Anda di halaman 1dari 26

FARMAKOLOGI

PENGGOLONGAN OBAT ANTIBIOTIK

DI SUSUN OLEH :

ADELLA SUKMA (2006001)

ANISA MAFERA (2006002)

ANNISA PUTRI LAUREN (2006003)

DOSEN PEMBIMBING: NURUL ABDILLAH, M.KOM

PROGRAM STUDI STr. MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggolongan Obat
Antibiotik”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harap kan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 17 April 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antibiotik telah digunakan selama 60 tahun untuk mengurangi angka


kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi (WHO, 2014). Menurut
Kemenkes RI (2011) penyakit infeksi berada pada posisi sepuluh besar penyakit
terbanyak di Indonesia, sehingga penggunaan antibiotik menjadi sangat tinggi.
Antibiotik yang tidak digunakan secara rasional dan penerapan standar
kewaspadaan yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menyebabkan terjadinya resistensi sehingga dapat meningkatkan angka
kesakitan, kematian dan biaya untuk mengobati penyakit infeksi tersebut.
Awalnya resistensi hanya terjadi di lingkungan rumah sakit, namun semakin
lama resistensi menjadi meluas ke lingkungan masyarakat, khususnya bakteri
Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcusaureus, dan Escherichia coli
sehingga kemunculan resistensi antibiotik menjadi masalah global kesehatan
masyarakat yang dihadapi dalam beberapa dekade terakhir.

Antibiotik merupakan obat yang seringkali digunakan sebagai terapi pada


infeksi. Infeksi yang pengobatannya menggunakan antibiotik adalah infeksi
karena bakteri, bukan mikroorganisme lain, seperti virus. Beberapa studi
mendapatkan hasil bahwa penggunaan antibiotik yang tidak tepat mencapai
persentase 40 hingga 62%. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat tersebut salah
satunya adalah penggunaan antibiotik sebagai terapi pada penyakit yang pada
dasarnya bukan infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Permenkes RI, 2011;
Ivoryanto et al., 2017).

Dewasa ini, penyakit infeksi masih banyak ditemukan sehingga


penggunaan antibiotik masih sangat tinggi Kemenkes RI, 2012 (dalam Pratiwi,
2020). Ketidaktepatan pada penggunaan antibiotik dapat menyebabkan
penggunaan obat di lingkungan masyarakat yang tidak tepat dengan indikasi.
Ketidaktepatan dalam penggunaan antibiotik tersebut terjadi karena kurangnya
informasi mengenai antibiotik dari tenaga kesehatan (Baroroh et al., 2018;
Pratiwi, 2020).

Center for Disease Control and Prevention in USA menyatakan bahwa dari
150 juta peresepan tiap tahunnya, terdapat sekitar 50 juta atau 1/3 peresepan
antibiotik yang tidak diperlukan. Hasil penelitian dari Utami (dalam Yarza,
Yanwirasti and Irawati, 2015) juga menyatakan terdapat ketidaktepatan dalam
penggunaan antibiotik dengan persentase sebesar 92%. Seharusnya, penggunaan
antibiotik yang tepat dan sesuai diharapkan dapat memberikan efek yang
menguntungkan. Akan tetapi, ketidaktepatan penggunaan antibiotik dengan
pemakaian yang bebas tanpa mengikuti aturan dapat menyebabkan berkurangnya
keefektifan antibiotik Yarta et al (dalam Puspasari, et al., 2018).

Ketidaktepatan penggunaan antibiotik pada masyarakat tentunya akan


menimbulkan dampak, salah satunya adalah permasalahan resistensi pada
antibiotik. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya penelitian Antimicrobial
Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) terhadap 2.494 responden. Hasil dari
penelitian tersebut didapatkan persentase sebanyak 43% Escherichia coli bersifat
resisten terhadap berbagai jenis antibiotik, di antaranya adalah ampisilin dengan
persentase 34%, kotrimoksazol dengan persentase 29%, dan kloramfenikol
dengan persentase 25%. Resistensi terhadap antibiotik akan menimbulkan
penurunan bahkan hilangnya efektivitas senyawa kimia atau obat yang
seharusnya berfungsi guna mencegah ataupun mengobati infeksi. Selain
resistensi, dampak dari ketidaktepatan penggunaan antibiotik adalah adanya
peningkatan pada biaya terapi, efek samping antibiotik, dan toksisitas Menkes RI
(dalam Wowiling.C, et al., 2013).
B. Tujuan

1. Pemenuhan Tugas Farmakologi.

2. Meningkatkan Pengetahuan tentang Penggolongan Obat Antibiotik.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan obat antibiotik.

2. Mekanisme kerja dari obat antibiotik.

3. Apa saja golongan-golongan obat antibiotik.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang


dihasilkan oleh mikroorganisme bakteri ataupun jamur. Pada dasarnya tujuan
utama penggunaan antibiotik untuk meniadakan infeksi, namun semakin luasnya
penggunaan antibiotik sekarang ini justru semakin meluas pula timbulnya infeksi
baru akibat penggunaan antibiotik yang tidak rasional.

Menurut asalnya antibakteri dapat dibagi menjadi dua, yaitu antibiotik dan agen
kemoterapetik.Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh
mikroorganisme yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk
menhambat pertumbuhan atau membunuh mikroorganisme, contohnya penisilin,
sefalosporin, kloramfenikol, tetrasiklin, dan lainlain.Antibiotik yang relatif non
toksis bagi pejamunya digunakan sebagai agen kemoterapetik dalam pengobatan
penyakit infeksi pada manusia, hewan dan tanaman.Istilah ini sebelumnya
digunakan terbatas pada zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, tetapi
penggunaan istilah ini meluas meliputi senyawa sintetik dan semisintetik dengan
aktivitas kimia yang mirip, contohnya sulfonamida, kuinolon dan fluorikuinolon
(Setiabudy, 2011; Dorland, 2010).

B. Macam-macam Penggolongan Obat Antibiotik

1. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya:

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,


Polypeptide dan Cephalosporin,
b. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari
golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
f. Antimetabolit, misalnya azaserine.

2. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

a. Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,
netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),
golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin).
c. Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin.
g. Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-
dalfopristin.
h. Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan
asam fusidat.

3. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :

a. Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman.
Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin,
isoniazid dll.
b. Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga
pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk
dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya


terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien
dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan
depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi
harus bakterisid.

4. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

a. Spektrum luas (aktivitas luas) :


Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba
yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam
kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol,
tetrasiklin, dan rifampisin.
b. Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis
mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya
eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba
gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap
kuman gram-negatif.

5. Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

a. Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama
pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga,
bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain :
Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-
laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-
laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin +
sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan
lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi
nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

b. Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum
kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini
barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang,
dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya
terhadap b-laktamase:
1) Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak
tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin,
sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran
kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius
2) Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat
terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol,
sefmetazol,sefuroksim
3) Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi
Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone,
sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara
parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
4) Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome
dan sefepim

c. Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat
bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi
berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus
yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih
sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob.
Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan
secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin
(linkomisin).

d. Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus.
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama
seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti
kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata,
dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk
mengobati beberapa jenis jerawat.
Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai
kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya
mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp
Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis
(penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa.
Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih,
kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya
selama kehamilan & pada anak kecil.

e. Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus
berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid
terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan
ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif
bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara
oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan
anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella
typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan
sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
f. Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan
reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein.
Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti
infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian
bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk
sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan
oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin.Contoh obatnya: eritromisin, klaritromisin,
roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

g. Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn
menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa
DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran
pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan
jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis
uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal
complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk
mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
1) Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa
komplikasi
2) Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin,
norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan
dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.

Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan


grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

h. Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme
kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan
diri pada ribosom dalam sel. Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin,
gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi
pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan
penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin,
neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes
mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan
keseimbangan serta nefrotoksik.

i. Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid,
dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja
khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza
yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

j. Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif
dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis
asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk
DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan
sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan:

1) Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol


2) Infeksi mata : sulfasetamid
3) Radang usus : sulfasalazin
4) Malaria tropikana : fansidar.
5) Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
6) Tifus : kotrimoksazol.
7) Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir :


icterus, hiperbilirubinemia

k. Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp
kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika
obat-obat lain tidak ampuh lagi

B. Penggunaan Antibiotik Kombinasi

Penggunaan Antibiotik kombinasi :

1. Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan


antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram
negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam
sediaan topikal.
2. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim
(= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi
pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS
juga menghasilkan efek sangat baik.
3. Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang
menginaktivir enzim penisilinase.
4. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti
tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson +
klofazimin dan /atau rifampisin).
5. Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis
masing-masing komponen dapat dikurangi.

C. Prinsip Penggunaan Antibiotik

Penggunaan antibitik yang rasional didasarkan pada pemahaman dari


banyak aspek penyakit infeksi.Faktor yang berhubungan dengan pertahanan
tubuh pasien, identitas, virulensi dan kepekaan mikroorganisme, farmakokinetika
dan farmakodinamika dari antibiotik perlu diperhatikan (Gould IM, et. al., 2005).

Pada fasilitas pelayanan kesehatan, antibiotik digunakan pada keadaan


berikut (Gyssens, 2005; Kemenkes RI.,2011) :

1. Terapi empiris.

Pemberian antibiotika untuk mengobati infeksi aktif pada pendekatan


buta (blind) sebelum mikroorganisme penyebab diidentifikasi dan antibiotik
yang sensitif ditentukan.Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris
adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga
menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologi.Indikasi pemberian antibiotik pada terapi empiris adalah
ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu
yang paling sering menjadi penyebab infeksi.Rute pemberian pada antibiotik
oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi
sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik
parenteral.durasi pemberian pada antibiotik empiris diberikan untuk jangka
waktu 48-72jam.

2. Terapi definitif.

Pemberian antibiotik untuk mikroorganisme spesifik yang


menyebabkan infeksi aktif atau laten. Penggunaan antibiotik untuk terapi
definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.Tujuan pemberian
antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatan
pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologi.Indikasi pemberian antibiotik pada terapi definitif
adalah sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi.

Rute pemberian adalah antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan


pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.Jika kondisi pasien
memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera diganti dengan
antibiotik peroral.Durasi pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada
efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah
dikonfirmasi.

3. Terapi profilaksis

Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya


infeksi.Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal
yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
D. Efek Samping, Jenis, Merek Dagang, Dosis Antibiotik

1. Efek Samping

Efek samping dari penggunaan antibiotik bisa berbeda-beda, tergantung


pada jenis dan dosis obat, juga pada respons tubuh pasien terhadap obat.
Namun, beberapa efek samping umum yang mungkin terjadi setelah
menggunakan antibiotik adalah sebagai berikut:

a. Mual atau muntah


b. Perut kembung
c. Diare
d. Hilang nafsu makan
e. Nyeri otot atau sendi

2. Jenis, Merek Dagang, Dosis Antibiotik

1. Penisilin

Penisilin dapat digunakan untuk mengobati infeksi Streptococcus,


meningitis, gonore, pneumonia, atau endocarditis. Beberapa contoh obat
yang termasuk dalam golongan penisilin adalah:

a. Amoxicillin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, sirop kering, kapsul, dan suntik
Merek dagang: Amobiotic, Amoxicillin Trihydrate, Amoxsan,
Betamox, Erlamoxy, Etamox, Holimox, Hufanoxil, Omemox,
Pehamoxil, Pritamox, Supramox, Topcillin

b. Ampicillin
Bentuk obat: Kaplet, kapsul, sirop kering, suspensi kering, dan suntik
Merek dagang: Ambiopi, Ampicillin, Ampicillin Trihydrate, Binotal,
Phapin, Sanpicillin, Viccillin
c. Oxacillin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -

d. Penicillin G
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Benzathine Benzylpenicillin, Procaine Benzyl
Penicillin, Procaine Penicillin G Meiji

e. Penicillin VK
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Phenoxymethyl Penicillin Potassium, Phenoxymethyl
Penicillin

2. Sefalosporin

Beberapa kondisi yang dapat diobati menggunakan sefalosporin


adalah infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih.
Contoh obat yang termasuk dalam golongan sefalosporin adalah:

a. Cefadroxil

Bentuk obat: Kapsul dan sirup kering


Merek dagang: Cefat, Droxal, Droxefa, Lapicef, Lostacef, Netfad,
Renasistin, Roksicap, Staforin, Vocefa, Vocefa Forte, Yaricef

b. Cefuroxime

Bentuk obat: Tablet, kaplet, dan suntik


Merek dagang: Anbacim, Celocid, Cefuroxime Axetil, Cefuroxime
Sodium, Oxtercid, Situroxime, Sharox, Zinnat

c. Cefixime
Bentuk obat: Tablet, kapsul, kaplet, dan sirop kering
Merek dagang: Anfix, Cefacef, Cefarox, Cefixstar, Cefspan, Cerafix,
Fixam, Fixatic, Helixim, Lanfix, Inbacef, Nixaven, Oracef, Profim,
Simcef, Starcef, Tocef, Ximecef, Yafix

d. Cefoperazone

Bentuk obat: Suntik


Merek dagang: Biorazon, Cefoperazone, Cepraz, Cerozon, Ferzobat,
Logafox, Sulbacef, Sulpefion, Stabixin-1

e. Cefotaxim

Bentuk obat: Suntik


Merek dagang: Biocef, Cefotaxime, Cepofion, Clatax, Fobet,
Goforan, Kalfoxim, Procefa, Simexim

f. Cefepime

Bentuk obat: Suntik


Merek dagang: Cefepime HCL Monohydrate, Daryacef, Exepime,
Fourcef, Interpim, Locepime, Maxicef, Procepim, Zepe

3. Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk


mengatasi penyakit infeksi bakteri seperti tuberkulosis, infeksi sendi, atau
peritonitis. Contoh obat yang termasuk dalam golongan aminoglikosida
adalah:

a. Paromomycin
Bentuk obat: Tablet dan sirop
Merek dagang: Gabbryl
b. Tobramycin
Bentuk obat: Tetes mata, salep mata, inhaler dan suntik
Merek dagang: Bralifex,Tobrex, Tobro

c. Gentamicin
Bentuk obat: Suntik, tetes mata, krim, dan salep
Merek dagang: Bioderm, Betasin, Cendo Gentason, Garapon, Ikagen,
Konigen, Sagestam, Salticin, Ximex Konigen

d. Amikacin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Alostil, Amikacin, Amiosin, Glybotic, Mikaject,
Mikasin, Simikan, Verdix

e. Kanamycin
Bentuk obat: Kapsul dan suntik
Merek dagang: Kanamycin Capsules, Kanamycin Meiji, Kanamycin
Sulfate

4. Tetrasiklin

Tetrasiklin digunakan untuk mengobati beberapa kondisi, di antaranya


sifilis, anthrax, periodontitis, brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin jenis
tertentu tidak dapat digunakan pada anak usia di bawah 8 tahun. Contoh
tetrasiklin adalah:

a. Doxycycline
Bentuk obat: Tablet dan kapsul
Merek dagang: Dohixat, Doxicor, Doxycycline hyclate, Dumoxin,
Interdoxin, Pushrob, Siclidon, Viadoxin
b. Minocycline
Bentuk obat: Kapsul dan suntik
Merek dagang: Nomika, Periocline

c. Tetracycline HCl
Bentuk obat: Kapsul dan salep
Merek dagang: Conmycin, Itracycline, Novabiotic, Novacycline,
Samtetra, Super Tetra, Tetracycline HCL, Tetrasanbe, Trifacyclin,
Unicyclin

d. Oxytetracycline
Bentuk obat: Salep, salep mata, dan suntik
Merek dagang: Oxytetracycline, Oxybiotic, Sancortmycin, Terra –
Cortril, Terramycin
e. Tigecycline
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Tygacil

5. Makrolid

Beberapa kondisi yang dapat diobati menggunakan antibiotik makrolid


adalah bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, faringitis, dan sinusitis.
Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat
seperti cisapride. Jenis-jenis makrolid meliputi:

a. Erythromycin
Bentuk obat: Kaplet, kapsul, sirop kering, cairan obat luar, krim, dan
gel
Merek dagang: Dothrocyn, Duramycin, Erymed, Erythromycin,
Trovilon
b. Azithromycin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, kapsul, sirop kering, tetes mata, dan
suntik.
Merek dagang: Azithromycin Dihydrate, Infimycin, Zithromax IV,
Zithrolan, Zistic, Mezatrin 500, Zithromax, Zitromed, Zibramax

c. Clarithromycin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, dan sirop kering
Merek dagang: Abbotic, Bicrolid 250, Bicrolid 500, Comtro,
Clapharma, Clarithromycin, Hecobac 500, Orixal

6. Quinolone

Quinolone digunakan untuk mengatasi antraks, infeksi tulang, cystitis,


servisitis, dan infeksi kulit. Contoh quinolone adalah:

a. Ciprofloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Baquinor Forte, Bernoflox, Bimaflox, Bufacipro,
Ciflos, Cifloxan, Ciprofloxacin Hcl, Ciproxin, Cylowam, Interflox,
Kifarox, Meflosin, Phaproxin, Quinobiotic, Tequinol

b. Levofloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Cendo LFX, Cravit, Farlev, Levofloxacin,
Levofloxacin hemihydrate, Lekuicin, Nislev, Prolecin, Simlev, Zidalev

c. Moxifloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Avelox, Floxaris, Garena, Infimox, Kabimox, MXN,
Molcin, Moxivid, Moxibat, Moxifloxacin Hydrochloride, Respira,
Vigamox, Zigat

d. Norfloxacin
Bentuk obat: Kaplet salut selaput
Merek dagang: Pyrflox

7. Sulfa atau Sulfonamida

Obat antibiotik golongan sulfa bisa digunakan untuk menangani


berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih,
bronkitis, meningitis bakterial, pneumonia, serta infeksi mata atau telinga.
Contoh sulfonamida adalah:

a. Sulfamethoxazole
Bentuk obat: Tablet dan sirop
Merek dagang: Cotrimoksazole, Licoprima, Meprotrin Forte,
Primadex, Primavon Forte, Selestrim, Sisoprim, Sultrimmix

8. Lincosamide

Lincosamide digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat


infeksi bakteri, di antaranya infeksi saluran pernapasan, infeksi tulang dan
sendi, jerawat, dan infeksi vagina (bacterial vaginosis). Contoh lincosamide
adalah:

a. Clindamycin
Bentuk obat: Kapsul, salep, gel
Merek dagang: Clindamycin Hydrochloride, Clinex, Clinidac,
Clinmas, Clinika, Dacin, Dalacin C, Lindacyn, Medi-Klin, Milorin,
Probiotin, Prolic
b. Lincomycin
Bentuk obat: Sirup dan kapsul
Merek dagang: Biolincom, Linchopar, Lincocin, Lincor, Nolipo,
Tamcocin, Tismamisin

9. Glicopeptide

Glicopeptide adalah jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk


mengatasi infeksi kulit, endokarditis, enterokolitis, pneumonia, dan
meningitis. Contoh obat yang termasuk dalam golongan glicopeptide
adalah.

a. Vancomycin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Vancodex, Vancomycin Hydrochloride, Vancep

b. Dalbavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 1000 mg lewat infus selama 30 menit. Dosis untuk satu
minggu setelahnya adalah 500 mg.

c. Oritavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 1200 mg lewat infus selama 3 jam, sebagai dosis tunggal.

d. Telavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 10 mg/kgBB lewat infus selama 60 menit setiap 24 jam,
selama 7–14 hari.
Kondisi: Pneumonia
Dewasa: 10 mg/kgBB lewat infus selama 60 menit setiap 24 jam,
selama 7–21 hari.

10. Carbapenem

Obat antibiotik golongan carbapenem bisa digunakan untuk


menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti pneumonia,
infeksi tulang, dan infeksi ginjal. Contoh obat yang termasuk dalam
golongan carbapenem adalah:

a. Meropenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Granem, Meropenem Trihydrate, Merofen, Merokaf,
Meroxi

b. Ertapenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Invanz

c. Imipenem-Cilastatin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Fiocilas, Imiclast, Imipex, Pelascap, Pelastin, Tienam,
Timipen, Xerxes IV

d. Doripenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Bizan, Daryaven, Dorbaz, Doripenem, Doripex, DRM,
Novedor, Ribacter, Tironem

e. Biapenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -

Anda mungkin juga menyukai