Anda di halaman 1dari 12

TUGAS EPIDEMIOLOGI

NAMA

: I Wayan Merdiyana Eka Putra

NPM

: 09700064

TUGAS I
1. Strategi Promkes (Piagam Ottawa, 1986)
WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di Ottawa pada
tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk
menyelenggarakan promosi kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan dari Piagam Ottawa
pada bagian yang diberi subjudul Health Promotion Action Means. Menurut Piagam Ottawa,
kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
a. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy public policy)
Promosi kesehatan lebih daripada sekadar perawatan kesehatan. Promosi kesehatan
menempatkan kesehatan pada agenda dari pembuat kebijakan di semua sektor pada
semua level, mengarahkan mereka supaya sadar akan konsekuensi kesehatan dari
keputusan mereka dan agar mereka menerima tanggung jawab mereka atas kesehatan.

b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportive environments)


Masyarakat kita kompleks dan saling berhubungan. Kesehatan tidak dapat dipisahkan
dari tujuan-tujuan lain. Kaitan yang tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya
menjadikan basis untuk sebuah pendekatan sosio-ekologis bagi kesehatan. Prinsip
panduan keseluruhan bagi dunia, bangsa, kawasan, dan komunitas yang serupa, adalah
kebutuhan untuk memberi semangat pemeliharaan yang timbal-balik untuk
memelihara satu sama lain, komunitas, dan lingkungan alam kita.

c. Memerkuat

kegiatan-kegiatan

komunitas

(strengthen

community

actions)

Promosi kesehatan bekerja melalui kegiatan komunitas yang konkret dan efisien dalam

mengatur prioritas, membuat keputusan, merencanakan strategi dan melaksanakannya


untuk mencapai kesehatan yang lebih baik. Inti dari proses ini adalah memberdayakan
komunitas -kepemilikan mereka dan kontrol akan usaha dan nasib mereka.
Pengembangan komunitas menekankan pengadaan sumber daya manusia dan material
dalam komunitas untuk mengembangkan kemandirian dan dukungan sosial, dan untuk
mengembangkan sistem yang fleksibel untuk memerkuat partisipasi publik dalam
masalah kesehatan.

d. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills) Promosi kesehatan


mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi,
pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal
ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam
mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang
kondusif bagi kesehatan.

e. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services) Tanggung jawab untuk


promosi kesehatan pada pelayanan kesehatan dibagi di antara individu, kelompok
komunitas, profesional kesehatan, institusi pelayanan kesehatan, dan pemerintah.
Mereka harus bekerja sama melalui suatu sistem perawatan kesehatan yang
berkontribusi untuk pencapaian kesehatan. Peran sektor kesehatan harus bergerak
meningkat pada arah promosi kesehatan, di samping tanggung jawabnya dalam
menyediakan pelayanan klinis dan pengobatan.
f. Bergerak ke masa depan (moving into the future) Kesehatan diciptakan dan dijalani
oleh manusia di antara pengaturan dari kehidupan mereka sehari-hari di mana mereka
belajar, bekerja, bermain, dan mencintai. Kesehatan diciptakan dengan memelihara
satu sama lain dengan kemampuan untuk membuat keputusan dan membuat kontrol
terhadap kondisi kehidupan seseorang, dan dengan memastikan bahwa masyarakat yag
didiami seseorang menciptakan kondisi yang memungkinkan pencapaian kesehatan
oleh semua anggotanya.
2. Strategi Promosi Kesehatan Global (WHO, 1984)

Advokasi (advocacy)
Advokasi terhadap kesehatan merupakan sebuah upaya yang dilakukan orang-orang di bidang
kesehatan, utamanya promosi kesehatan, sebagai bentuk pengawalan terhadap kesehatan.
Advokasi ini lebih menyentuh pada level pembuat kebijakan, bagaimana orang-orang yang
bergerak di bidang kesehatan bisa memengaruhi para pembuat kebijakan untuk lebih tahu dan
memerhatikan kesehatan. Advokasi dapat dilakukan dengan memengaruhi para pembuat
kebijakan untuk membuat peraturan-peraturan yang bisa berpihak pada kesehatan dan peraturan
tersebut dapat menciptakan lingkungan yang dapat mempengaruhi perilaku sehat dapat terwujud
di masyarakat (Kapalawi, 2007). Advokasi bergerak secara top-down (dari atas ke bawah).
Melalui advokasi, promosi kesehatan masuk ke wilayah politik. Agar pembuat kebijakan
mengeluarkan peraturan yang menguntungkan kesehatan. Advokasi adalah suatu cara yang
digunakan guna mencapai suatu tujuan yang merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir
untuk mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan public secara
bertahap maju. Misalnya kita memberikan promosi kesehatan dengan sokongan dari kebijakan
public dari kepala desa sehingga maksud dan tujuan dari informasi kesehatan bias tersampaikan
dengan kemudahan kepada masyarakat atau promosi kesehatan yang kita sampaikan dapat
menyokong atau pembelaan terhadap kaum lemah (miskin)
Dukungan Sosial (social support)
Agar kegiatan promosi kesehatan mendapat dukungan dari tokoh masyarakat. Dukungan social
adalah ketersdiaan sumber daya yang memberikan kenyamanan fisik dan psikologis sehingga
kita dapat melaksanakan kehidupan dengan baik, dukungan social ini adalah orang lain yang
berinteraksi dengan petugas. Contoh nyata adalah dukungan sarana dan prasarana ketika kita
akan melakukan promosi kesehatan atau informasi yang memudahkan kita, atau dukungan
emosional

dari

masyarakat

sehingga

promosi

yang

diberikan

lebih

diterima.

Pemberdayaan Masyarakat (empowerment)


Di samping advokasi kesehatan, strategi lain dari promosi kesehatan adalah pemberdayaan
masyarakat di dalam kegiatan-kegiatan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang

kesehatan lebih kepada untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan. Jadi
sifatnya bottom-up (dari bawah ke atas). Partisipasi masyarakat adalah kegiatan pelibatan
masyarakat dalam suatu program. Diharapkan dengan tingginya partisipasi dari masyarakat maka
suatu program kesehatan dapat lebih tepat sasaran dan memiliki daya ungkit yang lebih besar
bagi perubahan perilaku karena dapat menimbulkan suatu nilai di dalam masyarakat bahwa
kegiatan-kegiatan kesehatan tersebut itu dari kita dan untuk kita (Kapalawi, 2007). Dengan
pemberdayaan masyarakat, diharapkan masyarakat dapat berperan aktif atau berpartisipasi dalam
setiap kegiatan. Sebagai unsur dasar dalam pemberdayaan, partisipasi masyarakat harus
ditumbuhkan. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan pada dasarnya tidak berbeda
dengan

pemberdayaan

masyarakat

dalam

bidang-bidang

lainnya.

Partisipasi dapat terwujud dengan syarat (Tawi, 2008):


1. Adanya saling percaya antaranggota masyarakat
2. Adanya ajakan dan kesempatan untuk berperan aktif
3. Adanya manfaat yang dapat dan segera dapat dirasakan oleh masyarakat
4. Adanya contoh dan keteladanan dari tokoh/pemimpin masyarakat.

Partisipasi itu harus didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang
diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses
pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses.
Agar masyarakat mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kesehatannya. Pemberdayaan
masyarakat adalah suatu bentuk upaya melibatkan peran serta dari masyarakat ketika kita
melakukan promosi kesehatan. Sebagai contoh yaitu pemanfaatan kader yang telah dilatih atau
anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan dalam memberikan promosi kesehatan.

Sumber :
www.yulidadewioktafina.blogspot.com/2009/10/sejarah-promosi-kesehatan-masy
www.bermenscholl.wordpres.com/2009/01/04/promosi.kesehatnan.

3. FIVE LEVE OF PREVENTION.

Pencegahan Aterosklerosis
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-faktor
risikonya. Jadi tergantung kepada faktor risiko yang dimilikinya, seseorang hendaknya:
Menurunkan kadar kolesterol darah
Menurunkan tekanan darah
Berhenti merokok
Menurunkan berat badan
Berolah raga secara teratur.
Adapun tahapan pencegahan yang dapat dilakukan adalah the

five level of prevention:


Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih sehat.Tidak hanya untuk mengantisipasi
penyakikit aterosklerosis saja tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini bertujuan
agar kondisi kesehatan tetep terjaga.Promosi kesehatan yang dilakukan adalah member
penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan, olahraga secara teratur, menyeimbangkan pasokan
gizi dalam tubuh, melakukan pemeriksaan secara berkala, dan pegetahuan secara genetis tentang
riwayat penyakit.
Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Tahap pencegahan ini lebih dikhususkan kepada yang telah berisiko tinggi terhadap
penyakit.Sepeti ateroklerosis adalah salah satu dari penyakit jantung, sehingga bagi yang
beresiko tinggi terhadap penykit jantung diharapkan untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa
meninggalakan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, menjaga kolesterol, tekanan darah darah
dan diabetes di bawah kontol dngan sering berkonsultasi dengan dokter.

Early Diagnosis and Prompt treatment (Diagnosis dan Pengobatan segera)


Pengobatan bisa dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan
kolesterol dalam darah (contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil,
probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan
untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
Disability Limitation(Pembatasan Disabilitas)
Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan jaringan
kulit untuk berkontraksi atau salah satu organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin
dapat dilakukan pengobatan selanjutnya.

TUGAS 2
PENYAKIT MENULAR
1. Filariasis
Gambar III.7
Wilayah

Puskesmas

yang

mendapat

Kasus

Filariasis

Tahun 2009

Upaya

kesehatan

difokuskan
dan

pada

dalam
kegiatan

pengendalian

vektor

rangka

pemberantasan

Pengobatan
yang

Massal

berpotensi

di

penyakit

(tahun

filaria

kedua),

wilayah

tahun

penemuan

endemis.

2009

penderita

Jumlah

seluruh

kasus di th 2008 sebanyak 26 kasus yang tersebar di 12 wilayah kecamatan


(termasuk

Tangsel),

14

kasus

di

Kabupaten

ditemukan

kasus

Tangerang

dan

semua

kasus

sudah

ditangani (100%).
Pada

tahun

Tangerang,

2009

masing-masing

di

kec.

Rajeg

baru

Penyakit

,Mekar

Baru,

Sindang Jaya, dan Pakuhaji). Dapat dilihat pada gambar diatas.


2. Pneumonia

filariasis
Gunung

di

Kabupaten

Kaler,

Mauk,

Gambar III.11
Grafik Cakupan Penemuan Penderita Pneumonia Balita Di Kabupaten Tangerang Tahun 2005
2009

Dari grafik tersebut, terlihat penurunan cakupan penemuan Pneumonia,dibandingkan


hasil di tahun.2008 yaitu sebesar 5,29%.
Gambar III.12
Grafik penemuan kasus Pneumonia Di Kabupaten Tangerang Tahun 2009

Dari

grafik

tersebut

terlihat

bahwa

Cakupan

Penemuan

terbanyak pada th.2009 ditemukan diwilayah Balaraja dan Suradita.

kasus

pneumonia

3. Penyakit HIV / AIDS


Upaya

pelayanan

kesehatan

dalam

rangka

penanggulangan

penyakit

HIV/AIDS,

disamping ditujukan pada penanganan penderita yang ditemukan juga diarahkan pada upaya
pencegahan melalui penemuan penderita secara dini yang dilanjutkan dengan kegiatan konseling.
Berdasarkan pelaporan dari Puskesmas dan Rumah Sakit diketahui pada tahun 2008 terdapat 87
kasus HIV/AIDS, dari jumlah tersebut yang ditangani sebanyak 100%. Walaupun
jumlah
per

penderita

100.000

menjadi

penduduk),

AIDS

windows

HIV/AIDS
tidak

secara

namun
diketahui

periods,sehingga

kumulatif

relatif

dalam

perjalanan

dengan

pasti

kelompok

ini

kecil

(Case

penyakit

dari

periodisasinya

menjadi

Rate
HIV

karena

potensial

1,60

dalam

(+)

adanya
penularan

penyakit AIDS.Sedangkan untuk data kasus dapat dilihat pada grafik berikut.
Gambar III.14
Kasus HIV - AIDS di Kabupaten Tangerang Tahun 2009

Berdasarkan grafik tersebut Kecamatan


untuk

kasus

HIV,selanjutnya

disusul

Kosambi menjadi
oleh

Kecamatan

urutan pertama

Cikupa

dan

tertinggi

Kelapa

Dua.

Untuk Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) ditemukan 884 kasus dan semua kasus
tersebut telah ditangani .

4. Penyakit Tuberkulosa
Jumlah kasus TBC Paru BTA positif pada tahun 2009 diperkirakan 2638 orang, dari
jumlah tersebut dilakukan pemeriksaan dan pengobatan pada 1927 orang sehingga
diperoleh Case Detection rate (CDR) sebesar 73 %, angka ini meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya yaitu 71,1 %. Angka kesembuhan TBC Paru (Cure Rate) adalah kasus
yang ditemukan dan diobati pada tahun 2008 dan dievaluasi di tahun 2009, CR yang diperoleh
adalah sebesar 82,3 % dengan suces rate 87 %,angka ini mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 97,04 %, hal ini disebabkan adanya pemisahan
wilayah dengan Tangerang Selatan, sehingga ada penurunan jumlah pasien TBC sembuh untuk
wilayah Kabupaten Tangerang
Gambar III.15
Penemuan Kasus TB(CDR)/Puskesmas Di Kabupaten Tangerang Tahun 2009

5. Penyakit Kusta
Gambar III.13
Kasus Baru Kusta Type PB dan MB Di Kabupaten Tangerang Tahun 2009

Secara
pada

keseluruhan
tahun

2008

jumlah
adalah

penderita

261

kasus

penyakit
baru

terdiri

kusta
dari

di

Kabupaten

Tangerang

40

kasus

dan

PB

221

kasus MB.Pada th 2009 ditemukan 30 kasus baru PB dan 152 kasus baru MB,
dari 40 kasus PB di tahun 2008 25 kasus sudah RFT di tahun 2009, sedangkan
dari 373 kasus MB yang minum obat, sudah RFT sebanyak 169 kasus (45.31 %).

Anda mungkin juga menyukai