A. Landasan Teori
1. Konsep Relasi Sosial
1
Herimanto Winarmo, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 44
satu dengan yang lainnya yang lambat laun saling bekerjasama
dan mempengaruhi2. Dalam relasi sosial, dengan kemampuan
manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan juga memiliki
kecocokan antara yang satu dengan yang lainnya akan menghasilkan
pola relasi sosial assosiatif yaitu pola hubungan kerjasama, asimilasi,
akulturasi dan pola diassosiatif yaitu pola oposisi dalam bentuk
persaingan
Relasi sosial dapat berupa hubungan formal, seperti hubungan
antara atasan dan bawahan, atau hubungan informal, seperti
hubungan antara teman sebaya. Dalam relasi sosial, setiap individu
memiliki peran dan status sosial yang berbeda, dan peran dan status
tersebut dapat mempengaruhi bagaimana mereka berinteraksi satu
sama lain3.
Bahwa relasi sosial dapat berupa hubungan formal, seperti
hubungan antara atasan dan bawahan, atau hubungan informal,
seperti hubungan antara teman sebaya. Dalam relasi sosial, ada
beberapa istilah yang sering digunakan, seperti hubungan kerjasama,
hubungan persaingan, hubungan oposisi, dan hubungan konflik.
Terbentuknya pola assosiatif dan diassosiatif dalam relasi sosial
adalah hal yang biasa terjadi karena manusia memiliki kecenderungan
untuk melakukan tindakan baik maupun buruk. Oleh karena itu, Al-
Qur'an memberikan pesan untuk membangun relasi sosial dengan
memberikan petunjuk melalui ayat-ayat yang terkandung dalam kitab
suci ini. Al-Qur'an menekankan bahwa setiap individu harus saling
menghormati dan tidak saling menghakimi, serta harus membangun
relasi yang harmonis dan damai. Dengan memahami dan menerapkan
2
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi (Jakarta: CV Rajawali, 1985), 427
3
Beberapa tahapan terjadinya relasi sosial yaitu (a) Zero contact yaitu kondisi dimana tidak
terjadi hubungan antara dua orang; (b) awarness yaitu seseorang sudah mulai menyadari
kehadiran orang lain; (c) surface contact yaitu orang pertama menyadari adanya aktivitas yang
sama oleh seseorang di sekitarnya; dan (d) mutuality yaitu sudah mulai terjalin relasi sosial
antara 2 orang yang tadinya saling asing”. D. S. Hidayati, Peningkatan Relasi Sosial melalui
Social Skill Therapy pada Penderita Schizophrenia Katatonik”. Jurnal Online Psikologi, 2 (1):
17-28.
nilai-nilai kebaikan dalam Al-Qur'an, relasi sosial dapat terbentuk
dengan baik dan setiap individu dapat hidup dalam kesejahteraan dan
keharmonisan dalam Al-Qur’an Surat al-Hujurat/49: 13:
4
. Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahannya, (Jakarta: 2001)
kepada sesama manusia, termasuk keluarga, tetangga, teman, dan
bahkan hewan dan tumbuhan.
4. Kerja sama: Islam mendorong kerja sama dalam masyarakat untuk
mencapai tujuan yang lebih besar. Prinsip-prinsip seperti gotong
royong dan membantu sesama juga menjadi bagian dari hubungan
sosial dalam Islam.
5. Menjaga kehormatan: Islam mengajarkan pentingnya menjaga
kehormatan dan martabat manusia, termasuk dalam hubungan
sosial. Manusia harus dihormati dan tidak boleh diperlakukan
dengan cara yang tidak layak atau tidak adil.
6. Memperbaiki kesalahan: Prinsip memperbaiki kesalahan dan
memberi maaf juga menjadi bagian dari hubungan sosial dalam
Islam. Orang yang melakukan kesalahan diharapkan untuk
memperbaiki kesalahan dan meminta maaf, sementara orang yang
dianiaya diharapkan untuk memaafkan dan memaafkan kesalahan
orang lain.
5
. Syaikh Yusuf al-Qaradhawi"Etika Sosial dalam Islam"( International Islamic Publishing
House pada tahun 2018)
3. Solidaritas dan kerjasama di antara anggota masyarakat Muslim
juga sangat penting dalam Islam. Setiap orang harus membantu
dan mendukung satu sama lain dalam kebaikan dan memelihara
kesatuan umat.
4. Akhlak mulia dalam Islam, seperti kejujuran, kesabaran, rasa kasih
sayang, dan toleransi. Akhlak mulia ini harus menjadi ciri khas dari
setiap Muslim dalam berinteraksi dengan sesama manusia.
5. Memperbaiki Kesalahan merupakan prinsip penting dalam
hubungan sosial. Orang yang melakukan kesalahan harus
berusaha untuk memperbaiki dan meminta maaf, sementara orang
yang dianiaya harus memaafkan dan memperbaiki hubungan
dengan orang yang telah melakukan kesalahan.
6. Toleransi dan harga diri juga menjadi bagian penting dari etika
sosial dalam Islam. Setiap orang harus menghormati keberagaman
dan perbedaan, tetapi juga mempertahankan harga diri dan
martabatnya sebagai seorang Muslim.
6
. (Spradley dan McCurdy, "The Cultural Experience: Ethnography in Complex Society" diterbitkan
oleh Wadsworth Publishing Co (1975: 116)
perlu berelasi atau berhubungan dengan orang lain sebagai makhluk
sosial. Sebagai makhluk sosial dalam rangka menjalani kehidupannya
selalu melakukan relasi yang melibatkan dua orang atau lebih dengan
tujuan tertentu.Hubungan sosial merupakan interaksi sosial yang
dinamis yang menyangkut hubungan antar individu, antar kelompok,
ataupun antara individu dengan kelompok.
Relasi sosial merupakan hubungan timbal balik antar individu
yang satu dengan individu yang lain, saling mempengaruhi dan
didasarkan pada kesadaran untuk saling menolong. Relasi sosial
merupakan proses mempengaruhi diantara dua orang atau lebih.
Relasi sosial dalam masyarakat juga terdiri dari berbagai macam
bentuk yaitu sebagai berikut : Misalnya pada dunia pendidikan, terjalin
relasi sekolah dengan orang tua murid, atau dengan masyarakat
lainnya. Relasi sosial dibangun berdasarkan hubungan individu atau
kelompok untuk melakukan komunikasi yang dapat melakukan
komunikasi yang baik yang dapat melakukan aktivitas hubungan
dengan ranah pekerjaan, persaudaraan, mediasi dan proses belajar
mengajar.
7
. Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahannya, (Jakarta: 2001)
Bentuk-bentuk relasi sosial tersebut seperti digambarkan dalam
skema di bawah ini:
Kerjasama Asimilasi
Asosiatif
Akomodasi Akulturasi
Relasi Sosial
Persaingan Perselisihan
Disasosiatif
Perentangan
10
Ritzer, George ,Teori Sosiologi Modern ,ed 6. Mc Graw-Hill 2003) 378
6. Pertukaran sosial memainkan peran penting dalam
membentuk hubungan sosial dan mempengaruhi bagaimana
individu-individu berperilaku dalam situasi sosial yang
berbeda
11
. McLuhan "Understanding Media: The Extensions of Man" ( England, Routledge &
Kegan Paul Ltd, 1964) 83-87
negara dan budaya untuk berkomunikasi dan berinteraksi
dengan lebih mudah.
3. Peran teknologi: McLuhan menganggap teknologi sebagai
perpanjangan dari tubuh manusia, yang memungkinkan
manusia untuk melakukan tindakan atau mencapai tujuan
yang tidak dapat dilakukan secara alami.
4. Perubahan sosial dan budaya: McLuhan berpendapat bahwa
media dapat memicu perubahan sosial dan budaya dengan
membentuk cara manusia berpikir, bertindak, dan
berinteraksi.
5. Determinisme teknologi: McLuhan menegaskan bahwa
teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
membentuk manusia dan masyarakat, sehingga bisa
dianggap sebagai faktor penentu dalam perubahan sosial
dan budaya. ..
6. Perubahan dalam cara mengakses informasi: McLuhan
menekankan bahwa media mengubah cara manusia
mengakses informasi, dari pengalaman linier menjadi
pengalaman yang lebih holistik, visual, dan terintegrasi.
7. Efek media terhadap individu: McLuhan mempertanyakan
dampak media terhadap individu, termasuk perubahan pola
pikir, perilaku, dan cara pandang.
8. Meningkatkan interaksi dan komunikasi: McLuhan percaya
bahwa teknologi dapat meningkatkan interaksi dan
komunikasi, yang pada gilirannya dapat memperkuat
hubungan sosial dan keberagaman budaya.
9. Peran media dalam membentuk opini publik: McLuhan
menyatakan bahwa media memainkan peran penting dalam
membentuk opini publik, sehingga mempengaruhi keputusan
politik dan kebijakan masyarakat.
10. Perubahan dalam bentuk karya seni dan budaya: McLuhan
menekankan bahwa media membentuk cara manusia
memahami dan menghasilkan karya seni dan budaya,
termasuk bentuk-bentuk baru seperti seni interaktif dan film.
11. Meningkatkan pemahaman terhadap dunia: McLuhan
berpendapat bahwa media membantu manusia untuk
memahami dunia dengan lebih baik, termasuk lingkungan,
budaya, dan perubahan sosial.
Teori tindakan struktural oleh Ronald Burt , Premis utama dari teori
tindakan struktural adalah bahwa individu bertindak berdasarkan posisi
dalam jaringan sosial ini mempengaruhi sumber daya yang dimiliki oleh
individu, termasuk kapital sosial, akses ke informasi, dan dukungan sosial.
Selain itu, struktur sosial dalam jaringan juga mempengaruhi pola interaksi
sosial dan arus informasi yang terjadi di dalamnya.
kepentingan aktor
12
Georege…… 386.
Kedua, sekolah Islam Terpadu perlu membangun kapital sosial
yang kuat dalam jaringan sosial mereka. Kapital sosial merupakan
sumber daya yang terbentuk dari hubungan sosial yang baik antara
aktor-aktor dalam jaringan. Dengan membangun kapital sosial yang
kuat, sekolah Islam Terpadu dapat memperoleh dukungan dan
sumber daya dari berbagai pihak yang terlibat dalam pendidikan
Islam di sekolah tersebut.
13
..Teori sosilogi moderen
6. Memperluas jaringan sosial: Teori ini menekankan pentingnya
memperluas jaringan sosial untuk memperoleh manfaat sosial dan
ekonomi yang lebih luas.
14
. Katherine Faust "Social Network Analysis: Methods and Applications" (Amerika
Serikat , Cambridge University Press. 2002.)
dalam jaringan tersebut. Analisis hubungan-hubungan ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dinamika dan kekuatan
jaringan sosial. Katherine Faust adalah seorang sosiolog yang
mengembangkan teori tentang hubungan sosial dalam jaringan. Beberapa
prinsip-prinsip teorinya adalah:
15
Jean Piaget, "The Language and Thought of the Child" ( Inggris ,Routledge 2000)
agama yang kuat, mereka mungkin akan mencari sekolah yang
sesuai dengan keyakinan agama mereka.
Norma adalah aturan sosial yang dianggap sebagai standar
perilaku yang diharapkan dari individu atau kelompok dalam
masyarakat. Norma dapat berupa norma formal, seperti undang-
undang atau peraturan, atau norma informal, seperti kebiasaan
atau adat istiadat. Misalnya, jika ada norma di dalam keluarga atau
masyarakat untuk memilih sekolah tertentu, maka seseorang
mungkin akan mempertimbangkan pilihan itu
Budaya adalah sistem nilai, kepercayaan, praktik, dan
artefak yang dibagikan oleh suatu kelompok sosial atau
masyarakat. Budaya mencakup bahasa, agama, seni, musik,
makanan, pakaian, dan aspek lain dari kehidupan sehari-hari.
Pengalaman masa lalu adalah pengalaman hidup seseorang
sebelumnya, baik yang positif maupun negatif. Pengalaman masa
lalu dapat mempengaruhi keyakinan, norma, dan budaya
seseorang, serta memengaruhi cara seseorang memandang dunia
dan bertindak dalam kehidupan mereka. Pengalaman masa lalu
juga dapat memberikan wawasan dan pemahaman yang berharga
tentang diri sendiri dan dunia di sekitar kita. Jika seseorang
memiliki pengalaman positif atau negatif dengan sekolah
sebelumnya, hal itu dapat memengaruhi keputusan mereka untuk
memilih sekolah yang baru.
Secara umum, keyakinan, norma, budaya, dan pengalaman
masa lalu dapat memengaruhi relasi sosial seseorang dengan
orang lain dengan mempengaruhi pandangan, sikap, dan perilaku
mereka dalam berinteraksi dengan orang lain. Oleh karena itu,
memahami faktor-faktor ini dapat membantu seseorang untuk
memahami dan berinteraksi dengan orang lain dengan lebih baik,
temasuk dalam dapat memengaruhi keputusan seseorang dalam
memilih sekolah yang paling sesuai dengan nilai dan pandangan
hidup mereka.
Pendekatan dalam sistem pendidikan yang menempatkan
keberagaman individu sebagai suatu kekayaan dan memastikan
bahwa semua individu, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan
khusus, memiliki hak yang sama untuk mengakses pendidikan yang
berkualitas. Pendidikan inklusif menekankan pada integrasi dan
partisipasi semua individu dalam lingkungan belajar yang sama
Pendidikan inklusif juga dapat membantu dalam memperkuat
hubungan antara kelompok sosial yang berbeda dalam masyarakat,
sehingga dapat mengurangi ketidaksetaraan dan perpecahan
sosial. Dalam pendidikan inklusif, peserta didik belajar bersama-
sama dan saling membantu satu sama lain dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang saling
mendukung dan memperkuat kebersamaan dalam masyarakat
16
Wolf Wolfensberger "The Principle of Normalization in Human Services". ( tahun 1972
pada upaya untuk menjamin hak semua anak untuk belajar dan
berkembang secara optimal, tanpa terkecuali
Dalam Al Qur’an diterangkan tentang pentingnya
membangun relasi sosial
17
Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahannya, (Jakarta: 2001)
adil dan tanpa diskriminasi dapat membantu memperkuat
relasi sosial.
6. Kepemimpinan yang kuat: Kepemimpinan yang kuat dan
mendukung dari pimpinan sekolah dapat membantu
memastikan bahwa relasi sosial berjalan dengan baik dan
memfasilitasi lingkungan belajar yang inklusif dan
menyenangkan.
7. Program-program yang menyediakan ruang untuk interaksi
sosial: Program-program seperti olahraga, klub, atau
kegiatan komunitas dapat membantu siswa membangun
relasi sosial dan memfasilitasi interaksi sosial yang positif.
Fiske seorang sosiolog yang dikenal dengan model relasi
sosialnya yang dikenal sebagai "Model of Four Elementary Forms
of Sociality". Model ini membahas tentang empat bentuk dasar dari
relasi sosial, yaitu:
1. Communal Sharing: Bentuk relasi sosial yang
memfokuskan pada pengalaman bersama dan
pembagian sumber daya.
2. Authority Ranking: Bentuk relasi sosial yang
memfokuskan pada hierarki dan perintah.
3. Equality Matching: Bentuk relasi sosial yang
memfokuskan pada pengakuan dan perlakuan yang
setara.
4. Market Pricing: Bentuk relasi sosial yang
memfokuskan pada pengalaman ekonomi dan
transaksi18
19
. Geoger ….Teori sosiologi modern…..
20
. Stephen Fiske"Power Plays, Power Works" ( London, Verso Books, 1992 ) 90-93
1. Kuasa sebagai hubungan sosial: Fiske menekankan bahwa
kuasa bukanlah atribut atau sifat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok tertentu, melainkan merupakan hubungan
sosial yang melibatkan interaksi antara pihak yang memiliki
kuasa dan pihak yang tidak memiliki kuasa.
2. Kuasa sebagai aksi, interaksi, dan reaksi: Fiske
menyatakan bahwa dalam hubungan kuasa, terdapat tiga
komponen yang saling terkait, yaitu aksi (tindakan), interaksi
(hubungan sosial), dan reaksi (respons terhadap tindakan).
Kuasa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh ketiga
komponen tersebut.
3. Kuasa bersifat vertikal dan horizontal: Fiske membedakan
antara kuasa vertikal, yaitu antara pihak yang memiliki
kuasa dan yang tidak memiliki kuasa, dan kuasa horizontal,
yaitu antara individu atau kelompok yang memiliki posisi
yang sejajar dalam masyarakat.
4. Kuasa lunak dan kuasa keras: Fiske membedakan antara
dua jenis kuasa, yaitu kuasa lunak yang bersifat persuasif
dan kuasa keras yang bersifat memaksa. Kedua jenis kuasa
ini dapat digunakan secara bersama-sama atau terpisah
tergantung pada situasi.
5. Resistensi terhadap kuasa: Fiske menekankan bahwa
individu dan kelompok memiliki kemampuan untuk
menggunakan atau menentang kuasa yang ada dalam
masyarakat. Resistensi terhadap kuasa dapat dilakukan
melalui strategi kooptasi, konfrontasi, atau modifikasi.
6. Kuasa dan struktur sosial: Fiske menghubungkan kuasa
dengan struktur sosial yang ada dalam masyarakat. Kuasa
dapat membentuk dan mempertahankan struktur sosial,
tetapi juga dapat digunakan untuk mengubah atau
meruntuhkan struktur sosial yang ada.
7. Kuasa dan identitas sosial: Fiske juga menyoroti pentingnya
identitas sosial dalam hubungan kuasa. Identitas sosial,
seperti ras, gender, kelas sosial, dan agama dapat
mempengaruhi distribusi dan penggunaan kuasa dalam
masyarakat.
8. Kuasa dan pengetahuan: Fiske berpendapat bahwa kuasa
dan pengetahuan saling terkait dalam masyarakat. Kuasa
dapat mempengaruhi produksi, distribusi, dan penggunaan
pengetahuan dalam masyarakat. Di sisi lain, pengetahuan
juga dapat digunakan untuk menentang atau meruntuhkan
kuasa yang ada.
9. Kuasa dan resistensi kolektif: Fiske mengakui pentingnya
resistensi kolektif dalam melawan kuasa yang ada dalam
masyarakat. Resistensi kolektif dapat dilakukan oleh
individu atau kelompok yang memiliki kesamaan
kepentingan dan tujuan dalam menentang kuasa yang
dominan.
10. Kuasa dan agensi: Fiske menekankan bahwa meskipun
individu atau kelompok tidak selalu memiliki kontrol atas
kuasa yang ada dalam masyarakat, namun mereka masih
memiliki agensi atau kemampuan untuk bertindak dan
membuat perubahan dalam lingkungan sosial mereka.
11. Kuasa dan perubahan sosial: Fiske juga menghubungkan
kuasa dengan perubahan sosial. Kuasa dapat
mempengaruhi dan diubah oleh perubahan sosial, baik itu
perubahan yang terjadi secara alami maupun perubahan
yang dihasilkan oleh tindakan manusia.
Teori Model Relasi Publik oleh James Grunig dan Todd Hunt
memberikan gambaran bahwa hubungan yang efektif antara
organisasi dan publik harus didasarkan pada empat prinsip utama,
yaitu:21
Teori Relasi Publik (Public Relations Theory) adalah suatu konsep yang
berfokus pada upaya pembentukan dan pemeliharaan hubungan yang
baik antara organisasi dan publik atau stakeholder-nya melalui komunikasi
yang efektif. Teori ini memandang hubungan antara organisasi dan publik
sebagai suatu relasi yang kompleks dan saling mempengaruhi. Teori
Relasi Publik dapat disimpulkan sebagai teori yang berfokus pada
pembentukan dan pemeliharaan hubungan yang baik antara organisasi
dan publik atau stakeholder-nya melalui komunikasi yang efektif. Teori ini
21
James Grunig dan Todd Hunt"Public Relations Theory" (London, Routledge 1992)
menekankan pentingnya simetri, komunikasi timbal balik, kredibilitas, dan
hubungan jangka panjang dalam membangun hubungan yang baik
dengan public . konsep dalam Teori Relasi Publik antara lain22:
23
Pius A. Partan dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer. (Surabaya: Arkola, 2006),.
655
24
Robert Chambers, Ideas For Development, (London: Eartscan, 2005), 105.
Arnstein yang mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat
terdapat 8 tingkatan, berbeda dengan Kenji dan Greenwood justru
dalam membagi jenjang partisipasi dipersempit menjadi 5 tingkatan.
Sedangkan VeneKlasen dengan Miller membagi jenjang partisipasi
berjumlah 7 tingkatan. Dari beberapa pendapat para teoritis,
Delegated
Co-learning Interactive participation
power
Informing
Passive participation
Therapy
Compliance
Token participation or
Manipulation
manipulation
25
Robert Chambers , Ideas For Development 29
Citizen
Control
Delegated
Power
Partnership
Placation
Consultation
Informing
Theraphy
Manipulation
26
Robert Chambers. Ideas For Development, 29
Pada tingkat ke 7 dan 8, masyarakat (non elite) memiliki
mayoritas suara dalam proses pengambilan keputusan keputusan
bahwa sangat mungkin memiliki kewenangan penuh mengelola
suatu objek kebijakan tertentu.27
27
Hessel Nogi S Tangkilisan, Manajemen Publik, (Jakarta: PT. Grasindo, 2005), 323-
324.
• Sosiologi
Grand theory
Pendidikan
Middle • Manajemen
Theory Berbasis Sekolah
• Manajemen
Applied Kehumasan
Theory • Teori
Pendidikan
28
Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahannya, (Jakarta: 2001), 661
29
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007),
24-30
Sehingga Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama yang dikenal
dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu keluarga, sekolah (pemerintah)
dan masyarakat.30 Oleh sebab itu, diyakini bahwa keberhasilan
pendidikan tidak hanya ditentukan oleh proses pendidikan di
sekolah, pendidik, tersedianya sarana dan prasarana saja, tetapi
juga ditentukan oleh lingkungan keluarga atau masyarakat. Karena
itu pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah
(sekolah), keluarga dan masyarakat.
30
H.A.R Tilaar dan Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
cetakan ke-3, 2012) . 51
31
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi,
2011), 183
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya
memiliki peran penting dalam membina dan mengembangkan
pertumbuhan pribadi peserta didik. Hubungan sekolah dengan
masyarakat bertujuan antara lain: Memajukan kualitas
pembelajaran, Memperkokoh tujuan serta meningkatkan kualitas
hidup dan penghidupan masyarkat, Menggairahkan masyarakat
untuk menjalin hubungan dengan sekolah.32
Adapun tujuan yang lebih kongkrit hubungan antara sekolah
dan masyarakat antara lain: 1. Guna meningkatkan kualitas
pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik. 2. Berperan dalam
memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang sekaligus
menjadi desakan yang dirasakan saat ini. 3. Berguna dalam
mengembangkan program-program sekolah kearah yang lebih
maju dan lebih membumi agar dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan. 4.
Mengembangkan kerja sama yang lebih erat antara keluarga dan
sekolah dalam mendidik anak-anak.33
32
Mulyasa, Manajemen Berbasis Pendidikan, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 50
33
Tim Dosen, Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2013), 280
34
Urie Bronfenbrenner. "The Ecology of Human Development" pada tahun 1979
c. Manfaat Hubungan Sekolah-Masyarakat
Lingkungan pendidikan adalah faktor yang mempengaruhi
dan memengaruhi proses belajar-mengajar. Terdiri dari lingkungan
manusia dan lingkungan fisik, lingkungan pendidikan berperan
penting dalam menentukan kualitas pendidikan dan lulusan. Kepala
sekolah harus mengintegrasikan sumber-sumber pendidikan dan
memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya agar sumber tersebut
memberikan kontribusi positif. Hubungan sekolah dengan
masyarakat, termasuk orang tua murid dan stakeholders, sangat
penting untuk dikelola karena memiliki peran besar dalam
peningkatan kualitas pendidikan adalah sebagai berikut:
35
Surbakti, Manajemen dan Kepemimpinan Hati Nurani, (Jakarta: Gramedia, 2012), 93
sosiokultural siswa untuk memberikan lingkungan belajar yang lebih
efektif dan inklusif36
Senada dengan dikatakan oleh Pierre Bourdieu, bahwa budaya
dan masyarakat memiliki pengaruh besar terhadap pandangan dan
sikap terhadap pendidikan. Budaya memberikan norma dan nilai yang
mempengaruhi bagaimana individu memandang dan memahami
pendidikan. Masyarakat juga memiliki latar belakang sosial dan
ekonomi yang berbeda-beda, yang mempengaruhi pandangan dan
sikap terhadap pendidikan.
Sikap positif terhadap pendidikan sering ditemukan pada
kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang sosial dan ekonomi
yang lebih tinggi, sementara sikap negatif sering ditemukan pada
kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang sosial dan ekonomi
yang lebih rendah. Sikap dan pandangan ini dapat mempengaruhi
bagaimana individu menilai hasil belajar dan keberhasilan siswa.
Menurut Pidarta, hubungan timbal balik antara sekolah dan
masyarakat memiliki manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi sekolah,
hubungan ini meningkatkan dorongan untuk memperbaiki diri,
mempermudah perbaikan pendidikan, meningkatkan profesi mengajar,
mendapatkan koreksi dari masyarakat, mendapatkan dukungan moral,
mempermudah sumbangsih masyarakat, dan memperlancar jalannya
pembelajaran. Sementara itu, bagi masyarakat, hubungan ini
membantu memahami sekolah dan inovasi sekolah, memudahkan
penyaluran partisipasi dalam pendidikan, dan memberikan usulan
untuk pengembangan pendidikan37
Hal tersebut sangatlah penting, karena dengan menjalin
hubungan yang baik antara sekolah dan masyarakat, maka sekolah
dapat memahami kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap
pendidikan. Sebaliknya, masyarakat juga dapat memahami peran dan
Jean Piaget. "The Construction of Reality in the Child" " (Basic Books 1936) 85-87
36
37
Made Pidata, , Manajemn Pendidikan Indonesia (Jakarta: RinekaCipta,2004)
tanggung jawab sekolah dalam menjaga dan memajukan masyarakat
melalui pendidikan.
Dalam menjalankan peran sebagai agen perubahan, sekolah
perlu memahami dan mengikuti perkembangan zaman serta tuntutan
masyarakat yang semakin kompleks dan beragam. Dalam hal ini,
sekolah dapat berperan sebagai wadah untuk membentuk generasi
muda yang kreatif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan masa
depan.
Sekolah juga perlu memastikan bahwa nilai-nilai dan tradisi
masyarakat yang diwariskan melalui pendidikan tidak hilang atau
tergeser oleh perkembangan zaman. Dalam hal ini, sekolah dapat
berperan sebagai pelindung dan pengawal kearifan lokal yang dimiliki
oleh masyarakat.
38
. Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahannya, (Jakarta: 2001)
Pierre Bourdieu, "Distinction: A Social Critique of the Judgement of Taste" (Harvard
39
University Press,1979), 57
4. Konsep Manajemen Pengembangan Pendidikan
a. Pengertian Manajemen
Istilah Manajemen memiliki banyak arti, tergantung pada
orang yang mengartikannya. Istilah manajemen madrasah acapkali
disandingkan dengan istilah administrasi madrasah. Berkaitan
dengan itu, terdapat tiga pandangan berbeda; pertama,
mengartikan lebih luas dari pada Manajemen (Manajemen
merupakan inti dari administrasi); kedua, melihat Manajemen lebih
luas dari pada administrasi dan ketiga, pandangan yang
menganggap bahwa Manajemen identik dengan administrasi.
Berdasarkan fungsi pokoknya istilah Manajemen dan administrasi
mempunyai fungsi yang sama. Karena itu, perbedaan kedua istilah
tersebut tidak konsisten dan tidak signifikan.40
Yamin mengemukakan bahwa Manajemen pendidikan
mengandung arti sebagai suatu proses kerjasama yang sistematik,
sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga dapat diartikan
sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan pengelolaan
proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka
panjang.41
Menurut E. Mulyasa Manajemen Pendidikan merupakan
proses pengembangan kegiatan kerjasama sekelompok orang
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Proses
pengendalian kegiatan tersebut mencakup perencanaan,
40
E. mulyasa, “Manajemen Berbasis Sekolah”,( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004 ) 20
41
Moh. Yamin, “Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan”, (Yogyakarta: Diva Press, 2009
)19
pengorganisasian, aktualisasi dan pengawasan sebagai suatu
proses untuk visi menjadi aksi.42
Manajemen pendidikan adalah sebagai seni dan ilmu
mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
bangsa dan Negara.43
Sebagai suatu tujuan yang telah ditetapkan tentunya
manajemen mempunyai suatu langkah-langkah yang sistematik
dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Dalam arti yang
lebih luas. Manajemen juga bisa disebut sebagai pengelolaan
sumber-sumber guna mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan,
karenanya manajemen ini memegang peranan yang sangat urgen
dalam dunia pendidikan.
42
E. mulyasa, Manajemen l.7
43
Depdiknas. 2007. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Konsep dan
Pelaksanaan. (Jakarta: Dirjen Diknas.) 6
yang tepat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Teori kontingensi dalam konteks pendidikan sebagai berikut ;44
45
. Ludwig von Bertalanffy "General System Theory: Foundations, Development,
Applications" (George Braziller pada, 1968).
kompleks memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih
efektif dan peningkatan efisiensi dalam proses pendidikan.
2. Pemisahan antara sistem pendidikan dan lingkungan:
Pemisahan antara sistem pendidikan dan lingkungan dapat
memungkinkan sistem pendidikan untuk beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan mengontrol dirinya sendiri. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengembangkan kebijakan pendidikan
yang fleksibel dan mampu menanggapi perubahan lingkungan
secara tepat.
3. Menggunakan komunikasi sebagai proses penting dalam
pendidikan: Konsep komunikasi yang kompleks dalam Teori
Sistem Sosiologi dapat diaplikasikan dalam proses pendidikan
untuk meningkatkan interaksi dan pengalaman belajar siswa.
Komunikasi yang efektif dapat membantu siswa memahami
konsep dan mempertajam keterampilan mereka dalam
memecahkan masalah.
4. Menerapkan otonomi sistem dalam pendidikan: Konsep otonomi
sistem dapat diaplikasikan dalam pendidikan untuk memberikan
kebebasan pada lembaga pendidikan untuk mengatur dan
mengontrol dirinya sendiri, tanpa campur tangan dari pihak luar
yang dapat mengganggu kinerja pendidikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan kebebasan pada sekolah dalam
mengembangkan kurikulum dan metode pengajaran yang tepat
untuk siswa mereka.
5. Menerapkan diferensiasi sistem dalam pendidikan: Konsep
diferensiasi sistem dapat diterapkan dalam pendidikan dengan
membagi sistem pendidikan menjadi berbagai subsistem seperti
kurikulum, pengajaran, penilaian, dan manajemen pendidikan.
Setiap subsistem ini memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda,
namun saling terkait satu sama lain.
b. Tujuan Manajemen Pendidikan
Tujuan Manajemen pendidikan erat sekali dengan tujuan
pendidikan secara umum, karena Manajemen pendidikan pada
hakekatnya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
secara optimal. Apabila dikaitkan dengan pengertian manajemen
pendidikan pada hakekatnya merupakan alat mencapai tujuan.
Adapun tujuan pendidikan nasional yaitu untuk
mengembangkannya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi di warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.46 Tujuan pokok mempelajari Manajemen pendidikan adalah
untuk memperoleh cara, teknik, metode yang sebaik-baiknya
dilakukan, sehingga sumber-sumber yang sangat terbatas seperti
tenaga, dana, fasilitas, material maupun spiritual guna mencapai
tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan
pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti
kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman.47 Secara rinci
tujuan manajemen pendidikan antara lain:
1) Terwujudnya suasana belajar ar-rahman proses
pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan (PAIKEM).
46
UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 : 7
47
Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Bukul, Konsep dan
pelaksanaan. (Jakarta. Balitbang. Depdiknas 2001) l 4
2) Terciptanya peserta didik yang aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok yang
ditampilkan oleh seorang manajer, yaitu: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading) dan
48
pengawasan (controlling).
Adapun pengertian manajemen dari sudut fungsinya adalah
proses, kegiatan merencanakan, pengorganisasian, pengarahan,
pelaksanaan, dan pengendalian sumber daya organisasi untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien.49
Sejalan dengan pendapat di atas bahwa fungsi-fungsi
manajemen yaitu:
1) Planning (perencanaan).
Bagi setiap manajemen harus mempunyai planning atau
perencanaan yang jelas, karena dengan perencanaan
merupakan proses awal dalam menentukan tujuan manajemen
yang akan dicapai. Dalam banyak hal perencanaan memegang
peran strategis karena fungsi-fungsi manajemen lainnya tidak
dapat berjalan tanpa perencanaan.
2) Organizing (pengorganisasian)
Pengorganisasian adalah keseluruhan proses
pengelompokan orang-orang, alat-alat, bahan-bahan, tugas,
tanggung jawab, wewenang dan fasilitas sehingga tercapai
suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan
dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
3) Actuanting (kegiatan).
48
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
2006) 8
49
Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), 40
Kegiatan adalah tindakan atau aktivitas seluruh
komponen manajemen, bekerja menurut tugas masing-masing,
alat-alat dan fasilitas dipergunakan menurut fungsi dan dan
kegunaan masing-masing, dan biaya sesuai dengan alokasi
biaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan manajemen.
4) Controlling (pengawasan)
Pengawasan atau pengendalian merupakan salah satu
fungsi manajemen yang menjamin bahwa kegiatan dapat
memberikan hasil seperti yang diinginkan.
Pengawasan diperlukan agar semua kegiatan berjalan sesuai
dengan yang diharapkan.50
Fayol juga memperkenalkan konsep perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, koordinasi, dan kontrol sebagai
lima fungsi dasar dalam manajemen yang perlu diterapkan oleh
setiap manajer untuk mencapai tujuannya.
Henri Fayol, "Administration Industrielle et Générale", ia
mengemukakan 14 prinsip manajemen yang dikenal sebagai
"Prinsip-Prinsip Fayol". Prinsip-prinsip tersebut adalah:
1. Divisi kerja - membagi tugas dan tanggung jawab
secara efektif untuk memaksimalkan produktivitas.
2. Autoritas dan tanggung jawab - memberikan otoritas
kepada individu untuk melakukan tugas dan membuat
keputusan.
3. Disiplin - memastikan semua anggota organisasi
mematuhi aturan dan norma.
4. Unitas arah - memberikan arah yang sama kepada
semua anggota organisasi.
5. Unitas komando - memastikan bahwa semua anggota
organisasi memiliki pemahaman yang sama tentang
tugas dan tujuan.
50
Deden Makbuloh, Manajemen Mutu Pendidikan Islam, (Jakarta, Raja Grafindo Persada), 40
6. Subordinasi individu kepentingan umum - memastikan
bahwa kepentingan individu dalam organisasi selalu
kalah dengan kepentingan umum.
7. Remunerasi - memberikan imbalan yang adil bagi
setiap anggota organisasi.
8. Centralisasi - membuat keputusan dan mengambil
tindakan dari tingkat yang lebih tinggi.
9. Hierarki - memastikan adanya susunan tingkatan
dalam organisasi.
10. Orde - memastikan bahwa semua hal yang diperlukan
dalam organisasi tersedia dan teratur.
11. Stabilitas tenutan - memastikan bahwa anggota
organisasi tetap bekerja dalam jangka waktu yang
lama.
12. Inisiatif - memberikan kesempatan kepada anggota
organisasi untuk memberikan sumbangan dan
membuat keputusan.
13. Uni - membangun hubungan yang baik antar anggota
organisasi.
14. Kepedulian terhadap anggota - memastikan bahwa
kebutuhan dan kesejahteraan anggota organisasi
diperhatikan dan dipenuhi51
51
Henri Fayol "Administration Industrielle et Générale" (Un volume de VIII + 230 pages, 24
planches, édition établie par Luc Marco avec une postface d’Emmanuel Okamba 2016.). 86-89
Konsep teori perencanaan strategis menurut Peter Drucker
mencakup beberapa elemen, di antaranya:52
52
. Peter F. Drucker "The Practice of Management", ( Harper Business 2017).
pelaksanaan strategi juga sangat penting untuk mencapai
kesuksesan organisasi.
53
. Nabil Sulthan "Management and Leadership in Islamic Education" d( Tawasul
Education Publishing and Distribution 2017)
3. Pengembangan Kurikulum: Kurikulum harus mencerminkan nilai-
nilai Islam dan mempersiapkan siswa untuk menjadi Muslim yang
baik dan produktif dalam masyarakat. Pengembangan kurikulum
harus memperhatikan kebutuhan siswa dan konteks lokal.
4. Pengukuran Kinerja: Pengukuran kinerja adalah proses penting
dalam memantau kemajuan organisasi dan memastikan bahwa
tujuan dan sasaran tercapai dengan efektif.
5. Partisipasi Komunitas: Komunitas harus berpartisipasi dalam
pengembangan pendidikan Islam. Melibatkan komunitas dapat
membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang positif dan
memberikan kesempatan untuk memperbaiki kualitas pendidikan.
6. Peningkatan Kualitas: Peningkatan kualitas pendidikan adalah
tujuan penting dalam pendidikan Islam. Peningkatan kualitas dapat
dicapai melalui pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja,
dan umpan balik dari siswa dan orang tua.
Madrasah
Unggul
55
Konsep dari Tilaar tersebut telah dimodifikasi oleh penulis. Lihat lebih jelas pada buku
HAR. Tilaar, paradigm…,166
Gambar 8: Kerangka Konseptual Reposis dan Reaktualisasi
Lembaga Pendidikan Islam
57
Teori rekontruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya. Tujuannya untuk peradaban manusia masa depan. Rekonstrusionisme dipelopori
oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru,
masyarakat yang pantas dan adil. Pola berpikir yang ditawarkan yakni pemakaian problem solving
dengan penyelesaian problema sosial yang signifikan. Berfikir tentang tujuan-tujuan jangka
pendek dan jangka panjang, penciptaan agen perubahan melalui partisipasi langsung dalam unsur-
unsur kehidupan, pendidikan berdasar fakta, learn by doing (belajar sambal bertindak). Lihat
Zuhairi, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 29-30.
menerima perbedaan, dan membantu membentuk masyarakat
yang inklusif dan toleran.
Dengan demikian, konsep inklusif dalam pendidikan sangat
penting untuk memastikan bahwa semua siswa memiliki
kesempatan yang sama untuk berkembang dan belajar, dan
membentuk masyarakat yang inklusif dan toleran.
Teori inklusi adalah teori yang menekankan pentingnya
semua anak, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus, memiliki
akses yang sama dan dapat terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran. Teori ini mengagas bahwa lingkungan belajar harus
memfasilitasi pengembangan dan pertumbuhan siswa, dan
menghormati perbedaan dan diversitas.58
Penerapan teori inklusi dalam pengembangan pendidikan
Islam memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan, di antaranya:
1. Menerima dan menghormati perbedaan: Pendidikan Islam
yang inklusif harus menerima dan menghormati perbedaan
antar siswa, termasuk perbedaan abilitas, kebudayaan,
agama, ras, dan jenis kelamin.
2. Memberikan akses yang sama: Semua siswa harus memiliki
akses yang sama untuk pendidikan dan memperoleh
dukungan untuk mencapai potensi mereka.
3. Memastikan partisipasi aktif: Semua siswa harus terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran dan memiliki
kesempatan untuk mengembangkan potensi mereka.
4. Lingkungan belajar yang inklusif: Lingkungan belajar harus
difasilitasi untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
pengembangan siswa dan menghormati perbedaan dan
diversitas.
58
Carol Evans, "Inclusive Education: A Proactive Approach" Inggris, Pearson Education
Limited pada tahun 2004) 56
5. Kerjasama: Pendidikan Islam inklusif harus bekerja sama
dengan siswa, keluarga, dan masyarakat untuk memastikan
bahwa pendidikan inklusif berhasil.
6. Pendekatan individual: Setiap siswa harus mendapatkan
pendekatan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan mereka.
7. Pendidikan untuk semua: Semua peserta didik, termasuk
mereka dengan kebutuhan khusus, harus memiliki hak yang
sama untuk pendidikan dan harus mendapatkan dukungan
untuk mencapai potensi mereka.
59
Paulo Freire "Pedagogy of the Oppressed" ( USA,Penguin Books, Continuum
International Publishing Group 1968 )
dipertahankan dan diterapkan dalam masyarakat. Konsep ini
membahas tentang bagaimana kekuasaan dapat digunakan
untuk mempertahankan ketidakadilan dan ketimpangan, serta
bagaimana kekuasaan dapat digunakan untuk memperjuangkan
perubahan sosial.
2. Refleksi kritis: Teori kritis menekankan pada pentingnya refleksi
kritis terhadap masyarakat dan budaya. Konsep ini membahas
tentang bagaimana manusia dapat melihat dan memahami
kekurangan dan kelemahan dalam masyarakat dan budaya,
serta mengusulkan perubahan sosial yang lebih adil.
3. Keadilan sosial: Teori kritis menekankan pada pentingnya
keadilan sosial sebagai tujuan akhir dari perubahan
sosial. Konsep ini membahas tentang bagaimana
manusia dapat memperjuangkan hak asasi manusia,
kesetaraan, dan keadilan sosial.
4. Emansipasi: Teori kritis menekankan pada pentingnya
pembebasan (emansipasi) manusia dari sistem yang
menghambat perkembangan manusia secara sosial,
politik, dan ekonomi. Konsep ini membahas tentang
bagaimana manusia dapat membebaskan diri dari sistem
yang menghambat perkembangan mereka.
60
Rogers ,Everett "Diffusion of Innovations" (New York, AS ,Free Press 1999 ) 70
baru, atau gagasan baru) menyebar atau tersebar dalam suatu
populasi atau komunitas. Beberapa prinsip dasar dari teori difusi
informasi adalah sebagai berikut:61
61
Rogers ,Everett "Diffusion of Innovations" (New York, AS ,Free Press 1999 ) 120
inovasi atau informasi baru yang cocok dengan nilai, norma, dan
kebiasaan masyarakat akan lebih mudah diterima dan diadopsi
6. Adopsi inovasi melibatkan proses penyebaran melalui jaringan
sosial: Adopsi inovasi melibatkan proses penyebaran melalui
jaringan sosial, yang dapat berupa kelompok-kelompok sosial
atau jaringan komunikasi formal atau informal.
62
. Departemen Agama RI, Al-Qura’an dan Terjemahannya, (Jakarta: 2001)
analisis yang mendalam, penilaian pesaing, dan pemahaman
mendalam tentang perilaku stakeholrder dan tren pendidikan.
Pertama, memahami pendidikan melibatkan analisis
tren, dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasar.
Dalam memahami pasar, perlu juga dipertimbangkan faktor
demografis seperti pendapatan, dan lokasi geografis dari
stakeholder.
Kedua, menentukan target pengembagan pendidikan
melibatkan memilih kelompok stakeholder yang akan menjadi
focus sasaran. faktor psikologis yang mempengaruhi keputusan
menentukan pilihan.
Ketiga, memenuhi kebutuhan dan keinginan orang tua
murid melibatkan pengembangan sekolah dan layanan yang
sesuai dengan preferensi dan kebutuhan target pendidikan.
untuk memastikan bahwa keunggulan dan layanan yang
ditawarkan memiliki nilai yang lebih tinggi dari pesaing.
65
. Henri Tajfel dan John Turner "An Integrative Theory of Intergroup Conflict" (Academic
Academic ,Press 2001)
diidentifikasi, seperti kelas atau klub. Hal ini akan membantu siswa
merasa terhubung dengan sekolah mereka dan merasa bangga
menjadi bagian dari sekolah tersebut.
2. Mempertahankan nilai-nilai yang diinginkan: Sekolah harus
menentukan nilai-nilai yang diinginkan yang dijadikan standar untuk
mengevaluasi kinerja dan perilaku siswa dan staf sekolah. Dengan
menegakkan nilai-nilai tersebut, sekolah dapat memperkuat citra
positif yang dapat meningkatkan kebanggaan siswa terhadap
sekolah mereka.
3. Meningkatkan interaksi antar kelompok sosial: Sekolah dapat
membantu meningkatkan interaksi antar kelompok sosial, seperti
program mentoring antara siswa yang lebih tua dan lebih muda
atau kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan siswa dari berbagai
kelompok sosial. Hal ini dapat membantu siswa memahami dan
menghargai perbedaan dalam kelompok sosial mereka dan
meningkatkan rasa keterikatan mereka terhadap sekolah.
4. Menjaga citra positif: Sekolah harus menjaga citra positif mereka
dengan memastikan keamanan, kenyamanan, dan lingkungan
belajar yang positif. Hal ini akan membantu siswa merasa aman
dan nyaman dalam lingkungan belajar mereka, dan dapat
memperkuat citra positif sekolah.
Selain itu, guru atau pembimbing dapat memanfaatkan Teori Aspek Self-
Perception untuk membangun kepercayaan diri siswa dan meningkatkan
motivasi belajar mereka. Dengan memberikan umpan balik yang positif
dan memperlihatkan kepercayaan pada kemampuan siswa, siswa dapat
merasa lebih percaya diri dan termotivasi untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam mereka.
66
. Daryl Bem "Self-Perception Theory". 1972
5. Perubahan dalam perilaku individu dapat mempengaruhi konsep
diri mereka dan keyakinan serta sikap mereka terhadap situasi dan
lingkungan.
67
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan (Jakarta: Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), 128-129.
b) Pendidikan Islam Terpadu sebagai lembaga pendidikan
umum yang berciri khas agama Islam, berfungsi sebagai
pengembang dasar-dasar keterampilan multidimensi.
68
Andrew F. Sikula, Personnel Administration and Human Resources Management (New
York: A. Wiley Trans Ed. By John Wiley & Sons Inc., 1981), 38
69
Malayu P. Hasibuan, Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), 69
oleh lembaga tersebut maupun lembaga diklat. Pengembangan
sumber daya manusia secara formal dilakukan karena tuntutan
tugas saat ini maupun masa yang akan datang. Dengan
demikian, jenis pengembangan ini dapat memenuhi kebutuhan
kompetensi sumber daya manusia yang bersifat empirical needs
dan predictive needs bagi eksistensi dan berkelanjutan
lembaga. Kedua, pengembangan sumber daya manusia secara
informal yaitu pengembangan kualitas sumber daya manusia
secara individual berdasarkan kesadaran dan keinginan sendiri
untuk meningkatkan kualitas diri sehubungan dengan tugasnya.
Banyak cara yang dapat dilakukan sumber daya manusia untuk
meningkatkan kemampuannya, namun jenis pengembangan ini
memerlukan motivasi intrinsik yang kuat dan kemampuan
mengakses sumber-sumber informasi sebagai sumber belajar.70
Terdapat lima domain penting dalam pengembangan
sumber daya manusia bidang pendidikan, yaitu: profesionalitas,
daya kompetitif, kompetensi fungsional, keunggulan partisipatif,
dan kerjasama.71 Dimilikinya kemampuan terhadap kelima
domain tersebut merupakan modal utama bagi sumber daya
manusia dalam menghadapi masyarakat ilmu (Knowledge
Society) yang dinamis. Asumsi yang mendasari pentingnya
kelima domain tersebut adalah sebagai berikut.
a) Profesionalitas
Profesionalitas adalah tingkatan kualitas atau
kemampuan yang dimiliki sumber daya manusia dalam
melaksanakan profesinya. Sedangkan profesionalisme
adalah penyikapan terhadap profesi dan profesionalitas yang
dimilikinya. Sumber daya manusia yang profesional adalah
mereka yang memiliki keahlian dan keterampilan melalui
proses pendidikan dan latihan. Kemampuan tersebut
70
Malayu Hasibuan S. P, Manajemen. 72-73
71
Malayu Hasibuan S. P, Manajemen. 74-77
meliputi kemampuan teknik dan kemampuan konseptual
dalam memberikan layanan formal sesuai dengan profesi
dan keahliannya. Berdasarkan kemampuan sumber daya
manusia dalam melaksanakan tugasnya tersebut, maka
masyarakat akan mengakui dan menghargai nya. Dengan
kata lain, penghargaan dan pengakuan masyarakat
bergantung kepada keprofesionalan sumber daya manusia.
73
Ibrahim Bafadal, Manajemen . 5-6.