Anda di halaman 1dari 54

A.

Tanggapan Kegiatan Promosi Kesehatan yang dilaksanakan pada


pelayanan kesehatan secara umum saat ini
Promosi Kesehatan yang dilaksanakan pada pelayanan kesehatan saat ini
belum terselenggarakan secara maksimal, karena masih banyak masyarakat
yang tidak sadar akan kesehatan “Mencegah lebih baik dari mengobati “ juga
masih sebatas semboyan dan belum bisa menjadi sebuah landasan kesadaran
di masyarakat.
Hal-hal yang menghambat maksimalisasi saat ini adalah yang pertama,
karena tenaga kesehatan yang memiliki kesadaran akan pentingnya kegiatan
promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan masih sedikit, sehingga SDM
untuk melakukan promosi kesehatan seperti homecare, penyuluhan, dan
demonstrasi terutama di daerah-daerah terpencil. Terbatasnya tenaga
kesehatan ini berakibat pada banyak masyarakat yang tidak tersentuh oleh
promosi kesehatan. Yang kedua, banyak masyarakat terutama di daerah
terpencil masih banyak percaya kepada mitos. Contohnya, masih ada
masyarakat apabila sakit lebih baik dibawa ke dukun/orang pintar daripada
dibawa kepelayanan kesehatan. Pola fikir masyarakat yang dekat dengan
mitos, sering membuat masyarakat sulit menerima pendidikan kesehatan
yaang diberikan oleh para ahli kesehatan. Sehingga perlu saat ini bagi para
tenaga kesehatan untuk menciptakan sebuah metode pendidikan kesehatan
yang dikolaborasi dengan kepercayaan masyarakat maka lebih bisa diterima
penjelasan mengenai pendidikan kesehatan tersebut, karena untuk merubah
budaya juga tidak bisa secara revolusioner, namun harus perlahan.
Jadi intinya Promosi Kesehatan yang dilaksanakan pada pelayanan
kesehatan saat ini belum terselenggarakan secara maksimal bukan hanya
menyalahkan masyarakat, tetapi dari tenaga kesehatannya juga yang harus
bisa kreatif dan inovatif untuk menciptkana sebuah metode promosi
kesehatan sehingga adanya penerimaan dan ketertarikan dari masyarakat
untuk sadar akan pentingnya kesehatan.
B. Contoh Issue Kegiatan Promosi Kesehatan yang dilaksanakan pada
pelayanan kesehatan
Menurut yang kelompok kami temukan dari sebuah jurnal yang ditulis
oleh Mugeni Sugi Harto, ada contoh issue dalam program promosi kesehatan
pada pelayanan kesehatan, salah satunya adalah perbedaan Promosi kesehatan
pada pelayanan kesehatan di puskesmas Pedesaan dan perkotaan yang
mengakibatkan belum terselenggara secara maksimalnya kegiatan ini, yaitu
untuk puskesmas pedesaan pelayanannya lebih di arahkan untuk melayani
masyarakat dengan fokus kegiatan public goods (pelayanan kesehatan
masyarakat), sementara peskesmas perkotaan lebih mengutamakan medis
(kuratif), private goods (pelayanan kesehatan perorangan), karena masyarakat
perkotaan lebih menuntut kualitas pelayanan dan adanya persaingan antar unit
pelayanan kesehatan baik rumah sakit maupun klinik kesehaatan swasta. Dari
aspek penyelenggaraan progam kesehatan baik puskesmas perkotaan maupun
puskesmas pedesaan sama-sama melaksanakan kegiatan program PHBS,
Poskesdes, Forum Pembinaan Desa Siaga, dan UKBM, namun pada
puskesmas perkotaan sedikit yang menyelenggarakan kegiatannya, sementara
di pedesaan hampir semua menyelenggarakan kegiatannya. Hal ini karena
puskesmas perkotaan lebih dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bersifat kuratif (pengobatan) agar tidak ditinggalkan masyarakat
karena diperkotaan tersedia banyak pilihan untuk memperoleh pelayanan
kesehatan. Sedangkan didaerah pedesaan lebih diarahkan untuk melayani
masyarakat pedesaan dengan fokus kegiatan pelayanan kegiatan dasar.
Masyarakat pedesaan masih menjadikan puskesmas sebagai satu-satunya
tempat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang lengkap. Program
puskesmas khususnya pprogram promosi kesehatan berupa penyampaian
informasi atau pendidikan kesehatan yag bertujuan untuk meningkatkan
kemauan, kemampua, dan kesadaran hidup sehat masih lebih mudah diterima
masyarakat pedesaan.
C. Promosi Kesehatan Dalam Kesehatan Masyarakat
Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal
dari dalam diri manusia maupun faktor eksternal di luar diri manusia. Faktor
internal ini pun terdiri dari faktor fisik dan psikis. Demikian pula faktor
eksternal, terdiri dari berbagai faktor yang antar lain social, budaya
masyarakat, lingkungan fisik, politik,, ekonomi, pendidikan dan sebagainya.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan baik individu,
kelompok, masyarakat dikelompokkan menjadi 4 berturut-turut besarnya
pengaruh tersebut adalah sebagai berikut:
- (Lingkungan environment), yang mencakup lingkungan fisik, soaial,
budaya, politik, ekonomi dan sebgainya.
- (Perilaku behavior)
- (Pelayanan kesehatan health services)
- (Keturunan heredity)
Keempat faktor tersebut tidak berdiri sendiri tetapi masing-masing saling
mempengaruhi satu sama lain. Suatu promosi kesehatan dapat mempengaruhi
dari lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sedangkan keturunan
urang dalam pengaruh kesehatan karena itu sudah mendasar yang diwariskan
oleh keluarganya.
konsep promosi kesehatan
1.      PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN
Secara definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat
healyth promotion) mempunyai dua pengertian. Arti pertama adalah sebagian
dari tingkat pencegahan penyakit. Level and clerk, yang mengatakan adanya
4 tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan masyarakat, yaitu:
- Health Promotion peningkatan/proosi kesehatan)
- Specific protection perlindungan khusus melali imunisasi)
- Early diagnosis and prompt treatment diagnosis dini dan pengobatan
segera)
- Disability limitation membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)
- Rehabilitation pemulihan)
            Oleh sebab itu, promosi kesehatan dalam konteks ini adalah
peningkatan kesehatan. Sedangkan pengertian kedua, promosi kesehatan
adalah sebagai upaya memasarkan atau menjual kesehatan sehingga
masyarajat menerima atau mengenal dan merubah perilakunya sesuai dengan
apa yang dipromosikan. Selama ini pengetahuan tentang kesehatan sudah
cukup tinggi, namun perilaku-perilaku yang dilakukan oleh masyarakat
kaitannya dengan kesehatan tidak didasarkan pada pengetahuan yang
dipunyai. Pada jaman dahulu promosi kesehatan bernama pendidikan
kesehatan. Pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya yang terencana
untuk perubahan perilaku masyarakat sesuai dengan norma-normakesehatan,
maka promosi kesehatan tidak hanya mengupayakan perubahan perilaku saja,
namun perubahan lingkungan yang yang memfasilitasi perubahan perilaku
tersebut.
            Menurut Lowrence Green 184), promosi kesehatan adalah segala
bentuk kombinasi pendidikan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi,
politik, dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan
lingkungan dan perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Berdasarkan Piagam
Ottawa Ottawa Charter: 1-86), Promosi Kesehatan adalah upaya yang
dilakukan terhadap masyarakat sehingga mereka mau dan mampu untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Batasan promosi
kesehatan ini mencakup dua dimensi, yaitu kemauan dan kemampuan.
Batasan promosi kesehatn yang lain dirumuskan oleh Yayasan Kesehatn
Victoria Victorian Health Foundation-Australia, 1—7), yaitu bahwa promosi
kesehatan adalah suatu program perubahan perilaku masyarakat yang
menyeluruh, dalam konteks masyaraktnya. Bukan hanya perubahan perilaku
tetapi perubahan lingkungannya juga.
2.      PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU
Masalah Kesehatan masyarkat ditentukan oleh dua factor, yaitu factor
perilaku dan nonperilaku fisik, social, ekonomi, politik, dan sebgainya).
Promosi kesehatan sebagai pendakatan perilaku kesehatan, maka kegiatannya
tidak terlepas dari factor yang menentukan perilaku tersebut. Kegiatan
promosi kesehatan harus disesuaikan dengan determinan –faktor yang
mempengaruhi perilaku itu sendiri). Menurut Lowrence Green perilaku ini
ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu:
a)     Faktor Predisposisi –predisposisi factors), meliputi pengetahuan dan sikap
seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukan.
b)     Faktor Pemungkin –enabling factors), meliputi fasilitas , sarana, atau
prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat.
c)      Faktor Penguat –reinforcing factors), meliputi seseorang yang dihormati
atau disegani dapat mempengaruhi perilaku kesehatan karena masyarakat
akan meniru orang tersebut jika orang tersebut juga melakukan perilaku-
perilaku kesehatan yang mencerminkan dengan perilaku kesehatan.
            Berdasarkan 3 faktor determinan perilaku tersebut, maka kegiatan
promosi kesehatan sebagai pendekatan perilaku hendaknya diarajkan kepada
3 faktor tersebut:
- Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepaada factor predisposisi
adalah pemberian informasi atau pesan kesehatan dan penyuluhan
kesehatan.
- Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada factor pemungkin –
enabling) adalah memberdayakan masyarakat melalui pengorganisasian
atau pengembangan masyarakat.
- Kegiatan promosi kesehatan yang ditujukan kepada factor penguat –
reinforcing) adalah berupa pelatihan-pelatihan kepada para tokoh
masyarakat, baik formal maupun non formal.
Sasaran Promosi Kesehatan Pada Ibu Dan Anak
1. Sasaran Primer
Sasaran primer adalah individu, keluarga serta kelompok
masyarakat rentan yang mengalami masalah kesehatan. Contohnya: ibu,
suami, anak dan anggota keluarga yang lain.
2. Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah individu atau kelompok yang mempunyai
potensi mendukung penyelenggaraan promosi kesehatan di puskesmas,
lintas program/petugas kesehatan, kader, tokoh masyarakat, tokoh agama,
tokoh adat, PKK, kelompok-kelompok peduli kesehatan, media massa, dll.
3. Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah pengambil keputusan atau penentu kebijakan
yang menpunyai potensi memberikan dukungan kebijakan dan
sumberdaya terhadap penyelenggaraan promosi kesehatan. Contohnya:
Bupati, Walikota, RT, RW, Kepala Desa/Lurah, Camat, dll.

Isu yang Berhubungan dengan Sasaran Promosi Kesehatan Pada Ibu


Dan Anak
1. Kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah dalam kegiatan dan
pengadaan
media promosi KIA, pengadaan, distribusi dan penggunaan Buku KIA.
2. Kurangnya dukungan dari Pemerintah Daerah dalam pengadaan dan
pemerataan penempatan fasilitas dan tenaga kesehatan yang berkompeten
untuk memberikan pelayanan KIA terutama dalam penanganan
kegawatdaruratan.
3. Kurangnya komitmen dari stakeholder dalam pengarusutamaan gender
bidang KIA.
4. Kurangnya dukungan dari stakeholder dalam penggerakan masyarakat
untuk mengaktifkan Posyandu dalam mendukung KIA.
5. Kurangnya dukungan kebijakan tentang penempatan tenaga kesehatan
khusus yang mempunyai kompetensi promosi kesehatan di Puskesmas.
6. Kurangnya dukungan stakeholder tentang kemitraan bidan dan dukun
dalam meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan.
7. Kurangnya kemampuan petugas kesehatan dalam melakukan kemitraan,
intervensi perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat.
8. Kurangnya keterpaduan, koordinasi dan sinkronisasi sumber daya dalam
melaksanakan program kesehatan ibu dan anak.
9. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi
Tablet Tambah Darah pada ibu hamil dan remaja putri.
10. Kurangnya pemahaman petugas kesehatan dan masyarakat tentang
pentingnya pemberian Imunisasi Hepatitis B pada bayi umur 0-7 hari
(HB0) dan vitamin K pada bayi baru lahir
KONSEP DAN KUNCI PROMOSI KESEHATAN

A. PENGERTIAN PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan adalah segala bentuk kombinasi pendidikan kesehatan dan


intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik, dan organisasi yang dirancang
untuk memudahkan perubahan perilaku dan lingkungan yang kondusif bagi
kesehatan (Laurence green, 1984)

promosi kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan


control terhadap dan memperbaiki kesehatan mereka (WHO, 1984)

Promosi kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan orang di


dalam mengendalikan dan meningkatkan kesehatanya untuk mencapai keadaan
sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari
aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan
lingkungan (Piagam Ottawa, 1986)

B. EMPAT KATA KUNCI PROMOSI KESEHATAN


a) Mau (willingness)
Mau yang dimaksud disini adalah mau memelihara dan meningkatkan
kesehatan
b) Mampu (ability)
Mampu (ability) yaitu mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatan
c) Memelihara kesehatan
Berarti mau dan mampu mencegah penyakit, melindungi diri dari
gangguan-gangguan
kesehatan, dan mencari pertolongan pengobatan yang professional
bila sakit.
d) Meningkatkan kesehatan,
Berarti mau dan mampu meningkatkan kesehatannya .
Kesehatan perlu ditingkatkan, karena derajat kesehatan baik
individu, kelompok , atau masyarakat itu bersifat dinamis, tidak
elastis

C. ISSUE DALAM PROMOSI KESEHATAN


1. issue tentang penyakit tidak menular (DM, Hipertensi, dan Kanker)
penyakit tidak menular merupakan penyakit yang bukan
disebabkan oleh proses infeksi. seseoramg yang beresiko PTM
tidak memeberikan gejala sehingga mereka tidak merasa perlu
mengatasi faktor resiko dan mengubah gaya hidupnya. umumnya,
masyarakat belum memahami pengaruh faktor resiko PTM
terhadap kejadian PTM serta komplikasi yang dapat ditimbulkan,
mereka menganggap bahwa PTM disebabkan faktor genetic,
penyakit orang tua, atau penyakit orang kaya. peran promosi
kesehatan dalam pecegahan maupun pengendalian PTM cukup
besar terutama dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang terkait dengan
faktor resiko bersama penyebab PTM. dari sepuluh indicator PHBS
di ruumah tangga, yang termasuk pencehgahan faktor resiko PTM
yaitu aktifitas fisik, konsumsi sayur dan buah serta tidak merokok.
dengan cara menghilangkan atau mengurangi faktor resiko PTM
dan memperhatikan faktor lain yang dapat mempegaruhi kesehatan
menurut DEPKES RI. melalui program promosi kesehatan dapat
memfokuskan pada:
1. melakukan intervensi secara terpadu pada 3 faktor resiko yang
utama yaitu rokok, aktifitas fisik dan diet seimbang
2. melakukan jejaring pencegahan dan penanggulangan PTM
D. PENDAPAT KELOMPOK MENGENAI KUNCI DALAM
PROMOSI KESEHATAN
Pendapat kelompok:
1. Menurut kelompok Mau (willingsness), Mampu (ability),
Memelihara kesehatan, dan Meningkatkan kesehatan saling
keterkaitan dimana apabila dimulai dari keinginan atau ada
kemauan pasti setiap orang akan berusaha untuk menjadi Mampu.
sama halnya dalam memelihara kesehatan contohnya seseorang
ingin mencegah penyakit diabetes maka seseorang itu harus mampu
mengurangi makanan atau minuman dengan kandungan glukosa
berlebih dan menjaga pola nutrisi dan hidupnya maka dengan itu
seseorang sudah bisa dan sukses meningkatkan kesehatan dirinya.
merujuk pada definisi promkes atau promosi kesehatan untuk
meningkatkan kualitah kesehatan seseorang.
2. pendapat kelompok mengenai issue promkes tentang penyakit tidak
menular disebabkan karena kurangnya kemauan, kemampuan
masyarakat mengenai PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)
maka terjadilah kurangnya keperdulian masyarakat tentang
kesehatan diri maupun lingkungannya, sehingga kesehatan tidak
terpelihara, dan menurunnya kualitas kesehatan dikarenakan
kurangnya pengetahuan.
A. Strategi Promosi Kesehatan

Untuk mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan, diperlukan


cara pendekatan yang strategis agar tercapai secara efektif dan efisien.
Cara ini sering disebut "strategi. Jadi, strategi adalah cara untuk mencapai
atau mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif dan
efisien.

Strategi Global ( Promosi Kesehatan ) Menurut WHO,1984.


a. Advokasi ( advocacy )
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuatan keputusan ( decision
makers ) atau penentu kebijakan ( policy makers ) baik di bidang
kesehatan maupun sektor lain diluar kesehatan, yang mempunyai
pengaruh terhadap publik. Tujuannya adalah agar para pembuatan
keputusan mengeluarkan kebijakan-kebijakan, antara lain dalam bentuk
peraturan, undang-undang, intruksi, dan sebagainya yang
menguntungkan kesehatan publik. Bentuk kegiatan advokasi ini antara
lain lobying, pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan format atau
informal terhadap para pembuat keputusan, penyakit isu-isu atau
masalah-masalah kesehatan atau yang mempengaruhi kesehatan
masyarakat setempat, seminar-seminar masalah kesehatan, dan
sebagainya.
Output kegiatan advokasi adalah undang-undang, peraturan-
peraturan daerah, intruksi-intruksi yang mengikat masyarakat dan
instansi-instansi yang terkait dengan masalah kesehatan. Oleh sebab itu
sasaran advokasi adalah para pejabat eksekutif, dan legislatif, para
pemimpin dan pengusaha, serta organisasi politik dan organisasi
masyarakat, baik tingkat pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan maupun
desa atau kelurahan.
b. Dukungan Sosial ( social support )
Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik
formal ( guru, lurah, camat, petugas kesehatan, dan sebagainya )
maupun informal ( tokoh agama, dan sebagainya ) yang mempunyai
pengaruh di masyarakat. Tujuan kegiatan ini adalah agar kegiatan atau
program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari para tokoh
masyarakat dan tokoh agama. Selanjutnya tokoh masyarakat dan tokoh
agama diharapkan dapat menjembatani antara pengelola program
kesehatan dengan masyarakat.
Pada masyarakat yang masih paternalistik seperti di Indonesia ini,
tokoh masyarakat dan tokoh agama merupakan panutan perilaku
masyarakat yang sangat signifikan. Oleh sebab itu apabila tokoh
masyarakat dan tokoh agama sudah mempunyai perilaku sehat, akan
mudah ditiru oleh anggota masyarakat yang lain. Bentuk kegiatan
mencari dukungan sosial ini antara lain pelatihan-pelatihan para tokoh
masyarakat dan tokoh agama, seminar, lokakarya, penyuluhan, dan
sebagainya.
c. Pemberdayaan Masyarakat ( empowerment )
Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai
sasaran primer atau utama promosi kesehatan. Tujuannya adalah agar
masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat ini dapat diwujudkan dalam berbagai
kegiatan, antara lain penyuluhan kesehatan, pengorganisasian dan
pembangunan masyarakat dalam bentuk, misalnya, koperasi dan
pelatihan keterampilan dalam rangka peningkatan pendapatan keluarga
( latihan menjahit, pertukangan, peternakan, dan sebagainya ). Melalui
kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat memiliki
kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri ( self relince in health ).
Oleh karena bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat ini lebih
pada kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, misalnya
adanya dana sehat, adanya pos obat desa, adanya gotong-royong
kesehatan, dan sebagainya, maka kegiatan ini sering disebut " gerakan
masyarakat " untuk kesehatan. Meskipun demikian, tidak semua
pemberdayaan masyarakat itu berupa kegiatan gerakan masyarakat.
B. Issu yang sedang terjadi promosi
BKKBN meneliti bahwa 160.000 kelahiran di indonesia diluar
rencana. Hal ini akibat kurangnya edukasi mengenai kontrasepsi.
Kontrasepsi masih dibilang tabu untuk dibicarakan segelintir orang. Mitos
mitos yang beredar di masyarakat membuat mispersepsi akan kontrasepsi.
Beberapa mitos yang beredar adalah penggunaan alat IUD atau spiral akan
bergerak gerak di dalam tubuh, penggunaan kon trasepsi hormonal akan
membuat tubuh menjadi gemuk bahkan pil kontrasepsi akan meningkatkan
risiko kanker.
Kontrasepsi sendiri berfungsi untuk mencegah kehamilan. Kontasepsi
bekerja dengan cara memisahkan antara ovum dan sperma,
memberhentikan produksi ovum, dan mencegah fertilisasi. Para ulama
menyepakati bahwa pasektomi ini hukumnya haram. Kebenaran mitos di
masyarakat perlu di luruskan.
1. Penggunaan alat IUD atau spiral tidak akan bergerak pada tubuh.
Sebelum pemasangan, dokter akan memeriksa ukuran dan posisi rahim.
IUD dipasang dalam rahim dan memeliki benang menjuntai dibagian atas
bawah rahim sehingga dapat dicek secara berkala oleh penggunanya. Hal
ini sangat efektif dalam mencegah kehamilan mencapai 99% .
2. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat membuat tubuh menjadi
gemuk hal ini benar bahwa berat badan, total lemak tubuh,dan persen
lemak tubuh meningkat dibandingkan wanita ang menggunakan
kontrasepsi non hormonal.
3. Pil kontasepsi benar dapat meningkatkan resiko kanker serviks dan
payudara, tetapi dapat menurunkan resiko kanker endometrium,ovarium
dan kolorectal.

C. Pendapat kelompok
Terkait strategi ini, ada yang berhasil dan ada juga yang tidak berhasil.
Dengan adanya program epmberdayaan masyarakat seperti desa siaga dan
juga kampung kb merupakan suatu keberhasilan promosi kesehatan dari
pemerintahan, tenaga kesehan, dan juga tokoh masyarakat.
Ketidak berhasilannya strategi ini mungkin terkait dengan masyarakat
yang kurang menyadari akan pentingnya menjaga kesehatan, media promosi
kesehatannya yang kurang menarik perhatian masyarakat, ataupun
pemberian serta kegiatan promosi kesehatan yang minim dilakukan oleh
tenaga kesehatan sehingga timbullah isu.
Isu yang terjadi :
1. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai alat kontrasepsi
2. Media promosi kesehatannya kurang menarik perhatian masyarakat.
A. UPAYA KESEHATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. Upaya Promotif
Upaya promotif ditujukan untuk meningkatkan status/derajat
kesehatan yang oprimal. Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan
langkah awal yang sangat penting dalam pelayanan antenatal yang ada,
dengan menitikberatkan padakegiatan promotif. Sasarannya adalah
kelompok ibu-ibu sehat.
Tujuan upaya promotif adalah agar masyarakat mampu
meningkatkan kesehatannya, meningkatkan kelompok orang sehat dan
menurunkan kelompok orang sakit. Bentuk kegiatan promosi kesehatan
adalah pendidikan kesehatan mengenai cara memelihara kesehatan,
pendidikan kesehatan (health education), penyuluhan kesehatan
masyarakat (PKM) seperti penyuluhan masalah gizi,, pengamatan tumbuh
kembang anak (growth and development monitoring), pengadaan rumah
sehat, konsultasi perkawinan (marriage counseling),pendidikan seks (sex
educaton), asuhan keperawatan prenatal, serta pelayanan keluarga
berencana (KB).
Dalam upaya promotif, masalah kesehatan yang dicegah bukan
hanya penyakit infeksi yang menular tetapi juga masalah kesehatan yang
lainnya seperti kecelakaan, kesehatan jiwa, kesehatan kerja, dan lain
sebagainya. Besarnya masalah kesehatan masyarakat dapat diukur dengan
menghitung tingkat morbiditas (angka kejadian sakit), mortalitas (angka
kematian), fertilitas (tingkat kelahiran), dan disability (tingkat kecacatan)
pada kelompok-kelompok masyarakat.
2. Upaya Preventif
Upaya preventuf merupakan upaya promosi kesehatan untuk
mencegah terjadinya penyakit. Sasarannya adalah kelompok orang
dengan risiko tinggi. Tujuannya untuk mencegah kelompok risiko tinggi
gar tidak jatuh menjadi sakit (primary prevention). Bentuk kegiatannya
adalah imunisasi, pemeriksaan antenatal care, perinatal, dan neonatal.
3. Upaya Kuratif
Upaya kuratif merupakan upaya promosi kesehatan untuk mencegah
penyakt menjadi lebih parah melalui pengobatan. Sasarannya adalah
kelompok orang sakit (pasien) terutama penyakit kronis. Tujuannya
kelompok ini mampu mencegah penyakit tersebut tidak lebih parah
(secondary prevention). Bentuk kegiatannya adalah pengobatan.
4. Upaya Rehabilitatif
Upaya rehbailitatif merupakan upaya promosi kesehatan untuk
memelihara dan memulihkan kondisi atau mencegah kecacatan. Setelah
sembuh darii suatu penyakit tertentu, kdang-kadang orang menjadi cacat.
Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu.
Namun, latihan ini jarang dilakukan karena kurangnya pengertian dan
kesadaran orang tersebut melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Di
samping itu, orang cacat yang telah sembuh dari penyakit, kadang-kadang
malu untuk kembali ke masyarakat karena sering terjadi masyarakat tidak
mau menerima mereka sebagai anggota masyarakat yang normal. Promosi
kesehatan terkait upaya rehabilitatif tidak hanya diperlukan untuk orang
yang cacat, tetapi juga untuk masyarakat. Sasarannya adalah kelompok
orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya adalah pemulihan dan
pencegahan kecacatan (tertiary prevention).

B. RUANG LINGKUP PROMOSI KESEHATAN BERDASARKAN


TATANAN (TEMPAT PELAKSANAAN)
1. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)
Keluarga adalah unit terkecil masyarakat. Untuk mencapai perilaku
sehat masyarakat, maka harus dimulai pada tatanan masing-masing
keluarga. Dalam teori pendidikan dikatakan, bahwa keluarga adalah
tempat persemaian manusia sebagai anggota masyarakat. Agar masing-
masing keluarga menjadi tempat yang kondusif untuk tumbuhnya perilaku
sehat bagi anak-anak sebagai calon anggota masyarakat, maka promosi
kesehatan sangat berperan. Dalam pelaksanaan promosi kesehatan
keluarga ini, sasaran utamanya adalah orang tua, terutama ibu. Karena
ibulah di dalam keluarga itu yang sangat berperan dalam meletakkan
dasar perilaku sehat pada anak-anak mereka sejak lahir.
2. Promosi Kesehatan Pada Tatanan Sekolah
Sekolah merupakan perpanjangan tangan keluarga, artinya, sekolah
merupakan tempat lanjutan untuk meletakkan dasar perilaku bagi anak,
termasuk perilaku kesehatan. Peran guru dalam promosi kesehatan di
sekolah sangat penting, karena guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh
anak-anak daripada orang tuanya. Sekolah dan lingkungan sekola yang
sheta sangat kondusif bagi perilaku sehat bagi murid-muridnya, maka
sasaran antara promosi kesehatan di sekolah adalah guru. Guru
memperoleh pelatihan-pelatihan tentang kesehatan dan promosi kesehatan
yang cukup, selanjutnya guru akan meneruskanya kepada murid-
muridnya.
3. Promosi Kesehatan Pada Tempat Kerja
Tempat kerja adalah tempat dimana orang dewasa memperoleh
nafkah untuk kehidupan keluarganya, melalui produktivitas atau hasil
kerjanya. Selama lebih kurang 8 jam perhari para pekerja ini
menghabiskan waktunya untuk menjalankan aktivitasnya yang beresiko
bagi kesehatannya. Memang resiko yang ditanggung oleh masing-masing
pekerja ini berbeda satu sama lainnya, tergantung pada jenis dan
lingkungan kerja masing-masing karyawan tersebut. Oleh sebab itu,
promosi kesehatan di tempat kerja ini dapat dilakukan oleh pmpinan
perusahaan atau tempat kerja dengan memfasilitasi tempat kerja yang
kondusif bagi perilaku sehat bagi karyawan atau pekerjanya, misalnya
tersedianya air bersih, tempat pembuangan kotoran, tempat sampah,
kantin, ruang tempat istirahat, dan sebagainya.
Apabila perusahaan itu menempatkan karyawan di tempat proses
produksi, misalnya pabrik, maka harus tersedia bagi karyawannya alatalat
pelindung, seperti: Masker, sarung tangan, sepatu khusus, topi atau helm,
dan sebagainya. Lebih dari itu, perusahaan harus menyediakan unit K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Pemasangan poster yang berisi
pesan-pesan untuk menghindari kecelakaan kerja, dan penyediaan
selebaran atau leaflet untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja,
juga merupakan bentuk promosi kesehatan.
4. Promosi Kesehatan di Tempat-Tempat Umum (TTU)
Yang dimaksud dengan tempat-tempat umum adalah tempat di mana
orang-orang berkumpul pada waktu-waktu tertentu, misalnya: pasar,
terminal bus, stasiun kereta api, bandara, mall dan sebagainya. Di tempat-
tempat umum juga perlu dilaksanakan promosi kesehatan dengan
menyediakan fasilias-fasilitas yang dapat mendukung perilaku sehat bagi
pengunjungnya, misalnya tersedianya tempat sampah, tempat cuci tangan,
tempat pembuangan air kotor, ruang tunggu bag perokok dan non-
perokok, kantin dan sebagainya. Pemasangan poster, penyediaan leaflet
atau selebaran yang berisi cara-cara menjaga kesehatan atau kebersihan
adalah juga merupakan bentuk promosi kesehatan.
5. Pendidikan Kesehatan di Institusi Pelayanan Kesehatan
Tempat-tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit, puskesmas, balai
pengobatan, poliklinik, tempat praktik dokter, dan sebagainya, adalah
tempat yang paling strategis untuk promosi kesehatan. Sebab pada saat
orang baru sakit, atau keluarganya sakit, maka mereka ini akan lebih peka
terhadap informasi-informasi kesehatan terutama yang berkaitan dengan
masalah kesehatannya /penyakitnya, atau masalah kesehatan keluarganya.
Dengan perkataan lain, mereka akan mudah menerima informasi, bahkan
berperilaku yang terkiat dengan kesehatannya, misalnya mematuhi
anjuran-anjuran dari dokter, perawat, dan petugas kesehatan yang lain.
Pelaksanaan promosi kesehatan di institusi pelayanan kesehatan ini
dapat dilakukan baik secara individual oleh para petugas kesehatan
kepada para pasien atau keluarga pasien, atau dapat dilakukan terhadap
kelompok-kelompok, misalnya kelompok penderita penyakit tertentu.
Promosi kesehatan juga dapat dilakukan secara masal, yakni seluruh
pengunjung instiusi pelayanan kesehatan tersebut. Contoh, di beberapa
rumah sakit terkemuka di luar negeri, menyediakan leaflet atau selebaran-
selebaran yang berisi informasi-informasi tentang penyakit-penyakit atau
masalah-masalah kesehatan dan cara pencegahan serta perawatannya.
C. CONTOH ISSUE
PENDIDIKAN SEKS UNTUK ANAK USIA DINI PERRSPEKTIF
ISLAM
Maraknya kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak di bawah
umur saat ini sudah sangat memprihatinkan bahkan dapat dikatakan dalam
kondisi kritis dan darurat sehingga sangat meresahkan, butuh penanganan
khusus dan serius dari berbagai kalangan, terutama dari pihak keluarga,
pegiat pendidikan, pakar hukum, tokoh agama dan juga pemerintah agar
kondisi tersebut segera dapat tertangani dan diantisipasi. Kekerasan seksual
yang terjadi saat ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa ataupun anak
remaja saja akan tetapi sudah sering terjadi pada anak usia 2-6 tahun atau
yang disebut dengan anak usia dini. Maraknya kasus kekerasan seksual
tersebut perlu segera ditangani secara intensif salah satunya dengan
melakukan upaya preventif melalui pendidikan seks sejak anak usia dini.
Berbicara Pendidikan seks tentunya tidak dapat terlepas dan erat
sekali hubungannya dengan pengertian pendidikan secara umum. Definisi
seks dapat dikelompokan menurut beberapa dimensi diantaranya dimensi
biologis seks yaitu proses penggabungan dan pencampuran sifat-sifat
genetik, sering mengakibatkan organisme spesialisasi dalam berbagai
laki-laki atau perempuan (dikenal sebagai jenis kelamin). Dimensi
psikologis seks berkaitan dengan bagaimana kita menjalankan fungsi kita
sebagai mahluk seksual dan identitas peran jenis. Dimensi Medis adalah
pengetahuan mengenai penyakit yang di oleh hubungan seks, dimensi
Postal seks berkaitan dengan hubungan interpersonal (hubungan antar
sesama manusia).
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan seks adalah perlakuan
sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk
menyampaikan proses perkelaminan, pengetahuan tentang organ
reproduksi dengan menanamkan moral, etika, serta komitmen agama agar
tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi.
Penelitian library research yang isinya mencoba menemukan
gambaran mengenai perlunya pendidikan seks pada anak sejak usia dini
sebagai upaya preventif terhadap pelecehan seksual dengan berdasarkan
perkembangan psikologi anak (perkembangan kognitif dan perkembangan
seksual) serta bagaimana memberikan pendidikan seks terhadap anak usia
dint dalam perpsektif Islam. Mengingat masyarakat kita masih tabu ketika
mendengar istilah pendidikan seks, apalagi diterapkan untuk anak yang masih
berada pada usia dini.
Anak Usia Dini, yaitu anak yang berkisar umur 0 hingga 6 tahun
sangat rentan terhadap pelecehan seksual tersebut, mengingat anak pada usia
ini dapat dikatan masih lugu dan polos, mereka belum faham mengenai
masalah seksualitas, sehingga secara tidak sadar anak cenderung manut dan
mau saja ketika mengalami pelecehan seksual dan walaupun ada yang sadar,
mereka cenderung takut dan menuruti saja keinginan pelaku dan bahkan
bungkam untuk mengatakannya kepada orang lain termasuk pada kedua
orang tuanya.
Ditanamkan sejak awal pada anak adalah mengenai konsep diri,
rasa malu dan budaya privasi kepada anak melalui nilai-nilai agama.
Sehingga dalam hal menilai dirinya anak menyadari bahwa dirinya adalah
makhluk berharga ciptaan Allah yang harus dijaga kehormatannnya.
Pendidikan seks terhadap anak usia dini bukanlah mengajarkan mengenai
seks itu sendiri kepada anak. Akan tetapi lebih pada pengenalan terhadap
identitas dirinya sebagai makhluk biologis yang memiliki jenis kelamin
dengan mengajarkan macam-macam anggota tubuh dan fungsinya. Setelah
anak faham mengenai dirinya melalui anggota tubuh dan fungsinya tentunya
diajarkan bagaimana cara menjaga dan merawat dirinya termasuk anggota
tubuh yang ia miliki dengan menanamkan dan membiasakan nilai- nilai moral
dan agama se dini mungkin, karena anak di usia dini merupakan masa-masa
dimana anak masih rentan, mudah meniru, polos, dan belum mengerti banyak
hal terutama mengenai eksistensi dirinya. Namun di sisi lain anak usia dini
merupakan masa yang sangat peka dalam menerima hal-hal yang baru.
Pendidikan seks di usia dini menjadi urgen diberikan, selain
sebagai pengenalan awal kepada anak mengenai eksistensi dirinya
sebagai makhluk biologis yang memiliki kelamin berbeda (antara laki-laki
dan perempuan) juga dapat dijadikan sebagai upaya preventif dalam
menghindarkan anak dari penyimpangan seksual dan kekerasan seksual.
Mengingat saat ini maraknya kekerasan seksual tidak lagi terjadi pada
orang dewasa atau remaja saja, akan tetapi sudah sering terjadi pada anak
usia dini. Untuk menghindarkan anak dari kekerasan seksual, Pendidikan
seks bagi anak usia dini bukanlah hanya mengajarkan anak bagaimana ia
melawan para pelaku kekerasan apabila anak hendak mengalami
pelecehan seksual. Karena diakui atau tidak anak usia dini merupakan
anak yang lemah dan polos sehingga ia secara fisik ia tidak akan mampu
melawan ketika mengalami kekerasan seksual.
Oleh karena itu, Pendidikan seks terhadap anak usia dini yang
dimaksud disini merupakan bentuk upaya orang tua dalam menghidarkan
anaknya dari bahaya kekerasan seksual dengan membiasakan diri anak sejak
dini memiliki budaya privasi, rasa malu, menanamkan etika terhadap orang
lain dan lain semacamnya sehingga ketika bermain dengan lingkungan
disekitarnya anak tidak sembarangan dekat dengan orang lain apalagi orang
yang baru dikenalnya. Melalui pendidikan seks pada anak usia dini, anak
akan selalu dekat dan berbagi mengenai hal-hal yang bersifat privasi
(memperlihatkan anggota badannya yang bersifat intim, telanjang, ingin
mandi dan sebagainya) hanya kepada orang tuanya. Karena diakui atau tidak
kecenderungan para pelaku kekerasan seksual, memiliki rasa tertarik karena
pernah melihat tubuh anak (Tubuh bagian intim seperti, paha, dada, pantat,
dan area kemaluan).
Bagaimana Peran Penting Kesehatan Masyarakat dalam upaya peningkatan
kualitas Sumber Daya Manusia di Komunitas ?

Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam upaya peningkatan


kualitas sumber daya manusia, penanggulangan kemiskinan dan pembangunan
ekonomi. Indeks Pembangunan Manusia meletakkan kesehatan adalah salah satu
komponen utama pengukuran selain pendidikan dan pendapatan. Semakin tinggi
kualta SDM maka akan semakin tinggi IPMnya. Salah satunya untuk meingkatkan
SDM dilihat dari faktor kesehatan.

Kondisi umum kesehatan Indonesia dipengaruhi oleh faktor lingkungan,


perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan terdiri dari
beberapa komponen antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan
kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan
manajemen kesehatan

Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas sumber daya manusia (SDM),


antara lain adalah faktor kesehatan dan faktor gizi, kedua faktor ini penting karena
seseorang tidak mampu mengembangkan kapasitasnya secara maksimal apabila
yang bersangkutan tidak memiliki status kesehatan dan gizi yang optimal. Untuk
memperoleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, telah dikembangkan
visi rencana strategis yang dicapai departemen kesehatan adalah masyarakat sehat
yang mandiri dan berkeadilan, diantaranya mewujudkan keadaan sehat fisik
jasmani, mental, spiritual dan sosial, yang mewujudkan setiap individu dapat
hidup secara proaktif, sosial dan ekonomis melalui operasionalisasi mandiri dan
berkeadilan dapat segera terwujud (Kemenkes RI, 2010).

Prinsip-prinsip pengembangan sumber daya manusia (SDM) kesehatan adalah


sebagai berikut (DEPKES RI 1999, DEPKES RI 1990) :

1) Pengembangan SDM kesehatan sebagai bagian dari pembangunan


kesehatan dan merupakan investasi pembangunan nasional.
2) Kebijakan pembangunan SDM kesehatan diarahkan untuk mengatasi
permasalahan pemerataan, kualitas, efisiensi pendayagunaan dan migrasi
internasional tenaga keehatan.
3) Jenis dan kompetensi SDM kesehatan ditentukan berdasar kebutuhan
nasional, local, dengan mengacu standar global.
4) Peningkatan profesionalisme SDM kesehatan dilakukan melalui legislasi,
peningkatan penguasaan iptek yang dilandasi iman dan takwa serta etika
profesi.
5) Pemerataan SDM Kesehatan diupayakan melalui pendekatan seimbang
antara hak azasi dan tanggung jawab azasi
6) Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dilaksanakan mulai dari pendidikan
hingga berakhirnya masa pengabdian.

Untuk menghadapi tantangan dalam meningkatkan kualitas SDM dalam


menghadapi Revolusi Industri 4.0 salah satu caranya adalah pemerintah telah
mengalokasikan 5% dari APBN untuk meningkatkan kualitas kesehatan tetapi
tantangan terbesar bukanlah dari anggaran atau kebijakannya tetapi terletak
pada eksekusi di lapangan.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dapat


dilakukan dengan berbagai cara yaitu promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Saat ini paradigma kesehatan telah berubah dari paradigma sakit
menjadi paradigma sehat, yang berarti masyarakat diharap lebih diutamakan
untuk menjaga kesehatannya dan meningkatkan aksi promotif dan preventif.

Beberapa cara dalam upaya promotif dan preventif digalakan oleh tenaga
kesehatan terdepan yang berada di lingkungan masyarakat seperti ahli
promkes dan bidan yang memberikan promosi kesehatan berupa penyuluhan
kepada masyarakat.

Penyuluhan kesehatan ini memuat informasi untuk meningkatkan pengetahuan


dan kemampuan masyarakat dalam melakukan perilaku hidup bersih dan
sehat, peningkatan gizi makanan dan minuman, dan masalah sanitasi yang
sehat. Sehingga diharapkan agar masyarakat mengetahui, mau, dan mampu
dalam menjaga kesehatan agar dapat tercapai derajat kesehatan yang tinggi

Semakin tinggi derajat kesehatan maka akan semakin tinggi kualitas


masyarakat untuk dapat bekerja dengan optimal. Masyarakat sebagai sumber
daya manusia dalam pembangunan bangsa, yang memiliki tubuh sehat akan
semakin meningkat kesempatannya dalam memperoleh pekerjaan.

Issue mengenai Kesehatan Masyarakat dalam meningkatkan Kualitas


Sumber Daya Manusia di Komunitas

1) Rendahnya Prilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masyarakat


Dalam perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), terdapat tujuh
indikator berupa aktivitas sehat seperti mencuci tangan dengan sabun,
mengkonsumsi buah dan sayur, tidak merokok, menggunakan jamban
yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur, menimbang berat badan
dan mengukur tinggi badan setiap bulan, dan membuang sampah pada
tempatnya.
Namun, fakta dilapangan mengungkapkan sebanyak 68% masyarakat
Indonesia masih jauh dari indikator PHBS. Dua masalah PHBS di
masyarakat yang masih menjamur hingga saat ini ialah kebiasaan
merokok di tempat umum dan membuang sampah sembarangan.
Padahal pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan sanksi yang
tegas bila terjadi pelanggaran. Sayangnya, masih banyak yang acuh tak
acuh terhadap mandat dari pemerintah yang bermanfaat untuk sesama.
Kemudian banyaknya timbunan sampah di daerah aliran sungai
menjadi penyebab utama timbulnya bencana banjir. Selain merusak
lingkungan hingga dapat menimbulkan korban jiwa, banjir juga
menjadi sarana penularan penyakit, khususnya penyakit pada kulit dan
sistem pencernaan.

Bila hal ini terus dibiarkan, akan menjadi masalah yang besar dan
harus segera ditanggulangi sebelum memakan lebih banyak korban.
Kehidupan dan generasi masa depan sangat bergantung dengan kondisi
saat ini. Perlu adanya langkah yang nyata untuk menangani masalah
kesehatan di masyarakat demi terwujudnya status derajat kesehatan
yang tinggi di masyarakat.
URAIAN PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT YANG
MENDUKUNG KESEHATAN IBU DAN ANAK

d. PROGRAM KESEHATAN MASYARAKAT

Program/ Target Realisasi


NO Indikator
Kegiatan
Persentase ibu hamil KEK yang 95% 44,10%
mendapat pemberian makanan tambahan
(PMT)
Persentase ibu hamil yang mendapatkan 90% 30,40%
Tablet Tambah Darah (TTD) 90 tablet

Pembinaan Gizi selama masa kehamilan


1. Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan 44% 52,90%
Masyarakat
yang mendapat ASI eksklusif
Persentase balita kurus yang mendapat 80% 45,00%
makanan tambahan
Persentase remaja putri yang 20% 20,40%
mendapatkan Tablet
Tambah Darah (TTD)

e. URAIAN/PENJELASAN
1. Ibu Hamil KEK Yang Mendapat Pemberian Makanan Tambahan
(PMT)
Salah satu indikator tercukupinya kebutuhan zat gizi ibu hamil dapat
diketahui dari bertambahnya berat badan ibu setiap bulan. Status gizi yang
memadai dan asupan makanan yang baik selama prakonsepsi dan
kehamilan telah diakui sebagai kontributor utama untuk hasil kelahiran
yang sehat. Status nutrisi pada wanita hamil, sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan janin saat dalam kandungan. Status
nutrisi yang rendah berkaitan dengan masalah kekurangan gizi. Sebagai
negara berkembang masalah kekurangan gizi masih menjadi masalah
utama di masyarakat Indonesia. Salah satu masalah kekurangan gizi pada
ibu hamil di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik. Pengertian
Kekurangan Energi Kronik merupakan kurangnya asupan energi yang
berlangsung lama atau kronik. Ketika ibu hamil mengalami kekurangan
gizi pada trimester terakhir maka cenderung akan melahirkan bayi dengan
BBLR.
Program PMT-P pada Ibu Hamil KEK bertujuan untuk meningkatkan
status gizi ibu hamil gizi kurang terutama dari keluarga miskin. Hal ini
sejalan dengan salah satu ketetapan Kemenkes RI mengenai acuan strategi
penanggulangan masalah gizi makro khususnya pada ibu hamil dengan
melakukan subsidi langsung berupa PMT-P.

2. Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah (TTD) 90


Tablet Selama Masa Kehamilan
Masih tingginya prevalensi anemia ibu hamil menyebabkan lambatnya
penurunan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia.
Pada tahun 2013 prevalensi anemia ibu hamil sebesar 37,1%, dan
angka tidak banyak berubah dari tahun sebelumnya (40–50%) (Kemenkes
RI 2013). Pemerintah Indonesia sejak tahun 1970 telah melaksanakan
program suplementasi tablet tambah darah (TTD) berupa zat besi (200 mg
FeSO4) dan asam folat (0,25 mg) setiap hari 1 tablet selama minimal 90
hari berturut-turut. Suplemen besi diberikan tenaga kesehatan kepada ibu
hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di pusat pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas, Posyandu, atau petugas kesehatan desa
melalui kegiatan ANC (antenatal care) (Kemenkes 2012; Kemenkes,
WHO, POGI, IBI 2013).
Dua hal yang mempengaruhi keberhasilan suplementasi gizi yaitu dari
sisi tenaga kesehatan dan sasaran ibu hamil. Disatu pihak tenaga kesehatan
dalam melakukan pemeriksaan kehamilan tidak diiringi dengan konseling
tentang perlunya suplementasi, manfaat dan efek samping minum
suplemen. Dilain pihak ibu hamil belum patuh dalam mengkonsumsi
suplemen gizi karena kurangnya kesadaran dan pengetahuan dampak
negatif anemia (Yip 1996). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
rendahnya cakupan suplementasi gizi pada ibu hamil dipengaruhi oleh
peran tenaga kesehatan (Ernawati et al. 2000; Handayani2013) dan
intensitas ibu hamil dalam melakukan pemeriksaan kehamilan (Indreswari
2008). Oleh karena itu intervensi terhadap tenaga kesehatan diharapkan
dapat meningkatkan cakupan dan kepatuhan suplementasi gizi pada ibu
hamil dalam rangka untuk menurunkan AKI.

3. Bayi Usia Kurang Dari 6 Bulan Yang Mendapat ASI Eksklusif


Pemerintah Indonesia mengeluarkan 2 keputusan Menkes sebagai
penerapan kode etik WHO dalam pem-berian ASI dan pemasaran susu
formula. Pada keputusan tersebut dicantumkan pemberian ASI eksklusif,
yaitu pada Permenkes Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004. Pemerintah juga
mengatur tentang makanan pemasaran susu formula dalam Kepmenkes
Nomor 237/1997. Menurut Direktur Gizi Masyarakat Departemen
Kesehatan, pemberian ASI yang masih rendah disebabkan oleh pengaruh
penggunaan susu formula akibat promosi susu formula yang gencar.
Masalahnya belum ada sanksi yang jelas, sehingga banyak pelanggaran
kode etik pemasaran susu formula. Pelanggaran terhadap kebijakan
pemasaran susu formula tersebut, berupa pemberian sampel susu formula
ke fasilitas kesehatan. Bahkan disinyalir ada kerja sama antara produsen
susu formula dan fasilitas kesehatan.
Akibatnya, bayi yang baru lahir langsung diperkenalkan dengan susu
formula bukan dengan ASI yang mempunyai banyak manfaat.
Berdasarkan SDKI tahun 1997 dan 2003, angka pemberian ASI eksklusif
turun dari 49% menjadi 39% sedangkan penggunaan susu botol meningkat
3 kali lipat. Menurut survei Hellen Keller Internasional rata-rata bayi
Indonesia hanya 1,7 bulan yang mendapatkan ASI eks-klusif. Hal ini tentu
berdampak pada status gizi bayi dan angka kematian bayi. Masalahnya
saat otonomi daerah membuat daerah propinsi dan kabupaten/kota tidak
merasa wajib mematuhi peraturan yang dikeluarkan Menkes. Selain itu,
fasilitas kesehatan butuh dana. Produsen butuh pasar dan konsumen tak
paham bisnis. Pasangan yang melahirkan tak paham pentingnya ASI dan
masyarakat tak tahu peraturan tentang ASI.
Dua peraturan Menkes yang ada sifatnya tidak mengikat, sehingga
diperlukan mengadopsi ketetapan yang sudah dibuat WHO tentang kode
etik pemasaran susu formula ke dalam undang-undang. Rencana ini sudah
dipikirkan dengan membuat Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang pengaturan promosi dan pemasaran susu formula. Namun, saat ini
RPP yang tengah dibahas tersebut berubah dari RPP pemasaran susu
formula menjadi RPP pemberian ASI, dikhawatirkan PP ini tidak mampu
menjadi landasan untuk menindak pelanggaran yang terjadi selama ini.
Masalah yang menghambat adopsi kode etik WHO tersebut antara lain
kurang komitmen, keterbatasan aksi, perubahan kepemimpinan negara,
kurang apresiasi, sikap petugas kesehatan, serta pertimbangan
politik,ekonomi dan sosial. Depkes membuat strategis Nasional
Peningkatan Pemberian ASI pada Pekerja Wanita. Peningkatan pemberian
ASI pada pekerja wanita. Data BPS tahun 2003 pekerja Indonesia
mencapai 100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,7%
pekerja wanita.
Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang
optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan maka perlu
pertimbangan agar para ibu dapat memberikan ASI nya dengan benar
termasuk ibu yang bekerja. Ibu yang bekerja sangat singkat masa cutinya
dan beragam lapangan pekerjaannya. Hal ini tentunya kendala bagi ibu
yang bekerja untuk memberikan ASI eksklusif. Oleh karena itu,
diperlukan rencana yang strategis agar ibu memberikan ASI secara
eksklusif. Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan pemerintah adalah
mengembangkan KIE, menggerakkan pengusaha, meningkatkan
keterpaduan, koordinasi dan integrasi serta mengembangkan tempat
penitipan anak.

4. Balita Kurus Yang Mendapat Makanan Tambahan


Masalah gizi kurang merupakan salah satu faktor penyebab kematian
bayi. Keadaan tersebut secara langsung disebabkan oleh asupan gizi yang
kurang mencukupi gizi balita. Oleh sebab itu untuk membantu mencukupi
kebutuhan gizi masyarakat tentang anak balita, pemerintah
mengembangkan program Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) adalah kegiatan pemberian
makanan kepada balita dalam bentuk kudapan yang aman dan bermutu
beserta kegiatan pendukung lainnya dengan memperhatikan aspek mutu
dan keamanan pangan. Serta mengandung nilai gizi yang sesuai dengan
kebutuhan sasaran.
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) ada dua macam yaitu
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan dan Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) penyuluhan. Memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk memenuhi kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan oleh balita.
PMT pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita
sekaligus sebagai pembelajaran bagi ibu dari balita sasaran. PMT
pemulihan diberikan dalam bentuk makanan atau bahan makanan lokal.
Hanya dikonsumsi oleh balita gizi buruk dan sebagai tambahan makanan
sehari-hari bukan sebagai makanan pengganti makanan utama.
Makanan tambahan pemulihan diutamakan berbasis bahan makanan
lokal. Jika bahan lokal terbatas dapat digunakan makanan pabrikan yang
tersedia di wilayah setempat dengan memperhatikan kemasan, label dan
masa kadaluarsa untuk keamanan pangan. Diuatamakan berupa sumber
protein hewani dan nabati serta sumber vitamin dan mineral terutama
berasaal dari sayur dan buah. PMT pemulihan ini diberikan sekali dalam
satu hari selama 90 hari berturut-turut atau 3 bulan.
Makanan tambahan pemulihan dapat berupa pabrikan dan lokal. PMT
pemulihan pabrikan merupakan yaitu makanan pendamping ASI dalam
bentuk biskuit yang mengandung 10 vitamin dan 7 mineral. Biskuit hanya
untuk anak usia 12 – 24 bulan melalui pengadaan Departemen Bina Gizi
Masyarakat Depkes RI, dengan nilai gizi : energi total 180 kkal, lemak 6
gram, protein 3 gr. Jumlah persajinya mengandung 29 gr karbohidrat total,
2 gr serat pangan, 8 gr gula dan 120 mg natrium.
Sedangkan PMT pemulihan berbasis bahan makanan lokal ada dua
jenis yanitu berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) untuk
bayi dan anak usia 6 – 23 bulan ) dan makanan tambahan untuk pemulihan
anak balita 24-59 bulan berupa makanan keluarga.
PMT Penyuluhan adalah makanan tambahan yang diberikan kepada
balita yang disediakan oleh kader posyandu. Tujuan PMT Penyuluhan
adalah sebagai sasaran penyuluhan kepada orang tua blita tentang
makanan kudapan ( snack ) yang baik diberikan untuk balita, sebagai
sarana untuk membantu mencukupi kebutuhan gizi balita, dan sebagai
sarana untuk menggerakkan peran serta masayarakat dalam mendukung
kesinambungan penyelenggaraan posyandu

f. Issue Mengenai Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah


(TTD) 90 Tablet Selama Masa Kehamilan Tetapi Tidak di Konsumsi
Secara Total

Masih tingginya prevalensi anemia ibu hamil menyebabkan lambatnya


penurunan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Tenaga kesehatan tidak
mampu dalam meningkatkan kepatuhan ibu hamil untuk minum tablet tambah
darah (TTD). Tujuan penelitian adalah mengkaji pengetahuan dan praktik
tenaga kesehatan serta ibu hamil tentang suplementasi besi di wilayah dengan
AKI tinggi. Studi cross-sectional dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya dan
Kota Tangerang. Studi ini melibatkan subjek berturut-turut sebanyak 53 dan
64 orang tenaga kesehatan, serta ibu hamil 121 dan 120 orang di kedua
wilayah. Tenaga kesehatan dengan pengetahuan gizi baik sebanyak 52,8% di
Tasikmalaya dan 56,3% di Tangerang. Beberapa aspek anemia yang kurang
dipahami dengan baik oleh subjek adalah definisi anemia, indikator anemia
ibu hamil, sumber pangan zat besi, pangan yang meningkatkan penyerapan zat
besi, serta jenis zat gizi dalam TTD. Pengetahuan ibu-ibu hamil tentang
anemia dengan kategori kurang sebesar 85,1% di Tasikmalaya dan 75,0% di
Tangerang. Ibu hamil kurang memahami tentang risiko anemia, sumber
pangan zat besi, manfaat zat besi, cara konsumsi dan mengatasi efek samping.
Kurang lebih 2/3 ibu hamil mengetahui minum TTD dapat mencegah anemia.
Ibu hamil yang tidak patuh minum TTD 67,8% di Tasikmalaya dan 60,0% di
Tangerang. Ibu hamil yang menyampaikan efek samping minum TTD berurut-
turut 27,9 dan 44,2% orang. Kepatuhan minum TTD berhubungan signifikan
dengan pengetahuan gizi dan nasihat petugas kesehatan
1. Materi mengenai Program Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan
A. Program Kesehatan Masyarakat
Program Kesehatan Masyarakat adalah bagian dari program
pembangunan kesehatan nasional yang bertujuan memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi masalah
kesehatan masyarakat.
Contoh Program Kesehatan Masyarakat
- Program Indonesia Sehat
- Program Germas
- Program STBM, dan lain-lain
B. Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya perubahan atau perbaikan perilaku
dibidang kesehatan disertai dengan upaya mempengaruhi lingkungan
atau hal-hal lain yang sangat berpengaruh terhadap perbaikan perilaku
dan kualitas kesehatan. Menurut WHO, Promosi kesehatan adalah suatu
proses yang memungkinkan individu untuk meningkatkan kontrol dan
mengembangkan kesehatan mereka.
Contoh promosi kesehatan antara lain:
- Promosi kesehatan mengenai bahaya asap rokok
- Promosi kesehatan mengenai Personal Hygiene, dan lain-lain

2. Pendapat mengenai Program Kesehatan Masyarakat dan Promosi


Kesehatan
1. Program Kesehatan Masyarakat merupakan suatu program yang
diusungkan untuk merubah pola hidup masyarakat agar lebih sehat, dan
membuat masyarakat sadar akan kebersihan diri, dan lingkungan
sekitarnya.
2. Promosi Kesehatan merupakan upaya atau usaha tenaga kesehatan atau
orang-orang yang telah terlatih untuk mengimplementasikan suatu
program kesehatan di masyarakat.
3. Issue mengenai Program Kesehatan Masyarakat dan Promosi
Kesehatan
a. Program kesehatan Masyarakat
1. Stunting (Germas)
b. Promosi Kesehatan
1. Promosi Kesehatan mental dalam FLKM (Festival Literasi
Kesehatan Mental)
1.1 Uraikan Ruang Lingkup dan Sasaran Kesehatan Masyarakat
A. Ruang Lingkup Kesehatan Masyarakat
Ruang lingkup kesehatan masyarakat mencakup 2 disiplin pokok
keilmuan, yakni ilmu bio medis (medical biologi) dan ilmu-ilmu sosial (social
sciences), sejalan dan perkembangan ilmu kesehatan masyarakat mencakup:
Ilmu Biologi, kedokteran, kimia, fisika, lingkungan, sosial, antropologi,
pendidikan dan sebagainya. Secara garis besar disiplin ilmu yang menopang
ilmu kesehatan masyarakat sebagai berikut:
1. Epidemiologi
2. Biostatistik/statistik kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pendidikan kesehatan/ilmu Prilaku
5. Administrasi Kesehatan masyarakat
6. Gizi masyarakat
7. Kesehatan kerja
Dan masalah kesehatan masyarakat adalah multi kausal pemecahannya
secara multi disiplin, sedangkan kesehatan masyarakat sebagai seni
mempunyai bentangan semua kegiatan yang langsung atau tidak untuk
mencegah penyakit (preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi
(terapi fisik, mental, sosial) adalah upaya masyarakat, misal pembersihan
lingkungan, penyediaan air bersih, pengawasan makanan dan lain-lain.
Penerapannya dalam ruang lingkup kesehatan masyarakat adalah:
1. Pemberantasan penyakit, menular dan tidak menular.
2. Perbaikan sanitasi lingkungan tempat-tempat umum
3. Perbaikan lingkungan pemukiman
4. Pemberantasan vector
5. Pendidikan atau penyuluhan kesehatan masyarakat
6. Pelayanan ibu dan anak
7. Pembinaan gizi masyarakat
8. Pengawasan sanitasi tempat-tempat umum
9. Pengawasan obat dan minuman
10. Pembinaan peran serta masyarakat
Ruang lingkup kesehatan masyarakat meliputi usaha-usaha:

1. Promotif (peningkatan kesehatan)


Peningkatan kesehatan adalah usaha yang ditujukan untuk
meningkatkan kesehatan yang meliputi usaha-usaha, peningkatan gizi,
pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan,
olah raga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga
seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
2. Preventif (pencegahan penyakit)
Pencegahan penyakit adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya penyakit melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi
dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk
mendeteksi penyakit secara dini.
3. Kuratif ( pengobatan)
Pengobatan adalah usaha yang ditujukan terhadap orang sakit
untuk dapat diobati secara tepat sehingga dalam waktu singkat dapat
dipulikan kesehatannya.
4. Rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan)
Pemeliharaan kesehatan adalah usaha yang ditujukan terhadap
penderita yang baru pulih dari penyakit yang dideritanya.
B. Sasaran Kesehatan Masyarakat
Sasaran Kesehatan masyarakat adalah individu, keluarga, kelompok
khusus baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah
kesehatan.
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan karena ketidak mampuan
merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab maka akan dapat
mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental dan
sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya, yang berkumpul dan tinggal
dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan
atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan interaksi, bila
salah satu atau beberapa keluarga mempunyai masalah kesehatan maka
akan berpengaruh terhadap anggota dan keluarga yang lain.
3. Kelompok Khusus

Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang mempunyai


kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasai yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan, dan
termasuk di antaranya adalah:

a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai


akibat pertumbuhan dan perkembangan seperti; ibu hamil, bayi
baru lahir, anak balita, anak usia sekolah, dan usia lanjut.
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan, di antaranya penderita
penyakit menular dan tidak menular.
c. Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di
antaranya; wanita tuna susila, kelompok penyalahgunaan obat
dan narkoba, kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-
lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya; panti
werda, panti asuhan, pusat-pusat rehabilitasi dan penitipan
anak.

1.2 Issue mengenai Kesehatan masyarakat dan Ruang Lingkup masyarakat

Demam Berdarah (DBD)

1. Promotif (Peningkatan kesehatan)


Penyuluhan tentang bahaya DBD, pemasangan spanduk dan poster-poster
program pencegahan DBD
2. Preventif (Pencegahan Penyakit)
Sering membersihkan dan menguras bak mandi, sering membersihkan
selokan-selokan sekitar rumah dan halaman, Tidak terdapat genangan air
di dalam dan diluar rumah dan hindari menggantung baju terutama
dibelakang pintu
3. Kuratif (Pengobatan)
Dengan melakukan fogging
4. Rehabilitatif (pemeliharaan kesehatan)
Perlu diberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat dengan
dilakukannya edukasi yang memfokuskan pada prilaku dan pola hidup
seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
A. Keterkaitan Kesehatan Masyarakat Dengan Status Kesehatan Ibu dan
Anak
Dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
maka perlu adanya pengelolaan bidang kesehatan secara efektif dan efisien.
Oleh karena itulah Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan
Surat Keputusan Nomor : 99 / Menkes / SK / III / 1982 tentang Sistem
Kesehatan Nasional. Pemikiran dasar Sistem Kesehatan Nasional pada
hakekatnya menentukan arah, tujuan dan dasar-dasar pembangunan
kesehatan sebagai suatu kesatuan yang menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan sebagai bagian dari pembangunan nasional. Sebagai
wujud nyata untuk memberikan pemerataan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat, telah dibangun Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS)
ditiap-tiap Kecamatan. Pelayanan kesehatan melalui PUSKESMAS
merupakan upaya yang menyeluruh dan terpadu, upaya ini meliputi
peningkatan, pencegahan, dan penyembuhan penyakit, serta meminimalisir
warga masyarakat yang mengidap gizi buruk.
Upaya pelayanan kesehatan ditiap-tiap PUSKESMAS dalam rangka
melaksanakan program yang meliputi kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), Diare, Imunisasi serta gizi. Program-program ini
diwujudkan melalui berbagai kegiatan pekerjaan kesehatan mulai dari
pencatatan data kesehatan masyarakat termasuk data kesehatan ibu dan
anak. Program ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
sehat, memiliki jiwa yang kuat dan sejahtera. Untuk mewujudkan manusia
yang sehat dan sejahtera dimaksud, sedini mungkin harus memperhatikan
kesehatan ibu dan anak.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu
prioritas utama pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini
bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu
melahirkan, dan bayi neonatal. Salah satu tujuan program ini adalah
menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan anak melalui
peningkatan mutu pelayanan dan menjaga kesinambungan pelayanan
kesehatan ibu dan perinatal di tingkat pelayanan dasar yaitu PUSKESMAS.
Strategi KIA antara lain pemberdayaan perempuan/suami dan keluarga,
pemberdayaan masyarakat, adanya kerjasama lintas sektor/ mitra lain
termasuk pemerintah daerah dan lembaga legislatif dan yang terakhir adalah
peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
terpadu dengan komponen kesehatan reproduksi yang lain.
Penggunaan Buku KIA merupakan salah satu strategi pemberdayaan
masyarakat. Program ini ditujukan sebagai upaya peningkatan pelayanan
kesehatan ibu dan anak.
B. Pendapat Mengenai Keterkaitan Kesehatan Masyarakat Dengan Status
Kesehatan Ibu dan Anak
Berdasarkan hasil diskusi yang kami lakukan, dapat diambil
kesimpulan bahwa upaya pemerintah dalam pemerataan pelayanan
kesehatan masyarakat sampai saat ini berjalan dengan baik. Upaya yang
dilakukan pemerintah salah satunya adalah di dirikan nya Pusat Kesehatan
Masyarakat (PUSKESMAS) di setiap daerah-daerah yang ada di Indonesia.
Tujuan didirikannya PUSKESMAS adalah untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat yang
bertempat tinggal di wilayah kerja PUSKESMAS agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tinggi nya dalam mewujudkan program Indonesia
sehat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, pemerintah melakukan upaya
yang salah satunya adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam
program KIA.
Kesehatan masyarakat dengan status kesehatan ibu dan anak sangat
berkaitan karena dengan adanya program KIA yang di naungi oleh
PUSKESMAS, ibu dapat meningkatkan kemampuan baik dalam
pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam mengatasi kesehatan dirinya dan
keluarganya.
C. Issue Mengenai Keterkaitan Kesehatan Masyarakat Dengan Status
Kesehatan Ibu Dan Anak
1. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan lebih rendah dari berat badan bayi rata-rata. Bayi dinyatakan
mengalami BBLR jika beratnya kurang dari 2,5 kilogram, sedangkan
berat badan normal bayi yaitu di atas 2,5 atau 3,5 kilogram. Sementara
pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 1,5 kilogram, dinyatakan
memiliki berat badan lahir sangat rendah. Penyebab utama bayi lahir
dengan berat badan rendah adalah kelahiran prematur, yaitu usia
kandungan kurang dari 37 minggu.
2. Diare
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan tinja yang encer
dan berair saat buang air besar. Kondisi ini biasanya berlangsung
beberapa hari. Seseorang dikatakan terkena diare yaitu ketika
frekwensi BAB mecapai 3-4 kali dalam sehari.
3. PEB
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang
ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda
kerusakan organ, misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh
tingginya kadar protein pada urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering
dikenal dengan nama toksemia atau hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Gejala preeklamsia biasanya muncul saat usia kehamilan memasuki
minggu ke-20 atau lebih (paling umum usia kehamilan 24-26 minggu),
sampai tak lama setelah bayi lahir. Preeklamsia yang tidak disadari oleh
sang ibu hamil bisa berkembang menjadi eklamsia, kondisi medis serius
yang mengancam keselamatan ibu hamil dan janinnya.
Peran bidan dalam promosi kesehatan sebagai advokator, pendidik
(koordinator), pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung, pelaksana,
pengelola, serta sebagai peneliti.

1. Advokator
Peran ini dilakukan bidan dalam membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
kebidanan yang diberikan kepada pasien. Bidan dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas
pelayanan yang sebik-baiknya, hak atas nformasi tentang penyakitnya, hak
atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri, dan ak untuk
menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan.
Tugas bidan adalah :
a. Bertanggung jawab membantu pasien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan
dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil
persetujuan (inform consent) atas tindakan kebidanan yang diberikan
kepadanya.
b. Mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien hal ini harus
dilakukan karena pasien yang sakit dan dirawat di rumah skit akan
berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan.
2. Pendidik (Educator)
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengeahuan tentang kondisi kesehatanya, gejala penyakit, bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubaha perilaku dari pasien setelah
dilakukan pemberian penkes.
a. Memberikan pendidikandan penyulua kesehatan masyarakat,
khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu,
anak, keluarga berencana.
b. Melatih dan membimbing kader, termasuk siswa bidan serta membina
dukun di wilayah atau tempat kerjanya.
3. Koordinator
a. Koordinasi merupakan salah satu peran utama bidan yang bekerja
dalam memberikan pelayanan dengan individu, keluarga, dan
masyarakat.
b. Pasien yang pulang dari RS memerlukan perawatan lanjutan di rumah,
sehingga perlu koodinasi lanjutan asuhan kebidanan di rumah.
c. Progran kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin pada individu,
keluarga, dan masyarakat perlu pula dikoordinasikan agar tidak terjadi
tumang tindih dalam penanggulangan.
d. Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan
yang komprehensif dapat tercapai.
4. Pelaksana perawatan dan pengawas perawatan langsung
a. Kontak pertama bidan kepada keluarga dapat melalui anggota
keluarganya yang sakit.
b. Bidan yang bekerja dengan pasien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun di RS. Bertanggung jawab dalam memberikan asuhan
perawatan langsung atau mengawasi keluarga dalam memberika
perawatan pada anggota yang sakit di RS.
c. Bidan melakukan perawatan langsung atau demonstrasi asuhan yang
disaksikan oleh keluarga dengan harapan keluarga melakukan di
rumah.
d. Bidan dapat mendemonstrasikan dan mengawasi keluarga melakukan
peran langsung selama di RS atau di rumah oleh bidan kesehatan
masyarakat.
5. Pelaksana
Sebagai pelaksana bidan melakukan tugas mandiri, kolaborasi atau kerja
sama dan ketergantungan.
a. Tugas mandiri bidan yaitu :
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
yang diberikan.
2) Memberiksn pelayanan pada anak dan wanita pra nikah dengan
melibatkan pasien.
3) Memberikan asuhan kebidanan kepada pasien selama kehamilan
normal.
4) Memberiksn asuhan kebidanan kepada pasien dalam masa
persalinan dengan melibatkan pasien atau keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada pasien dalam masa nifas
dengan melibatkan pasien dan keluarga.
7) Memberikan asuhan ada wanita subur yang membutuhkan
layanan KB.
8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan
sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan
menopause.
9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan
melibatkan keluarga.
b. Tugas kolaborasi
1) Menerapkan manajemen kebidanan ada setiap asuhan kebidanan
sesuai fungsi kolaborasi dengan meningkatkan pasien dan
keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko
tinggi dan pertolongan pertama ada kegawatan yang memerlukan
tindakan kolaborasi.
3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan
pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi yang melibatkan
pasien dan keluarga.
4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan
resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan keadaan
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan
pasien dan keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan ada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan
yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan
keluarga.
6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi
dan yang mengalami komplikasi atau kegawatan yang
memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
c. Tugas ketergantungan/merujuk adalah sebagai berikut :
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan
sesuai dengan fungsi keterlibatan pasien dan keluarga.
2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan.
3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
ada masa persalinan dengan penyulit tertentu yang melibatkan
pasien dan keluarga.
4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan
pada ibu masa nifas dengan penyulit tertentu yang melibatkan
pasien dan keluarga.
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
kelainan tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi
atau rujukan yang melibatkan keluarga.
6) Memberikan asuhan kebidanan keada anak balita dengan kelainan
dan kegawatan tertentu yang memerlukan konsultasi dan rujukan
melibatkan pasien dan keluarga.

6. Pengelola
1) Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan
kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat di
wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat atau pasien.
2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan promkes dan sektor lain
di wilayah kerjanya melalui peingkatan kemampuan dukun bayi, kader
kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada dibawah bimbingan
dalam wilayah kerjanya.
7. Peneliti
1) Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan,
baik secara mandiri maupun secara kelompok.
2) Tanggung jawab bidan terkait penelitian antara lain konaseling pada
remaja putri, pasangan pranikah pelayanan kebidanan ormal dn
abnormal, pelayanan kebidanan pada anak, pelayanan KB dan
pelayanan kesehatan masyarakat.

ISU PERAN BIDAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

Indonesia termasuk salah satu negara AKI tertinggi di negara


ASEAN

saat ini masih tingginya angka kematian ibu dan bayi . Berdasarkan
hasil penelitian pada bulan Februari 2018 bahwa AKI (Angka Kematian
Ibu) masih tinggi, yaitu setiap harinya sebanyak 830 ibu di dunia
meninggal, dan di Indonesia terdapat 38 ibu setiap harinya meninggal
akibat penyakit atau komplikasi terkait kehamilan dan persalinan. Sekitar
15% dari kehamilan atau persalinan mengalami komplikasi,

Angka Kematian Bayi di Indonesia sebanyak 15 dari 1000


kelahiran
Berdasarkan penelitian bulan september tahun 2018 (Angka Kematian
Bayi di dunia sebanyak 7000 setiap harinya di indonesia 185. ¾ dari
kematian neonatal terjadi pada minggu pertama dan 40% meninggal dalam
24 jam pertama. Peran bidan yang dapat mendukung program kesehatan
ibu dan anak yaitu :

1. Bidan sebagai pelaksana


2. Bidan sebagai pengelola
3. Bidan sebagai pendidik
4. Bidan sebagai pemberdaya
5. Bidan sebagai pembela klien/advokasi
6. Bidan sebagai kolabolator
PUBLIC HEALTH CENTER

1. pengertian

Public health center dalam bahasa Indonesia artinya adalah Pusat


Kesehatan Masyarakat atau yang sering kita kenal dengan sebutan PUSKESMAS.
Adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang
dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat (Wikipedia, 2019).

2. Peran puskesmas

Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah jenis fasilitas


pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam sistem
kesehatan nasional, khususnya subsistem upaya kesehatan. Pelayanan Kesehatan
adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada masyarakat,mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam
suatu sistem.

Peran Puskesmas
Sebagai lembaga kesehatan yang menjangkau masyarakat diwilayah terkecil
dalam hal pengorganisasian masyarakat serta peran aktif masyarakat dalam
penyelenggaraan kesehatan secara mandiri
Cara-cara yang ditempuh
1) Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam
rangka menolong dirinya sendiri.
2) Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggunakan
sumber daya secara efisien dan efektif.
3) Memberikan bantuan teknis
4) Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat
5) Kerjasama lintas sektor
Masalah kesehatan masyarakat sangat luas dan kompleks sehingga dalam
pemecahannya harus melibatkan lintas sektor dan lintas didiplin ilmu. Disisi lain
masalah kesehatan masyarakat tidak terlepas dari hubungan sebab akibat. Berawal
dari pendapat ini maka upaya kesehatan masyarakat dimulai dari upaya ditingkat
hulu yaitu peningkatan kesehatan (promotif), Upaya pencegahan (preventif) dan
upaya di tingkat hilir penyembuhan/pengobatan (curatif) dan upaya perbaikan
( Rehabilitatif).

Membangun ketahanan nasional bidang kesehatan tidak mungkin jika kita


hanya memprioritaskan upaya di tingkat hilir saja. Pada tataran upaya peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan Penyakit (preventif) Pemerintah wajib
"mengatur dan menyelenggarakan". Sedangkan pada tataran pengobatan
(kuratif) dan perbaikan (rehabilitatif) Pemerintah berkewajiban "mengatur dan
menggalang kemitraan" dengan lembaga swadaya masyarakat dan lembaga
swasta termasuk upaya kesehatan perorangan (dokter praktek dan bidan praktek).
Di era reformasi Peran dan fungsi Puskesmas tergerus dan terabaikan.
Disisi lain ada kecenderungan jajaran kesehatan mudah terlanda demam Issue
global ataupun isue regional sehingga melupakan hal mendasar yang seharusnya
dilakukan. Peran, tugas dan fungsi Puskesmas saat ini semakin tidak jelas dan
tumpang tindih dengan fungsi rumah sakit sehingga upaya peningkatan kesehatan
dan pencegahan penyakit semakin terabaikan. Fenomena  ini ditengarai dengan
tidak dipenuhinya kebutuhan tenaga puskesmas sesuai dengan peran dan fungsi
Puskesmas. Dampaknya upaya pemberdayaan masyarakat, deteksi dini masalah
kesehatan dan pencegahan penyakit tidak berjalan sebagaimana diharapkan
walaupun tetap dianggarkan. Yang lebih ironis lagi sudah hampir satu dekade ini
jajaran kesehatan merekruit tenaga strategis (dokter, bidan dan perawat) dengan
alasan memperkuat Puskesmas dalam rangka percepatan penurunan angka
kematian Ibu(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) akan tetapi data
menunjukkan angka-angka itu tetap bertengger dan tidak mau turun.
Kesimpulannya dari peran puskesmas tersebut adalah:

 Membangun ketahanan nasional dibidang kesehatan dilakukan secara utuh


dari hulu hingga ke hilir.
 Mengembalikan peran dan fungsi Puskesmas melalui penguatan
Puskesmas secara utuh baik tenaga, sarana prasarana, panduan kerja dan
biaya.
 Komitmen pemerintah Kabupaten/Kota dalam Pembangunan Kesehatan
Masyarakat

Adapun beberapa upaya untuk mencapai peran puskesmas menganai


kesehatan ibu dan anak menurut diskusi kelompok, diantaranya:

1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi,


anak balita dan anak pra sekolah. (pemeriksaan)
2. Memberikan nasihat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena
kekurangan protein, kalori dan lain lain. (nutrisi)
3. Pemberian nasihat tentang perkembangan anak dan cara stimulasinya.
(konsultasi mengenai perkembangan contohnya seperti sdidtk/kpsp)
4. Imunisasi tetanus toksoid 2 kali pada ibu hamil dan BCG, DPT 3 kali,
Polio 3 kali dan campak 1 kali pada bayi.
5. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan
program KIA. (promkes)
6. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena
melahirkan anak berkali kali dan golongan ibu beresiko tinggi.
(penyadaran pentingnya menggunakan alat kontrasepsi)
7. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam
macam penyakit ringan.
8. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan
pemeliharaan, memberikan penerangan dan pendidikan tentang kesehatan,
dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi
PUSKESMAS dan meminta agar mereka dating ke PUSKESMAS lagi.
(mengajak ataupun menyadarkan masyarakat akan pentingnya
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan )
9. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak kanak dan para dukun
bayi.
3. Issue yang terjadi di beberapa puskesmas di tasikmalaya sesuai pengalaman
kami:
1. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memeriksakan diri di
pelayanan kesehatan
2. Kurang baiknya stigma masyarakat mengenai sikap tenaga kesehatan yang
menyebabkan ketertarikan dan rasa nyaman masyarakat berobat ke
puskesmas berkurang
3. masih tingginya disparitas  tingkat sosial ekonomi – golongan kaya dan
miskin, antar kawasan dan antar perkotaan dan pedesaan. Tingginya
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mengindikasikan tingkat kesejahteraan penduduk masih rendah.
4. Perkembangan pembangunan puskesmas sudah dirintis dalam bentuk
proyek rintisan dibeberapa wilayah Indonesia. Pemerintah membangun
Puskesmas dengan berbagai pertimbangan strategis. Salah satunya yaitu
untuk lebih menekan biaya pelayanan kesehatan. Biaya pelayanan di RS
dan dokter praktik swasta yang lebih banyak bersifat kuratif ( pengobatan )
jauh lebih mahal dibandingkan dengan program pencegahan.
5. Masalah kesehatan bukan hanya masalah individu melainkan juga masalah
kelompok., pada dasarnya menyangkut dua aspek utama. Pertama ialah
aspek fisik, seperti misalnya tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan
penyakit, kedua adalah aspek non fisik yang menyangkut perilaku
kesehatan. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya akses terhadap
perawatan kesehatan dikarenakan mahalnya biaya perawatan. Dan salah
satu indikasi dari keseriusan pemerintah dalam penanganan kesehatan
tersebut yaitu dengan adanya pembangunan sarana Puskesmas sebagai
bantuan Inpres yang tidak hanya terbatas di perkotaan saja, tetapi di
tingkat kecamatan bahkan sampai di tingkat pedesan dengan maksud
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.. Tidak hanya itu
pemerintah pun mensahkan adanya program pelayanan kesehatan gratis
dengan penyediaan obat-obat generik, perawatan kesehatan ibu dan anak,
dan banyak lagi pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. Ini pun sebagai acuan bagi masyarakat
maupun tenaga medis agar dapat mengoptimalkan peranan Puskesmas
sebagai sarana pelayanan kesehatan yang posisinya terkadang dipandang
sepele bagi sebagian orang.
Melihat kondisi sekarang ini, dimana banyak pihak yang
memandang sebelah mata peranan Puskesmas kemudian menjadi hal
mutlak yang perlu diketahui jika keberadaan Puskesmas sangatlah
mendukung akan terciptanya kondisi sehat dalam masyarakat, hanya saja
sebagian masyarakat belum memanfaatkan puskesmas secara maksimal.
Hal tersebut terjadi karena sebagian masyarakat belum mengetahui dan
mengahayati tata cara hidup sehat.

Salah satu cara yang harus ditempuh adalah dengan lebih


mempercepat terwujudnya tujuan dari puskesemas di masyarakat
khususnya masyarakat pedesaan yaitu dengan melibatkan tokoh-tokoh
masyarakat, pemuka-pemuka agama, dan gencar melakukan penyuluhan-
penyuluhan mengenai kesehatan.Terlebih lagi saat sekarang ini sudah ada
Program Pelayanan Kesehatan Gratis yang telah disahkan oleh pemerintah
yang semestinya sudah bisa menjadi daya tarik untuk masyarakat agar
lebih bisa menerima dan menggunakan sarana Puskesmas ini.
Di samping itu pula dilakukan perbaikan dan peningkatan sistem
pembiayaan kesehatan sehingga menjadi lebih jelas, sarana dan prasarana
juga perlu diperhatikan mutunya, agar masyarakat mendapatkan pelayanan
kesehatan yang maksimal.
Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, puskesmas terlebih dahulu harus
dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya. Masalah
ketenagakerjaan baik itu dari sisi kebijakan pemerintah daerah,
ketersediaan dan jaringan, mutu dan distribusi antar perkotaan, pedesaan
dan desa tertinggal, pandangan yang ada di masyarakat mengenai mutu
pelayanan puskesmas, serta kurang jelasnya peran puskesmas dalam
pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin, merupakan bagian dari
masalah-masalah yang terlebih dahulu harus diselesaikan untuk mencapai
tujuan didirikannya puskesmas.

4. Menurut pendapat kelompok


Adanya puskesmas yang telah mendapatkan sertivikasi ISO 9002
merupakan bukti nyata adanya komitmen pemerintah daerah dan tim
manajerial puskesmas serta seluruh tenaga kerja puskesmas dalam usaha
peningkatan mutu puskesmas. Mutu pelayanan kesehatan diharapkan dapat
meningkat dengan adanya program kesehatan gratis yang dikeluarkan
pemerintah pusat maupun daerah. Diharapkan dengan adanya program
kesehatan ini bisa lebih memacu kesadaran masyarakat untuk memeriksakan
kesehatannya serta lebih peduli dengan kesehatannya.
Tidak hanya itu, dengan adanya program kesehatan gratis ini di harapkan
pula akan banyak respon positif di kalangan masyarakat khusus nya pada
masyarakat kalangan menengah ke bawah. Respon positif ini akan didapat
apabila sikap atau tindakan yang di perlihatkan oleh pemerintah ataupun pihak
puskesmas itu positif. Dengan kata lain masyarakat akan menerima segala
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah apabila penyampaian informasi
akan kebijakan tersebut melibatkan masyarakat dan di sosialisasikan dengan
benar.
Bukan hanya kebijakan yang sifatnya menguntungkan bagi pihak
pemerintah saja dan diambil secara sepihak. Hal seperti ini tentu akan
membawa respon negatif di kalangan masyarakat. Sebab, penyampaian yang
tidak merata dan pelayanan yang di berikan kurang memuaskan tentu animo
masyarakat untuk datang dan berobat ke puskesmas tentu saja akan semakin
menurun. Apalagi melihat kondisi sekarang mengenai image ”gratis” itu
kurang baik. Dimana segala sesuatu yang gratis selalu dikaitkan dengan
pelayanan yang standar dan terkesan tidak maksimal. Disini pemerintah dan
juga segala pihak yang terkait seharusnya berperan penting dalam
penyampaian informasi hingga pemberian layanan secara prima dan optimal,
sehingga masyarakat dapat menilai positif akan program pelayanan kesehatan
yang lebih baik. Respon positif dan negatif adalah dua hal yang akan
memberikan keuntungan dalam hal pemberian citra positif pemerintah
terhadap masalah kesehatan di Indonesia sekaligus akan memberikan citra
negatif kepada pemerintah apabila dalam prosesnya dianggap tidak
memuaskan oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai