Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PRINSIP UTAMA PERTOLONGAN KORBAN DAN


BANTUAN HIDUP DASAR

Disusun oleh :

1. Adam Dhimas Karinda Putra


2. Ananda Lutfhi Arif Al Pasiri
3. Anggie Sirilla
4. Ariani Noorwaliyah
5. Yuliana

D-3 Keperawatan Samarinda

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan

Kalimantan Timur

Tahun 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua.Terimakasih kita
sampaikan kepada taman-teman dan semua pihak yang telah membantu
melancarkan pembuatan tugas Gawat Darurat Bencana ini.

Penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “Prinsip Utama


Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar” dengan tujuan memberikan
pemahaman kepada masyarakat indonesia pentingnya mengatahui dan menjaga
kesehatan indonesia serta memenuhi tugas mata kuliah Gawat Darurat Bencana
tahun ajaran 2020.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kategori
sempurna. Oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa megucapkan ucapan


terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan moral dan
spiritual langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini .Semoga
tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 23 Januari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................ 1

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I (PENDAHULUAN)

A. Latar Belakang ..................................................................................... 4


B. Masalah ................................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5
D. Manfaat................................................................................................. 5

BAB II (PEMBAHASAN)

a. Pertolongan Pertama ............................................................................ 6


b. Bantuan Hidup Dasar ........................................................................... 12

BAB III (PENUTUP)

a. Kesimpulan........................................................................................... 25
b. Saran ..................................................................................................... 25

Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam meningkatkan pembangunan kesehatan bagian utama yaitu


dalam pelayanan yang bersifat darurat. Untuk mewujudkan peningkatan
mutu pelayanan dalam penanganan korban atau pasien gawat darurat
diperlukan suatu sistem penanganan korban yang dilakukan secara terpadu
dan terintegrasi dengan melibatkan beberapa pihak (Depkes,2016)
Keadaan gawat darurat berupa kecelakaan seperti misalnya
tersengat aliran listrik,keracunanobat/makanan, serangan jantung,
tenggelam, kelahiran bayi mendadak, kehilangan darah, dan lain-lain, dapat
terjadi dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan kerja, ditempat
umum maupun di lingkungan keluarga. Bila pada gawat darurat tersebut,
jantung dan paru berhenti bekerja secara mendadak maka hidup/matinya
korban tergantung dari cepat,tepat dan terampilnya orang melakukan
pertolongan pertama, yaitu anda yang berada dilapangan/garis depan.
Menghadapi kondisi kegawatdaruratan seperti saat terjadinya bencana
alam menuntut individu atau kelompok yang menemukan korban untuk
memberikan pertolongan segera. Akan tetapi, jika penolong tidak
mengetahui cara yang baik dan benar dalam memberikan bantuan hidup
dasar maka bisa berakibat fatal pada korban. Karena, lebih baik
mengetahui pertolongan pertama dan tidak memerlukannya daripada
memerlukan pertolongan pertama tetapi tidak mengetahuinya. Menurut
Sjamsuhidajat (2004) dalam Turambi, Kiling, & Supit (2016), penanganan
korban di tempat kejadian merupakan hal yang sangat penting. Sebab, setiap
kali kejadianbencana, petugas kesehatan sering kali datang terlambat ke
lokasi bencana sehingga menyebabkan korban meninggal tanpa adanya
tindakan pertolongan pertama. Berdasarkan data WHO (World Health
Organizasition) dalam Supriyantoro 2011, pada tahun 2005 terdapat 57,03

4
juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar 35.000 - 50.000
diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang diakibatkan oleh
henti napas dan henti jantung. Dalam jumlah korban, Indonesia
menempati peringkat kedua dunia, yaitu sebanyak lebih kurang 227.898
jiwa. Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian yang sangat
besar, baik dari segi materi maupun jumlah korban (meninggal, luka – luka,
maupun cacat).

B. Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah Prinsip Utama
Pertolongan Pertama Korban dan Bantuan Hidup Dasar

C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan Prinsip Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup
Dasar

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Prinsip
Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar.
2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Prinsip
Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar.

5
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pertolongan Pertama

A. Pengertian Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama merupakan pemberian pertolongan segera


kepada penderita sakit/cedera yang memerlukan penanganan medis
yang mendasar. Pelaku pertolongan pertama adalah orang yang
pertama kali tiba di tempat kejadian. Pertolongan penderita
gawatdarurat merupakan suatu usaha tindakan pertama untuk
mencegah/melindungi korban darifungsi organ tubuh yang sangat
penting artinya bagi kehidupan si korban bukan untukmemberikan
pengobatan. Secara tegas hal tersebut dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya kematian dan menghindarkan dari cacat bila si korban dapat
diselamatkan jiwanya. Penyebab utama kematian dari seorang
penderita gawat darurat adalah gangguan pernapasan dan henti
jantung, perdarahan serta syok (shock).

B. Prinsip Pertolongan Pertama


Prinsip dan tujuan dilakukannya pertol adalah :
1. Menyelamatkan kehidupan.
2. Mencegah keadaan menjadi lebih buruk / kecacatan.
3. Memberikan rasa nyaman dan mempercepat kesembuhan.

C. Langkah – Langkah Pertolongan Pertama


Langkah-langkah dasar dalam melakukan pertolongan pertama
gawat darurat adalahada 4, yaitu A-B-C-D. A=Airways (Buka jalan
napas), B=Breathing (Periksa Nafas) C=Circulation (Periksa Sirkulasi
nafas Survei Awal), D=Dangerous (mengamankan korbandari

6
lingkungan yang membahayakan bagi keselamatan korban).
Keekmpat poin tersebutharus benar-benar diingat dalam
penanggulangan pasien dalam kondisi darurat.

D. Algoritma Dasar Pertolongan Pertama


1. Terdapat pasien yang tidak sadar.
2. Pastikan tempat pertolongan aman bagi korban.
3. Yakinkan kepada masyarakat jika anda akan berusaha menolong.
4. Posisikan diri anda sejajar dengan bahu pasien.
5. Bebaskanlah korban dari pakaian di daerah dada (buka bagian
kancing baju bagianatas agar dada terlihat).
6. Cek kesadaran korban dengan memeriksa respon ada 4 tingkatan
yang biasanya dipakai utuk memeriksa respon seseorang.
A >Alert : korban sadar, jika tidak sadar lanjut ke langkah berikutnya
V>Verbal :caranya dengan memanggil nama korban dengan sekeras-
kerasnya diatas telinga korban. Jika masih tidak merespon lanjut
ke posselanjutnya

P>Painful: rangsangan nyeri, coba untuk memberi rangsangan nyeri


pada pasien, yang paling mudahadalah menekan bagian putih
dari kuku tangan(dipangkal kuku).

U>Unresponsive : korban tidak bereaksi apapun setelah


mendapatrangsangan nyeri maupun terhadap suara, hal ini
menandakan korban tidaksadar (Indonesia Healthcare forum,
2016)

E. Alat Perlindungan Diri


Sebagai pelaku pertolongan pertama seseorang akan dengan
mudah terpapar dengan jasad renik maupun cairan tubuh seseorang
yang memungkinkan penolong dapat tertular oleh penyakit. Prinsip
utama dalam menghadapi darah dan cairan tubuh dari penderita adalah
darah dan semua cairan tubuh sebagai media penularan penyakit.

7
Beberapa penyakit yang dapat menular di antaranya adalah Hepatitis,
TBC, HIV/AIDS. Disamping itu, APD juga berfungsi untuk
mencegah penolong mengalami luka dalam melakukan tugasnya.
Beberapa APD antara lain :

1. Sarung tangan lateks.


Jangan menggunakan sarung tangan kain saja karena cairan
dapat merembes. Bila akan melakukan tindakan lainnya yang
memerlukan sarung tangan kerja, maka sebaiknya sarung
tangan lateks dipakai terlebih dahulu.
2. Kacamata pelindung.
Berguna untuk melindungi mata dari percikan darah,
maupun mencegah terjadinya cedera akibat benturan atau
kelilipan pada mata saat melakukan pertolongan.
3. Baju pelindung.
Penggunanya kurang popular di Indonesia, gunanya adalah
untuk mencegah merembesnya cairan tubuh penderita melalui
baju penolong.
4. Masker penolong.
Sangat berguna untuk mencegah penularan penyakit
melalui udara.
5. Helm.
Dipakai bila akan bekerja ditempat yang rawan akan
jatuhnya benda dari atas. Misalnya dalam bangunan runtuh dan
sebagainya.

F. Kewajiban Pelaku Pertolongan Pertama

8
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang
sekitarnya. Karena keselamatan diri dan tim harus menjadi
prioritas.
b. Dapat menjangkau penderita. Dalam kasus kecelakaan atau
musibah kemungkinan pelaku harus memindahkan penderita
lain untuk dapat menjangkau penderita ynag lebih parah.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam
nyawa.
d. Meminta bantuan / rujukan. Pelaku pertolongan pertama harus
bertanggung jawab sampai bantuan rujukan mengambil alih
penanganan penderita.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan
keadaan korban.
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi

G. Pertolongan Pertama Pada Korban Bencana

Peran penting bidang kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam


penanggulangan dampak bencana, terutama dalam penanganan korban
trauma baik fisik maupun psikis. Keberadaan tenaga kesehatan tentunya
akan sangatmembantu untuk memberi pertolongan pertama sebelum
proses perujukan kerumah sakit yang memadai.

Pengelolaan penderita yang mengalami cidera parah memerlukan


penilaian yang cepat dan pengelolaan yang tepat agar sedapat mungkin
bisa menghindari kematian. Pada penderita trauma, waktu sangatlah
penting,karena itu diperlukan adanya suatu cara yang mudah
dilaksanakan. Proses inidikenal sebagai Initial assessment (penilaian

9
awal) dan Triase. Prinsip-prinsipini diterapkan dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hidup dasar pada penderita trauma ( Basic Trauma
Life Support ) maupun Advanced Trauma LifeSupport.

Triage adalah tindakan mengkategorikan pasienmenurut


kebutuhan perawatan dengan memprioritaskan mereka yang paling perlu
didahulukan.Paling sering terjadi di ruang gawat darurat, namun triage
juga dapat terjadidalam pengaturan perawatan kesehatan di tempat lain
di mana pasien diklasifikasikan menurut keparahan kondisinya.
Tindakan ini dirancang untukmemaksimalkan dan mengefisienkan
penggunaan sumber daya tenaga medisdan fasilitas yang terbatas. Triage
dapat dilakukan di lapangan maupun didalam rumah sakit. Prosestriage
meliputi tahap pra-hospital/lapangan dan hospital atau pusat
pelayanakesehatan lainnya. Triage lapangan harus dilakukan oleh
petugas pertamayang tiba ditempat kejadian dan tindakan ini harus
dinilai langsung terus meneruskarena status triage pasien dapat berubah.
Metode yang digunakan bisa secara Mettag (triage Tagging System) atau
sistem triage penuntun lapangan Star(Simple Triage and Rapid
Transportasi).

Penuntun Lapangan START berupa penilaian pasien 60 detik


yangmengamati ventilasi, perfusi, dan status mental untuk memastikan
kelompokkorban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak,
atau yang tidakmungkin diselamatkan, atau mati. Ini memungkinkan
penolong secara cepatmengidentifikasikan korban yang dengan risiko
besar akan kematian segeraatau apakah tidak memerlukan transport
segera. Star merupakan salah satumetode yang paling sederhana dan
umum. Metode ini membagi penderitamenjadi 4 kategori :

1. Prioritas 1- Merah

10
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita
yangkritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan
pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol,
penurunan status mental.

2. Prioritas 2- Kuning

Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para


penderitayang mengalami keadaan seperti luka bakar tanpa
gangguan salurannapas atau kerusakan alat gerak, patah tulang
tertutup yang tidakdapat berjalan, cedera punggung.

3. Prioritas 3-Hijau

Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal


jugasebagai ‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat
berjalansendiri.
4. Prioritas 0-Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami
cederayangmematikan.

Pendekatan yang dianjurkan untuk memprioritisasikan tindakan


ataskorban adalah yang dijumpai pada sistim METTAG. Prioritas
tindakandijelaskan sebagai :

1) Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas
dantidak mungkin diresusitasi.
2) Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang
memerlukan tindakan dan transport segera (gagal nafas, cedera
torako-abdominal,cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok
atau perdarahan berat,luka bakar berat).
3) Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang
dipastikantidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat (cederaabdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan

11
respirasi, frakturamayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang
belakang leher, sertaluka bakar ringan).
4) Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang
tidakmembutuhkan stabilisasi segera (cedera jaringan lunak,
fraktura dandislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa
gangguan jalannafas serta gawat darurat psikologis).

2 BANTUAN HIDUP DASAR


A. Pengertian

Resusitasi Jantung Paru “RJP’’ atau Cardiopulmonary


Resuscitation’’CPR’’ adalah suatu tindakan darurat sebagai suatu usaha
untuk mengembalikan keadaan henti nafas atau henti jantung (kematian
klinis) ke fungsi optimal, untuk mencegah kematian biologis. Kematian
klinis ditandai dengan hilangnya nadi arteri carotis dan arterifemoralis,
terhentinya denyut jantung dan pembuluh darah atau pernafasan dan
terjadinya penurunan atau kehilangan kesadaran. kematian biologis
dimana kerusakan otak tidak dapat diperbaiki lagi, dapat terjadi dalam 10
menit setelah kematian klinis.Oleh karena itu, berhasil atau tidaknya
tindakan RJP tergantung cepatnya dilakukan tindakan dan tepatnya
teknik yang dilakukan.

Keadaan-keadaan gagal nafas (henti nafas) ataupun henti jantung bisa


juga terjadidi sekitar kita dalam keadaan dan waktu yang tak
terduga.yang dimaksud dengan pengertian bantuan hidup dasar adalah
usaha yang dilakukan untuk menjaga jalan nafas(airway) tetap
terbuka,menunjang pernafasan dan sirkulasi dan tanpa menggunakan
alat-alat bantu. Usaha ini harus dimulai dengan mengenali secara tepat
keadaan tanda henti jantung atau henti nafas dan segera memberikan
bantuan sirkulasi dan ventilasi.

12
B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Tujuan bantuan hidup dasar ini adalah memberikan bantuan dengan


cepat mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung dan alat-alat
vital lainnya sambil menunggu pengobatan lanjutan. Jika pada suatu
keadaan ditemukan korban dengan penilaian dini terdapat gangguan
tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukan adanya nafas atau tidak ada
nadi, maka penolong harus segera melakukan tindakan yangdinamakan
dengan istilah bantuan hidup dasar .Bantuan hidup dasar terdiri dari
beberapa cara sederhana yang dapat membantu mempertahankan hidup
seseorang untuk sementara. Beberapa cara sederhana tersebut adalah
bagaimana menguasai dan membebaskan jalan nafas, bagaimana
memberikan bantuan penafasan dan bagaimana membantu mengalirkan
darah ke tempat yang pentingdalam tubuh korban, sehingga pasokan
oksigen ke otak terjaga untuk mencegah matinya sel otak.Penilaian dan
peralatan yang dilakukan pada bantuan hidup dasar sangat penting guna
melanjutkan ketahapan selanjutnya. hal ini harus dilakukan secara
cermat dan terus menerus termasuk terhadap tanggapan korban pada
proses pertolongan.

C. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD).


1. Henti napas

Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban dan pasien.Henti napas merupakan
kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan hidup dasar. Henti
napas dapat terjadi pada keadaan:

a. Tenggelam

13
b. stroke
c. bstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir

Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah
untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah
ke otak dan organvital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan
bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah henti jantung.

2. Henti jantung

Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi.Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan
organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu
(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti
jantung.

Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat


darurat medik yang bertujuan :

a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.


b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi
dari korban yang mengalami henti jantung atau henti napas
melalui Resusitasi JantungParu (RJP).Resusitasi Jantung Paru
terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1) survei Primer (Primary Surgery), yang dapat dilakukan oleh
setiap orang.

14
2) survei sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat
dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan
merupakan lanjutan dari survei primer.

Survei Primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi


serta defibrilasi. Ada 5 tindakan survey primer yang dirumuskan
dalam A,B,C,D, Eyaitu :

a. Airway(jalan napas)
b. Breathing (bantuan napas)
c. Circulation(bantuan sirkulasi)
d. Defibrilation (terapi listrik)
e. Exposure/environmental

Sebelum melakukan tahapan A:(airway), harus terlebih dahulu dil


akukan prosedur awal pada korban dan pasien, yaitu :

a. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong.


b. Memastikan kesadaran dari korban dan pasien
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak, penolo
ng harus melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban
& pasien,yaitu dengan cara:
menyentuh atau menggoyangkan bahu korban dan pasien dengan lemb
ut untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil memanggil
namanya atau Pak..Buk..Mas dan mbak.
c. Meminta pertolongan
Jika ternyata korban dan pasien tidak memberikan respon
terhadap panggilan,
segeraminta bantuan dengan cara berteriak Tolong!! untuk mengaktif
kan sistem pelayanan medis yang lebih lanjut.
d. Memperbaiki posisi korban & pasien
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban dan
pasien harus dalam posisi terlentang dan berada pada permukaan

15
yang rata dan keras.Jika korban ditemukandalam posisi miring atau
tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.

Penting :

penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan antara kepala,


leher, bahu digerakkan secara bersama.Jika posisi sudah terlentang, korban
harusdipertahankan pada posisi horisontal dengan alas tidur yang keras dan
kedua tangandiletakkan di samping tubuh

e. Mengatur posisi penolong


Segera berlutut sejajar dengan bahu korban agar saat memberikan
bantuan napas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi
atau menggerakan lutut.
1. A : Airway(Jalan napas)
Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan de
ngan melakukan tindakan :
a. Pemeriksaan jalan napas tindakan ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya sumbatan jalan napas oleh benda asing. Jika terdapat
sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan berupa cairan
dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang
dilapisi dengan
sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikor
ek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. mulut
dapat dibuka dengan tehnik Cross finger , dimana ibu jari
diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban.
b. Membuka jalan napas
Setelah jalan napas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing,
biasa pada korban tidak sadar, tonus otot-otot menghilang, maka
lidah dan epiglotis akan menutup faring dan laring, ini salah satu
penyebab sumbatan jalan napas. Pembebasan jalan napas oleh
lidah dapat dilakukan dengan cara tengadah kepala topang dagu (

16
Head tilt dan chin lift ) dan maneuver Pendorongan mandibula.
teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang
awam dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu.
2 B : Breathing (Bantuan napas )
Terdiri dari 2 tahap yaitu :
a. memastikan korban dan pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada,mendengar
bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban dan pasien.
Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan
hidung korban dan pasien, sambil tetap mempertahankan jalan
napas tetap terbuka.Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi
10 detik.
b. memberikan bantuan napas.
Jika korban dan pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat
dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut
ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu
yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5- 2 detik
dan volume udara yang dihembuskan adalah 400-500 ml atau
sampai dada korban atau pasien terlihat mengembang.Penolong
harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan
napas agar tercapai volume udara yang cukup. konsentrasi
oksigen yang dapat diberikan hanya16-17 %. Penolong juga
harus memperhatikan respon dari korban atau pasien setelah
diberikan bantuan napas.

cara memberikan bantuan pernapasan :

17
1. Mulut ke mulut
bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan
cara yang cepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-
paru korban atau pasien.Pada saat dilakukan hembusan napas
dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam
terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi
kebocoran saat menghembuskan napas dan juga penolong harus
menutup lubang hidung korban atau pasien dengan ibu jari dan
jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.
volume udarayang diberikan pada kebanyakan orang dewasa
adalah 400-500 ml volume udara yang berlebihan dan laju
inspirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
2. Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut
korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus
ataudimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan
sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus
menutup mulut korban atau pasien.
3. C : Circulation (Bantuan Sirkulasi)
Bantuan sirkulasi terdiri dari 2tahapan :
a. memastikan ada tidaknya denyut jantung korban atau pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban atau pasien dapat ditentukan
dengan meraba arteri karotis didaerah leher korban atau pasien,
dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah)
penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau
kiri kira-kira 1-2 cm,raba dengan lembut selama5-10 detik. Jika
teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa
pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala

18
topang dagu untuk menilai pernapasan korban atau pasien.Jika
tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas
pertahankan jalan napas.
b. melakukan bantuan sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat
diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi
jantung luar, dilakukandengan teknik sebagai berikut :
1. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang
iga kananatau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada
(sternum).
2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2
atau 3 jari ke atas. daerah tersebut merupakan tempat untuk
meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan
sirkulasi
3. Detakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk
satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari
jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban atau pasien, jari-
jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
4. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding
dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur
sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara
1,5-2 inci(3,8-5 cm)tekanan pada dada harus dilepaskan
keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke
posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. selang waktu
yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama
dengan pada saat melakukan kompresi.
5. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah
posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
6. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2
dilakukan baik oleh 3 atau 2 penolong jika korban atau pasien
tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 100 kali

19
permenit (dilakukan 9 siklus permenit), untuk kemudian dinilai
apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak. dari tindakan
kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60-
80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah
jantung (cardiacoutput ) hanya 25% dari curah jantung normal.
selang waktu mulai
darimenemukanpasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dila
kukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh
melebihi 30 detik.
4 D : Defibrilation
Atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah defibrilasi
adalah suatu terapi dengan memberikan energi listrik. hal ini dilakukan
jika penyebab henti jantung (cardiac arrest) adalah kelainan irama jantung
yang disebut dengan fibrilasi ventrikel.
5 E : Exposure/environmental
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya, biasanya dengan
cara menggunting dengan tujuan memeriksa dan mengevaluasi penderita.
Setelah pakaian dibuka penderita harus diselimuti agar tidak kekedinginan
Yang perlu diperhatikan :
1. Selamatkan nyawa
2. Cegah pemburukan
3. Percepat pemulihan
4. Lindungi korban tidak sadar
5. Harus tenang. Hanya orang yang tenang bisa membantu orang lain.
6. Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang sekitar Anda -
Periksa keadaan bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa
saja yang mengancam keselamatan Anda, orang lain dan korban. Dekati
korban setelah kondisi benar-benar aman.
7. Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian. Kirim orang
lain untuk segera cari pertolongan. Bila Anda satu-satunya orang yang

20
berada di tempat kejadian dan bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa
pergi tinggalkan korban untuk cari pertolongan.
8. Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat. Pesan yang
diberikan kepada layanan gawat darurat harus singkat: di mana lokasi
korban, kondisi korban, dan berapa banyak korban.
9. Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian belakang tanpa
tandu.
10. Jangan berikan makanan atau minuman kepada korban.Setiap menit
sangat berharga bagi korban dalam kondisi darurat lakukanlah tindakan
pertolongan secepat mungkin.
a. Periksa kondisi korban
Penolong bisa gerakkan bahu korban perlahan sambil memanggil
korban. Bila sadar, korban akan bisa menggerakkan tubuhnya,
mengeluarkan suara atau menjawab pertanyaan sebagai bentuk
reaksi yang diberikan.Jika tidak ada gerakan anggota tubuh atau
reaksi, berarti korban tidak sadar; maka yang harus dilakukan
adalah:
b. Hubungi 118 atau nomor telepon gawat darurat yang bisa
dihubungi. Bisa minta bantuan orang lain untuk melakukannya jika
ada banyak orang di sekitar lokasi kejadian.
c. Baringkan korban dan berlututlah di sebelahnya, tegak lurus
dengan bahu korban.
d. Periksa pernapasannya dengan Lihat - Dengar - Rasakan selama 5
– 10 detik. Lihat naik turun (kembang-kempis) dada bagian bawah
dan perut.Dengarkan dan rasakan keluarnya udara dari hidung dan
mulut dengan melekatkan pipi Anda ke wajah korban. Jika korban
tidak bernapas, segera lakukan pernapasan bantuan dari mulut ke
mulut.
e. Angkat dagu korban. Tutup hidung korban.Tarik napas dan
letakkan mulut Anda di atas mulut korban.Mulut Anda harus
menutupi sepenuhnya mulut korban. Berikan napas bantuan

21
sebanyak 2 kali setiap 5 detik sambil tetap Lihat - Dengar - Rasakan
hembusan napasnya dan lihat apakah dada korban naik saat udara
dihembuskan. Jika masih belum ada napas, mulailah pernapasan
bantuan dengan menekan dada dan jantung; taruh satu telapak
tangan di antara tulang dada dan tulang belakang dan tangan yang
lain di atasnya. Tekan dada korban sedalam 4-5cm dengan cepat.
Lakukan 30 tekanan untuk setiap 2 pernapasan (100 tekanan per
menit).
f. Ketika korban bernapas lagi, miringkan dia dalam posisi
pemulihan.

Posisi pemulihan

CATATAN PENTING : Jangan menggerakkan korban yang


kemungkinan menderita luka di bagian leher atau bagian belakang.
Biarkan korban dalam posisi semula, kecuali korban dalam keadaan
berbahaya.Luruskan kaki korban, kemudian silangkan salah satu
tangannya ke bahu, tekukkan salah satu kakinya yang terdekat dengan
Anda.

1. Gulirkan korban dengan mendorong bahu dan pinggul (untuk


menghindari kemungkinan cedera di tulang belakang) menjauhi
Anda.
2. Tempatkan lengan yang dinaikkan ke atas sebagai penopang atau
bantal kepalanya.

Memindahkan korban :

Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada


bahaya api, lalu-lintas, asap beracun atau hal lain yang membahayakan
korban maupun penolong. Sebaiknya berikan pertolongan pertama di
tempat korban berada sambil menunggu bantuan datang.Jika terpaksa
memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut.

22
1. Apabila korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jangan
dipindahkan kecuali memang benar-benar diperlukan.
2. Tangani korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah.
Pegang korban erat-erat tapi lembut. Perhatikan bagian kepala, leher
dan tulang belakang terutama jika korban pingsan.
3. Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya.

CATATAN PENTING:
Menyeret korban dapat dilakukan jika korban pingsan atau luka parah dan
tidak cukup orang yang menolong untuk memindahkan korban. Lihat
bagian selanjutnya.Tentang tanduJika tidak ada tandu yang tersedia,
gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu yang kuat dengan selimut
atau kain sarung.Gunakan tandu dengan bagian tengah yang keras untuk
membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau di tulang
belakang.

Cara membuat tandu dari selimut dan tiangTaruh selimut terbentang


di tanah dan letakan kedua tiang berjarak 1/3 lebar selimut.Lipat sisa selimut
menutupi kedua tiang tersebut. Berat korban akan menahan lipatan pada
tempatnya.

Jika tidak ada tandu

1. Jika kaki korban tidak terluka, membungkuk dan berjongkoklah di kaki


korban; pegang pergelangan kakinya dengan erat; seret korban
perlahan-lahan menjauhi dari bahaya.
2. Jika kaki korban terluka, pegang siku atau pergelangan tangan korban
dengan erat. Membungkuk dan seret korban perlahan-lahan. Jangan
menyeret korban dengan memegang pakaiannya

CATATAN PENTING:
Ketika Anda menyeret korban, usahakan tubuh korban tetap rata dengan
tanah.Memindahkan korban dengan merangkul

23
1. Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa berjalan
dengan sedikit bantuan.
2. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika tangan
atau bahu yang terluka, berdirilah disisi tubuh yang lain.
3. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pinggulnya.
Rangkulkan tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan
bahu Anda, pegang tangannya dam pindahkan korban perlahan-lahan.
Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.

BAB III
PENUTUP

24
A. Kesimpulan
Henti jantung adalah penyebab utama kematian di dunia. Penderita
henti jantung membutuhkan reusitasi jantung paru (RJP) dalam rangka
mempertahankan aliran darah ke otak dan jantung. Tindakan ini juga
meningkatkan tingkat keberhasilan defibrilasi untuk menghentikan
Ventikular Fibrilasi (VF) sehingga jantung memperoleh kembali
kemampuan mencetuskan irama jantung dan pompa jantung yang efektif.
Kualitas kompresi dada sangat menentukan terutama apabila defibrilasi
tidak dapat dilakukan pada 4-5 menit setelah kolaps (Jakarta Medical
Service & Training, 2012).
Tindakan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar
(BHD) merupakan layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap
korban yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut mendapat
pelayanan kesehatan secara paripurna di unit pelayanan kesehatan. kaum
awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran-
saran sebagai berikut :

1. Sebagai mahasiswa keperawatan, pentingnya memahami dan memiliki


wawasan tindakan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar
(BHD) sebagai upaya pertolongan pertama pada kegawatdaruratan.
Perlunya dilakukan pelatihan dasar tindakan Basic Life Support (BLS)

25
DAFTAR PUSTAKA

https://pmidkijakarta.or.id/layanan/pp

https://www.kompasiana.com/dhanitrilogy/551b56f881331137489de6e2/p
engetahuan-umum-pertolongan-pertama-pada-gawat-darurat(sumber
utama buku Diklat pribadi Materi Search and Rescue Gunung Hutan 2009)

depfoundation.org/images/idep/downloads/disaster-
management/information-for-disaster-area/idep-foundation-disaster-
management-booklet-08-emergency-first-aid-id.pdf(Panduan Umum
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) oleh Yayasan
IDEP.)

http://www.indohcf.com/entry/apa-yang-bisa-saya-lakukan-saat-
menghadapi-kasus-gawat-darurat-medis

https://www.academia.edu/8411728/BAB_6._PERTOLONGAN_PERTA
MA_GAWAT_DARURAT

26

Anda mungkin juga menyukai