Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Konflik Keluarga Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Siswa

Oleh : Khairunisa dan Shela Rahmayanti


A. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak, sehingga peran orang tua
sangatlah penting, sebab dengan adanya bimbingan orang tua para anak- anak dapat
tumbuh secara baik. Namun disisi lain, ada sebagian keluarga yang menjadi penyebab
konflik, sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah jauh berbeda. Suasana
rumah yang tidak homoris sering terjadi dibeberapa sebgaian orang, yang menyebabkan
terjadinya konflik antara kedua orang tua. Namun hal itu dianggap biasa bagi kedua orang
tua, padahal dengan kejadian itu akan membuat dampak negatif untuk anak. Kasus
konflik keluarga ini sangat tersebar luas bahkan di berbagai negara-negara lainny pun
dapat terjadi konflik secara mudah.
Pada realitanya kehidupan rumah tangga itu tidak lepas dari adanya berbagai masalah.
Apa yang di inginkan sebelum menjelang pernikahan, kadang tak berjalan seperti
semestinya, maka dari itu pendidikan dalam berkeluarga sangat lah penting untuk
dipahami dan dipelajari agar masalah-masalah yang datang dampat diatasi dan
diselesaikan secara positif. Problem-problem dalam berkeluarga sangat banyak sekali,
dari yang terkecil sampailah yang terbesar. Dari yang pertengkaran kecil hinggalah ke
perceraian dan jatunya kehidupan rumah tangga ini menyebabkan timbulnya "broken
home" , usia anak yang masik di bawah 5 th mungkin belum mengetahui hal- hal seperti
ini, mereka masih sibuk bermain saja, namun berbeda dengan anak yang sudah dewasa
yang paham dengan perceraian, hal itu bisa jadi membuat pertumbuhan nya sangat buruk,
mereka dihantui dengan keadaan- keadaan yang sangat menyakitkan dengan keadaan
seperti itu membuat mereka setres dan melakukan hal- hal yang tak seharusnya dilakukan.
B. Identifikasi Masalah
Terkadang para orang tua tidak menyadari bahwa komunikasi juga menyebabkan
konflik dalam berkeluarga, mereka mengira bahwa dengan tidak terlalu berkomunikasi
hubungan keluarga menjadi baik-baik saja, padahal kenyataan dengan tidaknya
berkomunikasi menjadi sebuah konflik diantara keluarga, itulah kesalahan yang sering
dan banyak sekali disepelekan. Keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam
suatu lingkungan masyarakat. Begitu pun dengan peran orang tua yang memiliki peranan
penting dalam sebuah keluarga. Orang tua menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya,
baik itu dalam berinteraksi, bersosialisasi , pengetahuan tentang aturan-aturan atau norma
yang ada dilingkungan tempat ia tiggal.
Orang tua memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pola asuh orang tua dalam kelarga sangatlah penting, dengan pola asuh yang baik
dan benar seorang anak akanbertumbuh menjadi anak yang memiliki tata krama sopan
santun dan perilaku yang sesuai dengan yang orang tua inginkan. Pada akhirnya para anak
tidak terbuka kepada kedua orang tua dan memilih diam sehingga anak cendrung
membantah dan tidak peduali, oleh karna itu peran dan tanggung jawab orang tua
sangatlah penting dalam mendampingi perkembangan anak.
Para anak butuh pendamping orang tua yang menjadikan mereka semangat dalam
menjalankan kegiatan mereka, para anak butuh semangat dan dukungan dari kedua orang
tua, itu lah yang dibutuhan seorang anak agar proses perkembangannya tumbuh secara
baik.Pendidikan keluarga sangatlah penting untuk dipahami dan dipelajari, bagaimana
jika kita tidak pelajari?, maka masalah yang datang akan bertambah secara besar bukan
semakin kecil, karna dasarnya untuk menyelesaikan masalah butuh solusi yang bijak
bukan asal- asal berbicara saja. Dan pendidikan keluarga membantu anak-anak muda
lainya siap dalam
mengatasi berbagai masalah yang datang, mereka sudah ada bekal untuk menghadapi
tantangan dan rintangan dalam berkeluarga suatu saat nanti.
C. Teori Pendidikan Konflik pada Keluarga
1. Pengertian Konflik
Dalam setiap hubungan antar individu akan selalu muncul yg nama nya konflik tak
terkecuali dalam hubungan keluarga. Konflik sering kali dipandang sebagai permusuhan
dan sebagainya yang membuat hubungan tidak berfungsi dengan baik. Secara bahasa
konflik teridentic dengan percecokan atau persellisihan ( Kamus Bhs. Indonesia, 2005).
Di teori ini dapat dilihat bahwa setiap individu dalam keluarga sadar, bahwa dengan
adanya perubahan-perubahan sehingga menyebabkan suatu penyimpagan atau masalah
merupakan suatu yang dapat diterima. Kasus yang dapat diiambil yaitu seperti kasus
komunikasi orang tua antar anak pada ibu bekerja dan ayah mengurus dirumah. Ini
merupakan salah satu contoh sistem struktural dalam keluarga yang mengalami
penyimpangan.Sebagaimana kita tau harusnya ayah lah yang mencari nafkah namun
sosok ibu lah yang mencari nafkah.
Pada keluarga ini ayah menjalankan tugas sebagai ayah rumah tangga yang seharusnya
mengerjakan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak di rumah, menemani anak belajar
di rumah dan secara bersama-sama mengambil keputusan untuk kepentingan keluarga
bersama istri. Sedangkan istri bertugas untuk menjadi tulang punggung keluarga dan
setelah pulang menjalankan perannya sebagai ibu yang memasak dan memberikan
pelayanan baik secara rohani dan jasmani kepada keluarga (Gloria Mariska, 2014).
Ada banyak topik sangat penting yang harus diajarkan kepada siswa di sekolah sebagai
bagian dari pendidikan konflik pada keluarga. Berikut ini adalah beberapa topik umum
yang harus dipelajari dalam pendidikan konflik pada keluarga :
 Teori Ekologi
Berdasarkan teori ini perkembangan individu dalam keluarga sangat berpengaruh
terhadap lingkungan dimana berkembang. Lingkungan memiliki peran yang sangat
penting dalam berkembangnya anak dalam suatu keluarga. Setiap orang tua
menginginkan anaknya bertumbuh dan berkembang dengan baik sesuai umurnya. Teori
ini sangat berpegang erat terhadap interaksi dan agen yang ada dilingkungan dan saling
berpengaruh.
 Teori Pertukaran Sosial
Menurut teori ini atau yang dikenal juga dengan theory social exchange merupakan
perilaku seorang individu yang mengambil sebuah tindakan atau keputusan berdasar
menimbang adanya suatu keuntungan atau imbalan untuk dirinya. Dalam teori ini seorang
individu akan melakukan suatu hal atas kemauannya sendiri dengan pertimbangan yang
ada. Dan juga dimana seorang individu akan memutuskan suatuhubungan atau perjanjian
jikalau ia sudah merasa tidak mendapatkan untung sesuai yang dia inginkan.
Dalam UU Nomor I Tahun 1974, perjanjian kawin diatur dalam Pasal 29 ayat 4 dimana
perjanjian perkawinan yang telah dibuat dimungkinkan untuk diubah sepanjang tidak
merugikan pihak ketiga (Sriono, SH, 2016).
 Teori Feminis
Menurut (Komang & Suwastini, 2013) yaitu feminisme adalah paham, kajian, dan
gerakan sosial yang bertujuan untuk mengubah status subordinat perempuan dalam
masyarakat yang mengutamakan perspektif laki-laki. Perbedaan anatar laki-laki dan
perempuan bersifat kodrati. Aktivitas seorang perempaun dibatasi oleh suatu yang
namanya peran gender, namun harusnya laki-laki dan perempuan memiliki kesempatan
yang sama dan tidak ada dibeda-bedakan. Kelompok feminis berpendapat bahwa keluarga
adalah sumber eksploitasi khususnya bagi kaum perempuan(N. Aisyah, 2013). Karena
kaum perempuan yang dituntut untuk lebih banyak menghabiskan waktu di sektor
domestik. Mereka berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan memiliki keunggulan
masing-masing.
 Teori Gender
Kesetaraan gender merupakan perbedaan peran laki-laki dan peran perempua yang
terbentuk dimasyarakat dengan dilatarbelakangi budaya tersebut. Perbedaan antara laki-
laki dan perempuan bukan hanya hanya dari bilogis saja. Perempuan sangat melekat
dengan kata “feminim” yang biasanya diartikan bahwa perempuan itu lemah lembut,
keibuan, dan emosional. Sama juga dengan laki-laki yang sangat melekat dengan kata
“maskulin” yang diartikan bahwa laki-laki itu gagah, pemberani, jantan, rasioanal. Dan
perbedaan nya bahwa perempuan itu lemah lembut dan emosional. Padahal tidak selalu
seperti itu adanya, itu semua hanya stereotype yang dibuat oleh masyrakat . Karena
nyatanya perempuan pun ada yang rasional dan laki-laki pun ada yang emosional.
 Teori Perkembangan
Teori yang dimana seorang individu mengalami masa perkembangan melalui beberapa
tahap dalam kehidupannya.Dalam teori ini berisi tentang jenjang tahapan seorang
individu berkembang dalam kehidupannya. Dan tahapan perkembangannya dimulai saat
lahir hinggalah sampai lanjut usia. Dalam waktu perkembangannya peran keluarga
sangatlah penting. Perkembangan yang terjadi meliputi dari fisik,sosia, dan psikologi.
D. Faktor Penyebab Terjadinya Konflik Keluarga Pada Pertumbuhan Siswa
Secara umum konflik di dalam keluarga dapat terjadi dikarenakan adanya masalah atau
faktor-faktor tertentu. Persoalan-persoalan tersebut dapat dikatakan menjadi penyebab
atau sumber terjadinya konflik keluarga. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya
konflik keluarga yakni seperti;
1. Konflik keluarga yang bersumber dari kepribadian.
Menurut Hadisubrata (2003), konflik dalam keluarga khususnya konflik hubungan
suami- istri biasanya bersumber pada kepribadian suami istri seperti;
a. Ketidakmatangan kepribadian
Sumber konflik dalam keluarga dapat disebabkan karena ketidakmatangan kepribadian
dari salah satu atau kedua pasangan suami-istri di dalam keluarga. Ketidakmatangan
kepribadian tersebut seperti tidak atau belum sadar atas tanggung jawab, masih suka ikut-
ikutan atau tidak punya prinsip, suka memburu kesenangan sendiri tanpa memikirkan
pasangan.
b. Adanya sifat-sifat kepribadian yang tidak cocok
Adanya sifat-sifat kepribadian yang tidak cocok untuk menjalin hubungan di dalam
keluarga dapat menjadi sumber terjadinya konflik keluarga seperti sifat egois, keras
kepala, selalu curiga atau kurang percaya, mudah tersinggung, berusaha membenarkan
diri atau menutupi kesalahan, dan lain sebagainya. Apabila sifat-sifat ini ada di dalam
kehidupan keluarga maka akan menjadi penyebab terjadinya konflik keluarga bahkan
memicu terjadinya kekerasaan.
c. Adanya kelainan mental
Ada beberapa hal kelainan mental yang dapat memicu konflik dalam keluarga seperti
perilaku abnormal, kelainan seks (homoseks/lesbian), psikosis dan lain sebagainya.
2. Konflik keluarga yang bersumber dari masalah-masalah yang erat kaitannya dengan
keluarga, antara lain;
a. Keuangan atau ekonomi
Masalah ekonomi atau keuangan merupakan masalah rumah tangga yang sering dialami
keluarga baik pada pasangan yang baru menikah maupun yang berumah tangga lama.
Kesulitan hidup dalam keluarga yang dihadapi sering berkaitan deangan masalah
ekonomi keluarga. masalah tersebut tidak boleh dianggap enteng atau dibiarkan begitu
saja tanpa ada upaya dan solusi untuk masalah ekonomi atau keuangan keluarga ini
sangat rentang dan dapat menjadi sumber permasalahan atau konflik seperti percekcokan
hingga rusaknya hubungan dalam rumah tangga.
Dimasa pandemi ini banyak keluarga yang mengalami masalah ekonomi atau
keuangan seperti penghasilan yang menurun atau kehilangan pekerjaan.
b. Pekerjaan rumah tangga
Dimasa pandemi, banyak keluarga baik suami atau istri (sebagai orang tua pekerja) harus
bekerja dari atau di rumah. Jika sebelum pandemi pekerjaan kantor diselesaikan di kantor,
kali ini pekerjaan kantor harus diselesaikan di rumah. Tidak dipungkiri bahwa selain
harus menyelesaikan pekerjaan kantor sering juga harus atau diselingi dengan pekerjaan
atau tugas-tugas rumah tangga lainnya. Oleh karena itu perlu adanya pembagian tugas
bersama untuk pekerjaan rumah tangga dalam keluarga dengan baik, karena jika tidak
adanya pembagian tugas kerja rumah tangga dapat memicu terjadinya konflik-konflik di
dalam keluarga.
c. Pengasuhan anak
Selain pembagian tugas rumah tangga dalam keluarga, pengasuhan anak juga dapat
menjadi sumber atau faktor yang menimbulkan terjadinya konflik keluarga. Oleh karena
itu tugas pengasuhan anak perlu menjadi tugas bersama antara suami istri di dalam
keluarga. Pengasuhan anak tidak hanya terfokus pada peran menjaga anak saja melainkan
juga menjaga kesehatan anak, mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik
secara fisik maupun mental, serta menjaga kebahagiaan anak-anak dengan perhatian dan
kasih sayang.
d. Interaksi di dalam keluarga
Komunikasi adalah sarana untuk mengutarakan keinginan, keluhan, kebutuhan atau
persoalan-persoalan yang dihadapi anggota keluarga. Kurangnya komunikasi atau
interaksi dengan anggota keluarga dengan intens atau baik dapat menjadi sumber
terjadinya konflik. Hal ini dikarenakan, komunikasi atau interaksi dengan intensitas yang
tinggi di dalam keluarga akan berdampak pada semakin tingginya kesempatan untuk
berbagi dan saling mendukung dan menciptakan kedekatan satu sama lain anggota
keluarga (Ermawati, 2016: 65)
E. Peran Guru Pai dalam Layanan Bimbingan Konseling
Peran Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam layanan konseling pendidikan konflik
keluarga pada siswa bisa menjadi bekal dalam pencegahan konflik terjadi. Berikut ini
beberapa peran yang harus dipakukan Giru PAI :
 Memberikan pemahaman tentang nilai-nilai agama yang berkaitan dengan konflik
yang terjadi pada keluarga, seperti pentingnya menyelesaikan masalah dengan
baik- baik sehingga para siswa bisa memperaktekkannya ketika ada konflik terjadi
baik di keluarga atau pun dilingkungan sekitarnya.
 Guru PAI sebagai pendidik dan pengajar yang memberikan bimbingan kepada
siswa dan membentuk kepribadian akhlak yang baik. Menumbuh kembangkan
keimanan dan juga ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT.
 Guru PAI debagai motivator dimana guru harus memberi dorongan dan semangat
kepada peserta didik agar semangat dalam mengikuti pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, Op.Cit, h. 40
Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
cet.4, h. 266
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011),
cet.1, h.43
Khasanah, Prahesti. (2014). “Meningkatkan Manajemen Konflik Melalui Kelompok
Konseling”, dalam Jurnal Psikopedagogig, Vol. 3 No. 2.
Baharudin, Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010.
Gunawan, Akmal Rizki, dan Siti Asiah. “Membangun Karakter Kebangsaan melalui
Pendidikan Multikultural”, Attadib Journal Elementary of Education, Vol 2, No 2,
Desember (2018), 90-104.
Dep.Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia.CetA ; Jakarta : Balai Pustaka, 2001

Anda mungkin juga menyukai