Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

CARA MEMPEROLEH STR-TTK

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perundang-undangan Kesehatan

DOSEN PENGAMPU
Dra.Agustinawati Umaternate ,M.Si.,Apt

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7

1. DANIELA YOSEFIN 20.71.022360


2. ERWIN MUHAMAD FRIZKY 20.71.022471
3. KENNY LESTARI HARATI 20.71.022363
4. TIARA FITRI AYU 20.71.022364

PROGRAM STUDI D3 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “CARA MEMPEROLEH STR-TTK”.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perundang-undangan
Kesehatan. Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh banyak bantuan dari beberapa
literatur yang kami dapat, dan kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu kami ibu Dra.Agustinawati Umaternate ,M.Si.,Apt yang telah memberikan
kami waktu untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam proses pembelajaran dan penulisan makalah masih sangat
banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan
pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu
pengetahuan ini.

Palangkaraya, 09 Maret 2021

Penulis,
DAFTAR ISI

Halaman Judul .................................................................................................... i

Kata Pengantar .................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 1


1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 2
1.3 TUJUAN ................................................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................... 4

2.1 PENGERTIAN STR ............................................................................... 4

2.2 UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR STR ................................ 5

2.3 FUNGSI DAN MANFAAT STR ........................................................... 6

2.4 SYARAT MENDAPATKAN STR ........................................................ 7

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 9


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dalam bidang
kesehatan. Masyarakat Indonesia saat ini lebih kritis dalam menanggapi pelayanan
kesehatan dan menginginkan adanya pembangunan kesehatan. Upaya-upay pembangunan
kesehatan terus ditingkatkan salah satunya dikembangkan pada fasilitas kesehatan yaitu
di Rumah Sakit. Rumah sakit merupakan sarana dalam fasilitas kesehatan yang kompleks
di Indonesia yang salah satu kegiatannya melakukan peningkatan kesejahteraan hidup
manusia. Kegiatan pelayanan di Rumah Sakit bertujuan memberikan pelayanan kesehatan
yang mengutamakan upaya penyembuhan penderita dan pemulihan keadaan cacat badan
dan jiwa yang dilaksanakan secara terpadu.
Kesehatan merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
karena itu manusia selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan. Perubahan
pola hidup manusia pun berpengaruh langsung terhadap kesehatan, sehingga kesehatan
menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan. Menurut Undang-Undang Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara
fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan semua orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu
upaya untuk menunjang kesehatan masyarakat dengan cara meningkatkan kesadaran
terhadap pola hidup sehat, kebutuhan akan informasi, dan menyelenggarakan upaya
kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat. Untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas perlu adanya tenaga kesehatan serta sarana dan
prasarana kesehatan.
Pelayanan kefarmasian merupakan bagian dari pelayanan kesehatan. Berdasarkan
Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 35 Tahun 2014, pelayanan kefarmasian
merupakan suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan farmasi untuk mencapai hasil yang pasti agar dapat
meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dalam pelayanan kefarmasian dibutuhkan sarana
dan prasarana untuk pelayanan kesehatan masyarakat salah satunya adalah apotek.
Menurut PerMenKes RI No.35 tahun 2014, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian
tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker.
Pelayanan kefarmasian di apotek meliputi dua hal yaitu kegiatan bersifat
manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan serta pelayanan
farmasi klinik. Pengelolaan sediaan farmasi dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pemusnahan, pengendalian dan pencatatan pelaporan. Pelaksanaan pelayanan
kefarmasian di apotek dilakukan oleh tenaga kefarmasian yang terdiri dari apoteker dan
tenaga teknis kefarmasian. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51
tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian, yang dimaksud dengan apoteker adalah
sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan
apoteker, berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian merupakan tenaga yang membantu
apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari sarjana farmasi, ahli
madya farmasi, analis farmasi dan tenaga menengah farmasi atau asisten apoteker.
Apoteker sebagai tenaga kesehatan yang profesional banyak berhubungan
langsung dengan masyarakat sebagai sumber informasi obat. Apoteker mempunyai
peranan yang sangat penting karena pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser
orientasinya dari drug oriented menjadi patient oriented. Dalam pelayanan Apoteker
memiliki pekerjaan untuk melakukan peracikan obat, mulai dari penerimaan resep,
pemeriksaan keabsahan resep, penyiapan, pembuatan, pengemasan, penandaan,
penyerahan hingga penyampaian informasi mengenai cara penggunaan obat dan
perbekalan kefarmasian yang tepat, benar dan aman serta melakukan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien.
Untuk menghasilkan apoteker yang mampu melaksanakan praktik/ pekerjaan
kefarmasian yang terstandar dan profesional maka diadakan kegiatan Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) ini dengan maksud untuk memberikan pelatihan dan
pembelajaran bagi calon apoteker agar dapat menjadi tenaga kesehatan yang profesional
serta pengetahuan tentang pengelolaan apotek dari berbagai aspek, seperti aspek
manajemen, aspek klinis, aspek komunitas dan Kode Etik Apoteker Indonesia.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian STR-TTK?


2. Apa saja Fungsi STR?
3. Bagaimana cara memperoleh STR-TTK?
4. Apa saja undang-undang yang mengatur STR-TTK?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui Pengertian STR-TTK


2. Untuk mengetahui fungsi & manfaat STR
3. Untuk mengetahui cara memperoleh STR-TTK.
4. Untuk mengetahui undang-undang yang mengatur tentang STR-TTK.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN STR

Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Tenaga kesehatan yang telah
memiliki STR dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan. STR dapat diperoleh jika setiap
tenaga kesehatan telah memiliki ijazah dan sertifikat uji kompetensi yang diberikan kepada
peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi. Ijazah
diterbitkan oleh perguruan tinggi peserta didik dan sertifikat uji kompetensi yang diterbitkan oleh
DIKTI.

Surat Tanda Registrasi (STR) berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang setiap lima
tahun. Sesuai dengan Permenkes 1796 tahun 2011, STR yang telah habis masa berlakunya dapat
diperpanjang melalui partisipasi tenaga kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/ atau pelatihan,
kegiatan ilmiah lainnya sesuai dengan profesinya, serta kegiatan pengabdian masyarakat.
Kewajiban kepemilikan Surat Tanda Registrasi bagi tenaga kesehatan untuk bekerja dijelaskan
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1796/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan yang diperbarui pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2013
tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. Adapun secara detail diatur pada Pasal 2 ayat (1)
Permenkes No. 46 Tahun 2013, yang berbunyi: “Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan
pekerjaannya wajib memiliki STR”. Kepemilikan Surat Tanda Registrasi bidan dapat diperoleh
dengan melakukan registrasi ke MTKI dengan melampirkan ijazah dan sertifikat kompetensi.
Bidan sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan juga mutlak harus memiliki Surat Tanda
Registrasi dalam menjalankan praktik profesionalnya. Undang-Undang telah mengatur secara
jelas bahwa Rumah Sakit hanya dapat memperkerjakan bidan yang memiliki Surat Tanda
Registrasi, namun kenyataan di lapangan terdapat beberapa Rumah Sakit yang memperkerjakan
bidan tanpa Surat Tanda Registrasi.

2.2 UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR STR

Pekerjaan Tenaga Teknis Kefarmasian Menurut UU No.36 tahun 2009 tentang kesehatan
pasal 108 ayat (1) bahwa, praktek kefarmasian meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan
obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan, setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan
keprofesiannya wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). Surat Tanda Registrasi (STR)
berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang setiap lima tahun. Sesuai dengan Permenkes
1796 tahun 2011, STR yang telah habis masa berlakunya dapat diperpanjang melalui partisipasi
tenaga kesehatan dalam kegiatan pendidikan dan/ atau pelatihan, kegiatan ilmiah lainnya sesuai
dengan profesinya, serta kegiatan pengabdian masyarakat

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
setiap tenaga kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia wajib memiliki
STR, yaitu Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) bagi apoteker dan Surat Tanda Registrasi
Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) bagi tenaga teknis kefarmasian. Amanat Peraturan
Pemerintah tersebut ditindaklanjuti melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, IzinPraktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian
dengan membentuk Komite Farmasi Nasional (KFN) yang bertugas melaksanakan sertifikasi dan
registrasi, Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, serta pembinaan dan pengawasan.
2.3 FUNGSI DAN MANFAAT STR

Dalam pasal 2 Permenkes tersebut diatas disebutkan sebagai berikut:

 Ayat 1: Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan


keprofesiannya wajib memiliki izin dari Pemerintah.
 Ayat 2: Untuk memperoleh izin dari Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diperlukan STR.

Dari pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa STR adalah wajib adanya, sehingga secara
hukum tenaga kesehatan yang belum mempunyai STR tidak dapat melakukan praktek sesuai
keprofesiannya. Pada pasal yang lain juga disebutkan pula bahwa untuk memperoleh STR tenaga
kesehatan harus memiliki sertifikat kompetensi. Untuk memperoleh sertifikat kompotensi, para
tenaga kesehatan harus melalui uji kompotensi. Khusus mengenai uji kompetensi telah
diwajibkan sebagaimana yang disebutkan dalam Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2013 dan Nomor   1/IV/PB/2013
tentang    Uji    Kompetensi    bagi Mahasiwa   Perguruan   Tinggi   Bidang   Kesehatan. STR
merupakan bukti izin dari pemerintah kepada tenaga kesehatan untuk dapat melakukan
pelayanan kesehatan sesuai jenis profesinya karena dianggap cakap dalam menjalankan
keprofesiannya.
Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada
tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Tenaga kesehatan yang telah
memiliki STR dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan. STR dapat diperoleh jika setiap
tenaga kesehatan telah memiliki ijazah dan sertifikat uji kompetensi yang diberikan kepada
peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi. Ijazah
diterbitkan oleh perguruan tinggi peserta didik dan sertifikat uji kompetensi yang diterbitkan oleh
DIKTI.
Secara tidak langsung, pemerintah dalam hal ini sebagai pemberi izin memberikan jaminan
kepada masyarakat bahwa tenaga yang diberi izin sudah layak untuk memberikan pelayanan.
Nah, bagaimana jika dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan ternyata ditemukan tindakan keliru
dan merugikan pengguna pelayanan. Tentunya pemberi izin harus bertanggungjawab atas hal
tersebut. Dengan demikian, tenaga kesehatan yang memiliki STR tentunya akan memperoleh
perlindungan hukum dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya.

2.4 SYARAT MENDAPATKAN STR

Sesuai dengan undang-undang Nomor 36 Tahun 2014 bahwa setiap Tenaga Kesehatan yang
menjalankan praktik wajib memiliki STR. STR dimaksud diberikan oleh konsil masing-masing
Tenaga Kesehatan setelah memenuhi persyaratan yang meliputi:

 ijazah pendidikan di bidang kesehatan;


 Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi;
 surat keterangan sehat fisik dan mental;
 surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji profesi;
 dan pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profes
BAB II

KESIMPULAN

3.1 KESIMPULAN

Surat Tanda Registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah
kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Tenaga kesehatan yang telah
memiliki STR dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan. STR dapat diperoleh jika setiap
tenaga kesehatan telah memiliki ijazah dan sertifikat uji kompetensi yang diberikan kepada
peserta didik setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi. Sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan, setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya wajib
memiliki Surat Tanda Registrasi (STR). STR berlaku selama 5 tahun dan dapat diregistrasi ulang
setiap 5 tahun sekali setelah memenuhi persyaratan. Tenaga kesehatan yang telah memiliki STR
dapat melakukan aktivitas pelayanan kesehatan. STR dapat diperoleh jika setiap tenaga
kesehatan telah memiliki ijazah dan sertifikat uji kompetensi yang diberikan kepada peserta didik
setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi. Ijazah diterbitkan oleh
perguruan tinggi peserta didik dan sertifikat uji kompetensi yang diterbitkan oleh DIKTI.
DAFTAR PUSTAKA

UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan.

PP 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian.

Permenkes nomor 31 tahun 2016 tentang perubahan atas peraturan Menteri Kesehatan nomor
889/menkes/per/v/2011 tentang registrasi, izin praktik, dan izin kerja tenaga kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai