BAB 1
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku
dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan
tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal
jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolic) dan/atau kontraktilitas
miokardial (disfungsi sistolik). (Padila, 2012).
B. Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Disfungsi Miokard
a. Iskemia Miokard : ditandai dengan berkurangnya aliran darah ke otot
jantung. Misalnya penyakit jantung koroner.
b. Infark Miokard : kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner
pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen
(iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi mati (nekrosis miokard).
1
2
D. Pathway
5
E. Manifestasi Klinik
Menurut Juni (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme control pernafasan, ditandai dengan gejala: dyspnea,
orthopnea, batuk, mudah lelah, ronchi, gelisah dan cemas.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik, ditandai dengan gejala :
oedema perifer, peningkatan berat badan, distensi vena jugularis,
hepatomegaly, asites, pitting edema, anoreksia, mual
F. Komplikasi
Menurut Black dan Hawks (2014) komplikasi CHF yaitu:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak)
3. Episode trombolitik : immobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan
aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi pericardial dan temponade jantung : masuknya cairan kekantung
pericardium.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kasron (2012), pemeriksaan pada gagal jantung adalah sebagai
berikut :
1. Foto toraks : mengungkapkan adanya pembesaran jantung disertai
adanya bendungan cairan di paru karena hipertensi pulmonal.
2. Laboratorium : mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit.
3. Ultrasonography (USG) : gambaran cairan bebas dalam rongga abdomen,
dan gambaran pembesaran hepar dan lien.
4. EKG ; mengungkapkan adanya tachiardi, hipertofi bilik jantung dan
iskemik.
6
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CHF menurut Ardiansyah (2012) meliputi:
a. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat dan pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium untuk menurunkan edema.
c) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAID
karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air
dan natrium.
d) Pembatasan cairan.
e) Olah raga secara teratur.
2) CHF Akut
a) Oksigenasi.
b) Pembatasan cairan
b. Farmakologis.
1) First line drugs ; diuretic
Obatnya adalah : thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon, kalium-sparing diuretic.
2) Second line drugs ; ACE inhibitor
Obatnya adalah : digoxin, hidralazin, isobarbide dinitrat, calsium
channel blocker, beta blocker.
c. Pendidikan kesehatan
1) Informasikan kepada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang
penyakit dan penanganannya.
2) Informasi difokuskan pada monitoring BB setiap hari dan intake
natrium.
3) Diet yang sesuai untuk lansia CHF
4) Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi
dengan bantuan terapis.
7
I. Pencegahan
Pencegahan utama gagal jantung adalah menjalani gaya hidup sehat.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, membatasi konsumsi garam dan gula, menjaga berat badan ideal,
berolahraga secara rutin, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi
minuman beralkohol. Selain itu, pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama
tekanan darah, gula darah, dan kolesterol, juga perlu dilakukan untuk
mendeteksi gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan gagal jantung
(Kasron, 2012).
8
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Kegiatan utama dalam tahap pengkajian ini adalah pengumpulan data,
pengelompokan data, dan analisis data guna perumusan diagnosis
keperawatan. Metode utama yang dapat di gunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik
(Asmadi, 2012).
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data
secara langsung antara perawat dan klien. Disini, perawat (pewawancara)
mendapatkan respon langsung dari klien melalui tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua ungkapan
klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk
keluarga, teman, dan orang terdekat klien. Kemampuan utama harus
dimiliki perawat selama melakukan interview adalah komunikasi dan
hubungan saling percaya dengan klien (Asmadi, 2012).
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan visual dengan menggunakan panca indra. Kemampuan
melakukan observasi merupakan keterampilan tingkat tinggi yang
memerlukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian (Asmadi, 2012).
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna
menentukan ada/tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan fisik dan labotatorium. Cara pendekatan sistematis yang
dapat digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik adalah
pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe).
8
9
f) Oleskan lation atau minyak /baby oil pada daerah yang tertekan
g) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
h) Membersihkan, membantu dan meningkatkan proses penyembuhan
pada luka yang di tutup dengan jahitan, klip atau straples.
j. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Tujuan :
a) Nutritional status: food and fluid
b) Nutritional status : nutrient intake
2) Kriteria Hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f) Tidak terjadi penurunan berat badan
3) Intervensi :
Nutrition management
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
e) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
f) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
g) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
h) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
i) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
4) Nutrition monitoring
a) Berat badan pasien dalam batas normal
b) Monitor adanya penurunan berat badan
18
3) Intervensi :
1) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
2) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakain, berhias, toileting dan makan.
3) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
4) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya
5) Ajarkan klien/keluarga untuk mendorog kemandirian, untuk
mendirikan bantuan hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukannya
6) Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
7) Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari
21
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.