Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSEP DAN STRATEGI PEMBERANTASAN


KORUPSI SERTA UPAYA PENINDAKAN DAN
PENCEGAHAN KORUPSI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 / KELAS B :
1. ( 02103047 ) Arnol Wijaya
2. ( 02103054 ) Amalia Rana Kalauw
3. ( 02103062 ) Furqani Abdul Razaq
4. ( 02103067 ) Nur Munifah Anugrah Rezky

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


AMANAH MAKASSAR
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji syukur kepada Tuhan Yang


Maha ESA, atas berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan
makalah guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi,
dengan judul “Konsep dan Strategi Pemberantasan Korupsi, Upaya Penindakan dan
Pencegahan Korupsi”.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak,
terutama dosen mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi kami, Yaitu Ayu Wijaya,
S.Si, M.Si,Apt.Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta
pengalaman, sehingga nantinya kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini
menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik
dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan
kualitas di kemudian hari.

Makassar, 16 Mei 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................i

KATA PENGANTAR .........................................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1


A. Latar Belakang ..........................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................2

C. Tujuan.........................................................................................................................2

D. Manfaat.......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................3


 Pengertian Korupsi.....................................................................................................3

 Konsep dan Strategi Pemberantasan Korupsi.........................................................3-6

 Upaya penindakan Korupsi dan Pencegahan Korupsi..........................................7-10

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 6


A. Kesimpulan dan Saran................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pemberantasan korupsi telah menjadi salah satu fokus utama Pemerintah


Indonesia pasca reformasi. Berbagai upaya telah ditempuh, baik untuk mencegah
maupun memberantas tindak pidana korupsi (tipikor) secara serentak oleh
pemegang kekuasaan eksekutif (melalui Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah),
legislatif, serta yudikatif. Upaya-upaya itu mulai membuahkan hasil: itikad
pemberantasan korupsi terdorong ke seluruh Indonesia. Hal itu ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya keuangan/aset negara yang terselamatkan pada setiap
tahunnya dalam pencegahan dan penuntasan kasus korupsi. Sejumlah institusi
pelaksana dan pendukung pemberantasan korupsi pun terbentuk, antara lain Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK),Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK), serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Upaya pemberantasan korupsi di Indonesia diperbandingkan dengan klausul-
klausul di dalam UNCAC melalui kajian analisis kesenjangan (gap analysis study).
Hasil kajiannya menunjukkan bahwa, sejumlah penyesuaian perlu segera dilakukan
untuk memenuhi klausul-klausul di dalam UNCAC, terkhusus bidang kriminalisasi
dan peraturan perundang-undangan.UNCAC mengupayakan pencegahan korupsi
dengan memperbaiki transparansi dan meningkatkan integritas birokrasi
pemerintahan. Untuk itu setiap negara disarankan memiliki lembaga pemberantasan
korupsi yang efektif, birokrasi yang transparan, peningkatan partisipasi masyarakat,
dan memperbaiki lembaga pemerintah, termasuk peradilan dan sektor swasta
mengenai kode etik,pelaporan kasus korupsi, benturan kepentingan dan pengadaan
barang dan jasa, dan pencegahan tindak pidana pencucian uang.
Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi pemerintah serius menangani
korupsi secara konkret. Salah satu implementasinya adalah terbitnya Instruksi
Presiden (Inpres) 17/2011 tentang Aksi Pencegahan dan pemberantasan Korupsi
Tahun 2012. Inpres ini merupakan lanjutan Inpres Nomor 9 Tahun 2011 tentang
Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. Dalam dua Inpres ini,
Pemerintah mengimplementasikan enam strategi sesuai rekomendasi United Nation
Convention Against Corruption (UNCAC). Keenam strategi itu adalah:
Pencegahan,Penegakan Hukum,Harmonisasi Perpu,Kerjasama Internasional dan
Penyelamatan Aset, Pendidikan dan Budaya Antikorupsi, Mekanisme Pelaporan
Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi.
B. Rumusan Masalah

 Apa pengertian korupsi?


 Apa konsep dan strategi pemberantasan korupsi?

 Apa upaya penindakan korupsi dan pencegahan korupsi?

C. Tujuan Makalah

 Untuk mengetahui pengertian korupsi

 Untuk mengetahui konsep dan strategi pemberantasan korupsi

 Untuk mengetahui upaya penindakan korupsi dan pencegahan korupsi

D. Manfaat Makalah
Adapun manfaat bagi penulis dan pembaca dari makalah ini adalah untuk
memahami / meningkatkan pengetahuan terlebih dibidang Pendidikan Budaya Anti
Korupsi mengenai hal-hal yang berkenaan dengan korupsi seperti bahaya korupsi,
dampak negatif yang ditimbulkan akibat korupsi, mengetahui konsep dan strategi
pemberantasan korupsi,dan juga sebagai upaya kita dalam pencegahan dan
pemberantasan korupsi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang kemudian
dikatakan bahwa corruptio berasal dari bahasa Latin yang lebih tua, yaitu corrumpere.
Secara harfiah, korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, dan penyimpangan dari kesucian.
Secara umum, pengertian korupsi adalah semua tindakan tidak jujur yang
memanfaatkan jabatan atau kuasa untuk mendapatkan keuntungan bagi pribadi atau
orang lain. Di Indonesia, tindak korupsi diatur dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999 Tentang Pemberantasan Tidak Pidana Korupsi.
Sedangkan berdasarkan undang-undang, korupsi adalah setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara dan perekonomian negara.

B. Konsep dan Strategi Pemberantasan Korupsi


Pemberantasan tindak pidana korupsi adalah serangkaian tindakan untuk mencegah
dan memberantas tindak pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi, monitor,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan, dengan
peran serta masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.Karenanya ada tiga hal yang perlu digarisbawahi yaitu ‘mencegah’,
‘memberantas’ dalam arti menindak pelaku korupsi, dan peran serta
masyarakat’.Terbitnya Instruksi Presiden (Inpres) 17/2011 tentang Aksi Pencegahan
dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Inpres ini merupakan lanjutan Inpres Nomor 9
Tahun 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011. Dalam
dua Inpres Ini, Pemerintah mengimplementasikan enam strategi sesuai rekomendasi
United Nation Convention Against Corruption (UNCAC).
Keenam strategi itu adalah:
 Strategi 1 : Pencegahan
 Strategi 2 : Penegakan Hukum
 Strategi 3 : Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
 Strategi 4 : Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset
 Strategi 5 : Pendidikan dan Budaya Antikorupsi
 Strategi 6 : Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi

A. Pencegahan
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa berlangsung
di manapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan sehari-hari.
Melihat kondisi seperti itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan sebagai
strategi perdananya. Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul langkah
berkesinambungan yang berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi ini
merupakan jawaban atas pendekatan yang lebih terfokus pada pendekatan represif.
Paradigma dengan pendekatan represif yang berkembang karena diyakini dapat
memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana korupsi (tipikor). Sayangnya,
pendekatan represif ini masih belum mampu mengurangi perilaku dan praktik
koruptif secara sistematis-massif. Keberhasilan strategi pencegahan diukur
berdasarkan peningkatan nilai Indeks Pencegahan korupsi, yang hitungannya
diperoleh dari dua sub indikator yaitu Control Of Corruption Index dan peringkat
kemudahan berusaha (ease of doing business) yang dikeluarkan oleh World Bank.
Semakin tinggi angka indeks yang diperoleh, maka diyakini strategi pencegahan
korupsi berjalan semakin baik.
B. Penegakkan Hukum
Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padahal animo dan
ekspektasi masyarakat sudah tersedot sedemikian rupa hingga menanti-nanti adanya
penyelesaian secara adil dan transparan. Penegakan hukum yang inkonsisten
terhadap hukum positif dan prosesnya tidak transparan, pada akhirnya, berpengaruh
pada tingkat kepercayaan (trust) masyarakat terhadap hukum dan aparaturnya.
Dalam tingkat kepercayaan yang lemah, masyarakat tergiring ke arah opini bahwa
hukum tidak lagi dipercayai sebagai wadah penyelesaian konflik. Masyarakat
cenderung menyelesaikan konflik dan permasalahan mereka melalui caranya
sendiri yang, celakanya, acap berseberangan dengan hukum.
Belum lagi jika ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan inkonsistensi
penegakan hukum demi kepentingannya sendiri, keadaaan bisa makin runyam.
Absennya kepercayaan di tengah-tengah masyarakat, tak ayal, menumbuhkan rasa
tidak puas dan tidak adil terhadap lembaga hukum beserta aparaturnya. Pada suatu
tempo, manakala ada upaya-upaya perbaikan dalam rangka penegakan hukum di
Indonesia, maka hal seperti ini akan menjadi hambatan tersendiri. Untuk itu,
penyelesaian kasus-kasus korupsi yang menarik perhatian masyarakat mutlak perlu
dipercepat. Tingkat keberhasilan strategi penegakan hukum ini diukur berdasarkan
indeks Penegakan Hukum Tipikor yang diperoleh dari persentase penyelesaian
setiap tahapan dalam proses penegakan hukum terkait kasus Tipikor, mulai dari
tahap penyelesaian pengaduan Tipikor hingga penyelesaian eksekusi putusan
Tipikor. Semakin tinggi angka Indeks Penegakan Hukum Tipikor, maka diyakini
strategi Penegakan Hukum berjalan semakin baik.

C. Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan.


Meratifikasi UNCAC, adalah bukti konsistensi dari komitmen Pemerintah
Indonesia untuk mempercepat pemberantasan korupsi. Sebagai konsekuensinya,
klausul di dalam UNCAC harus dapat diterapkan dan mengikat sebagai ketentuan
hukum di Indonesia. Beberapa klausul ada yang merupakan hal baru, sehingga
perlu diatur/diakomodasi lebih-lanjut dalam regulasi terkait pemberantasan korupsi
selain juga merevisi ketentuan di dalam regulasi yang masih tumpang-tindih
menjadi prioritas dalam strategi ini. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur
berdasarkan persentase kesesuaian regulasi anti korupsi Indonesia dengan klausul
UNCAC. Semakin mendekati seratus Persen, maka peraturan perundang-undangan
terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia semakin lengkap dan
sesuai dengan Common practice yang terdapat pada negara-negara lain.
D. Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor
Berkenaan dengan upaya pengembalian aset hasil tipikor, baik di dalam
maupun luar negeri, perlu diwujudkan suatu mekanisme pencegahan dan
pengembalian aset secara langsung sebagaimana ketentuan UNCAC. Peraturan
perundang-undangan Indonesia belum mengatur pelaksanaan dari putusan
penyitaan (perampasan) dari negara lain, lebih-lebih terhadap perampasan aset yang
dilakukan tanpa adanya putusan pengadilan dari suatu kasus korupsi (confiscation
without a criminal conviction). Penyelamatan aset perlu didukung oleh pengelolaan
aset negara yang dilembagakan secara profesional agar kekayaan negara dari aset
hasil tipikor dapat dikembalikan kepada negara secara optimal. Keberhasilan
strategi ini diukur dari persentase pengembalian aset hasil tipikor ke kas negara
berdasarkan putusan pengadilan dan persentase tingkat keberhasilan (success rate)
kerjasama internasional terkait pelaksanaan Permintaan dan penerimaan permintaan
Mutual Legal Assistance (MLA) dan Ekstradisi. Semakin tinggi pengembalian aset
ke kas negara dan keberhasilan kerjasama internasional, khususnya dibidang
tipikor, maka strategi ini diyakini berjalan dengan baik.
E. Pendidikan dan Budaya Antikorupsi.
Praktik-praktik korupsi yang kian masif memerlukan itikad kolaboratif dari
Pemerintah beserta segenap pemangku kepentingan. Wujudnya, bisa berupa upaya
menanamkan nilai budaya integritas yang dilaksanakan secara kolektif dan
sistematis, baik melalui aktivitas pendidikan anti korupsi dan internalisasi budaya
anti korupsi di lingkungan publik maupun swasta. Dengan kesamaan cara pandang
pada setiap individu di seluruh Indonesia bahwa korupsi itu jahat, dan pada
akhirnya para individu tersebut berperilaku aktif mendorong terwujudnya tata-
kepemerintahan yang bersih dari korupsi diharapkan menumbuhkan prakarsa-
prakarsa positif bagi upaya PPK pada khususnya, serta perbaikan tata
kepemerintahan pada umumnya. Tingkat keberhasilan strategi ini diukur
berdasarkan Indeks Perilaku Antikorupsi yang ada di kalangan tata-kepemerintahan
maupun individu di seluruh Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka
diyakini nilai budaya anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam
perilaku nyata setiap individu untuk memerangi tipikor.
F. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan Pemberantasan Korupsi.
Strategi yang mengedepankan penguatan mekanisme di internal Kementerian/
lembaga, swasta, dan masyarakat, tentu akan memperlancar aliran data/informasi
terkait progres pelaksanaan ketentuan UNCAC. Konsolidasi dan publikasi
Informasi di berbagai media, baik elektronik maupun cetak, termasuk webportal
PPK, akan mempermudah pengaksesan dan pemanfaatannya dalam penyusunan
kebijakan dan pengukuran kinerja PPK. Keterbukaan dalam pelaporan kegiatan
PPK akan memudahkan para pemangku kepentingan berpartisipasi aktif mengawal
segenap upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga publik maupun sektor
swasta. Keberhasilannya diukur berdasarkan indeks tingkat kepuasan pemangku
kepentingan terhadap laporan PPK. Semakin tinggi tingkat kepuasan Pemangku
kepentingan, maka harapannya, semua kebutuhan informasi dan pelaporan terkait
proses penyusunan kebijakan dan penilaian progres PPK dapat semakin terpenuhi
sehingga upaya PPK dapat dikawal secara berkesinambungan dan tepat sasaran.
G. Upaya Penindakan Korupsi dan Pencegahan Korupsi
1. Upaya Penindakan Korupsi
Upaya Penindakan Tindak Pidana Korupsi (represif) merupakan upaya
penindakan yang dilakukan kepada seorang dengan mengadukan, menyelidiki,
menuntut, dan mengeksekusi yang terbukti melanggar dengan diberikan
peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana
berdasarkan saksi-saksi dan bukti yang kuat.Upaya represif atau upaya melalui
jalur penal yaitu upaya penanganan yang menitikberatkan pada sifat penumpasan
setelah kejahatan korupsi terjadi. Upaya ini dilakukan dengan cara menggunakan
hukum pidana. Adapun tahapannya sebagai berikut:
 Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan oleh masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi KPK,
namun untuk memutuskan apakah suatu pengaduan bisa dilanjutkan ke tahap
penyelidikan harus dilakukan proses verifikasi dan penelaahan. Apabila
penyelidik menemukan bukti permulaan yang cukup mengenai dugaan tindak
pidana korupsi, dalam waktu paling lambat tujuh hari kerja, penyidik
melaporkan ke KPK.

 Penyidikan
Dalam tahap penyidikan seorang yang ditetapkan tersangka tindak pidana
korupsi wajib memberikan keterangan kepada penyidik

 Penuntutan
Dalam tahap penuntutan, penuntut umum melimpahkan kasus ke pengadilan
Tipikor disertai berkas perkara dan surat dakwaan.Dengan pelimpahan ini,
kewenangan penahanan secara yuridis beralih kepada hakim yang menangani.

 Pelaksanaan Putusan Pengadilan ( Eksekusi )


Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh
jaksa.5ntuk itu panitia mengirimkan salinan putusan kepada jaksa. Dalam
memahami upaya represif ini ada beberapa istilah status yang penting
dipahami, yaitu sebagai berikut.
1. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri.
2. Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya,atau keadaannya
berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana.
3. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut,diperiksa,dan diadili
sidang pengadilan.
4. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Upaya penindakan ini diharapkan dapat memberikan efek jera terhadap
pelaku dan jajaran para penguasa yang berpotensi melakukan tindak
pidana korupsi. Oleh karena itu, penegakan hukum harus tegas dalam
menyelesaikan kasus-kasus korupsi. Hal itu dapat dilakukan dengan :

E. Penerapan hukuman maksimal atas tindak pidana Korupsi


Peraturan perundang-undangan telah mengatur hukuman maksimal untuk
berbagai macam tindak pidana korupsi, mulai dari membayar denda, penjara
bahkan sampai hukuman mati. Dalam praktiknya hukuman ini sangat jarang
ditegakkan secara maksimal, padahal undang-undang saja mengakui Korupsi
sebagai kejahatan luar biasa.Seharusnya untuk suatu kejahatan luar biasa maka
hukuman yang ditimpakan atasnya pun seharusnya juga luar biasa.! Maka dari itu
sangat penting pemerintah mengambil langkah untuk mewajibkan vonis hukuman
maksimal dan kumulatif untuk tiap-tiap tindak pidana korupsi yang dilakukan. Hal
ini agar tercipta penegakkan hukum yang konsisten dan tegas, serta menimbulkan
efek jera agar di masa yang akan datang tidak ada lagi yang berani melakukan
tindak pidana korupsi.
F. Pengembalian atas Kerugian Negara
Kasus korupsi yang telah dilakukan oleh oknum-oknum dalam pemerintahan,
tidak cukup hanya dengan pelaksanaan hukuman berupa penjara saja, namun harus
diikuti dengan pengembalian atas kerugian negara yang timbul atas perbuatan
korupsinya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menyadarkan bahwa semua yang
bukan milik kita tidak boleh diambil tanpa izin, dan jika telah dilakukan maka
pelakunya harus menerima hukuman dan mengembalikan apa yang telah diambil
sebelumnya.

2. Upaya Pencegahan Korupsi


Adapun upaya pencegahan korupsi dapat dilakukan dengan 3 upaya yaitu :
strategi preventif, strategi detektif, strategi represif.
a. Strategi Preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi.
Upaya preventif dapat dilakukan dengan:
1. Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
2. Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
3. Membangun kode etik di sektor publik.
4. Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan
asosiasi bisnis.
5. Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
6. Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan
peningkatan kesejahteraan pegawai negeri.
7. Mewajibkan pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas
kinerja bagi instansi pemerintah.
8. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
9. Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.
10. Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
11. .Kampanye untuk menciptakan nilai atau value secara nasional.

b. Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya
kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat
segera ditindaklanjuti.
Berikut upaya detektif pencegahan korupsi:
1. Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
2. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
3. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
4. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
kancah internasional.
5. Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah atau
APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi.

3. Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi
yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya
murah. Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
Upaya represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah:
1. Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
2. Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar dengan
efek jera.
3. Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas.
4. Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
5. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem
peradilan pidana secara terus menerus.
6. Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara
terpadu.
7. Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.
8. Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak
pidana korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau
PPNS, dan penuntut umum.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi memberikan dampak negatif yang sangat besar bagi kehidupan
masyarakat. Oleh sebab itu upaya pencegahan dan penindakan korupsi di Indonesia
memiliki arti dan peran yang sangat penting untuk menjamin konsistensi dan
efektivitas implementasi dengan pencegahan dan penindakan korupsi, diperlukan
komitmen yang tinggi dari pimpinan instansi-instansi pemerintah terkait, serta
dukungan elemen-elemen masyarakat.

B. Saran
Adapun saran dari kami sebagai upaya pencegahan dan penindakan korupsi di
Indonesia adalah :
 Membangun situasi politik yang bersih dan sehat dari perbuatan atau tindakan
korupsi
 Mengikuti pendidikan anti korupsi sejak dini
 Pendidikan moral atau agama yang baik
 Menegakkan hukum secara tegas dan adil dalam menyelesaikan kasus-kasus
korupsi
DAFTAR PUSTAKA

http://bpka.jogjaprov.go.id/index.php?
option=com_phocadownload&view=category&download=539:antikorupsi&id=42:artikel
&Itemid=67&start=10#:~:text=Keenam%20strategi%20itu%20adalah%3A
%20Pencegahan,%3B%20Kerjasama%20Internasional%3B%20dan%20Pelaporan

https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/26/02000091/upaya-pencegahan-
korupsi#aoh=16526786641513&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s

https://ditjenpp.kemenkumham.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=667:upaya-pemberantasan-korupsi-seiring-
kemajuan-teknologi-informasi&catid=107&Itemid=187

https://www.academia.edu/28402731/Upaya_Pencegahan_dan_Penindakan_Korupsi

https://www.lawyersclubs.com/bagaimana-proses-dan-mekanisme-penyelesaian-perkara-
pidana-pada-tingkat-penyelidikan-dan-penyidikan-dikepolisian-hukum-pidana-berita-
hukum-pengacara-lawyer-advokat-hukum-indonesia-kumparan-hukum-onlin/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5803362/korupsi-pengertian-jenis-dan-cara-
memberantasnya

Anda mungkin juga menyukai