi
Dislokasi adalah kondisi ketika tulang di sendi bergeser atau keluar dari posisi
normalnya. Semua persendian di tubuh dapat mengalami dislokasi, terutama bila terjadi
benturan akibat kecelakaan atau terjatuh ketika berolahraga. Sendi adalah area bertemunya
dua tulang atau lebih. Sendi terbentuk dari jaringan ikat dan tulang rawan, serta berfungsi
sebagai penghubung di antara tulang-tulang saat bergerak.

Bila terjadi dislokasi, jaringan di sekitar sendi, seperti tendon, otot, dan saraf,
juga bisa mengalami cedera. Oleh karena itu, dislokasi perlu segera ditangani untuk
mengurangi risiko terjadinya cacat permanen. Dislokasi dapat terjadi sebagian (parsial
atau subluksasi) atau secara total. Kondisi ini juga dapat terjadi di semua sendi,
seperti lutut, siku, rahang, dan panggul, tetapi paling sering terjadi di bahu dan jari
tangan.
Penyebab Dislokasi
Dislokasi disebabkan oleh benturan atau tekanan yang keras pada sendi.
Kondisi yang dapat menyebabkan dislokasi antara lain:
 Terjatuh, misalnya akibat terpeleset
 Kecelakaan saat berkendara
 Cedera akibat olahraga yang melibatkan kontak fisik, seperti sepakbola atau bela
diri
Faktor risiko dislokasi
Dislokasi dapat dialami oleh siapa saja. Akan tetapi, ada beberapa faktor yang
dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi ini, yaitu:
 Melakukan olahraga yang melibatkan kontak fisik
 Memiliki otot yang lemah dan keseimbangan yang buruk, misalnya karena
menderita distrofi otot
 Berusia lanjut atau masih anak-anak

56
 Menderita penyakit keturunan yang mengakibatkan gangguan di sendi,
seperti sindrom Ehlers-Danlos
Gejala Dislokasi
Gejala yang dapat timbul akibat dislokasi tergantung pada tingkat keparahan
dan lokasi terjadinya dislokasi. Beberapa gejala dan keluhan yang dapat timbul
adalah:
 Sakit dan nyeri pada sendi yang cedera
 Sendi bengkak dan memar
 Bagian sendi yang cedera menjadi kemerahan atau menghitam
 Bentuk sendi menjadi tidak normal
 Sakit ketika bergerak
 Mati rasa di bagian sendi yang cedera
Kapan harus ke dokter
Dislokasi sebaiknya segera ditangani. Jika tidak, sejumlah komplikasi serius
dapat terjadi. Salah satunya adalah kerusakan pada saraf di area sendi. Oleh karena
itu, segera ke dokter jika terjadi gejala atau tanda dislokasi. Sebagai pertolongan
pertama, lakukan kompres dingin di bagian sendi yang mengalami dislokasi dan jaga
agar tidak bergerak.
Diagnosis Dislokasi
Untuk mendiagnosis dislokasi, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai
gejala yang dialami pasien, dan aktivitas terakhir yang berpotensi menyebabkan
dislokasi. Dokter juga akan menjalankan pemeriksaan fisik dengan melihat bagian
sendi yang dicurigai mengalami dislokasi, dan memeriksa sirkulasi darah di bagian
tersebut. Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan beberapa pemeriksaan
penunjang, seperti:
 Rontgen, untuk memastikan adanya dislokasi atau kerusakan lain yang mungkin
terjadi pada sendi
 MRI, untuk memeriksa kerusakan pada struktur jaringan lunak di sekitar sendi
yang mengalami dislokasi
Pengobatan Dislokasi
Metode pengobatan dislokasi tergantung pada lokasi sendi yang mengalami
dislokasi dan tingkat keparahannya. Secara garis besar, pengobatan dislokasi
bertujuan untuk mengembalikan tulang yang keluar atau bergeser ke posisinya
semula. Pengobatan juga bertujuan untuk mencegah kerusakan pada saraf atau
pembuluh darah di sekitar sendi. Berikut ini adalah beberapa metode pengobatan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi dislokasi:
Obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau naproxen,
untuk mengurangi rasa nyeri dan peradangan yang timbul akibat dislokasi.
Perawatan medis
Perawatan medis yang dapat diberikan untuk mengatasi dislokasi antara lain:
 Tindakan reduksi, untuk mengembalikan tulang ke posisi normalnya
 Imobilisasi, untuk menyangga tulang dan mencegah bergeraknya sendi yang telah
kembali ke posisi normalnya agar pemulihannya lebih cepat
 Operasi, untuk mengatasi dislokasi yang tidak bisa diperbaiki dengan reduksi, atau
bila telah terjadi kerusakan pada pembuluh darah, saraf, atau ligamen di sekitar
sendi

57
 Rehabilitasi, untuk memperkuat sendi dan melatih pasien agar bisa bergerak
seperti sedia kala
Perawatan mandiri
Setelah dislokasi ditangani, ada beberapa perawatan mandiri yang bisa
dilakukan di rumah untuk mempercepat proses pemulihan sekaligus meredakan rasa
tidak nyaman yang mungkin timbul. Beberapa perawatan tersebut adalah:
 Mengompres sendi dengan es atau air hangat selama 15–20 menit beberapa kali
sehari
 Mengistirahatkan sendi yang mengalami dislokasi dan menghindari gerakan yang
menimbulkan rasa nyeri
 Melatih sendi dengan gerakan-gerakan ringan dan dilakukan secara perlahan
Komplikasi Dislokasi
Meski jarang terjadi, dislokasi yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan
komplikasi. Komplikasi ini dapat muncul tiba-tiba (akut) atau berlangsung dalam
waktu yang lama (kronis). Beberapa komplikasi akut dislokasi adalah:
 Patah tulang (fraktur)
 Perdarahan akibat kerusakan pada jaringan lunak
 Kerusakan saraf dan pembuluh darah di daerah sendi
 Infeksi di sendi dan tulang
Sementara beberapa komplikasi kronis yang dapat terjadi adalah:
 Ketidakstabilan sendi
 Kaku sehingga ruang gerak terbatas
 Kematian jaringan (avascular necrosis)
 Peradangan di sendi
Pencegahan Dislokasi
Ikuti langkah-langkah berikut ini untuk mencegah terjadinya dislokasi:
 Hati-hati dan selalu waspada terhadap kecelakaan atau terjatuh saat beraktivitas.
 Gunakan perlengkapan pelindung ketika berolahraga.
 Hindari berdiri di atas tempat-tempat yang tidak stabil, seperti kursi.
 Tutupi lantai rumah dengan karpet yang tidak licin.
 Lakukan olahraga secara rutin untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan
otot-otot tubuh.
 Gunakan alat pelindung diri (APD) yang tepat ketika melakukan pekerjaan yang
berisiko menyebabkan cedera, seperti pekerja bangunan.
 Pastikan kamar mandi tetap kering agar tidak licin.
Pada anak-anak, dislokasi dapat dicegah dengan beberapa cara berikut:
 Pastikan sebisa mungkin tidak ada barang atau area di rumah yang dapat
menyebabkan anak cedera.
 Selalu perhatikan dan awasi anak ketika bermain.
 Ajari anak perilaku yang aman ketika beraktivitas atau bermain.
 Ajari anak untuk selalu membereskan dan menyimpan mainan mereka di
tempatnya, agar anak dan orang lain tidak terpeleset.
 Pasang pintu pengaman di tangga agar anak tidak terjatuh karena bermain-main di
tangga (Pittara, 2022).

58
2. Fraktur (Patah Tulang)

Fraktur adalah patah tulang, yang dapat berkisar dari retakan tipis hingga patah.
Patah tulang bisa melintang, memanjang di beberapa tempat, atau menjadi beberapa
bagian. Biasanya, patah tulang terjadi ketika tulang dipengaruhi oleh kekuatan atau
tekanan lebih. Jika Anda menduga mengalami patah tulang, segera dapatkan bantuan
medis (sawahlunto, 2019).
Fraktur adalah kondisi yang memiliki beberapa cara berbeda di mana tulang bisa
patah; misalnya, patah tulang yang tidak merusak jaringan di sekitarnya atau merobek
kulit yang dikenal sebagai fraktur tertutup. Di sisi lain, salah satu yang merusak kulit di
sekitarnya dan menembus kulit dikenal sebagai fraktur kompon atau fraktur terbuka.
Fraktur kompon biasanya lebih serius daripada fraktur sederhana, karena menurut
definisi, patang tulang ini bisa menyebabkan terinfeksi.
Jenis Patah Tulang
Berikut ini berbagai jenis fraktur atau patah tulang untuk membedakan
kondisinya, di antaranya:
1. Patah avulsi
Patah tulang jenis ini adalah cedera pada tulang di mana tendon atau ligamen
melekat pada tulang. Ketika fraktur avulsi terjadi, tendon atau ligamen menarik
sepotong tulang. Fraktur avulsion dapat terjadi di bagian tubuh mana saja, tetapi
lebih sering terjadi di beberapa lokasi tertentu.
2. Fraktur kominutif
Adalah patah atau serpihan tulang menjadi lebih dari dua bagian. Karena kekuatan
dan energi yang cukup dapat memecah tulang, jenis patah tulang ini terjadi setelah
trauma seperti kecelakaan kendaraan.
3. Fraktur kompresi
Jenis fraktur ini biasanya terjadi pada tulang yang bertonjolan di tulang belakang.
Sebagai contoh, bagian depan tulang belakang bisa rapuh karena osteoporosis.
4. Fraktur dislokasi
Cedera parah di mana fraktur dan sendi terkilir terjadi secara bersamaan. Biasanya,
potongan tulang yang longgar tetap tersangkut di antara ujung-ujung tulang yang
dislokasi dan mungkin harus diangkat melalui pembedahan sebelum dislokasi dapat
diatasi.
5. Fractur greenstick
Sebagian tulang patah di satu sisi, tetapi tidak pecah sepenuhnya karena sisa tulang
dapat membengkok. Kondisi ini biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak, yang
tulangnya lebih lembut dan lebih elastis.
6. Fraktur garis rambut

59
Fraktur garis rambut atau juga disebut fraktur stres, adalah retakan kecil atau memar
parah di dalam tulang. Jenis fraktur ini paling sering terjadi pada atlet, terutama atlet
olahraga yang mengharuskan lari dan lompat. orang yang menderita osteoporosis
juga dapat mengalami fraktur garis rambut.
7. Fraktur impaksi
Ini mirip dengan fraktur kompresi, namun fraktur ini terjadi di dalam tulang yang
sama. Ini merupakan fraktur tertutup yang terjadi ketika tekanan pada kedua ujung
tulang, menyebabkannya terbelah menjadi dua bagian yang saling tertahan. Jenis
fraktur ini biasanya terjadi pada orang yang mengalami kecelakaan mobil dan jatuh.
8. Fraktur longitudinal
Jenis fraktur ini biasanya cukup panjang dan retakan sepanjang sumbu tulang.
Karena fraktur ini selalu mengikuti sumbu tulang, dan biasanya merupakan fraktur
yang tidak bergeser. Fraktur dapat dibagi menjadi dua atau lebih garis fraktur.
9. Fraktur oblik
Adalah patah tulang yang relatif umum di mana tulang patah secara diagonal ke
sumbu panjang tulang. Fraktur oblik bervariasi dalam tingkat keparahannya,
tergantung pada tulang apa yang terpengaruh dan seberapa besar patahnya. Fraktur
miring cenderung terjadi pada tulang yang lebih panjang seperti tulang paha atau
tibia.
10. Fraktur patologis
Ketika penyakit atau kondisi yang mendasari telah melemahkan tulang,
mengakibatkan fraktur (patah tulang yang disebabkan oleh penyakit atau kondisi
dasar yang melemahkan tulang).
11. Fraktur spiral
Fraktur spiral ini juga dikenal sebagai fraktur torsi, merupakan jenis fraktur lengkap.
Fraktur ini terjadi karena gaya rotasi atau terpelintir.
12. Fraktur stress
Adalah patah kecil pada tulang. Retakan tipis muncul karena tekanan yang berulang,
biasanya disebabkan oleh penggunaan anggota tubuh berlebihan. Sebagian besar
fraktur stres terjadi pada tulang kaki dan kaki bagian bawah, yang menumpu beban
tubuh.
13. Fraktur torus (buckle)
Tulang mengalami deformasi tetapi tidak retak. Lebih sering terjadi pada anak-anak.
Fraktur tulang ini menyakitkan tetapi stabil.
14. Fraktur transversal
Berikutnya adalah jenis spesifik dari fraktur di mana patah berada pada sudut yang
tepat terhadap bidang panjang tulang. Fraktur transversal biasanya terjadi sebagai
akibat dari gaya kuat yang diterapkan tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang.
Fraktur ini juga mungkin akibat dari fraktur stres di mana banyak istirahat
mikroskopis terbentuk di tulang dari stres berulang, seperti berlari.
Penyebab Patah Tulang
Anda dapat berisiko mengembangkan patah tulang jika tulang dipengaruhi dengan
tekanan yang lebih besar atau kekuatan dari itu dapat mendukung. Gaya ini biasanya
terjadi secara tiba-tiba atau sangat intens. Kekuatan-kekuatan menentukan tingkat
keparahan fraktur. Beberapa penyebab umum patah tulang meliputi:
 Jatuh
 Benturan menyerang langsung ke tubuh Anda
 Peristiwa traumatis, seperti kecelakaan mobil atau luka tembak
 Cedera karena olahraga.

60
Gejala Patah Tulang
Sebagian besar patah tulang atau fraktur disertai dengan nyeri hebat ketika cedera
awal terjadi. Ini bisa menjadi lebih buruk ketika Anda bergerak atau menyentuh area yang
terluka. Dalam beberapa kasus, Anda bahkan bisa pingsan karena rasa sakit. Anda
mungkin juga merasa pusing atau kedinginan karena syok. Tanda dan gejala fraktur
potensial lainnya meliputi:
 Bunyi kertak ketika cedera terjadi
 Bengkak, kemerahan, dan memar di area yang terluka
 Kesulitan menopang berat badan dengan area luka
 Kelainan bentuk terlihat di area cedera
 Angulation (area yang terkena mungkin tertekuk pada sudut yang tidak biasa)
 Jika fraktur terbuka, mungkin ada perdarahan
 Dalam beberapa kasus, Anda mungkin melihat tulang yang patah menembus kulit
Anda
 Terlihat pucat
 Perasaan sakit dan mual.
Diagnosis Patah Tulang
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, mengidentifikasi tanda dan gejala, dan
membuat diagnosis. Pasien akan diwawancarai, atau teman, saudara, dan saksi jika pasien
tidak dapat berkomunikasi dengan baik tentang keadaan yang menyebabkan cedera atau
yang mungkin menyebabkannya. Selain tiu, dokter akan sering melakukan rontgen.
Dalam beberapa kasus, MRI atau CT scan juga dapat dilakukan. Penyembuhan fraktur
adalah proses alami, dalam banyak kasus, akan terjadi secara otomatis. Perawatan fraktur
biasanya bertujuan untuk memastikan ada fungsi terbaik dari bagian yang terluka setelah
penyembuhan.
Pengobatan Patah Tulang
Jika Anda didiagnosis mengalami patah tulang, rencana perawatan akan
tergantung pada jenis dan area pada tubuh.
1. Menstabilkan patahan tulang
Secara umum, dokter akan mencoba mengembalikan potongan tulang yang patah ke
posisi semula dan menstabilkan tulang-tulang tersebut saat sembuh. Penting untuk
menjaga potongan tulang yang rusak tidak bergerak sampai mereka sembuh. Selama
proses penyembuhan, tulang baru akan terbentuk di sekitar tepi potongan yang patah.
Jika tulang benar-benar selaras dan stabil, tulang baru pada akhirnya akan
menghubungkan potongan-potongan.
2. Penggunaan gips
Dokter Anda mungkin menggunakan gips untuk menstabilkan tulang patah Anda.
Gips Anda kemungkinan besar terbuat dari plester atau fiberglass. Ini akan membantu
menjaga area yang cedera stabil dan mencegah potongan tulang yang rusak bergerak
saat patah tulang sembuh.
3. Penggunaan katrol
Dalam kasus yang jarang terjadi, Anda mungkin memerlukan daya tarik untuk
menstabilkan area yang cedera. Traksi meregangkan otot dan tendon di sekitar tulang
Anda. Dokter Anda akan merawat patah tulang menggunakan sistem katrol dan bobot
diposisikan dalam bingkai logam di atas tempat tidur Anda. Sistem ini akan
menghasilkan gerakan menarik lembut yang dapat digunakan dokter untuk
menstabilkan area yang cedera.

61
4. Pembedahan
Untuk fraktur kompleks, Anda mungkin perlu pembedahan. Dokter mungkin
menggunakan reduksi terbuka, dan fiksasi internal atau fiksasi eksternal untuk
menjaga agar tulang tidak bergerak. Dalam reduksi terbuka dan fiksasi internal,
dokter Anda akan mengubah posisi atau “mengurangi” potongan tulang yang patah ke
dalam garis normal tulang. Kemudian mereka akan menghubungkan atau
memperbaiki tulang yang patah. cara ini dilakukan dengan menggunakan sekrup,
pelat logam, atau keduanya. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memasukkan
batang melalui pusat tulang Anda. Dalam fiksasi eksternal, dokter akan menaruh pin
atau sekrup ke tulang di atas dan di bawah area fraktur. Dokter akan menghubungkan
pin atau sekrup ini ke batang penstabil logam yang diposisikan di bagian luar kulit
Anda. Batang akan menahan tulang di tempatnya saat penyembuhan.
5. Obat patah tulang
Dokter mungkin juga akan meresepkan obat patah tulang untuk mengontrol rasa sakit,
melawan infeksi, atau mengelola gejala atau komplikasi lain. Setelah tahap perawatan
awal, dokter dapat merekomendasikan terapi fisik atau prosedur lain untuk membantu
Anda menyembuhkan fraktur.
Pencegahan Patah Tulang
Berikut ini tips dalam mencegah fraktur atau patah tulang yang dapat Anda
terapkan setiap hari:
1. Nutrisi dan sinar matahari
Tubuh pada dasarnya membutuhkan asupan kalsium yang cukup untuk kesehatan
tulang. Sumber kalsium yang baik bisa Anda dapatkan dari susu, yoghurt, keju, dan
sayuran berdaun hijau gelap. Tubuh juga membutuhkan vitamin D untuk menyerap
kalsium. Anda bisa mendapatkan vitamin D dengan berjemur dibawah sinar matahari
(disarankan dipagi hari), makan telur, dan ikan berminyak.
2. Aktivitas fisik
Jika sering latihan menahan beban, semakin kuat dan padat tulang Anda. Latihan yang
membuat tulang Anda kuat misalnya berlari, berjalan, berlari, melompat, dan menari,
atau latihan apa pun itu yang dapat menguatkan tulang. Dengan begitu Anda dapat
mencegah patah tulang.
3. Menopause
Estrogen adalah hormon yang mengatur kalsium pada wanita. Hormon ini akan
berkurang selama menopause, yang membuat pengendalian kalsium jauh lebih
sulit. Akibatnya, wanita harus sangat berhati-hati pada tulangnya selama dan setelah
menopause.
Tips berikut ini dapat membantu Anda mengurangi risiko osteoporosis setelah
menopause:
1. Jika kecanduan merokok, segera berhenti sama sekali
2. Lakukan latihan beban singkat setiap minggu
3. Hindari alkohol
4. Sering berjemur dibawah sinar matahari
5. Pastikan pola makan yang mengandung banyak kalsium. Bagi Anda yang kesulitan
mengonsumsi makanan berkalsium, dokter mungkin menyarankan mengonsumsi
suplemen kalsium.

62
3. Kram Otot

Kram otot adalah kondisi ketika otot berkontraksi secara tiba-tiba di luar kendali dan
terasa nyeri. Kondisi ini bisa terjadi akibat berolahraga terlalu keras, atau duduk terlalu lama
sehingga aliran darah menjadi kurang lancar. Kram otot bisa berlangsung singkat dan
biasanya mereda dengan sendirinya. Meski bukan kondisi yang serius, seseorang yang
sering mengalami kram otot dapat sulit untuk beraktivitas, atau bahkan sulit tidur pada
malam hari (Pittara, Kram Otot, 2023).
Penyebab Kram Otot
Kram otot umumnya disebabkan oleh cedera otot atau penggunaan otot yang
terlalu berlebihan (overuse), misalnya akibat olahraga berat. Selain itu, kram otot juga
bisa terjadi akibat gangguan kesehatan atau kondisi di bawah ini:
 Infeksi tetanus atau rabies
 Neuropati diabetik, yaitu salah satu komplikasi diabetes yang menyerang saraf
 Penyakit Parkinson
 Penyakit arteri perifer atau terjepitnya pembuluh darah belakang lutut (popliteal
artery entrapment syndrome)
 Dehidrasi
 Tubuh kekurangan vitamin dan mineral, seperti vitamin B12, kalsium, kalium
(hipokalemia), natrium (hiponatremia), dan magnesium
 Efek samping obat-obatan, seperti obat penurun kolesterol golongan statin,
contohnya simvastatin
 Saraf terjepit, contohnya hernia nukleus pulposus (HNP) atau skiatika
 Penyakit liver dan penyakit ginjal, karena racun yang menumpuk di dalam tubuh bisa
menyebabkan kram
 Kekurangan kadar hormon tiroid (hipotiroidisme)
 Kecanduan alcohol
Faktor risiko kram otot
Terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kram
otot, yaitu:
 Berolahraga terlalu berat atau sebaliknya kurang berolahraga
 Berdiri atau duduk terlalu lama
 Berolahraga tanpa melakukan pemanasan terlebih dahulu
 Beraktivitas fisik atau berolahraga pada cuaca panas dan lembap sehingga mengalami
dehidrasi yang bisa memicu kram otot
 Mengenakan sepatu hak tinggi dalam waktu yang lama

63
 Sedang hamil, karena pertambahan berat badan dan ukuran perut pada ibu hamil dapat
menghambat aliran darah di kaki
Kram otot biasanya juga lebih sering terjadi pada orang yang berusia lanjut akibat
menurunnya fungsi saraf, pembuluh darah, dan ketebalan otot.
Gejala Kram Otot
Kram otot ditandai dengan berkontraksinya otot secara tiba-tiba yang terjadi
selama beberapa detik hingga 10 menit. Kontraksi otot ini terjadi di luar kendali, terasa
nyeri, dan membuat penderitanya sulit menggerakkan otot yang kram. Bahkan, kram di
kaki saat tidur (nocturnal leg cramp) bisa menyebabkan penderitanya terbangun. Kram
otot umumnya terjadi pada otot betis, kaki, lengan, tangan, perut, dan leher. Bagian otot
yang mengalami kram akan teraba keras. Setelah kram mereda, otot yang kram tersebut
dapat terasa pegal hingga 24 jam.
Kapan harus ke dokter
Kram otot umumnya tergolong ringan dan dapat mereda dengan sendirinya tanpa
penanganan medis. Meski begitu, lakukan pemeriksaan ke dokter jika kram otot sering
terjadi, tidak membaik dengan penanganan mandiri, atau berlangsung lebih dari 10 menit.
Pemeriksaan ke dokter juga perlu dilakukan jika kram otot disertai dengan keluhan
berikut:
 Nyeri yang makin parah dan tidak membaik setelah ditangani secara mandiri
 Kaki mati rasa, bengkak, kemerahan, atau teraba hangat
 Kram otot sering terjadi pada malam hari dan menyebabkan sulit tidur
 Kram otot timbul tanpa penyebab yang jelas
 Otot yang mengalami kram menjadi lemah atau lumpuh
Diagnosis Kram Otot
Untuk mendiagnosis kram otot, dokter akan melakukan tanya jawab seputar gejala
yang dialami pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan
meraba dan menggerakkan area otot yang kram, kemudian melakukan pemeriksaan
saraf untuk menilai kekuatan otot dan saraf di area tersebut. Untuk membantu
menegakkan diagnosis, dokter akan menyarankan beberapa pemeriksaan penunjang,
meliputi:
 Tes darah, untuk menilai kadar elektrolit dalam tubuh, fungsi ginjal, fungsi liver,
kondisi kelenjar tiroid, dan kadar gula darah
 Elektromiografi, untuk menilai kinerja saraf dalam menggerakkan otot
 MRI, untuk mendeteksi HNP dan skiatika
Pengobatan Kram Otot
Pengobatan kram otot disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahannya.
Untuk kram otot yang ringan, penderita dapat melakukan penanganan mandiri, seperti:

 Berhenti sejenak dari aktivitas atau olahraga yang sedang dilakukan


 Melakukan stretching pada otot yang kram, misalnya dengan meluruskan kaki secara
perlahan bila kram terjadi saat duduk
 Jika kram terjadi di tungkai, posisikan kaki lebih tinggi dengan menyangganya
menggunakan bantal untuk mengurangi nyeri
 Memijat otot yang kram secara perlahan agar kembali rileks
 Mengompres hangat area yang kram setelah kram mereda, kemudian dilanjutkan
dengan kompres dingin untuk mengurangi nyeri

64
Jika kram otot tidak membaik dengan penanganan mandiri, dokter akan
meresepkan obat-obatan atau suplemen untuk meredakannya, seperti:
 Obat pereda nyeri, contohnya paracetamol atau ibuprofen
 Suplemen kalsium atau kalium, untuk mengatasi kekurangan elektrolit dan mineral
Jika kram otot dipicu oleh penyakit tertentu, dokter akan memberikan obat sesuai
dengan penyakit tersebut. Misalnya, obat antidiabetes untuk penderita diabetes, atau
levothyroxine untuk penderita hipotiroidisme.
Komplikasi Kram Otot
Kram otot umumnya tidak berbahaya. Namun, bila sering terjadi ketika sedang
tidur, kram otot bisa mengganggu kualitas tidur sehingga menyebabkan insomnia. Kram
otot yang sering terjadi juga dapat menghambat aktivitas fisik sehingga menurunkan
kualitas hidup penderitanya.
Pencegahan Kram Otot
Cara mencegah kram otot adalah dengan menghindari aktivitas fisik dan olahraga
yang terlalu berat. Beberapa upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
kram otot, yaitu:
 Melakukan pemanasan yang cukup sebelum berolahraga
 Berolahraga ringan terlebih dahulu, kemudian tingkatkan secara bertahap
 Beristirahat dan minum yang cukup
 Membatasi konsumsi minuman berkafein, karena kafein dapat menyebabkan
dehidrasi
 Mencukupi asupan makanan sumber kalsium, kalium, dan vitamin B12
 Tidak terlalu sering memakai sepatu hak tinggi
 Berobat dan kontrol rutin jika menderita diabetes, penyakit Parkinson, atau penyakit
tiroid
Jika diperlukan, konsumsi suplemen vitamin B12, kalsium, dan vitamin D dapat
mengurangi kejadian kram otot. Akan tetapi, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter
sebelum mengonsumsi suplemen tersebut.

65
BAB X

Pendarahan, Penurunan Kesadaran Dan Luka


A. Pendarahan
Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena
pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Pendarahan
dalam adalah pendarahan yang terjadi di dalam jaringan, organ, atau rongga di dalam tubuh.
Pendarahan dalam atau disebut juga sebagai pendarahan internal tidak menyebabkan darah keluar
melalui luka terbuka, namun dapat terkumpul di dalam tubuh. Pendarahan internal bisa terjadi
secara tiba-tiba dan cepat disertai rasa sakit yang luar biasa. Selain itu, pendarahan dalam juga
dapat terjadi secara lamban tanpa disadari seseorang hingga dirinya kehilangan darah total.
Pendarahan dalam merupakan kondisi darurat medis yang bisa menyebabkan seseoranga
kehilangan nyawa. Karena itu, kita perlu mengetahui apa itu pendarahan dalam, gejala, dan
penyebabnya (Healthline, 2023).
Pendarahan (bahasa Inggris: hemorrhage, exsanguination; bahasa Latin: exsanguinātus,
tanpa darah) merupakan istilah kedokteran yang digunakan untuk menjelaskan ekstravasasi atau
keluarnya darah dari tempatnya semula. Pendarahan dapat terjadi hanya di dalam tubuh,
misalnya saat terjadi peradangan dan darah keluar dari dalam pembuluh darah atau organ tubuh
dan membentuk hematoma; atau terjadi hingga keluar tubuh, seperti mengalirnya darah dari
dalam vagina, mulut, rektumatau saat kulit terluka, dan mimisan. Pendarahan juga menyebabkan
hematoma pada lapisan kulit/memar, biasanya terjadi setelah tubuh dipukul atau jatuh dari suatu
ketinggian. Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh
tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau
pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.
Etiologi Perdarahan, penyebab perdarahan ini dibagi menjadi dua, sistemik dan local.
Perdarahan Sistemik terjadi karena adanya kelainan secara sistemik terhadap faktor-faktor
pembekuan darah sehingga masa perdarahan menjadi panjang, perdarahan karena faktor lokal
terjadi karena terkoyaknya pembuluh darah akibat suatu tindakan atau trauma.
1. Sistematik
Penyakit yang menyebabkan pembuluh darah menjadi rapuh/penyakit yang
mengganggu system penjendelaan darah (hemophilia, defisiensi vitamin C, dan
hifofibrinogenemia). Akibat perdarahan tergantung dari volume darah yang hilang,
kecepatan perdarahan, dan lokasi pedarahan. Ada beberapa kelainan sistemik yang dapat
menimbulkan komplikasi perdarahan saat dilakukan pencabutan (operasi), antara lain :
a. Kehamilan
Fungsi hemopoisis dapat menurun disebabkan karena pada waktu kehamilan
sering disertai dengan :
1) Anemia : suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin dalam
aliran darah berada pada tingkat yang lebih rendah daripada yang dianggap normal
2) Trombositopenia : jumlah trombosit abnormal rendah, yang dapat mengakibatkan
perdarahan abnormal dan mudah memar
3) Koagulopati : kelainan darah yang menyebabkan darah terlalu cepat
(hiperkoagulabilitas) yang cenderung akan mengakibatkan thrombosis atau terlalu
lambat mengalami koagulasi (hipokoagulabilitas) yang cenderung mengakibatkan
perdarahan
b. Penyakit Ginjal
Adanya kelainan pada ginjal dapat menyebabkan peningkatan jumlah ureum
dan kreatinin, ini akan menyebabkan penekanan pada sumsum tulang yang dapat

66
menyebabkan trombositipenia dan anemia yang pada akhirnya dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
c. Penyakit Hati
Hati merupakan salah satu tempat produksi trombosit. Kelainan pada hati dapat
menyebabkan menurunnya produksi trombosit, hal ini akan mengakibatkan
terganggunya proses pembekuan darah.
d. Penyakit Jantung
Yang sering terjadi adalah efek samping dari penggunaan obat dalam terapi
penyakit jantung, yang biasanya menggunakan obat-obat antikoagulan, sehingga akan
berakibat memanjangnya waktu perdarahan.
e. Penyakit Paru Kronik
Hipoksia dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi beberapa organ
vital.
f. Gangguan Endokrin
Gangguan pankreas, tiroid, gonade, adrenal, akan menyebabkan menurunnya
produksi sel-sel darah
g. Malignitas
Metabolisme menurun (cahexi) dan tanda-tanda khusus organ yang terkena,
kelainan anemia, koagulopati, dan trombositopenia
h. Usia Lanjut
Gangguan faal, ketidakserasian faal organ atau penyakit. Kelainan
hematologik dapat menyebabkan anemia, penyakit mieloploriferatif seperti polisitemia,
keganasan, koagulopati, dan karena obat-obatan yang dipakai pada lansia
2. Lokal
Perdarahan kecil dan cepat berpengaruh pada tubuh akan berupaya untuk
mengatasinya dengan kontraksi dan retraksi pada yang robek, perdarahan otak pada gangguan
mekanik, dan hematoma subdural pada peningkatan tekanan. Trauma atau suatu tindakan
dapat menjadi penyebab terkoyaknya pembuluh darah yang menimbulkan perdarahan yang
banyak.
 Jenis Perdarahan
1. PERDARAHAN LUAR (TERBUKA)
Kerusakan dinding pembuluh darah yang disertai kerusakan kulit sehingga darah
keluar dari tubuh dan terlihat jelas keluar dari luka tersebut dikenal dengan nama
Perdarahan Luar (terbuka). Bila sebagai seorang pelaku pertolongan pertama menemukan
korban dengan kondisi seperti itu, maka harus berhati-hati dalam melakukan pertolongan
karena sebagai penolong harus menganggap darah ini dapat menulari. Pastikan untuk
memakai alat perlindungan diri, segera membersihkan darah yang menempel baik pada
pakaian, tubuh, maupun peralatan.Berdasarkan pembuluh darah yang mengalami
gangguan, perdarahan luar ini dibagi menjadi tiga bagian:
- Perdarahan nadi (arteri), ditandai dengan darah yang keluar menyembur sesuai
dengan denyutan nadi dan berwarna merah terang karena kaya dengan oksigen.
Perdarahan ini sulit untuk dihentikan, sehingga harus terus dilakukan pemantauan dan
pengendalian perdarahan hingga diperoleh bantuan medis.
- Perdarahan Balik (Vena), darah yang keluar berwarna merah gelap, walaupun terlihat
luas dan banyak namun umumnya perdarahan vena ini mudah dikendalikan. Namun
perdarahan vena ini juga berbahaya bila terjadi pada perdarahan vena yang besar
masuk kotoran atau udara yang tersedot ke dalam pembuluh darah melalui luka yang
terbuka.
- Perdarahan Rambut (Kapiler), berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar
merembes perlahan. Ini karena pembuluh kapiler adalah pembuluh darah terkecil dan
hampir tidak memiliki tekanan. Jika terjadi perdarahan, biasanya akan membeku
sendiri. Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang seperti darah arteri atau
bisa juga gelap seperti darah vena.

67
2. PERDARAHAN DALAM (TERTUTUP)
Perdarahan dalam umumnya disebabkan oleh benturan tubuh korban dengan benda
tumpul, atau karena jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor, ledakan, dan lain sebagainya.
Luka tusuk juga dapat mengakibatkan hal tersebut, berat ringannya luka tusuk bagian
dalam sangat sulit dinilai walaupun luka luarnya terlihat nyata. Kita tidak akan melihat
keluarnya darah dari tubuh korban karena kulit masih utuh, tapi dapat melihat darah yang
terkumpul di bawah permukaan kulit seperti halnya kasus memar. Perdarahan dalam ini
juga bervariasi mulai dari yang ringan hingga yang dapat menyebabkan kematian. Untuk
kasus yang menyebabkan kematian adalah karena:
a. Rusaknya alat dalam tubuh dan pembuluh darah besar yang bisa menyebabkan
hilangnya banyak darah dalam waktu singkat.
b. Cedera pada alat gerak, contohnya pada tulang paha dapat merusak jaringan dan
pembuluh darah sehingga darah yang keluar dapat menimbulkan syok.
c. Kehilangan darah yang tidak terlihat (tersembunyi) sehingga penderita meninggal
tanpa mengalami luka luar yang parah.
d. Mengingat perdarahan dalam berbahaya dan tidak terlihat (tersamar), maka
penolong harus melakukan penilaian dengan pemeriksaan fisik lengkap termasuk
wawancara dan analisa mekanisme kejadiannya. Lebih baik kita menganggap
korban mengalami perdarahan dalam daripada tidak, karenapenatalaksanaan
perdarahan dalam tidak akan memperburuk keadaan korban yang ternyata tidak
mengalaminya.
e. Tanda-tanda yang mudah dikenali pada perdarahan dalam:
f. Memar disertai nyeri tubuh
g. Pembengkakan terutama di atas alat tubuh penting
h. Cedera pada bagian luar yang juga mungkin merupakan petunjuk bagian dalam yang
mengalami cedera
i. Nyeri, bengkak dan perubahan bentuk pada alat gerak
j. Nyeri bila ditekan atau kekakuan pada dinding perut, dinding perut membesar
k. Muntah darah
l. Buang air besar berdarah, baik darah segar maupun darah hitam seperti kopi
m. Luka tusuk khususnya pada batang tubuh
n. Darah atau cairan mengalir keluar dari hidung atau telinga
o. Batuk darah
p. Buang air kecil bercampur darah
q. Gejala dan tanda syok.
Jika tanda-tanda tersebut terlihat atau teraba pada pemeriksaan fisik, lakukan segera
pertolongan pertama untuk penatalaksanaan korban dengan perdarahan dalam.Cara–cara
penatalaksanaan untuk korban dengan perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
a. Baringkan korban
b. Pertahanan jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
c. Berikan oksigen bila ada
d. Periksa pernafasan dan nadi secara berkala
e. Rawat sebagai syok
f. Jangan memberikan makan atau minum
g. Jangan lupa mengenai cedera atau gangguan lainnya
h. Segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
 Klasifikasi pendarahan
1. Standar American College of Surgeons' Advanced Trauma Life Support ATLS membuat
klasifikasi pendarahan berdasarkan persentase volume kehilangan darah, sebagai berikut:
a. Kelas I, dengan kehilangan volume darah hingga maksimal 15% of blood volume.
b. Kelas II, dengan kehilangan volume darah antara 15-30% dari total volume.
c. Kelas III, dengan kehilangan darah antara 30-40% dari volume pada sirkulasi darah.
d. Kelas IV, dengan kehilangan yang lebih besar daripada 40% volume sirkulasi darah.
2. Standar World Health Organization

68
WHO menetapkan skala gradasi ukuran resiko yang dapat diakibatkan oleh pendarahan
sebagai berikut:
- Grade 0 : Tidak terjadi pendarahan
- Grade 1 : Pendarahan petekial
- Grade 2 : Pendarahan sedang dengan gejala klinis yang signifikan
- Grade 3 : Pendarahan gross, yang memerlukan transfusi darah
- Grade 4 : Pendarahan debilitating yang fatal, retinal maupun cerebral
Berdasarkan letak keluarnya darah, pendarahan dibagi menjadi 2 macam, yaitu
pendarahan terbuka dan pendarahan tertutup. Pada pendarahan terbuka, darah keluar dari
dalam tubuh. Tekanan dan warna darah pada saat keluar tergantung dari jenis pembuluh
darah yang rusak. Jika yang rusak adalah pembuluh arteri (pembuluh nadi), maka darah
memancar dan berwarna merah terang. Jika yang rusak adalah pembuluh vena (pembuluh
balik), maka darah mengalir dan berwarna merah tua. Jika yang rusak adalah pembuluh
kapiler (pembuluh rambut), maka darah merembes seperti titik embun dan berwarna
merah terang.
Pada pendarahan tertutup, darah keluar dari pembuluh darah dan mengisi daerah di
sekitarnya, terutama dalam jaringan otot. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dengan
adanya memar pada korban. Bentuk lain dari pendarahan tertutup adalah pendarahan
dalam. Pada pendarahan dalam, darah yang keluar dari pembuluh darah mengisi rongga
dalam tubuh, seperti rongga dalam perut. Pendarahan ini dapat diidentifikasi dari tanda-
tanda pada korban, seperti:
a. setelah cidera korban mengalami syok, tapi tidak ada tanda-tanda
a. pendarahan
b. tempat cidera mungkin terlihat memar yang terpola
c. lubang tubuh mungkin mengeluarkan darah
 Penanganan perdarahan
Pengendalian perdarahan bisa bermacam-macam, tergantung pada jenis dan tingkat
perdarahannya. Untuk perdarahan terbuka, pertolongan yang dapat diberikan antara lain:
a. Tekanan Langsung pada Cedera
Penekanan ini dilakukan dengan kuat pada pinggir luka. Setelah beberapa saat sistem
peredaran darah akan menutup luka tersebut. Teknik ini dilakukan untuk luka kecil yang
tidak terlalu parah (luka sayatan yang tidak terlalu dalam).Cara yang terbaik pada
umumnya yaitu dengan mempergunakan kassa steril (bisa juga dengan kain bersih), dan
tekankan pada tempat perdarahan. Tekanan itu harus dipertahankan terus sampai
perdarahan berhenti atau sampai pertolongan yang lebih baik dapat diberikan. Kasa boleh
dilepas jika sudah terlalu basah oleh darah dan perlu diganti dengan yang baru.
b. Elevasi
Teknik dilakukan dengan mengangkat bagian yang luka (setelah dibalut) sehingga lebih
tinggi dari jantung. Apabila darah masih merembes, di atas balutan yang pertama bisa
diberi balutan lagi tanpa membuka balutan yang pertama. Elevasi dilakukan hanya untuk
perdarahan pada daerah alat gerak saja dan dilakukan bersamaan dengan tekanan
langsung. Metode ini tidak dapat digunakan untuk korban dengan kondisi cedera otot
rangka dan benda tertancap.
c. Tekanan pada titik nadi
Penekanan titik nadi ini bertujuan untuk mengurangi aliran darah menuju bagian yang
luka. Pada tubuh manusia terdapat 9 titik nadi, yaitu temporal artery (di kening), facial
artery (di belakang rahang), common carotid artery (di pangkal leher, dan dekat tulang
selangka ), brachial artery (di lipat siku), radial artery (di pergelangan tangan), femoral
artery (di lipatan paha), popliteal artery (di lipatan lutut), posterior artery (di belakang
mata kaki), dan dorsalis pedis artery (di punggung kaki).
d. Immobilisasi
Bertujuan untuk meminimalkan gerakan anggota tubuh yang luka. Dengan sedikitnya
gerakan, diharapkan aliran darah ke bagian yang luka tersebut menurun.
e. Torniquet

69
Teknik ini hanya dilakukan untuk menghentikan perdarahan di tangan atau kaki saja,
merupakan pilihan terakhir, dan hanya diterapkan jika ada kemungkinan amputansi.
Bagian lengan atau paha atas diikat dengan sangat kuat sehingga darah tidak dapat
mengalir. Tempat yang terbaik untuk memasang torniket adalah lima jari di bawah ketiak
(untuk perdarahan lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki).
Untuk memudahkan para pengusung, torniket harus terlihat jelas dan tidak boleh ditutupi,
sehingga torniket dapat dikendorkan selama 30 detik setiap 10 menit sekali. Sementara
itu, tempat perdarahan diikat dengan kasa steril. Torniket hanya digunakan untuk
perdarahan yang hebat atau untuk lengan atau kaki yang cedera hebat.Korban harus
segara dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Jika korban
tidak segera mendapat penanganan, bagian yang luka bisa membusuk.
f. Kompres dingin
Tujuan dilakukannya kompres dingin adalah untuk menyempitkan pembuluh darah yang
mengalami perdarahan (faso konstriksi) sehingga perdarahan dapat dengan cepat terhenti.
Berbeda dengan perdarahan terbuka, pertolongan yang bisa diberikan pada korban
yang mengalami perdarahan dalam adalah sebagai berikut:
- Rest, korban diistirahatkan dan dibuat senyaman mungkin
- Ice, bagian yang luka dikompres es sehingga darahnya membeku. Darah yang
membeku ini lambat laun akan terdegradasi secara alami melalui sirkulasi dan
metabolism tubuh.
- Commpression, bagian yang luka dibalut dengan kuat untuk membantu mempercepat
proses penutupan lubang/bagian yang rusak pada pembuluh darah
- Elevation, kaki dan tangan korban ditinggikan sehingga lebih tinggi dari jantung.
Cara menghentikan pendarahan
1. Angkat bagian tubuh yang terluka.
2. Tekan bagian yang terluka dengan kain bersih.
3. Jika tidak ada, gunakan tangan Anda.
4. Tetap tekan bagian tubuh yang terluka sampai pendarahan terhenti.
5. Jika pendarahan tidak bisa diatasi dengan menekan bagian tubuh yang terluka, dan
korban telah kehilangan banyak darah, maka dianjurkan untuk:
- Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka
- Mengangkat bagian tubuh yang terluka setinggi-tingginya
- Mengikat bagian lengan atau kaki yang dekat dengan luka, sedekat-
- dekatnya
- Ikat di antara bagian yang terluka dengan badan korban. Kencangkan
- ikatan sampai pendarahan.
 Penatalaksanaan gawat darurat
- Potong baju pasien untuk mengidentifikasi area perdarahan dan lakukan
- pengkajian fisik dengan cepat.
- Beri penekanan pada area perdarahan.
- Penekanan langsung
Tekan langsung area perdarahan dengan telapak tangan atau menggunakan pembalut atau
kainyang bersih selama kurang lebih 15 menit, dan pasang balutan tekanan kuat.
- Penekanan arteri
Penekanan dilakukan pada ujung arteri yang sesuai (ujung dimana arteri ditekan melawan
tulang yang berada dibawahnya).Enam titik utama penekanan
1. Arteri temporalis : pada daerah depan masing-masing telinga dan dapat ditekan pada
tulang tengkorak.
2. Arteri fasialis : terletak dibawah dagu dan 2,5 cm sebelah dalam dagu
3. Arteri karotis komunis : pada sisi samping trachea. Saat dilakukan tekanan observasi
pernapasan pasien dan tidak boleh pada kedua arteri karotis dalam waktu bersamaan.
4. Arteri subklavia : terletak dibawah kedua sisi klavikula (tulang collar).
Penekanan harus dilakukan pada posisi melintang dibelakang dan kira– kira
setengah panjang klavikula.

70
1. Arteri brakhialis : pada pertengahan antara siku dan bahu, terletak pada daerah yang
lebih dalam dari lengan atas antara otot biseps dan triseps.
2. Arteri femoralis : dapat dirasakan pada lipat paha.
- Torniket
Pemasanagan torniket pada ekstremitas hanya sebagai upaya terakhir ketika perdarahan
tidak dapat dikontrol dengan metode lain.
1. Torniket dipasang tepat proksimal dengan luka ; torniket cukup kencang untuk
mengontrol aliran darah arteri.
2. Berikan tanda pada kulit pasien dengan pulpen atau plester dengan tanda T, menyatakan
lokasi dan waktu pemasangan torniket.
3. Longgarkan torniket sesuai petunjuk untuk mencegah kerusakan vascular atau neurologik.
Bila sudah tidak ada perdarahan arteri, lepasakan torniket dan coba lagi balut dengan
tekanan.
4. Pada kejadian amputasi traumatic, jangan lepaskan torniket sampai pasien masuk ruang
operasi.
- Tinggikan atau elevasikan bagian yang luka untuk memperlambat mengalirnya darah.
- Baringkan korban untuk mengurangi derasnya darah keluar.
- Berikan cairan pengganti sesuai saran, meliputi cairan elektrolit isotonic, plasma atau
protein plasma, atau terapi komponen darah (bergantung perkiraan tipe dan volume cairan
yang hilang).
- Darah segar diberikan bila ada kehilangan darah massif.
- Tamabahan trombosit dan factor pembekuan darah diberikan ketika jumlah darah yang
besar diperlukan karena darah penggantian kekurangan factor pembekuan.Lakukan
pemeriksaan darah arteri untuk menentukan gas darah dan memantau tekanan
hemodinamik.
- Awasi tanda – tanda shock atau gagal jantung karena hipovolemia dan anoksia.
B. Penurunan kesadaran

Penurunan kesadaran adalah kondisi ketika seseorang kurang


atau tidak dapat memberi respons terhadap rangsangan apa pun.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh kelelahan, cedera, penyakit, atau
efek samping obat-obatan. Kesadaran itu sendiri adalah kondisi ketika
seseorang dapat memberikan respons yang sesuai terhadap lingkungan dan orang di
sekitarnya. Kesadaran juga ditandai dengan pemahaman seseorang terhadap siapa
dirinya, di mana ia tinggal, dan waktu pada saat itu. Ketika kesadaran seseorang
mengalami penurunan, kemampuannya untuk merespons akan berkurang, sehingga ia
akan sulit mengenali dirinya sendiri, orang lain, tempat, dan waktu.Penurunan
kesadaran berbeda dengan pingsan. Pingsan hanya berlangsung sementara dan orang
yang mengalaminya akan sadar penuh setelahnya, sedangkan penurunan kesadaran
dapat terjadi dalam waktu lebih lama, bahkan bisa sampai bertahun-tahun.

Jenis Penurunan Kesadaran


Berdasarkan tingkat keparahannya, penurunan kesadaran dapat dibagi menjadi:

1. Kebingungan (confusion)
Kebingungan atau disorientasi adalah penurunan kesadaran yang membuat
seseorang kesulitan untuk berpikir jernih dan membuat keputusan. Seseorang yang
sedang kebingungan dapat menunjukkan tanda-tanda berupa:
- Berbicara tidak jelas
- Sering terdiam lama ketika berbicara
- Kurang mengenali waktu dan tempat ia berada
- Lupa mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan

71
2. Delirium
Delirium adalah penurunan kesadaran yang disebabkan oleh gangguan
fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba. Penderita delirium dapat mengalami
gangguan dalam berpikir, berperilaku, dan memperhatikan kondisi di sekitarnya.
Delirium juga dapat menyebabkan gangguan emosi, seperti cemas, depresi,
dan paranoid.
3. Letargi
Letargi adalah penurunan kesadaran yang menyebabkan penderitanya
merasa lelah luar biasa, baik secara fisik maupun mental. Seseorang yang
terserang letargi dapat mengalami gejala berikut ini:
- Kantuk berat
- Tingkat kewaspadaan menurun
- Kesulitan mengingat, berpikir, atau berkonsentrasi
- Gangguan emosi, seperti mudah sedih atau marah
4. Stupor
Stupor atau obtundasi adalah penurunan kesadaran yang menyebabkan
seseorang sama sekali tidak dapat merespons percakapan. Seseorang yang
mengalami stupor hanya bisa merespons rangsangan secara fisik, misalnya cubitan
atau garukan yang menimbulkan rasa sakit.
5. Koma
Koma adalah kondisi ketika seseorang mengalami hilang kesadaran secara
total. Seseorang yang mengalami koma secara medis masih hidup, namun tidak
dapat bergerak, berpikir, dan tidak bisa memberi respons terhadap rangsangan
apapun, termasuk nyeri. Koma merupakan keadaan darurat yang harus
mendapatkan penanganan medis dengan segera.

Penyebab Penurunan Kesadaran


Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari penyakit,
cedera, keracunan, hingga efek samping obat-obatan. Di bawah ini adalah berbagai
penyebab penurunan kesadaran. Contoh gangguan atau penyakit pada otak yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran:
- Epilepsi
- Infeksi otak, seperti meningitis dan ensefalitis
- Penyakit Alzheimer
- Demensia
- Tumor otak
- Stroke
Contoh gangguan pada jantung dan pernapasan yang bisa menyebabkan
penurunan kesadaran:
- Penyakit paru-paru
- Kekurangan oksigen ke otak karena sebab apa pun
- Gangguan irama jantung
- Gagal jantung
Contoh cedera atau kecelakaan yang dapat mengakibatkan penurunan
kesadaran:

- Cedera kepala, misalnya akibat kecelakaan atau perkelahian


- Kecelakaan saat menyelam atau nyaris tenggelam
- Heat stroke, yaitu peningkatan suhu tubuh secara drastis
- Hipotermia atau penurunan suhu tubuh yang drastis

72
Contoh obat dan senyawa kimia yang dapat menyebabkan penurunan
kesadaran:

- Minuman beralkohol
- NAPZA
- Gas beracun, logam berat, atau senyawa berbahaya lain
- Obat untuk mengatasi kejang, depresi, dan psikosis

Hal-hal lain yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran:

- Kelelahan berat atau kurang tidur


- Kadar hormon tiroid terlalu rendah atau terlalu tinggi
- Kadar gula darah yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
- Tekanan darah yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
- Gangguan elektrolit
- Gagal ginjal
- Gagal hati
- Syok

Gejala Penurunan Kesadaran

Gejala penurunan kesadaran sangat beragam, tergantung pada tingkat


keparahannya. Gejala yang dapat muncul akibat kesadaran menurun antara lain:

- Keringat berlebih
- Sulit berjalan
- Hilang keseimbangan
- Mudah terjatuh
- Sulit mengontrol buang air kecil dan buang air besar
- Lemah di tungkai dan dan wajah, bahkan menyebabkan lidah tertelan
- Kepala berkunang-kunang
- Jantung berdebar
- Demam
- Kejang
- Pingsan

Kapan harus ke dokter

Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika Anda mengalami gejala di atas, terutama
jika gejala muncul secara tiba-tiba, ada riwayat penyakit tertentu, sedang mengonsumsi
obat-obatan, pernah mengalami cedera, atau baru terpapar senyawa kimia. Segera hubungi
bagian IGD rumah sakit jika seseorang di sekitar Anda mengalami tanda-tanda delirium,
stupor, atau koma. Kondisi tersebut merupakan darurat medis yang harus cepat ditangani.
Diagnosis Penurunan Kesadaran

Dokter akan memulai diagnosis dengan bertanya kepada pasien atau orang yang
bersama pasien ketika penurunan kesadaran terjadi. Pertanyaan yang diajukan oleh dokter
meliputi:

- Kapan, bagaimana, dan berapa lama penurunan kesadaran terjadi


- Gejala atau tanda yang muncul

73
- Riwayat penurunan kesadaran sebelumnya
- Riwayat penyakit dan cedera kepala
- Obat-obatan yang sedang dikonsumsi atau digunakan
- Pola tidur

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan fungsi
saraf. Pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS) juga mungkin akan dilakukan oleh
dokter untuk memastikan derajat kesdaran pasien. Dokter juga akan menjalankan
sejumlah pemeriksaan penunjang, seperti:

- Hitung darah lengkap, untuk mendeteksi anemia atau infeksi


- Pemeriksaan kadar elektrolit, untuk mengetahui kemungkinan gangguan elektrolit
dalam darah
- Uji sampel darah dan urine, untuk mendeteksi keberadaan dan kadar obat-
obatan (baik legal maupun terlarang) atau racun di dalam tubuh pasien
- Uji fungsi hati, untuk mengetahui kondisi organ hati
- Elektroensefalogram (EEG), untuk memeriksa aktivitas listrik otak
- Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa aktivitas listrik jantung
- Rontgen dada, untuk memeriksa kondisi jantung dan paru-paru
- Pemindaian dengan MRI atau CT scan kepala, untuk mendeteksi apakah ada
kelainan pada struktur kepala dan otak

Pengobatan Penurunan Kesadaran

Pengobatan penurunan kesadaran tergantung pada penyebabnya. Pada penurunan


kesadaran yang disebabkan oleh efek samping obat-obatan, dokter akan meresepkan obat
penggantinya. Sedangkan bila penyebab penurunan kesadaran adalah cedera kepala,
dokter mungkin perlu segera melakukan operasi. Perlu diketahui, tidak semua penyebab
penurunan kesadaran bisa diatasi, misalnya penurunan kesadaran yang disebabkan
oleh penyakit Alzheimer. Namun, dokter dapat memberikan obat atau terapi untuk
meredakan gejala dan membantu pasien agar bisa beraktivitas.

Komplikasi Penurunan Kesadaran

Penurunan kesadaran yang tidak segera ditangani dapat menjadi lebih parah dan
membuat penderitanya tidak bisa beraktivitas dengan normal. Di kasus yang serius,
penurunan kesadaran yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi koma dan bahkan
menyebabkan kerusakan pada otak.

Pencegahan Penurunan Kesadaran

Penyebab penurunan kesadaran sangat beragam. Oleh karena itu, sulit untuk bisa
sepenuhnya mencegah kondisi ini terjadi. Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan
segera memeriksakan diri ke dokter jika sedang atau pernah mengalami penurunan
kesadaran. Penurunan kesadaran yang dialami bisa jadi disebabkan oleh kondisi medis
yang sangat serius. Semakin cepat penyebab penurunan kesadaran dideteksi dan diketahui,
semakin besar juga peluangnya untuk disembuhkan. Jika pemeriksaan dan penanganan
terlambat dilakukan, kondisi dapat bertambah buruk dan bisa menetap .

74
C. Luka

75
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong and Vivien. 2002. Home Emergency Guide. DK Publishing, New York.
Dean, R. and Mulligan J. 2009. Management of Procedures and Reactions Following First
Aid” Nursing Standard, vol. 24, no. 11, pp. 35-39.
Fajarwaty, H. (2012). Bacis Life Support Tim Bantuan Medis FK.
ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Sarana untuk
Produktivitasi Jakarta.
Ngirarung, S. A., Mulyadi, N., & Malara, R. (2017). Pengaruh Simulasi Tindakan Resusitasi
Jantung Paru (Rjp) Terhadap Tingkat Motivasi Siswa Menolong Korban Henti
Jantung Di Sma Negeri 9 Binsus Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 5(1),
108532.
Pelealu, C. P., Tjakra, J., & Sompie, B. F. 2015. Penerapan Aspek Hukum Terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Studi Kasus: Proyek TheLagoon Tamansari Bahu
Mall). 3 (5): 331–340.
Saubers, Nadine. 2008. The Everything First Aid Book, Adams Media, Massachusetts. USA.
Warouw, Jessicha angel. Kumaat, Lucky Tommy. & Pondang Linie. (2018). Pengaruh
pendidikan kesehatan dan simulasi terhadap pengetahuan tentang balut bidai
pertolongan pertama fraktur tulang panjang pada siswa kelas x smk negeri 6 manado.
e-Journal Keperawatan. 6(1)
Wulandari, C. 2012. Hubungan Antara Sistem Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K) di Tempat Kerja dengan Peran Petugas Safety Repsentative dalam
Penerapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) di PT. Petrokimia
Gresik. Universitas Jember.

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1991. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Gabe Mirkin dan Marshall Hoffman. 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta: PT Grafidian Jaya.
Mashoed dan Djonet Soetatmo. 1981. Massage olahraga, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan
Pendidikan Keselamatan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Toho Cholik dan Rusli Lutan (1997) Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
(http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=648).
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/06/peran-guru-dalam-prosespendidikan/).
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertolongan_Pertama_Pada_Kecelakaan
http://www1.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/9806/pndidik2.ht m

Bahr, R. and I. Holme (2003). "Risk factors for sports injuries—a methodological approach." British
journal of sports medicine 37(5): 384.
Gleim, G. W. and M. P. McHugh (1997). "Flexibility and its effects on sports injury and performance."
Sports Medicine 24(5): 289‐299.
Meeuwisse, W. H. (1994). "Assessing causation in sport injury: a multifactorial model." Clinical
Journal of Sport Medicine 4(3): 166.
Parkkari, J., U. M. Kujala, et al. (2001). "Is it Possible to Prevent Sports Injuries?: Review of Controlled
Clinical Trials and Recommendations for Future Work." Sports Medicine 31(14): 985‐995.
Stevenson, M. R., P. Hamer, et al. (2000). "Sport, age, and sex specific incidence of sports injuries in
Western Australia." British journal of sports medicine 34(3): 188.
Van Mechelen, W., H. Hlobil, et al. (1992). "Incidence, severity, aetiology and prevention of sports
injuries. A review of concepts." Sports Medicine (Auckland, NZ) 14(2): 82

76

Anda mungkin juga menyukai