DI SUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU:
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Penggolongan Obat
Antibiotik”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat kami harap kan demi sempurnanya makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi dalam prospek pengorganisasian tindakan kolaboratif
hendaknya terlebih dahulu dapat dipahami pengertian farmakologi itu sendiri.
Farmakologi berasal dari kata (Yunani) yang artinya farmakon yang berarti
obat dalam makna sempit, dan dalam makna luas adalah semua zat selain
makanan yang dapat mengakibatkan perubahan susunan atau fungsi jaringan
tubuh. Logos berarti ilmu. Sehingga farmakologi adalah ilmu yang mempelajari
pengaruh bahan kimia pada sel hidup dan sebaliknya reaksi sel hidup terhadap
bahan kimia tersebut. Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai
pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah, sumber, sifat-sifat fisika dan
kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja, absorpsi,
distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan
tujuan lain.
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat dalam tubuh.
Obat adalah senyawa atau campuran senyawa untuk mencegah, mengurangi
gejala atau menyembuhkan penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah
pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah badan atau
bagian badan manusia (joenoes,2001). Penetuan obat untuk pasien adalah
wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut untuk turut bertanggung
jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order
dokter, menyimpan dan mencari obat sesuai order hingga memberikan obat
kepada pasien. Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan
mengawasi akan terjadinya efek samping dari pemberian obat tersebut pada
pasien.
Sistem pelayanan kesehatan saat ini, mengutamakan pelayanan yang
berpusat pada pasien dan keluarga untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas, kepuasan pasien, dan terhindar dari kejadian yang tida diharapkan.
Kolaborasi yang efektif antar anggota tim kesehatan memfasilitasi
terselenggaranya pelayanan yang berkualitas, dengan demikian pengembangan
kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan menjadi hal yang
diprioritaskan oleh semua organisasi pemberi pelayanan kesehatan. Hubungan
kolaborasi dalam pelayanan kesehatan melibatkan sejumlah tenaga profesi
kesehatan
B. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang
peran kolaboratif dalam pelaksanaan prinsip farmakologi.
C. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada pasien atau klien dalam melakukan diskusi
tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling
berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada
pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu
pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh
kolaborato.
Kolaborasi dapat berjalan baik jika setiap anggota saling memahami peran
dan tanggung jawab masing-masing profesi memiliki tujuan yang sama,
mengakui keahlian masingmasing profesi, saling bertukar informasi dengan
terbuka, memiliki kemampuan untuk mengelola dan melaksanakan tugas baik
secara individu maupun bersama kelompok.
Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu
adanya saling percaya dan menghormati, saling memahami dan menerima
keilmuan masingmasing, memiliki citra diri positif, memiliki kematangan
professional yang setara yang timbul dari pendidikan dan pengalaman, mengakui
sebagai mitra kerja bukan bawahan, keinginan untukbernegoisasi.
Kolaborasi tidak bisa terbentuk dengan sendirinya dalam sebuah organisasi.
Karena setiap profesi dalam sebuah tim memiliki standar dan budaya profesional
tersendiri. Kolaborasi yang efektif mencakup penerapan strategi dimana setiap
profesi yang berbeda budayanya berkerja sama dalam satu tim untuk mencapai
tujuan yang sama dalam menerapkan keselamatan pasien.
Dalam membentuk kolaborasi dibutuhkan faktor-faktor tertentu untuk
memunculkannya. Karena setiap profesi dalam sebuah tim memiliki standar dan
budaya profesional tersendiri. Kolaborasi yang efektif mencakup penerapan
strategi dimana setiap profesi yang berbeda budayanya berkerja sama dalam satu
tim untuk mencapai tujuan yang sama.
Pemberian obat harus sesuai dengan waktu paruh obat (t1/2). Obat yang
mempunyai waktu paruh panjang diberikan sekali sehari, dan unutk obat yang
memiliki waktu paruh pendek diberikan beberapa kali sehari pada selang waktu
tertentu.
makanan.
11
a. Oral
- Ekonomis
b. Parenteral
- Intravena (IV)
- Intramuskuler (IM)
- Intracutan (IC)
- Subcutan (SC)
c. Topikal
12
lotion
d. Rektal
e. Inhalasi
misalnya :
Pemberian salbutamol (Ventolin) untuk pasien
oksigen ).
f. Benar Dokumentasi
terhadap pengobatan.
yang merugikan dari obat, interaksi obat dengan obat dan obat
13
14
i. Benar Pengkajian
j. Benar Evaluasi
setelah pemberiannya.
a. Aminoglikosida
Diantaranya amikasin, dibekasin, gentamisin, kanamisin, neomisin,
netilmisin, paromomisin, sisomisin, streptomisin, tobramisin.
b. Beta-Laktam
Diantaranya golongan karbapenem (ertapenem, imipenem, meropenem),
golongan sefalosporin (sefaleksin, sefazolin, sefuroksim, sefadroksil,
seftazidim), golongan beta-laktam monosiklik, dan golongan penisilin
(penisilin, amoksisilin).
c. Glikopeptida
Diantaranya vankomisin, teikoplanin, ramoplanin dan dekaplanin.
d. Polipeptida
Diantaranya golongan makrolida (eritromisin, azitromisin, klaritromisin,
roksitromisin), golongan ketolida (telitromisin), golongan tetrasiklin
(doksisiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin).
e. Polimiksin
Diantaranya polimiksin dan kolistin.
f. Kinolon (fluorokinolon)
Diantaranya asam nalidiksat, siprofloksasin, ofloksasin, norfloksasin,
levofloksasin, dan trovafloksasin.
g. Streptogramin
Diantaranya pristinamycin, virginiamycin, mikamycin, dan kinupristin-
dalfopristin.
h. Oksazolidinon
Diantaranya linezolid dan AZD2563.
i. Sulfonamida
Diantaranya kotrimoksazol dan trimetoprim.
j. Antibiotika lain yang penting, seperti kloramfenikol, klindamisin dan
asam fusidat.
3. Penggolongan Antibiotik berdasarkan daya kerjanya :
a. Bakterisid :
Antibiotika yang bakterisid secara aktif membasmi kuman.
Termasuk dalam golongan ini adalah penisilin, sefalosporin,
aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol , polipeptida, rifampisin,
isoniazid dll.
b. Bakteriostatik :
Antibiotika bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau
menghambat pertumbuhan kuman, TIDAK MEMBUNUHNYA, sehingga
pembasmian kuman sangat tergantung pada daya tahan tubuh. Termasuk
dalam golongan ini adalah sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol,
eritromisin, trimetropim, linkomisin, makrolida, klindamisin, asam
paraaminosalisilat, dll.
a. Golongan Penisilin
Dihasilkan oleh fungi Penicillinum chrysognum. Aktif terutama
pada bakteri gram (+) dan beberapa gram (-). Obat golongan ini
digunakan untuk mengobati infeksi pada saluran napas bagian atas
(hidung dan tenggorokan) seperti sakit tenggorokan, untuk infeksi telinga,
bronchitis kronik, pneumonia, saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain :
Ampisilin dan Amoksisilin. Untuk meningkatkan ketahanan thp b-
laktamase : penambahan senyawa untuk memblokir & menginaktivasi b-
laktamase. Misalnya Amoksisilin + asam klavulanat, Ampisilin +
sulbaktam, Piperasilin + tazobaktam.
Efek samping : reaksi alergi, syok anafilaksis, kematian,Gangguan
lambung & usus. Pada dosis amat tinggi dapat menimbulkan reaksi
nefrotoksik dan neurotoksik. Aman bagi wanita hamil & menyusui
b. Golongan Sefalosporin
Dihasilkan oleh jamur Cephalosporium acremonium. Spektrum
kerjanya luas meliputi bakteri gram positif dan negatif. Obat golongan ini
barkaitan dengan penisilin dan digunakan untuk mengobati infeksi
saluran pernafasan bagian atas (hidung dan tenggorokan) seperti sakit
tenggorokan, pneumonia, infeksi telinga, kulit dan jaringan lunak, tulang,
dan saluran kemih (kandung kemih dan ginjal).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan ini antara lain : Sefradin,
Sefaklor, Sefadroksil, Sefaleksin, E.coli, Klebsiella dan Proteus.
c. Golongan Lincosamides
Dihasilkan oleh Streptomyces lincolnensis dan bersifat
bakteriostatis. Obat golongan ini dicadangkan untuk mengobati infeksi
berbahaya pada pasien yang alergi terhadap penisilin atau pada kasus
yang tidak sesuai diobati dengan penisilin. Spektrum kerjanya lebih
sempit dari makrolida, terutama terhadap gram positif dan anaerob.
Penggunaannya aktif terhadap Propionibacter acnes sehingga digunakan
secara topikal pada acne.
Contoh obatnya yaitu Clindamycin (klindamisin) dan Linkomycin
(linkomisin).
d. Golongan Tetracycline
Diperoleh dari Streptomyces aureofaciens & Streptomyces rimosus.
Obat golongan ini digunakan untuk mengobati infeksi jenis yang sama
seperti yang diobati penisilin dan juga untuk infeksi lainnya seperti
kolera, demam berbintik Rocky Mountain, syanker, konjungtivitis mata,
dan amubiasis intestinal. Dokter ahli kulit menggunakannya pula untuk
mengobati beberapa jenis jerawat.
Adapun contoh obatnya yaitu : Tetrasiklin, Klortetrasiklin,
Oksitetrasiklin, doksisiklin dan minosiklin.
Khasiatnya bersifat bakteriostatik , pada pemberian iv dapat dicapai
kadar plasma yang bersifat bakterisid lemah.Mekanisme kerjanya
mengganggu sintesis protein kuman Spektrum kerjanya luas kecuali thp
Psudomonas & Proteus. Juga aktif terhadap Chlamydia trachomatis
(penyebab penyakit mata), leptospirae, beberapa protozoa.
Penggunaannya yaitu infeksi saluran nafas, paru-paru, saluran kemih,
kulit dan mata. Namun dibatasi karena resistensinya dan efek sampingnya
selama kehamilan & pada anak kecil.
e. Golongan Kloramfenikol
Bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter & S. aureus
berdasarkan perintangan sintesis polipeptida kuman. Bersifat bakterisid
terhadap S. pneumoniae, N. meningitidis & H. influenza. Obat golongan
ini digunakan untuk mengobati infeksi yang berbahaya yang tidak efektif
bila diobati dengan antibiotik yang kurang efektif. Penggunaannya secara
oral, sejak thn 1970-an dilarang di negara barat karena menyebabkan
anemia aplastis. Sehingga hanya dianjurkan pada infeksi tifus (salmonella
typhi) dan meningitis (khusus akibat H. influenzae). Juga digunakan
sebagai salep 3% tetes/salep mata 0,25-1%. Contoh obatnya adalah
Kloramfenikol, Turunannya yaitu tiamfenikol.
f. Golongan Makrolida
Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerjanya yaitu pengikatan
reversibel pada ribosom kuman, sehingga mengganggu sintesis protein.
Penggunaannya merupakan pilihan pertama pada infeksi paru-paru.
Digunakan untuk mengobati infeksi saluran nafas bagian atas seperti
infeksi tenggorokan dan infeksi telinga, infeksi saluran nafas bagian
bawah seperti pneumonia, untuk infeksi kulit dan jaringan lunak, untuk
sifilis, dan efektif untuk penyakit legionnaire (penyakit yang ditularkan
oleh serdadu sewaan). Sering pula digunakan untuk pasien yang alergi
terhadap penisilin.Contoh obatnya: eritromisin, klaritromisin,
roxitromisin, azitromisin, diritromisin serta spiramisin.
g. Golongan Kuinolon
Berkhasiat bakterisid pada fase pertumbuhan kuman, dgn
menghambat enzim DNA gyrase bakteri sehingga menghambat sintesa
DNA. Digunakan untuk mengobati sinusitis akut, infeksi saluran
pernafasan bagian bawah serta pneumonia nosokomial, infeksi kulit dan
jaringan kulit, infeksi tulang sendi, infeksi saluran kencing, Cystitis
uncomplicated akut, prostates bacterial kronik, infeksi intra abdominal
complicated, demam tifoid, penyakit menular seksual, serta efektif untuk
mengobati Anthrax inhalational.
Penggolongan :
1) Generasi I : asam nalidiksat dan pipemidat digunakan pada ISK tanpa
komplikasi
2) Generasi II : senyawa fluorkuinolon misal siprofloksasin,
norfloksasin, pefloksasin,ofloksasin. Spektrum kerja lebih luas, dan
dapat digunakan untuk infeksi sistemik lain.
h. Aminoglikosida
Dihasilkan oleh fungi Streptomyces & micromonospora.Mekanisme
kerjanya : bakterisid, berpenetrasi pada dinding bakteri dan mengikatkan
diri pada ribosom dalam sel. Contoh obatnya : streptomisin, kanamisin,
gentamisin, amikasin, neomisin
Penggunaan Aminoglikosida Streptomisin & kanamisin Þ injeksi
pada TBC juga pada endocarditis,Gentamisin, amikasin bersama dengan
penisilin pada infeksi dengan Pseudomonas,Gentamisin, tobramisin,
neomisin juga sering diberikan secara topikal sebagai salep atau tetes
mata/telinga,Efek samping : kerusakan pada organ pendengar dan
keseimbangan serta nefrotoksik.
i. Monobaktam
Dihasilkan oleh Chromobacterium violaceum Bersifat bakterisid,
dengan mekanisme yang sama dengan gol. b-laktam lainnya.Bekerja
khusus pada kuman gram negatif aerob misal Pseudomonas, H.influenza
yang resisten terhadap penisilinase Contoh : aztreonam
j. Sulfonamide
Merupakan antibiotika spektrum luas terhadap bakteri gram positrif
dan negatif. Bersifat bakteriostatik. Mekanisme kerja : mencegah sintesis
asam folat dalam bakteri yang dibutuhkan oleh bakteri untuk membentuk
DNA dan RNA bakteri.Kombinasi sulfonamida : trisulfa (sulfadiazin,
sulfamerazin dan sulfamezatin dengan perbandingan
sama),Kotrimoksazol (sulfametoksazol + trimetoprim dengan
perbandingan 5:1),Sulfadoksin + pirimetamin.
Penggunaan:
k. Vankomisin
Dihasikan oleh Streptomyces orientalis.Bersifat bakterisid thp
kuman gram positif aerob dan anaerob.Merupakan antibiotik terakhir jika
obat-obat lain tidak ampuh lagi
1. Terapi empiris.
2. Terapi definitif.
3. Terapi profilaksis
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah timbulnya
infeksi.Pemberian antibiotik sebelum, saat dan hingga 24 jam pasca operasi
pada kasus yang secara klinis tidak didapatkan tanda-tanda infeksi dengan
tujuan untuk mencegah terjadi infeksi luka operasi. Diharapkan pada saat
operasi antibiotik di jaringan target operasi sudah mencapai kadar optimal
yang efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
1. Efek Samping
1. Penisilin
a. Amoxicillin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, sirop kering, kapsul, dan suntik
Merek dagang: Amobiotic, Amoxicillin Trihydrate, Amoxsan,
Betamox, Erlamoxy, Etamox, Holimox, Hufanoxil, Omemox,
Pehamoxil, Pritamox, Supramox, Topcillin
b. Ampicillin
Bentuk obat: Kaplet, kapsul, sirop kering, suspensi kering, dan suntik
Merek dagang: Ambiopi, Ampicillin, Ampicillin Trihydrate, Binotal,
Phapin, Sanpicillin, Viccillin
c. Oxacillin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
d. Penicillin G
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Benzathine Benzylpenicillin, Procaine Benzyl
Penicillin, Procaine Penicillin G Meiji
e. Penicillin VK
Bentuk obat: Tablet
Merek dagang: Phenoxymethyl Penicillin Potassium, Phenoxymethyl
Penicillin
2. Sefalosporin
a. Cefadroxil
Bentuk obat: Kapsul dan sirup kering
Merek dagang: Cefat, Droxal, Droxefa, Lapicef, Lostacef, Netfad,
Renasistin, Roksicap, Staforin, Vocefa, Vocefa Forte, Yaricef
b. Cefuroxime
c. Cefixime
d. Cefoperazone
e. Cefotaxim
f. Cefepime
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Cefepime HCL Monohydrate, Daryacef, Exepime,
Fourcef, Interpim, Locepime, Maxicef, Procepim, Zepe
3. Aminoglikosida
a. Paromomycin
Bentuk obat: Tablet dan sirop
Merek dagang: Gabbryl
b. Tobramycin
Bentuk obat: Tetes mata, salep mata, inhaler dan suntik
Merek dagang: Bralifex,Tobrex, Tobro
c. Gentamicin
Bentuk obat: Suntik, tetes mata, krim, dan salep
Merek dagang: Bioderm, Betasin, Cendo Gentason, Garapon, Ikagen,
Konigen, Sagestam, Salticin, Ximex Konigen
d. Amikacin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Alostil, Amikacin, Amiosin, Glybotic, Mikaject,
Mikasin, Simikan, Verdix
e. Kanamycin
Bentuk obat: Kapsul dan suntik
Merek dagang: Kanamycin Capsules, Kanamycin Meiji, Kanamycin
Sulfate
4. Tetrasiklin
a. Doxycycline
Bentuk obat: Tablet dan kapsul
Merek dagang: Dohixat, Doxicor, Doxycycline hyclate, Dumoxin,
Interdoxin, Pushrob, Siclidon, Viadoxin
b. Minocycline
Bentuk obat: Kapsul dan suntik
Merek dagang: Nomika, Periocline
c. Tetracycline HCl
Bentuk obat: Kapsul dan salep
Merek dagang: Conmycin, Itracycline, Novabiotic, Novacycline,
Samtetra, Super Tetra, Tetracycline HCL, Tetrasanbe, Trifacyclin,
Unicyclin
d. Oxytetracycline
Bentuk obat: Salep, salep mata, dan suntik
Merek dagang: Oxytetracycline, Oxybiotic, Sancortmycin, Terra –
Cortril, Terramycin
e. Tigecycline
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Tygacil
5. Makrolid
a. Erythromycin
Bentuk obat: Kaplet, kapsul, sirop kering, cairan obat luar, krim, dan
gel
Merek dagang: Dothrocyn, Duramycin, Erymed, Erythromycin,
Trovilon
b. Azithromycin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, kapsul, sirop kering, tetes mata, dan
suntik.
Merek dagang: Azithromycin Dihydrate, Infimycin, Zithromax IV,
Zithrolan, Zistic, Mezatrin 500, Zithromax, Zitromed, Zibramax
c. Clarithromycin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, dan sirop kering
Merek dagang: Abbotic, Bicrolid 250, Bicrolid 500, Comtro,
Clapharma, Clarithromycin, Hecobac 500, Orixal
6. Quinolone
a. Ciprofloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Baquinor Forte, Bernoflox, Bimaflox, Bufacipro,
Ciflos, Cifloxan, Ciprofloxacin Hcl, Ciproxin, Cylowam, Interflox,
Kifarox, Meflosin, Phaproxin, Quinobiotic, Tequinol
b. Levofloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Cendo LFX, Cravit, Farlev, Levofloxacin,
Levofloxacin hemihydrate, Lekuicin, Nislev, Prolecin, Simlev, Zidalev
c. Moxifloxacin
Bentuk obat: Tablet, kaplet, infus, dan tetes mata
Merek dagang: Avelox, Floxaris, Garena, Infimox, Kabimox, MXN,
Molcin, Moxivid, Moxibat, Moxifloxacin Hydrochloride, Respira,
Vigamox, Zigat
d. Norfloxacin
Bentuk obat: Kaplet salut selaput
Merek dagang: Pyrflox
a. Sulfamethoxazole
Bentuk obat: Tablet dan sirop
Merek dagang: Cotrimoksazole, Licoprima, Meprotrin Forte,
Primadex, Primavon Forte, Selestrim, Sisoprim, Sultrimmix
8. Lincosamide
a. Clindamycin
Bentuk obat: Kapsul, salep, gel
Merek dagang: Clindamycin Hydrochloride, Clinex, Clinidac,
Clinmas, Clinika, Dacin, Dalacin C, Lindacyn, Medi-Klin, Milorin,
Probiotin, Prolic
b. Lincomycin
Bentuk obat: Sirup dan kapsul
Merek dagang: Biolincom, Linchopar, Lincocin, Lincor, Nolipo,
Tamcocin, Tismamisin
9. Glicopeptide
a. Vancomycin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Vancodex, Vancomycin Hydrochloride, Vancep
b. Dalbavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 1000 mg lewat infus selama 30 menit. Dosis untuk satu
minggu setelahnya adalah 500 mg.
c. Oritavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 1200 mg lewat infus selama 3 jam, sebagai dosis tunggal.
d. Telavancin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -
Kondisi: Infeksi kulit
Dewasa: 10 mg/kgBB lewat infus selama 60 menit setiap 24 jam,
selama 7–14 hari.
Kondisi: Pneumonia
Dewasa: 10 mg/kgBB lewat infus selama 60 menit setiap 24 jam,
selama 7–21 hari.
10. Carbapenem
Obat antibiotik golongan carbapenem bisa digunakan untuk
menangani berbagai penyakit akibat infeksi bakteri, seperti pneumonia,
infeksi tulang, dan infeksi ginjal. Contoh obat yang termasuk dalam
golongan carbapenem adalah:
a. Meropenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Granem, Meropenem Trihydrate, Merofen, Merokaf,
Meroxi
b. Ertapenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Invanz
c. Imipenem-Cilastatin
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Fiocilas, Imiclast, Imipex, Pelascap, Pelastin, Tienam,
Timipen, Xerxes IV
d. Doripenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: Bizan, Daryaven, Dorbaz, Doripenem, Doripex, DRM,
Novedor, Ribacter, Tironem
e. Biapenem
Bentuk obat: Suntik
Merek dagang: -