Tujuan pembelajaran :
1. Menurut Blum ( 1972 ) bahwa status ( derajat ) kesehatan itu dipengaruhi oleh Perilaku,
lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan dimana faktor ( determinan ) Perilaku
merupakan faktor yang paling besar kontribusinya diantara faktor-faktor lainnya. Permasalahan
perilku masyarakat dapat dipecahkan dengan pendekatan “ Pendidikan / promosi/ penyuluhan
kesehatan masyarakat “.
2. Para ahli kesehatan dan kedokteran makin menyadari bahwa masaalah kesehatan banyak
disebabkan oleh Perilaku manusia yang tidak sesuai dengan kaedah-kaedah kesehatan.
3. Pemerintah dan masyarakat menyadari bahwa Biaya pengobatan/ perawatan kesehatan dirumah
sakit cukup tinggi dan cenderung terus meningkat sedangkan kemampuan pemerintah sangat
terbatas dan tingkat ekonomi masayarakat kita pada umumnya masih rendah ( jumlah pendukuk
dibawah garis kemiskinan masih besar ), sehingga upaya pendidikan kesehatan dan promosi
kesehatan menjadi lebih penting untuk meningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit agar
masyarakat tidak banyak jatuh sakit.
4. Disadari bahwa keikut sertaan masyarakat dalam mewujudkan derajat kasehatanya sangat
penting sehingga masyarakat harus ikut berpartisipasi dalam upaya upaya kesehatan. Agar
masyrakat dapat berpartisipasi secara optimal , perlu adanya peningkatan pengetahuan ,
kemauan dan kemampuan untuk memelihara kesehatannya yang pada akhirnya dapat berperilaku
positip terhadap kesehatan. Perubahan perilaku tersebut harus dilakukan secara terarah, teratur,
dan seistematik melalui upaya pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan.
PENGERTIAN
Rumusan Pengertian pendidikan kesehatan masyarakat itu banyak macamnya yang dikemukakan oleh
para ahli diantaranya:
1. Steward
Pendidikan kesehatan masyarakat adalah unsur program kesehatan dan kedokteran yang
didalamnya terkandung rencana untuk merubah perilaku perseorang dan masyarakat dengan
tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit
dan peningkatan kesehatan.
2. Grout
Pendidikan kesehatan masyarakat adalah upaya menterjemahkan yang telah diketahui tentang
kesehatan ke dalam perilaku yang diinginkan dari perseorangan atau pun masyarakat melalui
proses pendidikan.
3. Nyswander
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri manusia yang ada hubungannya
dengan tercapainya tujuan kesehatan perorangan dan masyarakat.
4. Stuart 1968
Pendidikan kesehatan adalah komponen dari program kesehatan dan program kedokteran yang
terencana guna menimbulkan perubahan perilaku, individu, kelompok, dan masyarakat dengan
melakukan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. WHO (1954)
Pendidikan kesehatan merupakan suatu upaya kesehatan yang bertujuan :
a. Menjadikan kesehatan sesuatu yang bernilai di masyarakat.
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok mengadakan kegiatan
untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong dan mengembangkan secara tepat sarana pelayanan kesehatan yang ada.
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari tiga dimensi (Soekedjo Noto Atmodjo
1993) :
1. Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu.
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarankelompok masyarakat tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di Rumah Sakit dengan sasaran pasien dan keluarga.
b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau
pekerja.
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion) misalnya peningkatan gizi,
perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misalnya imunisasi.
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnose dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and
Prompt Treatment) misalnya pengenalan gejala dini penyakit melalui pendidikan kesehatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk pembatasan cacat (Disability Limitation) misalnya dengan
pengobatan yang layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
e. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misalnya dengan memulihkan
kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
Secara institusional bahwa promosi kesehatan itu merupakan pengganti dari pendidikan kesehatan,
namun secara konseptual berbeda, dimana promosi kesehatan merupakan revitalisasi pendidikan
kesehatan. Secara Terminologi kata promosi sekurang-kurangnya mengandung 4 pengertian sekaligus
yaitu:
1. Peningkatan; seperti halnya digunakan dalam dunia akademik misalnya promosi Doktor atau
dunia pekerjaan misalnya promosi jabatan atau dunia kesehatan sendiri yaitu dibidang
pencegahan dalam konsep 5 tingkat pencegahan oleh Leavel and Clark (1974) yang meletakkan
promosi kesehatan (Health Promotion) pada tingkat pertama dan utama.
2. Memasarkan atau menjual; seperti yang berlaku didunia bisnis misalnya sales promotion girls,
manajer promosi/pemasaran.
3. Propaganda kesehatan (zaman Belanda) yaitu mempengaruhi orang lain atau masyarakat untuk
melakukan hal-hal sehat misalnya makan-makanan yang bergizi, minum air yang direbus, buang
air besar jamban, dsb.
4. Identik dengan penyuluhan kesehatan dimana pada pada kegiatan penyuluhan itu terjadi proses
peningkatan pengetahuan kesehatan bagi masyarakat yang selanjutnya diharapkan akan
berakibat terjadi peningkatan sikap dan perilaku (praktik) hidup sehat. Jadi, promosi kesehatan
itu identik dengan penjualan produk dimana jenis produknya adalah cara hidup sehat, imunisasi,
tablet Fe, garam beryodium, kondom, dll.
Jadi, promosi kesehatan dengan pendidikan kesehatan bukan hanya berbeda dalam konsep tapi juga
berbeda dalam implementasi (aplikasi), dimana pendidikan kesehatan dalam prakteknya hanya
mengintervensi pada perubahan perilaku sebagai salah satu determinan kesehatan (Blum 1974), tapi
promosi kesehatan melakukan intervensi semua determinan kesehatan. Bahkan hal-hal yang terkait
terhadap kondisi-kondisi dan determinan kesehatan tersebut. Dengan kata lain, promosi kesehatan
tidak hanya melakukan pendekatan perubahan perilaku (Behaviour Change) semata-mata, tetapi juga
dengan determinan kesehatan lain. Oleh WHO, 1984 merumuskan bahwa promosi kesehatan
sekurang-kurangnya mengandung 7 prinsip yaitu:
a. Perubahan perilaku (Behaviour Change)
b. Perubahan sosial (social change)
c. Pengembangan kebijakan (Police development)
d. Pemberdayaan (empowerment)
e. Partisipasi masyarakat (Community participation)
f. Membangun kemitraan (Building Partnership and alliance)
KESIMPULAN : Pengertian pendidikan kesehtan secara etimiologi sulit dibedakan dengan promosi
kesehatan kerena keduanya bentuk operasionalnya memberikan kegiatan pembelajaran untuk
pengetahuan, perubahan sikap dan perubahan perilaku kepada sasaran individu, kelompok, dan atau
masyrakat, namun secara konseptual kedunya sangat berbeda, dimana pendidikan kesehatan
inervensinya hanya sampai pada determinan perilaku sedangkan promosi kesehatan mengintervensi
lebih luas kepada seluruh faktor-faktor yang mempengruhi derajat kesehatan seperti faktor
lingkungan, pelyanan kesehatan, genetik bahkan faktor lainnya selain perilaku seperti faktor sosial,
kebijakan, partisipasi masyarakat, kemitraan, pemberdayaan masyarakat, dll.
KONSEP PERILAKU
Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian dan teori perilaku.
2. Mampu memahami dan menjelaskan perilaku kesehatan.
3. Mampu memahami dan menjelaskan hubungan status kesehatan, perilaku dan
pendidikan kesehatan.
4. Mampu memahami dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan
perilaku.
A. PENGERTIAN
Perilaku adalah respon/reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan atau dari dalam
dirinya. Dari segi pandangan biologis perilaku dapat diartikan yaitu Suatu kegiatan atau aktivitas
mahluk hidup yang bersangkutan. Jadi pada hakekatnya perilaku manusia itu adalah “ tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri” yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti : berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekerja, menulis, membaca, dan sebagainya. Ringkasnya perilaku
manusia adalah “semua aktivitas atau kegiatan baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar”. Oleh SKINNER (1938) dengan teorinya yang dikenal dengan nama
teori “ S-O-R ( Stimulus- Organisme- Respons) bahwa perilaku adalah respons atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar) dimana perilaku itu terjadi melalui proses adanya
stimulusilu terhadap organisme, kemudian organisme tersebut merespons dan tejadilah perilaku
(aktivitas). Berdasarkan bentuk Respons terhadap stimulus, maka perilaku dibedakan menjadi 2 (
dua), yaitu : 1). Perilaku tertutup (Cover BEHAVIOR) dan Perilaku terbuka ( OPEN BEHAVIOR).
COVER BEHAVIOR yaitu respons atau reaksi terhadap stimulus masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan/ kesadaran, dan sikap, yang tejadi pada orang yang menerima stimulus
tesrsebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan OPEN BEHAVIOR yaitu
respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka yang sudah jelas
mudah diamati atau dilihat oleh orang lain. Contoh cover behavior misalnya : seorang ibu hamil tahu
tentang pentngnya pemeriksaan ibu hamil tapi tidak menindak lanjuti secara nyata melekukan
pemeriksaan kehamilannya. Contoh Open Behavior : seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya
setelah memehami pentingnya pemeriksaan kehamilannya.
B. Perilaku kesehatan
Berdasarkan definisi perilaku dari skinner, maka perilaku kesehatan dapat diartikan yaitu suatu
respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atu obyek yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.
Dari batasan ini, maka perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok:
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan. Yaitu perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk
memelihara atau menjaga kesehatannya agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit. Terdiri dari:
a. Perilaku pencegahan penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan.
c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan (perilaku
pencarian pengobatan). Yaitu upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit
dan atau kecelakaan, bisa dalam bentuk mengobati sendiri atau mencari pengobatan
sampai ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan. Yaitu perilaku seseorang mengelola lingkungannya sehingga
tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakat. Misalnya mengelola
pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah, dsb.
Oleh becker 1979 membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan, sebagai berikut yaitu :
1. perilaku hidup sehat
2. perilaku sakit
3. perilaku peran sakit
Ad1. Perilaku hidup sehat yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan
seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya atau pola/ gaya
hidup sehat (Healthy life style) mencakup:
a. makan dengan menu seimbang artinya secara kualitas yaitu makanan mengandung
zat-zat gizi ang diperlukan tubuh dan secara kuantitas jumlahnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Secara kualitas di Indonesia dikenal dengan ungkapan
4 sehat 5 sempurna.
b. Olahraga teratur baik dalam bentuk kualitas (gerakan) dan kuantitas (frekwensi dan
waktu berolahraga).
c. Tidak merokok.
d. Tidak minum minuman keras dan narkoba.
e. Istrahat yang cukup.
f. Mengendalikan stres.
g. Perilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan. Misalnya tidak berganti-ganti
dalam nerhubungan seks, penyesuaian diri dengan lingkungan, dsb.
Ad2. Perilaku sakit yaitu Respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab serta gejala penyakit, pengobatan
penyakit, dsb.
Ad3. Perilaku peran sakit yaitu perilaku yang dilakukan oleh seseorang karena hak dan
kewajiban daripada orang sakit sendiri meliputi tindakan untuk memperoleh
kesembuhan, mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan
penyakit yang layak, mengetahui hak dan kewajiban orang sakit.
C. TINGKAT PERILAKU
1. Tingkat Pribadi.
Bersifat internal dan subyektif hanya dapat diketahui oleh dirinya (Covert Behaviour).
2. Tingkat umum
Bersifat eksternal dan terbuka bias dilihat orang lain.
D. BENTUK-BENTUK PERILAKU
1. Menurut Bloom
a. Perilaku kognitif (kesadaran, pengetahuan).
b. Afektif (emosi b)
c. Psikomotor (gerakan, tindakan)
2. Menurut Kihajar Dewantoro.
a. Cepta (peri akal)
b. Rasa (Peri rasa)
c. Karsa (Peri tindak)
3. Ahli-ahli lain
a. Knowledge (pengetahuan)
b. Attitual (Sikap)
c. Practice (Tindakan)
Perilaku
Proses Perubahan
PPM Pemasaran
Komunikasi dinamika
Sosial Training
kelompok
Pendidikan Kesehatan
Intervensi terhadap faktor perilaku secara garis besar dapat dilakukan melalui 2 upaya yang
saling bertentangan yaitu upaya paksaan (coertion) dan upaya pendidikan (education) dengan
tujuan agar masyarakat mengubah perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan. Upaya dengan
pendekatan paksaan (cuertion) bisa secara langsung melalui tekanan-tekanan (fisik atau nonfisik),
sanksi-sanksi dan sebagainya dan bisa juga secara tidak langsung melalui undang-undang atau
peraturan-peraturan serta instruksi-instruksi. Upaya dengan metode pendidikan yaitu dengan cara
persuasi, bujukan, himbauan, ajakan memberikan informasi, memberikan kesadaran, dan
sebagainya. Kelebihan dengan cara paksaan yaitu perubahan perilaku cepat dapat terwujud tapi
kekurangannya perubahan atau perilaku yang baru tersebut tidak langgeng karena perubahan
perilaku tersebut tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku
tersebut dilaksanakan. Kelebihan dengan cara pendidikan bahwa perilaku yang baru diadopsi oleh
masyarakat akan menjadi langgeng bahkan selama hidup dilakukan sedangkan kekurangannya
perubahan perilaku memakan waktu yang lama.
Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perlaku masyarakat nampaknya pendekatan edukasi
lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan coertion. Seperti diketahui bahwa perilaku itu dipengaruhi
oleh banyak faktor sehingga untuk lebih efektifnya perubahan perilaku perlu dilakukan intervensi dari
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seperti faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
penguat dengan terlebih dahulu mendiagnosa perilaku .