PRODI D3 KEBIDANAN
DESEMBER 2018
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul makalah faktor-faktor yang mempengaruhi masa nifas dan
menyusui ini dengan baik.
Makalah ini berisi tentang pengertian masa nifas, menyusui dan faktor – faktor
yang mempengaruhi masa nifas dan menyusui. Makalah ini bertujuan untuk
mengasah keterampilan pembaca, selain itu juga untuk menambah wawasan
tentang pengetahuan bahasa secara luas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena itu
penulis amat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
makalah ini selanjutnya.
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar kemudian lepas dari rahim,
sampai enam minggu kemudian disertai denan pulihnya kembali alat-alat
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lainnya yang
berkaitan dengan persalinan. Pada masa nifas ini ibu akan mendapati beberapa
perubahan pada tubuh maupun emosi. Bagi yang belum mengetahui hal ini tentu
akan merasa khawatir akan perubahan yang terjadi, oleh sebab itu penting bagi ibu
memahami apa saja perubahan yang terjadi agar dapat menangani dan mengenali
tanda bahaya secara dini.
BAB II
PEMBAHASAN
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai
pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan semula sebelum hamil
yang berlangsung 6 minggu (40 hari) (Nurliana,2014 ).
Masa nifas adalah masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal (Nugroho,2014).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari pemulihan
kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Sofian,2011).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah pesalianan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Tujuan tersebut adalah :
Ada juga peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas adalah :
Menyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari
payudara dengan seefisien mungkin dan ibu belajar cara menyusui dengan
senyaman mungkin (Nugroho, 2014).
Menyusui adalah suatu proses alamiah, berjuta-juta ibu di seluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI. Bahkan ibu yang
buta huruf sekalipun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian,
dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah
selalu mudah.
Seiring dengan perubahan zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedemikian pesat, pengetahuan lama yang mendasar seperti
menyusui justru terkadang terlupakan. Padahal, kehilangan pengetahuan tentang
menyusui berarti kehilangan besar, karena menyusui adalah pengetahuan yang
selama berjuta-juta tahun mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kehidupan manusia (Roesli, 2002).
A. Faktor Fisik
Kegiatan ibu selama persalinan dan masa nifas sangat menguras tenaga. Oleh
karena itu, ibu akan sangat membutuhkan bantuan dari orang-orang terdekatnya,
karena ia belum sepenuhnya berada pada kondisi stabil.
7
Adapun beberapa pengaruh faktor fisik pada masa nifas dan menyusui, antara
lain:
1. Rahim
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi, sehingga penyebabkan mengendurnya organ ini bahkan
robekan yang memerlukan penjahitan, namun akan pulih setelah 2-3 pekan
(tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan). Jaga kebersihan daerah
kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa
perih, panas, merah dan terdapat nanah).
Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban,
berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur
berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar
cairan bening di akhir masa nifas.
4. Payudara
Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini
menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah
lahir (walaupun ASI belum keluar). Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi
kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti
body, dan protein.
5. Sistem perkemihan
Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir
nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala
8
bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang
rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat
menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan.
6. Sistem pencernaan
Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya
fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar).
Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini
kemungkinan karena kesalahan cara mengejan saat bersalin juga karena sembelit
berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan.
7. Peredaran darah
Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keping
darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan
jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 pekan.
Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari
bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air
kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil.
9. Suhu badan
Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan
kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan
sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain.
B. Faktor Psikologis
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
megakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses eksplorasi dan asimilasi terhadap
bayinya, berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang
diperlukan tentang apa yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan
9
merasa tanggung jawab yang luar biasa sekarang untuk menjadi seorang “Ibu”. Ia
mungkin juga merasa diabaikan jika perhatian keluarganya tiba-tiba berfokus pada
bayi yang baru saja dilahirkannya. Dan dapat memicu adanya baby blues. Kunci
untuk mendukung wanita dalam melalui periode ini adalah memberikan perhatian
dan dukungan yang baik baginya, serta keyakinan padanya bahwa ia adalah orang
yang berarti bagi keluarga dan suami. Hal yang terpenting, berikan kesempatan
untuk beristirahat yang cukup. Selain itu, dukungan positif atas keberhasilannya
menjadi orang tua dari bayi yang baru lahir dapat membantu memulihkan
kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
Adapun beberapa pengaruh psikologi pada masa nifas dan menyusui, antara lain:
1. Perubahan peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran
anak.Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka
sejak masa kehamilan.Perubahan peran ini semakin meningkat setelah
kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan dan asuhan sudah mulai diberikan
oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam kandungan adalah dengan
cara memelihara kesehatannya selama masih hamil, memperhatikan makanan
dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan sebagainya.
Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan
tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku.
Perubahan tingkah laku ini akan terus berkembang dan selalu mengalami
perubahan sejalan dengan perkembangan waktu cenderung mengikuti suatu
arah yang bisa diramalkan.
Pada awalnya, orang tua belajar mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar
mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan dan sebagainya. Orang tua juga
belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih sayang, perhatian,
makanan, sosialisasi dan perlindungan.
Periode berikutnya adalah proses menyatunya bayi dengan keluarga sebagai
satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini menyangkut peran negosiasi
(suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
10
C. Faktor Lingkungan
Dalam masa nifas lingkungan sangat berpengaruh didalamnya, karena
dapat membentuk adanya kebiasaan yang merugikan kesehatannya atau
bahkan baik untuk kesehatannya. Itu dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pemahaman dari setiap ibu dan juga keluarganya. Lingkungan disekitar
kita akan berubah selama kita hidup. Dan ibu harus bisa menyesuaikan
dengan lingkungan, ini dapat mempengaruhi ibu dalam menjalankan masa
nifas serta dalam perawatan bayinya.
11
D. Faktor Sosial
Ibu nifas yang pertama kali melahirkan mempunyai kebutuhan yang
berbeda dibanding ibu-ibu nifas yang telah melahirkan sebelumnya. Ibu-
ibu nifas yang pertama kali melahirkan membutuhkan lebih banyak
support dan tindakan lanjut terhadap perannya sebagai orang tua, termasuk
sumber pendukung dari lingkungannya. Pengalaman juga merupakan
bagian dari faktor sosial ini. Depresi pascasalin ini lebih banyak
ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang
ibu dan semua yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi baru
bagi dirinya yang dapat menimbulkan stres. Perempuan dengan multipara,
ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya terhadap
perannya sebagai ibu. Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu beratnya ia
harus berjuang untuk melahirkan dan mengasuh bayinya dan hal itu akan
memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa.
E. Faktor Budaya
Adanya adat istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikit
banyak akan mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi
ini. Apalagi jika ada hal yang tidak sinkron antara arahan dari tenaga
kesehatan dengan budaya yang dianut. Di antara kebudayaan maupun
adat-istiadat dalam masyarakat ada yang menguntungkan, ada pula yang
merugikan. Dalam hal ini, bidan harus bijaksana dalam menyikapi, namun
tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus diberikan. Keterlibatan
keluarga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan keperawatan
yang harus diberikan pada ibu dan bayi akan memudahkan bidan dalam
pemberian asuhan.
F. Faktor Ekonomi
Orang tua yang mempunyai kondisi ekonomi rendah lebih sulit dengan
kelahiran masing-masing anak dan yang tidak menggunakan KB efektif,
mungkin menemukan komplikasi pada proses persalinan. Keluarga dengan
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasentasampai pemulihan kembali alat-alat reproduksi seperti keadaan
semula sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu (40 hari). Munyusui
adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari
payudara dengan seefisien mungkindan ibu belajar cara menyusui dengan
senyaman mungkin. Faktor fisik, psikologi, budaya, soaial, ekonomi dan
lingkungan ternyata sangat berpengaruh terhadap ibu nifas dengan adanya
masa transisi. Jadi, perlu dukungan dari keluarga disekitarnya. Di
Indonesia, kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan
yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga
kepercayaan ibu nifas benar adanya. Namun, ada juga yang sama sekali
tidak membawa dampak positif.
3.2 SARAN
Masih banyak kebudayaan di tengah-tengah masyarakat. Perlu dilakukan
pengawasan khusus agar kebudayaan tersebut memberikan dampak positif.
Dan berikan dukungan yang penuh untuk ibu nifas agar dapat membantu
memulihkan kepercayaan diri terhadap kemampuannya.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dahlah, A.Kasrida. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Malang: Selaksa Media
Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika