Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PARADIGMA PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

A. Pengertian dan Aspek Pembangunan Ekonomi


Pembangunan ekonomi (economic development) dan ekonomi pembangunan
(development economics) sering kali dipakai saling bergantian dengan pengertian yang sama,
padahal dua istilah ini memiliki arti dan orientasi yang berbeda. economic development is
the development of economic wealth of countries or regions for the well-being of their
inhabitants. The study of economic development is known as development economics
(Pembangunan ekonomi adalah pembangunan kemakmuran ekonomi Negara atau daerah
guna kesejahteraan penduduknya. Studi tentang pembangunan ekonomi dikenal sebagai
ekonomi pembangunan).
B. Paradigma Pembangunan Ekonomi Indonesia
1. Paradigma Pembangunan dan Kemiskinan

Paradigma pembangunan ekonomi selama ini banyak ketergantungan dengan


pertumbuhan ekonomi (growth). Pertumbuhan ekonomi (growth) adalah proses kenaikan
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Suatu Negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi yang baik apabila GDP riil
Negara tersebut meningkat, dan kemudian hal ini dijadikan sebagai salah satu indikator untuk
mengukur perkembangan ekonomi. Indonesia merupakan Negara yang juga menggunakan
teori ini untuk mengukur pertumbuhan ekonomi.
Pendekatan kontemporer melihat bahwa penyebab kemiskinan bisa dilihat dari tiga
teori berikut ini. (Kenneth, 2003).
Teori yang menekankan pada nilai-nilai. Mereka miskin karena mereka bodoh, malas,
tidak ulet, tidak mempunyai prestasi, dan fatalistik.
Teori yang menekankan pada organisasi ekonomi masyarakat. Teori ini menganggap
orang itu miskin karena kurangnya peluang dan kesempatan untuk memperbaiki
hidup mereka.
Teori yang menekankan pada pembagian kekuasaan dalam struktur sosial dan tatanan
masyarakat.

Jalan keluar yang dapat ditempuh untuk teori-teori yang menjadi penyebab kemiskinan
tersebut, antara lain :
Bagi teori pertama, caranya mereka harus dicerdaskan.

Bagi teori kedua, caranya perlu adanya industrialisasi agar ada tetesan ke bawah.
Bagi teori ketiga, yang diperlukan yaitu perombakan struktur.

Dilihat dari beberapa teori ada beberapa pendekatan dalam memahami kemiskinan dan penyebab
yang dapat disederhanakan, yaitu sebab kultural yang dilatari oleh teori kapitalisme dan sebab
struktural yang dilatari oleh teori marxisme. Namun masih ada sebab lain yang tidak boleh
dilupakan yaitu peristiwa-peristiwa alam.
C. Paradigma Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam
Paradigma sebagai ruang lingkup berpikir dan aktivitas menjadi variable yang cukup
signifikan dalam membedakan paradigma pembangunan ekonomi konvensional dan
paradigma ekonomi islam. Paradigma ekonomi konvensional memiliki pengukuran yang
sudahh biasa dilakukan, seperti growth. Dalam islam, konsep pembangunan ekonomi
memiliki konsep yang lebih luas dibandingkan dengan pembangunan ekonomi di
konvensional walaupun dasar pembangunan ekonomi islam adalah multidimensional.
(Mannan, 1997). Pembangunan ekonomi islam bukan hanya pembangunan materiel, tetapi
segi spiritual dan moral sangat berperan, pembangunan moral dan spiritual harus terintegrasi
dengan pembangunan ekonomi. Inilah yang kemudian di dalam Al-quran dinamakan dengan
tazkiyah an-nafs sebagaimana firman Allah dalam dalam QS.asy-syams [91] ayat 7-10, yang
artinya :
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaan-Nya) (7), maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya (8), Sesungguhnya beruntunglah orang yang
menyucikan jiwa itu (9), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (10).
Dalam ayat di atas, setelah bersumpah dengan matahari, bulan, siang, malam, langit, dan
bumi, Allah bersumpah atas nama jiwa manusia dan penciptaannya yang sempurna. Lalu
Allah mengilhamkan kefasikan dan ketakwaan ke dalam jiwa manusia.

BAB II
EKONOMI PEMBANGUNAN DALAM PERSPEKTIF SEJARAH ISLAM
A. Paradigma Pembangunan Negara Mayoritas Islam

Pembangunan ekonomi di Negara-negara Islam saat ini merupakan upaya saling


membantu antar Negara kaya dan miskin. Arab Saudi, sebaagai Negara asal peradaban islam,
memiliki kekayaan ekonomi yang besar dari perminyakan dan di sisi lain memiliki kewajiban
sebagai penjaga Tanah Suci. Arab Saudi membantu pembangunan ekonomi di Negara-negara
islam. (Castells, 2010).
Dalam millennium terakhir Negara-negara Islam dipandang telah tertinggal dari
pembangunan di Barat. (Jannaconne, 1998). Alasan yang diajukan yaitu ajaran islam
dikatakan memberikan sudut pandang dunia yang statis.
Sampai pada saat ini, sarjana Muslim terbelah menjadi dua pendapat yaitu antara
pihak yang memandang tidak adanya perspektif Islam terhadap ekonomi yang khas dan pihak
yang memandang bahwa islam memiliki perspektif khas terhadap ekonomi namun gagal
diterapkan di lapangan.
B. Pembangunan Ekonomi di Masa Rasulullah
Selain membawa keuntungan ekonomi, Mekkah menjadi tempat terjadinya kontak
budaya dari berbagai suku. Untuk mempertahankan sistem ekonomi dalam potensi konflik
yang mungkin terjadi antar suku, berbagai berhala dibangun untuk mewakili semua suku.
Pembangunan begitu banyak berhala ini bukan saja memberikan keuntungan budaya, namun
juga berkaitan dengan uang. Para pedagang dapat membayar sejumlah uang bagi pengelola
kabah untuk dapat menyembah berhalanya yang disimpan di dalam kabah (Emerick, 2002).
Hal ini memicu perkembangan ekonomi Mekkah yang selain menjadi pusat persinggahan,
juga menjadi pusat ziarah.
Muhammad sebelum menjadi Nabi juga adalah seorang pedagang dan terpilihnya
sebagai Nabi menunjukkan pentingnya perdagangan bagi ajaran Islam. Kelahiran Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad menghapus praktik-praktik hedonik yang berlangsung di
Mekkah.
Setelah membangun masjid untuk ibadah dan pendidikan, Muhammad segera
membangun sejumlah peraturan terkait masalah perdagangan berdasarkan prinsip
perdagangan bebas, keadilan, kejujuran, dan atimonopoli. (Malkawi, 2006).
Kebebasan dalam perdagangan tersebut sejalan dengan kebebasan dalam beragama.
Muhammad memberikan kebebasan mutlak bagi yahudi dan kristen untuk berdagang dan
beragama di Madinah dalam Piagam Madinah. (Bustaman-Ahmad , 2007). Lebih dari itu,
Piagam Madinah adalah undang-undang dasar pertama Islam yang mendasari pendirian
Negara Madinah. (Alwi dan zuriati, 2011).
C. Masa Khulafaur Rasyidin.
1. Abu Bakar Ashsidiq (632-634 M)
Abu Bakar Ashsidiq (632-634M) pada hari pertama terpilih langsung berencana melakukan
tinjauan ke pasar. Pencapaiannya di bidang ekonomi mencakup pendirian baitulmal, sebuah

badan organisasi keuangan publik yang menjadi pengendali ekonomi makro lewat struktur
fiskal. (Din, 2006). Walaupun demikian, karena masa kekuasaannya terjadi guncangan
politik, banyak suku yang awalnya setia dengan membayar zakat menolak untuk
membayarnya. Hal ini ditanggapi dengan toleransi oleh Abu Bakar yang tidak memberikan
sanksi kepada mereka. (Tangli, 2010)
2. Umar Al-Khattab (634-644M)
Khalifah Umar al-Khattab (634-644M) membangun lebih lanjut baitulmal dengan melakukan
sistematisasi proses fiskal. Sistematisasi dilakukan dengan mengelola sumber dan
pengeluaran pendapatan. Sumber pendapatan diperluas menjadi bukan hanya sedekah, zakat,
ganimah, dan jizyah, namun juga bea cukai, pajak pertambangan, rumah yang ditinggal
karena tidak ada pewaris, pajak perdagangan, dan pajak barang hilang dan ditemukan
(luqalah). (Din, 2006)
3. Usman bin Affan (644-656M)
Usman bin Affan (644-656M) memerintah menggantikan Umar. Pada masa ini, uang
tembaga diperkenalkan sebagai pecahan dari uang dirham. (Din, 2006). Perilaku Usman
mirip dengan Umar dalam kesederhanaan. Selain itu, banyak uangnya digunakan untuk
membebaskan para budak. (Tangali, 2010).
4. Ali bin Abi Thalib (656-661M)
Ali bin Abi Thalib (656-661M) memerintah menggantikan Usman. Dalam masa ini pun,
tidak terdapat pembangunan ekonomi radikal selain meneruskan kebijakan-kebijakan umum
dari pemerintahan sebelumnya. Diketahui kalau di masa Ali bin Abi Thalib terdapat usaha
untuk memberikan jaminan bagi individu pekerja Negara mengenai kondisi ekonomi di masa
krisis. Jaminan untuk tetap mendapatkan gaji ini tidak berlaku bagi pegawai swasta. (Elgari,
2003).
BAB III
MODEL PERTUMBUHAN EKONOMI
A. Konsep Pembangunan, Pertumbuhan, dan Perkembangan Ekonomi
Secara konsep, pengertian pembangunan ekonomi memang sedikit berbeda dengan
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan (development) mengandung pengertian suatu proses
yang menyebabkan sesuatu dapat tumbuh (growth), sedangkan pertumbuhan merupakan
karakteristik paling menonjol dari pembangunan itu sendiri.
B. Persyaratan Dasar, Nilai, dan Tujuan Inti Pembangunan

1. Persyaratan Dasar Pembangunan Ekonomi


Pada dasarnya, proses pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor: ekonomi
dan nonekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara tergantung dari sumber alamnya,
sumber daya manusia, modal usaha, teknologi, dan sebagainya yang merupakan faktor
ekonomi.
Tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi selama lembaga sosial, kondisi
politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak menunjang. Di dalam pertumbuhan
ekonomi, lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral termasuk kedalam faktor
nonekonomi.
2. Nilai dan Tujuan Inti Pembangunan
Menurut Goulet dalam Todaro dan Smith (2006) bahwa ada tiga komponen dasar atau
nilai inti yang harus dijadikan basis konseptual dan pedoman praktis untuk memahami arti
pembagunan yang paling hakiki.
-

Kecukupan (sustenance) yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.


Harga diri (self-esteem) yang berarti adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk
menghargai diri sendirinya.
Kebebasan (freedom)

C. Model Pertumbuhan Ekonomi Konvensional


Todaro dan Smith (2006) membagi teori-teori klasik ke dalam empat pendekatan.
1. Model pertumbuhan tahapan linier..
2. Kelompok teori dan pola-pola perubahan struktural
3. Revolusi ketergantungan internasional
Ada pula teori neoklasik tradisional. Argument pasar bebas neoklasik yaitu keyakinan
bahwa liberalisasi (pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik
domestic maupun luar negeri.
D. Perkembangan Sistem Ekonomi di Indonesia
1. Sistem Ekonomi Barat
Pemikiran teori-teori ekonomi di Eropa Barat sangat erat kaitannya dengan
kolonialisme ekonomi yang ditimbulkan oleh kekuasaan dari Negara-negara Barat tersebut

kepada negeri jajahannya. Reaksi terhadap kolonialisme ekonomi di Indonesia


menggambarkan bahwa sejak dulu sudah ada pemikiran yang hidup mengenai perlunya suatu
tatanan ekonomi nasional Indonesia sebagai pengganti tatanan ekonomi colonial. (Swasono,
2003). Yang dikemukakan oleh pemikir-pemikir ekonomi Barat menjadi landasan teoritis
bagi negeri jajahannya.
2. Sistem Ekonomi di Indonesia
Dalam sistem ekonomi Indonesia lahir suatu pemikiran yang menganjurkan sistem
ekonomi pancasila dalam rangka transformasi ekonomi dan transformasi sosial. Cirri-ciri
sistem ekonomi pancasila adalah sebagai berikut :
-

Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral


Kehendak kuat dari seluruh masyarakat kea rah kemerataan sosial sesuai asas
kemanusiaan
Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang tangguh
Koperasi merupakan sokoguru perekonomian dan merupakan bentuk yang paling konkret
dari usaha bersama
Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat nasional dan
desentralisasi
BAB IV
INSTRUMEN DANA PEMBANGUNAN ISLAM

A. Instrumen Zakat
Kemiskinan merupakan masalah klasik yang setiap waktu senantiasa dihadapi oleh
setiap Negara di dunia, baik Negara maju atau negara berkembang, termasuk Indonesia. Para
pakar ekonomi silam berusaha keras menanggulanginya sehingga mengusulkan untuk
membatasi penimbunan harta, karena jika harta tersebut ditimbun secara otomatis akan
menyebabkan kurangnya penawaran harga barang di pasar yang kemudian dapat
menyebabkan gejolak ekonomi, hanya dengan zakatlah ada kemungkinan untuk menggali
kekayaan yang tertimbun untuk dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat yang lebih
besar. (Mannan, 1997)
B. Wakaf
Wakaf berasal dari bahasa arab dari kata waqf yang merupakan bentuk masdar dari
kata kerja waqafa, yang berarti berhenti.
Cara menanggulangi kemiskinan tidak hanya dengan zakat, namun juga bisa berupa
wakaf atau dengan pengembangan kelembagaan, akses, kesejahteraan, penyadaran, dan
partisipasi politik (Arif, 2010). Sistem wakaf merupakan salah satu pengembangan

kelembagaan atau juga bisa disebut dengan mekanisme keuangan. Karena potensi wakaf
yang luar biasa bisa menjadi redistribusi ekonomi yang andal. Namun di Indonesia, potensi
wakaf yang besar belum sepenuhnya dikelola secara optimal.
C. Sukuk
Sukuk merupakan istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi
syariah (Islamic bonds). Istilah sukuk berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk jamak
dari kata sakk yang berarti dokumen atau sertifikat.
Secara garis besar, sukuk dapat dipahami sebagai suatu sertifikat bernilai sama yang
mempresentasikan bukti kepemilikan pemegang sukuk (investor) atas suatu bagian tertentu
dan tidak terbagi terhadap suatu asset yang menjadi dasar penerbitan (underlying asset).
Keuntungan dari sukuk dapat berupa bagi hasil, margin, uang sewa atau fee tertentu sesuai
akad yang digunakan dalam penerbitan sukuk.
BAB V
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM
Sumber daya manusia (SDM) merupakan modal dasar pembangunan nasional.
Oleh karena itu, maka kualitas SDM senantiasa harus dikembangkan dan diarahkan agar
bisa mencapai tujuan yang diharapkan.
Modal manusia dapat menjadi sumber daya yang andal dalam pembangunan
apabila kualitasnya tinggi. Dalam hal ini, sumber daya manusia dalam pembangunan
memiliki peranan yang sangat penting dalam kaitannya untuk meningkatkan kualitas
pembangunan dan menjaga kelangsungan pembangunan itu sendiri.
Dalam rangka mencapai sumber daya manusia yang berkualitas, maka dibutuhkan
berbagai upaya, diantaranya dengan melakukan pengembangan sumber daya manusia.
Diantaranya, terdapat pendidikan formal pada tingkat dasar, menengah, dan pendidikan
pada tingkat tinggi.
Manfaat dari adanya pendidikan bagi pembangunan ekonomi suatu bangsa, secara
umum dapat dilihat dari pendapat Todaro (2000), yakni :
-

Dapat menciptakan tenaga kerja yang lebih produktif, karena adanya peningkatan

pengetahuan dan keahlian


Tersedianya kesempatan kerja yang lebih luas
Terciptanya suatu kelompok pemimpin yang terdidik guna mengisi jabatan-jabatan
penting dalam dunia usaha maupun pemerintahan

Tersedianya berbagai macam program pendidikan yang pada akhirnya dapat mendorong
peningkatan dalam keahlian dan mengurangi angka buta huruf

Anda mungkin juga menyukai