Menurut WHO, Promosi Kesehatan sebagai The process of enabling individuals and
communities to increase control over the determinants of helath and there by improve their
helaths. (Proses yang mengupayakan individu dan Masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengendalikan faktor Kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya).
Definis promosi Kesehatan juga tertuang dalalm keputusan Menteri Kesehatan nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan promosi Kesehatan di daerah,
diesebutkan bahwa promosi Kesehatan adalah “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
Masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh untuk Bersama mayarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya Masyarakat
sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan public yang berwawasan Kesehatan”.
Preventif adalah upaya pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit.
Organ manusia mengalami perubahan setiap bertambahnya usia atau kegiatan yang
dialaminya, sehingga ada beberapa penyakit lebih dominan terkena pada kelompok sasaran
tertentu. Ada kelompok beresiko terhadap sesuatu penyakit dibandingkan dengan masyarakat
pada umumnya. Orang yang mempunyai kebiasaan merokok akan lebih beresiko terkena
penyakit TBC, orang hamil akan lebih beresiko terkena anemia, anak usia sekolah lebih
beresiko terkena diare, karyawan yang bekerja di belakang meja akan lebih beresiko terkena
sakit pinggang, buruh pabrik yang menggunakan mesin di tangan akan beresiko terkena
penyakit carpal tunnel syndrome, dan lain-lain. Pelayanan khusus bagi kelompok yang
beresiko ini disebut upaya preventif. Preventif merupakan pelayanan yang luas sehingga
dalam upaya layanannya preventif dibagi Kembali menjadi 5 yang biasa dikenal dengan Five
Level Prevention. Berikut adalah Five Level Prevention dari Leavel dan Clark:
b. Level 2: Pencegahan umum dan khusus (general dan specific prevention) Adalah
upaya pencegahan yang diberikan pada orang sehat yang yang memiliki resiko tinggi untuk
terkenanya suatu penyakit. Kegiatan umum yang dilakukan pada level ini adalah pemberian
imunisasi, isolasi pada penderita penyakit menular, menggunakan Alat Pelindung diri (APD),
dan mengontrol sumber pencemaran seperti membersihkan kamar mandi dan membuat
sumber polutan pada tempat khusus.
c. Level 3: Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment) Merupakan upaya kesehatan untuk mencari sedini
mungkin kemungkinan penyakit yang akan terjadi di masyarakat dan jika ditemukan segera
diberikan pengobatan. Upaya screening penyakit (screening kangker payudara, kangker
rahim, dll), general check up, tracing penderita penyakit menular, dan lain-lain.
Untuk dapat mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik.
Strategi adalah cara yang digunakan dalam mencapai apa yang diinginkan dalam promosi
Kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain, seperti : pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya. Strategi ini diperlukan untuk mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan.
Adapun strategi yang digunakan dalam mewujudkan promosi kesehatan di antaranyaa adalah
dengan strategi global. Berikut ini adalah tiga langkah strategi global :
1. Advokasi (advocacy).
Kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan
(decision maker) 64 dan penentu kebijakan (policy makers) dalam bidang kesehatan
maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.
Dengan demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan
kebijakan – kebijakan dalam bentuk peraturan, undang – undang, instruksi yang
diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Strategi ini akan
berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini adalah pejabat ekskutif dan
legislatif, para pejabat pemerintah, swastam pengusaha, partai politik dan organisasi
masyarakat atau LSM di tingkat pusat sampai daerah. Bentuk dari advokasi adalah
lobbying melalui pendekatan atau pembicaraan – pembicaraan formal atau informal
terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu – isu atau masalah – masalah
kesehatan yang mempengaruhi kesehatan Masyarakat \ setempat, dan seminar –
seminar kesehatan.
2. Dukungan Sosial (social support).
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai
elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari Masyarakat antara lain berasal dari
unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat yang mempunyai pengaruh di
masyarakat), unsur formal (petugas kesehatan, pejabat pemerintah). Dengan adanya
dukungan dari kedua unsur tersebut, diharapkan promosi kesehatan dapat dijembatani
baik dari pihak pengelola program kesehatan dan masyarakat. Sehingga apabila kedua
unsur tersebut telah mempunyai perilaku sehat maka akan mudah ditiru oleh anggota
masyarakat yang lain.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment community).
Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan dalam kaitannya supaya masyarakat
memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya ini
dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, pengorganisasian penggunaan
masyarakat (PPM) dalam bentuk pelatihan ketrampilan dalam rangka meningkatkan
pendapatan masyarakat (keluarga) seperti ketrampilan beternak, berdagang, menukang
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih pada
kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, seperti dana sehat, pengobatan
gratis, kerja bakti dan lain sebagainya. Kegiatan ini sering disebut sebagai Gerakan
Masyarakat Untuk Kesehatan.
Nurmala, I.
Promosi Kesehatan / Ira Nurmala [et al.] – Surabaya: Airlangga University Press, 2018.
Viii, 116 hlm ; 23 cm
Cholifah, dkk
BUKU AJAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / Cholifah, dkk – Sidoarjo : UMSIDA
Press, 2019
Afiana & Deas, 2023. Peran Serta Masyarakat dalam Upaya peningkatan promoif dan
preventif, Universitas Indonesia.
Citra Juwita, Modul Pengantar Kesehatan Masyarakat, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta,
2022.