Anda di halaman 1dari 24

FARMAKOLOGI

PENGGOLONGAN OBAT

Di Susun Oleh :

Anisa Mafera (2006002)

Dosen Pembimbing: Eliza Arman, M.Farm,Apt

PROGRAM STUDI STr. MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggolongan Obat ”.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi persyaratan
mengikuti (UTS) Ujian Tengah Semester.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harap kan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 16 Mei 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan


pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan
obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara
benar agar memberikan manfaat klinik yang optimal (Anonim, 2008).

Menurut WHO, obat adalah zat yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik
atau psikis. Sedangkan menurut Kebijakan Obat Nasional (KONAS) ialah bahan
atau sediaan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system
fisiologi dan kondisi patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan rasa sakit, gejala sakit, dan / atau penyakit, untuk
meningkatkan kesehatan, dan kontrasepsi (Priyanto dan Batubara, 2008).

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,
membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh untuk itu obat
sangat diperlukan. Terkadang obat tidak selamanya baik, kadang obat justru
berbahaya, karena takaran tertentu dari suatu obat yang memberikan efek tertentu
terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.

Obat yang beredar sendiri terdiri dari berbagai macam jenis obat
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan, selain jenisnya obat juga memiliki
berbagai macam golongan. Tujuan penggolongan obat sendiri adalah untuk
mengontrol pendistribusian obat tersebut. Dalam penggunaan obat juga ada
istilah indikasi dan kontra indikasi, indikasi adalah suatu manfaat dan
kegunaan obat, sedangkan kontraindikasi adalah efek samping yang
ditimbulkan dari suatu obat. Seseorang yang mengomsumsi obat diharuskan
mengretahui apa indikasi dan kontraindikasi dari obat yang akan dikomsumsi.
B. Tujuan

1. Pemenuhan Tugas Farmakologi.

C. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan penggolongan obat

2. Macam-macam prmggolongan obat.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Penggolongan Obat

Sesuai Permenkes No. 917/MENKES/PER/X/1993 tentang Wajib Daftar


Obat Jadi pada Pasal 1 Bagian 3 bahwa yang dimaksud dengan GOLONGAN
OBAT adalah penggolongan obat yang dimaksudkan untuk peningkatan
keamanan dan ketetapan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri
dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotik, obat keras, psikotropika
dan narkotika.

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/ VI/2000. Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan
keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.

B. Penggolongan Obat Antibiotik

1. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya:

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,


Polypeptide dan Cephalosporin,
b. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari
golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
f. Antimetabolit, misalnya azaserine.

2. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

a. Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,
netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),
golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin).
c. Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin.
g. Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-
dalfopristin.
h. Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan
asam fusidat.

3. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :


a. Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman.
Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin,
isoniazid dll.
b. Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga
pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk
dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya


terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien
dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan
depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi
harus bakterisid.

4. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

a. Spektrum luas (aktivitas luas) :


Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba
yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam
kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol,
tetrasiklin, dan rifampisin.
b. Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis
mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya
eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba
gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap
kuman gram-negatif.

5. Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

a. Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama
pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga,
bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain :
Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-
laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-
laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin +
sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan
lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi
nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

b. Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum
kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini
barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang,
dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.
Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya
terhadap b-laktamase:
1) Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak
tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin,
sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran
kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius
2) Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat
terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol,
sefmetazol,sefuroksim
3) Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi
Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone,
sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara
parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
4) Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome
dan sefepim

c. Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat
bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi
berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus
yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih
sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob.
Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan
secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin
(linkomisin).
d. Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus.
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama
seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti
kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata,
dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk
mengobati beberapa jenis jerawat.
Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai
kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya
mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp
Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis
(penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa.
Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih,
kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya
selama kehamilan & pada anak kecil.

e. Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus
berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid
terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan
ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif
bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara
oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan
anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella
typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan
sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
f. Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan
reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein.
Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti
infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian
bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk
sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan
oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin.Contoh obatnya: eritromisin, klaritromisin,
roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

g. Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn
menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa
DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran
pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan
jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis
uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal
complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk
mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
1) Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa
komplikasi
2) Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin,
norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan
dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.

Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan


grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.
h. Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme
kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan
diri pada ribosom dalam sel. Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin,
gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi
pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan
penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin,
neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes
mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan
keseimbangan serta nefrotoksik.

i. Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid,
dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja
khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza
yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

j. Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif
dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis
asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk
DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan
sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan:

1) Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol


2) Infeksi mata : sulfasetamid
3) Radang usus : sulfasalazin
4) Malaria tropikana : fansidar.
5) Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
6) Tifus : kotrimoksazol.
7) Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir :


icterus, hiperbilirubinemia

k. Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp
kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika
obat-obat lain tidak ampuh lagi

B. Penggolongan Obat Antipiretik

Antipiretik digunakan untuk membantu untuk mengembalikan suhu set


point ke kondisi normal dengan cara menghambat sintesa dan pelepasan
prostaglandin E2, yang distimulasi oleh pirogen endogen pada hipotalamus
(Sweetman, 2008). Obat ini menurunkan suhu tubuh hanya pada keadaan demam
namun pemakaian obat golongan ini tidak boleh digunakan secara rutin karena
bersifat toksik. Efek samping yang sering ditimbulkan setelah penggunaan
antipiretik adalah respon hemodinamik seperti hipotensi, gangguan fungsi hepar
dan ginjal, oliguria, serta retensi garam dan air (Hammond and Boyle, 2011).

Demam (pyrexia) merupakan kendali terhadap peningkatan suhu tubuh


akibat suhu set point hipotalamus meningkat. Alasan yang paling umum ketika
hal ini terjadi adalah adanya infeksi, kelainan inflamasi dan terapi beberapa obat
(Sweetman, 2008). Demam adalah keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 37,5ºC
dan bisa menjadi manifestasi klinis awal dari suatu infeksi. Suhu tubuh manusia
dikontrol oleh hipotalamus. Selama terjadinya demam hipotalamus di reset pada
level temperatur yang paling tinggi (Dipiro, 2008). Demam akibat faktor non
infeksi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain faktor lingkungan (suhu
lingkungan yang eksternal yang terlalu tinggi, keadaan tumbuh gigi, dll),
penyakit autoimun (arthritis, systemic lupus erythematosus, vaskulitis, dll),
keganasan (penyakit Hodgkin, Limfoma nonhodgkin, leukemia, dll), dan
pemakaian obat-obatan (antibiotik dan antihistamin) (Kaneshiro and Zieve,
2013). Hal lain yang juga berperan sebagai faktor non infeksi penyebab demam
adalah gangguan sistem saraf pusat seperti perdarahan otak, status epileptikus,
koma, cedera hipotalamus, atau gangguan lainnya (Nelwan, 2009).

Obat – obat antipiretik secara umum dapat digolongkan dalam beberapa


golongan yaitu golongan salisilat, (misalnya aspirin, salisilamid), golongan para-
aminofenol (misalnya acetaminophen, fenasetin) dan golongan pirazolon
(misalnya fenilbutazon dan metamizol) (Wilmana, 2007). Acetaminophen, Non
Steroid Anti-inflammatory Drugs, dan cooling blanket biasa digunakan untuk
mencegah peningkatan suhu tubuh pada pasien cedera otak agar tetap konstan
pada kondisi suhu ≤ 37,5ºC (Dipiro, 2008). Pemberian obat melalui rute
intravena atau intraperitonial biasanya juga digunakan pada keadaan hipertermia,
yaitu keadaan dimana suhu tubuh lebih dari 41ºC.

1. Penggolongan obat Antipiretik

Analgetik dan antipiretik adalah golongan obat berfungsi sebagai


antidemam sekaligus antinyeri. Obat golongan ini bisa digunakan untuk
meredakan nyeri akibat radang sendi, cedera, sakit gigi, sakit kepala, atau
nyeri haid, sekaligus bisa mengatasi demam.

Terdapat 3 jenis obat yang masuk ke dalam golongan analgetik dan


antipiretik, yaitu salisilat, paracetamol, dan nonsteroidal anti-inflammatory
drugs (NSAIDs). Beberapa jenis obat dari golongan ini hanya boleh
digunakan sesuai resep dokter.
2. Efek Samping dan Bahaya Obat Analgetik-Antipiretik

Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat analgetik dan antipiretik
berbeda-beda, tergantung pada jenis obat analgetik-antipiretik yang digunakan
dan kondisi pasien secara menyeluruh. Berikut ini adalah beberapa efek
samping ringan yang dapat timbul:

a. Tukak lambung
b. Sakit perut
c. Mual
d. Kehilangan nafsu makan
e. Gastritis

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping yang terjadi tidak


kunjung membaik. Segera ke dokter jika Anda mengalami reaksi alergi obat
atau mengalami efek samping yang lebih serius, seperti:

a. Perdarahan
b. Gagal hati
c. Gagal ginjal

C. Obat Antiemetik

Antiemetik adalah obat-obatan yang dikonsumsi untuk mengatasi mual dan


muntah. Mual dan muntah dapat disebabkan oleh beragam hal, seperti morning
sickness, mabuk perjalanan, atau karena konsumsi obat tertentu. Masing-masing
obat antiemetik pun dapat memicu efek samping yang perlu Anda diskusikan
dengan dokter.

Antiemetik atau antimuntah adalah jenis obat-obatan yang membantu


mengatasi gejala mual dan muntah. Obat antiemetik juga digunakan dalam
penanganan mual dan muntah yang disebabkan oleh obat lain, serta mual dan
muntah akibat morning sickness, infeksi, mabuk perjalanan, maupun flu perut.
Obat antiemetik bekerja dengan menghambat senyawa dan neurotransmitter
spesifik di dalam tubuh. Senyawa tersebut dapat memicu reaksi seperti mual dan
muntah pada banyak kondisi.

Obat antiemetik sendiri banyak jenisnya karena masing-masing obat


memiliki kegunaan unik pada berbagai kondisi. Walau terlihat sederhana, rasa
mual yang kita rasakan merupakan proses yang kompleks. Pemicu yang berbeda
akan membutuhkan jenis obat yang berbeda pula.

1. Penggolongan obat Antipiretik

a. Obat antiemetik untuk mabuk perjalanan

Beberapa obat antihistamin memiliki efek antiemetik untuk


mencegah mual dan muntah akibat mabuk perjalanan. Obat-obatan
tersebut mampu menurunkan kepekaan telinga bagian dalam terhadap
gerakan kepala.

Beberapa contoh antiemetik untuk atasi mabuk perjalanan, yaitu:

1) Dimenhydrinate
2) Diphenhydramine
3) Meclizine
4) Promethazine

b. Obat antiemetik saat menjalani operasi

Pasien yang menerima tindakan anestesi saat hendak operasi kerap


mengalami mual dan muntah. Untuk itu, beberapa jenis kelompok obat
antiemetik pun mungkin akan diberikan dokter. Obat-obat tersebut ada
yang berasal dari penghambat reseptor serotonin, penghambat reseptor
dopamin, dan kortikosteroid.
Beberapa contoh obat antiemetik saat menjalani operasi, termasuk:

1) Dexamethasone
2) Droperidol
3) Granisetron
4) Metoclopramide
5) Ondansetron
6) Dexamethasone antiemetic
Dexamethasone sering diberikan untuk atasi mual dan muntah saat
menjalani operasi

c. Obat antiemetik untuk flu perut

Flu perut atau gastroenteritis terjadi ketika lambung atau usus


mengalami iritasi atau peradangan, sebagai dari akibat infeksi virus atau
bakteri. Muntah menjadi salah satu gejala flu perut yang dapat berbahaya
jika tak dikendalikan. Beberapa contoh antiemetik yang mungkin
diresepkan dokter untuk penderita flu perut, yaitu:

1) Natrium sitrat
2) Asam fosfat
3) Bismuth subsalisilat

d. Obat antiemetik untuk pasien yang menjalani kemoterapi

Terapi kometerapi untuk penanganan kanker sering menimbulkan


efek samping mual dan muntah bagi pasiennya. Dokter biasanya akan
meresepkan obat antiemetik sebelum dan sesudah kemoterapi demi
mencegah efek samping tersebut serta membantu meningkatkan kualitas
hidup pasien kanker.
Obat antiemetik untuk pasien kanker pun dapat bermacam-macam,
seperti obat yang berasal dari kelompok penghambat reseptor serotonin,
penghambat reseptor dopamin, penghambat reseptor NK1, dan
kortikosteroid.

1) Aprepitant
2) Dexamethasone
3) Dolasetron
4) Ondansetron
5) Palonosetron
6) Prochlorperazine
7) Rolapitant
8) Granisetron

e. Obat antiemetik untuk ibu hamil

Ibu hamil mungkin sangat akrab dengan morning sickness. Kondisi


ini ditandai dengan mual bahkan muntah di jam berapa pun, walau
namanya "morning". Obat antiemetik mungkin akan diberikan dokter jika
gejala yang dirasakan sangat parah serta mengganggu aktivitas sehari-hari
ibu hamil.

Beberapa contoh obat antiemetik untuk atasi morning sickness, yaitu:

1) Dimenhydrinate
2) Prochlorperazine
3) Promethazine
4) Vitamin B6

Apabila pilihan obat di atas tidak efektif, dokter mungkin akan


memberikan metoclopramide.
D. Obat Antihipertensi

Obat antihipertensi adalah kelompok obat yang digunakan untuk


menurunkan tekanan darah akibat hipertensi. Hipertensi yang tidak ditangani
dengan benar dapat menyebabkan komplikasi, mulai dari stroke, serangan
jantung, gagal jantung, hingga gagal ginjal.

Ada beberapa golongan obat antihipertensi. Tiap golongan obat memiliki


cara kerja yang berbeda, tetapi sama-sama bisa menurunkan tekanan darah. Jenis
dan dosis obat antihipertensi akan ditentukan dokter sesuai usia dan kondisi
kesehatan pasien, tingkat keparahan hipertensi, serta respons tubuh pasien
terhadap obat.

1. Efek Samping dan Bahaya Obat Antihipertensi

Efek samping dari penggunaan obat antihipertensi bisa bebeda satu


dengan yang lain, tergantung jenis, dosis, dan respon pasien terhadap
pengobatan. Namun, beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah
menggunakan obat antihiperensi adalah sebagai berikut:

a. Batuk
b. Pusing atau pening
c. Sakit kepala
d. Diare
e. Konstipasi
f. Lelah, mengantuk, dan kurang bertenaga
g. Ruam pada kulit
h. Mual atau muntah
i. Disfungsi ereksi
j. Penurunan atau kenaikan berat badan secara tiba-tiba

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping yang Anda alami


tidak kunjung mereda atau semakin memberat. Anda juga harus segera ke
dokter jika mengalami reaksi alergi obat setelah menggunakan obat
antihipertensi.

2. Jenis, Merek Dagang, dan Dosis Obat Antihipertensi

Obat antihipertensi hanya boleh digunakan berdasarkan resep dokter. Berikut


ini adalah penjelasan dan pembagian jenis obat antihipertensi:

a. ACE inhibitor

ACE inhibitor bekerja dengan cara menghambat enzim khusus untuk


memproduksi hormon angiotensin II, yaitu hormon yang dapat memicu
penyempitan pembuluh darah. Dengan begitu, pembuluh darah dalam
melebar, aliran darah dapat lebih lancar, dan tekanan darah dapar menurun.
Contoh ACE inhibitor adalah:

1) Benazepril

Bentuk obat: Tablet

Merek dagang: -

2) Captopril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Acepress, Acendril, Captopril, Dexacap, Etapril,
Farmoten, Forten, Otoryl, Prix, Tensicap, Tensobon, Vapril

3) Enalapril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Tenace, Tenaten, dan Tenazide

4) Fosinopril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -
5) Lisinopril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Inhitril, Lisinopril Dihydrate, Lipril, Noperten, Nopril

6) Moexipril
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: -

E. Obat Anestesi

1. Penggolongan obat anestesi

Berdasarkan cara penggunaanya, obat anestesi dapat dibagi dalam sepuluh


kelompok, yakni :

a. Anastetika Inhalasi : gas tertawa, halotan, enfluran, isofluran, scuofluran.


Obat – obat ini diberikan sebagai uap melalui saluran nafas.
Keuntungannya adalah resepsi yang cepat melalui paru – paru seperti
juga ekskresinya melalui gelembung paru (alveoli) yang biasanya dalam
keadaan utuh. Obat ini terutama digunakan untuk memelihara anastesi.
b. Anastetika Intravena : thiopental, diazepam dan midazolam, ketamin, dan
propofol. Obat – obat ini juga dapat diberikan dalam sediaan suppositoria
secara rectal, tetapi resorpsinya kurang teratur. Terutama digunakan
untuk mendahului (induksi) anastesi total, atau memeliharanya, juga
sebagai anastesi pada pembedahan singkat.
c. Anestetika intramuskular : sangat populer dalam praktek anestesi, karena
teknis mudah, relatif aman karena kadar plasma tidak mendadak tinggi.
Keburukannya ialah absorpsi kadang diluar perkiraan, menimbulkan
nyeri dibenci anak-anak, dan beberapa bersifat iritan.
d. Subkutan : sekarang sudah jarang digunakan
e. Spinal : dimasukkan kedalam ruang subarakhnoid (intratekal) seperti
pada bupivacaine.
f. Lidah dan mukosa pipi : absorpsi lewat lidah dan mukosa pipi dapat
menghindari efek sirkulasi portal, bersifat larut lemak, contohnya fentanil
lolipop untuk anak dan buprenorfin.
g. Rektal : sering diberikan pada anak yang sulit secara oral dan takut
disuntik.
h. Transdermal : contoh krem EMLA (eutectic mixture of local anesthetic),
campuran lidokain-prokain masing-masing 2,5%. Krem ini dioleskan ke
kulit intakdan setelah 1-2 jam baru dilakukan tusuk jarum atau tindakan
lain.
i. Epidural: dimasukkan kedalam ruang epidural yaitu antara duramater dan
ligamentum flavum. Cara ini banyak pada anestesia regional.
j. Oral : paling mudah, tidak nyeri, dapat diandalkan. Kadang harus
diberikan obat peri-anestesia, seperti obat anti hipertensi, obat penurun
gula darah, dan sebagainya. Sebagian besar diabsorpsi usus halus bagian
atas. Beberapa obat dihancurkan asam lambung. Pengosongan lambung
yang terlambat menyebabkan terkumpulnya obat di lambung. Sebelum
obat masuk sistemik, harus melewati sirkulasi portal. Maka dosis oral
harus lebih besar dari intramuskular, contohnya petidin, dopamin,
isoprenalin, dan propanolol.

2. Jenis obat anestesi

Anestesi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu anestesi lokal, regional, dan
umum. Setiap jenis anestesi memiliki cara kerja dan tujuan yang berbeda-
beda, berikut adalah penjelasannya:
a. Anestesi Lokal

Anestesi lokal dilakukan dengan memblokir sensasi atau rasa sakit


pada area tubuh yang akan dioperasi. Jenis anestesi ini tidak
memengaruhi kesadaran, sehingga pasien akan tetap sadar selama
menjalani operasi atau prosedur medis.

Anestesi lokal dapat digunakan untuk operasi minor atau kecil,


seperti perawatan gigi, operasi gigi bungsu dan pencabutan gigi, operasi
mata, prosedur pengangkatan tahi lalat, dan biopsi pada kulit. Anestesi
jenis ini dapat diberikan dengan cara disuntik, disemprot, atau dioleskan
ke kulit maupun selaput lendir yang akan dioperasi.

b. Anestesi Regional

Anestesi regional dilakukan dengan memblokir rasa sakit di


sebagian anggota tubuh. Seperti halnya anestesi lokal, pasien akan tetap
tersadar selama operasi berlangsung, namun tidak dapat merasakan
sebagian anggota tubuhnya.

Pada anestesi regional, obat akan diberikan dengan cara disuntikkan


di dekat sumsum tulang belakang atau di sekitar area saraf. Suntikan ini
akan menghilangkan rasa sakit pada beberapa bagian tubuh, seperti
pinggul, perut, lengan, dan kaki.

Terdapat beberapa jenis anestesi regional, yaitu blok saraf perifer,


epidural, dan spinal. Anestesi regional yang paling sering digunakan
adalah epidural, yang umum digunakan saat persalinan.

c. Anestesi Umum

Anestesi umum atau biasa disebut bius total adalah prosedur


pembiusan yang membuat pasien menjadi tidak sadar selama operasi
berlangsung. Anestesi jenis ini sering digunakan untuk operasi besar,
seperti operasi jantung terbuka, operasi otak, atau transplantasi organ.
Anestesi ini bisa diberikan melalui dua cara, yaitu melalui gas untuk
dihirup (inhalasi) dan obat yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah
(intravena).

Anestesi umum dianggap cukup aman untuk sebagian besar pasien.


Namun pada kelompok tertentu, seperti lansia, anak- anak, atau pasien
yang kondisinya sangat buruk, pemberian anestesi jenis ini harus
dilakukan dengan sangat hati-hati karena dapat menyebabkan komplikasi
yang berbahaya. Pemilihan dan pemberian anestesi akan disesuaikan
dengan kondisi kesehatan pasien, prosedur medis yang akan dijalani, dan
lamanya prosedur yang akan dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai