Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Program Studi Pendidikan IPS
semester I (Ganjil) tahun akademik 2019/2020
Disusun Oleh :
Kelompok 12
Kelas I B PIPS
Sawangan, .......,....................2019
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/pengertian_masyarakat.pdf
2
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan, 1995) cetakan ke5, hal 15
3
Prof. Dr. Rosihon Anwar, Pengantar studi islam (Bandung:CV Pustaka Setia,2009), cet.1, hal.17
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemasyarakatan dalam islam?
2. Bagaimana perhatian Islam terhadap penciptaan kesejahteraan masyarakat ?
3. Bagaimana Strategi Islam dalam membangun masyarakat yang ideal?
4. Apa saja teori tentang pembentukan masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kemasyarakatan dalam islam.
2. Mengetahui seberapa besar perhatian Islam terhadap kesejahteraan masyarakat.
3. Untuk mengetahui strategi umat islam dalam membangun masyarakat yang ideal.
4. Agar mengetahui teori pembentukan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kemasyarakatan Dalam Islam
Masyarakat dalam pandangan islam merupakan alat atau sarana untuk
melaksanakan ajaran-ajaran islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karena itulah
masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja
sama umat menuju adanya suatu pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan
dan keadilan.4
Karakteristik ajaran islam dapat dilihat dalam ajarannya dibidang sosial. Ajaran
islam dibidang sosial ini termasuk yang paling menonjol karena seluruh ajaran islam,
sebagaimana telah disebutkan, pada akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia.
Namun khusus bidang sosial ini, islam menjunjung tinggi tolong menolong, saling
menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat),
tenggang rasa, dan kebersamaan.5
Kehidupan Manusia bersifat kemasyarakatan,. Artinya, bahwa secara fitri ia
bersifat kemasyarakatan. Disatu pihak, kebutuhan, keuntungan, kepuasan, karya dan
kegiatan manusia, pada hakikatnya bersifat kemasyarakatan, dan pada sistem
kemasyarakatannya akan tetap maujud selama ada pembagian kerja, pembagian
keuntungan dan rasa saling membutuhkan dalam suatu perangkat tertentu, tradisi dan
sistem. Masyarakat merupakan suatu kelompok manusia yang dibawah tekanan
serangkai kebutuhan dan dibawah pengaruh seperangkat kepercayaan, ideal dan tujuan,
tersatukan dan terlebur dalam suatu rangkaian kesatuan kehidupan bersama. Kehidupan
manusia mempersatukan manusia dengan memberi setiap individu suatu rasa kesatuan
yang serupa dengan pengalaman sekelompok orang yang melakukan perjalanan
bersama.6
Islam mengajarkan bahwa kualitas manusia dari suatu segi bisa dipandang dari
manfaatnya bagi manusia lain. Dengan pandangan mengenai status dan fungsi individu
inilah islam memberikan aturan moral yang lengkap kepadanya. Aturan moral yang
lengkap ini didasarkan pada waktu suatu sistem nilai yang berisi norma-norma yang
sama dengan sinar tuntunan religius. Seperti : Ketakwaan, peyerahan diri, kebenaran,
keadilan kasih sayang, hikmah, keindahan dan sebagainya.
4
Drs. Kaelany HD, Islam dan aspek-aspek kemasyarakatan(Jakarta:Bumi Aksa, 1992), cet.1, hal.125
5
Prof. Dr. Rosihon Anwar, Pengantar studi islam (Bandung:CV Pustaka Setia,2009), cet.1, hal.131
6
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan,1995), cet.5, hal,15-16
a. Manusia bersifat Kemasyarakatan
Masalah yang berkenaan dengan faktor faktor penyebab maujudnya kehidupan
bermasyarakat manusia, telah muncul sejak dahulu kala. Apakah manusia dilahirkan
dengan disertai suatu naluri bermasyarakat 7 ataukah karena penalaranya dan
kemampuanya untuk memperhitungkan yang membuatnya berkesimpulan bahwa
dengan melalui kerja sama dan kehidupan bermasyarakatlah ia dapat lebih menikmati
anugrah anugrah alam, dan karena itu ia memilih hidup bersama dengan manusia lain ?
maka dari itu masalahnya adalah Pertama Manusia bersifat kemasyarakatan; Kedua
Manusia terpaksa bermasyarakat; Ketiga Manusia bermasyarakat berdasarkan pilihanya
sendiri 8.
Setiap individu tidak terlepas dari hidup bermasyarakat karena Manusia adalah
makhluk sosial. Ayat kedua dari wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW.,
dapat dipahami sebagai salah satu ayat yang menjelaskan hal tersebut,
QS Al-'Alaq : 2
ٍ َق اإْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل
ق َ َخَ ل
Bukan saja diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal darah” atau
“sesuatu yang berdempat di dinding rahim”, tetapi juga dapat dipahami sebagai
“diciptakan didinding dalam keadaan selalu bergantung kepada pihak lain atau tidak
dapat hidup sendiri”. Ayat lain dalam konteks ini adalah surat Al-Hujurat ayat 13.
Dalam ayat tersebut secara tegas dinyatakan bahwa manusia diciptakan terdiri dari
lelaki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar mereka saling
mengenal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, menurut Al-Quran, manusia secara
fitri adalah maksluk sosial dan hidup bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan bagi
mereka9
7
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan, 1995) cetakan ke5, hal 16
8
Murtadha Muthahhari, Masyarakat dan Sejarah : Kritik islam atas marxisme dan teori lainya
(Bandung:Penerbit Mizan, 1995) cetakan ke5, hal 17
9
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996) Cet.1 hal. 319-320
b. Keluarga Sebagai Unit Terkecil Dari Masyarakat
Unit terkecil dari struktur masyarakat adalah keluarga (usrah). Keluarga yang
unsur pokoknya suami, istri, dan anak dengan unsur pelengkapnya yaitu para pembantu
rumah tangga (khadam), merupakan kelompok terbatas statusnya, namun karena adanya
lingkungan dalam setiap kehidupan dan kawasan pemukiman, maka kehidupan suatu
keluarga dengan yang lain akan saling mempengaruhi sebagaimana yang lazim dalam
proses perkembangan sosial.10
Peranan individu yang berkembang tidaklah berarti harus menganggap diri
sendiri sebagai kelas istimewa, justru sikap dan sifat kreatif yang muncul dari individu
itu selain untuk dimanfaatkan untuk diri sendiri juga hendaknya dapat mendorong dan
membantu yang kurang berkembang untuk melakukan upaya yang lebih besar lagi.
Dalam hal ini peranan keluarga unit terkecil masyarakat amatlah penting dalam
membina individu-individu itu.11
QS At-Tahrim : 6
ارةُ َعلَ ْيهَا َماَل ئِ َكةٌ ِغاَل ظٌ ِشدَا ٌد اَل يَ ْعصُونَ هَّللا َ َما أَ َم َرهُ ْم
َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا قُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم نَارًا َوقُو ُدهَا النَّاسُ َو ْال ِح َج
ََويَ ْف َعلُونَ َما ي ُْؤ َمرُون
“ Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia
perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”
Konsep keluarga yang serba maslahah memang sulit dirumuskan secara pasti
dan berlaku bagi setiap keluarga. Kemaslahatan dan kesejahteraan pada prinsipnya
bermuara pada pemenuhan kebutuhan. Sedangkan kebutuhan masing masing keluarga
relatif berbeda beda dan bertingkat tingkat. 12
10
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih sosial (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 1994) Cet.1,
hal.10
11
Drs. Kaelany HD, Islam dan aspek-aspek kemasyarakatan(Jakarta:Bumi Aksa, 1992), cet.1, hal.125-
126
12
Sahal Mahfudh, Nuansa Fiqih sosial (Yogyakarta : LkiS Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 1994) Cet.1,
hal.10
Dalam rangka membentuk dan membangun keluarga sebagai unit terkecil
masyarakat itu, Al-Qur’an memberikan tuntunan agar pola yang dilakukan berdasarkan
hal-hal berikut:13
َق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن ِإاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون
َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح
QS Ar-Rūm : 21
QS Āli 'Imrān : 14
13
Drs. Kaelany HD, Islam dan aspek-aspek kemasyarakatan(Jakarta:Bumi Aksa, 1992), cet.1, hal. 130-
131
ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم َس َّو َم ِة َواأْل َ ْن َع ِام
َّ ِب َو ْالف
ِ َير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة ِمنَ ال َّذهِ ين َو ْالقَنَا ِط
•َ ِت ِمنَ النِّ َسا ِء َو ْالبَن ِ اس حُبُّ ال َّشهَ َوا ِ َُّزيِّنَ لِلن
بِ ع ْال َحيَا ِة ال ُّد ْنيَا ۖ َوهَّللا ُ ِع ْن َدهُ ُحسْنُ ْال َمآ َ ِث ۗ ٰ َذل
ُ ك َمتَا ِ َْو ْال َحر
“ Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang
diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang
bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak, dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik.”
4) Menjaga Keturunan
QS An-Nisā : 9
QS Al-Isrā : 32
“Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan
suatu jalan yang buruk”.
a. Makna Kesejahteraan
Apabila dilihat kata dasarnya, “kesejahteraan” berasal dari kata “sejahtera”
yakni aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan,
kesukaran, dan sebagainya). Kesejahteraan adalah hal atau keadaan sejahtera;
keamanan, keselamatan, ketenteraman, kesenangan hidup, dan sebagainya;
kemakmuran17. Dalam definisi lain: “Kesejahteraan (welfare) adalah kondisi yang
menghendaki terpenuhimya kebutuhan dasar bagi individu atau kelompok baik berupa
kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, sedangkan lawan dari kesejahteraan adalah
kesedihan (bencana) kehidupan”.18
Adapun “kesejahteraan sosial” atau social welfareadalah keadaan sejahtera
masyarakat. Dalam Mu’jam Musthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah dijelaskan bahwa
kesejahteraan sosial adalah sistem yang mengatur pelayanan sosial dan lembaga-
lembaga untuk membantu individu-individu dan kelompok- kelompok untukmencapai
tingkat kehidupan, kesehatan yang layak dengan tujuan menegakkan hubungan
kemasyarakatan yang setara antar individu sesuai dengan kemampuan pertumbuhan
14
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1996) Cet.1 hal. 321
15
Dr.Muhaimin, Menggagas Fiqih Sosial : 70 tahun K.H. Ali Yafie, Hal.83
16
Dr.Muhaimin, Menggagas Fiqih Sosial : 70 tahun K.H. Ali Yafie, Hal.84-85
17
Sugono, Dendy, dkk. Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), 1284
18
Ahmad Zaki Badawi, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah, (Beirut, Maktabah Lubnan:
New Impression 1982), hal. 445
mereka, memperbaiki kehidupan manusia sesuai dengan kebutuhan- kebutuhan
masyarakat”.19
Adapun tujuan kesejahteraan sosial dilihat dari segi fungsinya yaitu :20
1. Sebagai fungsi pencegahan yaitu kesejahteraan sosial bertujuan untuk
memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah
sosial baru.
2. Sebagai fungsi penyembuhan yaitu kesejahteraan sosial ditujukan untuk
menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang
yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam
masyarakat.
3. Sebagai fungsi pembangunan yaitu kesejahteraan sosial bertujuan untuk
memberikan sumbangan langsung maupun tidak langsung dalam proses pembangunan
atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya social dalam masyarakat.
4. Sebagai fungsi penunjang yaitu untuk mencakup kegiatan-kegiatan untuk
membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan kesejahteraan sosial yang lain.
19
Ahmad Zaki Badawi, Mu’jam Mushthalahâtu al-‘Ulûm al-Ijtimâ’iyyah, (Beirut, Maktabah Lubnan:
New Impression 1982) hal.399
20
Adi Fahrudin, Pengantar Kesejahteraan Sosial, h. 12.
sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang
sombong dan membanggakan diri “
ِ َِما أَفَا َء هَّللا ُ َعلَ ٰى َرسُولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُ َر ٰى فَلِلَّ ِه َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُرْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َسا ِكي ِن َوا ْب ِن ال َّسب
َيل َك ْي اَل يَ ُكون
ِ دُولَةً بَ ْينَ اأْل َ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم ۚ َو َما آتَا ُك ُم ال َّرسُو ُل فَ ُخ ُذوهُ َو َما نَهَا ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوا ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا
ب
“ Harta rampasan fai' yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari
penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak
yatim, orang-orang miskin, dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta
itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-
Nya.”
Selain itu, kesejahteraan sosial akan tercipta dalam sistem masyarakat yang
stabil, khususnya adanya stabilitas keamanan. Stabilitas sosial-ekonomi tidak mungkin
terjamin tanpa adanya stabilitas keamanan (termasuk di dalamnya stabilias politik). Hal
ini sebagaimana doa Nabi Ibrahim As. dalam
21
Ayi Erma Azizah, ‚Konsep Al-Qur’an tentang Kesejahteraan Sosial (Studi Tafsir Tematik)‛, Skripsi
(Banten : Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin,
2016), h. 79-80.
QS al-Baqarah, 2:126;
ِ َوإِ ْذ قَا َل إِ ْب َرا ِهي ُم َربِّ اجْ َعلْ ٰهَ َذا بَلَدًا آ ِمنًا َوارْ ُز ْق أَ ْهلَهُ ِمنَ الثَّ َم َرا
ت َم ْن آ َمنَ ِم ْنهُ ْم بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۖ قَا َل َو َم ْن َكفَ َر
ِ س ْال َم
صي ُر َ ار ۖ َوبِ ْئ ِ فَأ ُ َمتِّ ُعهُ قَلِياًل ثُ َّم أَضْ طَرُّ هُ إِلَ ٰى َع َذا
ِ َّب الن
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini
negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu
di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian," Dia (Allah)
berfirman, "Dan kepada orang yang kafir akan Aku beri kesenangan sementara,
kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat
kembali."
22
https://www.rumahzakat.org/keutamaan-islam-dalam-konsep-sosial/
23
https://musholla-baiturrabbi.jimdo.com/artikel/hablum-minannas/
َصيبُوا قَوْ ًما بِ َجهَالَ ٍة فَتُصْ بِحُوا َعلَ ٰى َما فَ َع ْلتُ ْم نَا ِد ِمين
ِ ُق بِنَبَإ ٍ فَتَبَيَّنُوا أَ ْن ت
ٌ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِ ْن َجا َء ُك ْم فَا ِس
“ Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu
membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan
suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali
perbuatanmu itu.”
Al-Hujarāt : 7
“ Dan ketahuilah bahwa di tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia menuruti
(kemauan) kamu dalam banyak hal, pasti kamu akan mendapatkan kesusahan. Tetapi
Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah
dalam hatimu, serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,”
Al-Hujarāt : 8
فَضْ اًل ِمنَ هَّللا ِ َونِ ْع َمةً ۚ َوهَّللا ُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم
“Sebagai karunia dan nikmat dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui,
Mahabijaksana.”
Al-Hujarāt : 9
َت إِحْ دَاهُ َما َعلَى اأْل ُ ْخ َر ٰى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَب ِْغي َحتَّ ٰى تَفِي َء إِلَ ٰى ْ طائِفَتَا ِن ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِينَ ا ْقتَتَلُوا فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما ۖ فَإ ِ ْن بَغ َ َوإِ ْن
َت فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَهُ َما بِ ْال َع ْد ِل َوأَ ْق ِسطُوا ۖ إِ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ ْال ُم ْق ِس ِطين
ْ أَ ْم ِر هَّللا ِ ۚ فَإ ِ ْن فَا َء
“ Dan apabila ada dua golongan orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain,
maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali
kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka
damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah
mencintai orang-orang yang berlaku adil,”
Al-Hujarāt : 10
َإِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ إِ ْخ َوةٌ فَأَصْ لِحُوا بَ ْينَ أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون
Al-Hujarāt : 11
يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل يَسْخَ رْ قَوْ ٌم ِم ْن قَوْ ٍم َع َس ٰى أَ ْن يَ ُكونُوا خَ ْيرًا ِم ْنهُ ْم َواَل نِ َسا ٌء ِم ْن نِ َسا ٍء َع َس ٰى أَ ْن يَ ُك َّن خَ ْيرًا ِم ْنه َُّن ۖ َواَل
َق بَ ْع َد اإْل ِ ي َما ِن ۚ َو َم ْن َل ْم يَتُبْ فَأُو ٰلَئِكَ هُ ُم الظَّالِ ُمون
ُ س ااِل ْس ُم ْالفُسُو ِ ت َْل ِم ُزوا أَ ْنفُ َس ُك ْم َواَل تَنَابَ ُزوا بِاأْل َ ْلقَا
َ ب ۖ بِ ْئ
“ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang
mengolok-olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan)
perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olokkan) lebih baik dari
perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain, dan
janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan
adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barang siapa tidak
bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”.
Al-Hujarāt : 12
Al-Hujarāt : 13
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َوأُ ْنثَ ٰى َو َج َع ْلنَا ُك ْم ُشعُوبًا َوقَبَائِ َل لِتَ َعا َرفُوا ۚ إِ َّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هَّللا ِ أَ ْتقَا ُك ْم ۚ إِ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم خَ بِي ٌر
“ Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti,”
Dari ayat ayat diatas dapat diketahui bahwasanya kita dianjurkan untuk :
1. budayakan tabayun. Tabayun adalah mengecek kebenaran suatu berita yang
sampai ke telinga kita
2. budaya ishlah. Ishlah adalah meluruskan yang tidak lurus, mendamaikan yang
tidak damai, merukunkan yang tidak rukun, termasuk meluruskan informasi yang
salah.
3. hindarkan taskhirriyah, meremehkan atau memperolo-olokan orang lain.
4. jangan menghina orang lain,
5. menjauhkan sikap su-udhon atau buruk sangka.
6. jangan suka mencari kesalahan orang lain.
7. jangan suka menggunjing orang lain atau ghibah
dalam bermasyarakat kita harus selalu menjunjung tinggi akhlak, salah satu akhlak
dalam bermasyarakat yaitu :
1. Berbuat baik pada tetangga
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita. Dalam hal ini dekat bukan
karena pertalian darah atau pertalian persaudaraan. Meskipun mungkin tidak
seagama dengan kita. Dekat disini adalah orang yang tinggal berdekatan
dengan rumah kita.24
24
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 219
An-Nisā : 36
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa
pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan
hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong
dan membanggakan diri,
Al-Mā'idah : 2
ي َواَل ْالقَاَل ئِ َد َواَل آ ِّمينَ ْالبَيْتَ ْال َح َرا َم يَ ْبتَ ُغونَ فَضْ اًلَ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تُ ِحلُّوا َش َعائِ َر هَّللا ِ َواَل ال َّش ْه َر ْال َح َرا َم َواَل ْالهَ ْد
ۘ ص ُّدو ُك ْم َع ِن ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام أَ ْن تَ ْعتَدُوا
َ ِم ْن َربِّ ِه ْم َو ِرضْ َوانًا ۚ َوإِ َذا َحلَ ْلتُ ْم فَاصْ طَادُوا ۚ َواَل يَجْ ِر َمنَّ ُك ْم َشنَآنُ قَوْ ٍم أَ ْن
ِ اونُوا َعلَى اإْل ِ ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن ۚ َواتَّقُوا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا
ب َ اونُوا َعلَى ْالبِ ِّر َوالتَّ ْق َو ٰى ۖ َواَل تَ َع
َ َوتَ َع
25
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 221
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksa-Nya.
An-Nisā : 1
26
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 222
27
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 223
28
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, ( Jakarta : Amzah, 2016 ), Cet.1 hal. 224
kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu
6. Menciptakan perdamaian
Dalam hidup bermasyarakat haruslah selalu menciptakan perdamaian antar
tetangga dan lingkungan sekitar. Karena orang yang mengupayakan kedamaian
diantara umat manusia akan diberi pahala yang besar oleh Allah SWT29
29
Syaikh Mustafa Al-Adawy, Fikih Akhlak- terjemah Fiqh al-akhlak wa al-Muamalat al-Mu;minin,
( jakarat : Qisthi Press, 2010 ), Cet.15, hal.396