Anda di halaman 1dari 11

ASUHAN KEPERAWATAN PADA FRAKTUR

KELOMPOK 1
DEFENISI FRAKTUR

Fraktur atau patah tulang merupakan ganguan dari kontinuitas


yang normal dari suatu tulang (Black 2014). Fraktur atau
patah tulang adalah kondisi dimana kontinuitas jaringan
tulang dan atau tulang rawan terputus secara sempurna atau
sebagian yang disebabkan oleh rudapaksa atau osteoporosis
.Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang rawan baik
bersifat total maupun sebagian, penyebab utama dapat
disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik tulang itu sendiri dan
jaringan lunak disekitarnya (Helmi, 2012).
WOC
ANALISA KASUS

Nn. A 16 tahun datang ke unit gawat darurat (UGD) Rumah Sakit Umum Padang dengan keluhan nyeri pada tungkai kanan dan
tidak dapat digerakkan pasca kecelakaan bermotor 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Saat itu pasien sedang membawa motor
sendirian memakai helm dan tidak sedang dalam keadaan mabuk, ditabrak oleh motor dari arah sebelah kanan. Saat kejadian pasien
langsung terjatuh dan pingsan sekitar 5 menit, saat sadar pasien sudah tidak dapat lagi menggerakkan tungkai kanannya, tungkai
kiri dan anggota gerak atas tidak ada keluhan. Riwayat sakit kepala, muntah, lupa dengan kejadian lama serta keluar darah dari
hidung/telinga tidak ada. Pasien langsung dibawa ke puskesmas dan dilakukan pemasangan spalk lalu dirujuk ke RSU Padang.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis, tekanan darah 130/70 mmHg,
denyut nadi 88x/menit, pernafasan 24x/menit, suhu 36,70C, glasgow coma scale (GCS) 15. Pada pemeriksaan lokalis pada regio
cruris dextra didapatkan pada pemeriksaan Look: didapatkan pemendekan, bengkak, deformitas, angulasi ke lateral, kulit utuh
(tidak terdapat luka robek). Pada pemeriksaan Feel: didapatkan nyeri tekan, pulsasi distal teraba, sensibilitas normal. Pada
pemeriksaan Movement: didapatkan nyeri gerak aktif, nyeri gerak pasif, range of motion (ROM) sulit dinilai, krepitasi tidak
dilakukan. Pada pemeriksaan Neuro vascular distal (NVD) didapatkan A. Dorsalis pedis teraba, capillary refill time (CRT) kurang
dari 2 detik, dan sensibilitas normal.
Dari pemeriksaan foto rontgen regio femur dextra AP lateral didapatkan fraktur komplit pada femur dekstra 1/3 tengah dengan
aligment dan aposisi buruk. Kemudian pasien diberikan terapi asam mefenamat 500 mg 3x1 tablet dan amoxicillin 500 mg 3x1
tablet, pemasangan spalk ulang dan direncanakan untuk pemasangan internal fiksasi.
MEKANISME TERJADINYA FRAKTUR PADA NN. A

Ketika terjadi fraktur pada sebuah tulang, maka periosterium serta pembuluh darah didalam korteks, dan jaringan lunak
disekitarnya akan mengalami disrupsi. Hematoma akan terbentuk diantara kedua ujung patahan tulang serta dibawah
periosterum, dan akhirnya jaringan granulasi menggantikan hematoma tersebut. Kerusakan jaringan tulang memicu
respons inflamasi intensif yang menyebabkan sel-sel dari jaringan lunak disekitarnya serta akan menginvasi daerah
fraktur dan aliran darah keseluruh tulang akan mengalami peningkatan. Sel-sel osteoblast didalam periosteum, dan
endosteum akan memproduksi osteoid (tulang muda dari jaringan kolagen yang belum mengalami klasifikasi, yang juga
disebut kalus). Osteoid ini akan mengeras disepanjang permukaan luar korpus tulang dan pada kedua ujung patahan
tulang. Sel-sel osteoklast mereabsorpsi material dari tulang yang terbentuk sebelumnya dan sel-sel osteoblast
membangun kembali tulang tersebut. Kemudian osteoblast mengadakan transformasi menjadi osteosit (sel-sel tulang
yang matur), (Kowalak, P Jennifer, 2012).
APAKAH PASIEN MENGALAMI CEDERA KEPALA, ATAU GANGGUAN
NEUROLOGIS, JELASKAN BERDASARKAN DATA YANG TERDAPAT KASUS

Iya, karena akibat kecelakaan lalu lintas tersebut, pasien dapat dikatakan mengalami cedera kepala ringan yang di tandai
dengan kehilangan kesadaran selama beberapa menit, kemudian pasien mengalami sakit kepala, mual, dan mengalami
kesulitan dalam mengingat sesuatu
KELOMPOKKAN PENGKAJIAN KESEHATAN DAN DATA TAMBAHAN YANG
HARUS DIKAJI LEBIH LANJUT OLEH PERAWAT DALAM MERUMUSKAN
ASUHAN KEPERAWATAN.

a. Pola kesehatan fungsional Gordon


1) Pola presepsi kesehatan
Pada kasus fraktur akan timbul ketidaktahuan atau keterlambtan akan terjadinya kecacatan pada dirinya
dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan tulangnya.
2) Pola nutrisi metabolic
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisikebutuhan sehari-harinya seperti kalsium, zat besi,
protein, vit. C dan lainnya untuk membantu proses penyembuhan tulang.
3) Pola eliminasi
Dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola eliminasi alvi. Sedangkan pada pola
eliminasi uri dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada
kesulitan atau tidak.
4) Pola aktivitas-latihan
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan
kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas
klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain.
5) Pola istirahat dan tidur
Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur
6) Pola kognitif perseptual
Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul
gangguan. begitu juga pada kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.
7) Pola persepsi diri
Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul Ketidaktahuan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa cemas, rasa
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah (gangguan body
image)
8) Pola peran-hubungan
Klien tidak memiliki kesulitan hubungan dalam keluarga, bila memiliki masalah klien meminta bantuan kepada ayah atau
ibunya.
9) Pola seksual-reproduksi
Klien belum menikah, klien sudah disunat, klien mengerti tentang kondisi dan fungsi seksualnya
10) Pola koping toleransi stress
a) Dalam mengambil keputusan, klien selalu meminta pendapat kepada orang tuanya atau dengan cara musyawarah dalam
keluarga.
b) Bila menghadapi suatu masalah, klien selalu bercerita dengan orang tuanya atau dengan teman terdekatnya.
c) Upaya klien dalam mengatasi masalahnya yaitu klien berusaha untuk mencapai kesembuhannya dengan melakukan
checking secara rutin dan tidak menentang apa yang diinstruksikan dokter atau perawat.
11) Pola nilai kepercayaan
Untuk klien fraktur tidak dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik terutama frekuensi dan konsentrasi. Hal ini
bisa disebabkan karena nyeri dan keterbatasan gerak klien.
ANALISA DATA DAN TENTUKAN DIAGNOSE KEPERAWATAN
PADA NN. A
Data Penyebab Masalah
Ds : Agen cedera fisik Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri pada tungkai /trauma Diagnosa keperawatan:
kanan 1. Nyeri akut bd agen cedera fisik dd mengeluh
Do : nyeri,tampak meringis
Pasien tampak meringis dengan skala 2. Gangguan mobilitas fisik bd kerusakan
nyeri 6 integritas struktur tulang dd mengeluh sulit
menggerakkan ekstremitas,nyeri saat
Ds : Kerusakan integritas Gangguan mobilitas
bergerak,gerakan terbatas.
 Pasien mengeluhkan tungkai struktur tulang fisik
kanan tidak dapat digerakkan
 Nyeri saat bergerak aktif maupun
pasif
Do :
 ROM sulit untuk dinilai
 Gerakan terbatas
Standar Luaran Dan Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI 2. Gangguan mobilitas fisik bd Setelah dilakukan tindakan Terapi latihan
KEPERAWATAN kerusakan integritas keperawatan selama ....x24 jam, 1. Jelaskan pada pasien atau
struktur tulang dd mengeluh diharapkan masalah gangguan keluarga manfaat dan
1. Nyeri akut bd agen cedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
sulit menggerakkan mobilitas fisik klien dapat tujuan melakukan latihan
fisik dd mengeluh keperawatan selama ....x24 jam, 1. Monitor tanda-tanda vital
ekstremitas,nyeri saat teratasi. sendi
nyeri,tampak meringis diharapkan masalah nyeri akut 2. Lakukan pengkajian
bergerak,gerakan terbatas. 2. Monitor lokasi dan
pasien dapat teratasi. komprehensif yang Kriteria Hasil :
  kecenderungan adanya
meliputi lokasi,  
Tingkat nyeri 1. Kemampuan mobilitas nyeri dan
karakteristik, onset/durasi, pasien meningkat ketidaknyamanan selama
Kriteria hasil: frekuensi, kualitas, 2. Pasien mampu beraktivitas.
intensitas atau beratnya beraktivitas secara 3. Dukung latihan ROM
- Skala nyeri berkurang
nyeri dan factor pencetus bertahap aktif ,sesuai jadwal yang
- Ekperesi wajah santai dan
3. Pasien tidak takut untuk terencana dan teratur
3. Dorong pasien untuk
tenang bergerak 4. Lakukan latihan ROM
memonitor nyeri dan
- Pasien tampak rileks   pasif atau ROM dengan
menangani nyeri dengan
- Tanda-tanda vital dalam bantuan sesuai indikasi
tepat
batas normal 5. Instruksikan pasien atau
4. Ajarkan penggunaan keluarga cara melakukan
 
teknik non farmakologi ROM pasif ,ROM dengan
(seperti,biofeedback, bantuan, atau ROM aktif
TENS, hypnosis, 6. Dukung pasien untuk

relaksasi, bimbingan melihat gerakan tubuh


sebelum memulai latihan
antisipasif, terapi music
teapi bermain)
 
THANKS

Anda mungkin juga menyukai