Anda di halaman 1dari 12

KONFLIK DIRI REMAJA DALAM PERNIKAHAN DINI

DI DESA LANGI KECAMATAN ALAFAN


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masalah Kehidupan manusia secara individu berada dalam perputaran kehidupan dengan
berbagai arah yang menyatu dengannya. Islam mendorong untuk membentuk keluarga. Karena
sesungguhnya fitrah kebutuhan manusia mengajak untuk menuju keluarga sehingga mencapai
kerindangan dalam tabiat kehidupan. Bahwasannya tiadalah kehidupan yang dihadapi dengan
kesungguhan oleh pribadi yang kecil.Kata keluarga dalam sejumlah kamus bahasa Indonesia dan
atau kamus Melayu diartikan dengan sanak saudara, kaum kerabat dan kaum saudara. Juga
digunakan untuk pengertian seisi rumah,ibu,bapak dan anak-anaknya. Juga berarti orang-orang
seisi rumah yang menjadi tanggungan.

Arti lain dari keluarga ialah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.
Keluarga atau satu unit yang biasanya terdiri dari suami, istri dan anak adalah jiwa masyarakat
dan tulang punggungnya, kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bangsa atau
sebaliknya, kebodohan dan keterbelakangan adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga
yang hidup pada masyarakat bangsa tertentu. Unit ini, tidak kurang pentingnya dari unit-unit
yang lain. Ia tentu saja membutuhkan pemimpin guna menjalankan bahtera rumah tangga. Dalam
kondisi masa kini, yang ditandai dengan modernisasi dan globalisasi, banyak pihak yang menilai
bahwa kondisi kehidupan masyarakat dewasa ini khususnya generasi dini dalam kondisi
mengkhawatirkan dan semua ini berakar dari kondisi kehidupan dalam keluarga. Apalagi dalam
hal pendidikan, pendidikan keluarga sekarang ini pada umunya telah mengikuti pola keluarga
demokratis dimana tidak dapat dipilah-pilah siapa belajar kepada siapa.

Gangguan internal maupun eksternal keluarga pun sangat berpengaruh negatif yang
masuk didalamnya. Gangguan internal dapat terjadi dalam kaitannya dengan keberagaman
kepribadian anggota keluarga, perbedaan pendapat dan kepentingan, dapat menjadi pemicu
lahirnya konflik bahkan juga kekerasan, kekerasan dalam keluarga biasanya tidak begitu dikenali
karena berada di wilayah privat dan terdapat hambatan psikis dan sosial maupun norma budaya
dan agama untuk diungkapkan secara publik. Adapun gangguan eksternal keluarga biasanya
lebih dini dikenali oleh masyarakat. Membentuk sebuah rumah tangga yang harmonis merupakan
impian semua orang, berkumpul bersama berbagai cerita, canda, tawa, serta bertukar pikiran.
Keluarga harmonis merupakan keluarga yang bahagia lahir dan batin dalam perspektif Islam dan
secara syar’i. Yaitu keluarga yang tenang, tentram, terhormat, aman, mantap, penuh kasih
sayang, memperoleh perlindungan dan pembelaan. Membina rumah tangga menuju sebuah
keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah, jelas tak segampang yang dibayangkan.
Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti
keluarga yang diam tanpa masalah, namun lebih kepada adanya keterampilan mengelola konflik
yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu banyak persoalan yang harus dihadapi dalam keluarga,
khususnnya suami istri. Seiring dengan semakin lama usia perkawinan mereka, mulai dari tugas
di tempat kerja, kebutuhan rumah tangga, juga masalah-masalah yang timbul dalam rumah
tangga mereka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiman terjadi nya konflik di pernikahan dini
2. Bagaimana mengatasi konflik dalam pernikaha dini

C.TUJUAN PENELITIAN

1. Uuntuk mengindentifikasikan terjadi nya konflik di pernikahan dini


2. Untujk menganalisis konflik dalam pernikaha dini

D.MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik secara praktis dan akademis.
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara Praktis
1) Memperoleh pengalaman dan menambah pengetahuan secara langsung tentang
problematika konflik dalam rumah tangga bagi pasangan pernikahan dini
2) Memberikan kontribusi pemikiran sebagai bahan pelengkap dan penyempurna bagi
studi selanjutnya, khususnya mengenai problematika konflik rumah tangga bagi pasangan
pernikahan dini.
b. Secara Akademis
1) Bagi pengembangan ilmu pengetahuan, dapat memberikan suatu karya peneliti baru
yang dapat mendukung dalam penyelesaian konflik rumah tangga bagi pasangan
pernikahan dini.
2) Bagi peneliti dapat menambah wawasan dengan mengaplikasikan ilmu yang telah
diperoleh secara teori di lapangan.
3) Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai acuan terhadap cara penyelesaian konflik
dalam rumah tangga bagi pasangan pernikahan dini

E. RUANG LINGKUP

Konflik diri remaja dalam pernikahan dini di desa Langi kecamatan alafan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN KONFLIK

Kartono dan Gulo (1987) menjelaskan bahwa konflik adalah ketidaksepakatan dalam satu
pendapat, emosi, dan tindakan dengan orang lain. Keadaan mental merupakan hasil impuls-
impuls, hasrat-hasrat, keinginan-keinginan dan sebagiannya yang saling bertentangan, namun
bekerja dalam saat yang bersamaan. Menurut Surya (2003), konflik dapat diartikan sebagai suatu
keadaan “saling bertentangan” yaitu suatu keadaan gangguan perilaku yang di alami oleh
individu karena adanya dorongan-dorongan yang sama kuat baik yang terjadi di dalam dirinya
maupun dengan sesuatu di luar dirinya. Konflik terjadi kalau individu tidak mampu membuat
pilihan secara tepat pada saat menghadapi berbagai dorongan yang sama kuat. Menurut Baron &
Byrne (2005), konflik adalah suatu proses dimana individu atau kelompok mempersepsikan
bahwa orang lain telah atau akan segera mengambil tindakan tidak sejalan dengan kepentingan
pribadi mereka.

Soekanto (2010) juga menyebutkan konflik merupakan suatu proses sosial individual
atau kelompok yang berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan cara menentang pihak lawan
yangdi sertai dengan ancaman dan/atau kekerasan. Berdasarkan beberapa pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu keadaan gangguan perilaku yang dialami
oleh individu atau kelompok dimana mempersepsikan orang lain telah atau akan segera
melakukan tindakan yang mengandung ketidaksepakatan antara pribadi atas keinginan atau
kepentingan yang saling bertentangan dengan cara menentang pihak lawan dan individu yang
tidak mampu membuat pilihan secara tepat pada saat menghadapi berbagai dorongan yang sama
kuat yang disertai dengan ancaman dan/atau kekerasan.

KONFLIK PERKAWINAN

konflik perkawinan sebagai keadaan suami istri yang sedang menghadapi masalah
dalamperkawinannya dan hal tersebut nampak dalam perilaku mereka yang cenderung kurang
harmonis ketika sedang menghadapi konflik. Sprey (dalam Lasswell & Laswell, 1987)
mengungkapkan bahwa konflik dalam perkawinan terjadi dikarenakan masing-masing individu
membawa kebutuhan, keinginan dan latar belakang yang unik dan berbeda. Kemudian konflik
perkawinan merupakan ketidaksesuaian tendensi- tendensi perilaku, tujuan atau
ketidakseimbangan pertukaran antara suami istri. Konflik tidak selalu di manifestasikan ke dalam
perilaku yang dapat diamati.konflik perkawinan adalah konflik yang melibatkan pasangan suami
istri di mana konflik tersebut memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap relasi
kedua pasangan. Konflik tersebut muncul karena adanya persepsi-persepsi, harapan-harapan
yang berbeda serta ditunjang oleh keberadaan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-
nilai yang mereka anut sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan pernikahan. Jadi konflik
perkawinan adalah pertikaian antara suami istri yang disebabkan oleh keberadaan dua karater
yang memiliki pandangan, tem-peramen, kepribadian serta tata nilai yang berbeda dalam
memandang sesuatu dan menyebabkan adanya pertikaian sebagai akibat dari adanya kebutuhan,
usaha, keinginan atau tuntunan dari luar yang tidak sesuai atau bertentangan antar satu
dengan yang lainnya.

ASPEK-ASPEK KONFLIK PERNIKAHANA DINI

Aspek-aspek konflik perkawinan yang di kemukakan oleh Gottman

dan Declaire (dalam Dewi, 2008) yaitu :

a. Partner violence

Kekerasan fisik pada pasangan, yang di tandai dengan adanya perilaku yang menunjukkan
kekerasan fisik dari salah satu pasangan kepada pasangannya, atau kedua pasangan tersebut
menunjukkan kekerasan fisik

b. Verbal aggression

Kekerasan secara verbal di tandai dengan adanya perilaku yang menunjukkan penghinaan,
kecaman atau ancaman yang dilontarkan oleh salah satu pasangan kepada pasangannya.

c. Unbending stance

Sikap bertahan sebagai bentuk upaya membela diri saat konflik terjadi atau upaya
mempertahankan diri atas serangan umpatan dari pasangannya.
d. Withdrow from partner

Menarik diri dari interaksi pasangannya, yaitu perilaku yang menunjukkan penghindaran dengan
pasangannya dan biasanya pasangannya menunjukkan perilaku diam seribu Bahasa.

PERNIKAHAN DINI

pernikahan dini merupakan pernikahan yang menunjukan adanya kematangan atau kedewasaan
dan secara ekonomi yang masih tergantung pada orang tua dan belum mampu dalam
mengerjakan

pekerjaan. Sedangkan Dlori (2005) mengemukakan bahwa pernikahan dini merupakan


sebuperkawinan dibawah umur yang targetpersiapannya belum dikatakan maksimal-persiapan
fisik, persiapan mental, juga persiapan materi. Karena demikian inilah maka pernikahan dini bisa
dikatakan sebagai pernikahan yang terburu-buru, sebab segalanya belum dipersiapkan secara
matang.

Luthfiyati, (2008) menyatakan bahwa pernikahan dini merupakan intitusi agung untuk
mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Nukman, (2009)
juga mengemukakan jika pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia yang
seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan dan menjalankan kehidupan rumah
tangga. Pada umumnya juga mereka menikah di kisaran umur 13 sampai 16 tahun. Kusmiran
(2011) berpendapat bahwa pernikahan yang dilakukan remaja di bawah usia 20 tahun yang
belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Pernikahan dini menurut undang-undang adalah
pernikahan yang hanya dapat diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan pihak
wanita sudah mencapai usia 16 tahun.” Dengan demikian jika masih di bawah umur tersebut,
maka pernikahan tersebut dinamakan pernikahan dini. Adapula pengertian perniakahan dini
menurut BKKBN adalah pernikahan dibawah umuryang disebabkan oleh faktor sosial,
pendidikan, ekonomi, budaya, faktor orangtua, faktor diri sendiri dan tempat tinggal.
BAB II

METODE PENELITIAN

a. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan.
Penelitian lapangan pada hakikatnya merupakan metode untuk menemukan secara
khususdan realistis apa yang telah terjadi pada suatu saat di tengah masyarakat. Dengan
mengadakan penelitian mengenai beberapa masalah aktual yang kini tengah berkecamuk
dan mengekspresikan diri dalam bentuk gejala atau proses sosial.
b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Yang
mana, pendekatan kualitatif sebenarnya merupakan tata cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yaitu apa yang dikatakan oleh esponden secara tertulis atau
lisan, dan perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah objek penelitian yang
utuh.1Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami fenomena sosial dan
memperbanyak pemahaman secara mendalam tentang objek penelitian.Yang mana, pada
dasarnya peneliti secara pribadi aktif berinteraksi dengan subjek penelitian dan peneliti
bebas menggunakan invitasi dan dapat memutuskan bagaimana merumuskan
pertanyaan.Dengan pendekatan ini, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk mengerti
dan memahami gejala yang diteliti, kemudian melakukan wawancara dengan subjek
untuk mendapatkan data yang valid.
c. Lokasih Penelitian
Peneliti melakukan riset memilih lokasi di Desa Taman Sari Kabupaten Probolinggo
Karena di desa taman sari itu sendiri banyak terjadi pernikahan dini seperti yang ditulis
pada anak judul, yang mana lokasi yang peneliti teliti adalah tempat di mana peneliti
tinggal di sana. Jadi lebih memudahkan peneliti untuk mencari informasi.Maka dari itu
peneliti memilih lokasi tersebut dengan harapan bisa bermanfaat bagi mahasiswa dan
masyarakat setempat.Sehingga lebih memiliki kesadaran hukum yang berlaku.
d. Sumber data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data asli yang langsung diterima dari orang yang
diwawancara.Data yang dikumpulkan ini sifatnya benarbenar orisinil.Sumber data
ini bisa diperoleh melalui wawancara atau interview langsung kepada beberapa
subjek yang melaksanakan perkawinan di bawah umur dan petugas KUA(. Ali Sodiq
selaku ketua KUA, Nur Ali Samsuri selaku administrasi KUA, Zainul Abidin selaku
penghulu KUA) yang mengetahui perkawinan ataupun tokoh masyarakat(M.suhan
salah satu anggota administrasi di desa tamansari, Ibu ninis selaku salah satu guru
MTS taman sari, Ibu huzaimah guru MTS darunnajah,Ibu halimah guru MTS taman
sari, M Suetadji selaku kepala desa Kh. Syamsul Hadi pengasuh pondok Miftahul
Anwar, bapak fadil salah satu guru MTS Darunnajah) disetempat.
2. Sumber Data
SekunderSumber data sekunder adalah data kedua setelah data primer yang
diperoleh Dari buku.sedangkan buku yang digunakan dalam hal inidalah buku-buku
yang bersangkutan dengan pernikahan,undang-undang pernikahan,selain itu juga
sumber literal yang terdiri darisumber hukum islam(al-quran dan al hadist).serta
hasil penelitian yang berupa laporan dan keterangan-keterangan lain juga digunakan.
e. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa, hal-hal, keterangan-
keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh elemen populasi yang
akan menunjang atau mendukung penelitian. Sedangkan teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh peneliti, meliputi:
1. Observasi Observasi sering diartikan dengan pengamatan, pengamatan adalah
alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
2. Sesungguhnya yang dimaksud observasi di sini adalah metode pengumpulan
data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian.Dalam arti bahwa
data tersebut dihimpun melalui pengamatan peneliti dengan menggunakan
panca indera.
3. Disini peneliti langsung mengamati tempat yang akan ditelti, yakni di Desa
tamansari kecamatan dringu kabupaten probolinggo. Metode observasi
dilakukan dalam suasana alamiah yang wajar.Pada tahap awal, peneliti lebih
bersifat tersamar.Ketersamaan dalam pengamatan ini dikurangi sedikit demi
sedikit seirama dengan semakin akrabnya hubungan antara peneliti dengan
informan.Ketika suasana akrab dan terbuka sudah tercipta, peneliti bisa
menginformasikan hasil pengamatan melalui wawancara dengan informan.

Anda mungkin juga menyukai