PENDAHULUAN
Artinya:
1
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal.
231.
2
Haryanto Al-Fandi, Etika Bermuamalah Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah (Jakarta:
AMZAH, 2011), hal. 144.
1
2
3
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Sygma Creativ Media
Corp, 2012), hal. 106.
3
4
Abdus Shobur, Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
2009), hal. 56.
5
Labib Mz dan Samsuddin, Bimbingan Pidato Kultum (Surabaya: Bintang Usaha Jaya,
2008), hal. 105.
4
ketika membaca dan mendengarkan ayat ini dan berusaha untuk memperbaiki
diri yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan sosial sekitarnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
tertarik untuk menggali, membahasa dan mendalami lebih jauh tentang
pembahasan tersebut. Atas berbagai pertimbangan, penulis mengangkat
permasalahan ini sebagai skripsi dengan judul “INTERNALISASI INFAQ
UNTUK MENINGKATKAN KEPEDULIAN SOSIAL DALAM
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM (Kajian Q.S Al-Baqarah ayat
215)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Semakin maraknya kehidupan yang individualis sehingga mengakibatkan
merosotnya kepedulian sosial dalam masyarakat.
2. Terjadinya krisis sosial yang menjadi penyakit kronis manusia modern
seperti menghindari tanggung jawab terhadap sesamanya.
3. Pudarnya rasa kasih sayang terhadap sesama karena terlalu sibuk dalam
pekerjaan duniawi.
4. Terdapat beberapa nilai-nilai kepedulian sosial dalam Al-Qur’an Surah Al-
Baqarah ayat 215 yang belum diterapkan secara maksimal dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Penegasan Istilah
Untuk menjelaskan pengertian dari judul skripsi ini, agar tidak terjadi
kekeliruan maka di sini penulis akan menguraikan beberapa penegasan istilah.
Adapun beberapa istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Internalisasi Infaq
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, internalisasi adalah
penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin atau nilai sehingga merupakan
keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yang
5
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi
Ketiga (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), hal. 439.
7
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa (Yogyakarta:
Penerbit Teras, 2012), hal. 82.
6
Artinya:
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang
yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Q.S Al-Baqarah/2: 215)8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu:
1. Bagaimana isi kandungan Q.S Al-Baqarah Ayat 215?
2. Bagaimana internalisasi infaq untuk meningkatkan kepedulian sosial dalam
perspektif pendidikan Islam?
3. Bagaimana relevansi Q.S Al-Baqarah Ayat 215 dengan pendidikan Islam di
Indonesia saat ini?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan rumusan masalah yang telah dikemukakan,
maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui isi kandungan Q.S Al-Baqarah Ayat 215.
2. Mengetahui internalisasi infaq untuk meningkatkan kepedulian sosial
dalam perspektif pendidikan Islam.
3. Mengetahui relevansi infaq dalam Q.S Al-Baqarah ayat 215 dengan dunia
pendidikan saat ini.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
seluruh kalangan masyarakat. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang sikap
yang seharusnya dimiliki manusia sebagai makhluk sosial.
8
Kementrian Agama RI, op. cit., hal. 33.
7
2. Bagian Inti
Bagian ini merupakan inti skripsi yang terdiri dari beberapa bab, yaitu:
BAB 1: Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi
masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II: Landasan Teori, yang memuat pertama: Kajian Pustaka, kedua:
Kajian Teori tentang infaq sebagai bentuk kepedulian sosial
yang kemudian akan dikaji secara terperinci pada bab analisis.
BAB III: Metode Penelitian. Dalam bab ini akan dijabarkan mengenai
jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu berupa
sumber data, berikut teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data yang digunakan penulis skripsi.
BAB IV: Hasil dan Analisis Penelitian, meliputi: Profil Objek Penelitian,
yang berisi: gambaran umum Q.S Al-Baqarah. Deskripsi Data
yang meliputi: teks ayat dan terjemahan, arti mufrodat,
munasabah surat, asbabun nuzul, pendapat para mufasir dan isi
pokok kandungan Q.S Al-Baqarah ayat 215. Kemudian, Analisis
Data yang yang memuat: analisis pendapat para mufasir
mengenai Q.S Al-Baqarah ayat 215 dan analisis infaq dalam
meningkatkan kepedulian sosial sesuai dengan Q.S Al-Baqarah
ayat 215 dalam perspektif pendidikan Islam.
BAB V: Penutup, berisi tentang kesimpulan dari bab-bab sebelumnya dan
saran-saran yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir dicantumkan daftar pustaka, lampiran-lampiran dan
daftar riwayat hidup.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
Kajian Pustaka adalah suatu uraian yang sistematis tentang keterangan
yang telah dikumpulkan dari pustaka-pustaka yang berhubungan dengan
penelitian dan mendukung betapa pentingnya penelitian itu dilakukan. Kajian
pustaka digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap penelitian yang ada,
baik mengenai kelebihan atau kekurangan yang ada sebelumnya serta untuk
menguatkan argumen. Berikut ini daftar penelitian yang pernah dilakukan dan
dijadikan tinjauan pustaka dalam penelitian:
1. Skripsi yang ditulis oleh Ani Masruroh (2018) dengan judul “Internalisasi
Pendidikan Sosial dan Relevansinya dengan Pendidikan Era Informasi
(Kajian Surah An-Nisa Ayat 36).” Keterkaitan skripsi yang ditulis oleh
saudari Ani Masruroh dengan penulis skripsi ini terletak pada penekanan
pentingnya menjalin hubungan sosial yang baik antarsesama manusia yang
hakikatnya adalah makhluk sosial. Adapun perbedaan skripsi yang ditulis
oleh saudari Ani Masruroh terletak pada objek penelitian di mana objek
penelitian yang ditulis oleh saudari Ani Masruroh adalah tentang
pendidikan sosial khususnya etika bersilaturahmi dengan orang lain.9
Sedangkan skripsi ini membahas tentang pendidikan sosial yang
mengfokuskan pada tindakan sosial dalam bentuk infaq.
2. Skripsi yang ditulis oleh Dwi Pujianti (2016) dengan judul “Membangun
Nilai Kebersamaan Siswa Melalui Belajar Kelompok untuk Meningkatkan
Karakter Peduli Sosial pada Siswa Kelas 6 MI Ma’arif Kliwonan
Wonosobo Tahun Pelajaran 2015/2016.” Keterkaitan skripsi yang ditulis
oleh saudari Dwi Pujianti dengan penulis skripsi ini terletak pada nilai
kebersamaan pada karakter peduli sosial yang kemudian diharapkan adanya
kepekaan terhadap masalah sosial yang ada di manapun. Adapun perbedaan
9
Ani Masruroh, “Internalisasi Pendidikan Sosial dan Relevansinya dengan Pendidikan
Era Informasinya (Kajian Surah An-Nisa: 36)” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UNSIQ Wonosobo, Jawa Tengah, 2018).
9
10
skripsi yang ditulis oleh saudari Dwi Pujianti lebih menekankan pada upaya
pemberdayaan peduli dengan lingkungan yang diusahakan dengan cara
kerjasama dalam kegiatan belajar kelompok.10 Sedangkan skripsi ini lebih
membahas mengenai upaya pemberdayaan peduli dengan sesama manusia
yang diusahakan melalui kegiatan infaq.
3. Skripsi milik Nurrina Indrawati (2015) dengan judul “Nilai-nilai
Pendidikan yang Terkandung dalam Surah Al-Ma’un (Kajian tentang
Nilai-nilai Sosial)”. Skripsi yang ditulis oleh saudari Nurrina Indrawati
mempunyai kaitan dengan penelitian ini, yaitu sama-sama membahas
tentang kehidupan bersosial baik terhadap tetangga maupun terhadap
lingkungan sekitar. Namun perbedaanya adalah dalam skripsi yang ditulis
oleh saudari Nurrina Indrawati ini lebih menekankan bagaimana posisi
manusia sebagai khalifah di muka bumi.11 Sedangkan dalam skripsi ini
lebih menekankan bagaimana manusia harus bersikap dalam hidup
bertetangga dengan kepedulian sosial yang tinggi.
B. Kajian Teori
1. Infaq
a. Pengertian Infaq
Kata Infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu yang artinya
membelanjakan atau membiayai, arti infaq menjadi khusus ketika
dikaitkan dengan upaya realisasi perintah-perintah Allah Swt.
Sedangkan menurut terminologi syariat, infaq berarti mengeluarkan
sebagian dari harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan ajaran Islam. Kemudian dalam Undang-Undang No. 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dijelaskan bahwa infaq adalah
10
Dwi Pujianti, “Membangun Nilai Kebersamaan Siswa Melalui Belajar Kelompok untuk
Meningkatkan Karakter Peduli Sosial pada Siswa Kelas 6 MI Ma’arif Kliwonan Wonosobo Tahun
Pelajaran 2015/2016.” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UNSIQ
Wonosobo, Jawa Tengah, 2016).
11
Nurrina Indrawati, “Nilai-nilai Pendidikan yang Terkandung dalam Surah Al-Ma’un
(Kajian tentang Nilai-nilai Sosial)” (Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UNSIQ Wonosobo, Jawa Tengah, 2015).
11
harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat
untuk kemaslahatan umum.12
Berbeda dengan zakat dan sadaqah, infaq adalah sesuatu yang
lain berdasarkan rasa ikhlas dan karena Allah Swt semata. 13 Zakat telah
yang diberikan untuk membantu orang lain baik berupa materi maupun
Artinya:
Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-
perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu
kamu tahan, karena takut membelanjakannya", dan adalah manusia
itu sangat kikir. (Q.S Al-Isra’/17: 100)15
15
Kementrian Agama RI, op. cit., hal. 292.
16
Ibid., hal. 521.
17
Ibid., hal. 39.
13
18
Ibid., hal. 67.
19
Tim PPPA Daarul Qur’an, Dahsyatnya Sedekah (Jakarta: PT. Bestari Buana Murni,
2009), hal. 23.
20
Kementrian Agama RI, op. cit., hal. 33.
14
c. Macam-macam Infaq
Infaq secara hukum terbagi menjadi empat macam, antara lain
sebagai berikut:
1) Infaq Mubah
Mengeluarkan harta untuk perkara mubah seperti berdagang,
bercocok tanam dan lain-lain.
2) Infaq Wajib
Aplikasi dari Infaq wajib yaitu mengeluarkan harta untuk perkara
wajib seperti zakat, membayar mahar (maskawin) dan lain
sebagainya.
3) Infaq Haram
Mengeluarkan harta dengan tujuan yang diharamkan oleh Allah yaitu
infaqnya orang kafir untuk menghalangi syiar Islam atau infaqnya
orang Islam kepada fakir miskin tapi tidak karena Allah.
4) Infaq Sunnah
Yaitu mengeluarkan harta dengan niat sadaqah. Infaq tipe ini
misalnya infaq untuk jihad dan infaq kepada yang membutuhkan.
d. Rukun dan Syarat Infaq
Sebagaimana telah kita ketahui, bahwa dalam satu perbuatan hukum
terdapat unsur-unsur yang harus dipenuhi agar perbuatan tersebut bisa
dikatakan sah. Begitu pula dengan infaq unsur-unsur tersebut harus
dipenuhi. Unsur-unsur tersebut yaitu disebut rukun, yang mana infaq
dapat dikatakan sah apabila terpenuhi rukun-rukunnya, dan masing-
masing rukun tersebut memerlukan syarat yang harus terpenuhi juga.
Dalam infaq yaitu memiliki empat rukun:
1) Penginfaq
Maksudnya yaitu orang yang berinfaq, penginfaq tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Penginfaq memiliki apa yang diinfaqkan;
b) Penginfaq bukan orang yang dibatasi haknya karena suatu alasan;
15
berikan kepadamu”; atau yang serupa itu; sedang yang lain berkata:
“Ya aku terima”.21
e. Manfaat Infaq
Beberapa manfaat yang akan dipetik dengan menggalakkan infaq
yaitu sebagai berikut:
1) Dapat menjauhkan kita dari siksa neraka;
2) Memiliki nilai pahala yang berlipat ganda;
3) Dapat memanjangkan umur;
4) Tidak akan putus pahalanya;
5) Mendatangkan karunia Allah Swt;
6) Kunci terkabulnya doa kita kepada Allah Swt;
7) Menjadi benteng dan pelindung terhadap harta yang kita miliki;
8) Menjamin kesejahteraan ahli waris dan menyelamatkan kita dari
kefakiran;
9) Menjadi penolong pada hari kiamat;
10) Mempersatukan dua hati yang terpisah, menumbuhkan rasa
persatuan dan persaudaraan, melahirkan perasaan cinta dan kasih
sayang antarsesama muslim.22
2. Kepedulian Sosial
a. Pengertian Kepedulian Sosial
Manusia hidup di dunia ini pasti membutuhkan manusia lain untuk
melangsungkan kehidupannya, karena pada dasarnya manusia
merupakan makhluk sosial. Menurut Buchari Alma, dkk makhluk sosial
berarti bahwa hidup menyendiri tetapi sebagian besar hidupnya saling
ketergantungan, yang pada akhirnya akan tercapai keseimbangan relatif.
21
Qurratul ‘Aini Wara Hastuti, “Infaq Tidak Dapat Dikategorikan Sebagai Pungutan
Liar,” vol. 3 no. 1 (Juni 2016), hal. 43. http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/
view/ 2282/1869 (10 Oktober 2018).
22
Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, Etika Beribadah Berdasarkan Al-Qur’an
dan Sunnah (Jakarta: Amzah, 2011), hal. 119-120.
17
23
Buchari Alma, dkk., Pembelajaran Studi Sosial (Bandung: Alfabeta, 2010), hal. 201.
24
Akhmad Busyaeri dan Mumuh Muharom, “Pengaruh Sikap Guru Terhadap
Pengembangan Karakter (Peduli Sosial) Siswa di Mi Madinatunnajah Kota Cirebon ,” hal. 7.
http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/view/177 (10 Oktober 2018).
25
Buchari Alma, dkk., op. cit., hal. 205-208.
18
1) Di lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial terkecil yang dialami
oleh seorang manusia. Keluarga adalah satu-satunya sistem yang
diterima di semua masyarakat. Sebagai lembaga terkecil dalam
masyarakat, keluarga memegang peran yang sangat luas dalam
kehidupan sosial umat manusia. Hal yang paling penting diketahui
bahwa lingkungan rumah itu akan membawa perkembangan
perasaan sosial yang pertama.26 Misalnya perasaan simpati anak
kepada orang dewasa (orang tua) akan muncul ketika anak
merasakan simpati karena telah diurus dan dirawat dengan sebaik-
baiknya. Dari perasaan simpati itu, tumbuhlah rasa cinta dan kasih
sayang anak kepada orang tua dan anggota keluarga yang lain,
sehingga akan timbul sikap saling peduli.
Fenomena lunturnya nilai-nilai kepedulian sesama anggota
keluarga dapat dilihat dari maraknya aksi kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT) yang sering terungkap di media-media. Sebenarnya,
sikap saling peduli terhadap sesama anggota keluarga dapat
dipelihara dengan cara saling mengingatkan, mengajak pada hal-hal
yang baik, seperti: mengajak beribadah, makan bersama,
membersihkan rumah, berolahraga dan hal-hal lain yang dapat
memupuk rasa persaudaraan dalam keluarga.
2) Di lingkungan masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial. Ia hidup dalam hubungannya
dengan orang lain dan hidupnya bergantung pada orang lain. Karena
itu, manusia tidak mungkin hidup layak di luar masyarakat. 27
Lingkungan masyarakat pedesaaan yang masih memiliki tradisi yang
kuat masih tertanam sikap kepedulian sosial yang sangat erat. Ketika
26
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hal.
278.
27
Nasution, Sosiologi Pendidikan (Bandung: Jemmars, 1983), hal. 68.
19
ada suatu kegiatan yang dilakukan oleh satu keluarga, maka keluarga
lain dengan tanpa imbalan akan segera membantu dengan berbagai
cara. Misalnya saat akan mendirikan rumah, anggota keluarga yang
lain menyempatkan diri untuk berusaha membantunya. Situasi yang
berbeda dapat dirasakan pada lingkungan masyarakat perkotaan.
Jarang sekali kita lihat pemandangan yang menggambarkan
kepedulian sosial antar warga. Sikap individualisme lebih
ditonjolkan dibandingkan dengan sikap sosialnya.
Ada beberapa hal yang menggambarkan lunturnya kepedulian
sosial diantaranya: menjadi penonton saat terjadi bencana, bukannya
membantu; sikap acuh tak acuh pada tetangga; tidak ikut serta dalam
kegiatan di masyarakat.
3) Di lingkungan sekolah
Sekolah merupakan lingkungan formal pertama bagi seorang
anak.28 Sekolah tidak hanya sebagai tempat untuk belajar
meningkatkan kemampuan intelektual, akan tetapi juga membantu
anak untuk dapat mengembangkan emosi, berbudaya, bermoral,
bermasyarakat dan kemampuan fisiknya. Fungsi sekolah sebagai
lembaga sosial adalah membentuk manusia sosial yang dapat bergaul
dengan sesama manusia secara serasi walaupun terdapat unsur
perbedaan tingkat sosial ekonominya, perbedaan agama, ras,
peradaban, bahasa dan lain sebagainya. Menurut pernyataan di atas
dapat dikatakan bahwa, sekolah bukan hanya tempat untuk belajar
meningkatkan kemampuan intelektual, akan tetapi juga
mengembangkan dan memperluas pengalaman sosial anak agar dapat
bergaul dengan orang lain di dalam masyarakat.
Selain sebagi tempat mengembangkan dan memperluas
pengalaman sosial anak, sekolah dapat juga membantu memecahkan
masalah-masalah sosial. Melalui adanya pendidikan, diharapkan
berbagai masalah sosial yang dihadapi siswa dapat diatasi dengan
28
Darmansyah, Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional, 1986), hal. 86.
20
29
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hal. 83.
30
Buchari Alma, dkk., op. cit., hal. 209.
21
31
Ibid., hal. 210-211.
22
3. Pendidikan Islam
a. Pengertian Pendidikan Islam
Sudah banyak ahli pendidikan maupun pakar lainnya yang
memberikan pengertian mengenai pendidikan. Latar belakang disiplin
ilmu yang dikuasainya ikut memengaruhi pemahamannya terhadap
23
32
Bashori Muchsin dan Abdul Wahid, Pendidikan Islam Kontemporer (Bandung: PT
Refika Aditama, 2009), hal. 1.
33
Republik Indonesia, “Undang-Undang R.I Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional” (Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hal. 3.
34
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 1.
35
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2003), hal.
13.
24
Kemudian kata kunci yang kedua adalah ‘Islam’. Islam dari segi
bahasa berasal dari kata aslama, yuslimu, islaman yang berarti
submissioin (ketundukan), resignation (pengunduran) dan reconciliation
(perdamaian), to the will of God (tunduk pada kehendak Allah). Kata
aslama ini berasal dari kata salima, berarti peace, yaitu: damai, aman
dan sentosa.36 Adapun menurut istilah, Islam adalah Agama samawi
(langit) yang diturunkan oleh Allah Swt. melalui utusan-Nya,
Muhammad Saw. yang ajaran-ajarannya terdapat dalam kitab suci Al-
Qur’an dan As-Sunnah dalam bentuk perintah-perintah, larangan-
larangan dan petunjuk untuk kebaikan manusia, baik di dunia maupun di
akhirat.37
Kata pendidikan jika dikaitkan dengan Islam akan dikembalikan
pada pengertian bahasa Arab, yaitu tarbiyah. Tarbiyah ialah suatu
kegiatan dengan menggunakan berbagai cara dan sarana yang tidak
bertentangan dengan syari’at Islam, untuk memelihara dan membentuk
manusia menjadi tuan di muka bumi ini, tetapi tuan yang dibatasi dengan
peribadatan yang sebaik-baiknya kepada Allah Rabbul ‘Alamin.38
Dari definisi-definisi yang telah disebutkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan Islam ialah suatu usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
36
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2010), hal. 32-33.
37
Zeni Lutfiah dan Muh. Farhan Mujahidin, dkk., Pendidikan Agama Islam (Surakarta:
Yuma Pustaka, 2011), hal. 6.
38
Ahmas Faiz Asifuddin, M.A., Pendidikan Islam, Basis Pembangunan Umat
(Naashirussunnah, 2012), hal. 20-22.
25
Artinya:
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam. (Q.S Al-Anbiya’/21: 107)41
Dengan demikian, visi pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai
berikut:
“Menjadikan pendidikan Islam sebagai pranata yang kuat,
berwibawa, efektif dan kredibel dalam mewujudkan cita-cita ajaran
Islam.”42
39
Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam (Cet. 10, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2012), hal. 86.
40
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2005), hal. 631.
41
Kementrian Agama RI, op. cit., hal. 331.
42
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…. Hal. 44.
26
43
Ibid., hal. 45.
27
44
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2009), hal. 146.
45
Zakiyah Daradjat, dkk., op. cit., hal. 29-30.
28
46
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, op. cit., hal. 147.
47
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam…. Hal. 73-74.
29
48
Ibid,. hal. 59.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan atau Library
Research. Penelitian kepustakaan atau Library Research adalah penelitian
yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan) baik
berupa buku, catatan maupun laporan hasil dari penelitian terdahulu.
Penelitian kepustakaan atau Library Research berusaha mengumpulkan
data dengan cara membaca, menelaah, memahami dan menganalisa buku
atau tulisan baik dari majalah, mengakses situs–situs internet, maupun dari
dokumen yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. Penelitian ini
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai teori-teori, konsep-
konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi
penelitian yang akan dilakukan.49
2. Penelitian Kualitatif (Qualitative Research)
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan data kualitatif, yaitu
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti objek yang alamiah. 50 Istilah penelitian kualitatif
dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. 51 Metode
penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah dan dalam analisis data
pelaksanaannya langsung di lapangan bersama-sama dengan pegumpulan
data. Disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan
analisisnya lebih bersifat kualitatif. Bersifat kualitatif maksudnya analisis
untuk memperoleh data-data yang bersifat kualitatif yang digambarkan
49
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hal.
18.
50
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 15.
51
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009), hal. 4.
30
31
B. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan di lapangan
oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang
memerlukannya.53 Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber inti.
Yang termasuk sumber primer dalam data penelitian ini diantaranya; Q.S
Al-Baqarah ayat 215 dan terjemahnya yang kemudian dianalisis dengan
dukungan dari sumber-sumber sekunder sebagai pembanding. Adapun
penelitian ini akan mengambil dari beberapa tafsir Al-Qur’an yaitu Tafsir
Al-Misbah, Tafsir Al-Maraghi, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil-Qur’an,
Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya.54 Data sekunder
merupakan sumber penunjang atau pelengkap dan pembanding data yang
berkaitan dengan pokok permasalahan atau fokus kajian. Sumber sekunder
dapat diperoleh dengan cara menelaah dan menganalisis buku-buku yang
52
Jamal Ma’ruf Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan
(Yogyakarta: Diva Press, 2011), hal. 75.
53
Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
hal. 19.
54
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), hal. 91.
32
55
Nasution, Metode Reseacrh, Penelitian Ilmiah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hal. 145.
56
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hal. 221.
57
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), hal. 181.
33
58
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 69.
59
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2011), hal. 80.
34
60
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya (Cet. 9; Jakarta: Kencana, 2017), hal. 196.
BAB IV
HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN
35
36
Surah ini juga dinamai dengan nama As-Sinam yang berarti ‘puncak’,
karena tiada lagi puncak petunjuk setelah Kitab suci ini, dan tiada puncak
setelah kepercayaan kepada Allah Yang Maha Esa dan keniscayaan Hari
Kiamat. Dan juga dinamai Az-Zahra, yakni ‘terang benderang’.61 Karena
kandungan surah ini menerangi jalan dengan benderang menuju kebahagiaan
dunia dan akhirat, serta menjadi penyebab bersinar terangnya wajah siapa yang
mengikuti petunjuk-petunjuk surah ini kelak di kemudian hari.
B. Deskripsi Data
1. Teks dan Terjemah Q.S Al-Baqarah Ayat 215
Artinya:
Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa
saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang dan miskin orang-orang
yang sedang dalam perjalanan". Dan apa saja kebaikan yang kamu buat,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya. (Q.S Al-Baqarah/2:
215)62
61
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,
(Jakarta: Lentera Hati, 2017), hal. 100.
62
Kementrian Agama RI, op. cit., hal. 33.
37
: terdapat dua kalimat, kalimat fi’il dua isim yaitu fi’il dan fa’il .
اَْن َف َقfi’il mudhari’ tandanya diawali huruf mudhoro’ah alif, di
sukun huruf – قnya karena dimasuki dhomir muttasil تُ ْم
ِم ْن َخ ْي ٍر: terdapat dua kalimah, namanya tarkib jer majrur. ِم ْن-nya
dinamakan huruf jer, َخ ْي ٍرkalimah isim tandanya tanwin, dibaca
kasroh karena diawali huruf jer.
فَلِل َْوالِ َديْ ِن:Terdiri dari tiga kalimah. ف
َ Jawab dari ِل. َما Merupakan
huruf jer. اَلْ ِوالِ َديْ ِنmerupakan kalimah isim tandanya alif lam,
bentuknya isim tasniyah (isim yang menunjukan makna dua) di-
jer-kan dengan tandanya يkarena kemasukan huruf jer . ل
َوااْل َ ْق َربِْي َن: Terdiri dari tiga kalimah. َوMerupakan huruf ‘athof
ِ ِ
َ اَاْل َ ْق َربِْي. فَلل َْوال َديْ ِنmerupakan kalimah isim
maktubnya ke lafadz ن
tandanya alif lam. Isimnya jamak mudzakar salim, di-jer-kan
karena menjadi ‘athof dan tanda jer-nya ي
السبِْيل
َّ َوابْ ِن: Terdiri dari tiga kalimah . َو merupakan huruf ‘athof. اِبْ ِن
الس بِْيل
َّ Terdiri dari dua kalimah yang digabung menjadi satu
dibaca jer.
َو َماَت ْف َعلُ ْوا: Terdiri dari tiga kalimah. َوIbtidaiyah yang berfungsi sebagai
permulaan percakapan. َماSyartiyah. َت ْف َعلُ ْواMerupakan fi’il
mudhori’ bentuknya af’alul khomsah tandanya diawali huruf
mudhoro’ah تmembuang nun karena i’robnya jazem jatuh
setelah َماsyartiyah.
ِم ْن َخ ْي ٍر: Terdapat dua kalimah, namanya tarkib jer majrur . ِم ْنnya
dinamakan huruf jer, َخ ْي ٍرkalimah isim tandanya tanwin, dibaca
kasroh karena diawali huruf jer.
ِ
َ فَا َّن اللَّه:Terdapat tiga kalimah.ف
َ Jawab menjawab َماsyartiyah. اِ َّن
mempunyai sifat tansibul isma watarfa’ul khobar, maka lafadz
63
Q. Shaleh dan A. Dahlan, Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat
Al-Qur’an, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2009), hal. 4.
40
64
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an per Kata Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul & Terjemah,
(Cet. 3; Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009), hal. 33.
41
hal isi kandungan yang menjelaskan tentang infaq, beberapa ayat tersebut
antara lain:
a. Q.S Al-Baqarah ayat 261-262
Artinya:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.
dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. Orang-
orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka
tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si
penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati”. (Q.S Al-Baqarah/2: 261-262)
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,
Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha
Kaya lagi Maha Terpuji. (Q.S Al-Baqarah/2: 267)
Ayat ini memiliki kandungan yang sama dengan Q.S Al-Baqarah ayat
215 yaitu mengenai anjuran berinfaq, tetapi pada ayat ini lebih spesifik
menjelaskan tentang anjuran untuk berinfaq dengan pemberian terbaik,
maksudnya memilih sesuatu yang baik untuk diberikan kepada orang lain,
yaitu sesuatu yang juga kita sukai. Seandainya kita menerima pemberian
tersebut dari orang lain, maka tolak ukurnya adalah diri kita sendiri.
Apabila kita sendiri tidak menyukainya, maka kemungkinan orang lain juga
tidak berkenan.
6. Pendapat Para Mufasir mengenai Q.S Al-Baqarah Ayat 215
a. Pendapat Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah
Akidah telah tertanam dalam hati orang-orang yang beriman.
Kemudian sampai pada akhirnya mereka bertambah sadar tentang
kebenaran ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. serta
keniscayaan aneka cobaan. Kemantapan iman itu tercermin pada
keinginan mereka untuk menyesuaikan tingkah laku dengan tuntunan
Allah Swt. Karena itu, dalam kelompok ayat ini, ditemukan aneka
pertanyaan mereka.
Pertanyaan pertama adalah menyangkut nafkah. Mereka bertanya
kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Tentu saja, pertanyaan
44
itu telah mereka ajukan sebelum turunnya ayat ini. Tetapi, Al-Qur’an
bermaksud melukiskan betapa indah sikap batin mereka dan betapa
baik pertanyaan ini. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan
dari harta yang baik maka hendaklah diberikan untuk ibu dan bapak,
…”
Ayat ini menjawab dengan sangat singkat pertanyaan mereka di
celah jawaban tentang kepada siapa hendaknya harta itu dinafkahkan.
Jawaban dari pertanyaaan mereka adalah dari harta yang baik, yakni
apa saja yang baik silakan nafkahkan. Di sini, harta ditunjuk dengan
kata khair/baik untuk memberi isyarat bahwa harta yang dinafkahkan
itu hendaklah sesuatu yang baik serta digunakan untuk tujuan-tujuan
yang baik.
Selanjutnya, dijelaskan untuk siapa harta sebaiknya diberikan,
yaitu pertama kepada ibu-bapak, karena merekalah sebab wujud anak
serta paling banyak jasanya, selanjutnya kepada kaum kerabat yang
dekat maupun yang jauh, dan anak-anak yatim, yakni anak yang belum
dewasa sedang ayahnya telah wafat, demikian juga untuk orang-orang
miskin yang membutuhkan bantuan dan orang-orang yang sedang
dalam perjalanan tetapi kekurangan bekal.
M. Quraish Shihab berpendapat bahwa ayat ini
mengisyaratkan salah satu bentuk ujian yang pasti dialami dan
diisyaratkan oleh ayat yang lalu dengan kata musibah/malapetaka.
Ayat ini tidak berbicara tentang cara membantu fakir,
memerdekakan budak, membantu yang dililit utang dan lain-lain
yang dicakup oleh ayat yang menguraikan kelompok yang berhak
menerima zakat (Q.S At-Taubah [9]: 60) karena yang dimaksud
dengan infaq di sini adalah yang bersifat anjuran dan di luar
kewajiban zakat. Karena itu penutup ayat ini berbicara secara
umum dan dengan redaksi yang menunjukkan
kesinambungannya, yaitu dan apa saja kebajikan yang kamu akan
dan sedang lakukan maka sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui.65
b. Pendapat Ahmad Musthafa al-Maragi dalam Tafsir al-Maragi
65
M. Quraish Shihab, op. cit., hal. 555.
45
66
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, (Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1993), hal. 226.
67
Ibid., hal. 227.
47
Oleh karena itu, Allah tidak akan pernah lupa memberi pahala terhadap
amal baik, bahkan Ia akan melipat gandakannya.
c. Pendapat Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir
Mereka bertanya kepadamu tentang bagaimana mereka berinfaq.
Maka Allah Ta’ala menjelaskan hal itu kepada mereka: belanjakanlah
harta itu kepada pihak-pihak tersebut. Sebagaimana dikatakan dalam
hadis:
68
Muhammad Nasib ar-Rifai’i, Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir,
Jilid I (Bandung: Gema Insani, 1999), hal. 347.
48
ِ
ض َل َع ْن ُ َ فَ ِإ ْن ف, كَ َِأِلهل
ْ َض َل َش ْيءٌ ف ُ َ فَ ِإ َّن ف,َّق َعلَْي َه ا
ْ صدَ َك َفت َ ابْ َدْأ بَِن ْف ِس
ك َش ْيءٌ َف َه َّك َذا َوَ ِض َل َع ْن ِذ ْي َق َرابَت
ُ َ فَ ِإ ْن ف,كَ ِك َش ْيءٌ فَلِ ِذ ْي َق َرا بَت َ َِْأهل
َه َك َذا
“Mulailah dengan dirimu, maka bersedekahlah terhadapnya
(nafkahilah ia). Jika ada suatu kelebihan maka untuk istrimu. Jika
ada suatu kelebihan dari istrimu maka untuk kerabatmu. Dan jika
ada suatu kelebihan dari kerabatmu, maka untuk ini dan ini.”69
Tata urutan ini sesuai dengan manhaj Islam yang bijaksana dan
lapang di dalam mendidik dan membimbing jiwa manusia. Ia
memperlakukan manusia sebagaimana adanya, dengan fitrahnya,
kecenderungan alaminya, dan persiapan-persiapan spiritualnya.
Kemudian dibawanya dari mana dia berada dan di mana dia berhenti.
69
Sayyid Qutub, Fi Zhilalil-Qur’an Jilid I, (Depok: Gema Insani, 2008), hal. 263.
50
70
Ibid., hal. 263.
51
71
Ibid., hal. 263.
52
72
Ibid., hal. 264.
54
73
Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz II, (Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi, 2002), hal. 231.
55
74
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur,
(Semarang: PT. Pustaka Rizki Pustaka, 2000), hal. 355.
57
C. Analisis Data
1. Analisis Pendapat Para Mufasir mengenai Q.S Al-Baqarah Ayat 215
a. Pendapat Muhammad Quraish Shihab
Secara garis besar pokok bahasan tafsir Q.S Al-baqarah ayat 215
menurut Quraish Shihab ialah sebagai berikut:
1) Pertanyaan orang-orang beriman menyangkut harta apa yang harus
dinafkahkan.
Setelah orang-orang yang mengikuti ajaran Rasulullah yakin dan
mantap dengan apa yang mereka ikuti. Maka hati mereka telah
58
terakhir adalah orang miskin dan ibnu sabil, karena semua manusia
hakikatnya satu keluarga.
3) Allah Swt. Maha Mengetahui atas kebaikan yang dilakukan hamba-
Nya.
Apa saja yang dinafkahkan di jalan kebaikan dan ketaatan, di masa
apa saja dan di tempat mana pun untuk orang-orang (golongan)
seperti yang telah disebutkan atau yang lain-lain, Allah pasti
mengetahuinya. Dia pun akan memberi pembalasan yang setimpal
kepada mereka, bahkan melipatgandakan pembalasan itu.
lain akan mulai layu dan lama-kelamaan akan mati kemudian menjadi
nurani yang terisi dengan nilai-nilai sosial yang tinggi. Dan tidak menutup
kemungkinan bahwa orang yang berat untuk berinfaq adalah orang yang
memiliki jiwa sosial yang kurang subur di dalam jiwanya.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menginternalisasikan
infaq dalam rangka meningkatkan kepedulian sosial pada diri peserta didik
adalah sebagai berikut:
a. Metode Lisan
Metode lisan yang dimaksud di sini adalah di mana pendidik
memberikan pembelajaran dengan cara ceramah atau menyampaikan
materi tentang cara pelaksanaan dan betapa dianjurkannya infaq.
Kemudian ditekankan mengenai hal-hal lain yang berkaitan dengan
infaq seperti dampak positif dan efek pemberian pahala yang berlipat
ganda dari Allah Swt.
b. Metode Teladan
Yaitu memberikan contoh langsung kepada peserta didik agar mereka
dapat mengambil pelajaran kemudian menirukan apa yang telah
dilihatnya. Metode ini sangat dianjurkan dalam Islam, seperti halnya
Rasulullah Saw. yang mengajarkan kebaikan dan memberikan contoh
langsung kepada para sahabat dengan tindakan-tindakan beliau yang
mulia.
c. Metode Pembiasaan Diri
Pada metode ini pendidik memberikan wahana kepada peserta didik
dengan cara bekerjasama dengan pihak sekolah dan mempunyai
program kepedulian sosial seperti kegiatan infaq setiap hari Jum’at pagi
guna melatih anak menyisihkan uang yang dimiliki secara rutin.
d. Metode Praktik Langsung
Metode ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mempraktikan sendiri prinsip-prinsip moral tertentu yang dipilihnya. Di
67
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebelumnya tentang internalisasi infaq untuk
meningkatkan kepedulian sosial dalam perspektif Islam (Kajian Q.S Al-
Baqarah ayat 215), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Isi pokok yang terkandung dalam Q.S Al-Baqarah ayat 215 yaitu
mengajarkan supaya kita senantiasa menyisihkan sebagian harta yang kita
miliki (yang baik-baik) untuk didermakan kepada orang-orang terdekat kita
dan orang yang membutuhkan seperti; orang tua, kerabat, anak yatim, fakir
miskin dan orang yang sedang dalam perjalanan.
2. Internalisasi infaq dalam rangka meningkatkan kepedulian sosial pada diri
peserta didik dapat diupayakan dengan menggunakan; metode lisan,
metode teladan, metode pembiasaan diri dan metode praktik pembelajaran
langsung. Infaq menjadi salah satu bentuk kepedulian sosial yang sangat
nyata. Dengan berinfaq seseorang telah membuktikan bahwa ia masih
memiliki rasa kemanusiaan. Pentingnya membiasakan berinfaq merupakan
salah satu jalan untuk tetap menyuburkan benih-benih jiwa sosial yang
tumbuh dalam diri seseorang.
3. Relevansi Q.S. Al-Baqarah ayat 215 dengan dunia Pendidikan Islam di
Indonesia saat ini dirasa masih kurang, karena dalam kenyataan dunia
pendidikan Islam di Indonesia saat ini memang belum menyeluruh dalam
hal penerapan nilai-nilai dasarnya, khususnya nilai insaniyyah. Pendidikan
Islam yang menyangkut kepedulian terhadap sesama masih sebatas teori
dan belum direalisasikan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari.
Inilah betapa pentingnya internalisasi infaq sesuai dengan Q.S Al-Baqarah
ayat 215 sebagai salah satu cara guna menumbuh-kembangkan sikap peduli
sosial terhadap sesama manusia sehingga akan terjalin suatu hubungan
yang harmonis antara satu dengan yang lainnya.
71
72
B. Saran
Saran ini ditujukan kepada pihak-pihak terkait yang bertangungjawab
terhadap pendidikan anak, yaitu orangtua, guru dan masyarakat.
1. Kepada para orangtua, diharapkan mampu membimbing putera-puterinya
agar memiliki kepedulian terhadap sesama dengan selalu mengajak dan
melibatkan anak ketika orangtua hendak mendermakan sebagian hartanya.
Senantiasa mendukung anak untuk berbagi dengan menyediakan materi
baik berupa uang maupun lainnya untuk didermakan.
2. Kepada para guru, hendaknya dalam memberi pelajaran kepada peserta
didik lebih luas cakupannya, dalam hal ini ketika menjelaskan tentang
perilaku kepedulian sosial diberikan contoh-contoh tindakan yang bisa
dilakukan, memberi motivasi dengan menyampaikan manfaat yang akan
didapat bagi diri kita maupun bagi orang lain, juga disertai penyampaian
mengenai gambaran pahala atau kebaikan yang dijanjikan Allah bagi orang
yang bersedia mendermakan hartanya untuk membantu sesama. Dalam satu
kesempatan, guru juga hendaknya memberi teladan berupa praktik
langsung di depan peserta didik. Selain itu, hendaknya guru bekerjasama
dengan sekolah dan mempunyai program kepedulian sosial seperti kegiatan
infaq setiap hari Jum’at pagi guna melatih anak menyisihkan uang yang
dimiliki secara rutin.
3. Kepada masyarakat, hendaknya meningkatkan rasa simpati, empati dan
kepekaan terhadap kondisi orang-orang di sekitar dan secara tulus
memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, sikap positif tersebut
sebaiknya dapat menular kepada semua masyarakat juga kepada anak-anak
supaya dapat menjadi pembelajaran bagi mereka dengan melihat contoh
dari orang-orang dewasa. Sehingga harapannya tercapailah kerukunan dan
kenyamanan dalam kehidupan bermasyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Fandi, Haryanto. 2011. Etika Bermuamalah Berdasarkan Al-Qur’an dan
Sunnah. Jakarta: AMZAH.
Al-Kandahlawi, Maulana Muhammad Zakariya. Kitab Ta’lim Fadilah Sedekah.
Bandung: Pustaka Ramadhan.
Alma, Buchari dkk. 2010. Pembelajaran Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.
Al-Maragi, Ahmad Mustafa. 1993. Tafsir Al-Maragi. Semarang: PT. Karya Toha
Putra.
Amin, Samsul Munir dan Haryanto Al-Fandi. 2011. Etika Beribadah Berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah. Jakarta: Amzah.
Arifin, Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Ar-Rifai’i, Muhammad Nasib. 1999. Kemudahan dari Allah: Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir, Jilid I. Bandung: Gema Insani.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. 2000. Tafsir Al-Qur’anul Majid An-
Nuur. Semarang: PT. Pustaka Rizki Pustaka.
Asifuddin, Ahmas Faiz. 2012. Pendidikan Islam, Basis Pembangunan Umat.
Naashirussunnah.
Asmani, Jamal Ma’ruf. 2011. Tuntunan Lengkap Metodologi Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Diva Press.
Azwar, Saifuddin. 2015. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, M. Burhan. 2017. Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Cet. 9; Jakarta: Kencana.
Busyaeri, Akhmad dan Mumuh Muharom. “Pengaruh Sikap Guru Terhadap
Pengembangan Karakter (Peduli Sosial) Siswa Di Mi Madinatunnajah
Kota Cirebon ,” hal. 7.
http://syekhnurjati.ac.id/jurnal/index.php/ibtida/article/view/177 (10
Oktober 2018).
Daradjat, Zakiyah dkk. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Cet. 10, Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Darmansyah. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.
Departemen Pendidikan Nasional. 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Echols, John M. dan Hasan Shadily. 2005. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Hamka. 2002. Tafsir Al-Azhar Juz II. Jakarta: PT. Citra Serumpun Padi.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hastuti, Qurratul ‘Aini Wara. “Infaq Tidak Dapat Dikategorikan Sebagai
Pungutan Liar,” vol. 3 no. 1 (Juni 2016), hal. 43.
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Ziswaf/article/ view/ 2282/1869
(10 Oktober 2018)
Hatta, Ahmad. 2009. Tafsir Qur’an per Kata Dilengkapi dengan Asbabun Nuzul
& Terjemah. Jakarta: Maghfirah Pustaka.
Ihsan, Fuad. 2003. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Kementrian Agama RI. 2012. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Sygma
Creativ Media Corp.
Lutfiah, Zeni dan Muh. Farhan Mujahidin, dkk. 2011. Pendidikan Agama Islam.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Margono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Masruroh, Ani. 2015. Internalisasi Pendidikan Sosial dan Relevansinya dengan
Pendidikan Era Informasinya (Kajian Surah An-Nisa: 36). Wonosobo:
FITK UNSIQ Jawa Tengah.
Maunah, Binti. 2009. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Muchsin, Bashori dan Abdul Wahid. 2009. Pendidikan Islam Kontemporer.
Bandung: PT Refika Aditama.
Mz, Labib dan Samsuddin. 2008. Bimbingan Pidato Kultum. Surabaya: Bintang
Usaha Jaya.
Nasution. 1983. Sosiologi Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Nasution. 2003. Metode Reseacrh, Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. 2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Nata, Abuddin. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.
Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Qutub, Sayyid. 2008. Fi Zhilalil-Qur’an Jilid I. Depok: Gema Insani.
Rasyid, Chatib dan Syaifuddin. 2009. Hukum Acara Perdata dalam Teori dan
Praktik pada Peradilan Agama. Yogyakarta: UII Press.
Republik Indonesia. 2011. “Undang-Undang R.I Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional”. Cet. IV; Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saebani, Beni Ahmad dan Hendra Akhdiyat. 2009. Ilmu Pendidikan Islam.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Shaleh, Q dan A. Dahlan. 2009. Asbabun Nuzul: Latar Belakang Historis
Turunnya Ayat-ayat Al-Qur’an. Bandung: CV Penerbit Diponegoro.
Shihab, M. Quraish. 2017. Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.
Shobur, Abdus. 2009. Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas IV. Semarang: PT. Karya
Toha Putra.
Strauss, Anselm dan Juliet Corbin. 2009. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sunarto, Achmad dan Syamsuddin Noor. 2012. Himpunan Hadits Shahih
Bukhari. Jakarta: An-Nur.
Suryabrata, Sumadi. 2013. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Tanzeh, Ahmad. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.
Tim PPPA Daarul Qur’an. 2009. Dahsyatnya Sedekah. Jakarta: PT. Bestari Buana
Murni.
Undang-Undang No.23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 1.
https://kalteng.kemenag.go.id/file/file/HumasKalteng/qwdb1465547530.p
df (20 Oktober 2018).
Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa.
Yogyakarta: Penerbit Teras.
Maftukhul Ngaqli