OLEH:
1. ANISA DWI QOTIMAWATI P27824419052
2. ASRI HARTUTIKA P27824419053
3. DHAINA MUQARRACHMA M. P27824419069
4. NUR LAILY RAMADHANI A. P27824419080
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Pendidikan Budaya Anti Korupsi yang berjudul “Penyuluhan
Pemberantasan Korupsi” ini dengan lancar.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai pengertian korupsi, berbagai tindakan
korupsi, penyebab dan dampak tindakan korupsi, peran yang dapat dilakukan
untuk melawan korupsi dan dapat mengembangkan sikap antikorupsi serta dapat
mencegah korupsi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari adanya perbaikan
dari berbagai pihak, untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi
penulis. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................3
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian korupsi..................................................................................4
2.2 Penyebab korupsi...................................................................................5
2.3 Bentuk-bentuk tindakan korupsi............................................................6
2.4 Dampak korupsi.....................................................................................7
2.5 Yang dapat melakukan korupsi..............................................................9
2.6 Yang dapat melakukan tindakan antikorupsi.........................................9
2.7 Hukuman bagi pelaku korupsi.............................................................10
2.8 Upaya pencegahan tindakan korupsi....................................................10
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................15
3.2 Saran.......................................................................................................15
Daftar Pustaka..........................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dengan tindakan Antikorupsi dan siapa yang dapat melakukan tindakan
Antikorupsi, dan siapa mereka yang memiliki kecenderungan melakukan korupsi.
Kita harus mampu berpikir kritis yakni mampu untuk berpikir mengenai
kemungkinan-kemungkinan korupsi di masa yang akan datang serta dampaknya
bagi kehidupan bangsa. Kemampuan berpikir itu memungkinkan kita
menghubungkan beberapa faktor dan informasi sehingga menghasilkan suatu
gambaran mengenai korupsi dan akibatnya, bukan sebagai sesuatu yang sudah
terjadi tetapi lebih bersifat mencegah sesuatu yang akan terjadi. Dari hasil berpikir
kritis tersebut seseorang mampu mengembangkan semangat Antikorupsi. Cara
berpikir kritis dihasilkan dari nilai-nilai tanggungjawab, disiplin, jujur, adil, berani
dan peduli dari 9 nilai Antikorupsi
Pemberantasan korupsi harus dilakukan sejak sekarang. Kita harus menjadi
agent yang aktif membantu pihak yang memiliki kewenangan di bidang represif
(KPK, Kejaksaan, Polisi, Kehakiman) sesuai dengan kedudukan kita saat sekarang
dan diteruskan pada waktu kita menduduki posisi yang aktif dapat mengembangkan
sistem organisasi yang transparan/ bersih korupsi, kehidupan berpolitik yang bersih
dan penuh wibawa, atau aktif dalam memberikan laporan yang diperlukan untuk
memulai suatu langkah pencegahan korupsi.
Pencegahan diri adalah cara yang paling efektif untuk Tindakan Antikorupsi.
Jika semua orang mampu mencegah dirinya dari perbuatan korupsi maka dapat
dikatakan cara lain sudah tidak banyak sumbangannya terhadap pencegahan
korupsi. Jika semua warganegara Indonesia memiliki integritas tinggi dan kejujuran
tinggi serta takut dosa maka korupsi tidak akan terjadi. Oleh karena itu pada
dasarnya, setiap orang harus melatih dirinya untuk bersikap jujur, memiliki
kemauan dan kemampuan kuat untuk selalu jujur. Dari pribadi yang demikian kuat
dalam kejujuran akan melahirkan integritas pribadi yang berbuat berdasarkan apa
yang dipikirkan, nilai-nilai yang dipercayainya serta mampu mengajak orang lain
di sekitarnya untuk berbuat serupa. Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik
untuk menyusun Makalah Penyuluhan Pemberantasan Korupsi ini. Dari data yang
didapatkan diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk ikut serta memberantas
korupsi yang ada di sekeliling kita.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penulisan
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi?
2. Apa saja penyebab korupsi?
3. Apa saja bentuk-bentuk tindakan korupsi?
4. Siapa yang dapat melakukan korupsi?
5. Siapa yang dapat melakukan tindakan antikorupsi?
6. Apa saja dampak dari korupsi?
7. Apa saja hukuman bagi pelaku korupsi?
8. Apa saja upaya pencegahan tindakan korupsi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab korupsi.
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tindakan korupsi.
4. Untuk mengetahui siapa saja yang dapat melakukan korupsi.
5. Untuk mengetahui siapa saja yang dapat melakukan tindakan antikorupsi.
6. Untuk mengetahui dampak dari korupsi.
7. Untuk mengetahui hukuman bagi pelaku korupsi.
8. Untuk mengetahui upaya pencegahan tindakan korupsi.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
terjadi pada kehidupan kita, kelompok yang dibentuk bersama baik berupa
organisasi mau pun perkumpulan biasa.
d. Kerugian dalam kehidupan bangsa berdampak pada kerugian pada
kehidupan setiap warganegara sebagai bagian dari bangsa. Kerugian tersebut
baik dalam kehidupan ekonomi karena keterbatasan kesempatan kerja dan
kemampuan memberikan penghasilan yang layak, kerugian sosial karena
adanya ketimpangan sosial, kerugian budaya berupa perilaku tidak jujur.
5
2.3 Bentuk-Bentuk Tindakan Korupsi
Tindakan Korupsi berbentuk sehingga menimbulkan kerugian keuangan negera:
a. Tindakan yang merugikan keuangan negara
b. Pemerasan
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Kecurangan
e. Benturan kepentingan dalam pegadaan barang dan jasa
f. Pemberian sesuatu/suap
g. Gratifikasi
Tindakan yang merugikan uang negara beragam, menaikkan harga barang
yang akan dibeli, menurunkan kualitas barang yang dibeli, memperlambat waktu
penyelesaian pekerjaan sehingga biaya pekerjaan menjadi semakin mahal.
Gratifikasi berupa pemberian kepada seseorang sebagai balas jasa terhadap apa
yang sudah diterimanya (proyek, perlindungan hukum/administrasi/lulus ujian).
Suap berupa memberi sesuatu seseorang kepada orang lain untuk mendapatkan
pekerjaan, perlindungan hukum/administrasi, lulus sekolah/ujian, atau keuntungan
lainnya. Keduanya tindakan melawan hukum.
Dari sumber KPK, praktik gratifikasi yang mengakar begitu dalam pada
kebudayaan Indonesia, berbagai catatan mengenai perkembangan praktik terkini
pemberian hadiah di Indonesia terungkap oleh studi Verhezen (2003), Harkristuti
(2006) dan Lukmantoro (2007). Verhezen dalam studinya mengungkapkan
perubahan mekanisme pemberian hadiah pada masyarakat Jawa Modern dan
menggunakannya sebagai alat untuk mencapai tujuan bagi pegawai-pegawai
pemerintah dan elit-elit ekonomi. Pemberian hadiah (gratifikasi) berubah bentuk
menjadi cenderung ke arah suap.
Suap berbentuk beragam tujuan:
1) Mendapatkan pekerjaan (yang baru)
2) Mendapatkan kedudukan/promosi
3) Diterima di suatu lembaga pendidikan
Praktik gratifikasi dan suap mewabah pada diri mereka yang memiliki
kedudukan di lembaga pemerintahan, non-pemerintah, sipil, militer, penegak
hukum, partai politik, dan sebagainya.
6
2.4 Dampak Korupsi
Korupsi merupakan 'benalu sosial' (Semua Bisa BerAksi), kejahatan luar
biasa (KPK: Memahami Untuk Membasmi Korupsi) karena berdampak negatif
yang sangat besar bagi kehidupan bangsa. Korupsi memberi dampak kepada
setiap orang, yaitu mereka yang dekat dengan pelaku korupsi, yang jauh dan
bahkan yang tidak kenal dengan pelaku korupsi, langsung atau tidak langsung.
Menurut para ahli, setidaknya 4 dampak utama yang ditimbukan oleh korupsi
(sumber KPK):
a. Worsen in come in equality and poverty (Gupta, Davoodi, and Alonso-Terne,
1998)
Kehidupan masyarakat menjadi semakin buruk karena terjadi ketidak-merataan
penghasilan dan jumlah kemiskinan semakin besar, perbedaan penghasilan
antara satu kelompok orang (yang korupsi) dengan mereka yang tidak korupsi
semakin besar. Jurang menganga akibat ketidakmerataan penghasilan
menyebabkan komunikasi sosial terganggu dan kerengganan dalam kerukunan
hidup. Uang yang dikorupsi menyebabkan pemerintah tidak bisa menyediakan
lapangan pekerjaan bagi warganegara agar bisa hidup layak.
b. Reduce investment rates (Mauro, 1997)
Korupsi mengurangi dana yang tersedia untuk investasi. Berkurangnya
investasi karena uangnya dikorupsi, memperkecil kesempatan kerja yang dapat
disediakan. Berkurangnya kesempatan kerja menimbulkan pengangguran yang
tinggi. Pengangguran menyebabkan kemiskinan. Kemiskinan menimbulkan
gejolak sosial (social unrest) yang berdampak pada keamanan dan kejahatan di
masyarakat, ketidakamanan dan menurunkan kualitas hidup masyarakat.
c. Lower economic growth (Tanzi and Davoodi,1998)
Tindakan korupsi berpengaruh pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan
bangsa dalam setiap aspek kehidupan. Dalam kehidupan perekonomian
bangsa, korupsi menyebabkan terjadi ketidakpastian pelaksanaan program
bidang ekonomi karena sewaktu-waktu dana terkorupsi dan menjadi tidak
tersedia untuk kegiatan pembangunan ekonomi, akibatnya fatal bagi
pertumbuhan ekonomi.
7
d. Diminishes democratization and weakness representation (Ocampo 2001)
Kehidupan demokrasi yang paling mendasar didasarkan oleh persamaan hak
dan kewajiban yang dimiliki setiap warganegara yaitu ketika setiap
warganegara memiliki posisi yang sama dalam politik, pemerintahan,
ekonomi, pendidikan, sosial, dan sebagainya. Kebiasaan korupsi menimbulkan
pemerintahan yang tidak transparan karena orang membeli, membagi jabatan,
dan promosi seseorang dalam jabatan melalui tindakan korupsi (suap dan
gratifikasi)
8
2.5 Yang Dapat Melakukan Korupsi
Menurut Transparansi Internasional korupsi memang dibatasi pada tindakan
korupsi para pejabat publik, politikus, atau pegawai negeri (Kapita Selekta dan
Beban Biaya Sosial Korupsi, Pemberantasan Korupsi, Jakarta, 2015, hlm. 4).
Perhatian utama lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada penjabat
publik baik yang pegawai negeri mau pun yang bukan, dan politisi. Mereka
pelaku utama tetapi tindakan korupsi yang dilakukan selalu terkait dengan orang
dan lembaga lain di luar pemerintah. Kelompok bukan pejabat publik dan politisi
adalah juga pelaku korupsi apabila tindakan mereka menyebabkan kerugian
negara.
Berdasarkan berbagai kasus korupsi yang dikumpulkan, mereka adalah
(KPK: Semua Bisa Berinteraksi, slide 53):
1. Pejabat negara di bidang eksekutif (menteri, walikota/bupati, gubernur,
pimpinan kementerian/pejabat eselon I, II, III)
2. Pejabat negera di bidang legislative (anggota DPR dan DPRD)
3. Duta Besar
4. Pejabat lembaga negara (komisioner)
5. Aparat Penegak Hukum (hakim, jaksa)
6. Pimpinan perusahaan swasta
9
b. KPK hanya dapat melakukan suatu tindakan terhadap mereka yang sudah
melakukan tindakan korupsi.
c. Ketika KPK melakukan penangkapan dan sebagainya, kerugian negara sudah
terjadi dan dampak korupsi terhadap masyarakat juga sudah terjadi.
Tentu upaya KPK tidak menjadi maksimal karena keterbatasan itu. Oleh
karena itu peran masyarakat, individu atau kelompok, diharapkan untuk
mengatasi kekurangan KPK di atas. Apalagi, upaya untuk mencegah korupsi
adalah tanggungjawab setiap orang yang Antikorupsi dan upaya bersama dengan
lembaga penegak hokum
10
BerAksi). Ketiganya merupakan suatu rangkaian keterkaitan yang kuat: diri
sendiri harus kuat kemudian mengajak orang lain kemudian melakukan suatu
tindakan terhadap yang sudah melakukan korupsi. Ketiganya adalah:
1. Diri Sendiri (Pantang terlibat tindak pidana korupsi, berlatih untuk
berintegritas)
2. Ajak yang lain (pilih salah satu peran)
3. Melaporkan (Rahasia., Langsung, Bukti Permulaan Pendukung Laporan,
Kemudahan, Terlindungi, Dihargai).
11
Dari kelima tindakan untuk menjaga diri menjadi individu Antikorupsi,
jujur selalu menjadi dasar integritas pribadi. Kejujuran selalu dapat mencegah
perbuatan korupsi dimana pun seseorang berada. Dia akan jujur pada dirinya
dan nuraninya akan tersiksa ketika akan melakukan, waktu melakukan, dan
sesuadah melakukan sebuah perbuatan korupsi. Seseorang yang jujur adalah
mereka yang menjalankan amanah yang diberikan bangsa, dalam bidang
pemerintahan atau pun bukan tanpa perlu diawasi. Kejujuran memang mahal
dan menyangkut harga diri sedangkan pengawasan merupakan suatu upaya
untuk segera dapat memperbaiki diri ketika kejujuran mulai melemah atau
dalam keadaan lemah. Kejujuran itu menjadi pengawal integritas seseorang.
Ketika Anda sedang berada dalam situasi terdesak dan dalam tekanan yang
kuat untuk melakukan korupsi maka kejujuran itu adalah penangkal pertama.
Penangkal untuk tindakan korupsi berikutnya adalah pengawasan.
Pengawasan yang dilakukan sistem adalah yang sifatnya formal dan
dikembangkan berdasarkan prosedur administrasi yang jelas dan terbuka.
Dalam pengawasan sistem seseorang diharuskan melakukan berdasarkan
prosedur tersebut. Pengawasan lain yang sebetulnya adalah hasil pilihan
seseorang untuk mempertahankan Sikap Antikorupsi adalah memilih teman
bergaul yang juga Antikorupsi. Teman bergaul ini adapat berupa calon
suami/calon isteri atau suami/isteri, teman di tempat bekerja, teman di
perkumpulan sosial, teman dalam mengembangkan hobi, dan juga teman
dalam berusaha. Teman-teman yang Antikorupsi membangun lingkungan
Antikorupsi dan akan menjadi pengawas yang penuh persahabatan dalam
mencegah seorang anggotanya (Anda) melakukan korupsi.
Membangun kehidupan yang sehat dan wajar adalah bentuk yang
diperlukan untuk mencegah diri sendiri dan keluarga dari perbuatan koruspi.
Pola hidup yang sehat dan wajar adalah pola hidup yang sesuai dengan
pendapatan/penghasilan halal yang diperoleh. Pepatah mengatakan jangan
besar pasak dari tiang, harus selalu menjadi pedoman untuk hidup sehat dan
wajar.
12
b. Mengajak Orang Lain Untuk Melakukan Pencegahan Tindakan Korupsi
Untuk mengajak orang lain dapat dilakukan dengan membentuk
kelompok Antikorupsi, melakukan berbagai kegiatan untuk mengingat
masyarakat untuk antikorupsi, dan mengajak ikut memantau tindakan korupsi
yang terjadi di sekitarnya. Selain itu, mengajak orang lain ikut serta dalam
berbagai kegiatan masyarakat Antikorupsi ketika mereka melakukan berbagai
upacara sosial, budaya, dan keagamaan. Spanduk yng dipasang pada setiap
upacara itu akan sangat membantu mengingatkan masyarakat untuk
Antikorupsi. Demikian pula dalam kegiatan olahraga seperti perlombaan atau
olahraga santai group diperlihatkan tindakan Antikorupsi pada topi, baju, dan
spanduk.
Gerakan sosial/masa yang damai dapat dikembangkan dalam upaya
mengajak orang lain selalu ingat akan Antikorupsi dan menjadi bangga
dengan gerakan tersebut. Jika dikordinasi secara baik pada tingkat sekolah,
kecamatan, kabupaten maka gerakan Antikorupsi akan menjadi pengingat
setiap orang untuk tidak melakukan korupsi.
13
untuk dilanjutkan dalam suatu proses hukum. Lagipula, tanpa bukti awal akan
menimbulkan keresahan masyarakat berupa saling curiga yang menimbulkan
hubungan yang tidak baik. Bukti awal dalam laporan berupa:
1) Uraikan kejadian
2) Pilih pasal yang sesuai
3) Penuhi unsur-unsur TPK
4) Sertakan bukti awal (bila ada)
5) Sertakan identitas diri (jika berkenan)
6) Kirim ke KPK :
Suat : Kotak Pos 575, Jakarta 10120
Email : pengaduan@kpk.go.id
KWS : http://kws.kpk.go.id
Telepon : (021) 2557 8389
Fax : (021) 5289 2454
SMS : 0855 8 575 575 / 0811 959 575
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan yang menguntungkan diri sendiri, orang lain,
atau suatu korporasi yang terkait dengan penyalahgunaan wewenang karena
jabatan atau kedudukan yang dimilikinya sehingga berakibat pada kerugian
keuangan negara. Seseorang melakukan korupsi jika disebabkan karena pelaku
mencari alasan pembenaran atas tindakan korupsinya, adanya kesempatan/
peluang memungkinkan fraud/ kecurangan/korupsi terjadi dan adanya tekanan/
dorongan dari lingkungan dan kebiasaan hidup di luar kemampuan dan juga
keserakahan (keinginan memiliki kekayaan yang tak terbatas).
Tindakan korupsi dapat berbentuk tindakan yang merugikan keuangan
negara, pemerasan, penggelapan dalam jabatan, kecurangan, benturan
kepentingan dalam pegadaan barang dan jasa, pemberian sesuatu/suap dan
gratifikasi. Dampak yang ditimbulkan dari korupsi adalah kehidupan masyarakat
menjadi semakin buruk karena terjadi ketidak-merataan penghasilan dan jumlah
kemiskinan semakin besar, perbedaan penghasilan antara satu kelompok orang
(yang korupsi) dengan mereka yang tidak korupsi semakin besar.
Untuk melakukan upaya pencegahan korupsi maka jalur pencegahan diri
dan lingkungan merupakan jalur yang ampuh. Ada tiga upaya yang dapat
dilakukan yakni dari diri sendiri (pantang terlibat tindak pidana korupsi, berlatih
untuk berintegritas), ajak yang lain (pilih salah satu peran) dan melaporkan jika
ada tindakan korupsi.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswi mampu memahami dan mengetahui mengenai
pengertian korupsi, berbagai tindakan korupsi, penyebab dan dampak tindakan
korupsi, peran yang dapat dilakukan untuk melawan korupsi dan dapat
mengembangkan sikap antikorupsi serta dapat mencegah tindakan korupsi.
15
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Drs. Said Hamid Hasan, MA, Ph.D. 2016. Modul Materi Siap Berantas Korupsi:
Kami Tolak Korupsi. Jakarta: PT. Multi Area Desentralisasi Pembangunan
(MADEP)
16
SOAL PBAK
17
4. Gubernur nonaktif Sulawesi Tenggara, Nur Alam divonis 12 tahun penjara
untuk kasus korupsi terkait pemberian Izin Usaha Pertambangan (IUP) dalam
persidangan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Rabu (28/03). Vonis ini lebih
rendah dari tuntutan jaksa KPK selama 18 tahun. Dari kasus diatas
kemungkinan dampak korupsi yang akan terjadi adalah ….
a. Dampak ekonomi
b. Dampak terhadap politik dan demokrasi
e. Semua benar
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43554605
5. Penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya)
untuk keuntungan pribadi atau orang lain disebut…..
a. Nepotisme
b. Korupsi
c. Gratifikasi
d. Kolusi
e. Penyuapan
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-
pengertian-penyebab-dan-dampaknya?page=all
6. Korupsi adalah tindakan setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara merupakan pengertian
menurut …..
a. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
b. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1998
c. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997
d. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1996
18
e. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1995
https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/11/185540869/korupsi-
pengertian-penyebab-dan-dampaknya?page=all.
7. KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian Hadi sebagai tersangka
atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha Pertambanga (IUP) di daerah itu. Dalam
kasus ini, negara tercatat mengalami kerugian hingga Rp 5,8 triliun dan 711 ribu
dolar AS. Supian yang juga kader PDIP ini diduga menguntungkan diri sendiri dan
korporasi dalam pemberian IUP kepada tiga perusahaan yakni PT. Fajar Mentaya
Abadi (PT. FMA), PT. Billy Indonesia (PT. BI) dan PT. Aries Iron Maining (PT.
AIM) pada periode 2010-2015. Kasus diatas merupakan bentuk tindakan korupsi….
a. penggelapan dalam jabatan
b. Gratifikasi
c. pemerasan
d. suap
e. Kecurangan
https://www.suara.com/news/2019/02/11/163457/5-kasus-korupsi-terbesar-di-
indonesia-dengan-kerugian-negara-fantastis
19
https://www.coursehero.com/file/p4aiul0/Apa-Saja-Contoh-Contoh-Kasus-
Gratifikasi-Beberapa-contoh-kasus-gratifikasi-baik/
9. Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menjatuhi vonis kurungan
penjara kepada tiga pejabat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(PUPR) terkait kasus suap kelancaran pembangunan sejumlah proyek. Para
terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah
melakukan tindak pidana korupsi secara berlanjut," kata Ketua Majelis Hakim
Rosmina saat membacakan amar putusan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Rabu (7/8).
Bagi mereka yang melakukan korupsi, negara telah menetapkan hukuman dalam
…..
a. UU No 31 Tahun 1999
b. UU No 31 Tahun1998
c. UU No 31 Tahun1997
d. UU No 31 Tahun 1996
e. UU No 31 Tahun 1995
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190807190809-12-419305/kasus-
korupsi-tiga-pejabat-pupr-divonis-kurungan-penjara
10. Terdapat 300 mahasiswa yang gagal mengikuti wisuda karena pihak universitas
membatalkan wisuda, hal ini dikarenakan banyak mahasiswa yang terlibat kasus
"Jual Beli Nilai". Ketika itu terdapat oknum pegawai universitas yang memberikan
tawaran berupa kenaikan nilai dengan jumlah Rp 250.000 untuk satu mata kuliah.
Kasus di atas merupakan bentuk tindakan korupsi berupa .…
a. Grativikasi
b. Suap
c. Korupsi
d. Nepotisme
e. Penggelapan Dalam jabatan
https://www.kompasiana.com/linda68704/5dbfc256d541df7d291eb022/kasus-
korupsi-yang-terjadi-di-universitas-negeri-ataupun-swasta
11. Kasus suap di perguruan tinggi tidak hanya berupa jual beli nilai saja tetapi kasus
juga bisa terjadi dalam pemilihan pejabat di perguruan tinggi seperti pemilihan
Rektor dan Wakil Rektor. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menciptakan
lingkungan kampus bebas anti korupsi adalah ...
20
a. Memilih rektor dan wakil rektor yang sudah berpengalaman
b. Memilih rektor dan wakil rektor yang disukai banyak mahasiswa
c. Penerapan nilai-nilai korupsi di lingkungan kampus
d. Menciptakan budaya transparansi di seluruh civitas akademik
e. Menjadi mahasiswa yang pasif
https://www.kompasiana.com/linda68704/5dbfc256d541df7d291eb022/kasus-
korupsi-yang-terjadi-di-universitas-negeri-ataupun-swasta#
12. Adanya dugaan tindak pidana korupsi menerima hadiah atau janji oleh Bupati
Purbalingga terkait pengadaan barang dan jasa di pemerintahan kabupaten
Purbalingga dengan 5 orang sebagai tersangka," ucap Agus Rahardjo di Gedung
Merah Putih KPK, Selasa (5/6/2018). Bupati Purbalingga diduga menerima fee
Rp100 juta dari pemenang proyek pembangunan Purbalingga Islamic Center yakni
LN dan HK melalui perantara HIS," ucap Agus. Dalam kasus tersebut merupakan
tindak koruPri berupa…
a. Suap
b. Gratifikasi
c. Penggelapan dana dalam jabatan
d. pemerasan
e. Kecurangan
https://tirto.id/bupati-purbalingga-ditetapkan-sebagai-tersangka-kasus-
gratifikasi-cLM2
Soal kasus untuk no 13-15
Seorang penyelenggara negara/pegawai negeri yang bertugas memberikan layanan
publik pembuatan KTP, menerima pemberian dari pengguna layanan sebagai tanda
terima kasih atas pelayanan yang dinilai baik. Pengguna layanan memberikan uang
kepada petugas tersebut secara sukarela dan tulus hati.
(http://inspektorat.jabarprov.go.id/tanya-jawab-gratifikasi/ )
13. Pada kasus diatas pemberian hadiah/uang sebagai ucapan terimakasih atas jasa yang
diberikan oleh instansi pelayanan publik termasuk dalam konsep...
a. Suap
b. Pemerasan
c. Uang pelican
d. Gratifikasi
21
e. Pemerasan
22
23