Anda di halaman 1dari 29

Etika Dan Perilaku Anti Korupsi

Di Indonesia

Dosen pengampuh : Dardin,S.kep., Ns., M.Kep

OLEH KELOMPOK 2 :

SUCI KAMELIAH (2216076)

AINA MAGHFIRA RAHMADANI SYAM (2216064)

ANDI DURRATUL HIKMAH ISMAIL (2216047)

ANGGHY ANANTHA (2216049)

MUH. AGUS SALIM (2216002)

DIPLOMA III AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG


MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadira allah yang maha esa atas selesainnya
makalah yang berjudul “Etika dan perilaku anti korupsi” atas dukungan moral dan
materi yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan
banyak terimakasih kepada bapak Dardin,S.kep., Ns., M.Kep selaku dosen mata
kuliah Anti Korupsi.

Kami menyadari bahwa maklah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Makassar,12 November 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
..........................1

B. Rumusan Masalah….....................
............................

C. Tujuan masalah.............
............................

BAB II PEMBAHASAN

A.Perilaku antikorupsi terhadap individu


................

B. Perilaku antikorupsi terhadap keluarga


................

C. Perilaku antikorupsi terhadap masyarakat


................

D. Organisasi anti korupsi


................

E. Etika anti korupsi


............................

F. Cara pencegahan korupsi


............................

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan11

B. Saran........11

DAFTAR PUSTAKA
............................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi sesungguhnya sudah lama ada terutama sejak manusia pertama


kali mengenal tata kelola administrasi. Pada kebanyakan kasus korupsi yang
dipublikasikan media, seringkali perbuatan korupsi tidak lepas dari
kekuasaan, birokrasi, ataupun pemerintahan. Korupsi juga sering dikaitkan
pemaknaannya dengan politik. Sekalipun sudah dikategorikan sebagai
tindakan yang melanggar hukum, pengertian korupsi dipisahkan dari bentuk
pelanggaran hukum lainnya. Selain mengkaitkan korupsi dengan politik,
korupsi juga dikaitkan dengan perekonomian, kebijakan publik, kebijakan
internasional, kesejahteraan sosial dan pembangunan nasional. Begitu
luasnya aspek-aspek yang terkait dengan korupsi hingga organisasi
internasional seperti PBB memiliki badan khusus yang memantau korupsi
dunia. Dasar atau landasan untuk memberantas dan menanggulangi korupsi
adalah memahami pengertian korupsi itu sendiri.

Di mata internasional, bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat


dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini
menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan
kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidak percayaan pelaku bisnis
duniapada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-
negara tetangga yang dianggap memiliki iklim yang lebih baik. Kondisi
seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negaraini.
Pemerintah Indonesia telah berusaha keras untuk memerangi korupsidengan
berbagai cara.

KPK sebagai lembaga independen yang secarak husus menangani tindak


korupsi, menjadi upaya pencegahan dan penindakan tindak pidana Korupsi
dipandang sebagai kejahatan luarbiasa (extra ordinary crime) yang oleh
karena itu memerlukan upaya luarbiasa pula untuk memberantasnya. Upaya
pemberantasan korupsi yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu penindakan
dan pencegahan tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan
oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat.

Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan


berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi
telah menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem
politik, sistem hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial
kemasyarakatan di negeri ini. Di lain pihak upaya pemberantasan korupsi
yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal.
Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja banyak terjadi seolah-olah telah
menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan sudah dianggap sebagai hal
yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan berlangsung maka cepat atau
lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini. Olch karena itu pemakalah
akan menjelaskan apa itu korupsi, bagaimanakah cara mencegah korupsi
dan apakah ada hadits-hadits tentang korupsi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perilaku antikorupsi terhadap individu?

2. Bagaimana perilaku antikorupsi terhadap keluarga?

3. Bagaimana perilaku antikorupsi terhadap masyarakat ?

4. Bagaimana organisasi anti korupsi?

5. Bagaimana etika anti korupsi?

6. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pelapor tindak pidana korupsi?

7. Bagaimana cara pencegahan korupsi


C. Tujuan

1. Untuk mengetahui perilaku anti korupsi terhadap individu

2. untuk mengetahui perilaku anti korupsi terhadap keluarga

3. untuk mengetahui perilaku anti korupsi terhadap masyarakat

4. untuk mengetahui organisasi anti korupsi

5. untuk mengetahui etika anti korupsi

6. untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap pelapor tindak pidana korupsi

7. untuk mengetahui cara pencegahan korupsi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perilaku Anti Korupsi Terhadap Individu

Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya


korupsi, dapat dikatakan bahwa penyebab korupsi terdiri atas faktor internal
dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang
datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkan faktor eksternal berasal
dari lingkungan atau sistem Upaya pencegahan korupsi pada dasamya dapat
dilakukan dengan menghilangkan atau setidaknya mengurangi kedua faktor
penyebab korupsi tersebut. Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat
tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam diri setiap individu. Nilai-
nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras. sederhana, keberanian, dan
keadilan. Nilai-nilai anti korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu
untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar korupsi tidak terjadi. Untuk
mencegah terjadinya faktor eksternal, selain memiliki nilai-nilai anti
korupsi, setiap individu perlu memahami dengan mendalam prinsip-prinsip
anti korupsi yaitu akuntabilitas, transparansi, kewajaran, kebijakan dan
kontrol kebijakan dalam suatu organisasi atau institusi atau masyarakat.

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, menyebutkan perilaku korupsi


muncul akibat lemahnya integritas dalam diri seseorang. Namun begitu,
perilaku tidak terpuji ini dapat dihindari apabila dalam diri setiap individu
melekat sembilan nilai pedoman hidup yaitu:

1. Jujur, diartikan sebagai perbuatan tidak berbohong, lurus, dan tidak


curang Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama
bagi penegakan integritas diri seseorang. Seseorang dituntut untuk bisa
berkata jujur dan transparan serta tidak berdusta baik terhadap diri
sendiri maupun orang lain.
2. Disiplin, adalah kunci keberhasilan semua orang, ketekunan, dan
konsisten untuk terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang
akan selalu mampu memberdayakan dirinya dalam menjalani
tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi
pegangan utama dalam bekerja.

3. Tanggung Jawab, adalah keadaan seseorang untuk berani menanggung


segala sesuatunya atau resiko yang akan menimpanya. Pribadi yang
utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa
keberadaan dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan
baik demi kemaslahatan sesama manusia.

4. Adil, adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Keadilan
adalah penilaian dengan memberikan kepada siapapun sesuai dengan
apa yang menjadi haknya, yakni dengan bertindak proporsional dan
tidak melanggar hukum.

5. Berani, Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki


keberanian untuk menyatakan kebenaran, termasuk berani mengakui
kesalahan, berani bertanggung jawab, dan berani menolak kejahatan. Ia
tidak akan menoleransi adanya penyimpangan dan berani menyatakan
penyangkalan secara tegas,

6. Peduli, berani memperhatikan, adanya perasaan iba, atau simpati.


Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat
kasih sayang. Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan
memperhatikan lingkungan sekelilingnya di mana masih terdapat
banyak orang yang tidak mampu, menderita, dan membutuhkan uluran
tangan.

7. Kerja Keras, merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang
sesuai dengan target. Kerja keras dapat diwujudkan oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari.
8. Kesederhanaan, pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang
yang menyadari kebutuhannya dan berupaya memenuhi kebutuhannya
dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Dengan gaya hidup
sederhana, seseorang dibiasakan untuk tidak hidup boros yang tidak
sesuai dengan kemampuannya.

9. Mandiri, Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri


seseorang untuk menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang
lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang dapat
mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif.

B. Perilaku Antikorupsi Terhadap Keluarga

Upaya pemberantasan korupsi sudah dilakukan oleh pemerintah


Indonesia dengan membentuk berbagai macam unit khusus dan mengatur
berbagai kebijakan dalam rangka mempersempit kesempatan bagi siapa pun
untuk melakukan korupsi. Korupsi diibaratkan sebagai mata rantai yang
saling berhubungan satur sama lain dan hal itu juga yang menyebabkan
korupsi seakan-akan tidak memiliki ujung pangkal. Untuk memudahkan
pemahaman kita agar dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya
korupsi, maka perlu dibuat rumusan yang agar dapat memudahkan kita
dalam memahami dan mengerti faktor penyebab korupsi: 1. Niat dan
Kesempatan

Niat akan dilakukan apabila terdapat suatu suasana yang kondusif,


sehingga terbuka kesempatan untuk melakukan perbuatan korupsi.
Sebaliknya, suasana yang kondusif dapat menimbulkan niat untuk
melakukan pebuatan melanggar hukum termasuk perbuatan korupsi. Niat
adalah faktor internal yang ada di dalam hati atau diri seseorang. Selain
faktor internal dari diri seseorang, terdapat juga faktor yang ada diluar diri
seseorang yang bisa menyebabkan orang tersebut melakukan perbuatan
korupsi, yaitu:
a. Lemahnya peraturan perundang-undangan sehingga banyak celah-
celah yang dimanfaatkan para koruptor, sehingga tidak khawatir
dijerat oleh hukum dan dikarenakan ringannya hukuman yang
dijatuhkan kepada para koruptor:

b. Lemahnya pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang berwajib


melakukan pengawasan baik pengawasan yang dilakukan di dalam
instansi maupun pengawasan yang dilakukan di luar instansi, dan
juga lemahnya pengawasan publik; dan

c. Dimonopolinya kekuasaan oleh para koruptor yang kebanyakan


adalah orang-orang yang memimpin atau yang bekerja disebuah
instansi pelayanan publik.

1. Kekuasaan Monopili dan Kewenangan, serta Pertanggung jawaban yang


Lemah

Kekuasaan cenderung dapat mendorong seseorang untuk


melakukan perbuatan korupsi. Kekuasaan yang absolut akan menimbulkan
menjamurnya perbuatan korupsi. Absolutisme tidak akan lahir jika tingkat
kesadaran sosial masyarakat tinggi dan secara kritis melakukan berbagai
upaya kontrol kekuasaan.

Korupsi akan terjadi jika resiko yang ditanggung itu rendah.


Peluang terjadinya perbuatan korupsi akan terbuka lebar jika instrumen
hukumnya lemah dan hukum yang ada tidak memiliki sanksi yang tegas
terhadap para pelanggarnya. Rendahnya sanksi hukum yang diberikan
akan memberikan kesempatan untuk setiap orang melakukan perbuatan
korupsi.

2. Pendekatan Jaringan

Jaringan korupsi melibatkan para clit politik yang terdiri dari


pimpinan eksekutif, elit partai politk, petinggi lembaga pradilan dan
kalangan bisnis. Sulimnya pemberantasan korupsi, dikarenakan aparat
penegak hukum sering berada di situasi yang dilematis, oleh karena itu
jaringan korupsi sulit untuk diterobos dari dalam, karena KKN antara
pengusaham, politikus dan penegak hukum sangat kuat, dan juga korupsi
sulit diberantas dari luar karena para aparat penegak hukum dapat
menyediakan penjahat kelas teri untuk dikorbankan.

3. Pilar-Pilar Integrasi Nasional atau Bangsa

Integritas Nasional atau bangsa adalah proses penyatuan kembali


kelompok budaya dan sosial kedalam suatu wilayah nasional. Dalam
sistem integrasi, aparat dan lembaga harus menjauhkan diri dari sistem
pengawasan atas bawah dan sistem ini harus diubah menjadi pengawasan
horizontal, yaitu sistem penyebaran kekuasaan dimana tidak adanya
kekuasaan yang dimonopoli oleh orang-orang yang berkepentingan.

Beberapa kajian mengenai tindak korupsi menyebutkan sejumlah sebab


atau motivasi orang melakukan korupsi. Satu diantaranya adalah tuntutan
keluarga. Alasan tersebut menempati urutan pertama disusul alasan tuntutan
masyarakat dan alasan sistem. Pada posisi sebagai alasan pertama bagi
seseorang melakukan korupsi, keluarga menjadi entitas yang sangat penting
dalam tindak korupsi. Ketika keluarga menjadi alasan seseorang melakukan
korupsi pada saat itu pula seharusnya keluarga memiliki peranan sangat
penting dalam upaya pemberantasan korupsi.

Bagaimana agar peran penting keluarga ini dapat optimal. Ada beberapa
hal yang menjadi prasyarat keluarga memainkan peran dalam
pemberantasan korupsi. Saat ini yang menjadi hambatan terbesar dari
optimalisasi peran keluarga adalah minimnya pengetahuan tentang korupsi.
Masyarakat umumnya mengetahui seseorang terlibat dalam kasus korupsi
adalah ketika orang tersebut diberitakan oleh media tersangkau masalah itu.
Selama belum ada yang memberitakan hampir semua orang tidak tahu.
hanya menduga dan tidak berani melaporkan ke yang berwenang karena
tidak bisa memberikan bukti yang kuat di mata hukum. Termasuk anggota
keluarganya.

Minimnya pengetahuan masyarakat juga menjadi satu sebab tersendiri


suburnya korupsi di negeri ini. Masyarakat ternyata lebih menghormati
orang yang kaya dibanding orang berprestasi. Hal inilah yang membuat
sistem sanksi sosial tidak dapat berjalan semestinya. Untuk mengoptimalkan
peran masyarakat terutama keluarga dalam pemberantasan korupsi, sangat
perlu sekali edukasi mengenai korupsi kepada masyarakat. Ini adalah
pekerjaan rumah yang seharusnya dikerjakan oleh KPK, di KPK ada komisi
bidang pencegahan. Bidang inilah yang secara intensif mendidik masyarakat
mengenai korupsi, bahaya dari korupsi, mengajarkan bagaimana mengenali
dan mengidentifikasi koruptor-koruptor dilingkungannya masing-masing
dan mengajarkan bagaimana seharusnya masyarakat bersikap kepada
koruptor tersebut. Karena koruptor saat ini banyak yang berlindung dibalik
kebaikannya kepada masyarakat disekitarnya padahal pasti hanya sebagian
kecil dari yang ia korupsi yang dibagikan ke masyarakat.Mantan Wakil
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Busyro Muqoddas
menegaskan, peran keluarga sangat penting dalam pemberantasan korupsi.
Tidak hanya istri atau suami, anak dan orang tua juga memegang peranan
penting. "Kalau salah satu keluarga melakukan korupsi, siapa yang akan
menanggung malu. Semua akan terkena imbasnya. anak, suami, istri, orang
tua juga kena". Menurut Busyro, yang paling menonjol adalah peran istri,
karena bisa saja suami yang semula anti korupsi, terjerumus karena
bujukannya. Sebagai istri menurut Busyro, harus bisa ikut menghalangi,
mengingatkan, atau bahkan mencegah jika suaminya akan melakukan
tindakan korupsi. (Busyro Moqoddas: 2013)

Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam


masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang
menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam
keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak.
budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima
dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk
mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.(Ihsan, Fuad: 2003),

Disamping itu, bentuk dari peran keluarga dalam pemberantasan tindak


pidana korupsi sebagai individu-individu harus dimulai dari diri pribadi
dengan cara meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
agar tidak terjerumus dan berniat untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
yang menyimpang dari norma-norma yang ada terutama nonna agama.
Karena semua kejadian atau perbuatan berawal dari niat di dalam diri
pribadi. Apabila benteng keimanan dan ketakwaan sudah sangat kokoh,
serta niat yang telah bulat untuk tidak malakukan hal-hal yang berbau
korupsi, maka semua bentuk kejelekan atau keburukan yang ada dan
kesempatan untuk melakukan hal-hal yang terkait dengan perbuatan korupsi
akan sulit masuk ke dalam diri kita yang dikarenakan telah tertanam
keimanan dan ketakwaan, serta niat yang baik karena Tuhan Yang Maha
Esa dan takut kepada-Nya.

Dalam kaitannya dengan Norma Agama, kontrol internal dalam diri


pribadi sangat diperlukan agar seseorang tidak melakukan hal-hal yang
buruk dalam kehidupan bermasyarakat. Kontorl internal yaitu kontrol dari
dalam diri sendiri. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kontrol internal seperti beribadah menurut agama masing-masing.
menambah pemahaman terhadap korupsi, mengetahui dampak dari
perbuatan korupsi, resiko yang harus dihadapi jika melakukan korupsi dan
bahaya korupsi bagi diri kita, keluarga kita dan masyarakat luas.

Prasyarat keberhasilan dalam pencegahan dan penanggulangan korupsi


adalah adanya komitmen dari seluruh masyarakat, mulai dari keluarga,
LSM. penyelenggara negara, penegak hukum untuk tidak melakukan
tindakan tidak terpuji telah diwujudkan dalam berbagai bentuk ketetapan
dan peraturan perundang-undangan. Tetapi pemberantasan korupsi tidak
cukup dilakukan hanya dengan komitmen semata karena pencegahan dan
penanggulangan korupsi bukan suatu pekerjaan yang mudah. Komitmen
tersebut harus diaktualisasikan dalam bentuk strategi yang komprehensif
untuk meminimalkan aspek penyebab dan dampak dari korupsi tersebut.

C. Perilaku Anti Korupsi Terhadap Masyarakat

Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi dalam Pasal 41 ayat (5) dan Pasal 42 ayat (5) menegaskan
bahwa tata cara pelaksanaan peran serta masyarakat dan pemberian
penghargaan dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
perlu diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peran serta masyarakat tersebut
dimaksudkan untuk mewujudkan hak dan tanggung jawab masyarakat
dalam penyelenggaraan negara yang bersih dari tindak pidana korupsi. Di
samping itu, dengan peran serta tersebut masyarakat akan lebih bergairah
untuk melaksanakan kontrol sosial terhadap tindak pidana korupsi. Peran
serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi diwujudkan dalam bentuk antara lain mencari, memperoleh,
memberikan data atau informasi tentang tindak pidana korupsi dan hak
menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab terhadap
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi.

Sesuai dengan prinsip keterbukaan dalam negara demokrasi yang


memberikan hak kepada masyarakat untuk memperoleh informasi yang
benar. jujur dan tindakan diskriminatif mengenai pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi, maka dalam Peraturan Pemerintah ini
diatur mengenai hak dan tanggungjawab masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. Oleh karena itu,
kebebasan menggunakan hak tersebut haruslah disertai dengan
tanggungjawab untuk mengemukakan fakta dan kejadian yang sebenarnya
dengan mentaati dan menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum
serta hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
Peraturan Pemerintah ini juga mengatur mengenai kewajiban pejabat
yang berwenang atau Komisi untuk memberikan jawaban atau menolak
memberikan isi informasi, saran atau pendapat dari setiap orang, organisasi
masyarakat, atau lembaga swadaya masyarakat. Sebaliknya masyarakat
berhak menyampaikan keluhan, saran atau kritik tentang upaya pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana korupsi yang dianggap tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengalaman dalam
kehidupan sehari-hari menunjukan bahwa keluhan, saran, atau kritik
masyarakat tersebut sering tidak ditanggapi dengan baik dan benar oleh
pejabat yang berwenang.

Dengan demikian, dalam rangka mengoptimalkan peran serta


masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana
korupsi, pejabat yang berwenang atau Komisi pemberantasan tindak pidana
korupsi diwajibkan untuk memberikan jawaban atau keterangan sesuai
dengan tugas fungsinya masing- masing. Kewajiban tersebut diimbangi pula
dengan kesempatan pejabat yang berwenang atau Komisi pemberantasan
tindak pidana korupsi menggunakan hak jawab informasi yang tidak benar
dari masyarakat. Disamping itu untuk memberi informasi yang tinggi
kepada masyarakat, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur pula
pemberian penghargaan kepada masyarakat yang berjasa terhadap upaya
pencegahan dan penanggulangan tindak pidana korupsi berupa piagam dan
atau premi. Di tengah polemik tajam para elite soal bagaimana memberantas
korupsi di negeri ini. Indeks perilaku antikorupsi tahun ini temyata lumayan
meningkat. Adalah Badan Pusat Statistik (BPS) yang menguar kabar
menyenangkan tersebut, Hasil survei mereka menyebutkan bahwa indeks
perilaku antikorupsi atau IPAK untuk 2019 berada di angka 3,70 atau lebih
tinggi ketimbang di 2018 yang sebesar 3,66. Tak tanggung-tanggung, survei
dilakukan terhadap hampir 10 ribu rumah tangga di lingkup nasional. Nilai
IPAK yang menjadi standar BPS ialah 0 sampai 5, berarti masyarakat
berperilaku semakin antikorupsi. Sebaliknya, jika kian mendekati 0, artinya
semangat antikorupsi kian rendah. Ada dua dimensi yang dipertimbangkan
BPS untuk menilai IPAK, yaitu persepsi dan pengalaman masyarakat
tentang korupsi. Memang, kenaikan IPAK tahun ini cuma 0,04 poin jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

D. Organisasi Anti Korupsi

Terdapat beberapa organisasi anti korupsi yang ada di Indonesia,


organisasi- organisasi tersebut sebagai berikut:

1. Transparency International Indonesia (TII)

Transparency International Indonesia (TI) merupakan salah satu


chapter Transparency International, sebuah jaringan global NGO
antikorupsi yang mempromosikan transparansi dan akuntabilitas kepada
lembaga-lembaga negara, partai politik. bisnis, dan masyarakat sipil.
Bersama lebih dari 90 chapter lainnya. TII berjuang membangun dunia
yang bersih dari praktik dan dampak korupsi di seluruh dunia. TII
memadukan kerja-kerja think-tank dan gerakan sosial. Sebagai think- tank
TII melakukan review kebijakan, mendorong reformasi lembaga penegak
hukum, dan secara konsisten melakukan pengukuran korupsi melalui
Indeks Persepsi Korupsi, Crinis project, dan berbagai publikasi riset
lainnya. Di samping itu TII mengembangkan Pakta Integritas sebagai
sistem pencegahan korupsi di birokrasi pemerintah.

Sebagai gerakan sosial, TII aktif terlibat dalam berbagai koalisi dan
inisiatif gerakan antikorupsi di Indonesia. TII juga merangkul mitra
lembaga lokal dalam melaksanakan berbagai program di daerah. Jaringan
kerja ini juga diperluas dengan advokasi bahaya korupsi kepada anak-anak
muda di Jakarta.

2. Indonesia Corruption Watch (ICW)

Indonesia Corruption Watch (ICW) saat ini menjadi salah satu


lembaga independen paling lantang bersuara dalam gerakan antikorupsi.
Eksistensi ICW dalam pemberantasan korupsi sejak tahun 1998 telah
diakui publik. Secara berturut-turut, tahun ini ICW mendapat penghargaan
UII Award dari Universitas Islam Indonesia, Soegeng Sarjadi Syndicate
Award, dant penghargaan dari Dewan Pers.

Selain award dari sejumlah institusi, ICW juga mendapat


penghargaan yang jauh lebih bemilai. yakni dukungan dari masyarakat
luas. Sejak membuka Divisi Kampanye Publik dan Penggalangan Dana
pada 2010 lalu, ICW telah berhasil mengumpulkan dukungan nyata berupa
barisan supporter ICW yang kini berjumlah 560 orang. Para supporter ini
secara rutin memberikan donasi untuk mendukung kerja-kerja
pemberantasan korupsi. Korupsi yang sudah sedemikian menggurita di
Indonesia memang harus dilawan secara bersama-sama. Bersama
masyarakat, ICW berupaya meningkatkan kapasitas publik untuk
menuntut haknya mendapatkan fasilitas dasar yang dijamin oleh negara
tanpa dikorupsi. Kontrol masyarakat yang kuat sangat diperlukan untuk
membuat perubahan. ICW juga berupaya mendobrak kebuntuan hukum
untuk lebih dapat diandalkan dalam upaya pemberantasan korupsi.

3. SAMAK (Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi)

SAMAK (Solidaritas Masyarakat Anti-Korupsi) adalah sebuah


organisasi masyarakat sipil yang independen, didirikan 3 November 1999
oleh aktivis Organisasi Non Pemerintah, akademisi, tokoh-tokoh
masyarakat dan mahasiswa; yang bertujuan untuk mewujudkan
transparansi serta memberantas praktik korupsi, kolusi dan nepotisme
dalam penyelenggaraan pemerintahan di Aceh. Visi Samak adalah
Terbangunnya gerakan sosial yang kuat dan berpengaruh untuk
membebaskan Aceh dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sedangkan Misi
Samak adalah melakukan penguatan partisipasi rakyat untuk terbentuknya
gerakan anti korupsi, penguatan kapasitas organisasi Samak menjadi
organisasi yang kuat dan efektif, serta mendorong terjadinya perubahan
kebijakan yang transparan dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme

4. Spesialisasi Mahasiswa Anti Korupsi (Simak)

Spesialisasi Mahasiswa Anti Korupsi (Simak) Di dirikan Oleh


Ariawan dkk. Diantaranya adalah Suci Raharjo. Putri Novita sari dan
Novita sari. didirikan Pada tanggal 29 Januari 2011 di Jakarta. Dan
Langsung dibawah Naungan Lembaga Tinggi Negara yang bergerak di
Bidang Pemberantasan Korupsi yakni Komisi Pemberantasan Korupsi
republik Indonesia (KPK RI) dan bekerjasama dengan Organisasi anti
korupsi di 9 Kampus lainya.

5. Sorak Aceh

Sorak adalah singkatan dari Solidaritas Gerakan Anti Korupsi.


Sebuah Organisasi Non Pemerintah (NGO) yang dibentuk pada tahun
2002 oleh beberapa anak muda yang merasa prihatin dengan kondisi
korupsi di Indonesia terutama Aceh. Pada saat itu tidak banyak orang atau
aktivis di Aceh yang bergerak langsung dan frontal dalam Isu anti korupsi
di Acch. Saat ini, hasil kerja selama ini dalam melakukan perlawanan
terhadap korupsi serta pemberdayaan masyarakat, Sorak Acch telah
mendorong terbentuknya lembaga serupa baik langsung maupun tidak
langsung dengan berbagai latar belakang pemikiran, Lembaga maupun
perkumpulan yang terbentuk sampai saat ini tidak terlepas dari inspirasi
dan semangat yang diusung oleh Sorak. Namun lembaga maupun
perkumpulan tersebut sama sekali tidak memiliki hubungan hirarkis,
melainkan hanya semangat atau ruh.

E. Etika anti korupsi

Manusia diciptakan dengan kesempurnaan yang lebih daripada makhluk


hidup lain dimuka bumi ini. Manusia diberi keistimewaan berupa akal
pikiran yang membedakan denganmakhluk hidup lain. Hati nurani dan
etika moral menjadi salah satu motor penggerak tingkahlaku manusia di
dalam menjalani kehidupannya. Ketika hati nurani dan moral etika tidak
lagidihiraukan, maka akan muncul tindakan yang asusila.Dalam
demonstrasi, peran etika dan moral sangat penting untuk mencegah
tindakananarkis. Demonstrasi sering diikuti dengan anarkisme seperti
kekerasan fisik dan perusakanfasilitas umum. Orang yang tidak ada
sangkut pautnya dengan permasalahan di dalamdemonstrasipun menjadi
ikut terkena imbasnya. Hal ini tentu melanggar hak asasi manusia.Apa
yang dipertontonkan oleh para demonstran, tidak ubahnya segerumunan
hewan yangsedang mengamuk. Merusak fasilitas umum, membakar ban
bekas, memancing baku hantamdengan oknum polisi, dan sebagainya
adalah bentuk tindakan tidak bertanggung jawab.

Anarkisme adalah bentuk daripada moral fallacy, kondisi dimana


moral manusia mengalami proses degradasi. Ketika seseorang bersikap
apatis terhadap kerusakan yang ditimbulkannya,maka dapat dikatakan
sebagai gejala degradasi moral. Degradasi moral terjadi saat etika tidaklagi
dipedulikan sebagai fondasi kehidupan, mengakibatkan manusia tidak lagi
mengertimana hitam dan putih. Mereka hanya peduli atas nama pemuasan
nafsu pribadi. Degradasimoral inilah yang pada akhirnya membuat
anarkisme dibenarkan, meski secara etika salah.Bentuk pembenaran inilah
yang harus diubah karena anarkisme hanya akan membawa petaka pada
masa depan pergerakan reformis di Indonesia.Pemberantasan anarkisme di
dalam demonstrasi dapat dilakukan dengan cara pengenalan kembali
terhadap dasar negara Pancasila sebagai pandangan hidup dan juga
dasarkonstitusional UUD 1945 sebagai landasan hukum. Kedua dasar ini
perlu diperkuat supayamasyarakat mengerti bahwa hidup di suatu negara
sebagai warga negara diperlukankesadaran terhadap hak dan kewajiban.
Ada suatu keadaan dimana kita harusmengesampingkan ego diri. Hidup
berdampingan dengan berbagai keragaman suku, budaya,ras dan tingkatan
status sosial membuat setiap individu harus memiliki rasa toleransi
yanglebih. Jika demonstrasi dilakukan untuk menuntut hak, maka pelaku
demonstran perlumengajukan aspirasinya dengan menunjukkan dasar yang
kuat bahwa memang hak-haktersebut perlu untuk mereka perjuangkan.
Bukan malah dengan kekerasan yang merugikan banyak pihak dan tentu
melanggar hukum. Tidak hanya menyangkut anarkisme, hal lain yang
perlu dikritisi adalah objektivitas isu yang diangkat dalam demonstrasi.
Seringkali isu yangdiangkat tidak objektif, dan dengan kata-kata yang
tidak pantas. Demonstrasi hendaknya bukan menjadi panggung yang
mempertunjukkan kekuatan, ataupun kolektivisme parsial.

Demonstrasi di Indonesia bukanlah menjadi “barang” yang asing.


Terutama setelah

jatuhnya rezim Soeharto, demonstrasi menjadi hal yang lumrah di mata


masyarakat. Tidak pelak lagi, mahasiswa yang merupakan kaum
intelektual menjadi pelaku utama demonstrasi.Kecenderungan anarkisme
dalam demonstrasi menyebabkan bias bagi perjuangandemonstrasi itu
sendiri. Walau bagaimanapun, demonstrasi tetaplah hal yang diaturkan
dalamhukum Indonesia sebagai sarana pernyataan sikap.Pertama sekali
kita perlu merunut pada konstitusi dasar yaitu UUD 1945. UUD 1945Pasal
28e pada ayat 2 dan 3 menyatakan bahwa: (2) Setiap orang berhak atas
kebebasanmeyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai
dengan hati nuraninya. (3)Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.Tidak ada penjelasan mendetail
tentang demonstrasi dalam pasal ini. Demonstrasi bisa dianggap sebagai
bagian kebebasan menyatakan pikiran dan sikap. Dalam keseluruhan pasal
28 sendiri secara umum membahas tentang hak asasi manusia. Dengan
demikian,kebebasan mengeluarkan pendapat termasuk berdemonstrasi
adalah hak asasi manusia yangdilindungi UUD. Demonstrasi dipandang
sebagai kebebasan menyatakan pikiran dan sikap,dengan catatan harus
sesuai dengan hati nuraninya dan tanpa ada paksaan dari pihak lain
Pelaku demonstrasi bertanggung jawab untuk: menghormati hak-
hak dan kebebasanorang lain; menghormati aturan-aturan moral yang
diakui umum; menaati hukum danketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; menjaga dan menghormati keamanandan
ketertiban umum; dan menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.
Bila ketentuan-ketentuan itu dilanggar, maka aksi unjuk rasa bisa
dibubarkan dan bahkan bisa diberikansanksi hukum sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.Demonstrasi yang bersusila akan
mewujudkan masyarakat yang partisipatif dan selalumenjunjung
kebenaran dan keadilan diatas segalanya. Dengan demonstrasi yang
tertib,masyarakat akan lebih terdorong untuk menjadi warga negara yang
aktif dan peduli terhadap permasalahan di negaranya. Tingginya partisipasi
warga negara terhadap pengambilankebijakan mencerminkan negara
demokrasi yang sesungguhnya. Kestabilan politik akanterwujud dan
masyarakat dengan pemerintah dapat hidup dengan harmonis.

F. Perlindungan Hukum terhadap Pelapor Tindak Pidana Korupsi

Dari berbagai jenis korupsi yang diatur dalam undang-undang


gratifikasi merupakan suatu hal yang relatif baru dalam penegakan hukum
tindak pidana korupsi (Muhardiansyah, Zulaih dan Susilo, 2010, p. iii)
sehingga dapat disimpulkan bahwa gratifikasi adalah bentuk korupsi yang
paling baru. Fakta ini selaras dengan pengetahuan masyarakat yang juga
masih kecil tentang apa itu gratifikasi, ruang lingkup, dan contohnya
dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih lagi, di dalam Undang-undang Pasal
12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi bahwa setiap
gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya. Dari pasal tersebut banyak masyarakat
yang bingung membedakan antara suap dan gratifikasi. Pada dasarnya,
perbedaan antara kedua hal ini terletak pada adanya kesepakatan atau
meeting of minds. Suap merupakan tindakan transaksional untuk mencapai
keuntungan bersama, sementara gratifikasi adalah hal yang sifatnya tidak
dapat dihindari karena terjadi setelah seseorang melaksanakan kewajiban
atau tugasnya. Dalam wilayah Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur,
pedoman pengendalian gratifikasi telah diatur pada Peraturan Gubernur
Nomor 56 Tahun 2017 tentang Pedoman Pengendalian Gratifikasi di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Prinsip dasar serta
batasan pemberian yang tidak termasuk gratifikasi juga telah disebutkan
dalam peraturan tersebut. Untuk memberantas korupsi jenis ini, perlu
adanya kesadaran dari diri pegawai/penyelenggara negara/pejabat publik
lainnya agar melaporkannya ke pihak yang berwenang mengkoordinasikan
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi yaitu
Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).

Kita dapat menggolongkan pelaporan dalam memberantas


gratifikasi ke dalam dua bentuk. Pertama, sebagai masyarakat yang
melihat dan tidak terlibat langsung atas tindakan gratifikasi atau dugaan
tindakan gratifikasi, maka saksi pelapor dapat melaporkannya melalui
Whistle Blowing System. Kedua, sebagai penerima barang gratifikasi
langsung, baik menerima ataupun menolak objek gratifikasi, dapat
menyampaikan tindakan tersebut ke KPK melalui e-mail, datang langsung,
atau Aplikasi Gratifikasi Online (GOL) atau melalui Unit Pengendali
Gratifikasi (UPG) yang ada di wilayahnya. Unit Pengendali Gratifikasi
(UPG) merupakan perpanjangan tangan dari KPK agar mampu
menjangkau lebih jauh tindakan korupsi yang mungkin ada di wilayah
tertentu.

Menurut data statistik dari situs KPK, sejak 2019 ke 1 Oktober


2021 jumlah pelapor gratifikasi mengalami penurunan sebesar 43,8%, dari
2.881 menjadi 1.503 pelapor. Hal ini sejalan dengan Corruption Perception
Index Indonesia yang mengalami peningkatan sejak 2019 dari skor 85
menjadi 102 di 2020. Fakta ini menandakan bahwa kasus korupsi di
Indonesia semakin berkurang. Namun, bagaimana jika kabar bahagia ini
muncul karena justru masyarakat Indonesia yang tidak mau atau takut
untuk melaporkan tindakan korupsi atau dugaan tindakan korupsi? Maka
dari itu, masyarakat Indonesia perlu membekali diri dengan edukasi
hukum yang berlaku di negaranya.

Pelapor dan saksi pelapor gratifikasi memiliki hak perlindungan


hukum. UUD 1945 Pasal 28G ayat 1 yang berbunyi Setiap orang berhak
atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta
benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan
perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi menjadi dasar hukum tertinggi
perlindungan pelapor dan saksi pelapor di Indonesia.

Kemudian diatur lebih lanjut pada pasal 15 UU KPK yang


menyebutkan bahwa KPK berkewajiban memberi perlindungan terhadap
saksi atau pelapor yang menyampaikan laporan ataupun memberikan
keterangan mengenai terjadinya Tindak Pidana Korupsi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain itu, hal ini juga telah diatur dalam Undang-undang Nomor
13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang
perwujudannya dilaksanakan oleh Lembaga Perlindungan Saksi Korban
(LPSK). Pelapor dan saksi pelapor gratifikasi yang menghadapi potensi
ancaman, baik yang bersifat fisik ataupun psikis, termasuk ancaman
terhadap karir pelapor dapat mengajukan permintaan perlindungan kepada
KPK atau LPSK.

Pada pasal 17 Pergub Kaltim 56/2017 juga menyebutkan secara


jelas bahwa pelapor gratifikasi berhak mendapat perlindungan hukum,
meliputi:
a. Perlindungan dari tindakan balasan atau perlakuan yang bersifat
administratif kepegawaian yang tidak objektif dan merugikan pelapor,
namun tidak terbatas pada penurunan peringkat jabatan, penurunan
penilaian kinerja pegawai, usulan pemindahan tugas/mutasi atau
hambatan karir lainnya;

b. Pemindahtugasan/mutasi bagi pelapor dalam hal timbul intimidasi atau


ancaman fisik

c. Bantuan hukum sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan


Pemprov Kaltim dan

d. Kerahasiaan identitas.

Sebaliknya, jika:

1. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau


janji, padahal diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut
diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
dan atau

2. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud


menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar, atau menerima bayaran dengan
potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, akan
dikenakan sanksi sesuai Pasal 12B ayat (2) UU no. 31/1999 jo UU No.
20/2001 pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4
tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
200 juta dan paling banyak Rp 1 miliar.

Maka dari itu, masyarakat tidak perlu ragu lagi untuk melaporkan tindak
pidana korupsi yang ada di sekitarnya agar terwujud pemerintahan yang
bebas korupsi.Mulai dari Diri Sendiri dan dari Hal Terkecil, Kita Bisa Lawan
Korupsi

Tindak pidana korupsi saat ini sering sekali kita dengar dan telah meluas
ke masyarakat sekitar kita. Siapapun saat ini bisa melakukan korupsi, namun
siapapun juga bisa melawan korupsi dimulai dari kita, sekitar kita, bahkan
bisa dimulai dari hal terkecil. Korupsi berasal dari bahasa latin, corruption
yang memiliki kata kerja corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, atau menyogok. Dalam Pasal 2 UU Nomor
31 Tahun 1999 dimaksud, korupsi adalah perbuatan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri atau orang lain, baik perorangan maupun
korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara/ perekonomian negara.

Sesuai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang


Nomor 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi bisa dikategorikan menjadi 7
jenis yaitu merugikan keuangan negara, suap menyuap, pemerasan,
penggelapan dalam jabatan, perbuatan curang, benturan kepentingan dalam
pengadaan serta gratifikasi. Oleh karena itu, perlu ditanamkan nilai-nilai
antikorupsi yang diharapkan menumbuhkan budaya antikorupsi termasuk di
lingkungan kerja.

G. Eara Pencegahan Korupsi

1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi

Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan mendirikan


organisasi independen yang didedikasikan untuk pemberantasan
korupsi. Misalnya, di beberapa negara telah dibentuk organisasi yang
disebut ombudsman. Organisasi ini pertama kali didirikan oleh
Parlemen Swedia sebagai Justitie ombudsman nen pada tahun 1809.
Peranan ombudsman kemudian berkembang di negara lain termasuk
menyediakan fasilitas bagi ombudsman, orang-orang yang ingin
mengadukan apa yang dilakukan oleh organisasi pemerintah dan
pegawainya. Selain itu, lembaga ini juga memberikan pendidikan
kepada pemerintah dan masyarakat serta mengembangkan standar
perilaku dan kode etik bagi organisasi pemerintah dan hukum yang
membutuhkan. Salah satu peran ombudsman adalah mendidik
masyarakat dan menyadarkan mereka akan hak mereka atas perlakuan
yang baik, jujur ??dan efektif dari pegawai pemerintah.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian kita semua adalah


peningkatan efisiensi sistem peradilan di tingkat kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan penjara. Pengadilan adalah jantung penegakan hukum
dan harus tidak memihak, jujur ??dan adil. Banyak kasus korupsi yang
tidak masuk ke hukum karena sistem peradilan yang sangat buruk
berfungsi.

Jika kinerjanya buruk karena dia tidak mampu (tidak mungkin) itu
masih bisa dimaklumi. Artinya, pengetahuan dan keterampilan aparat
penegak hukum perlu ditingkatkan. Persoalannya, mereka tidak
memiliki kemauan atau kemauan politik yang kuat untuk
memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai kasus
korupsi.

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan


mewajibkan pejabat publik untuk menyatakan dan mengungkapkan
jumlah kekayaan mereka sebelum dan sesudah menjabat. Dengan
demikian, masyarakat dapat memantau kewajaran peningkatan
kekayaan mereka, terutama jika terjadi peningkatan kekayaan setelah
selesainya tugas. Kesulitan muncul ketika kekayaan yang diperoleh
melalui korupsi ditransfer ke orang lain, seperti anggota keluarga.
Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan
pusat, daerah maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil
potensi korupsi adalah dengan melakukan lelang atau penawaran
secara terbuka.

Masyarakat harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau


dan memonitor hasil dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk
itu harus dikembangkan sistem yang dapat memberi kemudahan bagi
masyarakat untuk ikut memantau ataupun memonitor hal ini.

Cara kedua, untuk kontrak kerja atau pembelian barang di


pemerintah pusat, daerah dan militer, salah satu cara untuk mengurangi
kemungkinan korupsi adalah dengan melakukan lelang atau tender
publik. Masyarakat harus memiliki kewenangan atau akses untuk dapat
melacak dan memantau hasil lelang atau penawaran. Untuk itu perlu
dikembangkan suatu sistem yang dapat memfasilitasi partisipasi
masyarakat dalam pemantauan atau pengawasan.

Korupsi juga sering terjadi dalam perekrutan pegawai negeri sipil


dan personel militer baru. Situasi ini sering terjadi dengan korupsi,
kolusi dan otokrasi. Sistem rekrutmen pegawai negeri sipil dan
anggota TNI yang transparan dan akuntabel juga harus
dikembangkan.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan


memberikan hak akses informasi kepada masyarakat. Harus ada
sistem agar publik (termasuk media) berhak meminta semua informasi
mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak pada kehidupan
banyak orang. Hal ini dapat meningkatkan kemauan pemerintah untuk
mengembangkan kebijakan dan mengimplementasikannya secara
transparan. Pemerintah berkewajiban mensosialisasikan atau
mensosialisasikan berbagai kebijakan yang telah dan akan
dilaksanakan.

Cara kedua untuk membantu pemberdayaan masyarakat dalam


pencegahan dan pemberantasan korupsi adalah dengan menyediakan
sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi. Mekanisme
harus dikembangkan agar masyarakat dapat dengan mudah dan
bertanggung jawab melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya.
Mekanismenya harus disederhanakan atau disederhanakan, misalnya
melalui telepon, surat atau teleks. Dengan berkembangnya teknologi
informasi, internet menjadi mekanisme yang mudah dan murah untuk
melaporkan kasus korupsi.

Cara yang ketiga adalah Pers yang bebas merupakan salah satu
pilar demokrasi. Semakin banyak informasi yang diterima masyarakat,
semakin banyak pula masyarakat yang memahami bahaya korupsi.
Menurut Paus, media yang bebas sama pentingnya dengan peradilan
yang independen. Selain berfungsi sebagai alat propaganda tentang
bahaya korupsi, media juga memiliki fungsi efektif untuk memantau
perilaku penyelenggara negara.

Henry Grunwald, editor Time, mengatakan bahwa “bahkan


pemerintah yang dipilih secara demokratis dan taat dapat dengan
mudah menjadi pemerintah yang korup jika kekuasaannya tidak
dilakukan oleh uji pers yang bebas”. Media memiliki peran khusus
dalam memerangi korupsi.

Pejabat publik mungkin lebih mudah tergoda untuk


menyalahgunakan posisi mereka untuk keuntungan pribadi jika mereka
merasa tidak ada bahaya tindakan mereka diekspos dan diekspos oleh
pers (Pope: 2003). Namun media juga memiliki kelemahan. Ini terjadi
ketika media dimiliki oleh pemerintah. Secara kolektif, pemerintah
memiliki stasiun televisi dan radio terbesar di suatu negara. Ambil
contoh TVRI dan RRI. Karena itu milik pemerintah, kita jelas tidak
bisa terlalu mengandalkan independensinya. Kelemahan lain dari
media adalah kerja jurnalisme yang berbahaya. Penculikan,
penangkapan dan pengancaman wartawan atau wartawan merupakan
hal yang lumrah (Pope: 2003).

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/511118322/PERILAKU-ANTI-KORUPSI

https://inspektorat.kaltimprov.go.id/berita/detail/perlindungan-hukum-terhadap-pelapor-
tindak-pidana-korupsi-gratifikasi.html

https://www.gramedia.com/best-seller/strategi-cara-pemberantasan-korupsi/

Anda mungkin juga menyukai