Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN INFEKSI

PADA IBU NIFAS

Oleh
Yanti Puspita Sari
Pengertian
• Nifas atau puerperium
periode waktu atau masa dimana organ-organ reproduksi
kembali kepada keadaan tidak hamil. Masa ini
membutuhkan waktu sekitar enam minggu (Fairer, Helen,
2001). Masa nifas atau masa puerperium mulai setelah
partus selesai dan berakhir setelah kira-kira enam minggu
(Wiknjosastro, Hanifa, 1999)
• Infeksi masa nifas
infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya dari
endometrium bekas insersi plasenta. ( Sastrawinata,
Sulaiman 2003). Infeksi peurperium adalah infeksi bakteri
yang berasal dari saluran reproduksi selama persalinan atau
puerperium (Varney, 2008)
Etiologi
Menurut Bahiyatun, (2008) beberapa bakteri atau kuman dapat
menyebabkan infeksi pasca persalinan.
Beberapa bakteri atau kuman yang sering menyebabkan infeksi antara
lain:
• Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi
ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang
tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).
• Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan
sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan
orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya
menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi
sebab infeksi umum.
• Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum,
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum,
vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan
sebab penting dari infeksi traktus urinarius
• Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan
akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih
sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus
yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
Faktor predisposisi infeksi postpartum
• Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh,
seperti perdarahan, dan  kurang gizi atau malnutrisi
• Partus lama, terutama partus dengan ketuban pecah lama.
• Tindakan bedah vaginal yang menyebabkan perlukaan jalan
lahir.
• Tertinggalnya sisa plasenta, selaput ketuban dan bekuan dara
• Anemia, higiene, kelelahan
• Proses persalinan bermasalah: Partus lama/macet,
korioamnionitis, persalinan traumatik, kurang baiknya proses
pencegahan infeksi, manipulasi yang berlebihan, dapat
berlanjut ke infeksi dalam masa nifas.
Klasifikasi Infeksi Nifas
Penyebaran infeksi nifas terbagi menjadi
beberapa golongan yaitu :
1. Infeksi terbatas pada perineum,
vulva , vagina, serviks dan endometrium
meliputi :
• Vulvitis
• Vaginitis
• Servisitis
• Endometritis
2. Infeksi yang penyebarannya melalui vena-vena (pembuluh darah).
• Septikemia
keadaan dimana kuman-kuman atau toksinnya langsung masuk ke
dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi.
• Piemia
Piemia dimulai dengan tromflebitis vena-vena pada daerah
perlukaan lalu lepas menjadi embolus-embolus kecil yang dibawa ke
peredaran darah, kemudian terjadi infeksi dan abses pada organ-
organ yang diserangnya.
• Tromboflebitis
Radang pada vena terdiri dari tromboflebitis pelvis dan
trombofeblitis femoralis. Trombofeblitis pelvis yang sering
meradang adalah pada vena ovarika, terjadi karena mengalirkan
darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri. Sedangkan
tromboflebitis femoralis dapat menjadi tromboflebitis vena safena
magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran vena
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis.
3. Infeksi yang penyebarannya melalui limfe.
• Peritonitis
Peritonitis menyerang pada daerah pelvis(pelvio
peritonitis). 
• Parametritis (sellulitis pelvika)
Gejala klinik parametritis adalah : nyeri saat dilakukan
pemeriksaan dalam, demam tinggi menetap,
nadi cepat, perut nyeri, sebelah/kedua belah bagian bawah
terjadi pembentukkan infiltrat yang dapat teraba
selama periksa dalam.
4. Infeksi yang penyebarannya melaluipermukaan endometrium.
Infeksi nifas yang penyebaran melalui
permukaan endometrium adalah salfingitis dan
ooforitis.Gejala salfingitis dan ooforitis hampir sama dengan
pelvio peritonitis
Manifestasi Klinis
Dengan tanda dan gejala secara umum sebagai berikut:
• Setelah 24 jam pertama, suhu di atas 370C lebih dari 1 hari.
Tetapi kenaikan suhu tubuh temporal hingga 410C tepat seusai
melahirkan (karena dehidrasi) atau demam ringan tidak lebih dari
380C pada waktu air susu mulai keluar tidak perlu dikhawatirkan.
• Rasa sakit atau tidak nyaman, dengan atau tanpa pembengkakan,
di area abdominal bawah usai beberapa hari melahirkan.
• Rasa sakit yang tak kunjung reda di daerah perineal, setelah beberapa
hari pertama.
• Bengkak di tempat tertentu dan/atau kemerahan, panas, dan
keluar darah di tempat insisi Caesar.
• Rasa sakit di tempat tertentu, bengkak, kemerahan, panas, dan
rasa lembek pada payudara begitu produksi penuh air susumulai
berkurang yang bisa berarti tanda-tanda mastitis.
Patofisiologi
• Infeksi nifas setelah pervaginam terutama mengenai tempat implantasi
plasenta serta miometrium didekatnya. Pada sebagian kasus, duh yang keluar
berbau, banyak, berdarah dan kadang-kadang berbusa. Pada kasus lain duh
hanya sedikit. Involusi uterus dapat terhambat.
• Sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh
akses kecairan amnion, dan post partum bakteri-bakteri ini akan menginvasi
jaringan mati di tempat histerektomi.
• Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat
fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disebabkan oleh
penyebaran limfogenogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/
laserasi uterus yang terinfeksi.
• Proses biasanya terbatas jaringan para vagina dan jarang meluas kedalam
panggul. Serviks sering mengalami perlukaan pada persalinan, begitu juga
vulva, vagina, perinium merupakan tempat masuknya kuman patogen. Proses
radang dapat terbatas pada luka-luka tersebut atau dapat menyebar di luar
luka asalnya
Adapun infeksi dapat terjadi sebagai berikut :
• Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung
tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi
membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke
dalam uterus.
• Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena
kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya
• Infeksi rumah sakit (hospital infection)
Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-kuman
patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh
rumah sakit.
WOC
Komplikasi
• Komplikasi ibu
• Endometriosis
• Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia)
• Sepsis cepat
• Disebabkan karena daerah uterus dan intramnion
memiliki vaskularisasi sangat banyak
• Syok septik sampai kematian ibu.
• Komplikasi janin
• Asfiksia janin
• Sepsis perinatal sampai kematian janin.
Pemeriksaan Penunjang
• Jumlah sel darah putih (SDP)
• Hemoglobin ( Hb / ht ), untuk mengetahui penurunan pada
adanya anemia
• Kultur ( aerobik / anaerobik ) dari bahan intra uterus atau intra
servikal atau drainase luka atau pewarnaan gram dari lokhia
serviks dan uterus mengidentifikasi organisme penyebab.
• Urinalisis dan kultur : mengesampingkan interaksi saluran kemih
• Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta
yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
• Pemeriksaan biomanual : menentukan sifat dan lokasi nyari
pelvis. Masa atau pembentukan abses atau adanya vena-vena
dengan trombosis.
Penatalaksanaan Infeksi Nifas
Pencegahan
Menurut Leveno, Kenneth (2003) pencegahan infeksi pada kala
nifas ini dibagi menjadi 3, yaitu masa kehamilan, masa persalinan,
dan masa nifas.
a. Masa kehamilan
• Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti
anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-
penyakit yang diderita ibu.
• Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang
perlu.
• Koitus  pada  hamil  tua hendaknya  dihindari  atau  dikurangi  dan
dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban.
Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.
b. Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin
masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
• Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya
persalinan tidak berlarut-larut.
• Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.
• Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam
maupun per abdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan
menjaga sterilitas.
• Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang
hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.
• Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan
mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak
diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
• Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
• Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi
dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c. Selama nifas
• Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena
infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain
yang berhubungan dengan alat kandungan harus
steril.
• Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi
dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan
ibu sehat.
• Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada
hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin
Pengobatan
• Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina
dan servik, luka operasi dan darah, serta uji kepekaan
untuk mendapatkan antibiotika yang tepat.
• Memberikan dosis yang cukup dan adekuat.
• Memberi antibiotika spektrum luas sambil menunggu
hasil laboratorium.
• Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh seperti
infus, transfusi darah, makanan yang mengandung
zat-zat yang diperlukan tubuh, serta perawatan
lainnya sesuai komplikasi yang dijumpai.
• Pengobatan antibiotika infeksi nifas
Asuhan Keperawatan Infeksi pada Ibu Nifas

1.Pengkajian
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan,
alamat, medical record, dan lain- lain.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan yang dirasakan ibu saat ini:
 Pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah dalam
bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih
dari 2 minggu postpartum.
 Adanya leukore dan lochia berbau menyengat
Riwayat kesehatan dahulu
• Riwayat penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal
kronik, hemofilia, mioma uteri, riwayat pre
eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi
pembuluh darah, tempat implantasi plasenta retensi
sisa plasenta.
• Riwayat penyakit keluarga
Ada riwayat keluarga yang pernah / sedang
menderita
hipertensi, peny jantung dan pre eklampsia,
penyakit keturunan hemopilia dan penyakit menular.
Riwayat obstetric
• Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lamanya siklus,
banyaknya, baunya, keluhan waktu haid.
• Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa,
usia mulai hamil
Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
• Riwayat hamil meliputi:waktu hamil muda,hamil tua, apakah ada
abortus.
• Riwayat persalinan meliputi : Tuanya kehamilan, cara persalinan,
penolong, tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan,
anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
• Riwayat nifas meliputi : Keadaan lochia, apakah ada perdarahan,
ASI cukup atau tidak, kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri
dan kontraksi.
Riwayat kehamilan sekarang
• Hamil muda:keluhan selama hamil muda
• Hamil tua : keluhan selama hamil tua,peningkatan BB,suhu nadi,
pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,
keluhan lain.
• Riwayat ANC meliputi : Dimana tempat pelayanan, berapa
kali,perawatan serta pengobatannya yang didapat.
Riwayat persalinan sekarang
• Pada riwayat persalinan sekarang meliputi : Tuanya
kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat bersalin,
apakah ada penyulit dalam persalinan (misalnya : retensio
plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan),
anak lahir hidup atau mati, BB dan panjang anak waktu lahir.
Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan umum
• Aktivitas istirahat
• Sirkulasi
• Penggunaan Obat-Obatan
• Status Psikologis
• Neurosensori
• Nyeri / Ketidaknyamanan
• Pernapasan
• Keamanan
Pemeriksaan khusus
• Uterus
Meliputi : tinggi fundus uteri dan posisinya serta
konsistensinya.
• Lochia
Meliputi : warna, banyaknya dan baunya.
• Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka
jahitan
• Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
• Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum
2. Diagnosa
• Hipertermi b. d proses penyakit
• Gangguan rasa nyaman nyeri b / d respon tubuh
pada agen tidak efektif
• intoleransi Aktivitas
• Resiko Infeksi
Aplikasi NANDA NOC NIC
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai