Anda di halaman 1dari 21

Lembar Pengantar

Ujian Akhir Semester


Final Examination Cover Sheet
Nama Mahasiswa : Chara Mashita
Student Name

NIM Mahasiswa : 03051170080


Student ID

Nama Mata Kuliah : pendidikan anti korupsi


Course Name

Kelas : 17L1 (Regular)


Class

Dosen : Japansen Sinaga SH


Lecturer / Tutor

Tanggal Penyerahan : 24 April 2020


Submission Date

Saya menyatakan bahwa asesmen ujian akhir semester ini adalah merupakan karya saya sendiri, dan belum diserahkan untuk keperluan
nilai kredit akademik di institusi lain, dan menyatakan bahwa penilai dapat mempergunakannya untuk:
I declare that this Final Examination Assessment item is my own work, and has not been submitted for academic credit elsewhere, and
acknowledge that the assessor of this item may, for the purpose of assessing this item

a. Memperbanyak hasil penilaian ujian akhir semester ini dan memberikan salinannya kepada pihak terkait lainnya dalam Universitas;
dan/atau
Reproduce this final examination assessment item and provide a copy to another member of the University; and/or,

b. Menyerahkan salinan dari hasil penilaian ujian akhir semester ini kepada layanan pemeriksaan plagiarisme (untuk disimpan sebagai
arsip dalam pemeriksaan plagiarisme di masa mendatang)
Communicate a copy of this final examination assessment item to a plagiarism checking service (which may then retain a copy of the final
examination assessment item on its database for the purpose of future plagiarism checking).

c. Saya menyatakan bahwa saya telah membaca dan memahami Peraturan Universitas sehubungan dengan Pelanggaran Akademik
Mahasiswa
I certify that I have read and understood the University Rules in respect of Student Academic Misconduct.

Ditanda tangani oleh : Chara Mashita


Signed by

Tanggal : 24 April 2020


Date

*Pilih salah satu/Select one

i
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Perilaku dan sikap anti korupsi

OLEH:
Chara Mashita
03051170080

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDAN


17L1

ii
KATA PENGANTAR

Kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan berkat-Nya kami dapat

menyelesaikan Puji syukur kami panjatkan makalah yang berjudul PERILAKU DAN SIKAP

ANTI KORUPSI.

Seperti kita ketahui bersama bahwa korupsi yang terjadi di negara ini harus diberantas jika

tidak, maka akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan yang seharusnya sejahtera dengan

memanfaatkan kekayaan alam yang ada. Di dunia internasional, bangsa Indonesia sebagai

bagian dari masyarakat dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk

ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan orang lain dan kehilangan

kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan

investor luar negeri berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim lebih

baik. Kondisi seperti ini akhirnya merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara

ini.Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsi dengan berbagai

cara. KPK sebagai lembaga independen yang secara khusus menangani tindak korupsi,

menjadi upaya pencegahan dan penindakan tindak korupsi. Namun di sisi lain, upaya

penindakan membutuhkan ongkos yang tidak sedikit. Belum lagi jika dihitung dari dampak

yang ditimbulkan bagi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Seperti yang kita ketahui

upaya memberantas korupsi yang paling murah dan efektif adalah dengan tindakan

pencegahan (preventif ). Seperti pendidikan anti-korupsi dan penanaman nilai-nilai integritas

kepada anak-anak sejak dini.

Medan ¸23 Maret 2020

Penulis

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………..

DAFTAR ISI ……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………..

1.3 Tujuan Penelitian ………………………………………………………………..

1.4 Manfaat Penelitian ………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Korupsi ………………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN

3.1.Teknik pengumpulan data ………………………………………………………...

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Korupsi secara umum …………………………………

4.2 Perilaku dan sifat anti korupsi ……………………………………..

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……… ……………………………………………………………

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentuk-bentuk dan

perwujudan korupsi jauh lebih banyak daripada kemampuan untuk melukiskannya.

Iklim yang diciptakan oleh korupsi menguntungkan bagi tumbuh suburnya berbagai

kejahatan.Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini.

Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat,

meluas dimana–mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang canggih

dan memanfaatkan teknologi modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari kian

marak. Hampir setiap hari berita tentang korupsi menghiasi berbagai media. Bahkan

Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga masyarakat sulit

membedakan nama perbuatan korup dan mana perbuatan yang tidak korup. Meskipun

sudah ada komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan beberapa instansi antikorupsi

lainnya, faktanya negeri ini menduduki rangking teratas sebagai negara terkorup di

dunia. Upaya pencegahan budaya korupsi dimasyarakat terlebih dahulu dapat

dilakukan dengan mencegah berkembangnya mental korupsi pada anak bangsa

Indonesia melalui pendidikan. Semangat antikorupsi yang patut menjadi kajian

adalah penanaman pola pikir, sikap, dan perilaku antikorupsi melalui sekolah, karena

sekolah adalah proses pembudayaan. Sedikit sekali upaya untuk pencegahan korupsi,

salah satunya yaitu lewat pendidikan antikorupsi.

1.2 RUMUSAN MASALAH


5
a. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?

b. Bagaimana perilaku dan sikap anti korupsi yang harus ditanamkan dalam setiap

pribadi masyarakat?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

a. Untuk mengetahui lebih jelas pengertian dari korupsi

b. Untuk mengetahui perilaku dan sifat anti korupsi yang harus ditanamkan dalam

setiap pribadi masyarakat.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat teoritis

Sebagai salah satu bahan kajian dalam penelitian ilmu Hukum dan sebagai bahan

referensi dan informasi bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian dengan

masalah yang berbeda.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak berwenang dan

masyarakat.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN KORUPSI

Menurut Andi Hamzah busuk, buruk., bejat, tidak jujur; dari kesucian, kata-kata

atau ucapan yang menghina atau memfitnah1. Korupsi merupakan gejala masyarakat

yang dapat dijumpai dimana-mana. Sejarah pembuktian bahwa hampir tiap negara

dihadapkan pada masalah korupsi. Tidak berlebihan jika pengertian korupsi selalu

berkembang, berubah sesuai dengan perubahan dan tuntutan zaman.Menurut Pius

Abdillah dan Anwar Syarifudin dalam kamus Bahasa Indonesia korupsi adalah

perbuatan buruk seperti menggelapkan uang, penerimaan uang sogok, dan

sebagainya. Jadi secara etimologis, kata korupsi berarti kemerosotan dari keadaan

yang semula baik, sehat, benar, menjadi penyelewengan, busuk2.

1
Andi Hamzah, Korupsi Dalam Pengelotaan Proyek Pembtngunan, C.V.Akademika pressindo, Jakarta,hal 3
2
Pius Abdillah dan Anwar Syarifiddin, Kam us .Saku Bahasa Indonesia, SurabayaArlokaOffset

7
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

penelitian tentang Aspek Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia dalam

pengumpulan data dilakukan menggunakan 2 (dua) metode yakni :

a. Penelitian normatif untuk memperoleh data sekunder. Untuk memperoleh data

tersebut, akan dilakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pemberantasan korupsi di Indonesia serta dilengkapi dengan data-data lain yang

berasal dari hasil kajian atau pendapat pakar dalam berbagai literatur yang ada baik

berupa buku, makalah seminar, surat khabar, internet dan bahan-bahan kepustakaan

lainnya.

b. Penelitian empiris untuk memperoleh data primer6. Pengumpulan data primer ini

dilakukan dengan melakukan wawancara baik secara langsung maupun tidak langsung

kepada pihak-pihak yang dianggap mengetahui tentangproses dan upaya pemberantasan

korupsi di Indonesia.

8
IV

PEMBAHASAN

4.1 PENGERTIAN KORUPSI

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”.

Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu

bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah

“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/ korruptie”

(Belanda).

Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian Menurut

Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) korupsi merupakan suatu fenomena

sosial yang bersiftat kompleks, sehingga sulit untuk didefinisikan secara tepat ruang

lingkupnya. Sehingga korupsi memiliki dampak negatif di berbagai bidang seperti

politik, sosial, ekonomi dan sebagainya. Sedangkan Komisi Pemberantasan Korupsi

(KPK) mendefinisikan korupsi sebagai semua penyalahgunaan penggunaan

kewenangan yang menyebabkan kerugian negara dan oleh karena itu dianggap sebagai

tindak pidana. Berdasarkan pada definisi KPK, penyalahgunaan kewenangan

berbentuk:

1. suap menyuap

2. penggelapan dalam jabatan

3. perbuatan pemerasan

4. perbuatan curang

5. benturan kepentingan dalam pengadaan.

Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa korupsi itu merupakan

penyalahgunaan wewenang yang ada pada seseorang, demi keuntungan pribadi,

9
keluaraga, perekanan, dan teman atau kelompoknya. Korupsi merupakan prilaku

tercela sekaligus patut menjadi musuh bersama

Adapun cakupan wilayah korupsi ada 3, yaitu:

a. Betrayal of Trust

Tingkatan pertama dari tindka korupsi adalah pengkhianatan kepercayaan.

Tindakanbetrayal of trust ini bisa dilakukan siapa saja tidak harus pejabat negara.

Contoh: seorang pelajar yuang dipercaya berangkat sekolah tapi malah ngebolos

b. Abuse of Power

Abuse of power atau penyalahgunaan wewenang merupakan tingkatan kedua korupsi.

Dalam tingkatan ini orang yang diberikan weweanag / kekuasaan berlaku tidak amanah

dan menyalahgunakannya demi kepentingan sendiri.

Contoh : Seorang kepala HRD dengan sengaja meloloskan saudaranya pada seleksi

karyawan, padahal dia tidak lolos melalui tes.

c. Material Benefit

Tingkatan “tertinggi” dari korupsi adalah pencarian keuntungan materi / material

benefit. Hampir semua tindkan korupsi bermuara pada pencarian keuntungan materi.

Contoh : Seorang tukang karcis KA dengan sengaja menjual karcis melebihi

harga sebenarnya.

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,

yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah:

Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan

kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau

kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara.

10
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan administrasi,

ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang ditujukan

untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga meninmbulkan kerugian bagi masyarakat

umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.

Pengertian korupsi secara umum adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,

penerimaan uang sogok dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain

atau korporasi, yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Korupsi juga bisa

diartikan sebagai sebuah tindakan penyelewengan atau penggelapan uang baik itu uang

negara atau uang lainnya yang dilakukan untuk keuntungan pribadi, orang atau pihak-pihak

tertentu.

Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari struktrur

bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai makna

yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi tingkah laku individu yang

menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan

kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari

kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara

dengan menggunakan wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan

hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki

oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau

keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim (dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang

pejabat dikatakan melakukan tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang

bertujuan mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan

si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk balas jasa

11
juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa dari

pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan kepada

keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan

pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian, jelas

bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang melanggar

azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat, pemisaham

keuangan pribadi dengan masyarakat. Menurut Prof. Subekti, korupsi adalah suatu tindak

perdana untuk memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian

negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri

dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk

kepentingannya. Sementara itu, Syed Hussen Alatas memberi batasan bahwa korupsi

merupakan suatu transaksi yang tidak jujur yang dapat menimbulkan kerugian uang, waktu,

dan tenaga dari pihak lain. Korupsi dapat berupa penyuapan ( bribery ), pemerasan (extortion)

dan nepotisme. Disitu ada istilah penyuapan, yaitu suatu tindakan melanggar hukum, melalui

tindakan tersebut si penyuap berharap mendapat perlakuan khusus dari pihak yang disuap.

Istilah korupsi dapat pula mengacu pada pemakaian dana pemerintah untuk tujuan pribadi.

Definisi ini tidak hanya menyangkut korupsi moneter yang konvensional, akan tetapi

menyangkut pula korupsi politik dan administratif. Seorang administrator yang memanfaatkan

kedudukannya untuk menguras pembayaran tidak resmi dari para investor (domestik maupun

asing), memakai sumber pemerintah, kedudukan, martabat, status, atau kewenangannnya yang

resmi, untuk keuntungan pribadi dapat pula dikategorikan melakukan tindak korupsi

4.2 PERILAKU DAN SIFAT ANTI KORUPSI

Antikorupsi merupakan sikap tidak setuju, tidak suka, dan tidak senang terhadap

tindakan korupsi. Antikorupsi merupakan sikap yang dapat mencegah (upaya meningkatkan

kesadaran individu untuk tidak melakukan tindak korupsi) dan menghilangkan peluang bagi

12
berkembangnya korupsi. Pendidikan antikorupsi merupakan usaha sadar untuk memberi

pemahaman dan pencegahan terjadinya perbuatan korupsi yang dilakukan melalui pendidikan

formal di sekolah atau madrasah, pendidikan informal di masyarakat. Pendidikan antikorupsi

tidak berhenti pada pengenalan nilai-nilai antikorupsi saja, akan tetapi, berlanjut pada

pemahaman nilai, penghayatan nilai dan pengalaman nilai antikorupsi menjadi kebiasaan

sehari-hari. Sikap dan perilaku anti korupsi sudah dimasukkan ke dalam mata kuliah perilaku

berkarya, hal tersebut dilakukan supaya mahasiswa memahami tindakan anti korupsi dan cara

penanganan ketika adanya perbuatan korupsi di sebuah instansi. Tidak hanya di Perguruan

Tinggi saja, Pendidikan Anti Korupsi juga harus ditanamkan sejak usia dini, hal tersebut

sejalan dengan program Kemdikbud yang memutuskan untuk ikut berperan dalam mencegah

korupsi melalui jalur pendidikan. Cara yang dipilih oleh Kemdikbud adalah dengan

memasukkan perilaku dan sikap pendidikan antikorupsi ke dalam mata pelajaran di sekolah-

sekolah. Hal tersebut dilakukan dengan harapan akan menjadi senjata paling ampuh untuk

mencegah terjadinya praktik korupsi di masa yang akan datang.

Ditanamkannya pendidikan antikorupsi sejak dini kepada siswa di sekolah juga bertujuan

agar peserta didik memiliki jiwa antikorupsi. Jiwa antikorupsi inilah yang akan menjadi

benteng bagi mereka untuk tidak melakukan perbuatan korupsi jika mereka sudah dewasa

kelak. Oleh sebab itulah program yang dicanangkan oleh Kemdikbud bekerjasama dengan

KPK ini patut untuk segara direalisasikan.

Pada dasarnya rencana penerapan pendidikan antikorupsi di sekolah sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap

dan kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

13
Inti dari pendidikan antikorupsi sebagaimana tujuan dari pendidikan nasional adalah

menanamkan karakter kepada generasi muda agar mau berlaku jujur dalam hidupnya.

Terdapat 9 nilai integritas yang berusaha ditanamkan sebagai perilaku dan sikap pada

generasi muda bangsa agar mampu mengontrol dirinya untuk tidak melakukan korupsi, yaitu

KEJUJURAN

berkata benar sesuai yang dilihat, didengar dan dirasakan. manfaat bagi pribadi yaitu jiwa

tenang, bahagia percaya diri. selamat dari fitnah dan bernilai ibadah. sementara manfaat

sosial diantaranya dihargai, dihormati dan orang lain merasa nyaman.

KESEDERHANAAN

bersahaja tidak berlenih-lebihan, ikhlas dan selalu bersyukur. Manfaat pribadi adalah jiwa

tenang, berpikir positif dan bernilai ibadah. Manfaat sosialnya yaitu harmonis, saling

menghargai

KEGIGIHAN

melakukan upaya sungguh-sungguh hingga tercapai apa yang ditargetkan berdasarkan norma

dan nilai. Manfaat bagi pribadi adalah mendapatkan kepuasan batin, mendapatkan apa yang

dicita-citakan, menghargai waktu dan mutu. Manfaat sosial yaitu dipercaya, dihargai,

dihormati orang lain.

KEBERANIAN

memiliki karakter kuat, kemantapan hati, tidak takut untuk mengatakan yang benar, menolak ajakan

yang tidak baik dan semangat juang yang tinggi. Manfaat bagi pribadi adalah percaya diri, optimis,

berpeluang meraih kesuksesan dengan cara yang terhormat, dan bernilai ibadah. Sedangkan

14
manfaat sosial yaitu menjadi teladan, disegani, dihormati, menjadi sumber inspirasi dan membuat

orang lain merasa nyaman.

RASA TANGGUNG JAWAB

menerima segala konskuensi akibat perkataan dan perbuatan yang dilakukan berdasarkan

nilai moral, atau aturan. Manfaat bagi pribadi berhati-hati dalam melakukan tindakan dan

perbuatanmenghargaii waktu , mutuproduktif dan disiplin. sedangkan manfaat sosial adalah

dipercaya, dihoormati dan dihargai orang lain juga bernilai ibadah.

KEDISIPLINAN

konsisten, tertib, menepati janjikomitmen dan taat aturan. Manfaat bagi pribadi adalah jiwa

tenang, damai, bahagia, percaya diri dan terhindar dari kecemasan maupun kkekhawatiran.

Manfaat sosial yaitu kehidupan teratur, harmonis, saling menghormati dan saling

menghargai.

KEADILAN

menempatkan sesuatu pada tempatnya, konsisten, selaras, seimbang dan berpegang teguh

pada kebenaran. Manfaat pribadi adalah jiwa tenang, tentram, dihormati, disegani dan

diteladani. Manfaat sosial yaitu dipercaya, dihormati, dicintai menciptakan kedamaian,

ketentraman, kenyamanan, kesejahteraan.

KEPEDULIAN

memiliki sifat kasih sayang, empati dan keperpihakan kepada orang lain dan lingkungan.

manfaat pribadi adalah kepuasan batin, dihargai, disayangii, dihormat dan disegani bahkan

15
juga bernilai ibadah. Sedangkan fanfaat secara sosial yaitu kerukunan, saling menyanyangi,

saling menghormati dan timbulnya rasa aman dan nyaman,

KERJASAMA

memiliki karakter yang kuat, tidak menggantungkan keputusan pada orang lain. Manfaat

pribadi adalah percaya diri, optimis dan bernilai ibadah. Sedangkan manfaat sosial yaitu

dihomati, dipercaya, tercipta lingkungan kerja yang saling mendukung satu sama lainnya.

Setelah memahami perilaku dan sikap anti korupsi yang penting untuk mencegah faktor

internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas prinsip-prinsip Anti-korupsi yang meliputi

akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk mencegah

faktor eksternal penyebab korupsi.

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan kerja. Semua lembaga

mempertanggung jawabkan kinerjanya sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de

facto) maupun konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan individu)

maupun pada level lembaga. Lembaga-lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis,

masyarakat, publik, maupun interaksi antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik secara

tradisional dipahami sebagai alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan

perilaku administrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban

(answerability) kepada sejumlah otoritas eksterna. Selain itu akuntabilitas publik dalam arti

yang paling fundamental merujuk kepada kemampuan menjawab kepada seseorang terkait

dengan kinerja yang diharapkan. Seseorang yang diberikan jawaban ini haruslah seseorang

yang memiliki legitimasi untuk melakukan pengawasan dan mengharapkan kinerja.

16
Akuntabilitas publik memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain adalah

akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas keuangan, akuntabilitas outcome,

akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas politik.

Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan dipertanggungjawabkan melalui

mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi

atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat yang diperoleh

masyarakat baik secara langsung maupun manfaat jangka panjang dari sebuah kegiatan.

2. Transparansi

Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah transparansi. Prinsip transparansi ini

penting karena pemberantasan korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua

proses kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk penyimpangan dapat

diketahui oleh public. Selain itu transparansi menjadi pintu masuk sekaligus kontrol bagi

seluruh proses dinamika struktural kelembagaan. Dalam bentuk yang paling sederhana,

transparansi mengacu pada keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi

kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran ini merupakan modal

awal yang sangat berharga bagi para mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan

tanggungjawabnya pada masa kini dan masa mendatang.

Dalam prosesnya, transparansi dibagi menjadi lima yaitu proses penganggaran, proses

penyusunan kegiatan, proses pembahasan, proses pengawasan, dan proses evaluasi. Proses

penganggaran bersifat bottom up, mulai dari perencanaan, implementasi, laporan

pertanggungjawaban dan penilaian (evaluasi) terhadap kinerja anggaran. Di dalam proses

penyusunan kegiatan atau proyek pembangunan terkait dengan proses pembahasan tentang

sumber-sumber pendanaan (anggaran pendapatan) dan alokasi anggaran (anggaran belanja).

17
Proses pembahasan membahas tentang pembuatan rancangan peraturan yang berkaitan

dengan strategi penggalangan (pemungutan) dana, mekanisme pengelolaan proyek mulai dari

pelaksanaan tender, pengerjaan teknis, pelaporan finansial dan pertanggungjawaban secara

teknis. Proses pengawasan dalam pelaksanaan program dan proyek pembangunan berkaitan

dengan kepentingan publik dan yang lebih khusus lagi adalah proyek-proyek yang diusulkan

oleh masyarakat sendiri. Proses lainnya yang penting adalah proses evaluasi.

3. Kewajaran/ fairness

Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran. Prinsip fairness atau kewajaran ini

ditujukan untuk mencegah terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik

dalam bentuk mark up maupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat prinsip kewajaran ini

terdiri dari lima hal penting yaitu komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi,

kejujuran, dan informatif.

4. Kebijakan

Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan. Pembahasan mengenai prinsip

ini ditujukan agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi.

Kebijakan ini berperan untuk mengatur tata interaksi agar tidak terjadi penyimpangan yang

dapat merugikan Negara dan masyarakat. Kebijakan anti korupsi ini tidak selalu identik

dengan undang-undang anti-korupsi, namun bisa berupa undang-undang kebebasan

mengakses informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-monopoli, maupun

lainnya yang dapat memudahkan masyarakat mengetahui sekaligus mengontrol terhadap

kinerja dan penggunaan anggaran negara oleh para pejabat negara. Aspek-aspek kebijakan

terdiri dari isi kebijakan, pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, kultur kebijakan.

Kebijakan anti-korupsi akan efektif apabila di dalamnya terkandung unsur-unsur yang terkait

18
dengan persoalan korupsi dan kualitas dari isi kebijakan tergantung pada kualitas dan

integritas pembuatnya. Kebijakan yang telah dibuat dapat berfungsi apabila didukung oleh

aktor-aktor penegak kebijakan yaitu kepolisian, kejaksaan, pengadilan, pengacara, dan

lembaga pemasyarakatan. Eksistensi sebuah kebijakan tersebut terkait dengan nilai-nilai,

pemahaman, sikap, persepsi, dan kesadaran masyarakat terhadap hukum atau undang-undang

anti korupsi. Lebih jauh lagi, kultur kebijakan ini akan menentukan tingkat partisipasi

masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

5. Kontrol kebijakan

Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol kebijakan merupakan upaya

agar kebijakan yang di buat betul-betul efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.

Bentuk kontrol kebijakan berupa partisipasi, evolusi dan reformasi. Kontrol kebijakan berupa

partisipasi yaitu melakukan kontrol terhadap kebijakan dengan ikut serta dalam penyusunan

dan pelaksanaannya dan kontrol kebijakan berupa oposisi yaitu mengontrol dengan

menawarkan alternatif kebijakan baru yang dianggap lebih layak. Sedangkan kontrol

kebijakan berupa revolusi yaitu mengontrol dengan mengganti kebijakan yang dianggap tidak

sesuai. Setelah memahami prinsip yang terakhir ini, mahasiswa kemudian diarahkan agar

dapat berperan aktif dalam melakukan tindakan

kontrol kebijakan baik berupa partisipasi, evolusi maupun reformasi pada kebijakan-

kebijakan kehidupan mahasiswa dimana peran mahasiswa adalah sebagai individu dan juga

sebagai bagian dari masyarakat, organisasi, maupun institusi.

19
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Korupsi sebagai sebuah bentuk konsepsi mengalami pemaknaan yang beragam.

Mulai pemaknaan yang bersifat etimologis, terminologis, sampai levelisasi korupsi.

Sebagai sebuah penyimpangan, korupsi tidak hanya berlangsung pada ranah

kekuasaan untuk mencari keuntungan materi juga dalam bentuk penyimpangan

kepercayaan yang ada pada setiap orang. Korupsi bukan hanya milik pemerintah, tapi

juga sektor swasta bahkan lembaga pendidikan. Korupsi tidak hanya berlangsung

pada level struktural, tapi juga kultural. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya

dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor

penyebab korupsi tersebut. Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-

nilai anti korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut

antara lain meliputi kejujuran, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja

keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu perlu

diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi

tidak terjadi. Untuk mencegah terjadinya factor eksternal, selain memiliki nilai-nilai

anti korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip anti

korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran,kebijakan, dan kontrol kebijakan

dalam suatu organisasi/institusi/masyarakat. Oleh karena itu hubungan antara prinsip-

prinsip dan nilai-nilai anti korupsi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan.

20
DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS RI (2002), Public Good Governance: Sebuah Paparan Singkat, Jakarta:

Bappenas RI

Puspito, Nanang T, , dkk, Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan RI Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian,

2011.

https://wartailmu.blogspot.com/2017/12/kpk-9-nilai-anti-korupsi.html

21

Anda mungkin juga menyukai