NIM : P07120122018
Prodi : Diploma III Keperawatan semester 3
Visi Promkes: Masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan
Misi Promkes:
1. Memberdayakan semua melalui pendekatan personal, keluarga & gerakan masyarakat.
2. Membina lingkungan kondusif agar tercipta perilaku hidup bersih dan sehat di
masyarakat.
3. Mengintegrasikan Promosi Kesehatan
4. Meningkatkan kemitraan yang sinergis antar pemerintah pusat dan daerah dengan
masyarakat.
5. Meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan.
Strategi Promkes:
1. Advokasi
Advokasi adalah upaya pendekatan terhadap orang lain yang dianggap mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.
Sasaran advokasi yaitu para pemimpin atau pengambil kebijakan (policy makers)
atau pembuat keputusan (decision makers) baik di institusi pemerintah maupun swasta.
2. Dukungan sosial
Dengan strategi menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan
berbagai kelompok opini yang ada di masyarakat seperti tokoh agama, tokoh masyarakat,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha/swasta, media massa, organisasi
profesi pemerintah dan lain-lain.
3. Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo,2007).
Pemberdayaan masyarakat meliputi upaya untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Diperluasnya Pen kes menjadi Promkes oleh WHO yang menggambarkan luasnya ruang lingkup
aktivitas promkes. Ottwa Charter mengemukakakn 5 pilar utama untuk promkes:
Sasaran Pomkes
1. Primer : individu yangs ehat dan keluarga sebagai bagian masyarakat
2. Sekunder : pemuka di masyarakat, organisasi masyarakat, dan media masa
3. Tersier : pengambil keputusan, penyandang dana, dan pembuat kebijakan
Area Promkes
1. Membangun kebijakan public
Membangun kebijakan yang berwawasan kesehatan memperhatikan dampak kesehatan
dari setiap keputusan yang telah dibuat.
2. Menciptakan lingkungan yang mendukung merupakan peran besar untuk mendukung
atau mempengaruhi kesehatan dan perilaku seseorang.
3. Pemberdayaan masyarakat atau memperkuat germas
Mendorong serta memfasilitasi upaya masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.
4. Mengembangkan keterampilan individu
Masyarakat mampu membuat keputusan yang efektif tentang kesehatannya, mengalihkan
tanggung jawab kesehatan berdasarkan pengetahun dan keterampilan setiap individu.
5. Berorientasi pada layanan kesehatan
Menata kembali arah utama pelayanan kesehatan kepada upaya preventif dan promotive
serta menegsampingkan upaya kuratif dan rehabilitative. Gerakan ini menunjukkan
bahwa kesehatan juga punya masyarakat tidak hanya pemerintah. Selain itu masyrakat
mampu diberdayakan agar dapat berperilaku hidup sehat.
6. Meningkatkan tanggung jawa social terhadap kesehatan.
7. Meningatkan investasi kesehatan dan keadilan social.
8. Meningkatkan konsolidasi dan memperluas kerjasama di bidang kesehatan.
9. Membangun infrastruktur yang kuat.
KASUS 1
Petugas kesehatan dan msyarakat desa A melakukan pertemuan untuk menyamakan persepsi
bahwa pentingnya mendapatkan informasi kesehatan tentang peningkatan gizi, kebiasaan hidup,
seksual. Pada masyarakat agar masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan primer (health promotion) karena masyarakat
mendapatkan informasi mengenai peningkatan gizi, dan lain-lain. Hal ini dapat meningkatkan
pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan.
KASUS 2
Adanya peningkatan pada masyarakat yang mengalami kasus Covid-19 menyebabkan
pemerintah mewajibkan agar masyarakat mendapatkan vaksin, minimal 2 kali vaksin, selain itu
harus menjaga jarak, memakai masker, selalu mecuci tangan atau menggunakan handsanitizer,
WFH.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan primer (specific protection), karena sudah
diberikan vaksin/perlindungan khusus agar dapat mencegah terjadinya terserang penyakit.
KASUS 3
Pelayanan yang diberikan pada ibu hamil agar ibu hamil tetap terjaga untuk kesehatannya perlu
diberikan pemberian tablet Fe dan penganjuran makan makanan yang mengandung zat besi hal
ini dilakukan terutama bagi ibu hamil yang mengalami anemia.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan sekunder (early diagnosis and prompt treatment),
karena sudah ada pengobatan dini dengan pemberian tablet Fe dan anjuran makan yang
mengandung zat besi pada ibu hamil yang mengalami anemia.
KASUS 4
Mengurangi faktor resiko kematian dan kecacatan pada anak yang dilahirkan dengan
memperhatikan usia ibu pada saat hamil, jarak dalam kehamilan ataupun jumlah anak,
melakukan skirining. Contohnya: kasus hidrosepalus, bayi yang mengalami kebutaan.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan sekunder (disability limitation), karena kasus ini
sduah mengurangi faktor kematian dan kecacatan pada anadengan memperhatikan ibunya.
KASUS 5
Ketika sesorang mengalami kecelakaan kemudian patah tulang pada tangan, dapat direhabilitasi
dengan menggunakan tangan palsu pada tangan yang patah karena memiliki fungsi yang sama.
Kasus tersebut merupakan bentuk pencegahan tersier (rehabilitation), karena pada kasus ini
sduah masuk ke tahap rehabilitasi. Di mana tujuannya membantu pasien yang baru sembuh agar
dapat menjalankan aktivitas seperti biasa.