Anda di halaman 1dari 6

Nama : Muhammad Dzikri

NIM : P07120122018
Prodi : Diploma III Keperawatan semester 3

KONSEP DASAR PROMOSI KESEHATAN

Sejarah Promosi Kesehatan


 Sebelum Tahun 1965, Adanya istilah Pendidikan Kesehatan, hal ini masih dilakukan
perorangan dan target sasarannya adalah adanya perubahan pengetahuan seseorang.
 Pada tahun 1965-1975, sudah mulai fokus ke masyarakat, tetapi masih banyak bersfiat
individual dan sasaran programnya merubah pengetahuan masyarakat mengenai
kesehatan.
 Pada tahun 1975-1985, pemberian informasi melalui media teknologi, tetapi peningkatan
pengetahun yang tinggi tidak diikuti perubahan perilaku. Maka pada 1984 WHO
merevitalisasi Pendidikan Kesehatan menjadi Promosi Kesehatan.
Promosi Kesehatan tidak hanya berupaya merubah perilaku tetapi juga merubah
lingkungan untuk memfasilitasi perubahan perilaku. Ini menekankan peningkatan
kemampuan hidup sehat bukan sekedar perilaku hidup sehat.
 Dibentuk Peran Serta Masyarakat (PSM) untuk memberdayakan masyarakat.
Berdasarkan Ottawa Charter, 1986. Promosi Keesehatan adalah upaya kepada masyarakat
agar mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka. Batasan Promosi
Kesehatan mencakup 2 dimensi: kemauan dan kemampuan.
 Pada tahun 1995-Sekarang
Tujuan program Pemberdayaan ke arah mobilisasi massa dan politik kesehatan. Sehingga
sasarannya perubahan kebijakan mengenai sistem atau faktor lingkungan. Pada 1997
diadakan konvensi Internasional Promosi Kesehatan yang melahirkan “The Jakarta
Declaratian”.
Jadi, tujuan Promosi Kesehatan agar masyarakat sadar pentingnya kesehatan sehingga mereka
yang akan melakukan usaha menyehatkan diri sendiri. Batasannya mencakup 2 aspek, mau dan
mampu.

Pengertian Promosi Kesehatan: Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui


pembelajaran dari, oleh, untuk masyarakat. Agar mereka dapat menolong dirinya serta didukung
oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

Visi Promkes: Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
Misi Promkes:
1. Memberdayakan semua melalui pendekatan personal, keluarga & gerakan masyarakat.
2. Membina lingkungan kondusif agar tercipta perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat.
3. Mengintegrasikan Promosi Kesehatan
4. Meningkatkan kemitraan yang sinergis antar pemerintah pusat dan daerah dengan
masyarakat.
5. Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan.

Strategi Promkes:
1. Advokasi
Advokasi adalah upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Sasaran advokasi yaitu para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers)
atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
2. Dukungan sosial
Dengan strategi menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan
berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi
profesi pemerintah dan lain-lain.
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo,2007).
Pemberdayaan masyarakat meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.

Tujuan Promkes: tersosialisasinya program kesehatan dan terwujudnya masyarakat Indonesia


baru yang berbudaya hidup bersih dan sehat serat berperan aktif dalam gerakan kesehatan.
Menurut WHO:
1. Tujuan Umum
Mengubah perilaku individu/masyarakat di bidang kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Menjadikan kesehatan bernilai di masyarakat
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri/kelompok mengadakan kegiatan
untuk mencapai tujuan hidup sehat
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan kesehatan
yang ada.
Tujuan Intervensi Perilaku dalam Promkes
1. Mengurangi perilaku negative bagi kesehatan: mengurangi kebiasaan merokok
2. Mencegah peningkatan perilaku negative bagi kes: mencegah peningkatan seks bebas
3. Meningkatkan perilaku positif bagi kesehatan: no mager, biasakan olahraga
4. Mencegah menurun perilaku positif bagi kes: mencegah menurun perilaku makan sehat

Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pencegehan


Ada 5 tingkat pencegahan dari Leavell and Clark (1967)
1. Pencegahan primer, terdiri dari:
a. Peningkatan derajat kesehatan (health promortion)
Promosi Kesehatan (health promotion) termasuk tahap pencegahan primer.
Tujuannya adalah membuat masyarakat sehat agar tetap sehat dan jauh dari penyakit.
Caranya adalah dengan memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat. Misalnya melalui penyuluhan kesehatan atau konseling.
b. Perlindungan khusus (specific protection)
Level ini masih menjadi bagian dalam pencegahan primer. Contoh kegiatannya
adalah pemberian imunisasi pada anak. Tujuannya adalah memberikan perlindungan
khusus untuk menghambat atau mencegah terjadinya terserang penyakit.
2. Pencegahan sekunder, terdiri dari
c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)
Deteksi dini dan perawatan segera termasuk tahap pencegahan sekunder. Tujuannya
adalah melakukan skrining atau penemuan penyakit sehingga dapat dicegah
penularannya. Selain itu menyediakan perawatan segera sebelum penyakit semakin
parah. Contohnya adalah kegiatan pemeriksaan kesehatan secara rutin, pemeriksaan
darah dan lain sebagainya.
d. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
Pada tahap ini dilakukan pencegahan atau pengurangan terhadap konsekuensi akibat
penyakit yang secara klinis sudah mencapai tahap lanjut (parah). Tahap yang masuk
dalam kategori sekunder ini bertujuan untuk mencegah risiko kecacatan dan risiko
komplikasi. Contohnya dengan pemberian terapi obat diabetes untuk mencegah
kemungkinan amputasi kaki.
3. Pencegahan tersier
e. Rehabilitasi (rehabilitation)
Rehabilitasi atau pemulihan ini adalah satu-satunya dalam kategori pencegahan
tersier. Tujuannya untuk membantu pasien yang baru sembuh agar kembali dapat
beraktivitas seperti biasa meski terjadi perubahan secara fisik (misalnya kecacatan).

Dapat diketahui bahwa Promosi Kesehatan Berdasarkan Aspek Pelayanan Kesehatan:


1. Promotive: pada orang sehat
2. Preventif: pada orang sehat dan risti
3. Kuratif: pada orang sakit
4. Rehabilitative: pada pasien baru sembuh

Contoh kegiatan-kegiatan promkes:


1. Pendidikan kesehatan masyarakat untuk mengenal masalah-masalah kesehatan serta cara-
cara untuk mencegah dan menanggulangi
2. Peningkatan ketersediaan pangan dan nutrisi
3. Penyediaan air bersih dan kebutuhan sanitasi dasar 
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana
5. Imunisasi
6. Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemik lokal
7. Pengobatan yang memadai untuk penyakit-penyakit umum dan kecelakaan
8. Penyediaan obat yang esensial

Ruang Lingkup Aktivitas

Diperluasnya Pen kes menjadi Promkes oleh WHO yang menggambarkan luasnya ruang lingkup
aktivitas promkes. Ottwa Charter mengemukakakn 5 pilar utama untuk promkes:

1. Build Health Public Policy (Buat kebijakan public yang sehat)


2. Create Supportive Environment (Ciptakan ling yang mendukung)
3. Strengthen Community Action (Perkuat kegiatan masy)
4. Develop Personal Skills (Kembangkan keterampilan pribadi)
5. Reorient Health Service (oreientasi ulang pel kes)

Ruang Lingkup Perilaku Kesehatan

Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain yaitu: health knowledge, health


attitude dan health practice. Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku
kesehatan individu yang menjadi unit analisis.

Sasaran Pomkes
1. Primer : individu yangs ehat dan keluarga sebagai bagian masyarakat
2. Sekunder : pemuka di masyarakat, organisasi masyarakat, dan media masa
3. Tersier : pengambil keputusan, penyandang dana, dan pembuat kebijakan
Area Promkes
1. Membangun kebijakan public
Membangun kebijakan yang berwawasan kesehatan memperhatikan dampak kesehatan
dari setiap keputusan yang telah dibuat.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung merupakan peran besar untuk mendukung
atau mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang.
3. Pemberdayaan masyarakat atau memperkuat germas
Mendorong serta memfasilitasi upaya masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.
4. Mengembangkan keterampilan individu
Masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif tentang kesehatannya, mengalihkan
tanggung jawab kesehatan berdasarkan pengetahun dan keterampilan setiap individu.
5. Berorientasi pada layanan kesehatan
Menata kembali arah utama pelayanan kesehatan kepada upaya preventif dan promotive
serta menegsampingkan upaya kuratif dan rehabilitative. Gerakan ini menunjukkan
bahwa kesehatan juga punya masyarakat tidak hanya pemerintah. Selain itu masyrakat
mampu diberdayakan agar dapat berperilaku hidup sehat.
6. Meningkatkan tanggung jawa social terhadap kesehatan.
7. Meningatkan investasi kesehatan dan keadilan social.
8. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama di bidang kesehatan.
9. Membangun infrastruktur yang kuat.

KASUS 1
Petugas kesehatan dan msyarakat desa A melakukan pertemuan untuk menyamakan persepsi
bahwa pentingnya mendapatkan informasi kesehatan tentang peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
seksual. Pada masyarakat agar masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan primer (health promotion) karena masyarakat
mendapatkan informasi mengenai peningkatan gizi, dan lain-lain. Hal ini dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan.

KASUS 2
Adanya peningkatan pada masyarakat yang mengalami kasus Covid-19 menyebabkan
pemerintah mewajibkan agar masyarakat mendapatkan vaksin, minimal 2 kali vaksin, selain itu
harus menjaga jarak, memakai masker, selalu mecuci tangan atau menggunakan handsanitizer,
WFH.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan primer (specific protection), karena sudah
diberikan vaksin/perlindungan khusus agar dapat mencegah terjadinya terserang penyakit.

KASUS 3
Pelayanan yang diberikan pada ibu hamil agar ibu hamil tetap terjaga untuk kesehatannya perlu
diberikan pemberian tablet Fe dan penganjuran makan makanan yang mengandung zat besi hal
ini dilakukan terutama bagi ibu hamil yang mengalami anemia.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan sekunder (early diagnosis and prompt treatment),
karena sudah ada pengobatan dini dengan pemberian tablet Fe dan anjuran makan yang
mengandung zat besi pada ibu hamil yang mengalami anemia.

KASUS 4
Mengurangi faktor resiko kematian dan kecacatan pada anak yang dilahirkan dengan
memperhatikan usia ibu pada saat hamil, jarak dalam kehamilan ataupun jumlah anak,
melakukan skirining. Contohnya: kasus hidrosepalus, bayi yang mengalami kebutaan.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan sekunder (disability limitation), karena kasus ini
sduah mengurangi faktor kematian dan kecacatan pada anadengan memperhatikan ibunya.

KASUS 5
Ketika sesorang mengalami kecelakaan kemudian patah tulang pada tangan, dapat direhabilitasi
dengan menggunakan tangan palsu pada tangan yang patah karena memiliki fungsi yang sama.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan tersier (rehabilitation), karena pada kasus ini
sduah masuk ke tahap rehabilitasi. Di mana tujuannya membantu pasien yang baru sembuh agar
dapat menjalankan aktivitas seperti biasa.

Anda mungkin juga menyukai