Anda di halaman 1dari 6

Pengertian preventif dan promosi kesehatan

Sebagai pelayanan kesehatan yang dekat dengan masyarakat, sebaiknya pelayanan


pada tingkat primer diprioritaskan terhadap upaya promotif dan preventif. Menurut WHO,
promosi kesehatan adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kontrol atas
Kesehatan mereka dan determinannya melalui upaya literasi kesehatan dan tindakan
multisektoral untuk meningkatkan perilaku sehat, sedangkan preventif bertujuan untuk
meminimalkan beban penyakit dan faktor risiko terkait, seperti faktor sosial ekonomi,
perilaku, gaya hidup, pola makan, dan sebagainya. Sementara itu, menurut UU No. 36 Tahun
2009 mengenai Kesehatan menyatakan bahwa pelayanan kesehatan promotif adalah kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan dan
pelayanan Kesehatan preventif merupakan kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah
kesehatan atau penyakit.

Menurut WHO, Promosi Kesehatan sebagai The process of enabling individuals and
communities to increase control over the determinants of helath and there by improve their
helaths. (Proses yang mengupayakan individu dan Masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan mereka mengendalikan faktor Kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya).

Promosi Kesehatan merupakan revitalisasi dari Pendidikan j=kesehatan pada masa


lalu dimana dalam konsep promosi Kesehatan tidak hanya proses penyadaran Masyarakat
dalam hal pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang Kesehatan saja tetapi juga
sebagai Upaya yang mampu menjebatani perubahan perilaku, baik didalam masyarakt
maupun dalam organisasi dan ligkungannya. Perubahan lingkungan yang diharapkan dalam
keggiatan promosi Kesehatan meliputi lingkungan fisik dan non fisik, sosial budaya,
ekonomi, politik. Promosi Kesehatan adalah perpaduan dari berbagai macam dukungan baik
Pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangn-undangan untuk perubahan
lingkungan (Mubarak dkk 2007).

Definis promosi Kesehatan juga tertuang dalalm keputusan Menteri Kesehatan nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 tentang pedoman pelaksanaan promosi Kesehatan di daerah,
diesebutkan bahwa promosi Kesehatan adalah “Upaya untuk meningkatkan kemampuan
Masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh untuk Bersama mayarakat, agar mereka dapat
menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya Masyarakat
sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan public yang berwawasan Kesehatan”.
Preventif adalah upaya pelayanan kesehatan untuk mencegah terjadinya penyakit.
Organ manusia mengalami perubahan setiap bertambahnya usia atau kegiatan yang
dialaminya, sehingga ada beberapa penyakit lebih dominan terkena pada kelompok sasaran
tertentu. Ada kelompok beresiko terhadap sesuatu penyakit dibandingkan dengan masyarakat
pada umumnya. Orang yang mempunyai kebiasaan merokok akan lebih beresiko terkena
penyakit TBC, orang hamil akan lebih beresiko terkena anemia, anak usia sekolah lebih
beresiko terkena diare, karyawan yang bekerja di belakang meja akan lebih beresiko terkena
sakit pinggang, buruh pabrik yang menggunakan mesin di tangan akan beresiko terkena
penyakit carpal tunnel syndrome, dan lain-lain. Pelayanan khusus bagi kelompok yang
beresiko ini disebut upaya preventif. Preventif merupakan pelayanan yang luas sehingga
dalam upaya layanannya preventif dibagi Kembali menjadi 5 yang biasa dikenal dengan Five
Level Prevention. Berikut adalah Five Level Prevention dari Leavel dan Clark:

a. Level 1: Peningkatan Kesehatan (health promotion) Sama dengan upaya promotif


dimana level 1 ini berfokus pada orang sehat agar tidak terkena penyakit. Menjaga daya tahan
tubuh, menghindari faktorfaktor terjadinya penyakit, dan perilaku hidup bersih dan sehat.
Contoh adalah peningkatan pengetahuan siswa untuk mencuci tangan, sosialisasi hidup bersih
dan sehat di lingkungan sekolah, penyuluhan sikap ergonomik dalam bekerja, perbaikan
sanitasi lingkungan, dan lain-lain.

b. Level 2: Pencegahan umum dan khusus (general dan specific prevention) Adalah
upaya pencegahan yang diberikan pada orang sehat yang yang memiliki resiko tinggi untuk
terkenanya suatu penyakit. Kegiatan umum yang dilakukan pada level ini adalah pemberian
imunisasi, isolasi pada penderita penyakit menular, menggunakan Alat Pelindung diri (APD),
dan mengontrol sumber pencemaran seperti membersihkan kamar mandi dan membuat
sumber polutan pada tempat khusus.

c. Level 3: Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat
(early diagnosis and prompt treatment) Merupakan upaya kesehatan untuk mencari sedini
mungkin kemungkinan penyakit yang akan terjadi di masyarakat dan jika ditemukan segera
diberikan pengobatan. Upaya screening penyakit (screening kangker payudara, kangker
rahim, dll), general check up, tracing penderita penyakit menular, dan lain-lain.

d. Level 4: Pembatasan Kecacatan (disability limitation) Upaya yang berfokus kepada


orang yang sudah sakit agar tidak lebih parah, tidak terkenan penyakit lainnya, dan segera
sembuh. Melanjutkan upaya pengobatan pada orang sakit merupakan yang fokus dalam
upaya ini, karena terkadang masyarakat tidak mengobati penyakit secara tuntas sehingga
kegiatan mengenai pemberian pengetahuan tentang masalah lain yang terjadi jika tidak
menuntaskan pengobatan menjadi hal yang penting. Memberikan pengetahuan tentang
perilaku yang boleh dan tidak boleh kepada lansia yang terkena penyakit sendi juga
merupakan contoh dari kegiatan level 4 ini.

e. Level 5: Pemulihan Kesehatan (rehabilitation) Upaya mengembalikan orang yang


sakit untuk dapat hidup normal di masyarakat. Kegiatan pelatihan bagi pasien yang cacat
untuk tetap dapat bekerja dan berkarya sesuai dengan kemampuannya, kegiatan bimbingan
psikologi untuk menambah rasa percaya diri hidup ditengah masyarakat, latihan fisik/ terapi
untuk melatih anggota gerak agar berfungsi dengan baik.

STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

Untuk dapat mewujudkan promosi kesehatan, diperlukan suatu strategi yang baik.
Strategi adalah cara yang digunakan dalam mencapai apa yang diinginkan dalam promosi
Kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang lain, seperti : pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, status gizi masyarakat, pelayanan kesehatan dan lain
sebagainya. Strategi ini diperlukan untuk mewujudkan visi dan misi dari promosi kesehatan.
Adapun strategi yang digunakan dalam mewujudkan promosi kesehatan di antaranyaa adalah
dengan strategi global. Berikut ini adalah tiga langkah strategi global :

1. Advokasi (advocacy).
Kegiatan memberikan bantuan kepada masyarakat dengan membuat keputusan
(decision maker) 64 dan penentu kebijakan (policy makers) dalam bidang kesehatan
maupun sektor lain di luar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.
Dengan demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan
kebijakan – kebijakan dalam bentuk peraturan, undang – undang, instruksi yang
diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum. Strategi ini akan
berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini adalah pejabat ekskutif dan
legislatif, para pejabat pemerintah, swastam pengusaha, partai politik dan organisasi
masyarakat atau LSM di tingkat pusat sampai daerah. Bentuk dari advokasi adalah
lobbying melalui pendekatan atau pembicaraan – pembicaraan formal atau informal
terhadap para pembuat keputusan, penyajian isu – isu atau masalah – masalah
kesehatan yang mempengaruhi kesehatan Masyarakat \ setempat, dan seminar –
seminar kesehatan.
2. Dukungan Sosial (social support).
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan dari berbagai
elemen yang ada di masyarakat. Dukungan dari Masyarakat antara lain berasal dari
unsur informal (tokoh agama dan tokoh adat yang mempunyai pengaruh di
masyarakat), unsur formal (petugas kesehatan, pejabat pemerintah). Dengan adanya
dukungan dari kedua unsur tersebut, diharapkan promosi kesehatan dapat dijembatani
baik dari pihak pengelola program kesehatan dan masyarakat. Sehingga apabila kedua
unsur tersebut telah mempunyai perilaku sehat maka akan mudah ditiru oleh anggota
masyarakat yang lain.
3. Pemberdayaan Masyarakat (empowerment community).
Pemberdayaan masyarakat dibutuhkan dalam kaitannya supaya masyarakat
memperoleh kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Upaya ini
dapat dilakukan melalui penyuluhan kesehatan, pengorganisasian penggunaan
masyarakat (PPM) dalam bentuk pelatihan ketrampilan dalam rangka meningkatkan
pendapatan masyarakat (keluarga) seperti ketrampilan beternak, berdagang, menukang
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat lebih pada
kegiatan penggerakan masyarakat untuk kesehatan, seperti dana sehat, pengobatan
gratis, kerja bakti dan lain sebagainya. Kegiatan ini sering disebut sebagai Gerakan
Masyarakat Untuk Kesehatan.

Berikut ini adalah lima rumusan strategi/Langkah promosi Kesehatan berdasarkan


Piagam Ottawa:
1. Kemampuan/ Ketrampilan Individu.
Diharapkan setiap individu yang berada didalam masyarakat mempunyai
pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam memelihara kesehatannya,
mengenai penyebab penyakit, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya dan
mampu mencari pengobatan yang layak bilamana mereka
atau anak – anak mereka sakit. Oleh sebab itu, meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (personal skill) adalah hal yang sangat penting.
2. Gerakan Masyarakat.
Perwujudan derajat Kesehatan masyarakat akan menjadi lebih efektif jika unsur -
unsur yang ada di masyarakat melakukan kegaiatn bersama – sama. Kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan secara bersama – sama merupakan upaya peningkatkan
kesehatan mereka sendiri sebagai wujud dari Gerakan masyarakat.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan.
Titik berat pelayanan kesehatan saat ini masih bertumpu pada pemerintah dan
swasta, kurang melibatkan masyarakat sebagai pemerima pelayanan kesehatan.
Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti memberdayakan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya sendiri. Karena
kesehatan masarakat bukan hanya masalah pihak provider, dalam hal ini pemerintah
dan pihak swasta juga menjadi tanggung jawab masyarakat (konsumen). Oleh sebab
itu, penyelenggaraan pelayanan kesehatan juga merupakan tanggungjawab bersama
antara pihak pemberi pelayanan dan pihak penerima pelayanan.
4. Kebijakan Berwawasan Kesehatan.
Kebijakan yang dimaksudkan disini adalah semua kebijakan pembangunan di
bidang apa saja harus mempertimbangkan dampak Kesehatan bagi masyarakat, oleh
karenanya kebijakan ini akan berhasil jika dituangkan dalam bentuk aturan atau
undang – undang. Jika ini dapat dilaksanakan oleh semua orang yang mempunyai
kewenangan dalam menentukan kebijakan maka pembangunan yang berwawasan
Kesehatan (development health public) akan dapat diwujudkan.
5. Lingkungan yang Mendukung.
Hendaknya setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat harus memperhatikan
dampak pada lingkungan sekitar. Oleh karenanya, supportive environment
(lingkungan yang mendukung) akan mempermudah promosi kesehatan.
Lingkungan yang dimaksud disini bukan saja lingkungan fisik, tetapi juga
lingkungan non-fisik yang kondusif terhadap Kesehatan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Nurmala, I.
Promosi Kesehatan / Ira Nurmala [et al.] – Surabaya: Airlangga University Press, 2018.
Viii, 116 hlm ; 23 cm

Cholifah, dkk
BUKU AJAR ILMU KESEHATAN MASYARAKAT / Cholifah, dkk – Sidoarjo : UMSIDA
Press, 2019

Afiana & Deas, 2023. Peran Serta Masyarakat dalam Upaya peningkatan promoif dan
preventif, Universitas Indonesia.

Citra Juwita, Modul Pengantar Kesehatan Masyarakat, Universitas Kristen Indonesia, Jakarta,
2022.

Anda mungkin juga menyukai