Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

JEJARING DAN GERAKAN ANTIKORUPSI

Mata Kuliah: Pendidikan Anti Korupsi


Dosen Pengampu:
Oki Anggara, S.Pd., M.Si

Disusun Oleh Kelompok 12 :


1. Agustin Sri Ningsih (12201278)
2. Khairunisa (122012)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
1444 H/ 2023 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas berkah rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “Jejaring Dan Gerakan Antikorupsi ” dengan tepat
waktu. Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi yang
diampu oleh bapak Oki Anggara, S.Pd,M.Si.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada penulis
jurnal yang kami jadikan referensi dalam menyelesaikan makalah ini dan tak lupa kepada dosen
pengampu yang telah membimbing.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menjadi acuan agar
penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Kamis, 7 Desember 2023

Kelompok 12
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN........................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang ....................................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ..................................................................................................................................... 4
BAB II .......................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
A. EU (European Union ) .......................................................................................................................... 5
B. OECD ...................................................................................................................................................... 5
C. UN (United Nations) .............................................................................................................................. 6
D. World Bank ............................................................................................................................................. 7
BAB III ....................................................................................................................................................... 10
PENUTUP .................................................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................................................... 10
B. Saran ...................................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi merupakan fenomena sosial yang telah menjadi permasalahan sistemik di
indonesia. Merupakan jenis kejahatan yang melibatkan penyalahgunaan kekuasaan untuk
kepentingan pribadi sehingga mengakibatkan kerugian finansial bagi negara dan
masyarakat. Praktik korupsi sudah mengakar di masyarakat indonesia, tidak hanya
terbatas pada pejabat publik saja, namun juga melibatkan individu di sektor swasta.
Meningkatnya jumlah kasus korupsi di indonesia telah menjadi ancaman serius terhadap
perekonomian, demokrasi, dan hak asasi manusia. Lemahnya penegakan hukum dan
ringannya hukuman bagi para pelaku turut berkontribusi terhadap merajalelanya korupsi
di negara ini. Pemerintah telah membentuk komisi pemberantasan korupsi (kpk) untuk
memberantas korupsi, namun pemberantasan korupsi memerlukan upaya yang lebih
serius dari pemerintah dan masyarakat secara keseluruhan.
Anti korupsi merupakan upaya untuk mencegah, mengurangi, dan memberantas
korupsi. Korupsi sendiri merupakan tindakan curang yang merugikan pihak lain dan
bertentangan dengan nilai integritas. Untuk mewujudkan masyarakat yang bersih dari
korupsi, diperlukan nilai-nilai integritas yang menjadi landasan dalam gerakan anti
korupsi. Komisi pemberantasan korupsi (kpk) merilis sembilan nilai integritas yang dapat
mencegah terjadinya tindak korupsi, antara lain jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung
jawab, kerja keras, sederhana, berani, dan adil.
Jejaring dan gerakan anti korupsi: gerakan anti korupsi melibatkan berbagai
pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan masyarakat umum.
Gerakan ini bertujuan untuk menciptakan budaya anti korupsi dan meningkatkan
kesadaran akan bahaya korupsi. Pendidikan integritas anti korupsi merupakan salah satu
upaya untuk melawan korupsi, yang melibatkan desiminasi nilai-nilai kejujuran dan
kepedulian. Selain itu, sosialisasi dan pendidikan mengenai budaya anti korupsi juga
dilakukan oleh lembaga seperti lemhannas ri, yang menekankan pentingnya keterlibatan
seluruh lapisan masyarakat dalam upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi.
B. Rumusan Masalah
Gerakan kerja sama dan instrumen pencegahan korupsi pada tingkat nasional dan
internasional ;
Apa Itu EU (European Union ) ?
Apa Itu OECD ?
Apa itu UN (United Nations) ?
Apa itu World Bank ?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui EU (European Union )
2. Untuk Mengetahui OECD
3. Untuk Mengetshui UN (United Nations)
4. Untuk Mengetahui World Bank
BAB II
PEMBAHASAN
A. EU (European Union)
Di Negara-negara Uni-Eropa, pemberantasan korupsi secara internasional
dimulai pada sekitar tahun 1996. Tahun 1997, the Council of Eruope Program
againts Corruption menerima kesepakatan politik untuk memberantas korupsi
dengan menjadikan isu ini sebagai prioritas. Pemberantasan ini dilakukan
dengan pendekatan serta pengertian bahwa: karena korupsi mempunyai
banyak wajah dan merupakan masalah yang kompleks dan rumit, maka
pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan pendekatan multidisiplin,
monitoring yang efektif dilakukan dengan kesungguhan dan komprehensif
serta diperlukan adanya fleksibilitas dalam penerapan hukum.
Ada beberapa instrumen hukum untuk pencegahan korupsi sebagaimana
disepakati oleh Masyarakat Uni Eropa diantaranya Convention on the Fight
against Corruption involving Officials of the European Communities or
Officials of Member States of the European Union, yang diadopsi oleh the
Council of the European Union pada 26 Mei 1997; The Criminal Law
Convention on Corruption, yang diadopsi oleh the Committee of Ministers of
the Council of Europe pada 27 Januari 1999; dan The Civil Law Convention
on Corruption, yang diadopsi oleh the Committee of Ministers of the Council
of Europe pada 4 November 1999.

B. OECD atau Organization for Economis Cooperation and Development


Pada tanggal 21 November 1997 telah mengadopsi Convention on
Combanting Bribery of Foreign Public Officials in International Bussines
Transactions. Tujuan dikeluarkannya instrumen ini adalah untuk mencegah
dan memberantas tindak pidana suap dalam transaksi bisnis internasional.
C. UN (United Nations)
Pada kongres PBB ke-10 tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan
terhadap penjahat atau sering disebut United Nation Congress on Prevention
on Crime and Treatment of Offenders di Vienna, Australia pada tahun 2000,
isu yang diangkat yaitu mengenai korupsi. Dalam introduksi di bawah tema
International Cooperation in Combating Trasnational Crime: New Challenges
in the Twenty-first Century dinyatakan pula bahwa tema korupsi telah lama
menjadi priotitas pembahasan. Pada resolusi 54/128 of 17 December 1999, di
bawah judul "Action against Corruption", Majelis Umum PBB menegaskan
perlunya pengembangan strategi global melawan korupsi dan mengundang
negara-negara anggota PBB untuk melakukan review terhadap seluruh
kebijakan serta peraturan perundang-undangan domestik masing-masing
negara untuk mencegah dan melakukan kontrol terhadap korupsi. Majelis
Umum PBB menegaskan perlunya pengembangan strategi global melawan
korupsi dan mengundang negara-negara anggota PBB untuk melakukan
review terhadap seluruh kebijakan serta peraturan perundang-undangan
domestik masing-masing negara untuk mencegah dan melakukan kontrol
terhadap korupsi. Masyarakat internasional menganggap bahwa top-level
corruption adalah tipe korupsi yang paling berbahaya.
Kerusakan besar dalam suatu negara dapat terjadi karena tipe korupsi ini.
Ia tersembunyi dalam suatu network atau jejaring yang tidak terlihat secara
kasat mata yang meliputi penyalahgunaan kekuasaan, konflik kepentingan,
pemerasan, nepotisme, tribalisme, penipuan dan korupsi. Tipe korupsi yang
demikian sangat mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara,
terutama negara berkembang.
D. World Bank
World bank cukup aktif dalam gerakan anti korupsi di tingkat
internasional. World Bank Institute misalnya mengembangkan Anti-
Corruption Core Program yang bertujuan untuk pemberantasan korupsi
termasuk menyediakan sarana bagi negara-negara berkembang untuk
mengembangkan rencana aksi nasional untuk memberantas korupsi.
Instrumen dan Pengaturan Hukum Internasional dan Nasional Sebagai
bagian dari masyarakat internasional, Indonesia telah menjadi negara peserta
dalam beberapa konvensi intemasional yang mengatur kejahatan transnational
diantaranya:
a. UN Convention against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and
Psychotropic Substances yang diratitikasi dengan Undang-undang
No. 7 Tahun 1997.
b. UN Convention against Corruption (UNCAC) yang diratifikasi
dengan Undang undang No. 7 Tahun 2006; dan
c. UN Covention against Transnational Organized Crime yang
diratifikasi dengan Undang-undang No. 5 2009.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa bahwa ada empat Gerakan
kerja sama dan instrumen pencegahan korupsi pada tingkat nasional dan internasional ;
- EU (European Union )
Di Negara-negara Uni-Eropa, pemberantasan korupsi secara internasional
dimulai pada sekitar tahun 1996. Tahun 1997, the Council of Eruope Program againts
Corruption menerima kesepakatan politik untuk memberantas korupsi dengan
menjadikan isu ini sebagai prioritas.
- OECD
Pada tanggal 21 November 1997 telah mengadopsi Convention on
Combanting Bribery of Foreign Public Officials in International Bussines
Transactions.
- UN (United Nations)
Pada kongres PBB ke-10 tentang Pencegahan Kejahatan dan Perlakuan terhadap
penjahat atau sering disebut United Nation Congress on Prevention on Crime and
Treatment of Offenders di Vienna, Australia pada tahun 2000, isu yang diangkat yaitu
mengenai korupsi.
- World Bank
World bank cukup aktif dalam gerakan anti korupsi di tingkat internasional.
B. Saran
Korupsi adalah tindakan yang merugikan negara dan masyarakat. Untuk mencegah dan
menyebarkan korupsi, diperlukan kemauan dan keinginan yang kuat dari lembaga-lembaga
pemerintahan seperti legislatif, eksekutif, maupun yudikatif dalam melakukan pencegahan tindak
pidana korupsi. Konsistensi dari lembaga penegak hukum dan juga para aparatur negara dalam
menangani pencegahan tindak pidana korupsi yang terjadi dalam pelaksanaan tata pemerintahan
juga sangat penting. Selain itu, meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan tindak
pidana korupsi sebagai bentuk dari kontrol sosial juga diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Engkus, D. (2022). Gerakan Kerjasama Instrumen Internasional Mencegah Korupsi. Panengen
Publishing, 89–110.
Simandjuntak, M. elwina. (2013). Mutual Legal Assistance: Kerjasama Internasional
Pemberantasan Korupsi. Masalah-Masalah Hukum, 42(1), 131–138.

Anda mungkin juga menyukai