Anda di halaman 1dari 7

1.

teori Struktural Fungsional Keluarga


merupakan unit terkecil pada masyarakat yang merupakan sekumpulan orang yang tinggal
pada satu rumah serta memiliki hubungan perkawinan, hubungan darah, kelahiran, ataupun
adopsi, yang dimana setiap anggotanya memiliki tugas dan fungsinya masing-masing.
Dimana didalam keluarga setiap anggota keluarga memiliki peran dan fungsinya masing-
masing yang harus dilakukan dan dijalankan dengan baik, sesuai dengan prinsip, nilai yang
terdapat di lingkungan masyarakat, hingga akhirnya menghasilkan warna atau ciri yang jelas,
yaitu mengakui adanya segala keberagaman dalam fungsi kehidupan sosial. Keragaman dalam
fungsi tersebut merupakan sumber utama dari adanya struktur masyarakat, sehingga
keragaman dalam fungsi sesuai dengan struktur masyarakat, seperti adanya anggota yang
menjadi ketua dan ada yang hanya menjadi anggota biasa, dan kedudukan tersebut
menentukan fungsi masing-masing yang berbeda dengan anggota lainnya. Namun perbedaan
fungsi tersebut tidak hanya untuk memenuhi kepentingan salah satu anggota yang bersangkutan
saja, akan tetapi untuk mencapai tujuan bersama sebagai kesatuan.
2. Teori Sosial Konflik
Berbeda dengan teori sosial struktural, teori sosial konflik menganggap bahwa perbedaan
atau perubahan merupakan suatu hal yang dinamis dan biasa. Dimana konflik merupakan
suatu fenomena sosial yang muncul dalam kehidupan sehari-hari, yang dimana merupakan
salah satu bentuk proses perubahan dari tatanan sosial yang lama berubanh ke tatanan sosial
yang berbeda dari sebelumnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Dimana teori
sosial konflik menentang atau tidak setuju dengan konsensus atau kesepakan yang ada
dimasyarakat. Dan teori sosial konflik lebih mementingkan dirinya sendiri atau egonya untuk
mencapai apa yang di inginkan untuk mencapai sebuah revolusi.
3.Teori Ekologi
Teori ekologi diperkenalkan oleh Uri Bronfenbrenner, yang merupakan seorang ahli psikologi
dari Cornell University Amerika. Dimana teori ekologi memandang bahwa hubungan
timbal balik, dalam teori ekologi memendang bahwa hubungan timbal balik antara individu
dengan lingkungannya akan membentuk tingkah laku individu tersebut, dan informasi
lingkungan tempat tinggal anak untuk menggambarkan, mengorganisasikan dan
mengklasifikasi efek dari lingkungan yang bervariasi. (Mujahidah, 2015). Perkembangan
manusia juga merupakan sesuatu hal yang bentuknya dinamis, dimana sebuah proses
interaksi antara individu dan lingkungan mereka di berbagai tingkatan. Uri Bronfenbreenner
membaginya menjadi 5 sistem yaitu microsystem, mesosystem, eksosystem, macrosystem, dan
chronosystem.
4. Teori Pertukaran Sosial
Pertukaran sosial atau social exchange merupakan perilaku dimana manusia yang pada
dasarnya bersifat universal dimana jika seseorang diberikan pengaruh positif maka akan baik
dan jika diberikan pengaruh negatif akan kurang baik. Pertukaran sosial merupakan sebuah
teori yang fokus utamanya adalah motivasi atau hal yang mendorong untuk melakukan
sesuatu yang berasal dari dalam dirinya sendiri. Dimana teori ini didasarkan pada utilitarianisme,
yang dimana individu akan menentukan suatu pilihan secara rasional dengan memikirkan antara
imbalan yang didapat dengan biaya yang harus dikeluarkan. Menurut Homans, manusia
dalam interaksinya akan selalu terlibat pada proses menilai perilaku-perilaku alternatif,
degan pilihan yang mencerminkan "cost (biaya) dan reward (imbalan)" atau profit yang
diharapkan. (Salman & Taryoto, 1992).
5.Teori Feminis
Teori feminis merupakan salah satu pecahan dari teori gender dimana teori feminis ingin
menuntut dan membongkar adanya ketidak setaraan gender antara kaum perempuan dan laki-
laki. Gerakan feminis menjelaskan adanya ketidak setaranan dan ketimpangan antara kaum
perempuan dan laki-laki, salah satunya pada bidang publik atau pekerjaan, dimana perempuan
seharusnya memiliki hak dan kedudukan yang sama dengan laki-laki, sehingga teori ini tidak
menyetujui kedudukan antara laki-laki atau suami dengan perempuan atau istri berada dalam
bentuk patriarki, dimana ayah memiliki kedudukan paling tinggi diantara anggota keluarga
lainnya termasuk istri. Sehingga para feminis ingin menyadarkan bahwa wanita dalam hal ini
istri bukan kaum lemah yang hanya mengandalkan pada suami dan hanya bergantung pada
suami saja akan tetapi istri dapat mandiri serta berdiri sendiri dan dapat mengembangkan
dirinya termasuk pada bidang publik dan bukan hanya berada dirimah mengurus suami dan
rumah tangga saja. Karena pandangan dan asumsi yang ada dimasyarakat bahwa istri yang
baik adalah istri yang dapat mengurus dan mengerjakan pekerjaan di bidang domestik
atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dimana hal tersebut dapat dilihat dari beberapa
iklan produk makanan atau minuman, dimana istri membuatkan minum untuk suminya
padahal suaminya tersebut sedang tidur, dimana hal tersebut merupakan sebuah penindasan
bagi para istri dan para feminis ingin menyadarkan hal tersebut. Para feminis berjuang dalam
banyak cara untuk membangun praksis feminis yaitu, untuk mewujudkan keyakinan mereka.
Dalam tema komitmen terhadap kesetaraan gender dan perubahan sosial (Thompson &
Walker, 1995)

6.Teori Gender
Konsep gender dan sex memiliki perbedaan, wal;aupun keduanya memiliki arti yang sama
yaitu jenis kelamin akan tetapi antara gender dan sex tetap berbeda, dimana hal tersebut banayak
kekeliruan yang dipahami oleh mayarakat. Diman Gender adalah perbedaan peran, fungsi,
persifatan, kedudukan, tanggung jawab dan hak perilaku, baik perempuan, maupun laki-laki
yang dibentuk, dibuat, dan disosialisasikan oleh norma, adat kebiasaan, dan kepercayaan
masyarakat setempat (Puspitawati, 2010). Akan tetapi gender dapat berubah sesuai dengan
berjalannya waktu dan kondisi setempat. Selain itu konsep gender berkaitan mengenai tentang
pantas atau tidak pantas suatu tugas atau peran antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan
sex meruakan jenis kelamin biologis yang merupakan pensifatan dua jenis kelamin manusia
yang melekat pada jenis kelamin tertentu yang merupakan seperangkat alat reproduksi
yang secara biologis melekat pada masing-masing jenis kelamin tertentu, untuk selamanya
tidak dapat dipertukarkan karena merupakan ketentuan Tuhan atau kodrat. Prespektif gender
menolak gender sebagai norma statis atau ideal, yang disebut peran jenis. Dan bukanya
mendefinisikan gender sebagai hubungan sisial yang ditandai dengan keridaksetaraan
kekuasaan yang kanan dan mengevaluasi maskulin dan pengabdian masyarakat, sedangkan
ingin mengevaluasi maskulinitas dan femininitas melalui praktik-praktik yang diperebutkan
tetapi mengendalikan individu, organisasi,dan masyarakat. Perbedaan antasira dan di antara
wanita andmen demikian tidak hanya dilihat sebagai konstruksi sosial tetapi juga sebagai
politik yang berarti (Ferree, 2010).
7.Teori Perkembangan
Teori Perkembangan atau Development merupakan teori yang mengamilisi perkembangan
atau perubahan yang ada di institusi keluarga dan masyarakat dengan melihat perubahan pada
individu, keluarga atau masyarakat baik itu perkembangan unilinear yang merupakan
perkembangan satu jalur saja dalam sepanjang waktu ataupun perkembangan multilinear
atau perkembangan dalam berbagai jalur dalam sepanjang waktu. Dimana perkembangan
keluarga dapat dilihat dari perkembangan anak-anaknya,mulai dari baru mnikah, lalu
memiliki bayi, anak-anak, remaja, dewasa, hingga menikah dan hidup nersama keluarga barunya
sehingga meninggalkan orang tuanya.

Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga


1). Membangun Perkawinan yang Saling Memuaskan
Ketika dua orang diikat dalam ikatan perkawinan, perhatian awal mereka adalah
menyiapkan suatu kehidupan bersama yang baru. Sumber-sumber dari dua orang digabungkan,
peran-peran mereka berubah, dan fungsi-fungsi barupun diterima. Belajar hidup bersama sambil
memenuhi kebutuhan kepribadian yang mendasar merupakan sebuah tugas perkembangan yang
penting. Pasangan harus saling menyesuaikan diri terhadap banyak hal kecil yang bersifat
rutinitas. Misalnya mereka harus mengembangkan rutinitas untuk makan, tidur, bangun pagi,
membersihkan rumah, menggunakan kamar mandi bergantian, mencari rekreasi dan pergi ke
tempat-tempat yang menyenangkan bagi mereka berdua. Dalam proses saling menyesuaikan diri
ini, terbentuk satu kumpulan transaksi berpola dan lalu dipelihara oleh pasangan tersebut, dengan
setiap pasangan memicu dan memantau tingkah laku pasangannya.

Tahap Pertama Siklus Kehidupan Keluarga Inti dengan Dua Orang Tua, dan Tugas-Tugas
Perkembangan yang bersamaan.
Tahap Siklus Kehidupan Keluarga Tugas-Tugas Perkembangan Keluarga
Keluarga Pemula 1. Membangun perkawinan yang
saling memuaskan.
2. Menghubungkan jaringan
persaudaraan secara harmonis.
3. Keluarga berencana (keputusan
tentang kedudukan sebagai
orangtua)
Diadaptasi dari Carter dan McGoldrick (1988), Duvall dan Miller (1985)
Keberhasilan dalam mengembangkan hubungan tergantung pada saling menyesuaikan
diri yang baru saja dibicarakan, dan tergantung kepada komplementaritas atau kecocokkan
bersama dari kebutuhan dan minat pasangan. Sama pentingnya bahwa perbedaan-perbedaan
individu perlu diketahui. Dalam hubungan yang sehat, perbedaan-perbedaan dipandang untuk
memperkaya hubungan perkawinan. Pencapaian hubungan perkawinan yang memuaskan
tergantung pada pengembangan cara-cara yang memuaskan untuk menangani “perbedaan-
perbedaan tersebut” (Satir, 1983) dan konflik-konflik. Cara yang sehat untuk memecahkan
masalah adalah berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati ; saling
mendukung, dan mampu berkomunikasi secara terbuka dan sopan (Raush et al, 1969) dan
melakukan pendekatan terhadap konflik atas rasa saling hormat menghormati (Jackson dan
Lederer, 1969).
Sejauhmana kesuksesan mengembangkan hubungan perkawinan tergantung pada bagaimana
masing-masing pasangan dibedakan atau dipisahkan dari keluarga asal masing-masing (tugas
perkembangan sebelumnya). Orang dewasa harus pisah dengan orangtuanya dalam upaya untuk
membentuk identitas dirinya sendiri dan hubungan intim yang sehat. McGoldrick (1988)
memberikan sebuah deskripsi yang amat bagus tentang proses ini dan masalah-masalah
psikososial selama masa ini.
Banyak pasangan mengalami masalah-masalah penyesuaian seksual, serikali disebabkan oleh
ketidaktahuan dan informasi yang salah yang mengakibatkan kekecewaan dan harapan-harapan
yang tidak realistis. Malahan, banyak pasangan yang membawa kebutuhan-kebutuhan dan
keinginan-keinginan yang tidak terpenuhi kedalam hubungan mereka, dan hal-hal ini dapat
mempengaruhi hubungan seksual secara merugikan. (Goldenberg dan Goldenberg, 1985).

2). Menghubungkan Jaringan Persaudaraan secara Harmonis.


Perubahan peran dasar terjadi dalam perkawinan pertama dari sebuah pasangan, karena mereka
pindah dari rumah orangtua mereka ke rumah mereka yang baru. Bersamaan dengan itu, mereka
menjadi anggota dari tiga keluarga, yaitu : menjadi anggota keluarga dari keluarga mereka
sendiri yang baru saja terbentuk. Pasangan tersebut menghadapi tugas-tugas memisahkan diri
dari keluarga asal mereka dan mengupayakan berbagai hubungan dengan orangtua mereka, sanak
saudara dan dengan ipar-ipar mereka, karena loyalitas utama mereka harus diubah untuk
kepentingan hubungan perkawinan mereka. Bagi pasangat tersebut, hal ini menuntut
pembentukan hubungan baru dengan setiap orangtua masing-masing, yaitu hubungan yang tidak
hanya memungkinkan dukungan dan kenikmatan satu sama lain, tapi juga otonomi yang
melindungi pasangan baru tersebut dari campur tangan pihak luar yang mungkin dapat merusak
bahtera perkawinan yang bahagia.

3). Keluarga Berencana.


Keluarga berencana yang kurang diinformasikan dan kurang efektif mempengaruhi
kesehatan keluarga dalam banyak cara : mobiditas dan moralitas ibu-anak ; menelatarkan anak ;
sehat sakit orangtua ; masalah-masalah perkembangan anak, termasuk inteligensia kemampuan
belajar dan perselisihan dalam perkawinan. Pembentukan keluarga dengan sengaja dan
terinformasi meliputi membuat keputusan sendiri tentang kapan dan/atau apakah ingin
mempunyai anak, terlepas dari pertimbangan kesehatan keluarga.
Akan tetapi, memaksakan keluarga berencana pada keluarga bukanlah sesuatu yang etis,
karena hal tersebut menghancurkan inisiatif, integritas, dan kompetensi. Gadis-gadis remaja yang
menginginkan bayi perlu mengkonsultasikan kesiapan fisik dan emosi untuk menjadi orang tua
dan perlindungan yang realistis terhadap kehamilan bersama-sama dengan supervisi kesehatan
yang baik. Tapi hanya sedikit saja dilakukan untuk mengimbangi tekanan-tekanan masyarakat
terhadap seks dan perkawinan dengan pendidikan kontrasepsi yang realistis.

Referensi
Mitha Nurjanah. 2019. Teori Keluarga. Jakarta. Diakses pada tanggal 21 februari.
https://www.researchgate.net/publication/334454369_TEORI_KELUARGA

Anda mungkin juga menyukai