Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOLOGI

PRINSIP FARMAKOLOGI DALAM MELAKSANAKAN PERAN


KOLABORATIF

DI SUSUN OLEH :

ANISA MAFERA (2006002)

DOSEN PENGAMPU:

PROGRAM STUDI STr. MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggolongan Obat
Antibiotik”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harap kan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat


untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang, 22 Juli 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif
hendaknya terlebih dahulu dapat dipahami pengertian farmakologi itu sendiri.
Farmakologi berasal dari kata (Yunani) yang artinya farmakon yang berarti
obat dalam makna sempit, dan dalam makna luas adalah semua zat selain
makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan atau fungsi jaringan
tubuh. Logos berarti ilmu. Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari
pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap
bahan kimia tersebut. Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai
pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan
kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi,
distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan
tujuan lain.
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat dalam tubuh.
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mencegah, mengurangi
gejala atau menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau
bagian badan manusia (joenoes,2001). Penetuan obat untuk pasien adalah
wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut untuk turut bertanggung
jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order
dokter, menyimpan dan mencari obat sesuai order hingga memberikan obat
kepada pasien. Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan
mengawasi akan terjadinya efek samping dari pemberian obat tersebut pada
pasien.
Sistem pelayanan kesehatan saat ini, mengutamakan pelayanan yang
berpusat pada pasien dan keluarga untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas, kepuasan pasien, dan terhindar dari kejadian yang tida diharapkan.
Kolaborasi yang efektif antar anggota tim kesehatan memfasilitasi
terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, dengan demikian pengembangan
kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan menjadi hal yang
diprioritaskan oleh semua organisasi pemberi pelayanan kesehatan. Hubungan
kolaborasi dalam pelayanan kesehatan melibatkan sejumlah tenaga profesi
kesehatan

B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
peran kolaboratif dalam pelaksanaan prinsip farmakologi.

C. Rumusan Masalah

1. Apa peran kolaboratif dalam pelaksanaan farmakologi ?


2. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kolaborasi
pemberian obat ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien atau klien dalam melakukan diskusi
tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborato.
Kolaborasi dapat berjalan baik jika setiap anggota saling memahami peran
dan tanggung jawab masing-masing profesi memiliki tujuan yang sama,
mengakui keahlian masingmasing profesi, saling bertukar informasi dengan
terbuka, memiliki kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik
secara individu maupun bersama kelompok.
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu
adanya saling percaya dan menghormati, saling memahami dan menerima
keilmuan masingmasing, memiliki citra diri positif, memiliki kematangan
professional yang setara yang timbul dari pendidikan dan pengalaman, mengakui
sebagai mitra kerja bukan bawahan, keinginan untukbernegoisasi.
Kolaborasi tidak bisa terbentuk dengan sendirinya dalam sebuah organisasi.
Karena setiap profesi dalam sebuah tim memiliki standar dan budaya profesional
tersendiri. Kolaborasi yang efektif mencakup penerapan strategi dimana setiap
profesi yang berbeda budayanya berkerja sama dalam satu tim untuk mencapai
tujuan yang sama dalam menerapkan keselamatan pasien.
Dalam membentuk kolaborasi dibutuhkan faktor-faktor tertentu untuk
memunculkannya. Karena setiap profesi dalam sebuah tim memiliki standar dan
budaya profesional tersendiri. Kolaborasi yang efektif mencakup penerapan
strategi dimana setiap profesi yang berbeda budayanya berkerja sama dalam satu
tim untuk mencapai tujuan yang sama.

B. Prinsip-Prinsip Pembelian Obat


Ada 12 prinsip dalam pemberian obat:
1. Benar Klien
Klien yang benar dapat dipastikan dengan memeriksa identitas klien,
dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan
menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang
identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan.
Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas
klien dan meminta klien menyebutkan namanya sendiri. Beberapa klien akan
menjawab dengan nama sembarang atau tidak berespon, maka gelang
identifikasi harus diperiksa pada setiap klien pada setiap kali pengobatan.
Pada keadan gelang identifikasi hilang, perawat harus memastikan identitas
klien sebelum setiap obat diberikan. Dalam keadaan dimana klien tidak
memakai gelang identifikasi (sekolah, kesehatan kerja, atau klinik), perawat
juga bertanggung jawab untuk secara tepat mengidentifikasi setiap orang
pada saat memberikan pengobatan.
2. Benar Obat
Klien dapat menerima obat yang telah diresepkan oleh seorang dokter,
dokter gigi, atau pemberi asuhan kesehatan yang memiliki izin praktik
dengan wewenang dari pemerintah. Perintah melalui telepon untuk
pengobatan harus ditandatangani oleh dokter yang Perintah pengobatan
mungkin diresepkan menelepon dalam waktu 24 jam. Komponen dari
perintah pengobatan adalah :
a. Tanggal perintah ditulis,
b. Nama obat,
c. Dosis obat,
d. Rute pemberian,
e. Frekuensi pemberian, dan
f. Tanda tangan dokter atau pemberi asuhan kesehatan.

Meskipun merupakan tanggung jawab perawat untuk mengikuti


perintah yang tepat, tetapi jika salah satu komponen tidak ada atau perintah
pengobatan tidak lengkap, maka obat tidak boleh diberikan dan harus segera
menghubungi dokter tersebut untuk mengklarifikasinya (Kee and Hayes,
1996).
Perawat bertanggungjawab untuk mengikuti perintah yang tepatPerawat
harus menghindari kesalahan yaitu dengan membaca label obat minimal 3x:
a. Pada saat melihat botol atau kemasan obat
b. Sebelum menuang atau mengisap obat
c. Setelah menuang atau mengisap obat
d. Memeriksa apakah perintah pengobatan lengkap dan sah
e. Mengetahui alasan mengapa klien menerima obat tersebut
f. Memberikan obat-obatan tanda: nama obat, tanggal kadaluarsa

3. Benar Dosis Obat


a. Dosis yang diberikan klien sesuai dengan kondisi klien.
b. Dosis yang diberikan dalam batas yang direkomendasikan untuk obat
yang bersangkutan.
c. Perawat harus teliti dalam menghitung secara akurat jumlah dosis yang
akan diberikan, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
tersedianya obat dan dosis obat yang diresepkan atau diminta,
pertimbangan berat badan klien (mg/KgBB/hari), jika ragu-ragu dosis
obat harus dihitung kembali dan diperiksa oleh perawat lain.
d. Melihat batas yang direkomendasikan bagi dosis obat tertentu.

4. Benar Waktu Pemberian

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.


Waktu yang benar adalah saat dimana obat yang diresepkan harus diberikan.
Dosis obat harian diberikan pada waktu tertentu dalam sehari, seperti b.i.d ( dua
kali sehari ), t.i.d ( tiga kali sehari ), q.i.d ( empat kali sehari ), atau q6h ( setiap 6
jam ), sehingga kadar obat dalam plasma dapat dipertahankan. Obat-obat dengan
waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu yang
tertentu.

Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t1/2). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan unutk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu
tertentu.

 Pemberian obat juga memperhatikan diberikan sebelum

atau sesudah makan atau bersama makanan.

 Memberikan obat seperti kalium dan aspirin yang dapat

mengiritasi mukosa lambung bersama-sama dengan

makanan.

 Menjadi tanggung jawab perawat untuk memeriksa

apakah klien telah dijadwalkan untuk memeriksa

diagnostik, seperti tes darah puasa yang merupakan

kontraindikasi pemeriksaan obat.

11

e. Benar Cara Pemberian

 Memperhatikan proses absorbsi obat dalam tubuh harus

tepat dan memadai.


 Memperhatikan kemampuan klien dalam menelan sebelum

memberikan obat-obat peroral.

 Menggunakan teknik aseptic sewaktu memberikan obat

melalui rute parenteral.

 Memberikan obat pada tempat yang sesuai dan tetap

bersama dengan klien sampai obat oral telah ditelan.

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute berbeda, factor

yang menentukan rute pemberian terbaik ditentukan oleh :

1) Keadaan umum pasien

2) Kecepatan respon yang diinginkan

3) Sifat kimiawi dan fisik obat, dan

4) Tempat kerja yang diinginkan.

Obat dapat diberikan secara :

a. Oral

Yaitu rute pemberian yang paling umum dan paling

banyak dipakai, karena :

- Ekonomis

- Paling nyaman dan aman.

b. Parenteral

Yaitu pemberian obat tidak melalui saluran cerna,


dapat melalui :

- Intravena (IV)

- Intramuskuler (IM)

- Intracutan (IC)

- Subcutan (SC)

c. Topikal

12

Yaitu pemberian obat dalam bentuk krim, salep,

lotion

d. Rektal

Obat dapat diberikan melalui rute rectal berupa :

enema atau supositoria.

Pemberian obat melalui rectal dilakukan untuk

memperoleh efek local, seperti pada pasien

konstipasi atau hemorrhoid.

e. Inhalasi

Saluran nafas memiliki luas epitel untuk absorpsi

yang sangat luas dan dengan demikian berguna

untuk memberi obat secara local pada saluran nafas,

misalnya :
Pemberian salbutamol (Ventolin) untuk pasien

ashma, atau dalam keadaan darurat ( misalnya terapi

oksigen ).

f. Benar Dokumentasi

Pemberian obat sesuai dengan standar prosedur yang

berlaku di rumah sakit. Dan selalu mencatat informasi yang

sesuai mengenai obat yang telah diberikan serta respon klien

terhadap pengobatan.

g. Benar Pendidikan Kesehatan Perihal Medikasi Klien

Perawat mempunyai tanggung jawab dalam melakukan

pendidikan kesehatan pada pasien, keluarga, dan masyarakat

luas terutama yang berkaitan dengan obat seperti manfaat obat

secara umum, penggunaan obat yang baik dan benar, alasan

terapi obat dan kesehatan yang menyeluruh, hasil yang

diharapkan setelah pemberian obat, efek samping dan reaksi

yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat

dengan makanan, perubahan-perubahan yang diperlukan dalam

menjalankan aktivitas sehari-hari selama sakit dan sebagainya.

13

h. Benar Hak Klien untuk Menolak


Klien berhak untuk menolak dalam pemberian obat.

Perawat harus memberikan inform consent dalam pemberian

obat. Informed consent adalah tindakan medik dinamakan juga

informed consent. Consent artinya persetujuan, atau izin. Jadi

informed consent adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau

keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan

medis pada pasien, seperti pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

lain-lain untuk menegakkan diagnosis, memberi obat,

melakukan suntikkan, menolong bersalin, melakukan

pembiusan, melakukan pembedahan, melakukan tindak-lanjut

jika terjadi kesulitan, dan sebagainya

 Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat

Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan

setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ) ,

yang berdasarkan pengetahuan individu yang

diperlukan untuk membuat suatu keputusan.

 Hak Klien untuk Menolak Pengobatan

Klien dapat menolak untuk pemberian suatu

pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat untuk

menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan


dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk

mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan .

Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus

segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung

jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu

jika pembatalan pemberian obat ini dapat

membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin.

Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan

14

pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada

pemberian insulin atau warfarin ( Taylor, Lillis and

LeMone, 1993 ; Kee and Hayes, 1996 ).

i. Benar Pengkajian

Perawat harus selalu memeriksa tanda-tanda vital pasien

sebelum melakukan tindakan pemberian obat.

j. Benar Evaluasi

Perawat selalu melihat atau memantau efek kerja dari obat

setelah pemberiannya.

k. Benar Reaksi terhadap Makanan

Obat memliki efektivitas jika diberikan pada waktu yang


tepat. Jika obat itu harus diminum sebelum makan (ante cimum

atau a.c) untuk memperoleh kadar yang diperlukan harus diberi

satu jam sebelum makan misalnya tetrasiklin dan sebaiknya ada

obat yang harus diminum setelah makan misalnya indometasin.

l. Benar Reaksi dengan Obat Lain

Pada penggunaan obat seperti chloramphenicol diberikan

dengan omeprazol penggunaan pada penyakit kronis.

1. Penggolongan Antibiotik berdasarkan mekanisme kerjanya:

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin,


Polypeptide dan Cephalosporin,
b. Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
c. Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari
golongan Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline
d. Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
e. Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
f. Antimetabolit, misalnya azaserine.
2. Penggolongan Antibiotik berdasarkan struktur kimia :

a. Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,
netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),
golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin).
c. Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin.
g. Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-
dalfopristin.
h. Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan
asam fusidat.
3. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :

a. Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman.
Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin,
isoniazid dll.
b. Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga
pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk
dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.

Manfaat dari pembagian ini dalam pemilihan antibiotika mungkin hanya


terbatas, yakni pada kasus pembawa kuman (carrier), pada pasien-pasien
dengan kondisi yang sangat lemah (debilitated) atau pada kasus-kasus dengan
depresi imunologik tidak boleh memakai antibiotika bakteriostatik, tetapi
harus bakterisid.

4. Penggolongan antibiotik berdasarkan spektrum kerjanya :

a. Spektrum luas (aktivitas luas) :


Antibiotik yang bersifat aktif bekerja terhadap banyak jenis mikroba
yaitu bakteri gram positif dan gram negative. Contoh antibiotik dalam
kelompok ini adalah sulfonamid, ampisilin, sefalosforin, kloramfenikol,
tetrasiklin, dan rifampisin.
b. Spektrum sempit (aktivitas sempit) :
Antibiotik yang bersifat aktif bekerja hanya terhadap beberapa jenis
mikroba saja, bakteri gram positif atau gram negative saja. Contohnya
eritromisin, klindamisin, kanamisin, hanya bekerja terhadap mikroba
gram-positif. Sedang streptomisin, gentamisin, hanya bekerja terhadap
kuman gram-negatif.

5. Penggolongan antibiotik berdasarkan penyakitnya :

a. Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama
pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga,
bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain :
Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-
laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-
laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin +
sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan
lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi
nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui

b. Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum
kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini
barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang,
dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.

Penggolongan sefalosporin berdasarkan aktivitas & resistensinya


terhadap b-laktamase:
1) Generasi I : aktif pada bakteri gram positif. Pada umumnya tidak
tahan pada b laktamase. Misalnya sefalotin, sefazolin, sefradin,
sefaleksin, sefadroksil. Digunakan secara oral pada infeksi saluran
kemih ringan, infeksi saluran pernafasan yang tidak serius
2) Generasi II : lebih aktif terhadap kuman gram negatif. Lebih kuat
terhadap blaktamase. Misalnya sefaklor, sefamandol,
sefmetazol,sefuroksim
3) Generasi III : lebih aktif terhadap bakteri gram negatif , meliputi
Pseudomonas aeruginosa dan bacteroides. Misalnya sefoperazone,
sefotaksim, seftizoksim, sefotiam, sefiksim.Digunakan secara
parenteral,pilihan pertama untuk sifilis
4) Generasi IV : Sangat resisten terhadap laktamase. Misalnya sefpirome
dan sefepim

c. Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat
bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi
berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus
yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih
sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob.
Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan
secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin
(linkomisin).

d. Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus.
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama
seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti
kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata,
dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk
mengobati beberapa jenis jerawat.
Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai
kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya
mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp
Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis
(penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa.
Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih,
kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya
selama kehamilan & pada anak kecil.

e. Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus
berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid
terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan
ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif
bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara
oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan
anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella
typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan
sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
f. Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan
reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein.
Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti
infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian
bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk
sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan
oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin.Contoh obatnya: eritromisin, klaritromisin,
roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.

g. Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn
menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa
DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran
pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan
jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis
uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal
complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk
mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
1) Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa
komplikasi
2) Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin,
norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan
dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.

Zat-zat long acting : misal sparfloksasin, trovafloksasin dan


grepafloksasin.Spektrum kerja sangat luas dan meliputi gram positif.

h. Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme
kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan
diri pada ribosom dalam sel. Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin,
gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi
pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan
penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin,
neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes
mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan
keseimbangan serta nefrotoksik.

i. Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid,
dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja
khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza
yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam

j. Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif
dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis
asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk
DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan
sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.

Penggunaan:

1) Infeksi saluran kemih : kotrimoksazol


2) Infeksi mata : sulfasetamid
3) Radang usus : sulfasalazin
4) Malaria tropikana : fansidar.
5) Mencegah infeksi pada luka bakar : silver sulfadiazine.
6) Tifus : kotrimoksazol.
7) Radang paru-paru pada pasien AIDS : kotrimoxazol

Sebaiknya tidak digunakan pada kehamilan teruama trimeseter akhir :


icterus, hiperbilirubinemia

k. Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp
kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika
obat-obat lain tidak ampuh lagi

B. Penggunaan Antibiotik Kombinasi

Penggunaan Antibiotik kombinasi :

1. Pada infeksi campuran, misalnya kombinasi obat-obat antikuman dan


antifungi atau, dua antibiotik dengan spektrum sempit (gram positif + gram
negatif) untuk memperluas aktifitas terapi : Basitrasin dan polimiksin dalam
sediaan topikal.
2. Untuk memperoleh potensial, misalnya sulfametoksazol dengan trimetoprim
(= kotrimoksazol) dan sefsulodin dengan gentamisin pada infeksi
pseudomonas. Multi drug therapy (AZT + 3TC + ritonavir ) terhadap AIDS
juga menghasilkan efek sangat baik.
3. Untuk mengatasi resistensi, misalnya Amoksisilin + asam klavulanat yang
menginaktivir enzim penisilinase.
4. Untuk menghambat resistensi, khususnya pada infeksi menahun seperti
tuberkulosa (rifampisin + INH + pirazinamida ) dan kusta (dapson +
klofazimin dan /atau rifampisin).
5. Untuk mengurangi toksisitas, misalnya trisulfa dan sitostatika, karena dosis
masing-masing komponen dapat dikurangi.

C. Prinsip Penggunaan Antibiotik

Penggunaan antibitik yang rasional didasarkan pada pemahaman dari


banyak aspek penyakit infeksi.Faktor yang berhubungan dengan pertahanan
tubuh pasien, identitas, virulensi dan kepekaan mikroorganisme, farmakokinetika
dan farmakodinamika dari antibiotik perlu diperhatikan (Gould IM, et. al., 2005).

Pada fasilitas pelayanan kesehatan, antibiotik digunakan pada keadaan


berikut (Gyssens, 2005; Kemenkes RI.,2011) :

1. Terapi empiris.

Pemberian antibiotika untuk mengobati infeksi aktif pada pendekatan


buta (blind) sebelum mikroorganisme penyebab diidentifikasi dan antibiotik
yang sensitif ditentukan.Tujuan pemberian antibiotik untuk terapi empiris
adalah eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga
menjadi penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan
mikrobiologi.Indikasi pemberian antibiotik pada terapi empiris adalah
ditemukan sindrom klinis yang mengarah pada keterlibatan bakteri tertentu
yang paling sering menjadi penyebab infeksi.Rute pemberian pada antibiotik
oral seharusnya menjadi pilihan pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi
sedang sampai berat dapat dipertimbangkan menggunakan antibiotik
parenteral.durasi pemberian pada antibiotik empiris diberikan untuk jangka
waktu 48-72jam.

2. Terapi definitif.

Pemberian antibiotik untuk mikroorganisme spesifik yang


menyebabkan infeksi aktif atau laten. Penggunaan antibiotik untuk terapi
definitif adalah penggunaan antibiotik pada kasus infeksi yang sudah
diketahui jenis bakteri penyebab dan pola resistensinya.Tujuan pemberian
antibiotik untuk terapi definitif adalah eradikasi atau penghambatan
pertumbuhan bakteri yang menjadi penyebab infeksi, berdasarkan hasil
pemeriksaan mikrobiologi.Indikasi pemberian antibiotik pada terapi definitif
adalah sesuai dengan hasil mikrobiologi yang menjadi penyebab infeksi.

Rute pemberian adalah antibiotik oral seharusnya menjadi pilihan


pertama untuk terapi infeksi.Pada infeksi sedang sampai berat dapat
dipertimbangkan menggunakan antibiotik parenteral.Jika kondisi pasien
memungkinkan, pemberian antibiotik parenteral harus segera diganti dengan
antibiotik peroral.Durasi pemberian antibiotik definitif berdasarkan pada
efikasi klinis untuk eradikasi bakteri sesuai diagnosis awal yang telah
dikonfirmasi.

3. Terapi profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya
infeksi.Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal
yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri.

D. Efek Samping, Jenis, Merek Dagang, Dosis Antibiotik

1. Efek Samping

Efek samping dari penggunaan antibiotik bisa berbeda-beda, tergantung


pada jenis dan dosis obat, juga pada respons tubuh pasien terhadap obat.
Namun, beberapa efek samping umum yang mungkin terjadi setelah
menggunakan antibiotik adalah sebagai berikut:

a. Mual atau muntah


b. Perut kembung
c. Diare
d. Hilang nafsu makan
e. Nyeri otot atau sendi

2. Jenis, Merek Dagang, Dosis Antibiotik

1. Penisilin

Penisilin dapat digunakan untuk mengobati infeksi Streptococcus,


meningitis, gonore, pneumonia, atau endocarditis. Beberapa contoh obat
yang termasuk dalam golongan penisilin adalah:

a. Amoxicillin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, sirop kering, kapsul, dan suntik
Merek dagang: Amobiotic, Amoxicillin Trihydrate, Amoxsan,
Betamox, Erlamoxy, Etamox, Holimox, Hufanoxil, Omemox,
Pehamoxil, Pritamox, Supramox, Topcillin

b. Ampicillin
Bentuk obat: Kaplet, kapsul, sirop kering, suspensi kering, dan suntik
Merek dagang: Ambiopi, Ampicillin, Ampicillin Trihydrate, Binotal,
Phapin, Sanpicillin, Viccillin

c. Oxacillin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -

d. Penicillin G
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Benzathine Benzylpenicillin, Procaine Benzyl
Penicillin, Procaine Penicillin G Meiji

e. Penicillin VK
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Phenoxymethyl Penicillin Potassium, Phenoxymethyl
Penicillin

2. Sefalosporin

Beberapa kondisi yang dapat diobati menggunakan sefalosporin


adalah infeksi tulang, otitis media, infeksi kulit, dan infeksi saluran kemih.
Contoh obat yang termasuk dalam golongan sefalosporin adalah:

a. Cefadroxil
Bentuk obat: Kapsul dan sirup kering
Merek dagang: Cefat, Droxal, Droxefa, Lapicef, Lostacef, Netfad,
Renasistin, Roksicap, Staforin, Vocefa, Vocefa Forte, Yaricef

b. Cefuroxime

Bentuk obat: Tablet, kaplet, dan suntik


Merek dagang: Anbacim, Celocid, Cefuroxime Axetil, Cefuroxime
Sodium, Oxtercid, Situroxime, Sharox, Zinnat

c. Cefixime

Bentuk obat: Tablet, kapsul, kaplet, dan sirop kering


Merek dagang: Anfix, Cefacef, Cefarox, Cefixstar, Cefspan, Cerafix,
Fixam, Fixatic, Helixim, Lanfix, Inbacef, Nixaven, Oracef, Profim,
Simcef, Starcef, Tocef, Ximecef, Yafix

d. Cefoperazone

Bentuk obat: Suntik


Merek dagang: Biorazon, Cefoperazone, Cepraz, Cerozon, Ferzobat,
Logafox, Sulbacef, Sulpefion, Stabixin-1

e. Cefotaxim

Bentuk obat: Suntik


Merek dagang: Biocef, Cefotaxime, Cepofion, Clatax, Fobet,
Goforan, Kalfoxim, Procefa, Simexim

f. Cefepime
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Cefepime HCL Monohydrate, Daryacef, Exepime,
Fourcef, Interpim, Locepime, Maxicef, Procepim, Zepe

3. Aminoglikosida

Aminoglikosida adalah jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk


mengatasi penyakit infeksi bakteri seperti tuberkulosis, infeksi sendi, atau
peritonitis. Contoh obat yang termasuk dalam golongan aminoglikosida
adalah:

a. Paromomycin
Bentuk obat: Tablet dan sirop
Merek dagang: Gabbryl

b. Tobramycin
Bentuk obat: Tetes mata, salep mata, inhaler dan suntik
Merek dagang: Bralifex,Tobrex, Tobro

c. Gentamicin
Bentuk obat: Suntik, tetes mata, krim, dan salep
Merek dagang: Bioderm, Betasin, Cendo Gentason, Garapon, Ikagen,
Konigen, Sagestam, Salticin, Ximex Konigen

d. Amikacin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Alostil, Amikacin, Amiosin, Glybotic, Mikaject,
Mikasin, Simikan, Verdix

e. Kanamycin
Bentuk obat: Kapsul dan suntik
Merek dagang: Kanamycin Capsules, Kanamycin Meiji, Kanamycin
Sulfate

4. Tetrasiklin

Tetrasiklin digunakan untuk mengobati beberapa kondisi, di antaranya


sifilis, anthrax, periodontitis, brucellosis, dan jerawat. Tetrasiklin jenis
tertentu tidak dapat digunakan pada anak usia di bawah 8 tahun. Contoh
tetrasiklin adalah:

a. Doxycycline
Bentuk obat: Tablet dan kapsul
Merek dagang: Dohixat, Doxicor, Doxycycline hyclate, Dumoxin,
Interdoxin, Pushrob, Siclidon, Viadoxin

b. Minocycline
Bentuk obat: Kapsul dan suntik
Merek dagang: Nomika, Periocline

c. Tetracycline HCl
Bentuk obat: Kapsul dan salep
Merek dagang: Conmycin, Itracycline, Novabiotic, Novacycline,
Samtetra, Super Tetra, Tetracycline HCL, Tetrasanbe, Trifacyclin,
Unicyclin

d. Oxytetracycline
Bentuk obat: Salep, salep mata, dan suntik
Merek dagang: Oxytetracycline, Oxybiotic, Sancortmycin, Terra –
Cortril, Terramycin
e. Tigecycline
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Tygacil

5. Makrolid

Beberapa kondisi yang dapat diobati menggunakan antibiotik makrolid


adalah bronkitis, servisitis, penyakit Lyme, faringitis, dan sinusitis.
Beberapa jenis makrolid tidak dapat digunakan bersamaan dengan obat
seperti cisapride. Jenis-jenis makrolid meliputi:

a. Erythromycin
Bentuk obat: Kaplet, kapsul, sirop kering, cairan obat luar, krim, dan
gel
Merek dagang: Dothrocyn, Duramycin, Erymed, Erythromycin,
Trovilon

b. Azithromycin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, kapsul, sirop kering, tetes mata, dan
suntik.
Merek dagang: Azithromycin Dihydrate, Infimycin, Zithromax IV,
Zithrolan, Zistic, Mezatrin 500, Zithromax, Zitromed, Zibramax

c. Clarithromycin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, dan sirop kering
Merek dagang: Abbotic, Bicrolid 250, Bicrolid 500, Comtro,
Clapharma, Clarithromycin, Hecobac 500, Orixal

6. Quinolone

Quinolone digunakan untuk mengatasi antraks, infeksi tulang, cystitis,


servisitis, dan infeksi kulit. Contoh quinolone adalah:

a. Ciprofloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Baquinor Forte, Bernoflox, Bimaflox, Bufacipro,
Ciflos, Cifloxan, Ciprofloxacin Hcl, Ciproxin, Cylowam, Interflox,
Kifarox, Meflosin, Phaproxin, Quinobiotic, Tequinol

b. Levofloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Cendo LFX, Cravit, Farlev, Levofloxacin,
Levofloxacin hemihydrate, Lekuicin, Nislev, Prolecin, Simlev, Zidalev

c. Moxifloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Avelox, Floxaris, Garena, Infimox, Kabimox, MXN,
Molcin, Moxivid, Moxibat, Moxifloxacin Hydrochloride, Respira,
Vigamox, Zigat

d. Norfloxacin
Bentuk obat: Kaplet salut selaput
Merek dagang: Pyrflox

7. Sulfa atau Sulfonamida

Obat antibiotik golongan sulfa bisa digunakan untuk menangani


berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti infeksi saluran kemih,
bronkitis, meningitis bakterial, pneumonia, serta infeksi mata atau telinga.
Contoh sulfonamida adalah:

a. Sulfamethoxazole
Bentuk obat: Tablet dan sirop
Merek dagang: Cotrimoksazole, Licoprima, Meprotrin Forte,
Primadex, Primavon Forte, Selestrim, Sisoprim, Sultrimmix

8. Lincosamide

Lincosamide digunakan untuk mengobati beberapa kondisi akibat


infeksi bakteri, di antaranya infeksi saluran pernapasan, infeksi tulang dan
sendi, jerawat, dan infeksi vagina (bacterial vaginosis). Contoh lincosamide
adalah:

a. Clindamycin
Bentuk obat: Kapsul, salep, gel
Merek dagang: Clindamycin Hydrochloride, Clinex, Clinidac,
Clinmas, Clinika, Dacin, Dalacin C, Lindacyn, Medi-Klin, Milorin,
Probiotin, Prolic

b. Lincomycin
Bentuk obat: Sirup dan kapsul
Merek dagang: Biolincom, Linchopar, Lincocin, Lincor, Nolipo,
Tamcocin, Tismamisin

9. Glicopeptide

Glicopeptide adalah jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk


mengatasi infeksi kulit, endokarditis, enterokolitis, pneumonia, dan
meningitis. Contoh obat yang termasuk dalam golongan glicopeptide
adalah:

a. Vancomycin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Vancodex, Vancomycin Hydrochloride, Vancep

b. Dalbavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 1000 mg lewat infus selama 30 menit. Dosis untuk satu
minggu setelahnya adalah 500 mg.

c. Oritavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 1200 mg lewat infus selama 3 jam, sebagai dosis tunggal.

d. Telavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 10 mg/kgBB lewat infus selama 60 menit setiap 24 jam,
selama 7–14 hari.
Kondisi: Pneumonia
Dewasa: 10 mg/kgBB lewat infus selama 60 menit setiap 24 jam,
selama 7–21 hari.

10. Carbapenem
Obat antibiotik golongan carbapenem bisa digunakan untuk
menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti pneumonia,
infeksi tulang, dan infeksi ginjal. Contoh obat yang termasuk dalam
golongan carbapenem adalah:

a. Meropenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Granem, Meropenem Trihydrate, Merofen, Merokaf,
Meroxi

b. Ertapenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Invanz

c. Imipenem-Cilastatin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Fiocilas, Imiclast, Imipex, Pelascap, Pelastin, Tienam,
Timipen, Xerxes IV

d. Doripenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Bizan, Daryaven, Dorbaz, Doripenem, Doripex, DRM,
Novedor, Ribacter, Tironem

e. Biapenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -

Anda mungkin juga menyukai