Anda di halaman 1dari 9

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan, secara

garis besar terdapat 2 jenis pelayanan kesehatan yaitu :


1. Pelayanan Preventif dan Promotif
Pelayanan preventif dan promotif adalah pelayanan bagi kelompok masyarakat
yang sehat, agar kelompok ini tetap sehat dan bahkan meningkat status kesehatannya.
Pada dasarnya pelayanan ini di lakukan oleh kelompok profesi kesehatan masyarakat.
Preventif (pencegahan) adalah mencegah jangan sampai terkena penyakit atau
menjaga orang yang sehat agar tetap sehat. Misalnya yang paling sederhana
melakukan cuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar akan mencegah
terjadinya penyakit diare. Sedangkan promotif (peningkatan) adalah meningkatkan
agar status kesehatan menjadi semakin meningkat, misalnya pemberian inisiasi
menyusui dini (IMD) dan ASI eksklusif yang saat membantu meningkatkan
kekebalan terhadap penyakit karena kolostrum dan zat-zat gizi yang terkandung
dalam ASI, sehingga anak tidak mudah terkena penyakit.
2. Pelayanan Kuratif dan Rehabilitative
Pelayanan kuratif dan rehabilitative adalah pelayanan kesehatan masyarakat
yang sakit, agar kelompok ini sembuh dari sakit dan menjadi pulih kesehatannya.
Pada prinsipnya pelayanan jenis ini di lakukan kelompok profesi kedokteran.
Kuratif (pengobatan) digunakan untuk orang-orang sakit atau dengan kata
yang lebih mudahnya kuratif adalah nama lain dari proses menyembuhkan seseorang
dari keadaan pneumonia tentu membutuhkan pengobatan antibiotik. Penyakit ini akan
mengganggu tumbuh kembang balita tersebut. Balita tidak suka makan makanan yang
mungkin berakibat pada penurunan status gizi balita. Sedangkan rehabilitative
(pemulihan) adalah proses menjaga agar seseorang yang sudah sembuh (belum 100%
sembuh) kembali bugar seperti semula. Misalnya untuk balita sakit pneumonia
membutuhkan asupan gizi yang adekuat terutama protein untuk proses penyembuhan
serta pemulihan dari penyakitnya. Balita yang sering sakit akan mengalami hambatan
dalam tumbuh kembangnya.
Aspek kuratif dan rehabilitative lebih mudah untuk di terapkan (terutama pada
orang sakit yang tidak memiliki banyak pilihan). Kebanyakan orang kalau sudah
menderita sakit akan patuh pada aturan yang di sampaikan oleh petugas kesehatan
(Dokter, bidan, perawat, ahli gizi,dll). Hasil dari pelayanan kuratif dan preventif juga
lebih cepat disarankan oleh klien apabila mentaati semua nasehat termasuk tindakan
medis, dan perawatan yang diberikan. Sedangkan aspek preventif dan promotif lebih
sukar untuk di terapkan karena hasil yang di dapat bersifat long term (jangka panjang)
sehingga tidak bisa langsung diambil manfaatnya dan biasanya orang-orang lebih
senang untuk melihat hasil yang cepat. Misalnya pasien malaria akan mudah
dinasehati apabila dia menderita malaria daripada saat dia sehat.
RUANG LINGKUP BERDASARKAN ASPEK KESEHATAN
Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mancakup 4 aspek pokok,
yakni: promotif, preventive, kuratif, dan rehabilitative. Sedangkan ahli lainnya
menjadi dua aspek :
1. Promosi kesehatan pada aspek promotif
2. Promosi kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan
a) Pencegahan tingkat pertama (Primary preventation)
b) Pencegahan tingkat kedua (Secondary preventation)
c) Pencegahan tingkat tiga (Tertiary prevention)

UPAYA PROMOTIF
Upaya promotif adalah upaya promosi kesehatan yang ditunjukan untuk
meningkatkan status/derajat kesehatan yang optimal. Sasarannya adalah kelompok
orang sehat. Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu meningkatkan
kesehatannya. Dalam suatu survei di negara-negara berkembang, dalam suatu
populasi hanya terdapat anatara 80-85% orang yang benar-benar sehat.
Apabila kelompok ini tidak memperoleh promosi kesehatan bagaimana
memelihara kesehatan, maka kelompok ini akan menurun jumlahnya, dan kelompok
orang yang sakit akan meningkat.
Upaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan secara promotive sangat penting
untuk mengurangi AKI, AKA, dan AKB. Pendekatan pemeliharaan pada ibu hamil
merupakan upaya kesehatan yang pari purna dan berkesinambungan melalui upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventive), dimulai sejak awal
kehamilan sampai dekat persalinan, diteruskan oleh upaya penyembuhan (kuratif)
sebagai pertolongan persalinan yang memadai sesuai dengan tingkat risikonya, dan
pemulihan kesehatan (rehabilitative) dengan masa nifas, laktasi/ pemberian ASI dan
Keluarga Berencana (KB). Upaya pemeliharaan kesehatan ibu hamil dilakukan
berbasis keluarga, sejak awal kepada suami dan keluarga perlu di berikan informasi
mengenai kondisi ibu hamil. Lingkup promosi kesehatan dalam praktek kebianan
menurut praktek kebidanan menurut sasarannya :
a) Bayi
b) Anak balita
c) Remaja
d) Ibu hamil
e) Ibu bersalin
f) Ibu nifas
g) Ibu menyusui
h) PUS/WUS
i) Klimakterium/menopause
Upaya promotif dalam praktek kebidanan pada ibu hamil adalah dengan
mencegah adanya anemia dalam kehamilan melalui penyuluhan-penyuluhan dan
kegiatan-kegiatan lain. Anemia dalam kehamilan maupun persalinan. Berbagai
penyulit dapat timbul akibat anemia seperti abortus, partus prematurus, syok, dll.
karena itulah usaha promotif dalam peningkatan gizi ibu hamil sangat dipentingkan
untuk mengurangi angka kehamilan dengan anemia untuk mengurangi angka
kematian ibu dan bayi. Adapun usaha promotifnya adalah dengan memberikan
penyuluhan kepada ibu hamil tetang pencegahan anemi dengan perbaikan gizi yaitu
dengan menjelaskan dan meginformasikan mengenai pola nutrisi yang baik bagi ibu
hamil untuk menungjang kesehatan ibu dan pertumbuhan janin yang baik.
Upaya promotif dalam praktik kebidanan pada ibu untuk anak tentang
pemberian imunisasi, yaitu menjelaskan mengenai keuntungan-keuntungan yang
didapat setelah pemberian imunisasi, serta bahaya apabila imunisasi tersebut tidak
diberikan. Selain itu juga menjelaskan mengenai gizi seimbang yang baik untuk di
berikan kepada anak guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang maksimal
serta menghindari teradinya gizi buruk pada anak. Penting usaha pelayanan kebidanan
promotif bagi bayi dan anak dengan berbagai upaya dengan penyuluhan, ataupun
kegiatan promotif lainnya agar angka gizi buruk dapat terus berkurang agar
pertumbuhan dan perkembangan anak dapat berlangsung dengan baik. Adapun usaha
promotifnya adalah dapat berupa penyuluhan ataupun kegiatan lainnya yang biasa
dilakukan di posyandu-posyandu bayi dan balita. Contoh upaya promotif yang
dilakukan dalam pelayanan kebidanan :
a) Melakukan penyuluhan untuk memberikan informasi pada ibu tentang pemenuhan
dan peningkatan gizi bayi dan balita pada usianya.
b) Memberikan informasi tentang imunisasi pada ibu-ibu yang memiliki bayi,
informasi tersebut meliputi manfaat, efek samping, jenis-jenis imunisasi dan
akibat jika tidak dilakukan imunisasi pada bayi
c) Melakukan penyuluhan untuk memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh
kembang balita pada ibu-ibu yang memiliki balita
d) Pemeriksaan kesehatan reproduksi pada usia pra-nikah untuk mengetahui keadaan
organ reproduksinya
e) Penyuluhan tentang ibu hamil
f) Penyuluhan tentang gizi pada ibu hamil karena selama kehamilan ibu mengalami
peningkatan kebutuhan gizi dan harus memenuhi gizi tersebut.
g) Pemberian informasi tentang tanda bahaya dalam kehamilan pada ibu hamil agar
ibu hamil segera memeriksakan diri jika mengalami salah satu tanda tersebut
h) Memberikan informasi tentang perawatan payudara pada ibu hamil sebagai
persiapan untuk masa laktasi nantinya
i) Memberikan informasi tentang persalinan dan kebutuhan selama persalinan
j) Memberikan informasi tentang kebutuhan ibu nifas seperti kebutuhan gizi,
kebutuhan personal hygine, perawatan bayi, dll.
k) Memberikan informasi tentang diet tang tepat pada masa lansia
l) Memberikan informasi tentang menopause pada lansia
m) Memberikan informasi tentang pentingnya olahraga dan istirahat yang cukup pada
masa lansia
n) Memberikan promosi kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu yang
baru melahirkan
UPAYA PREFENTIF
Upaya preventive adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah teradinya
penyakit. Bentuk kegiatannya adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, postnatal
dan neonatal. Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok masyarakat
yang berisiko tinggi, misalnya kelompok ibu hamil danmenyusui, BBL, para perkok,
obesitas, para pekerja seks, dsb. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini
adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau terkena penyakit. Upaya preventif adalah
sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terhadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin yaitu pravenire yang
artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu.
Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara sengaja di
lakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau kerugian bagi
seseorang atau masyarakat. Contoh upaya reventif yang di lakukan dalam pelayanan
kebidanan :
a) Imunisasi terhadap bayi dan anak balita serta ibu hamil
b) Pemeriksaan kasehatan secaraberkala(balita, bumil, remaja, lansia,dll) melalui
posyandu, puskesmas, maupun kunjungan rumah
c) Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita
d) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, maupun dirumah
e) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui
f) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dan remaja agar terhidar dari anemia
g) Mobilisasi tubuh pada ibu hamil untuk mengatasi kekakuan dan melancarkan
sirkulasi ibu
h) Pencegahan terjadinya komplikasi pada saat persalinan
i) Pemeriksaan secara rutin dan berkala pada lansia

UPAYA KURATIF
Upaya kuratif adalah upaya promosi kesehatan untuk mencegah penyakit
menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah kelompok orang sakit
(pasien) terutama penyakit kronis seperti asma, DM, TBC, rematik, hipertensi, dll.
tujuannya kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah. Bentuk
kegiatannya adalah pengobatan.
Upaya kuratif pada umumnya dilakukan terhadap sasaran secara individual,
kontak terhadap sasaran(pasien) pada umumnya hanya sekali saja. Jarak anatara
petugas kesehatan dengan pasien atau sasaran cenderug jauh. Umumnya hanya
menunggu masalah datang. Seperti misalnya dokter yang menunggu pasien datang di
puskesmas atau tempat praktek. Kalau tidak ada pasien datang, berarti tidak ada
masalah, maka selesailah tugas mereka, bahwa masalah kesehatan adalah adanya
penyakit. Upaya kuratif cenderung melihat dan menangani klien atau pasien lebih
kepada sistem biologis manusia terdiri dari kesehatan bio-psikologis dan sosial yang
terlihat antara aspek satu dengan yang lainnya.
Program kesehatan yang menekankan upaya kuratif adalah “Helath program
for survival”. Upaya kesehatan dalam pelayanan kebidanan melalui kuratif.
UPAYA REHABILITATIF
Upaya rehabilitatif adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan
memulihkan kondisi menengah kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang
baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan.
Contoh upaya rehabilitatif dalam kebidanan :
a) Pemulihan keadaan pasca sakit pada bayi dan balita
b) Latihan fisik yang tepat, teratur dan rutin pada remaja pasca sakit sebagai usaha
pemeliharaan kesehatan
c) Istirahat yang cukup dan pengaturan diet yang tepat pada ibu hamil pasca sakit
d) Mobilisasi dini pada ibu pasca bersalin sebagai pemulihan dengan cara ibu
mengubah posisi dan berjalan-jalan sekurang-kurangnya 6 jam setelah melahirkan
e) Latihan fisik pada ibu pasca bersalin, seperti melakukan senam nifas atau senam
kegel untuk membantu pemulihan alat kandungan ibu setelah melahirkan.
f) Pemenuhan gizi pada ibu nifas
g) Ruang lingkup berdasarkan tingkat pelayanan
Pencegahan penyakit dalam 5 tingkatan yang dapat di lakukan pada masa
sebelum sakit dan pada masa sakit. Leavell dan clark dalam bukunya “Preventive
Medicine for the doctor in his Community” usaha-usaha pencegahan itu adalah :
a) Masa sebelum sakit
1. Mempertinggi nilai kesehatan
2. Memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit
b) Pada masa sakit
1. Mengenal dan mengetahui jenis pada tingkat awal, serta mengadakan
pengobatan yang tepat dan segera.
2. Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk menghilangkan gangguan
kemampuan bekerja yang diakibatkan sesuatu penyakit
3. Rehabilitasi

a) Masa Sebelum Sakit


1. Promosi kesehatan (Healt promotion)
Tingkat pencegahan yang pertama, yaitu promotion of the health oleh
para ahli kesehatan masyarkat di Indonesia di terjemahkan menjadi
peningkatan kesehatan, bukan promosi kesehatan, hal ini dikarenakan makna
yang terkandung dalam istilah promtion on the health disini adalah
meningkatkan kesehatan seseorang, yaitu melalui asupan gizi seimbang, olah
raga teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, tidak
terserang penyakit.
Namun demikian, bukan berarti bahwa peningkatan kesehatan tidak
ada hubungannya dengan promosi kesehatan. Leavell dan Clark dalam
penjelasannya tentang promotion of the health menyatakan bahwa selain
melalui peningkatan gizi dan lain-lain, peningkatan kesehatan juga dapat di
lakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada individu dan
masyarakat.
Usaha ini merupakan pelayanan terhadap pemeliharaan kesehatan pada
umumnya. Menurut Machfoedz Ireham dalam bukunya Pendidikan Kesehatan
Bagian dari Promosi Kesehatan, usaha untuk mempertinggi nilai kesehatan
diantaranya :
- Penyediaan makanan sehat cukup kualitas maupun rutinitas
- Perbaikan Hygine dan Sanitasi Lingkungan
- Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
- Pendidikan kesehatan pada masyarakat
Peran bidan dalam promosi kesehatan :
1. Memberikan penyuluhan kepada individu dan masyarakat tentang asupan
makanan yang bergizi
2. Melakukan penyuluhan dan usaha perbaikan sanitasi lingkungan dengan
mengikutsertakan tokoh masyarakat dan masyarakat di dalam kegiatan tsb.
3. Memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada individu,
keluarga dan masyarakat. Pengertian dari pelayanan kesehatan maksimal
menurut Supriyasa(2010) adalah pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
meliputi aspek promotif, preventinf, kuratif, dan rehabilitatif dengan
berdasarkan pada UU No.44 pasal 1 tahun 2009 tentang Rumas Sakit
4. Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga dan
masyarakat

2. Perlindungan Khusus
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan di perlukan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat, misalnya tentang :
- Program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus
- Penggunaan kondom untuk mencegah penyakit HIV/AIDS
- Perlindungan kecelakaan baikdi tempat umum maupun di tempat kerja
- Perlindungan terhadap korban penganiayaan, pelecehan seksual dan
diskriminasi terhadap hak reproduksi wanita, tidakan kekerasan pada anak
maupun wanita.
Peran bidan dalam perlindungan khusus :
1. Memberikan imunisasi kepada bayi dan balita serta memberikan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pemberian imunisasi
2. Memberikan penyuluhan penggunaan alat kontrasepsi serta kondom untuk
perlindungan dari penyakit menular seksual

b) Masa Saat Sakit


1. Diagnosis dini dan pengobatan segera. Tujuan utama dari usaha ini adalah:
- Pengobatan yang setepat-tepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga
tercapai penyembuhan yang sempurna
- Pencegahan penularan kepada orang lain, bila penyakitnya menular
- Mencegah terjadinya kececatan yang diakibatkan oleh suatu penyakit
Beberapa usaha yang dilakukan, yaitu :
a) Case Finding
Yaitu mencari penderita dimasyarakat dengan jalan pemeriksaan,
misalnya pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan pap smear, dsb. serta
memberikan pengobatan
b) Contact tracting
Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita
penyakit yang menular dan penyakit infeksi untuk diawasi bila penyakit
menular bila penyakit timbul dapat segera diberikan pengobatan, misalnya
pada wanita yang menderita penyakit menular seksual seperti gonorhoe,
sipilis, hepatitis B, HIV/AIDS, dll.pasangan diperiksa dan diberi
pengobatan agar penyakitnya tersebut dapat sembuh
c) Pendidikan kesehatan pada masyarakat kepada masyarakat agar dapat
mengenal gejala penyakit pada tingkat awal dan segera mencari
pengobatan.
Masyarakat perlu mengetahui dan menyadari bahaya penyakit kelainan
untuk dirinya, keluarga dan keturunannya. Agar mereka menyadari penularan
penyakit kelamin tersebut maka mereka yang telah berbuat segera
memeriksakan dirinya untuk segera diobati.
Masyarakat perlu menyadari bahwa berhasil atau tidaknya usaha
pengobatan hanya tergantung pada baiknya obat serta keahlian tenaga
kesehatan, melainkan juga tergantung pada kapan pengobatan itu diberikan.
Pengobatan yang lambat akan menyebakan usaha penyembuhan lebih sulit
bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi misalnya pengobatan kanker yang
terlambat (Suryani,dkk . 2009)
Peran bidan dalam usaha diagnosis dini dan pengobatan segera :
- Melaksakan program pemeriksaan gratis di wilayah desa dengan
mengikutsertakan tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan lainnya.
- Memberikan penyuluhan pentingnya dilakukan diagnosis dini
- Melaksanakan program pemeriksaan papsmear, IVA
- Memberikan pelatihan pada masyarakat khususnya wanita dalam
melakukan pemeriksaan SADARI
- Segera melakukan rujukan atau kolaborasi apabila menemui penderita
yang mengalami penyakit berbahaya atau komplikasi

1. Disability Limitation (Pembatasan kecacatan dan berusaha untuk


menghilangkan gangguan kemampuan bekerja yang diakibatkan suatu
masalah kesehatan dan penyakit)
Usaha ini merupakan lanjutan dari usaha Early Diagnosis And
Promotif Treatment yaitu dengan pengobatan dan perawatan yang
sempurna agar penderita sembuh kembali dan tidak cacat (tidak terjadi
komplikasi). Bila sudah terjadi kecacatan maka dicegah agar kecacatan
tersebut tidak bertambah berat dan fungsi dari alat tubuh yang cacat ini
dipertahankan semaksimal mungkin. Beberapa usaha diantaranya :
- Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
- Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan dengan melakukan
pemeriksaan lanjut yang lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan penunjang lainnya agar penderita dapat sembuh dengan baik
dan sempurna tanpa ada komplikasi lanjut.
Peran bidan dalam usaha Disalibility Limitation :
1. Memberikan pengobatan dan perawatan agar penderita sembuh dan tidak
terjadi komplikasi
2. Melakukan pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan
3. Melakukan perbaikan fasilitas kesehatan dengan mengikutsertakan
masyarakat sebagai penunjang untuk dimungkinkan pengobatan dan
perawatan yang lebih intensif.

Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat
yang berguna untuk dirinya dan masayarakat.
Rehabilitasi ini terdiri atas :
1. Rehabilitasi fisik
Yaitu agar bekas penderita memperoleh perbaikan fisik semaksimal-
maksimalnya. Misalnya, seseorang yang karena kecelakaan, patah
kakinya, perlu mendapatkan rehabilitasi dari kaki yang patah ini yaitu
dengan mempergunakan kaki buatan yang fungsinya sama dengan kaki
sesungguhnya.
2. Rehabilitasi mental
Yaitu agar bekas penderita dapat menyesuaikan diri dalam hubungan
perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali denan bersamaan
dengan terjadinya cacat badaniah muncul pula kelainan-kelainan atau
gangguan mental. Untuk hal ini bekas penderita perlu mendapatkan
bimbingan kejiwaan sebelu kembali ke dalam masyarakat.
3. Rehabilitasi social vokasioanl
Yaitu agar bekas penderita menempati suatu pekerjaan/jabatan dalam
masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksila-maksimalnya sesuai
dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
4. Rehabilitasi acsthetis
Usaha rehabilitasi acsthetis perlu dilakukan untuk mengembalikan rasa
keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu
sendiri tidak dapat dikembalikan misalnya: penggunaan mata palsu
(Suyati,dkk.2009)
Peran bidan dalam rehabilitasi
1. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan
memberikan dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk
bertahan
2. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita
yang telah cacat mampu mempertahankan diri
3. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan
seseorang setelah ia sembuh dari suatu penyakit
4. Memberikan konseling pada penderita kecacatan agar tetap berseamangat
dalam memulihkan kesehatan
5. Memberikan keyakinan dala kesmbuhan, serta menumbuhkan kepercayaan
diri untuk bersosialisasi dengan masyarakat memberi penyuluhan kepada
masyarakat agara dapat menerima pasien sama seperti individu normal
lainnya
6. Memberikan pendidikan kesehatan agar hal yang lebih buruk tidak terjadi
pada kesehatan pasien (Sindiariyani. 2011)

Anda mungkin juga menyukai