Anda di halaman 1dari 20

Makalah

SOLUSI PENGENTASAN KEMISKINAN


PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Filsafat Ekonomi Islam
Dosen Pengampu: Drs. H. Syafaruddin Alwi, MS.

Oleh:
Rizqi Anfanni Fahmi (14913021)

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER STUDI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015

A. PENDAHULUAN

Kemiskinan merupakan permasalahan klasik di setiap negara dan menjadi masalah


yang mengglobal. Menurut data World Bank, pada tahun 2011 tingkat kemiskinan di
dunia mencapai 14,5% dari total populasi dunia. Paling banyak di daerah Gurun Sahara
di Afrika Tengah dan Selatan yang mencapai 46,8% dari populasi penduduknya
sedangkan angka terendah ada di belahan Eropa dan Asia Tengah. Perhitungan World
Bank adalah dengan menggunakan batas minimal pendapatan per hari $1,25.1
Di Indonesia, pada September 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai
27,73 juta orang (10,96%), berkurang sebesar 0,55 juta orang dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2014 yang sebesar 28,28 juta orang (11,25%), dan
berkurang sebesar 0,87 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada
September 2013 yang sebesar 28,60 juta orang (11,46%).2 Bahkan, menurut data World
Bank, masih ada sekitar 27,4% atau sekitar 68 juta orang yang rentan terhadap
kemiskinan.3 Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa angka kemiskinan masih cukup
tinggi, walaupun dari tahun ke tahun angka kemiskinan terus menurun.
Islam, sebagai agama rahmatan lil alamin, sangat memperhatikan permasalahan
kemiskinan. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk menjauhi kemiskinan karena
memiliki beberapa dampak buruk. Tentu saja, Islam juga memiliki solusi untuk mengatasi
permasalahan kemiskinan tersebut.
Pada tulisan ini akan dipaparkan beberapa pengertian tentang kemiskinan, baik dari
pengertian ekonomi barat maupun dari persepektif Islam. Telah disampaikan sebelumnya,
kemiskinan juga berbahaya, untuk itu pada tulisan ini juga akan dipaparkan apa saja
bahaya kemiskinan dalam pandangan Islam. Terakhir, penulis mencoba menawarkan
solusi yang diberikan Islam untuk mengentaskan kemiskinan. Tidak ketinggalan, paad
tulisan ini penulis juga akan mencoba mengungkap secara sekilas bagaimana stretegi

1 World Bank, Poverty, dikutip dari http://data.worldbank.org/topic/poverty#boxes-boxtopic_cust_sec pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.40.
2 Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan di Indonesia September 2014, Berita Resmi Statistik,
dikutip dari http://www.bps.go.id/website/brs_ind/brsInd-20150130161955.pdf pada hari Jumat, 3 Juli
2015 pukul 10.10.
3 World Bank, Infografik: Pentingnya Mengatasi Kemiskinan di Indonesia, dikutip dari
http://www.worldbank.org/in/news/feature/2014/09/23/why-poverty-still-matters-in-indonesia pada
hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.55.

pemerintah Indonesia dala menanggulangi masalah kemiskinan sebagai perbandingan


dengan solusi yang telah diberikan Islam.
B. BEBERAPA PENGERTIAN KEMISKINAN
Ada beberapa pengertian kemiskinan dan ukurannya yang muncul dari berbagai
pihak. Berikut di antaranya:
1. Menurut World Bank, kemiskinan ialah tentang kelaparan, kurangnya tempat
berlindung, sakit, tidak bisa bersekolah, tidak memiliki pekerjaan. Kemiskinan adalah
tentang ketakutan gagal di masa depan, khawatir esok tak bisa hidup. Kemiskinan
adalah tentang ketidakberdayaan.4
2. Menurut BAPPENAS, kemiskinan didefinisikan sebagai kondisi dimana seseorang
atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat.5
3. Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak.6
4. Menurut Edwin G. Dolan ada tiga pandangan tentang kemiskinan, yaitu:7
a. Kemiskinan berarti tidak cukupnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan yang
plaing mendasar untuk menjaga keberlangsungan hidup yang ditetapkan secara
objektif.
b. Rendahnya pendapatan harus diukur secara subjektif, yakni relatif lebih rendah
terhadap pendapatan orang lain di dalam masyarakat.
c. Kemiskinan dihubungkan dengan usaha seseorang

untuk

menghasilkan

pendapatan yang memadai.


5. Menurut para mufassir, orang miskin adalah orang yang mempunyai pekerjaan tetap,
namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan faqir adalah
orang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap, untuk kebutuhan sehari-hari tidak
mencukupi.8
Dari sekian definisi, maka nampak pengertian kemiskinan merujuk pada
permasalahan mulitedimensional, bukan tentang ekonomi semata. Ketidakberdayaan
4 Ajid Hajiji, Sekilas tentang Angka Kemiskinan, diakses dari
https://www.scribd.com/doc/49012725/Angka-Kemiskinan pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul
23.00.
5 http://www.bappenas.go.id
6 Badan Pusat Statistik, http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23
7 Muhammad Soekarni, Kebijakan Pengentasan Kemiskinan dalam Islam, dalam Jusmaliani dan
Soekarni (ed.) Kebijakan Ekonomi dalam Islam, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2005), hlm. 124.

seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun ia telah berusaha, itulah


kurang lebih pengertian dari kemiskinan. Kemiskinan memiliki empat dimensi yang dapat
membedakan penyebab asal kemiskinan, yaitu:9
1. Kemiskinan kultural, yaitu bentuk kemiskinan yang bersumber dari budaya miskin
atau perilaku dan sikap mental yang tidak mendorogn produktivitas. Lewis
menyatakan bahwa kemiskinan adalah suatu budaya yang terjadi karena penderitaan
ekonomi yang berlangsung lama. Sikap mental yang tidak suka berusaha, malas, masa
bodoh, manja dengan anugrah alam, suka pasarah dan malas bekerja adalah bagian
dari budaya miskin.
2. Kemiskinan Struktural, yaitu kemiskinan yang terjadi karena banyak faktor yang
mempengaruhi secara sistemik. Hal ini terjadi karena ketidakberpihakan aturan dan
kebijakan suatu negara terhadap orang miskin sehingga jurang kesenjangan kaya dan
miskin semakin nyata.
3. Kemiskinan alamiah, yaitu kemiskinan yang terjadi karena bencana alam atau
kecacatan
Untuk dikatakan sebagai penduduk miskin, banyak pula ukuran yang digunakan.
Misalnya, World Bank menggunakan ukuran pendapatan per kapita. Penduduk yang
pendapatan per kapita nya kurang dari sepertiga rata-rata pendapatan per kapita nasional
termasuk dalam kategori miskin.10 Menurut data terakhir, World Bank menetapkan garis
batas kemiskinan sebesar US$ 1,25 per hari.11
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik, untuk mengukur kemiskinan, BPS
menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach).
Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur
dari sisi pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. 12 Sementara itu, ada pula ahli

8 Budiharjo, Kemiskinan dalam Perspektif Al-Quran, Hermeneia, Jurnal Kajian Islam


Interdispliner, Vol. 6, No. 2, Juli-Desember 2007, (Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga),
hlm. 285.
9 Hasan Aedy, Indahnya Ekonomi Islam (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 87-89.
10 Muhammad Soekarni, Kebijakan, hlm 127.
11 World Bank, http://data.worldbank.org/topic/poverty pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 16.00.

ekonomi Islam yang berpendapat bahwa Garis Batas Nishab dapat dijadikan sebagai
ukuran yang membedakan penduduk kaya dan miskin.13
C. BAHAYA KEMISKINAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Kemiskinan ternyata bukanlah sesuatu yang dianjurkan Islam. Islam memerintahkan
kita untuk sebisa mungkin untuk menghindari kemiskinan.. Hal ini tidaklah tanpa alasan
karena kemiskinan dekat dengan kekafiran. Banyak di pelosok-pelosok daerah yang dulu
mayoritas muslim menjadi murtad karena kemiskinan yang mereka alami. Lalu ditambah
dengan kehadiran para misionaris nasrani yang membawa iming-iming materi kepada
mereka sehingga mereka dengan mudah menggadaikan akidahnya hanya dengan
sejumlah uang atau kebutuhan pokok. Belum lagi kita sering mendengar berita orang tua
yang membunuh anaknya karena takut miskin. Ini adalah beberapa efek negatif dari
kemiskinan. Berikut ini adalah beberapa bahaya kemiskinan menurut Islam yang
disampaikan oleh Yusuf Qardhawy:14
1. Kemiskinan Membahayakan Akidah
Kemiskinan adalah ancaman yang sangat serius terhadap akidah, khususnya bagi
kaum miskin yang bermukim di lingkungan kaum berada yang berlaku aniaya. Akibat
kemiskinan dan ketimpangan sosial, bisa timbul penyimpangan akidah. Sebagian
Salaf mengatakan, Bila seorang miskin pergi suatu negeri, maka kekafiran akan
berkata kepadanya, Bawalah saya bersamamu. Rasulullah pernah menyatakan
bahwa kemiskinan mengakibatkan kekafiran. Beliau juga selalu berlindung dari
kekafiran dalam doa beliau.
2. Kemiskinan Membahayakan Akhlak dan Moral
Kemelaratan dan kesengsaraan seseorang, ditambah ia hidup di lingkungan orang
kaya nan bakhil, sering mendorongnya untuk melakukan berbagai pelanggaran,
seperti pencurian, perampokan, bahkan hingga pembunuhan. Sebuah ungkapan
menyatakan, Suara perut mengalahkan suara nurani.
3. Kemiskinan Mengancam Kestabilan Pemikiran
12 Badan Pusat Statistik, http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/23 pada hari Selasa, 30 Juni 2015
pukul 16.05.
13 Muhammad Soekarni, Kebijakan, hlm 128.
14 Yusuf Qardhawi, Musykilah Al-Faqr wakaifa Aalajaha al-Islam, alih bahasa Syafril Halim, Kiat
Islam Mengentaskan Kemiskinan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 23-30.

Malapetakan kefakiran dan kemiskinan tidak hanya terbatas pada sisi rohani dan
akhlak. Bahayanya juga mengancam sisi pemikiran manusia. Imam Muhammad AlHasan asy-Syaibani, sahabat Imam Abu Hanifah, meriwayatkan bahwa suatu hari
pembantu

rumah

tangganya

menemuinya

di

dalam

suatu

majelis

untuk

memberitahukan bahwa beras sudah habis. Imam asy-Syaibani gusar dan berkata
kepadanya,Celaka kamu! Kamu telah menghilangkan empat puluh masalah fikih dari
dalam benakku. Dirawikan pula dari Imam Besar Abu Hanifah bahwa beliau
berkata,Jangan bermusyawarah dengan orang yang tidak mempunyai beras..
Maksudnya, jangan bermusyawarah dengan orang yang pikirannya sedang kacau.
Menurut ilmu jiwa, tekanan (stres) bnerat berpengaruh pada kehalusan perasaan dan
ketajaman pikiran.
4. Kemiskinan Membahayakan Keluarga
Kemiskinan merupakan ancaman terhadap keluarga, baik dari segi pembentukan,
kelangsungan,

maupun

keharmonisannya.

Dari

sisi

pembentukan

keluarga,

kemiskinan merupakan salah satu rintangan bagi para pemuda untuk melangsungkan
pernikahan, di samping terpenuhinya berbagai syarat seperti mahar, nafkah, dan
kemandirian ekonomi.
Kita saksikan betapa tekanan kemiskinan kadang-kadang mengalahkan nilai-nilai
moral. Ia dapat memisahkan seorang suami dari istrinya akibat suami tidak dapat
menafkahi keluarganya. Selain itu, kemiskinan juga bisa merenggangkan hubungan
antaranggota keluarga. Bahkan terkadang memutuskan tali silaturahim di antara
mereka. Al-Quran pun mencatat fakta sejarah yang mengerikan, yaitu sebagian orang
tua mengorbankan buah hatinya akibat lilitan kemiskinan atau karena takut terhadap
kemiskinan. Dengan keras Al-Quran menentang tindakan ini dan mengancam
pelakunya dengan hukuman berat seperti yang difirmankan Allah dalam surat AlAnam ayat 151 dan surat Al-Isra ayat 31.
Jelaslah bahwa Islam mengakui adanya dampak ekonomi terhadap perilaku
manusia. Faktor ekonomi terkadang mengalahkan dorongan fitrah manusia sehingga
dengan alasan tidak mampu membiayai keluarga, banyak nyawa anak melayang
karena dibunuh orang tuanya.
5. Kemiskinan Mengancam Masyarakat dan Kestabilannya
Barangkali orang bisa bertoleransi jika kemiskinan yang melilitnya disebabkan
oleh sedikitnya sumber penghasilan dan banyaknya jumlah penduduk. Lain halnya
bila kemiskinan itu disebabkan oleh tidak adanya pemerataan, serakahnya segolongan

orang, dan berfoya-foyanya sekelompok kecil masyarakat di atas penderitaan orang


banyak. Kemiskinan semacam ini akan menimbulkan keresahan dan keguncangan di
tengah masyarakat. Ia dapat memutuskan silaturahim dan persaudaraan antaranggota
masyarakat.
Kemiskinan dapat menimbulkan huru hara di suatu negara karena timbul rasa
dengki mereka melihat orang-orang kaya yang tidak peduli dengan nasib mereka dan
justru befoya-foya dengan hartanya. Hal ini dapat memicu kerusuhan masal dan
bahkan penjarahan akibat keputusasaan kaum miskin.
Kemiskinan juga berbahaya terhadap kedaulatan, kebebasan, dan kemerdekaan
suatu bangsa. Seseorang yang hidup melarat tidak akan mau membela tanah airnya.
Sebab, tanah airnya tidak memberinya makan di kala lapar dan melindunginya dari
rasa takut. Negaranya pun tidak pernah mengukurkan tangan untuk mengangkatnya
dari kesengsaraan. Dalam kondisi seperti ini, orangenggan mengorbankan jiwa demi
tanah airnya. Mengapa ia harus membela tanah air sementara orang lain berleha-leha?
Mengapa ia dituntut menyelamatkan tanah air sementara ia tidak menikmati hasilnya.
Ada pula bahaya yang timbul akibat jeleknya mutu makanan dan lingkungan
tempat tinggal. Situasi seperti ini sering menimbukkan rasa kesal, marah, stres, dan
pusing. Semua ini berbahaya terhadap produksi dan ekonomi. Masih banyak lagi
dampak negatif akibat kemiskinan.
D. SOLUSI ISLAM DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN
Sebagian orang tidak sadar bahwa ada kebutuhan-kebutuhan orang lain yang lebih
urgent dan yang belum dapat dipenuhi, dan kalaupun mereka berbuat, mungkin secara
tidak sadar mereka telah mengikuti trend (kecenderungan) sosial yang tidak sehat dan
memalingkan sumber-sumber daya yang terbatas dari upaya untuk memenuhi kebutuhan
orang, dalam rangka memuaskan keinginan-keinginan mereka yang relatif kurang
penting.15
Islam hadir memberikan berbagai solusi terkait dengan masalah kemiskinan. Islam
menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai manusia.
Bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan yang sesuai dengan konidisinya. Ada
beberapa sarana yang ditawarkan Islam untuk mengatasi kemiskinan menurut Yusuf
Qardhawy, yaitu:16
15 Umer Chapra, Islam and Economic Development, alih bahasa Ikhwan Abidin Basri, Islam dan
Pembangunan Ekonomi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hlm 83.
16 Yusuf Qardhawi, Musykilah, hlm. 51-171.

1. Bekerja
Dalam masyarakat Islam, semua orang dituntut untuk bekerja, menyebar di muka
bumi dan memanfaatkan rezeki pemberian Allah. Yang dimaksud dengan bekerja
adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang, baik sendiri maupun bersama orang
lain, untuk memproduksi suatu komoditi atau memberikan jasa.
Apapun pekerjaannya, Islam tidak membatasi selama pekerjaan itu jelas-jelas
diharamkan karena mengandung kerusakan. Dengan bekerja, seseorang akan
memperoleh penghasilan yang dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan pokoknya
beserta keluarganya.
Islam menyingkirkan semua faktor penghalang yang menghambat seseorang
untuk bekerja. Berikut penjelasannya:
a. Di antara manusia ada yang enggan bekerja dan berusaha dengan alasan
bertawakkal dan pasrah kepada Allah dan menunggu rezeki turun dari langit.
Inilah pemahaman yang salah. Pasrah kepada Allah tidak berarti meninggalkan
amal dan usaha yang merupakan sarana untuk meraih rezeki. Seseorang harus
meninggalkan tempat tinggal pada pagi hari untuk mencari nafkah.
b. Di antara manusia ada yang meninggalkan kerja dengan alasan menyerahkan
dirinya sepenuhnya kepada Allah dengan cara menyembahnya terus menerus.
Rasulullah tidak mengajarkan ini. Suatu amal usaha duniawi apabila dilandasi niat
baik, dilakukan secara tekun dan sejalan dengan aturan Islam, dianggap sebagai
ibadah.
c. Ada pula sebagian manusia yang berpaling dari amal karena menganggap suatu
jenis profesi itu sebagai pekerjaan rendah.Tidak ada pekerjaan yang hina dalam
Islam selama sesuai dengan syariat. Sesuatu yang halal itu jauh lebih mulia
walaupun ada orang yang memandangnya rendah. Ini lebih karena gengsi manusia
saja yang enggan melakukan suatu pekerjaan tertentu. Padahal, itu lebih baik
daripada menggantungkan diri kepada orang lain.
d. Ada orang yang berpaling daro kerja karena tertutupnya peluang tersebut di
kampung halaman. Sementara itu, ia tidak suka merantau, enggan bepergian, atau
takut mengembara. Islam mendorong orang-orang seperti ini untuk hijrah
memperbaiki kondisi. Bumi Allah in luas dan rezekiNya tidak terbatas di suatu
tempat. Seseorang yang meninggal dalam perantauan dan jauh dari keluarganya
akan sangat dihargai. Ia akan mendapatkan pahala di surga sebanding dengan
jarak tempat kelahiran dan tempat kematiannya.
e. Segolongan orang berpaling dari aktivitas kerja karena mengharapkan bagian dari
zakat atau sumbangan dari pihak lain tanpa berusaha sedangkan ia mampu dan

kuat

untuk bekerja. Ia menghinakan diri di hadapan orang lain dengan

mengorbankan perasaan dan rasa malu. Menurut pandangan Islam, orang yang
tidak cacat dan mampu bekerja ini tidak berhak menerima zakat atau sedekahnya.
f. Sebagian orang berpaling dari bekerja dan berusaha karena tidak mampu
mengelola pekerjaan walaupun ia memiliki kekuatan. Ia hanya memiliki sedikit
pengalaman, kurang pengetahuan tentang sarana mencari rezeki, dan tidak begitu
memahami cara berusaha. Akibatnya, ia menganggur dan menggantungkan diri
dari keluarganya kepada penguasa yang bertanggung jawab. Dalam kondisi ini,
Islam mengharuskan pemberian kemudahan kepada orang tersebut dan
mempersiapkan lowongan kerja yang sesuai untuknya. Ini merupakan kewajiban
anggota masyarakat pada umumnya dan penguasa pada khususnya.
2. Jaminan Sanak Famili yang Berkelapangan
Islam membuat peraturan yang berkaitan dengan solidaritas antaranggota
keluarga. Islam menjadikan seluruh karib kerabat saling menopang dan menunjang.
Yang kuat menolong yang lemah, yang mampu menolong yang tidak mampu. Dengan
prinsip ini, hubungan antarfamili dipererat, kesadaran saling membantu pun menjadi
semakin tinggi.
Islam menekankan agar setiap orang memberikan hak karib kerabat dan
mendorong untuk memperkokoh ikatan dan berbuat baik terhadap mereka. Karib
kerabat keluarga mempunyai hak atas keluarganya dan karibnya lebih daripada yang
lain, mengingat adanya hubungan antara keturunan dan silaturahim.
Sanak keluarga dan karib berhak mendapat bantuan dari keluarga lainnya yang
lebih mampu dan mapan. Hal ini dilakukan agar mengangkat derajat si penerima
hingga ia berkecukupan dan mampu memuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Dengan
kata lain, keluarga yang lebih mampu berkewajiban untuk menafkahi keluarga lainnya
yang belum berkemampuan. Bentuk nafkah yang dapat diberikan yaitu:
a. Makanan dan minuman
b. Pakaian layak
c. Tempat tinggal dan isinya
d. Pembantu, bagi mereka yang tidak mampu lagi melayani dirinya
e. Mengawinkan, bagi mereka yang mampu kawin
f. Nafkah istri dan anak-anaknya.
Bentuk pengentasan kemiskinan berbasis keluarga juga dapat berbentuk bantuan
produktif. Misalnya, membentuk usaha keluarga, atau koperasi keluarga yang mana
semua pengelolanya berasal dari satu keluarga. Dengan begitu, keluarga yang kurang
mampu dapat terbantu dengan adanya pekerjaan baru sehingga mereka tidak hanya

bergantung bantuan orang lain. Selain itu, usaha yang dikelola keluarga juga dapat
meningkatkan kesejahteraan bersama keluarga.
Inilah indahnya Islam yang sangat menjunjung tinggi persaudaran dari yang
terdekat hingga yang terjauh sekalipun selama masih ada ikatan akidah Islamiyah.
Kebersamaan akan menuju kesejahteraan, baik di dunia dan di akhirat, selama dalam
koridor petunjuk Islam yang lurus.
3. Zakat
Tidak semua orang miskin mempunyai kerabat berkecukupan, baik dari jalur
hubungan warisan maupun dari jakur hubungan keturunan. Allah telah menentukan
hak mereka dalam harta orang kaya secara tegas dan pasti, yaitu zakat. Jadi, tujuan
utama zakat adalah menghapuskan kemiskinan.
Zakat pertama-tama diberikan kepada orang-orang miskin dan kaum papa. Pada
beberapa kesempatan, Rasulullah SAW menyebutkan bahwa mereka yang berhak
menerima zakat hanyalah orang-orang miskin karena tujuannya utamanya adalah
mengahapuskan kemiskinan. Zakat yang dimaksu di sini adalah zakat harta atau zakat
maal.
Allah telah menentukan siapa saja yang berhak mendapatkan zakat tersebut. Ia
membaginya ke dalam delapan bagian yang terdiri atas dua tipe manusia, yaitu:
a. Mereka yang mendapatkan jatah dari zakat karena membutuhkannya. Seperti fakir
miskin, hamba sahaya, dan ibnu sabil.
b. Mereka yang mendapatkan bagian karena pertimbangan jasa dan manfaat, seperti
amil, mualaf, gharim, dan orang yang berjuang di jalan Allah. Bila seseorang tidak
membutuhkan dan tidak pula manfaat zakat kepadanya, ia tidak berhak mendapat
bagian dari zakat tersebut.
Pemerintah adalah pihak yang paling bertanggung jawab dalam pengelolaan zakat
ini. Untuk itu, perlu dibentuk semacam Badan Pengelola Zakat Pusat yang akan
mengatur pola manajemen zakat di suatu negara karena negara yang tahu persis
kondisi secara keseluruhan penduduknya. Jika pola manajeman zakat masih bersifat
sporadis dan tanpa koordinasi yang terpusat, maka peran zakat akan menjadi sangat
minim dalam usaha pengentasan kemiskinan di suatu negara.
Orang fakir dan miskin mendapatkan prioritas utama dalam mendistribusian dana
zakat karena secara kebutuhan, mereka lebih membutuhkan. Lalu, apa kategori orang
fakir dan miskin yang berhak mendapatkan zakat? Menurut jumhur ulama, orang fakir
adalah orang yang tidak memiliki apa-apa atau hanya memiliki kurang dari separuh
kebutuhan diri dan tanggungannya. Sedangkan orang miskin adalah mereka yang
memiliki separuh kebutuhannya atau lebih, tetapi tidak mencukupi.

10

Secara detil, berikut adalah kategori fakir miskin yang berhak menerima zakat:
a. Mereka yang tidak mau meminta-minta lebih berhak mendapatkan zakat
b. Orang yang kuat dan mampu berusaha tidak berhak atas zakat. Setelah berusaha
mereka namun tidak mencukupi, ia baru berhak mendapat zakat.
c. Mereka yang hanya beribadah tidak berhak atas zakat karena seharusnya mereka
harus berusaha dan bekerja.
d. Mereka yang menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu berhak atas zakat. Para
penuntut ilmu berhakl mendapat zakat karena mereka dapat mendatangkan
manfaat bagi masyarakat dari ilmu yang dipelajarinya.
Model pengelolaan zakat dapat dibagi menjadi dua tipe sesuai dengan penerimanya:
a. Tipe 1, bagi mereka yang mempunyai penghasilan tetapi tidak mencukupi, maka
pola yang tepat adalah pemberian zakat produktif agar usaha mereka berkembang
dan menjadi mampu untuk mencukupi kebutuhannya.
b. Tipe 2, bagi mereka yang tidak mempu berusaha, seperti orang sakit menahun,
buta, jompo, dan sejenisnya. Kepada mereka diberikan zakat untuk memenuhi
kebutuhan selama satu tahun. Bisa diberikan sekaligus, maupun diberikan
semacam gaji per bulan.
Zakat merupukan jaminan sosial pertama yang ada di dunia. Zakat tidak
mengandalkan sedekah atau sumbangan sukarela masyarakat. Peraturan tentang zakat
ini ditegakkan atas bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan primer setiap
orang. Hal ini berlaku bukan hanya bagi kaum muslimin, namun mereka yang hidup
di bawah naungan negara.
4. Jaminan Baitul Maal dengan Segala Sumbernya
Baitul maal di sini bisa berarti perbendaharaan kas negara. Pemerintah dapat
mengusahakan berbagai cara untuk mengisi baitu maal negara, misalnya dengan
menjalankan usaha sendiri, menyewakan sesuatu, menjalankan sistem usaha bagi
hasil, usaha pertambangan, dan mengelola sektor-sektor vital bagi masyarakat umum.
Jika dari sumber utama tidak terpenuhi, maka pemerintah dapat mengeluarkan
peraturan tentang perpajakan, misal pajak atau bumi dan bangunan.
5. Berbagai Kewajiban di luar Zakat
Ada beberapa kewajiban keuangan lainnya selain zakat yang harus dipenuhi oleh
seorang muslim. Semuanya merupakan sumber bantuan bagi kaum papa. Beberapa di
antaranya adalah:
a. Hak tetangga. Islam sangat menghargai hak tetangga dan bahkan menjadi salah
satu indikator keimanan seseorang. Yang dimaksud dengan tetangga adalah empat
puluh rumah dari semua sisi rumah kita. Jadi, boleh dikatakan bahwa penduduk
suatu kampung adalah saling bertetangga. Islam ingin menjadikan penduduk suatu

11

kampung sebagai kesatuan yang saling membantu dalam keadaan lapang maupun
b.
c.
d.
e.

susah. Yang kuat membantu yang lemah dan yang kaya membantu yang miskin.
Berkurban pada hari raya Qurban.
Denda karena melanggar sumpah dan denda haji.
Tebusan zhihar dan berjima di siang hari bulan Ramadhan.
Hak orang miskin dari hasil pertanian ketika panen. Ini merupakan pemberian
sukarela dari pemiliki lahan pertanian untuk memberikan orang yang

berkekurangan di sekitarnya.
f. Kewajiban melengkapi kebutuhan fakir miskin. Memenuhi kebutuhan primer
kaum miskin untuk diri dan keluarganya merupakan kewajiban seluruh anggota
masyarakat, apalagi jika dana zakat dan baitul maal negara tidak mencukupi.
6. Sedekah Sukarela dan Kemurahan Hati Individu
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk berderma, baik dalam bentuk infaq,
sedekah maupun wakaf. Infaq yang biasanya banyak terkumpul di masjid-masjid
harus lebih dimaksimalkan lagi. Jangan sampai ada masjid yang memiliki dana
gemuk dan tumbuh dengan kegiatan yang tidak jelas targetnya, sementara di sisi
lain ada masjid yang notebene progresif kegiatannya dalam membangun shaf
kultural, tetapi hidup kembang kempis karena kekurangan dana. Semua ini terjadi
karena etos Islam yang mengajarkan, Bukanlah muslim yang beriman yang makin
kekenyangan sementara tetangganya kelaparan, tidak berkembang di kalangan
pengurus masjid. Bahkan untuk sadar ke arah ini pun boleh jadi masih jauh dari
pikiran.17
Artinya, peran dana infaq masjid sangat potensial untuk menjadi salah satu sarana
untuk mengentaskan kemiskinan, baik dalam bentuk bantuan sosial maupun bentuk
produktif. Dana produktif menjadi pilihan terbaik untuk jangka panjang karena dapat
membantu si miskin bekerja untuk kehidupan yang lebih sejahtera.
Dana filantropi Islam lainnya, yaitu wakaf. Wakaf merupakan sumber keuangan
yang sangat besar. Melalui wakaf, kaum berkekurangan memperoleh bantuan dalam
berbagai bentuk. Misalnya, rumah sakit hasil wakaf. Mereka bisa mendapatkan
pengobatan gratis di sana. Bentuk lain misalnya, yang sekarang sedang cukup naik
daun, yaitu wakaf produktif. Artinya, wakaf yang diperuntukan untuk bangunan yang
dijadikan tempat usaha yang kemudian hasilnya digunakan untuk membantu orangorang miskin.

17 Supardi dan Teuku Amiruddin, Konsep Manajemen Masjid: Optimalisasi Peran Masjid,
(Yogyakarta: UII Press, 2001), hlm. viii-xiii.

12

Inilah kemurahan Islam dalam hal upaya pengentasan kemiskinan. Keenam sarana
menurut Yusuf Qardhawi tersebut dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu yang khusus
berhubungan dengan si miskin, kemudian yang terkait dengan jaminan sosial kaum
miskin, dan terakhir berhubungan dengan sistem tata negara. Artinya, semua lini
kehidupan dari individu hingga bernegara, terdapat sarana pengentasan kemiskinan yang
ditawarkan Islam sebagai solusi.
Tidak jauh berbeda dengan Yusuf Qardhawi, Quraish Shihab menyebutkan paling
tidak ada 3 hal yang diperintahkan Al-Quran dalam mengentaskan kemiskinan, yaitu:18
1. Kewajiban setiap Individu/ Bekerja dan berusaha
2. Kewajiban orang lain atau masyarakat, melalui:
a. Jaminan Satu Rumpun Keluarga
b. Zakat
3. Kewajiban Pemerintah
Selain beberapa sarana tadi, ada pula sarana tambahan yang dapat diperkuat dalam upaya
pengentasan kemiskinan, yaitu:
1. Penguatan Usaha Kecil Menengah (UKM).
Jumlah UMKM di suatu negara pasti jauh lebih besar daripada usaha berskala
besar. Sebagai contoh di Indonesia, menurut data Kementerian Koperasi dan UMKM
tahun 2012, di Indonesia terdapat 56.539.560 UMKM, sedangkan usaha besar hanya
4.968 unit. Artinya, 99% lebih pangsa pasar usaha di Indonesia dikuasai oleh UMKM.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja pun, UMKM mampu menyerap sebanyak
110.808.154 orang pekerja dibanding usaha besar yang hanya mampu menyerap
3.150.645 pekerja.19
Dari data di atas maka kebijakan pemerintah ke depannya harus lebih pro pada
UMKM karena UMKM adalah sarana paling dekat dan mudah diakses oleh kaum
miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya. Menurut Umer Chapra, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan untuk menggenjot perkembangan UMKM:20
a. Mengutamakan produk dalam negeri dalam gaya konsumsi
b. Revitalisasi peran UKM dalam berbagai regulasi

18 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan Umat, Mizan,
Bandung, 1998, hlm. 452
19 Kementerian Koperasi dan UKM, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm)
Dan Usaha Besar (Ub) Tahun 2011 2012, diakses dari http://www.depkop.go.id/index.php?
option=com_phocadownload&view=file&id=394:perkembangan-data-usaha-mikro-kecil-menengahumkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012&Itemid=93 pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 16.35.
20 Umer Chapra, Islam hlm 141.

13

c. UKM dibantu melalui tata kelola perusahaan yang baik, dari inpu, proses, output,
hingga pemasaran agar dapat bersaing
d. Meningkatkan keterampilan pelaku UKM melalui berbagai fasilitas pelatihan
e. Diberikan akses keuangan untuk permodalan
f. Kebijakan yang berpihak kepada UKM, bukan industri besar
2. Pemberdayaan Ekonomi berbasis Dana Filantropi Islam
Pemberdayaan diartikan sebagai suatu proses, suatu mekanisme, dalam hal ini
individu, organisasi, dan masyarakatnya menjadi ahli akan masalah yang mereka
hadapi.21 Pemberdayaan menitkberatkan pada peran dan partisipasi masyarakat sejak
perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaan.22
Tujuan dari pemberdayaan umat adalah kesejahteraan. Kesejahteraan berarti suatu
kondisi terpenuhinya kebutuhan seseorang atau komunitas tertentu oleh sumber yang
mampu didapat oleh bersangkutan. Jadi, pribadi atau masyarakat yang sejahtera
dapatlah diartikan semua kebutuhannya dapat dipenuhi oleh berbagai sumber yang
ada di lingkungannya. Dengan demikian, kegiatan yang berorientasi pada
kesejahteraan umat mengandung arti adanya kebutuhan umat yang dapat dipenuhi
melalui kegiatan yang diselanggarakan oleh berbagai lembaga keagamaan.23
Dana filantropi Islam sangatlah potensial digunakan sebagai modal pemberdayaan
masyarakat, seperti zakat, infaq, sedekah, maupun wwakaf. Peran lembaga amil zakat,
pengelola wakaf, maupun pengelola masjid, hendaknya dioptimalkan perannya agar
dana yang terhimpun dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk pemberdayaan.
Masyarakat miskin yang mengikuti pemberdayaan setidaknya harus melalui tiga
proses, yaitu:
a. Penyadaran
Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam
bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunyai hak untuk mempunyai
sesuatu. Mereka harus sadar bahwa proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam
diri mereka.
b. Pengkapasitasan (capacity building)
21 Ibid., hlm. 177-178.
22 Moh. Ali Aziz, Pendekatan Sosio-Kultural dalam Pemberdayaan Masyarakat, dalam Suhartini,
dkk (ed.), Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (YogyakartaL Pustaka Pesantren, 2005),
hlm.134.
23 Eman Suherman, Manajemen Masjid: Kiat Sukses Meningkatkan Kualitas SDM Melalui
Optimalisasi Kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualitas Unggul, (Bandung: Penerbit Alfabeta,
2012), hlm. 72.

14

Untuk diberikan daya atau kuasa, target yang diberdayakan harus mampu terlebih
dahulu. Proses ini terdiri atas tiga jenis, yaitu manusia, organisasi, dan sistem
nilai. Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik dalam
konteks individu maupun kelompok. Pengkapasitasan organisasi dilakukan dalam
bentuk restrukturisasi organisasi yang hendak menerima daya atau kapasitas
tersebut. Sedangkan pengkapasitasan sistem nilai dilakukan dengan membantu
target dan aturan main di antara mereka sendiri.
c. Pendayaan
Pada tahap ini, target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.
Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecapakan yang telah dimiliki.
Jika program pemberdayaan ini berhasil, maka masyarakat miskin penerima
program pemberdayaan akan secara bertahap dapat menjauh dari kehidupan yang
kurang layak seperti sebelumnya.
Jika dilihat dari pendekatannya, memang nampak ada dua pendekatan yang digunakan
dalam usaha panjang pengentasan kemiskinan, yaitu:24
1. Pendekatan parsial, yaitu dengan pemberian bantuan langsung yang bersifat
konsumtif kepada fakir miskin yang benar-benar tidak produktif lagi. Pendekatan ini
bersifat jangka pendek dan temporer.
2. Pendekatan struktural, yaitu bertujuan untuk menuntaskan kemiskinan secara
sistematis, dengan cara menghilangkan faktor-faktor penyebab kemiskinan itu sendiri
sehingga pendekatan ini sifatnya jangka panjang dan terencana, namun pengaruhnya
tidak bisa langsung dirasakan. Model pendekatan ini berusaha untuk memotong
lingkaran setan kemiskinan. Misalnya dengan bantuan dana produkti ataupun
pelatihan untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian mereka.
E. PERBANDINGAN DENGAN STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM
MENANGGULANGI KEMISKINAN
Untuk memenuhi target angka kemiskinan menjadi 8 - 10 persen pada tahun 2014,
Pemerintah Republik Indonesia kemudian mengambil kebijakan untuk mendorong
Percepatan Penanggaulangan Kemiskinan dengan berbagai pendekatan, mulai dari
pendekatan kelembagaaan dengan membentuk Tim Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K). Adapun stretegi yang digunakan dalam rangka penanggulan
kemiskinan di Indonesia antara lain:25
1. Memperbaiki Program Perlindungan Sosial
24 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-dasar Ekonomi Islam, (Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011), hlm.
288.

15

Prinsip pertama adalah memperbaiki dan mengembangkan sistem perlindungan sosial


bagi penduduk miskin dan rentan. Sistem perlindungan sosial dimaksudkan untuk
membantu individu dan masyarakat menghadapi goncangan-goncangan (shocks)
dalam hidup, seperti jatuh sakit, kematian anggota keluarga, kehilangan pekerjaan,
ditimpa bencana atau bencana alam, dan sebagainya. Sistem perlindungan sosial yang
efektif akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami
goncangan tidak sampai jatuh miskin.
Tingginya tingkat kerentanan juga menyebabkan tingginya kemungkinan untuk
masuk atau keluar dari kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi semakin
besarnya kemungkinan orang jatuh miskin, perlu dilaksanakan suatu program bantuan
sosial untuk melindungi mereka yang tidak miskin agar tidak menjadi miskin dan
mereka yang sudah miskin agar tidak menjadi lebih miskin.
2. Meningkatkan Akses Terhadap Pelayanan Dasar
Prinsip kedua dalam penanggulangan kemiskinan adalah memperbaiki akses
kelompok masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar. Akses terhadap pelayanan
pendidikan, kesehatan, air bersih dan sanitasi, serta pangan dan gizi akan membantu
mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh kelompok masyarakat miskin. Disisi
lain peningkatan akses terhadap pelayanan dasar mendorong peningkatan investasi
modal manusia (human capital).
Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting
adalah peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam
jangka panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar
dari kemiskinan. Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan
adalah akses terhadap pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan
dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin.
3. Pemberdayaan Kelompok Masyarakat Miskin
Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat
penting

untuk

meningkatkan

efektivitas

dan

keberlanjutan

penanggulangan

kemiskinan. Dalam upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak


memperlakukan penduduk miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya
untuk memberdayakan penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat
berupaya keluar dari kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.
25 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Sekilas Strategi Percepatan,
diakses dari http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/strategi-percepatan-penangulangankemiskinan/sekilas-strategi-percepatan/ pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 23.44.

16

Konsep pembangunan yang ditujukan untuk menanggulangi kemiskinan


umumnya melalui mekanisme atas-bawah (top-down). Kelemahan dari mekanisme ini
adalah

tanpa

penyertaan

partisipasi

masyarakat.

Semua

inisiatif

program

penanggulangan kemiskinan berasal dari pemerintah (pusat), demikian pula dengan


penanganannya. Petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis implementasi program
selalu dibuat seragam tanpa memperhatikan karakteristik kelompok masyarakat
miskin di masing-masing daerah. Akibatnya, program yang diberikan sering tidak
mempunyai korelasi dengan prioritas dan kebutuhan masyarakat miskin setempat.
Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, upaya secara menyeluruh disertai
dengan pemberdayaan masyarakat miskin menjadi salah satu prinsip utama dalam
strategi penanggulangan kemiskinan.
4. Pembangunan Inklusif
Prinsip keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai
pembangunan yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh
masyarakat. Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan.
Fakta di berbagai negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang
dalam suatu perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi yang stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka
kemiskinan. Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam
jumlah besar. Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan
pendapatan mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka
kemiskinan.
Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim
usaha yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat
penting untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan
kejelasan dan kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia
membutuhkan kemudahan berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan
perlindungan kepemilikan. Selanjutnya, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
harus didorong untuk terus menciptakan nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor.
Pertumbuhan yang berkualitas juga mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor
perdesaan dan pertanian. Daerah perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan
tempat di mana penduduk miskin terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan
perekonomian perdesaan dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai

17

pertumbuhan ekonomi yang menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah


besar dan pengurangan kemiskinan secara signifikan.
Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan.
Setiap daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber
daya dan komoditi unggulan yang berbeda. Perekonomian daerah ini yang kemudian
akan membentuk karakteristik perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal
menjadi penting untuk memperkuat ekonomi domestik.
Dilihat dari beberapa stretegi di atas, nampak ada kesamaan antara apa yang telah
ditawarkan Islam dengan program pemerintah Indonesia. Mulai dari sistem jaminan sosial
untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, lalu pemberdayaan, dan juga peningkatan
fasilitas umum yang memadai untuk penduduk miskin.

Hanya hal yang cukup

membedakannya adalah bagaimana peranan dana filantropi yang tidak begitu nampak
dari program pemerintah. Dana filantropi semacam zakat dan infak sukarela adalah
menjadi penting dalam partisipasi warga negara untuk membantu sesama. Selain itu pula,
adanya peran penting filantropi akan membuat pengurangan konsentrasi kekayaan
sehingga akan mengurangi kesenjangan ekonomi. Namun, kesemua program pemerintah
telah terencana dengan baik, hanya butuh pengawasan yang ekstra ketat agar program
benar-benar bisa berjalan tanpa penyelewengan yang berarti.
F. KESIMPULAN
Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:
1. Kemiskinan merupakan permasalahan mulitidimensi karena kemiskinan disebabkan
tidak hanya faktor ekonomi, namun juga faktor-faktor non ekonomi.
2. Dalam pandangan Islam, kemiskinan memiliki bahaya, yakni bahaya terhadap akidah,
akhlak dan moral, kestabilan pemikiran, keluarga, masyarakat dan kestabilannya.
3. Islam memberikan beberapa sarana sebagai solusi mengentaskan kemiskinan yang
terbagi menjadi tiga kategori, yakni yang khusus berhubungan dengan si miskin
(bekerja), kemudian yang terkait dengan jaminan sosial kaum miskin, dan terakhir
berhubungan dengan sistem tata negara.
4. Pemerintah Indonesia melalui Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), ternyata memiliki stretegi yang nyaris serupa dengan apa yang telah
ditawarkan Islam, hanya saja Islam lebih menekankan lagi pada pentingnya peran
masyarakat lain dalam pengentasan kemiskinan melalui sarana zakat dan dana
filantropi lainnya.
REFERENSI

18

Aedy, Hasan. 2007. Indahnya Ekonomi Islam. Bandung: Alfabeta.


Al-Arif, M. Nur Rianto. 2011. Dasar-dasar Ekonomi Islam. Solo: Era Adicitra Intermedia.
Aziz, Moh. Ali. 2005. Pendekatan Sosio-Kultural dalam Pemberdayaan Masyarakat, dalam
Suhartini, dkk (ed.), Model-model Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka
Pesantren.
Badan Pusat Statistik, Jumlah Penduduk Miskin, Persentase Penduduk Miskin dan Garis
Kemiskinan, 1970-2013, dalam http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1494
diakses pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.48.
Budiharjo. 2007. Kemiskinan dalam Perspektif Al-Quran, Hermeneia, Jurnal Kajian
Islam Interdispliner, Vol. 6, No. 2, Juli-Desember 2007. Yogyakarta: Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga.
Hajiji, Ajid. Sekilas tentang Angka Kemiskinan, dalam https://www.scribd.com/doc/4
9012725/Angka-Kemiskinan diakses pada hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 23.00.
Kementerian Koperasi dan UKM, Perkembangan Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah
(Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Tahun 2011 2012, dalam
http://www.depkop.go.id/index.php?
option=com_phocadownload&view=file&id=394:perkembangan-data-usaha-mikrokecil-menengah-umkm-dan-usaha-besar-ub-tahun-2011-2012&Itemid=93 diakses pada
hari Selasa, 30 Juni 2015 pukul 16.35.
Qardhawi, Yusuf. 1995. Musykilah Al-Faqr wakaifa Aalajaha al-Islam, alih bahasa Syafril
Halim, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani Press
Shihab, M. Quraish. 1998. Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhui atas Pelbagai Persoalan
Umat. Mizan: Bandung.
Soekarni, Muhammad. 2005. Kebijakan Pengentasan Kemiskinan dalam Islam, dalam
Jusmaliani dan Soekarni (ed.) Kebijakan Ekonomi dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi
Wacana.
Suherman, Eman. 2012. Manajemen Masjid: Kiat Sukses Meningkatkan Kualitas SDM
Melalui Optimalisasi Kegiatan Umat Berbasis Pendidikan Berkualitas Unggul.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Supardi, Amiruddin, Teuku. 2001. Konsep Manajemen Masjid: Optimalisasi Peran Masjid.
Yogyakarta: UII Press.
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Sekilas Strategi
Percepatan,
dalam
http://www.tnp2k.go.id/id/kebijakan-percepatan/strategipercepatan-penangulangan-kemiskinan/sekilas-strategi-percepatan/ diakses pada hari
Selasa, 30 Juni 2015 pukul 23.44.
World Bank, Poverty, dalam http://data.worldbank.org/topic/poverty#boxes-boxtopic_cust_sec, diakses pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.40

19

World Bank, Infografik: Pentingnya Mengatasi Kemiskinan di Indonesia, dalam


http://www.worldbank.org/in/news/feature/2014/09/23/why-poverty-still-matters-inindonesia, diakses pada hari Jumat, 26 Juni 2015 pukul 13.55.
http://www.bappenas.go.id

Anda mungkin juga menyukai