Anda di halaman 1dari 20

ASPEK KEMASYARAKATAN DALAM ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan IPS
semester I (Ganjil) tahun akademik 2019/2020

Dosen Pengampu : Dr.Iin Kendedes, M.A.

Disusun Oleh :

Kelompok 12
Kelas I B PIPS

Faisal Manfaris (11190150000072)


Ihsan Syahidan (11190150000074)
Erik (11190150000073)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan Rahmat dan Nikmat yang tak terhitung banyaknya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan Makalah yang berjudul “Aspek Kemasyarakatan dalam
Islam”. Makalah ini membahas tentang perhatian islam terhadap penciptaan
kesejahteraan masyarakat, cita-cita islam tentang masyarakat ideal dan berbagai teori
tentang pembentukan masyarakat serta strategi islam dalam membangun masyarakat
yang sejahtera lahir dan batin berdasarkan dalil al-Quran dan as-Sunah, atau pendapat
para Sosiolog Islam.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak, oleh sebab itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
banyak kepada Keluarga, Dosen, Teman teman dan semua yang telah membantu dalam
penulisan makalah ini terkhusus kepada Ibu Dr.Iin Kendedes, M.A. selaku dosen
pengampu mata kuliah Studi Islam.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah
ini,baik dari segi teknis penulisan maupun dari segi isi makalah ini. Oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, demi
perbaikan karya ilmiah lain yang akan datang. Terima kasih

Sawangan, .......,....................2019

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masyarakat atau community yang secara Etimologis berasal dari kata
kommunitat yang berakar pada comunete atau comman yang dalam Bahasa Yunani
berarti “Persahabatan”.1 Sedangkan kata masyarakat sendiri berasal dari Bahasa Arab
yaitu ‫ مشاركة‬yang artinya persekutuan,pertemanan, hubungan atau interaksi.
Masyarakat merupakan sekumpulan orang atau manusia yang berkumpul dalam
wilayah tertentu dalam kurun waktu yang cukup lama, sehingga menghasilkan interaksi
dan kontak sosial dan menghasilkan rasa saling membutuhkan antara satu masyarakat
dengan masyarakat lainnya.
Suatu masyarakat terdiri atas kelompok-kelompok manusia yang saling terkait
oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas, dan yang hidup
bersama. Kehidupan bersama ialah kehidupan yang didalamnya kelompok-kelompok
manusia hidup bersama-sama disuatu wilayah tertentu dan sama-sama berbagi iklim
serta makanan yang sama.2
Ajaran islam diturunkan Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup seluruh
manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Atas dasar itulah, muncul
diktum islam sebagai agama yang sempurna. Kesempurnaanya terlihat dalam ajaran
ajarannya yang bersifat universal dan fleksibel (luas dan lues) serta mengharuskan
3
terciptanya keseimbangan hidup antara duniawi dan ukhrawi, jasmani dan rohani.
salah satu ajaran islam selain membahas tentang akidah, syariah, maupun akhlak juga
membahas tentang Muamalah yaitu bagian yang menata hubungan manusia dalam lalu
lintas pergaulannya dengan sesamanya untuk memenuhi hajat hidupnya sehari hari.
Dalam muamalah atau hubunganya dengan sesama manusia lain mencakup
aspek sosial, politik, hukum, pendidikan, kemasyarakatan dan lain sebagainya. Salah
satunya yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu tentang Aspek Kemasyarakatan
dalam Islam. Sebesar apa perhatian islam dalam membentuk masyarakat yang ideal ?
lalu bagaimana startegi strategi dalam membangun masyarakat yang ideal ? berikut
sedikit penjelasanya.

1
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/pengertian_masyarakat.pdf
2
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan, 1995) cetakan ke5, hal 15
3
Prof. Dr. Rosihon Anwar, Pengantar studi islam (Bandung:CV Pustaka Setia,2009), cet.1, hal.17
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemasyarakatan dalam islam?
2. Bagaimana perhatian Islam terhadap penciptaan kesejahteraan masyarakat ?
3. Bagaimana Strategi Islam dalam membangun masyarakat yang ideal?
4. Apa saja teori tentang pembentukan masyarakat?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kemasyarakatan dalam islam.
2. Mengetahui seberapa besar perhatian Islam terhadap kesejahteraan masyarakat.
3. Untuk mengetahui strategi umat islam dalam membangun masyarakat yang ideal.
4. Agar mengetahui teori pembentukan masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemasyarakatan Dalam Islam
Masyarakat dalam pandangan islam merupakan alat atau sarana untuk
melaksanakan ajaran-ajaran islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah
masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja
sama umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan
dan keadilan.4
Karakteristik ajaran islam dapat dilihat dalam ajarannya dibidang sosial. Ajaran
islam dibidang sosial ini termasuk yang paling menonjol karena seluruh ajaran islam,
sebagaimana telah disebutkan, pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia.
Namun khusus bidang sosial ini, islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling
menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat),
tenggang rasa, dan kebersamaan.5
Kehidupan Manusia bersifat kemasyarakatan,. Artinya, bahwa secara fitri ia
bersifat kemasyarakatan. Disatu pihak, kebutuhan, keuntungan, kepuasan, karya dan
kegiatan manusia, pada hakikatnya bersifat kemasyarakatan, dan pada sistem
kemasyarakatannya akan tetap maujud selama ada pembagian kerja, pembagian
keuntungan dan rasa saling membutuhkan dalam suatu perangkat tertentu, tradisi dan
sistem. Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang dibawah tekanan
serangkai kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan,
tersatukan dan terlebur dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Kehidupan
manusia mempersatukan manusia dengan memberi setiap individu suatu rasa kesatuan
yang serupa dengan pengalaman sekelompok orang yang melakukan perjalanan
bersama.6
Islam mengajarkan bahwa kualitas manusia dari suatu segi bisa dipandang dari
manfaatnya bagi manusia lain. Dengan pandangan mengenai status dan fungsi individu
inilah islam memberikan aturan moral yang lengkap kepadanya. Aturan moral yang
lengkap ini didasarkan pada waktu suatu sistem nilai yang berisi norma-norma yang
sama dengan sinar tuntunan religius. Seperti : Ketakwaan, peyerahan diri, kebenaran,
keadilan kasih sayang, hikmah, keindahan dan sebagainya.

4
Drs. Kaelany HD, Islam dan aspek-aspek kemasyarakatan(Jakarta:Bumi Aksa, 1992), cet.1, hal.125
5
Prof. Dr. Rosihon Anwar, Pengantar studi islam (Bandung:CV Pustaka Setia,2009), cet.1, hal.131
6
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan,1995), cet.5, hal,15-16
a. Manusia bersifat Kemasyarakatan
Masalah yang berkenaan dengan faktor faktor penyebab maujudnya kehidupan
bermasyarakat manusia, telah muncul sejak dahulu kala. Apakah manusia dilahirkan
dengan disertai suatu naluri bermasyarakat 7 ataukah karena penalaranya dan
kemampuanya untuk memperhitungkan yang membuatnya berkesimpulan bahwa
dengan melalui kerja sama dan kehidupan bermasyarakatlah ia dapat lebih menikmati
anugrah anugrah alam, dan karena itu ia memilih hidup bersama dengan manusia lain ?
maka dari itu masalahnya adalah Pertama Manusia bersifat kemasyarakatan; Kedua
Manusia terpaksa bermasyarakat; Ketiga Manusia bermasyarakat berdasarkan pilihanya
sendiri 8.
Setiap individu tidak terlepas dari hidup bermasyarakat karena Manusia adalah
makhluk sosial. Ayat kedua dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW.,
dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskan hal tersebut,

QS Al-'Alaq : 2
ٍ َ‫ق اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬
‫ق‬ َ َ‫خَ ل‬

“Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”

Bukan saja diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal darah” atau
“sesuatu yang berdempat di dinding rahim”, tetapi juga dapat dipahami sebagai
“diciptakan didinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak
dapat hidup sendiri”. Ayat lain dalam konteks ini adalah surat Al-Hujurat ayat 13.
Dalam ayat tersebut secara tegas dinyatakan bahwa manusia diciptakan terdiri dari
lelaki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar mereka saling
mengenal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, menurut Al-Quran, manusia secara
fitri adalah maksluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan bagi
mereka9

7
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan, 1995) cetakan ke5, hal 16
8
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan, 1995) cetakan ke5, hal 17
9
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996) Cet.1 hal. 319-320
b. Keluarga Sebagai Unit Terkecil Dari Masyarakat
Unit terkecil dari struktur masyarakat adalah keluarga (usrah). Keluarga yang
unsur pokoknya suami, istri, dan anak dengan unsur pelengkapnya yaitu para pembantu
rumah tangga (khadam), merupakan kelompok terbatas statusnya, namun karena adanya
lingkungan dalam setiap kehidupan dan kawasan pemukiman, maka kehidupan suatu
keluarga dengan yang lain akan saling mempengaruhi sebagaimana yang lazim dalam
proses perkembangan sosial.10
Peranan individu yang berkembang tidaklah berarti harus menganggap diri
sendiri sebagai kelas istimewa, justru sikap dan sifat kreatif yang muncul dari individu
itu selain untuk dimanfaatkan untuk diri sendiri juga hendaknya dapat mendorong dan
membantu yang kurang berkembang untuk melakukan upaya yang lebih besar lagi.
Dalam hal ini peranan keluarga unit terkecil masyarakat amatlah penting dalam
membina individu-individu itu.11

QS At-Tahrim : 6

‫ارةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما أَ َم َرهُ ْم‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج‬
َ‫َويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون‬

“ Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

Konsep keluarga yang serba maslahah memang sulit dirumuskan secara pasti
dan berlaku bagi setiap keluarga. Kemaslahatan dan kesejahteraan pada prinsipnya
bermuara pada pemenuhan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan masing masing keluarga
relatif berbeda beda dan bertingkat tingkat. 12

10
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih sosial (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 1994) Cet.1,
hal.10
11
Drs. Kaelany HD, Islam dan aspek-aspek kemasyarakatan(Jakarta:Bumi Aksa, 1992), cet.1, hal.125-
126
12
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih sosial (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 1994) Cet.1,
hal.10
Dalam rangka membentuk dan membangun keluarga sebagai unit terkecil
masyarakat itu, Al-Qur’an memberikan tuntunan agar pola yang dilakukan berdasarkan
hal-hal berikut:13

1) Dasar takwa kepada allah

QS Āli 'Imrān : 102

َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim”

2) Dasar kasih sayang

QS Ar-Rūm : 21

‫ت لِقَ••وْ ٍم‬ َ •ِ‫•و َّدةً َو َرحْ َم• ةً ۚ إِ َّن فِي ٰ َذل‬


ٍ ‫ك آَل يَ••ا‬ َ •‫ق لَ ُك ْم ِم ْن أَ ْنفُ ِس• ُك ْم أَ ْز َوا ًج••ا لِت َْس• ُكنُوا إِلَ ْيهَ••ا َو َج َع• َل بَ ْينَ ُك ْم َم‬
َ •َ‫َو ِم ْن آيَاتِ ِه أَ ْن َخل‬
َ‫يَتَفَ َّكرُون‬

“ Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-


pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir”.

3) Pemenuhan kebutuhan biologis

QS Āli 'Imrān : 14

13
Drs. Kaelany HD, Islam dan aspek-aspek kemasyarakatan(Jakarta:Bumi Aksa, 1992), cet.1, hal. 130-
131
‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم َس َّو َم ِة َواأْل َ ْن َع ِام‬
َّ ِ‫ب َو ْالف‬
ِ َ‫ير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة ِمنَ ال َّذه‬ِ ‫ين َو ْالقَنَا ِط‬
•َ ِ‫ت ِمنَ النِّ َسا ِء َو ْالبَن‬ ِ ‫اس حُبُّ ال َّشهَ َوا‬ ِ َّ‫ُزيِّنَ لِلن‬
‫ب‬ِ ‫ع ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا ۖ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ ُحسْنُ ْال َمآ‬ َ ِ‫ث ۗ ٰ َذل‬
ُ ‫ك َمتَا‬ ِ ْ‫َو ْال َحر‬

“ Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik.”

4) Menjaga Keturunan

QS An-Nisā : 9

‫ض َعافًا خَ افُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬


ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ تَ َر ُكوا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka


meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar”.

5) Memelihara dari perzinaan

QS Al-Isrā : 32

ِ َ‫َواَل تَ ْق َربُوا ال ِّزنَا ۖ ِإنَّهُ َكانَ ف‬


‫اح َشةً َو َسا َء َسبِياًل‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk”.

B. Perhatian Islam Terhadap Terciptanya Masyarakat Yang Sejahtera


Al-Qur’an menekankan kebersamaan anggota masyarakat seperti gagasan
sejarah bersama, tujuan bersama, catatan perbuatan bersama, bahkan kebangkitan dan
kematian bersama. Dari sini lahir gagasan Amr Ma’ruf dan Nahi Munkar, serta konsep
fardhu kifayah dalam arti semua anggota masyarakat memikul dosa bila sebagian
mereka tidak melaksanakan kewajiban tertentu.14
Fardhu kifayah adalah kewajiban yang dikenakan pada kelompok (Kewajiban
Kolektif) dengan ketentuan bahwa apabila ada diantara anggota kelompok yang
melaksanakanya, seluruh kelompok terbebas dari sanksi15. Inti ajaran Fardhu kifayah
(Kewajiban kolektif) sebenarnya menyangkut aspek kemasyarakatan yang lingkupnya
jauh lebih luas dan kompleks. Sasaran utama doktrin Fardhu kifayah adalah tegaknya
kebersamaan seluruh anggota masyarakat dalam suatu kelompok kehidupan yang
sejahtera, aman, tertib, adil, makmur, serta terhapusnya semua yang berlawanan dengan
itu.16

a. Makna Kesejahteraan
Apabila dilihat kata dasarnya, “kesejahteraan” berasal dari kata “sejahtera”
yakni aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan,
kesukaran, dan sebagainya). Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera;
keamanan, keselamatan, ketenteraman, kesenangan hidup, dan sebagainya;
kemakmuran17. Dalam definisi lain: “Kesejahteraan (welfare) adalah kondisi yang
menghendaki terpenuhimya kebutuhan dasar bagi individu atau kelompok baik berupa
kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, sedangkan lawan dari kesejahteraan adalah
kesedihan (bencana) kehidupan”.18
Adapun “kesejahteraan sosial” atau social welfareadalah keadaan sejahtera
masyarakat. Dalam Mu’jam Musthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah dijelaskan bahwa
kesejahteraan sosial adalah sistem yang mengatur pelayanan sosial dan lembaga-
lembaga untuk membantu individu-individu dan kelompok- kelompok untukmencapai
tingkat kehidupan, kesehatan yang layak dengan tujuan menegakkan hubungan
kemasyarakatan yang setara antar individu sesuai dengan kemampuan pertumbuhan

14
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996) Cet.1 hal. 321
15
Dr.Muhaimin, Menggagas Fiqih Sosial : 70 tahun K.H. Ali Yafie, Hal.83
16
Dr.Muhaimin, Menggagas Fiqih Sosial : 70 tahun K.H. Ali Yafie, Hal.84-85
17
Sugono, Dendy, dkk. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1284
18
Ahmad Zaki Badawi, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah, (Beirut, Maktabah Lubnan:
New Impression 1982), hal. 445
mereka, memperbaiki kehidupan manusia sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan
masyarakat”.19

Adapun tujuan kesejahteraan sosial dilihat dari segi fungsinya yaitu :20
1. Sebagai fungsi pencegahan yaitu kesejahteraan sosial bertujuan untuk
memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah
sosial baru.
2. Sebagai fungsi penyembuhan yaitu kesejahteraan sosial ditujukan untuk
menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang
yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam
masyarakat.
3. Sebagai fungsi pembangunan yaitu kesejahteraan sosial bertujuan untuk
memberikan sumbangan langsung maupun tidak langsung dalam proses pembangunan
atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya social dalam masyarakat.
4. Sebagai fungsi penunjang yaitu untuk mencakup kegiatan-kegiatan untuk
membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.

b. Al-Qur’an dan Kesejahteraan Sosial


Kesejahteraan sosial dalam al-Qur’an meliputi berbagai aspek baik fisik, sosial
dan spiritual. Aspek kesejahteraan ini, secara komprehensip bersifat interagtif sehingga
bila salah satu di antaranya tidak terpenuhi, maka dipastikan manusia mengalami
kekurangan kesejahteraan sosial. Al-Qur’an menegaskan tentang menyatunya nilai
kesejahteraan sosial dengan nilai pengabdian dan menyembah Allah. Seperti dalam
QS An-Nisā : 36

ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْال َج‬


‫ار‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬ِ ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا ۖ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬
‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ِ ُ‫ْال ُجن‬

“ Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu


apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu

19
Ahmad Zaki Badawi, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah, (Beirut, Maktabah Lubnan:
New Impression 1982) hal.399
20
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, h. 12.
sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
sombong dan membanggakan diri “

Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban-kewajiban manusia baik secara khusus


maupun secara umum. Secara khusus manusia memiliki kewajiban menyembah kepada
Allah swt. dan beribadah kepada-Nya dengan khusyuk dan taat serta tidak
mempersekutukannya dengan sesuatu apapun. Sedangkan secara umum, manusia
memiliki kewajiban berbuat baik kepada ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Seseorang
yang dapat memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut, maka ia akan mendapatkan
keberuntungan dan kebahagiaan serta selamat sejahtera di dunia dan akhirat.21
Islam sangat respek dengan tema-tema tentang kesejahteraan sosial. Dalam bidang
ekonomi, Islam mengatur distribusi kekayaan agar tidak hanya beredar di kalangan atas.
Ini sesuai dalam
QS al-Hasyr, 59:7

ِ ِ‫َما أَفَا َء هَّللا ُ َعلَ ٰى َرسُولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُ َر ٰى فَلِلَّ ِه َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسب‬
َ‫يل َك ْي اَل يَ ُكون‬
ِ ‫دُولَةً بَ ْينَ اأْل َ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬

“ Harta rampasan fai' yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari
penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak
yatim, orang-orang miskin, dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-
Nya.”

Selain itu, kesejahteraan sosial akan tercipta dalam sistem masyarakat yang
stabil, khususnya adanya stabilitas keamanan. Stabilitas sosial-ekonomi tidak mungkin
terjamin tanpa adanya stabilitas keamanan (termasuk di dalamnya stabilias politik). Hal
ini sebagaimana doa Nabi Ibrahim As. dalam

21
Ayi Erma Azizah, ‚Konsep Al-Qur’an tentang Kesejahteraan Sosial (Studi Tafsir Tematik)‛, Skripsi
(Banten : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin,
2016), h. 79-80.
QS al-Baqarah, 2:126;

ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل إِ ْب َرا ِهي ُم َربِّ اجْ َعلْ ٰهَ َذا بَلَدًا آ ِمنًا َوارْ ُز ْق أَ ْهلَهُ ِمنَ الثَّ َم َرا‬
‫ت َم ْن آ َمنَ ِم ْنهُ ْم بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۖ قَا َل َو َم ْن َكفَ َر‬
ِ ‫س ْال َم‬
‫صي ُر‬ َ ‫ار ۖ َوبِ ْئ‬ ِ ‫فَأ ُ َمتِّ ُعهُ قَلِياًل ثُ َّم أَضْ طَرُّ هُ إِلَ ٰى َع َذا‬
ِ َّ‫ب الن‬

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini
negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu
di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian," Dia (Allah)
berfirman, "Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara,
kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali."

Kesejahteraan sosial dalam al-Qur’an menggunakan beberapa istilah seperti al-


Falah, aman, salam dan maslahah. Di antara istilah-istilah itu yang cakupan maknanya
luas dan mendalam serta menggambarkan konsep kesejahteraan sosial secara mendasar
adalah istilah ‚al-falah yang menjadi tujuan akhir dalam kehidupan manusia di dunia
ini.

C. Strategi Islam Dalam Membangun Masyarakat Yang Ideal


Seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwasanya islam sangat
memperhatikan hal-hal dalam bermasyarakat (Haqqul Ibad) atau hubunganya dengan
sesama manusia (Hablum minannas).
Islam adalah agama yang sangat menonjol dari segi sosial. Dalam Islam, hampir
semua ibadah yang disyariatkan mengandung nilai-nilai sosial. Nilai sosial yang
terkandung dalam ibadah bukan hanya dalam ibadah qurban saja, tapi juga dalam
ibadah-ibadah lainnya seperti shalat, puasa, zakat, haji, infaq, waqaf. Juga ada berbagai
hukuman atas pelanggaran yang dilakukan disebabkan halangan dalam melakukan
kewajiban agama dengan hukuman atau pengganti yang mengandung nilai-nilai sosial
seperti, fidyah, kafarat dzihar, dan lain-lain. Juga banyak terdapat ayat maupun hadits
yang menjunjung tinggi nilai-nilai sosial, moral dan kemanusiaan.
Tidak ada agama yang lebih indah daripada Islam, yang bukan hanya
memperhatikan nilai-nilai spiritual, tapi juga memperhatikan nilai-nilai sosial. Islam
adalah agama yang penuh dengan keseimbangan. Islam tidak hanya memperhatikan
kepada nilai spiritual, tidak juga hanya memperhatikan kepada nilai sosial, tapi Islam
meliputi keduanya.
Islam adalah syamil (universal) menyangkut semua persoalan hajat manusia,
Islam merupakan jalan keluar untuk segala persoalan hidup manusia. Pada Islam ini,
diletakan aturan hukum yang rinci, yang tidak ada persoalan yang luput dari sorotannya,
sampai kepada hal-hal yang kecilpun dibahas dalam Islam 22
Bahkan pada era seakarang telah digagas cabang keilmuan khusus yang
membahas tentang sosial yaitu Fiqih Sosial yang mengatur tata cara hidup
berdampingan dengan masyarakat, bagaimana dalam memperhatikan tiap hak hak
masyarakat dan sebagainya.
Aspek kemasyarakatan dalam islam termasuk dalam Fardhu Kifayah atau
kewajiban kolektif, dimana kewajiban yang harus dilakukan bersama atau salah satu
dari mereka. Lalu bagaimana cara membangun masyarakat yang ideal ?, dalam Islam
dikenal dengan Habluminallah dan Habluminannas. Wujud dari Hablumminallah dan
Hablumminannas yang baik adalah akhlak yang baik terhadap sesama manusia.
Sejak diturunkannya Al Qur’an diturunkan dan diantaranya Islam mengajarkan
dua buah prinsip yang sangat penting yaitu hubungan dengan Allah (Hablumminallah)
dan hubungan dengan sesama manusia (Hablumminannas).
Adanya hubungan ini adalah konsekuensi tak terhindarkan dari adanya interaksi
kita dengan Allah karena kita selalu membutuhkan pertolongan Nya dan interaksi
dengan sesama manusia karena kita membutuhkan bantuannya. Seorang muslim
tidaklah cukup membangun hubungan baik dengan Allah tetapi harus pula membangun
hubungan baik dengan sesama manusia.23
Hablumminannas ialah amalan-amalan lahir kita yang termasuk dalam bidang-
bidang muamalat (kerja-kerja yang ada hubungannya dengan masyarakat), munakahat
(persoalan kekeluargaan) dan jinayah serta tarbiyah Islamiyah, soal-soal siasah,
fisabilillah, jihad dan persoalan alam beserta isinya.
Dalam Al-Quran dijelaskan bagaimana hidup bermasyarakat, tata cara dalam
bermasyarakat dan akhlak akhlak yang mengatur dalam kehidupan bermasyarakat,
seperti yang terdapat dalam Q.S. Al-Hujarat ayat 6-13
Al-Hujarāt : 6

22
https://www.rumahzakat.org/keutamaan-islam-dalam-konsep-sosial/
23
https://musholla-baiturrabbi.jimdo.com/artikel/hablum-minannas/
َ‫صيبُوا قَوْ ًما بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِمين‬
ِ ُ‫ق بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُوا أَ ْن ت‬
ٌ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ ْن َجا َء ُك ْم فَا ِس‬

“ Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan
suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.”
Al-Hujarāt : 7

َ ‫ير ِمنَ اأْل َ ْم ِر لَ َعنِتُّ ْم َو ٰلَ ِك َّن هَّللا َ َحب‬


َ‫َّب إِلَ ْي ُك ُم اإْل ِ ي َمانَ َوزَ يَّنَهُ فِي قُلُوبِ ُك ْم َو َك َّره‬ ٍ ِ‫َوا ْعلَ ُموا أَ َّن فِي ُك ْم َرسُو َل هَّللا ِ ۚ لَوْ يُ ِطي ُع ُك ْم فِي َكث‬
َ ِ‫ق َو ْال ِعصْ يَانَ ۚ أُو ٰلَئ‬
َ‫ك هُ ُم الرَّا ِش ُدون‬ َ ‫إِلَ ْي ُك ُم ْال ُك ْف َر َو ْالفُسُو‬

“ Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti
(kemauan) kamu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi
Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah
dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,”

Al-Hujarāt : 8

‫فَضْ اًل ِمنَ هَّللا ِ َونِ ْع َمةً ۚ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم‬

“Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.”

Al-Hujarāt : 9

‫َت إِحْ دَاهُ َما َعلَى اأْل ُ ْخ َر ٰى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَب ِْغي َحتَّ ٰى تَفِي َء إِلَ ٰى‬ ْ ‫طائِفَتَا ِن ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ا ْقتَتَلُوا فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما ۖ فَإ ِ ْن بَغ‬ َ ‫َوإِ ْن‬
َ‫ت فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما بِ ْال َع ْد ِل َوأَ ْق ِسطُوا ۖ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين‬
ْ ‫أَ ْم ِر هَّللا ِ ۚ فَإ ِ ْن فَا َء‬

“ Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain,
maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil,”

Al-Hujarāt : 10

َ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

“ Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara


kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu
mendapat rahmat,”.

Al-Hujarāt : 11

‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَسْخَ رْ قَوْ ٌم ِم ْن قَوْ ٍم َع َس ٰى أَ ْن يَ ُكونُوا خَ ْيرًا ِم ْنهُ ْم َواَل نِ َسا ٌء ِم ْن نِ َسا ٍء َع َس ٰى أَ ْن يَ ُك َّن خَ ْيرًا ِم ْنه َُّن ۖ َواَل‬
َ‫ق بَ ْع َد اإْل ِ ي َما ِن ۚ َو َم ْن َل ْم يَتُبْ فَأُو ٰلَئِكَ هُ ُم الظَّالِ ُمون‬
ُ ‫س ااِل ْس ُم ْالفُسُو‬ ِ ‫ت َْل ِم ُزوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوا بِاأْل َ ْلقَا‬
َ ‫ب ۖ بِ ْئ‬

“ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)
perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan
janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”.

Al-Hujarāt : 12

‫ض ُك ْم بَ ْعضًا ۚ أَيُ ِحبُّ أَ َح ُد ُك ْم أَ ْن‬


ُ ‫ْض الظَّنِّ إِ ْث ٌم ۖ َواَل تَ َج َّسسُوا َواَل يَ ْغتَبْ بَ ْع‬
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اجْ تَنِبُوا َكثِيرًا ِمنَ الظَّنِّ إِ َّن بَع‬
‫يَأْ ُك َل لَحْ َم أَ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْهتُ ُموهُ ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِ َّن هَّللا َ تَوَّابٌ َر ِحي ٌم‬

“ Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya


sebagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain,
dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada
di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu
merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah Maha Penerima Tobat,
Maha Penyayang,”

Al-Hujarāt : 13

‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر‬

“ Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti,”

Dari ayat ayat diatas dapat diketahui bahwasanya kita dianjurkan untuk :
1. budayakan tabayun. Tabayun adalah mengecek kebenaran suatu berita yang
sampai ke telinga kita
2. budaya ishlah. Ishlah adalah meluruskan yang tidak lurus, mendamaikan yang
tidak damai, merukunkan yang tidak rukun, termasuk meluruskan informasi yang
salah.
3. hindarkan taskhirriyah, meremehkan atau memperolo-olokan orang lain.
4. jangan menghina orang lain,
5. menjauhkan sikap su-udhon atau buruk sangka.
6. jangan suka mencari kesalahan orang lain.
7. jangan suka menggunjing orang lain atau ghibah

dalam bermasyarakat kita harus selalu menjunjung tinggi akhlak, salah satu akhlak
dalam bermasyarakat yaitu :
1. Berbuat baik pada tetangga
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dalam hal ini dekat bukan
karena pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Meskipun mungkin tidak
seagama dengan kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan
dengan rumah kita.24

24
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 219
An-Nisā : 36

ِ ‫ار ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْال َج‬


‫ار‬ ِ ‫ين َو ْال َج‬ِ ‫َوا ْعبُدُوا هَّللا َ َواَل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا ۖ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا َوبِ ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِك‬
‫ت أَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ إِ َّن هَّللا َ اَل يُ ِحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْختَااًل فَ ُخورًا‬
ْ ‫ب َوا ْب ِن ال َّسبِي ِل َو َما َملَ َك‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ْن‬
ِ ‫ب َوالصَّا ِح‬ ِ ُ‫ْال ُجن‬

Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa
pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan
hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong
dan membanggakan diri,

2. Ta’awun (Saling Menolong)


Ta’awun adalah sikap saling menolong terhadap sesama. Dalam hidup ini,
tidak ada orang yang tidak memerlukan pertolongan orang lain. Pada dasarnya
manusia adalah makhluk sosial. Oleh karena itu, manusia tidak dapat hidup
sendirian. Ia membutuhkan bantuan dan pertolongan orang lain, meskipun ia
orang kaya atau mempunyai kedudukan tinggi.25

Al-Mā'idah : 2

‫ي َواَل ْالقَاَل ئِ َد َواَل آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ اًل‬َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ِحلُّوا َش َعائِ َر هَّللا ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد‬
ۘ ‫ص ُّدو ُك ْم َع ِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام أَ ْن تَ ْعتَدُوا‬
َ ‫ِم ْن َربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا ۚ َوإِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَادُوا ۚ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم أَ ْن‬
ِ ‫اونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ ‫اونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع‬
َ ‫َوتَ َع‬

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar kesucian


Allah, dan jangan (melanggar kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu)
hadyu (hewan-hewan kurban), dan Qalaid (hewan-hewan kurban yang diberi tanda),
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitulharam; mereka
mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi apabila kamu telah menyelesaikan
ihram, maka bolehlah kamu berburu. Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu
kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidilharam mendorongmu
berbuat melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam

25
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 221
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.

3. Tawadhu (Merendahkan Diri Terhadap Sesama)


Tawadhu adalah memelihara pergaulan dan hubungan sesama manusia, tanpa
perasaan melebihkan diri sendiri dihadapan orang lain. Selain itu tawadhu juga
mengandung pengertian tidak merendahkan orang lain. Tawadhu tidak akan
menjadikan seorang menjadi rendah dan tidak terhormat, sebaliknya akan
menyebabkan diri memperoleh ketinggian dan kemuliaan26
4. Hormat kepada teman dan sahabat
Sikap hormat kepada teman dan sahabat merupakan sikap terpuji dalam akhlak
islam. Karena teman dan sahabat adalah orang yang kita ajak bergaul dalam
kehidupan, berbuat baik terhadap teman dan sahabat sangat dianjurkan27.

5. Silaturrahim dengan kerabat


Silaturrahim adalah menyambung kekerabatan. Istilah ini menjadi sebuah
simbol dari hubungan baik penuh kasih sayang antara sesama kerabat yang
asal usulnya berasal dari satu rahim. Silaturrahim juga memiliki pengertian
yang lebih luas, tidak terbatas pada hubungan kasih sayang antara sesama
kerabat, tetapi juga mencakup masyarakat yang lebih luas. Jadi silaturrahim
berarti menghubungkan tali kasih sayang antara sesama anggota masyarakat 28.

An-Nisā : 1

َ ‫ث ِم ْنهُ َما ِر َجااًل َكثِيرًا َونِ َسا ًء ۚ َواتَّقُوا هَّللا‬


َّ َ‫ق ِم ْنهَا زَ وْ َجهَا َوب‬
َ َ‫اح َد ٍة َوخَ ل‬
ِ ‫س َو‬ٍ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي خَ لَقَ ُك ْم ِم ْن نَ ْف‬
‫الَّ ِذي تَ َسا َءلُونَ بِ ِه َواأْل َرْ َحا َم ۚ إِ َّن هَّللا َ َكانَ َعلَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬

Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu


dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa)
dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya

26
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 222
27
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 223
28
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 224
kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu

6. Menciptakan perdamaian
Dalam hidup bermasyarakat haruslah selalu menciptakan perdamaian antar
tetangga dan lingkungan sekitar. Karena orang yang mengupayakan kedamaian
diantara umat manusia akan diberi pahala yang besar oleh Allah SWT29

29
Syaikh Mustafa Al-Adawy, Fikih Akhlak- terjemah Fiqh al-akhlak wa al-Muamalat al-Mu;minin,
( jakarat : Qisthi Press, 2010 ), Cet.15, hal.396

Anda mungkin juga menyukai