Disusun oleh :
Kalimantan Timur
Tahun 2020
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua.Terimakasih kita
sampaikan kepada taman-teman dan semua pihak yang telah membantu
melancarkan pembuatan tugas Gawat Darurat Bencana ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari kategori
sempurna. Oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang
Penyusun
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ 1
BAB I (PENDAHULUAN)
BAB II (PEMBAHASAN)
a. Kesimpulan........................................................................................... 25
b. Saran ..................................................................................................... 25
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4
juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar 35.000 - 50.000
diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang diakibatkan oleh
henti napas dan henti jantung. Dalam jumlah korban, Indonesia
menempati peringkat kedua dunia, yaitu sebanyak lebih kurang 227.898
jiwa. Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian yang sangat
besar, baik dari segi materi maupun jumlah korban (meninggal, luka – luka,
maupun cacat).
B. Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah Prinsip Utama
Pertolongan Pertama Korban dan Bantuan Hidup Dasar
C. Tujuan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mendeskripsikan Prinsip Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup
Dasar
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Prinsip
Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar.
2. Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang Prinsip
Utama Pertolongan Korban dan Bantuan Hidup Dasar.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pertolongan Pertama
6
lingkungan yang membahayakan bagi keselamatan korban).
Keekmpat poin tersebutharus benar-benar diingat dalam
penanggulangan pasien dalam kondisi darurat.
7
Beberapa penyakit yang dapat menular di antaranya adalah Hepatitis,
TBC, HIV/AIDS. Disamping itu, APD juga berfungsi untuk
mencegah penolong mengalami luka dalam melakukan tugasnya.
Beberapa APD antara lain :
8
a. Menjaga keselamatan diri, anggota tim, penderita dan orang
sekitarnya. Karena keselamatan diri dan tim harus menjadi
prioritas.
b. Dapat menjangkau penderita. Dalam kasus kecelakaan atau
musibah kemungkinan pelaku harus memindahkan penderita
lain untuk dapat menjangkau penderita ynag lebih parah.
c. Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam
nyawa.
d. Meminta bantuan / rujukan. Pelaku pertolongan pertama harus
bertanggung jawab sampai bantuan rujukan mengambil alih
penanganan penderita.
e. Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan
keadaan korban.
f. Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g. Ikut menjaga kerahasiaan medis penderita.
h. Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i. Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
9
awal) dan Triase. Prinsip-prinsipini diterapkan dalam pelaksanaan
pemberian bantuan hidup dasar pada penderita trauma ( Basic Trauma
Life Support ) maupun Advanced Trauma LifeSupport.
1. Prioritas 1- Merah
10
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita
yangkritis keadaannya seperti gangguan jalan napas, gangguan
pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol,
penurunan status mental.
2. Prioritas 2- Kuning
3. Prioritas 3-Hijau
1) Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau cedera fatal yang jelas
dantidak mungkin diresusitasi.
2) Prioritas Pertama (Merah) : Pasien cedera berat yang
memerlukan tindakan dan transport segera (gagal nafas, cedera
torako-abdominal,cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok
atau perdarahan berat,luka bakar berat).
3) Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien dengan cedera yang
dipastikantidak akan mengalami ancaman jiwa dalam waktu
dekat (cederaabdomen tanpa shok, cedera dada tanpa gangguan
11
respirasi, frakturamayor tanpa shok, cedera kepala atau tulang
belakang leher, sertaluka bakar ringan).
4) Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien degan cedera minor yang
tidakmembutuhkan stabilisasi segera (cedera jaringan lunak,
fraktura dandislokasi ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa
gangguan jalannafas serta gawat darurat psikologis).
12
B. Tujuan Bantuan Hidup Dasar
Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran
udara pernapasan dari korban dan pasien.Henti napas merupakan
kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan hidup dasar. Henti
napas dapat terjadi pada keadaan:
a. Tenggelam
13
b. stroke
c. bstruksi jalan napas
d. Epiglotitis
e. overdosis obat-obatan
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam darah
untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah
ke otak dan organvital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan
bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup
dan mencegah henti jantung.
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi.Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan
organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu
(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti
jantung.
14
2) survei sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat
dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis terlatih dan
merupakan lanjutan dari survei primer.
a. Airway(jalan napas)
b. Breathing (bantuan napas)
c. Circulation(bantuan sirkulasi)
d. Defibrilation (terapi listrik)
e. Exposure/environmental
15
yang rata dan keras.Jika korban ditemukandalam posisi miring atau
tengkurap, ubahlah posisi korban ke posisi terlentang.
Penting :
16
Head tilt dan chin lift ) dan maneuver Pendorongan mandibula.
teknik membuka jalan napas yang direkomendasikan untuk orang
awam dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu.
2 B : Breathing (Bantuan napas )
Terdiri dari 2 tahap yaitu :
a. memastikan korban dan pasien tidak bernapas.
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada,mendengar
bunyi napas dan merasakan hembusan napas korban dan pasien.
Untuk itu penolong harus mendekatkan telinga di atas mulut dan
hidung korban dan pasien, sambil tetap mempertahankan jalan
napas tetap terbuka.Prosedur ini dilakukan tidak boleh melebihi
10 detik.
b. memberikan bantuan napas.
Jika korban dan pasien tidak bernapas, bantuan napas dapat
dilakukan melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut
ke stoma (lubang yang dibuat pada tenggorokan) dengan cara
memberikan hembusan napas sebanyak 2 kali hembusan, waktu
yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5- 2 detik
dan volume udara yang dihembuskan adalah 400-500 ml atau
sampai dada korban atau pasien terlihat mengembang.Penolong
harus menarik napas dalam pada saat akan menghembuskan
napas agar tercapai volume udara yang cukup. konsentrasi
oksigen yang dapat diberikan hanya16-17 %. Penolong juga
harus memperhatikan respon dari korban atau pasien setelah
diberikan bantuan napas.
17
1. Mulut ke mulut
bantuan pernapasan dengan menggunakan cara ini merupakan
cara yang cepat dan efektif untuk memberikan udara ke paru-
paru korban atau pasien.Pada saat dilakukan hembusan napas
dari mulut ke mulut, penolong harus mengambil napas dalam
terlebih dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup
seluruhnya mulut korban dengan baik agar tidak terjadi
kebocoran saat menghembuskan napas dan juga penolong harus
menutup lubang hidung korban atau pasien dengan ibu jari dan
jari telunjuk untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.
volume udarayang diberikan pada kebanyakan orang dewasa
adalah 400-500 ml volume udara yang berlebihan dan laju
inspirasi yang terlalu cepat dapat menyebabkan udara memasuki
lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
2. Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut
korban tidak memungkinkan, misalnya pada Trismus
ataudimana mulut korban mengalami luka yang berat, dan
sebaliknya jika melalui mulut ke hidung, penolong harus
menutup mulut korban atau pasien.
3. C : Circulation (Bantuan Sirkulasi)
Bantuan sirkulasi terdiri dari 2tahapan :
a. memastikan ada tidaknya denyut jantung korban atau pasien.
Ada tidaknya denyut jantung korban atau pasien dapat ditentukan
dengan meraba arteri karotis didaerah leher korban atau pasien,
dengan dua atau tiga jari tangan (jari telunjuk dan tengah)
penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba
trakhea, kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau
kiri kira-kira 1-2 cm,raba dengan lembut selama5-10 detik. Jika
teraba denyutan nadi, penolong harus kembali memeriksa
pernapasan korban dengan melakukan manuver tengadah kepala
18
topang dagu untuk menilai pernapasan korban atau pasien.Jika
tidak bernapas lakukan bantuan pernapasan, dan jika bernapas
pertahankan jalan napas.
b. melakukan bantuan sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat
diberikan bantuan sirkulasi atau yang disebut dengan kompresi
jantung luar, dilakukandengan teknik sebagai berikut :
1. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang
iga kananatau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada
(sternum).
2. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum) diukur kurang lebih 2
atau 3 jari ke atas. daerah tersebut merupakan tempat untuk
meletakkan tangan penolong dalam memberikan bantuan
sirkulasi
3. Detakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk
satu telapak tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari
jari-jari tangan menyentuh dinding dada korban atau pasien, jari-
jari tangan dapat diluruskan atau menyilang.
4. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding
dada korban dengan tenaga dari berat badannya secara teratur
sebanyak 30 kali dengan kedalaman penekanan berkisar antara
1,5-2 inci(3,8-5 cm)tekanan pada dada harus dilepaskan
keseluruhannya dan dada dibiarkan mengembang kembali ke
posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada. selang waktu
yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama
dengan pada saat melakukan kompresi.
5. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada dan atau merubah
posisi tangan pada saat melepaskan kompresi.
6. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian napas adalah 30 : 2
dilakukan baik oleh 3 atau 2 penolong jika korban atau pasien
tidak terintubasi dan kecepatan kompresi adalah 100 kali
19
permenit (dilakukan 9 siklus permenit), untuk kemudian dinilai
apakah perlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak. dari tindakan
kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60-
80 mmHg, dan diastolik yang sangat rendah, sedangkan curah
jantung (cardiacoutput ) hanya 25% dari curah jantung normal.
selang waktu mulai
darimenemukanpasien dan dilakukan prosedur dasar sampai dila
kukannya tindakan bantuan sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh
melebihi 30 detik.
4 D : Defibrilation
Atau dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah defibrilasi
adalah suatu terapi dengan memberikan energi listrik. hal ini dilakukan
jika penyebab henti jantung (cardiac arrest) adalah kelainan irama jantung
yang disebut dengan fibrilasi ventrikel.
5 E : Exposure/environmental
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya, biasanya dengan
cara menggunting dengan tujuan memeriksa dan mengevaluasi penderita.
Setelah pakaian dibuka penderita harus diselimuti agar tidak kekedinginan
Yang perlu diperhatikan :
1. Selamatkan nyawa
2. Cegah pemburukan
3. Percepat pemulihan
4. Lindungi korban tidak sadar
5. Harus tenang. Hanya orang yang tenang bisa membantu orang lain.
6. Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang sekitar Anda -
Periksa keadaan bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa
saja yang mengancam keselamatan Anda, orang lain dan korban. Dekati
korban setelah kondisi benar-benar aman.
7. Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian. Kirim orang
lain untuk segera cari pertolongan. Bila Anda satu-satunya orang yang
20
berada di tempat kejadian dan bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa
pergi tinggalkan korban untuk cari pertolongan.
8. Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat. Pesan yang
diberikan kepada layanan gawat darurat harus singkat: di mana lokasi
korban, kondisi korban, dan berapa banyak korban.
9. Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian belakang tanpa
tandu.
10. Jangan berikan makanan atau minuman kepada korban.Setiap menit
sangat berharga bagi korban dalam kondisi darurat lakukanlah tindakan
pertolongan secepat mungkin.
a. Periksa kondisi korban
Penolong bisa gerakkan bahu korban perlahan sambil memanggil
korban. Bila sadar, korban akan bisa menggerakkan tubuhnya,
mengeluarkan suara atau menjawab pertanyaan sebagai bentuk
reaksi yang diberikan.Jika tidak ada gerakan anggota tubuh atau
reaksi, berarti korban tidak sadar; maka yang harus dilakukan
adalah:
b. Hubungi 118 atau nomor telepon gawat darurat yang bisa
dihubungi. Bisa minta bantuan orang lain untuk melakukannya jika
ada banyak orang di sekitar lokasi kejadian.
c. Baringkan korban dan berlututlah di sebelahnya, tegak lurus
dengan bahu korban.
d. Periksa pernapasannya dengan Lihat - Dengar - Rasakan selama 5
– 10 detik. Lihat naik turun (kembang-kempis) dada bagian bawah
dan perut.Dengarkan dan rasakan keluarnya udara dari hidung dan
mulut dengan melekatkan pipi Anda ke wajah korban. Jika korban
tidak bernapas, segera lakukan pernapasan bantuan dari mulut ke
mulut.
e. Angkat dagu korban. Tutup hidung korban.Tarik napas dan
letakkan mulut Anda di atas mulut korban.Mulut Anda harus
menutupi sepenuhnya mulut korban. Berikan napas bantuan
21
sebanyak 2 kali setiap 5 detik sambil tetap Lihat - Dengar - Rasakan
hembusan napasnya dan lihat apakah dada korban naik saat udara
dihembuskan. Jika masih belum ada napas, mulailah pernapasan
bantuan dengan menekan dada dan jantung; taruh satu telapak
tangan di antara tulang dada dan tulang belakang dan tangan yang
lain di atasnya. Tekan dada korban sedalam 4-5cm dengan cepat.
Lakukan 30 tekanan untuk setiap 2 pernapasan (100 tekanan per
menit).
f. Ketika korban bernapas lagi, miringkan dia dalam posisi
pemulihan.
Posisi pemulihan
Memindahkan korban :
22
1. Apabila korban dicurigai menderita cedera tulang belakang, jangan
dipindahkan kecuali memang benar-benar diperlukan.
2. Tangani korban dengan hati-hati untuk menghindari cedera lebih parah.
Pegang korban erat-erat tapi lembut. Perhatikan bagian kepala, leher
dan tulang belakang terutama jika korban pingsan.
3. Angkat korban secara perlahan-lahan tanpa merenggutnya.
CATATAN PENTING:
Menyeret korban dapat dilakukan jika korban pingsan atau luka parah dan
tidak cukup orang yang menolong untuk memindahkan korban. Lihat
bagian selanjutnya.Tentang tanduJika tidak ada tandu yang tersedia,
gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu yang kuat dengan selimut
atau kain sarung.Gunakan tandu dengan bagian tengah yang keras untuk
membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau di tulang
belakang.
CATATAN PENTING:
Ketika Anda menyeret korban, usahakan tubuh korban tetap rata dengan
tanah.Memindahkan korban dengan merangkul
23
1. Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa berjalan
dengan sedikit bantuan.
2. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika tangan
atau bahu yang terluka, berdirilah disisi tubuh yang lain.
3. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pinggulnya.
Rangkulkan tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan
bahu Anda, pegang tangannya dam pindahkan korban perlahan-lahan.
Melangkah dengan kaki bagian dalam terlebih dahulu.
BAB III
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
Henti jantung adalah penyebab utama kematian di dunia. Penderita
henti jantung membutuhkan reusitasi jantung paru (RJP) dalam rangka
mempertahankan aliran darah ke otak dan jantung. Tindakan ini juga
meningkatkan tingkat keberhasilan defibrilasi untuk menghentikan
Ventikular Fibrilasi (VF) sehingga jantung memperoleh kembali
kemampuan mencetuskan irama jantung dan pompa jantung yang efektif.
Kualitas kompresi dada sangat menentukan terutama apabila defibrilasi
tidak dapat dilakukan pada 4-5 menit setelah kolaps (Jakarta Medical
Service & Training, 2012).
Tindakan Basic Life Support (BLS) atau Bantuan Hidup Dasar
(BHD) merupakan layanan kesehatan dasar yang dilakukan terhadap
korban yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut mendapat
pelayanan kesehatan secara paripurna di unit pelayanan kesehatan. kaum
awam yang telah mendapatkan pelatihan sebelumnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis dapat mengemukakan saran-
saran sebagai berikut :
25
DAFTAR PUSTAKA
https://pmidkijakarta.or.id/layanan/pp
https://www.kompasiana.com/dhanitrilogy/551b56f881331137489de6e2/p
engetahuan-umum-pertolongan-pertama-pada-gawat-darurat(sumber
utama buku Diklat pribadi Materi Search and Rescue Gunung Hutan 2009)
depfoundation.org/images/idep/downloads/disaster-
management/information-for-disaster-area/idep-foundation-disaster-
management-booklet-08-emergency-first-aid-id.pdf(Panduan Umum
Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat (PBBM) oleh Yayasan
IDEP.)
http://www.indohcf.com/entry/apa-yang-bisa-saya-lakukan-saat-
menghadapi-kasus-gawat-darurat-medis
https://www.academia.edu/8411728/BAB_6._PERTOLONGAN_PERTA
MA_GAWAT_DARURAT
26