Anda di halaman 1dari 19

“PENCEGAHAN PRIMER, SEKUNDER DAN TE

RSIER” KOMPLIKASI KEHAMILAN

Yanti Puspita Sari


A. PENCEGAHAN PRIMER

Pencegahan primer merupakan upaya awal se


belum seseorang menderita penyakit atau upay
a untuk mempertahankan orang sehat agar teta
p sehat. Dilakukan dengan pendekatan komuniti
berupa penyuluhan faktor-faktor risiko terutama
pada kelompok risiko tinggi
Pencegahan dapat dilakukan dengan :

•Penyuluhan kepada ibu hamil tentang manfaat istirahat, diet ren


dah garam, lemak serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menj
aga kenaikan berat badan.
•Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preekla
mpsia dan eklampsia bila ada faktor prediposisi.
•Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, bahwa e
klampsia bukan penyakit kemasukan (magis), seperti banyak dis
angka oleh masyarakat awam.

Selain itu, pencegahan timbulnya preeklampsia juga dapat dilaku


kan dengan pemeriksaan antenatal care secara teratur yaitu mini
mal 4 kali kunjungan yaitu masing - masing 1 kali pada trimester
I dan II , serta 2 kali pada trimester III.
B. PENCEGAHAN SEKUNDER

Pencegahan sekunder merupakan upaya penc


egahan pada fase penyakit asimtomatis, tepatny
a pada tahap preklinis, terhadap timbulnya gejal
a-gejala penyakit secara klinis melalui deteksi di
ni (early detection). Jika deteksi tidak dilakukan
dini dan terapi tidak diberikan segera maka akan
terjadi gejala klinis yang merugikan.
Pada masa kehamilan banyak gangguan maca
m gangguan kehamilan yang bisa menyerang. Co
ntoh dari gangguan kehamilan, dia antranya, pre
eklampsi,eklampsi,anemia,terserang virus toxopl
asma dll.
Pencegahan yang dapat di lakukan jika seorang
mendapati gangguan kehamilan di antaranya :

1. toxoplasma
mengidentifikasi wanita selama hamil dari ter
infeksi Toxoplasma gondii dan jika fetal terinfeksi
dengan pemeriksaan selama prenatal, kemungki
nan therapi, termasuk mengakhiri kehamilan da
n pemberian antibiotik terhadap janin yang dika
ndung , perlu didiskusikan dengan pasien. Ibu da
n suami perlu tahu adanya risiko terhadap janin
yang dikandung.
2. Anemia
Bila ibu merasakan Gejala berupa pusing
, rasa lemah, kulit pucat, mudah pingsan, d
an pucat. Maka dari itu, ibu perlu mengkon
sumsi makanan yang bergizi dan suplemen
tasi zat besi, sebanyak 60 mg/hari
3. Malaria
Komplikasi pada kehamilan karena infeksi malaria adala
h abortus, penyulit partus (anemia, hepatosplenomegali),
bayi lahir dengan berat lahir rendah, anemia, gangguan fu
ngsi ginjal, edema paru, hipoglikemia, dan malaria kongeni
tal. Untuk itu perlu pencegahan pada wanita hamil, denga
n pemberian klorokuin 250 mg tiap minggu, mulai dari tri
mester III sampai satu bulan post partum.
4. TBC paru
Gejalanya berupa demam, batuk darah, sesak napas, ny
eri dada, malaise, kurus kering. Penderita dengan proses a
ktif, sebaiknya dirawat di rumah sakit dalam kamar isolasi,
untuk mencegah penularan. Penderita juga harus istirahat
yang cukup, serta pengobatan lebih intensif dan teratur.
5. DM
Ibu hamil dengan diabetes gestasional akan m
enghasilkan janin yang lebih besar, sehingga risik
o bedah sesar meningkat dan mempengaruhi ke
sehatan janin maupun ibunya. Sebaiknya ibu ha
mil dengan diabetes menjaga pola makan, olah r
aga teratur dan menjaga agar kadar gula darah n
ormal
6. Pre eklampsia
Pencegahan nya dengan istirahat, diet tinggi p
rotein, diet rendah garam, suplemen kalsium, m
agnesium dan obat anti hipertensi
C. PENCEGAHAN TERSIER
Pencegahan tersier berfokus pada proses adaptasi kembali. T
ujuan utama dari pencegahan tersier adalah mencegah cacat, ke
matian, serta usaha rehabilitasi. Menurut Kodim dkk (2004), tuju
an dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah komplikasi p
enyakit dan pengobatan, sesudah gejala klinis berkembang dan d
iagnosis sudah ditegakkan. Pencegahan tersier terhadap penyaki
t masalah sistem reproduksi dapat dengan melakukan perawatan
pasien hingga sembuh serta melakukan terapi-terapi untuk mem
inimalisir kecacatan akibat masalah tersebut. Pencegahan tersier
adalah Rehabilitasi. contoh: rehabilitasi pada penderita-penderit
a kanker ovarium, kanker payudara dan lain sebagaiannya.
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu,
kadang-kadang orang menjadi cacat, untuk mem
ulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperl
ukan latihan tertentu. Disamping itu orang yang
cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kad
ang malu untuk kembali ke masyarakat. Sering te
rjadi pula masyarakat tidak mau menerima mere
ka sebagai anggoota masyarakat yang normal. Ol
eh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperluk
an bukan saja untuk orang yang cacat tersebut, t
etapi juga perlu pendidikan kesehatan pada  mas
yarakat. Pada pusat-pusat rehabilitasi misalnya r
ehabilitasi PSK, dan korban narkoba.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
1. Rehabilitasi fisik
yaitu agar bekas penderita memperoleh perb
aikan fisik semaksimal-maksimalnya.
2. Rehabilitasi mental
yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaik
an diri dalam hubungan perorangan dan social s
ecara memuaskan. Seringkali bersamaan dengan
terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-
kelainan atau gangguan mental.
Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapat
kan bimbingan kejiwaan sebelum kembali ke dal
3. Rehabilitasi sosial vokasional
yaitu agar bekas penderita menempati suatu
pekerjaan/jabatan dalam masyarakat dengan ka
pasitas kerja yang semaksimal-maksimalnya sesu
ai dengan kemampuan dan ketidak mampuanny
a.
4. Rehabilitasi aesthesis
usaha rehabilitasi aesthetis perlu dilakukan u
ntuk mengembalikan rasa keindahan,walaupun k
adang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendi
ri tidak dapat dikembalikan.
Usaha mengembalikan bekas penderita ke dal
am masyarakat, memerlukan bantuan dan peng
ertian dari segenap anggota masyarakat untuk d
apat mengerti dan memahami keadaan mereka
(fisik,mental dan kemampuannya) sehingga me
mudahkan mereka dalam proses penyesuaian di
rinya dalam masyarakat, dalam keadaannya yang
sekarang.
Sikap yang diharapkan dari warga masyarakat
adalah sesuai dengan falsafah pancasila yang ber
dasarkan unsur kemanusiaan yang sekarang ini.
Mereka yang direhabilitasi ini memerlukan bant
uan dari setiap warga masyarakat,bukan hanya b
erdasarkan belas kasihan semata-mata, melaink
an juga berdasarkan hak azasinya sebagai manus
ia.
Dari tingkatan-tingkatan tersebut seharusnya
strategi pencegahan berurutan mulai dari pence
gahan primer sampai ke pencegahan tersier. Prin
sip mencegah lebih mudah dan lebih murah dari
pada mengobati masih menjadi dasar mengapa
pemilihan strategi pencegahan penyakit sebaikn
ya berurutan dari primer menuju tersier.
JURNAL

pencegahan_primer.pdf
DAFTAR PUSTAKA

•Trisna, Baim. (2012). Penyakit pada sistem repr


oduksi manusia. Diakses pada tanggal 21 Mei 20
15 dari
https://www.scribd.com/doc/69950054/Penyaki
t-Pada-Sistem-Reproduksi-Manusia
•http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptu
nimus-gdl-optieardha-7579-3-12.bab-i.pdf
•wahyuni, Sri. 2013.toxoplasmosis dalam kehami
lan. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehata
n Jurusan Kebidanan; surakarta
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai