Jalan keluar yang dapat ditempuh untuk teori-teori yang menjadi penyebab kemiskinan
tersebut, antara lain :
Bagi teori pertama, caranya mereka harus dicerdaskan.
Bagi teori kedua, caranya perlu adanya industrialisasi agar ada tetesan ke bawah.
Bagi teori ketiga, yang diperlukan yaitu perombakan struktur.
Dilihat dari beberapa teori ada beberapa pendekatan dalam memahami kemiskinan dan penyebab
yang dapat disederhanakan, yaitu sebab kultural yang dilatari oleh teori kapitalisme dan sebab
struktural yang dilatari oleh teori marxisme. Namun masih ada sebab lain yang tidak boleh
dilupakan yaitu peristiwa-peristiwa alam.
C. Paradigma Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam
Paradigma sebagai ruang lingkup berpikir dan aktivitas menjadi variable yang cukup
signifikan dalam membedakan paradigma pembangunan ekonomi konvensional dan
paradigma ekonomi islam. Paradigma ekonomi konvensional memiliki pengukuran yang
sudahh biasa dilakukan, seperti growth. Dalam islam, konsep pembangunan ekonomi
memiliki konsep yang lebih luas dibandingkan dengan pembangunan ekonomi di
konvensional walaupun dasar pembangunan ekonomi islam adalah multidimensional.
(Mannan, 1997). Pembangunan ekonomi islam bukan hanya pembangunan materiel, tetapi
segi spiritual dan moral sangat berperan, pembangunan moral dan spiritual harus terintegrasi
dengan pembangunan ekonomi. Inilah yang kemudian di dalam Al-quran dinamakan dengan
tazkiyah an-nafs sebagaimana firman Allah dalam dalam QS.asy-syams [91] ayat 7-10, yang
artinya :
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya) (7), maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8), Sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu (9), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10).
Dalam ayat di atas, setelah bersumpah dengan matahari, bulan, siang, malam, langit, dan
bumi, Allah bersumpah atas nama jiwa manusia dan penciptaannya yang sempurna. Lalu
Allah mengilhamkan kefasikan dan ketakwaan ke dalam jiwa manusia.
BAB II
EKONOMI PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF SEJARAH ISLAM
A. Paradigma Pembangunan Negara Mayoritas Islam
badan organisasi keuangan publik yang menjadi pengendali ekonomi makro lewat struktur
fiskal. (Din, 2006). Walaupun demikian, karena masa kekuasaannya terjadi guncangan
politik, banyak suku yang awalnya setia dengan membayar zakat menolak untuk
membayarnya. Hal ini ditanggapi dengan toleransi oleh Abu Bakar yang tidak memberikan
sanksi kepada mereka. (Tangli, 2010)
2. Umar Al-Khattab (634-644M)
Khalifah Umar al-Khattab (634-644M) membangun lebih lanjut baitulmal dengan melakukan
sistematisasi proses fiskal. Sistematisasi dilakukan dengan mengelola sumber dan
pengeluaran pendapatan. Sumber pendapatan diperluas menjadi bukan hanya sedekah, zakat,
ganimah, dan jizyah, namun juga bea cukai, pajak pertambangan, rumah yang ditinggal
karena tidak ada pewaris, pajak perdagangan, dan pajak barang hilang dan ditemukan
(luqalah). (Din, 2006)
3. Usman bin Affan (644-656M)
Usman bin Affan (644-656M) memerintah menggantikan Umar. Pada masa ini, uang
tembaga diperkenalkan sebagai pecahan dari uang dirham. (Din, 2006). Perilaku Usman
mirip dengan Umar dalam kesederhanaan. Selain itu, banyak uangnya digunakan untuk
membebaskan para budak. (Tangali, 2010).
4. Ali bin Abi Thalib (656-661M)
Ali bin Abi Thalib (656-661M) memerintah menggantikan Usman. Dalam masa ini pun,
tidak terdapat pembangunan ekonomi radikal selain meneruskan kebijakan-kebijakan umum
dari pemerintahan sebelumnya. Diketahui kalau di masa Ali bin Abi Thalib terdapat usaha
untuk memberikan jaminan bagi individu pekerja Negara mengenai kondisi ekonomi di masa
krisis. Jaminan untuk tetap mendapatkan gaji ini tidak berlaku bagi pegawai swasta. (Elgari,
2003).
BAB III
MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Konsep Pembangunan, Pertumbuhan, dan Perkembangan Ekonomi
Secara konsep, pengertian pembangunan ekonomi memang sedikit berbeda dengan
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan (development) mengandung pengertian suatu proses
yang menyebabkan sesuatu dapat tumbuh (growth), sedangkan pertumbuhan merupakan
karakteristik paling menonjol dari pembangunan itu sendiri.
B. Persyaratan Dasar, Nilai, dan Tujuan Inti Pembangunan
A. Instrumen Zakat
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang setiap waktu senantiasa dihadapi oleh
setiap Negara di dunia, baik Negara maju atau negara berkembang, termasuk Indonesia. Para
pakar ekonomi silam berusaha keras menanggulanginya sehingga mengusulkan untuk
membatasi penimbunan harta, karena jika harta tersebut ditimbun secara otomatis akan
menyebabkan kurangnya penawaran harga barang di pasar yang kemudian dapat
menyebabkan gejolak ekonomi, hanya dengan zakatlah ada kemungkinan untuk menggali
kekayaan yang tertimbun untuk dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih
besar. (Mannan, 1997)
B. Wakaf
Wakaf berasal dari bahasa arab dari kata waqf yang merupakan bentuk masdar dari
kata kerja waqafa, yang berarti berhenti.
Cara menanggulangi kemiskinan tidak hanya dengan zakat, namun juga bisa berupa
wakaf atau dengan pengembangan kelembagaan, akses, kesejahteraan, penyadaran, dan
partisipasi politik (Arif, 2010). Sistem wakaf merupakan salah satu pengembangan
kelembagaan atau juga bisa disebut dengan mekanisme keuangan. Karena potensi wakaf
yang luar biasa bisa menjadi redistribusi ekonomi yang andal. Namun di Indonesia, potensi
wakaf yang besar belum sepenuhnya dikelola secara optimal.
C. Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi
syariah (Islamic bonds). Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak
dari kata sakk yang berarti dokumen atau sertifikat.
Secara garis besar, sukuk dapat dipahami sebagai suatu sertifikat bernilai sama yang
mempresentasikan bukti kepemilikan pemegang sukuk (investor) atas suatu bagian tertentu
dan tidak terbagi terhadap suatu asset yang menjadi dasar penerbitan (underlying asset).
Keuntungan dari sukuk dapat berupa bagi hasil, margin, uang sewa atau fee tertentu sesuai
akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.
BAB V
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM
Sumber daya manusia (SDM) merupakan modal dasar pembangunan nasional.
Oleh karena itu, maka kualitas SDM senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan agar
bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
Modal manusia dapat menjadi sumber daya yang andal dalam pembangunan
apabila kualitasnya tinggi. Dalam hal ini, sumber daya manusia dalam pembangunan
memiliki peranan yang sangat penting dalam kaitannya untuk meningkatkan kualitas
pembangunan dan menjaga kelangsungan pembangunan itu sendiri.
Dalam rangka mencapai sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibutuhkan
berbagai upaya, diantaranya dengan melakukan pengembangan sumber daya manusia.
Diantaranya, terdapat pendidikan formal pada tingkat dasar, menengah, dan pendidikan
pada tingkat tinggi.
Manfaat dari adanya pendidikan bagi pembangunan ekonomi suatu bangsa, secara
umum dapat dilihat dari pendapat Todaro (2000), yakni :
-
Dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif, karena adanya peningkatan
Tersedianya berbagai macam program pendidikan yang pada akhirnya dapat mendorong
peningkatan dalam keahlian dan mengurangi angka buta huruf