Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan
sel-sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
peregangan ruang jantung (dilatasi) guna menampung darah lebih banyak
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku
dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti, 2010).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis (sekumpulan
tanda dan gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung. Gagal
jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolic) dan/atau kontraktilitas
miokardial (disfungsi sistolik). (Padila, 2012).
B. Etiologi
Penyebab gagal jantung menurut Wijaya & Putri (2013) secara umum
dapat dikelompokkan menjadi :
1. Disfungsi Miokard
a. Iskemia Miokard : ditandai dengan berkurangnya aliran darah ke otot
jantung. Misalnya penyakit jantung koroner.
b. Infark Miokard : kondisi terhentinya aliran darah dari arteri koroner
pada area yang terkena yang menyebabkan kekurangan oksigen
(iskemia) lalu sel-sel jantung menjadi mati (nekrosis miokard).

1
2

c. Miokarditis : peradangan atau inflamasi pada miokardium. Dapat


disebabkan oleh reumatik akut dan infeksi virus seperti campak,
influenza, dan parasit.
d. Kardiomiopati : hilangnya kemampuan jantung untuk memompa
darah dan berdenyut secara normal.
2. Beban tekanan berlebihan pada sistolik (sistolik overload)
a. Stenosis aorta : suatu penyempitan atau penyumbatan pada katup
aorta.
b. Hipertensi iskemik : peningkatan tekanan darah secara cepat
(misalnya hipertensi yang berasal dari ginjal atau karena penghentian
obat antifipertensi pada hipertensi esensial) bisa menimbulkan
hilangnya kemampuan kompensasi jantung (dekompensasi).
c. Koartasio aorta : penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada
titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta
membelok ke bawah.
3. Beban volume berlebihan pada diastolic (diastolic overload)
a. Insufisiensi katub mitral dan trikuspidalis
b. Transfusi berlebihan
4. Peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)
a. Anemia : kombinasi antara anemia dengan penyakit jantung yang
terkompensasi sebelum bisa memicu gagal jantung dan
menyebabkan tidak cukupnya pasokan oksigen kedarah sekitarnya.
b. Tirotoksikosis : suatu keadaan di mana didapatkan kelebihan
hormone tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologi dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan
memberikan hormone tiroid berlebihan.
5. Gangguan pengisian ventrikel
a. Primer (gagal distensi sistolik)
1) Perikarditis akut : peradangan pada pericardium (kantung
selaput jantung) yang dimulai secara tiba-tiba dan sering
menyebabkan nyeri.
3

2) Tamponade jantung : sindrom klinik dimana terjadi penekanan


yang cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi
cairan, nanah, darah, bekuan darah, atau gas di pericardium,
sebagai akibat adanya efusi, trauma, atau rupture jantung.
b. Sekunder
1) Stenosis mitral : suatu penyempitan jalan aliran darah ke
ventrikel.
2) Stenosis trikuspidalis : penyempitan lubang katup trikuspidalis,
yang menyebabkan meningkatnya tahanan aliran darah dari
atrium kanan ke ventrikel kanan.
C. Patofisiologi
Gagal jantung sering dipisahkan menjadi dua klasifikasi gagal jantung
kanan atau gagal jantung kiri. Pada gagal jantung kanan, ventrikel kanan tidak
dapat memompa darah ke dalam arteri pulmonalis, sehingga kurang darah
yang beroksigen oleh paru-paru dan meningkatkan tekanan di atrium kanan
dan sirkulasi vena sistemik. Hipertensi vena sistemik menyebabkan edema
pada ekstremitas. Pada gagal sisi kiri, ventrikel kiri tidak stabil untuk
memompa darah ke sirkulasi sistemik, sehingga terjadi peningkatan tekanan
di atrium kiri dan pembuluh darah paru. Paru-paru menjadi sesak dengan
darah, menyebabkan tekanan paru relevated dan edema paru (Padila, 2012).
Meskipun setiap jenis menghasilkan perubahan arteri yang berbeda
sistemik/paru, secara klinis tidak biasa untuk mengamati kegagalan semata-
mata gagal jantung kanan atau gagal jantung kiri. Sejak kedua sisi jantung
tergantung pada fungsi yang memadai dari sisi lain, kegagalan satu ruang
menyebabkan perubahan timbale balik di ruang berlawanan. Misalnya, dalam
peningkatan kegagalan sisi kiri kemacetan vascular paru akan menyebabkan
tekanan meningkat pada ventrikel kanan, sehingga benar hipertofi ventrikel,
penurunan efisiensi miokard, dan akhirnya mengumpulkan darah dalam
sirkulasi vena sistemik (Wijaya & Putri, 2013)
4

D. Pathway
5

E. Manifestasi Klinik
Menurut Juni (2013), manifestasi gagal jantung sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendungan pada paru dan gangguan pada
mekanisme control pernafasan, ditandai dengan gejala: dyspnea,
orthopnea, batuk, mudah lelah, ronchi, gelisah dan cemas.
2. Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik, ditandai dengan gejala :
oedema perifer, peningkatan berat badan, distensi vena jugularis,
hepatomegaly, asites, pitting edema, anoreksia, mual
F. Komplikasi
Menurut Black dan Hawks (2014) komplikasi CHF yaitu:
1. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
2. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat ke
organ vital (jantung dan otak)
3. Episode trombolitik : immobilitas pasien dan gangguan sirkulasi dengan
aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh darah.
4. Efusi pericardial dan temponade jantung : masuknya cairan kekantung
pericardium.
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Kasron (2012), pemeriksaan pada gagal jantung adalah sebagai
berikut :
1. Foto toraks : mengungkapkan adanya pembesaran jantung disertai
adanya bendungan cairan di paru karena hipertensi pulmonal.
2. Laboratorium : mengungkapkan penurunan Hb dan hematokrit.
3. Ultrasonography (USG) : gambaran cairan bebas dalam rongga abdomen,
dan gambaran pembesaran hepar dan lien.
4. EKG ; mengungkapkan adanya tachiardi, hipertofi bilik jantung dan
iskemik.
6

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CHF menurut Ardiansyah (2012) meliputi:
a. Non Farmakologis
1) CHF Kronik
a) Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat dan pembatasan
aktivitas.
b) Diet pembatasan natrium untuk menurunkan edema.
c) Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAID
karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air
dan natrium.
d) Pembatasan cairan.
e) Olah raga secara teratur.
2) CHF Akut
a) Oksigenasi.
b) Pembatasan cairan
b. Farmakologis.
1) First line drugs ; diuretic
Obatnya adalah : thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic,
metolazon, kalium-sparing diuretic.
2) Second line drugs ; ACE inhibitor
Obatnya adalah : digoxin, hidralazin, isobarbide dinitrat, calsium
channel blocker, beta blocker.
c. Pendidikan kesehatan
1) Informasikan kepada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang
penyakit dan penanganannya.
2) Informasi difokuskan pada monitoring BB setiap hari dan intake
natrium.
3) Diet yang sesuai untuk lansia CHF
4) Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi
dengan bantuan terapis.
7

I. Pencegahan
Pencegahan utama gagal jantung adalah menjalani gaya hidup sehat.
Tindakan ini dapat dilakukan dengan mengonsumsi makanan bergizi
seimbang, membatasi konsumsi garam dan gula, menjaga berat badan ideal,
berolahraga secara rutin, berhenti merokok, dan membatasi konsumsi
minuman beralkohol. Selain itu, pemeriksaan kesehatan secara rutin, terutama
tekanan darah, gula darah, dan kolesterol, juga perlu dilakukan untuk
mendeteksi gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan gagal jantung
(Kasron, 2012).
8

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Kegiatan utama dalam tahap pengkajian ini adalah pengumpulan data,
pengelompokan data, dan analisis data guna perumusan diagnosis
keperawatan. Metode utama yang dapat di gunakan dalam pengumpulan data
adalah wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik serta diagnostik
(Asmadi, 2012).
1. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan metode pengumpulan data
secara langsung antara perawat dan klien. Disini, perawat (pewawancara)
mendapatkan respon langsung dari klien melalui tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan. Data wawancara adalah semua ungkapan
klien, tenaga kesehatan, atau orang lain yang berkepentingan termasuk
keluarga, teman, dan orang terdekat klien. Kemampuan utama harus
dimiliki perawat selama melakukan interview adalah komunikasi dan
hubungan saling percaya dengan klien (Asmadi, 2012).
2. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui
pengamatan visual dengan menggunakan panca indra. Kemampuan
melakukan observasi merupakan keterampilan tingkat tinggi yang
memerlukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian (Asmadi, 2012).
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan adalah proses inspeksi tubuh dan sistem tubuh guna
menentukan ada/tidaknya penyakit yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan fisik dan labotatorium. Cara pendekatan sistematis yang
dapat digunakan perawat dalam melakukan pemeriksaan fisik adalah
pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe).

8
9

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan empat metode, yakni


inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi (Asmadi, 2012).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian tentang respon individu, keluarga
atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual
atau potensial. Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal jantung, yaitu :
1. Nyeri akut
2. Penurunan curah jantung.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas.
4. Ketidakefektifan pola napas.
5. Intoleransi aktivitas.
6. Kelebihan volume cairan.
7. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.
8. Resiko cidera.
9. Kerusakan integritas kulit.
10. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
11. Defisiensi pengetahuan.
12. Ansietas.
13. Defisit perawatan diri
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan kategori dari perilaku keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang dipikirkan ditetapkan
dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut.
Intervensi keperawatan pada penyakit gagal jantung, yaitu :
a. Nyeri akut
1) Tujuan :
a) Pain level.
b) Pain control.
c) Compat level.
2) Kriteria hasil :
10

a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan


tehnik nonfarmakologi nyeri).
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang.
c) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
d) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3) Intervensi :
a) Pain management.
b) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor presipitasi.
c) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
d) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
e) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
f) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
g) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa lampau.
h) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan control
lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan kebisingan.
i) Kurangi faktor presipitasi nyeri.
j) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
b. Penurunan curah jantung.
1) Tujuan :
a) Cardiac pump effectiveness.
b) Circulation status.
c) Vital sign status.
2) Kriteria hasil :
a) Tanda vital dalam rentang normal ( tekanan darah nadi respirasi ).
b) Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan .
c) Tidak ada edema paru,perifer dan tidak ada asites.
11

d) Tidak ada penurunan kesadaran.


3) Intervensi :
Cardiac care
a) Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas,lokasi, durasi )
b) Catat adanya disritmia jantung
c) Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
d) Monitor status kardiovaskuler
e) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
f) Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
g) Monitor balance cairan
h) Monitor adanya perubahan tekanan darah
i) Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
j) Monitor toleransi aktivitas pasien
k) Monitor adanya dispnue,takipnue dan ortopnue
l) Anjurkan untuk menurunkan stress
m)Monitor vital sign (td,nadi,suhu,dan rr ) pasien.
c. Ketidakefektifan jalan nafas
1) Tujuan :
a) Respiratory status: ventilation
b) Respiratory status: Airway patency
2) Kriteria hasil:
a) Batuk efektif dan suara nafas yang normal, tidak ada sianosis dan
dyspnue (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah).
b) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal).
c) Mampu mengidentifikasi dan mencega faktor yang dapat menghambat
jalan nafas.
3) Intervensi :
a) Pastikan kebutuhan oral/ tracheal suctioning
12

b) Auskultasi suara sebelum dan sesudah suctioning


c) Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan
d) Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk menfasilitasi suksion
nasotrakeal
e) Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
f) Monitor status oksigen pasien
g) Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi O2 dll.
h) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
i) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
j) Keluarkan secret dengan batuk atau suction
k) Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
l) Berikan bronkodilator bila perlu
m)Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
n) Monitor respirasi dan status O2.
d. Ketidakefektifan pola napas
1) Tujuan :
a) Respiratory status :Ventilation
b) Respiratory status : airway patency
c) Vital sign status
2) Kriteria hasil:
a) Mendemostrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dysnue (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
b) Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
c) Tanda-tanda fital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan).
3) Intervensi :
a) Buka jalan napas gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
13

b) Posisikan pasien untuk memastimalkan ventilasi


c) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas buatan
d) Lakukan fisioterapi dada jika perlu
e) Keluarkan secret dengan batuk atau suction
f) Lakukan suction pada mayor
g) Berikan bronkodilator bila perlu
h) Pertahankan jalan napas yang paten
i) Atur peralatan oksigen
j) Monitor aliran oksigen
k) Identifikasi penyebab dari perubahan pita suara
e. Intoleransi aktivitas
1) Tujuan :
a) Energi conservation
b) Activity tolerance
2) Kriteria Hasil:
a) Mampu melakukan aktifitas sehari-hari secara mandiri
b) Tanda-tanda vital normal
c) Level kelemahan
d) Energy psikomotor
e) Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
3) Intervensi :
a) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
b) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan.
c) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek.
d) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
e) Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktifitas
f) Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual.
14

g) Batasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya dan kebisisngan) untuk


menfasilitasi relaksasi.
h) Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan.
f. Kelebihan volume cairan
1) Tujuan :
a) Electrolit and acid base balance
b) Fluid balance
c) Hydration
2) Kriteria hasil :
a) Terbebas dari edema , efusi, anaskara
b) Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspneu/ ortopneu
c) Terbebas, reflek hepatojugular (+)
d) Memelihara tekanan vena setral , tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas normal
e) Terbebas dari kelelahan,kecemasan dan kebingunan
f) Menjelaskan indikator kelebihan cairan
3) Intervensi :
a) Timbang popok/ pembalut jika diperlukan
b) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c) Pasang urin kateterjika diperlukan
d) Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi cairan
e) Monitor vital sign
f) Kaji lokasi dan luas edema
g) Monitor status nutrisi
h) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
i) Tentukan kemungkinan factor resiko dari ketidak seimbangan cairan
j) Catat secara akurat intake dan output
k) Monitor tanda dan gejala dari odema .
g. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
1) Tujuan :
a) Circulation status
15

b) Tissue perfusion: cerebral


2) kriteria hasil :
a) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b) Tidak ada ortostatik hipertensi
c) Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial ( tidak lebih
dari 15 mmhg )
d) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
e) Menunjukkan perhatian, konsentrasi dan orientasi
f) Memproses informasi
g) Membuat keputusan dengan benar
3) Intervensi :
Manajemen sensasi perifer
a) Kaji komperensif terhadap sirkulasi perifer (kaji nadi perifer, edema,
warna, dan suhu )
b) Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas,
dingin, tajam dan tumpul.
c) Monitor adanya paratese
d) Instruksikan keluarga untuk mengobserfasi kulit jika ada lesi.
e) Gunakan sarung tangan untuk proteksi
f) Batasi gerakan pada kepela, leher dan punggung
g) Monitor adanya tromboplebitis
h) Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi.
h. Resiko cidera
1) Tujuan :
a) Risiko kontrol.
2) Kriteria hasil :
a) Klien terbebas dari cidera
b) Klien mampu menjelaskan cara/metode untuk mencegah
injury/cedera
c) Klien mampu menjelaskan factor resiko dari lingkungan/perilaku
personal
16

d) Mampu memodifikasi gaya hidup untuk mencegah injury


e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
f) Mampu mengenali perubahan status kesehatan
3) Intervensi :
a) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
b) Identifikasi kebutuhan keamanan pasien, sesuai dengan kondisi fisik
dan fungsi kognitif pasien dan riwayat penyakit terdahulu pasien
c) Menghindarkan lingkungan yang berbahaya
d) Memasang side rail tempat tidur
e) Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
f) Membatasi pengunjung
g) Menganjurkan keluarga untuk menemani pasien
h) Mengontrol lingkungan dari kebisingan
i) Memindahkan barang-barang yang dapat membahayakan
i. Kerusakan integritas kulit
1) Tujuan :
a) Tissue integrity : skin and mucous
b) Wound healing : primary and secondary intention
2) Kriteria hasil :
a) Perfusi jaringan normal
b) Tidak ada tanda-tanda infeksi
c) Ketebalan dan tekstur jaringan normal
d) Menunjukkan pemehaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cidera berulang
e) Menunjukkan terjadinya proses penyembuhan luka
3) Intervensi :
a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
b) Hindari kerutan pada tempat tidur
c) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d) Mobilisasi pasien setiap dua jam
e) Monitor kulit akan adanya kemerahan
17

f) Oleskan lation atau minyak /baby oil pada daerah yang tertekan
g) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
h) Membersihkan, membantu dan meningkatkan proses penyembuhan
pada luka yang di tutup dengan jahitan, klip atau straples.
j. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
1) Tujuan :
a) Nutritional status: food and fluid
b) Nutritional status : nutrient intake
2) Kriteria Hasil :
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f) Tidak terjadi penurunan berat badan
3) Intervensi :
Nutrition management
a) Kaji adanya alergi makanan
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan
nutrisi yang dibutuhkan pasien
c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe
d) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c
e) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
f) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
g) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
h) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
i) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
4) Nutrition monitoring
a) Berat badan pasien dalam batas normal
b) Monitor adanya penurunan berat badan
18

c) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan


d) Monitor lingkungan selama makan
e) Monitor turgor kulit
f) Monitor kekeringan, rambut kusam dan mudah patah
g) Monitor mual dan muntah
h) Catat adanya edema,hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitis oral
k. Defisiensi pengetahuan
1) Tujuan :
a) knowledge : disiase process
b) Knowledge : health behavior
2) Kriteria hasil :
a) Pasien dan keluarga menyarakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan program pengobatan
b) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benar
c) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan
3) Intervensi :
a) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
b) Jelaskan patofisiologi dari peenyakit dan bagaimana hal ini dengan
anatomi dan fisiologi dengan cara yang tepat
c) Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
d) Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
e) Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang
tepat
f) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
g) Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
19

h) Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan pada


pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
l. Ansietas
1) Tujuan :
a) Nutritional status: food and fluid
b) Nutritional status : nutrient intake
2) Kriteria Hasil:
a) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
c) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
e) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
f) Tidak terjadi penurunan berat badan
3) Intervensi :
Anxiety reduction (penurunan kecemsan)
a) Gunakan pendekatan yang menenangkan
b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
c) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
d) Lakukan back/nek rub
e) Dengarkan dengan penuh perhatian
f) Identitas tingkat kecemasan
g) Bantu pasien mengenai situasi yang menimbulkan kecemasan
h) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
m. Defisit perawatan diri
1) Tujuan :
a) Self care : activity of daily living (ADLs)
2) Kriteria hasil:
a) Klien terbebas dari bau badan
b) Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan
ADLs
c) Dapat melakukan ADLs dengan bantuan
20

3) Intervensi :
1) Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
2) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri,
berpakain, berhias, toileting dan makan.
3) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal
sesuai kemampuan yang dimiliki.
4) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika
klien tidak mampu melakukannya
5) Ajarkan klien/keluarga untuk mendorog kemandirian, untuk
mendirikan bantuan hanya jika klien tidak mampu untuk
melakukannya
6) Berikan aktivitas rutin sehari-hari sesuai kemampuan
7) Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas
sehari-hari
21

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2009). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC.


Black, Joyce M; Hawks, Jane H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah :
Manajemen Klinis Untuk Hasil yang Diharapkan, Edisi 8-Buku 3. Indonesia
: Pentasada Media Edukasi.
Juni, Wajan. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Kasron. (2012). Buku Ajar Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Jantung Pencegahan serta
Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta:
Diva Press.

Nurarif, A.H & Kusuma, Hardhi. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA. Yogyakarta : Mediaction Publishing.

Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Udjianti, Wajan J. (2010). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba


Medika.

Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai