Anda di halaman 1dari 265

1

2
KATA PENGANTAR

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM

Indonesia merupakan Negara yang telah menerapkan perencanaan pembangunan


dengan system ekonomi campuran dengan menerapkan perencanaan pembangunan dengan
bertahap dimulai Pelita I pada tahun 1969 sampai dengan masa berahirnya Orde Baru pada
tahun 1988. Sejak masa ini dimulai dengan masa reformasi yang mengarah kepada
demokratisasi, desentralisasi serta mencapai pemerintahan yang bersih dan berwibawa.
Indonesia memiliki suatu system perencanaan nasional dengan UU Republik Indonesia No.
25 tahun 2004. Sistem pembangunan nasional adalah satu kesatuan untuk menghasilkan
rencana pembangunan nasional, baik jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka
pendek. Rencana pembangunan jangka panjang dibuat oleh DPR bersama BAPPENAS
sedang rencana pembangunan jangka menengah dan jangka pendek dibuat oleh presiden
bersama menterinya. Undang-undang tersebut telah dikoordinasikan dan disinkronkan dengan
UU No 17/2003 tentang keuangan negara, dilaksanakan oleh BAPPENAS dan Departemen
Keuangan pada saat itu. Dengan demikian perencanaan pembangunan Indonesia yang telah
disusun dan disesuaikan dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang heterogen,
mengakibatkan perlunya perencanaan daerah yang matan, meliput dan menampung semua
aspirasi masyarakat dalam tingkat daerah. Hal ini telah sesuai dengan aspirasi kehendak
Otonomi daerah dengan undang-undang Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintahan daerah yang direvisi menjadi undang-undang no. 32 tahun 2004. Tentang
Pemerintahan Daerah juga.
Perencanaan pembangunan idealnya melibatkan publik. Fakta di Indonesia,
perencanaan pembangunan belum banyak melibatkannya, dan masih lebih bersifat top down
planning dari pada buttom- up planning. Paradigma community driven yaitu penciptaan iklim
untuk memberi penguatan peran masyarakat untuk ikut dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan, ikut menggerakkan atau mensosialisasikan dan melakukan kontrol
publik, belum dilaksanakan secara signifikan. Pada hal diketahui bahwa tanpa melibatkan
masyarakat, pemerintah tidak akan dapat mencapai hasil pembangunan secara optimal.
Pembangunan hanya akan melahirkan produk-produk baru yang tak sesuai kebutuhan
masyarakat. Dengan demikian perencanaan yang memiliki sifat bottom up juga sangat
diperlukan sehingga keterpaduan antara kedua jenis perencanaan tersebut sangat diperlukan.
Perencanaan Pembanghunan di Indonesia mengalami tantangan dan hambatan-
hambatan khususnya dari segi inflementasi. Suatu perencanaan yang sudah disahkan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), namun belum tentu dapat dilaksnakan di lapangan sesuai dengan
alokasi waktu yang disediakan. Masyarakat seringkali menolak suatu perencanaan atau
proyek yang mungkin bagi mereka sangat penting baginya. Seperti perencanaan pembangkit
Tenaga Listik Nuklir, banyak atau pada umumnya masyarakat setempat menolak semuanya,
pada hal diketahui nuklir sangat efisien dan dapat diminimilisir dampak negatifnya
terhadap masyarakat. Dengan demikian, masyarakat tidak saja harus dilibatkan dalam
implementasi tapi dalam pembuatan dan penetapan rencana juga diberikan andil sehingga
tujuan perencanaan dapat terlaksanan.
Sesuai dengan fungsi dari perencanaan, yaitu koordinasi dalam lintas sektoral atau
kelembagaan pemerintah atau swasta, maka partispasi dalam berbagai unsur sangat diperlukan.
Salah satu pihak yang tidak kalah pentingnya dengan yang lain adalah wakil rakyat yang

3
merupakan representasi dari masyarakat. Namun pada kenyataanya, peranan DPR sangat
dibatasi oleh sistem pemerintahan yang berlaku dalam suatu negara. Di Indonesia misalnya,
memiliki andil yang kurang memadai dalam perencanaan pembangunan, walaupun seluruh
perencanaan harus mendapat persetujuan dari DPR sebagai representasi dan kehendak
masyarakat. Namun peranan DPR ini sangat terbatas, walaupun punya kekuatan untuk
menyuarakan pembangunan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam
bidang ekonomi (pendapatan). Tapi biasanya dalam rapat-rapat anggaran sering dilaksanakan
tertutup dengan alasan tertentu, tidak boleh dipublikasi. Sehingga masyarakat tidak bisa
memantau terhadap setiap program kegiatan yang akan dilakukan departemen, lembaga negara,
pemerintah.
Secara konseptual, proses perencanaan partisipatif yang dimulai dari Musyawarah
Pembangunan Kelurahan Desa/Kelurahan (Musbangdes/kel) sampai dengan Rapat Koordinasi
Pembangunan (Rakorbang) kabupaten/kota akan memberikan dorongan dalam proses
demokrasi. Proses penjaringan aspirasi dan kebutuhan masyarakat tidak selalu berjalan mulus
dan kebutuhan masyarakat bisa terakomodasi. Sisi lain masih banyak masalah yang dihadapi
dalam pelaksanaan Musbangkel. Seperti waktu pelaksanaan, produk yang dihasilkan, kualitas
kerja maupun kepuasan masyarakat. Realitas belum efektifnya penyelenggaraan Musbang
dipengaruhi banyak faktor, antara lain penjaringan aspirasi, dinamika pelaksanaan, penentuan
arah dan kebijakan serta strategi dan prioritas yang diambil.
Perencanaan pembangunan menciptakan sebuah struktur, prosedur dan suatu bentuk
organisasi yang memungkinkan rakyat mempergunakan kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka seefektif mungkin guna mencapai tujuan-tujuan mereka. Hal ini ditunjukkan oleh
penerimaan secara universal perencanaan pembangunan sebagai sarana yang utama untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat. Perencanaan pembangunan sangat luas
cakupannya, bahkan dapat dikatakan mencakup berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan konsepnya sendiri, yaitu pembangunan yang meliputi semua sektor
atau bidang kehidupan masyarakat. Sebagimana diketahui bahwa pembangunan bertujuan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat suatu negara secara relatif, sehingga tercapai
masyarakat adil dan makmur, merata baik secara material maupun secara spiritual. Dalam
pembangunan nasional, manusia ditempatkan sebagai subyek dan obyek pembangunan.
Sebagai obyek pembangunan, manusia merupakan tiik sentral pembangunan, manusia dibangun
dengan meningkatkan kualitasnya dengan berbagai sektor pembanguan seperti kesehatan dan
pendidikan. Sedangkan sebagai subyek, manusia adalah pelaksana pembangunan, manusia
dituntut memiliki kualifikasi dan profesionalisasi yang tinggi untuk melakukan aktivitas
sehingga tercapai tujuan pembangunan. Selanjutnya pembangunan mencakup dua aspek
pokok yaitu materal dan spiritual. Kedua aspek ini merupakan titik tolak dari pembangunan
nasional. Jadi pembanguan tidak saja mencakup pendirian gedung-gedung bertingkat,
telekomunikasi yang luas dan merata dan sebagainya, tetapi tidak kalah pentingnya adalah
pembangunan moral, sehinga terbentuk manusia Indonesia yang kuat fisik dan mental
spritual. Tujuan ini dapat dicapai dengan mengupayakan secara cermat melalui perencanaan
pembangunan yang berkesinambungan dengan memanfaatakan segala potensi dan sumber
daya melalui partisipasi segenap laipisan masyarakat.
Sejalan dengan perkembangan, terutama pembangunan ekonomi Indonesia, maka
perencanaan pembangunan Indonesia akan mengalami pergeseran. Jika pada awal
pembangunan, pemerintah pusatlah yang dominan melaksnakan perencanaan pembangunan,
kerena memiliki kemampuan dana yang memadai sehingga hampir segala jenis kegiatan

4
pembangunan. Masyarakat dan swasta hanya mendukung rencana pemerintah, baik sebagai
supplier maupun kontraktor atau subkontraktor dari proyek pemerintah. Jadi pemerintah pusat
berdiri paling depan, sedangkan masyarakat/swasta menyokong dari belakang. Dengan semakin
berhasilnya pembangunan nasional yang diselenggarakan pemerintah, kemampuan masyarakat
dan swasta juga semakin meningkat, baik dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
fisik/proyek maupun kemampuan dana untuk membiayainya. Sedangkan di lain pihak,
kemampuan dana pemerintah semakin menurun. Dengan demikian, perencanaan pembangunan
khususnya perencanaan kegiatan fisik/proyek, juga semakin bergeser ke masyarakat dan swasta.
Juga pada waktu itu perencanaan pembangunan juga dilakukan secara menyeluruh dan terpusat
dan dipercayakan kepada badan khusus, yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang direorganisasi dalam tahun 1967, di mana Bappenas melakukan perencanaan
kegiatan fisik/proyek bersama dengan departemen teknis maupun perencanaan kebijakan untuk
menopang kegiatan fisik pemerintah. Untuk menjamin bahwa rencana pemerintah ini diikuti oleh
semua pihak, termasuk departemen teknis, maka kepada Bappenas diberikan wewenang
pembiayaan pembangunan.
Buku ini adalah membahas perencanaan pembangunan baik secara teoritis maupun
secara teknis. Secara teoritis telah diuraikan teori-teori perencanaan dan pembangunan
secara rinci dan secara teknis diberikan dan dijelaskan berbagai alat perencanaan yang dapat
digunakan oleh perencana dalam menentukan dan membuat rencana baik secara pada
tingkat lokal, regional maupun nasional. Materi buku ini sebagian berasal dari Materi
Pokok Perencanaan Pembangunan Universitas Terbuka Tahun 1999, dan banyak lagi referensi
yang digunakan.
Akhirnya, penulis senang tiasa membuka pintu untuk menerima masukan baik berupa
keritikan yang membangun maupun berupa saran perbaikan, karena penulis yakin buku ini
masih belum mememnuhi harapan bagai masyarakat pemnbaca, khusunya di kalangan
mahasiswa. Tapi Penulis yakin jika dikuasai menguasai isi buku ini maka akan mendapat dasar
yang mendalam tentang Perencanaan pembangunan. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Amin, Yaa Rabba ‗Aalamin.

Makassar, Februari 2014

Muhammad Saleh Mire

5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Umum Perencanaan Pembangunan,9


1.2. Ilmu Perencanaan Pembangunan, 13
1.3. Definisi dan Fungsi Perencanaan Pembangunan, 15
1.4. Perencanaan dan Sistem Politik,17
1.5. Perencanaan dan Sistem Perekonomian, 22
1.6. Perencanaan Pembangunan dalam Berbagai Negara, 24
1.7. Perencanaan Pembangunan di Negara Berkembang, 25
1.8. Perencanaan Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan, 28
1.9. Pengalaman Perencanaan di Indonesia,29

BAB II
RENCANA DAN PERENCANAAN

2.1. Rencana, Program, Sasaran dan Tujuan, 36


2.2. Jenis dan Tipe Perencanaan, 37
2.3. Isi Rencana, 37
2.4. Ciri Rencana yang Baik, 37
2.5. Sifat dan Fungsi Fungsi Perencanaan, 42
2.6. Jenis-Jenis Perencanaan, 43
2.7. Proses, Siklus dan Langkah-Langkah dalam Perencanaan, 44
2.8. Aspek Perencanaan, 48
2.9. Azas-Azas Perencanaan, 49
2.10. Arti dan Fungsi Perencanaa, 52
2.11. Tujuan Praktis Perencanaan, 55
2.12. Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran, 55
2.13. Metodologi Perencanaan, 58
2.14. Hambatan-hambatan dalam Perencanaan, 60
2.15. Kegagalan dalam Perencanaan, 61

6
BAB III
PEMBANGUNAN

3.1. Pengertian Pembangunan, 63


3.2. Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi, 65
3.3. Teori Pembangunan, 65
3.4. Peranan Pemerintah dalam Pembanguan Ekonomi, 77
3.5. Faktor Utama Pembangunan, 87
3.6. Issu Sentral dalam Pembangunan, 94
3.7. Indikator Pembangunan, 101
3.8. Strategi Pembangunan Ekonom, 111

Bab IV
PERENCANAAN WILAYAH

4.1. Perencanaan Pembamgunan Wilayah, 116


4.2. Teori Pertumbuhan Wilayah, 117
4.3. Masalah dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah, 129
4.4. Dasar-dasar Perencanaan wilayah, 133
4.5. Bidang-Bidang Dan Jenis- Jenis Perencanaan Wilayah, 135

BAB V
PERENCANAAN PEAMBANGUNAN DAN OTONOMI DAERAH

5.1. Pembangunan dan Otonomi Daerah, 137


5.2. Pemberdayaan Masyarakat, 149
5.3. Perencanaan Pembangunan Daerah, 156

BAB VI
DASAR-DASAR MODEL PERENCANAAN

6.1. Model Pertumbuhan Agregat, 172


6.2. M odel sektoral , 177
6.3. Programasi Linear, 179
6.4. Analisis Input-output, 191
6.5. Teori Basis Ekonomi, 209
6.6. Alat Analisis Pembangunan Suatu Daerah, 217
6.7. Input-output Dinamis, 228
6.8. Beberapa Metode Proyeksi, 230
6.9. Tipologi Klassen, 242

7
6.10. Model Rasio Pertumbuhan, 242
6.11. Analytic Hierarchy Process (AHP), 247
6.12. Model Gravitasi, 255
6.13. Analisis SWOT, 256

DAFTAR PUSTAKA

8
Bab 1
PENDAHULUAN

1.1. Tinjauan Umum Perencanaan Pembangunan


Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, terjadi revolusi industri di Inggris
mengakibatkan perubahan dalam berbagai bidang, termasuk sosioekonomi dan budaya,
membawa suatu perubahan besar dalam dunia ilmu pengetahuan dan perencanaan. Perubahan
ini tidak hanya terjadi pada sektor industri saja tetapi merambah ke segala aspek
kehidupan sosial ekonomi masyarakat, dimana anggota atau individunya dituntut untuk
bekerja keras dan teliti untuk mencapai suatu tujuan melalui efisiensi dan afektivitas. Ciri
yang paling menonjol dalam masa itu adalah waktu dan penggunaannya, sehingga suatu
pekerjaan harus dirancang dan diperhitungkan masak-masak untuk mencapai tujuan yang
diinginkan, sehingga jelas makin nampak pentingnya rencana dan perencanaan.
Memasuki abad ke-19 merupakan awal masa persaingan bebas (laissez faire) di Eropa
dan Amerika. Inti dari laissez faire adalah kebebasan atau persaingan untuk mencapai tujuan
individu atau organisasi, dimana dalam sistem harga adalah penentu pasar atau lazim
disebut mekanisme pasar (market mechanism). Harga akan mengkoordinasikan keputusan
konsumen dan produsen di pasar. Jadi pada prinsipnya dalam sistem pasar bebas campur
tangan pemerintah dapat dikatakan tidak ada, walaupun pada kenyataannya tidak ada suatu
negara di dunia ini, tanpa campur tangan pemerintah.
Berdasarkan paham mekanisme pasar, maka kaum Klasik yang dimotori oleh Adam
Smith, David Recardo, J.B Say, dan para pengikutnya sangat percaya dengan keampuhan dari
pasar bebas. Menurutnya, sistem pasar bebas dengan adanya invisible hand (tangan ajaib) dari
Adam Smith, suatu negara secara otomatis dapat mencapai kesejahteraannya atau tingkat
kegiatan ekonomi yang optimal (full employment) dan juga efisiensi dalam alokasi sumber-
sumber ekonomi. Dengan demikian, menurutnya, pengangguran yang terjadi hanyalah bersifat
sementara, sebab pada suatu saat nanti akan terhapus ( karena adanya tangan ajaib) dan
perekonomian akan kembali atau menuju ke kesempatan kerja penuh. Syarat utama yang
diperlukan dengan mekanisme pasar ini adalah tindakan yang rasional oleh semua individu,
setiap orang selalu dan akan senantiasa berusaha sekuat mungkin untuk mensejahterakan
dirinya sendiri (paham individualisme). Persaingan bebas antara individu dalam
masyarakat akan mendorong terjadinya efisiensi dalam alokasi faktor produksi.
Menurut perkembangannya, paham mekanisme pasar ini didukung oleh beberapa
tokoh. Salah satu diantaranya adalah J.B Say yang terkenal dengan pernyataannya Supply
creates by its own demand yang artinya Supply (penawaran) dibangkitkan oleh
permintaanya sendiri. Artinya semua produk akan laku dipasarkan, sehingga tidak perlu
khawatir dengan kelebihan produksi ataupun pengangguran, karena pada nantinya akan
terjadi keseimbangan yang stabil, dengan kata lain jika terjadi gangguan suatu variabel
ekonomi, maka nantinya ganguan tersebut akan hilang dengan sendirinya, karena adanya
mekanisme pasar (market mechanism) yang selalu mengarahkan aktivitas ekonomi ke

9
keseimbangan yang stabil. Pendapat ini menegaskan bahwa campur tangan pemerintah
dalam suatu perekonomian tidak diperlukan.
Liberalisme atau Individualisme memang tidak bisa disangkal andilnya dalam
perekonomian negara-negara barat yang ditunjukkan dengan hasil pertumbuhan ekonomi
yang pesat dan stabilitas harga. Namun setelah bertahan cukup lama, sistem ini dirasakan
mengalami kegagalan pada pertengahan 1930-an, terutama ketakberdayaannya menghadapi
depresi ekonomi yang melanda dunia pada saat itu. Pada saat itu terjadi penurunan tingkat
kegiatan ekonomi yang drastis, GDP riil (ukuran tingkat kegiatan ekonomi) pada waktu
merosot menjadi hampir setengahnya dalam waktu hanya setahun saja. Hal ini ditandai dengan
banyaknya pabrik yang ditutup, buruh dan mengalami pemutusan kerja (PHK) yang
menjadikan mereka menganggur. Hal ini menunjukkan bahwa pasar bebas dengan
invisible handnya (dari Adam Smith) ternyata tidak akan membantu mengatasi persoalan
dunia, walaupun sudah sejak lama menunggu kedatangan tersebut. Di sisi lain pengangguran
makin bertambah dan bahkan menjurus sampai kepada kegagalan fatal, kelaparan yang
tidak bisa dicegah lagi. .
Maynard Keynes (1983-1946) adalah seorang pemikir ekonomi yang ulung pada masa
depresi tersebut dan disetujui telah memberikan kontribusi terbesar dalam menghadapi krisis
yang melanda dunia pada saat itu. Resepnya adalah bersifat moderat, yaitu tidak berpihak
kepada satu kutub, pasar bebas atau paham kapitalisme dan paham sosialis. Keynes
berpendapat bahwa kegiatan produksi dalam, suatu negara masih tetap bisa dipercayakan kepada
pengusaha-pengusaha swasta tapi dikontrol dengan kebijakan pemerintah untuk
mempengaruhi kegiatan ekonomi secara keseluruhan. Pada keadaan-keadaan genting, seperti
terjadi depresi ekonomi, pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melakukan campur
tangan. Campur tangan tersebut dapat berupa peningkatan pengeluaran, melalui berbagai
kebijakan dalam mendorong sektor-sektor yang dipandang mampu menggerakkan
perekonomian secara cepat. Sebaliknya jika perekonomian mengalami permintaan yang
berlebihan atau terjadi inflasi yang berlebihan (yang tidak terkontrol), maka pemerintah
sebaiknya mengurangi supply melalui berbagai kebijakan dalam upaya mengurangi supply,
seperti peningkatan tingkat bunga.
Pembahasan dari John Mynard Keynes mengenai pertumbuhan ekonomi merupakan
pembatas dari konsep dasar sebelumnya. Kalau sebelumnya para ahli ekonomi membahasnya
dari segi nilai dan harga, sedangkan Keynes dari segi makro yang menghasilkan perkembangan
ekonomi dengan variabel-variabel seperti pendapatan, tingkat tabungan, tingkat investasi dan
tingkat konsumsi. Disamping itu juga membahas tentang peranan pemerintah dalam
menggunakan peralatan analisis dengan variabel-variabel tersebut seperti keuangan, anggaran
belanja negara, neraca pembayaran dan tingkat harga umum yang dikaji secara rasional. Selain
itu Keynes telah mengemukakan konsepnya yang terkenal dengan sistem pembelanjaan defisit
(defisit spending) atau Multiplier. Konsep ini sebenarnya telah memberikan ruang peranan
pemerintah dalam pembangunan suatu Negara yang terus menggejala sampai pada akhir
Perang Dunia II.
Setelah selesainya perang dunia II, terdapat perkembangan baru tentang situasi
kenegaraan dan dunia pada umumnya (Rizal, Suryadi, dkk.. 1999), yaitu:
a. Timbulnya negara-negara baru, terutama di Asia dan Afrika
b. Miskin dan terkebelakangnya kehidupan ekonomi dan sosial dari hampir semua negara-
negara tersebut

10
c. Munculnya Amerika Serikat sebagai negara yang terkuat di dunia dalam bidang militer dan
ekonomi yang disertai dengan kekuatan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Perjanjian Yalta memunculkan pula Rusia sebagai kekuatan terbesar kedua dan diakui
bahwa negara-negara di Eropa Timur berada dalam daerah kekuasannya. Sementara itu
perencanaan ekonomi kemudian memainkan peranan penting dalam perekonomian negara-
negara sosialis itu.
Mengatasi kemiskianan dan keterbelakangan negara-negara bekas jajahan memerlukan
pemikiran yang mendalam yang ternyata muncul dari pemikir-pemikir Barat dengan kunci
utamanya adalah mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang memadai dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh negara-negara
berkembang, maka digunakan ilmu perencanan ekonomi.
Pemikiran tentang perencanaan ekonomi tersebut sebenarnya telah timbul sejak
beberapa abad silam yang dimulai oleh Adam Smith dengan judul bukunya‘ An Inquiry into
the Nature and Causes of the wealth of Nation‘ pada tahun 1776. Smith mengemukakan bahwa
pertumbuhan ekonomi akan dapat dicapai tanpa adanya campur tangan pemerintah, karena
peraturannya telah ditangani oleh ― Invisible hand‖ yang diperkuat oleh Malthus dan David
Recardo. Pembahasannya lebih ditekankan pada teori nilai dan teori harga. Bersamaan dengan
itu muncul pula teori Sosialis yang dikemukakan oleh Karl Mark yang kesemuanya termasuk
aliran klasik. Kemudian terdapat perkembangan tentang analisa pertumbuhan ekonomi yang
dikemukakan oleh Marshall yang pembahasannya ditekankan pada analisa penawaran dan
permintaan.
Setelah Keynes, aliran Neo-Keynesian berkembang, yang dimulai dengan gagasan
ekonomi berencana atau adanya campur tangan pemerintah untuk memperbaiki ekonomi dan
pertumbuhannya, seperti yang dikemukakan oleh Walther Rathenau, Sir Ray Harrod dan Evsey
Domar, Truman dan lain-lain. Gagasan inilah yang menjadi dasar munculnya ilmu perencanaan
ekonomi. Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu perencanaan ekonomi ini mengalami
perubahan mendasar sehingga menjadi ilmu perencanaan pembangunan. Hal ini didasarkan
dengan anggapan bahwa tidak saja pembangunan ekonomi yang harus dilakukan dalam
pembangunan, tetapi juga sosial dan politik. Namun demikian analisis perencanaan
pembangunan masih tetap difokuskan tentang perencanaan ekonomi, karena peralatan analisis
inilah yang paling maju. Hal ini didukung oleh pengalaman-pengalaman dari negara-negara
seperti perencanaan pembangunan dimulai di Ghana pada tahun 1919, Rusia pada tahun 1929
dan India pada tahun 1951 yang merupakan pelopor gagasan pembangunan di Asia.
Perencanaan pembangunan sesungguhnya sangat erat kaitannya dengan kondisi
perekonomian suatu negara. Perencanaan ini sudah merupakan hal yang tak terpisahkan
dalam suatu sistem kenegaraan. Suatu bentuk sistem perekonomian atau sistem kenegaraan
semuanya diperlakukan untuk jalannya melalui perencanaan. Perencanaan pembangunan
walaupun sangat diidentikkan dengan sistem atau keadaan di negara berkembang atau
terkebelakang, namun ternyata perencanaan (pembangunan ) juga diperlukan oleh negara
berkembang sampai dengar maju atau modern, bahkan dapat dikatakan bahwa dengan
perencanaan, negara-negara maju di Asia, seperti Jepang dan Taiwan menggunakan
perencanaan pembangunan untuk menuju dan mencapai keberhasilannya dalam membanguan
negaranya. Jadi pendapat atau kekhawatiran tentang diperlukan atau tidaknya perencanaan,
sebagaimana ditunjukkan dengan tumbangnya sistem komunisme Unisofyet , dan gegalan
perencanan pemnagngunan di India, dan beberapa negara Latin, sesungguhnay tidak beralsan

11
lagi, yang penting adalah besar kecuilnya porsi perencanaan pembangunjan dalam sustu
sistemn ekonomi.
Negara dengan banyak berkipra kepada sistem ekonomi sosialis sangat banyak
memberikan bagian perencanaan atau campur tangan pemerintah sebaliknya negara
dengan sistem pemerintahan kapitalis sangat sedikit peranan pemerintah atau peranan
pemerintah sedapat mungkin dikurangi, dengan banyak memberikan sistem perekonomian
yang menganut mekanisme pasar. Dengan demikian perencanaan selalu dan akan selalu
diperlukan untuk memeperbaiki dan melengkapi sistem yang ada.
Perkembangan atau sejarah ilmu-ilmu sosial menunjukkan bahwa ilmu ekonomi
memiliki peranan tersendiri. Ilmu ekonomi sangat tanggap terhadap berbagai perubahan yang
terjadi dalam masyarakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk memecahkan persoalan yang
timbul. Di samping itu semua orang telah mempelajarinya baik secara sadar maupun tidak,
untuk digunakan dalam memilih alternatif terbaik bagi pemenuhan kebutuhannya dari sumber-
sumber yang terbatas. Salah satu cabang ilmu ekonomi adalah Ilmu ekonomi politik yang
bergerak ke dalam suatu bidang ekonomi dan politik. Karena itu dalam ilmu ekonomi politik
telah dibahas berbagai kekuatan sosial yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan
tersebut. Kombinasi ilmu ekonomi dan ilmu politik dalam memecahkan permasalahan
pembangunan negara sedang berkembang, kemudian dikenal sebagai ilmu ekonomi
pembangunan.
Sebagaimana diketahui bahwa perencanaan adalah berorientasi kepada masa depan.
Perencanaan pembangunan yang dilakukan tak ada lain adalah untuk mencapai tujuan-
tujuan pembangunan secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Tujuan-tujuan tersebut dapat
dicapai dengan melakukan tiga tahap proses, yaitu: 1) perumusan dan penentuan tujuan, 2).
Pengujian atau analisis opsi-opsi atau pilihan-pilihan yang tersedia serta 3). Pemilihan
rangkaian, tindakan atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan disepakati
bersama. Dengan demikain diketahui bahwa perencanaan tidak bersifat statis melainkan dinamis
kerena dilakukan melalui suatu rangkaian proses (siklus) yang berjalan terus menerus.
Perencanaan pembangunan mencakup berbagai cara, alat dan tujuan serta cara
mengkoordinasi dari berbagai aspek atau sektor untuk mencapai tujuan yang dimaksud.
Tujuan-tujuan ini dapat dicapai jika dibarengi dengan berbagai kebijakan pemerintah,
terutama peningkatan pengeluaran (baik rutin maupun pembangunan). Selain dari pada itu
peningkatan investasi swasta dan dorongan untuk ekspor secara terus-menerus membantu
dan melaraskan tercapainya tujuan pembangunan, terutama dalam penciptaan kesempatan
kerja.
Demikian pentingnya perencanaan, sehingga arah dan tujuan pembangunan, perlu
dirumuskan secara jelas, konsisten dan sedapat mungkin dengan mudah dapat dicapai,
terutama dalam jangka pendek. Tujuan-tujuan yang dimaksud dapat bersifat politik, budaya,
ekonomi dan sebagainya, bahkan mencakup ketiga konsep tersebut. Dengan demikian suatu
tujuan dari pada rencana pembangunan jangka panjnag hendaknya dirumuskan secara tegas,
sementara rencana pembangunan jangka pendek, hendajnya durumuskan secara luwes dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat dengan melibatkan berbagai komponenen seta
kelompok dalam masyarakat.
Di negara-negara miskin, industrialisasi merupakan goal dan melalui perencanaan
pembangunan ini tujuan atau industrialisasi tersebut dapat tercapai melalui kontrol,
pengaturan, evaluasi dan penyesuaian sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dengan
demikian perencnaan pada negara tersebut dapat berbentuk sebagai cita-cita dan

12
pedoman dalam berubah pola berpikir (main set) masyarkat. Perencanaan disisni menjadi
tujuan politik dimana budaya ditransformasikan pada suatu ide yang mencerminkan
kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Berdasarkan alasan itulah maka perencanaan pembangunan yang mencakup segala
aktivitas hidup masyarakat, memiliki peranan sentral untuk mengarahkan segala sumber dan
potensi yang dimiliki bangsa Indonesia untuk mencapai sasaran-saran pembanghuan
tersebut. Perencanaan pemmbanguan bertugas mengarahkan, mengkordinasikan dan
memberuiakan arah yang jelas serta teknik-teknik yang diperlukan untuk mencapai tujun
yang telah ditetapkan.
Perencanaan pembangunan pada umumnya adalah mencakup berbagai aspek. Banyak
perencanaan begitu bagus tetapi dalam pelaksanaannya menghadapi kendala atau hambatan
yang sulit atau tidak bisa diselesaikan. Salah satu faktor penghalang adalah masalah hukum
dalam perencanaannya tidak cantumkan bahkan tidak digubris sama sekali sehingga
pelaksanaanya tidak bisa dilakukan sesuai rencana. Dengan demkian perencanaan harus
dikaikan atau didasarkan atas hukum yamg berlaku. Undang-undang tentang lingkungan
hidup atau kesehatan lingkungan, undang-undang peraturatan penggunaan lahan,
pemekaran wilayah atau Otonomi Daerah dan juga tentang hukum yang menyangkut isu
pemanasan global, perlu diperhatikan dan dipertimbangkan oleh seorang perencana atau
pengambil keputusan, sehingga pelaksanan rencana dikemudian tidak terlalu banyak mendapat
tantangan.
Perencanaan adalah proses pemilihan alternatif dalam menentukan tindakan dimasa
depan dengan memperhatikan, menganalisa peristiwa-peristiwa di masa kini dan masa datang
dalam upaya penentuan dan pencapaian tujuan yang diinginkan, baik jangka pendek, jangka
menengah ataupun jangka panjang. Ruang lingkupnya dapat bersifat nasional, regional, atau
sektoral; dapat juga bersifat makro/menyeluruh. Hasil dari rencana adalah kebijakan. Misal,
kebijakan menyesuaikan harga bahan bakar Minyak ( BBM) atau kegiatan fisik, misalnya
membangun proyek jalan raya.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan politik, Indonesia mengalami suatu tantangan
pembangunan, khususnya di bidang perencanaan ekonomi. Setelah berakhirnya Orde Baru dan
bergulirnya masa Reformasi sejak tahun 1988, Indonesia mengalami perubahan yang mendasar
dalam pembangunan nasional. Selain dari pada itu Indonesia mengalami dan telah memasuki
era globalisasi yang ditandai dengan semakin besarnya peranan perdagangan luar negeri dalam
perekonomian Indonesia. Salah satunya adalah masuknya Indonesia dalam perdagangan
bebas Asean di tambah China, yaitu: Asean China Free Trade Area (ACFTA) pada tahun ini,
menunjukkan bahwa system pasar bebas atau market mechanism telah menunjukkan jati
dirinya, namun di Indonesia belum layak dilepaskan pada sistem ini, karena masih tergolong
negara sedang berkembang (developing countries). Sehingga perencanaan dengan mekanisme
pasar perlu diimbangi oleh campur tangan pemerintah yang memadai agar tujuan pembangunan
nasional dapat tercapai sesuai dengan harapan, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini jelas memerlukan perencanaan yang semakin kompleks dan peranan pemerintah tidak
semakin sedikit, tapi malah bertambah.
1.2. Ilmu Perencanaan Pembangunan
Perkembangan yang penting ke arah ilmu perencanaan ekonomi dapat dikatakan dimulai
dengan analisa ekonomi makro yang dipelopori oleh John Mynard Keynes. Disini ditelaah secara
makro peranan variabel-variabel dalam perkembangan ekonomi seperti tingkat pendapatan,
tingkat tabungan, tingkat konsumsi dan tingkat investasi. Satu hal penting dalam perkembangan

13
ini adalah pembahasan mengenai peranan pemerintah menggunakan peralatan analisis tersebut
melakukan perumusan kebijakan-kebijakan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi. Dikemukakan disini bahwa ―hanya sekedar mempengaruhi‖ karena intensi utamanya
bukanlah suatau usaha pertumbuhan ekonomi yang mantap. Namun demikian di kemudian hari
peralatan analisa makro berguna sekali dalam menelaah perkembangan ekonomi.
Perkembangan selanjutnya adalah datang dari mazhab-mazhab neo-Kaynesian yang
mulai memperhatikan masalah pertumbuhan atau pembangunan ekonomi yang ternyata didorong
oleh keadaan negara-negara berkembang atau negara yang baru lepas dari penjajahan yang
memerlukan perubahan yang drastis untuk mengejar ketertinggalannya terutama dalam bidang
ekonomi. Negara-negara tersebut berusaha sekuat tenaga untuk membanguan negaranya.
Bersamaan dengan itu, banyak ahli dari luar negeri yang tertarik unutuk membahas masalah
pembangunan di Negara berkembang, yang dalam perkembangannya lahirlah teoi-teori
pembangunann dan pertumbuhan yang banyak diplejari dan digunakan, khusunya untuk
Negara berkembang. Untuk Indonesia misalnya telah ada penulisan tentang ilmu Ekonomi
Pembangunan oleh Sumitro Djojohadikusumo. Mengenai teori-teori ekonomi pembangunan ini
tersapat berbagai kecendungan pemikiran seperti konsep dualisme dan teori ketergantungan
yang bersal dari Negara-negara berkembang itu sendiri.
Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa dalam proses pembangunan suatu masyarakat
dan bangsa diperlukan suatu hubungan yang saling mendukung dari pertumbuhan berbagai
bidang. Bahkan perencanaan ekonomi itu sendiri untuk keberhasilannya perlu mendapat bantuan
perencanaan dan perkembangan bidang-bidang sosial dan nonekonomi secara serasi. Oleh karena
itu kemudian berkembang kecenderungan untuk melihat proses perkembangan dan
pembangunan lebih dilihat dari segi atau multi-disiplin.
Perencanaan pembangunan dikaitkan dengan pengertian ilmu perencanaan
pembangunan. Dalam perencanaan ekonomi, sebagai suatu peralatan analisis, perencanaan
dapat dibagi ke dalam perencanaan ekonomi makro, perencanaan ekonomi sektoral,
perencanaan ekonomi mikro atau juga perencanaan proyek-proyek. Disiplin ilmu ini antara
lain terutama statistik, demografi dan ekonometrika sangat diperlukan untuk mendukung
perencanaan ilmu ekonomi.
Sejauh ini telah berkembang perencanaan ekonomi sampai tidak mengenal batas lagi
dengan ilmu-ilmu lain khususnya ilmu sosial lainnya, dimana perencanaan yang dilakukan
harus didukung oleh berbagai disiplin ilmu. Demikian luasnya ruang lingkup sekarang ini
meliputi berbagai aspek termasuk ilmu ekonomi dan manjemen, lingkungan hidup,
politik, budaya, kelembagaan, tata ruang dan sebagainya. Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa perencanaan pembangunan adalah stau ilmu yang mengkaji dan
menerapkan berbagai teknik perencanaan dari berbagai disiplin ilmu untuk mencapai
sasaran pembangunan yang telah ditentukan.
Perencanaan pembangunan adalah suatu ilmu baru dalam perencanaan yang
mengkaji dan membahas serta menentukan kebijakan di masa datang dalam upaya
peningkatan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh. Dengan demikian ilmu ini dapat
dianggap sudah dalam atau mencakup bidang politik perekonomian, di mana faktor-faktor
nonekonomi seperti pandangan hidup, idiologi negara, pendapat politik sosial diperhitungkan
bersama-sama dengan perhitungan ekonomi yang rasional.

14
1.3. Definisi dan Fungsi Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan adalah dua kata yang membentuk suatu pengertian.


Pembangunan sendiri menyangkut tujuan yang intinya adalah perubahan kepada yang lebih
baik dalam semua aspek kehidupan masyarakat, terutama pembangunan ekonomi. Pencapaian
tujuan tersebut dapat terlaksana jika diarahkan dan dikoordinasikan dengan suatu
perencanaan, yaitu perencanaan pembangunan. Jadi tujuan perencanaan itu sendiri adalah
memperkecil ketidakpastian atau memperbesar tercapainya tujuan yang telah digariskan,
termasuk tujuan pembangunan.
Suatu Perencanaan dapat diartikan sebagai jembatan yang menjadi penghubung antar
masa sekarang dan masa datang. Membangun jembatan tentu telah jelas dimana berada dan
kemana tujuan yang hendak dicapai dan bagaimana melaksanakannya. Dengan demikian
perencanaan adalah tindakan pengambilan keputusan di masa depan, mengenai apa, bagaimana,
bilamana dan siapa yang berkaitan dengan sesuatu kegiatan dalam mencapai tujuannya.
Perencanaan dapat ditinjau dari berbagai aspek yang dapat berbeda untuk setiap
individu. Pada dasarnya perencanaan adalah suatu kegiatan khusus yang memerlukan
keahlian tertentu, tidak memiliki sifat kepastian di masa datang tapi juga fleksibilitas, banyak
menguras tenaga dan pikiran serta membutuhkan waktu yang lama untuk menyusunnya.
Namun demikian perencanaan dapat berarti menunjukkan hal-hal yang khusus yang tidak
luput dari aktivitas sehari-hari. Perencanaan yang sudah merupakan pekerjaan rutin seperti
tukang sopir angkot yang memikirkan dimana, kapan akan beroperasi untuk mendapatkan
lebih banyak penumpang,. Jadi dalam perencanaan itu sendiri terdapat di dalamnya strategi
untuk mencapai tujuan.
Perencanaan pembangunan membentuk suatu konsep, menyatakan bahwa upaya yang
dilakukan secara sadar dengan memperhatikan berbagai alternative untuk mencapai sasaran-
sasaran pembangunan yang telah berdasarkan arah kebijakan yang telah ditetapkan.
Perencanaan merupakan suatu fakta kehidupan ekonomi yang diterima sebagian besar
negara-negara berkembang yang paling baru. Negara dengan sistem sosialis, kapitalis maupun
campuran masing-masing menyusun perencanaan perekonomian dengan ciri yang khas.
Perencanaan pembangunan memiliki aspek yang luas, tidak saja menyangkut permasalahan
ekonomi suatu masyarakat tetapi juga berbagai aspek lainnya, seperti sosial, politik, budaya
lingkungan dan sebagainya. Namun dapat dinyatakan disisni bahwa penekanan perencanaan
pembangunan adalah masalah ekonomi. Pemecahan masalah ekonomi diharapkan akan mampu
memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap perencanaan lainnya sehingga
seluruh aspek dalam masyarakat dapat menikmati hasil dari pembangunan. Dengan
demikian, definisi perencanaan pembangunan dapat dikemukakan disini oleh hasil pemikiran
beberapa ahli
Definisi Perencanaan Pembangunan
1. Perencanaan pembangunan adalah upaya institusi publik untuk membuat arah kebijakan
pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun di daerah
dengan didasarkan keunggulan dan kelemehan yang dimiliki oleh wilayah tersebut (Tri
Widodo, 2000).

15
2. Perencanaan pembangunan (ekonomi) adalah pengendalian dan pengaturan perekonomian
dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu
dalam jangka waktu tertentu pula (Jhingan, 2008)
3. John Friedman (1987) memberikan definisi lebih luas mengenai planning sebagai upaya
menjembatani pengetahuan ilmiah dan teknik (scientific and technical knowledge) kepada
tindakan-tindakan dalam domain publik, menyangkut proses pengarahan social dan proses
transformasi social.
Berlandas dari pada definisi atau pengertian-pengertian di atas, perencanaan
pembangunan dapat didefinisikan sebagai Usaha yang dilakukan oleh pemerintah atau swasta
untuk mempengaruhi dan merubah kondisi-kondisi masyarakat dimsasa datang melalui
pemilihan berbagai alternatif, pengalokasian sumber daya serta kordinasi bebfrabgai sektyor
atau lembaga yan ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian
perencanaan pembangunan adalah
Perencanaan pembangunan adalah suatu upaya yang dilakukan pemerintah dan
atau swasta melalui suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.

Fungsi Perencanaan Pembangunan


Kata-kata tujuan mengandung pengertian bahwa perencanaan berhubungan erat dengan
perumusan kebijaksanaan (policy formulation). Dalam buku Planning for Economic
Development disebut “A plan provide guidelines for policy through the translation of these
general objectives into physical targets and specific tools for particular Economic and social
activities”. Bahkan, Prof. Timbergen, 1977, memberikan pengertian sebagai Kebijaksanaan
Pembangunan (Development Policy). Jadi lebih luas dari pada Perencanaan (Planning). Usaha
berencana yang dilakukan melalui peran pemerintah pada umumnya termasuk kategori yang
pertama, sedangkan yang kedua berarti suatu program investasi terdiri dari proyek-proyek. Kata-
kata tujuan mengandung pengertian bahwa perencanaan berhubungan erat dengan perumusan
kebijaksanaan (policy formulation).
Perencanaan pembangunan (ekonomi) dapat juga diartikan sebagai ―Pengambilan
keputusan mengenai pilihan alternatif yang berkenaan dengan kesediaannya untuk
mengendalikan tingkat konsumsi pada waktu kini guna memungkinkan pertambahan produksi
serta konsumsi dalam masa kemudian. Disamping pilihan ini masih pula terdapat keharusan
untuk memilih pola investasi, pola pembagian pendapatan, pola perkembangan institusional, dan
berbagai macam pilihan-pilihan lain.‖
Dengan demikian di dalam perencanaan ataupun perencanaan pembangunan perlu diketahui lima
hal pokok: Pertama, adalah permasalahan-permasalahan pembangunan suatu negara/masyarakat
yang dikaitkan dengan sumber-sumber pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini
sumber-sumber daya ekonomi dan sumber-sumber daya lainnya. Kedua, adalah tujuan serta
sasaran rencana yang ingin dicapai. Ketiga, adalah kebijaksanaan dan cara untuk mencapai
tujuan dan sasaran rencana dengan melihat penggunaan sumber-sumbernya dan pemilihan
alternatif-alternatifnya yang terbaik. Keempat, penterjemahan dalam program-program atau ke-
giatan-kegiatan usaha yang konkrit. Kelima, adalah jangka waktu pencapaian tujuan.
Mengenai pemilihan tujuan dan sasaran-sasaran rencana maupun mengenai
kebijaksanaan dan cara mencapainya tergantung pula dari preferensi-preferensi berdasar nilai-
nilai sosial dan politik masyarakat bangsa tertentu. Perencanaan dapat ditinjau secara luas

16
dengan memperhatikan sampai sejauh mana keterlibatan masyarakat dalam suatu
perencanaan, sebagai mana yang dikemukakan oleh John Friedman disimpulkan bahwa
filosofi peran serta masyarakat dalam perencanaan mengalami suatu pergeseran, dari for people
sebagai sifat perencanaan social reform menjadi by people sebagai sifat perencanaan dalam
social learning. Oleh karena itu dalam memahami perencanaan maka akan lebih baik apabila
perencanaan dipahami sebagai sebuah suatu upaya untuk membuat pengetahuan dan tindakan
teknis dalam perencanaan yang secara efektif akan mendorong tindakan-tindakan publik.

1.4. Perencanaan dan Sistem Politik


Perencanaan dan politik memiliki kaitan yang erat. Politik mewarnai atau memberikan
arti dan arah kepada perencanaan. Sebaliknya perencanaan akan memberikan arah kepada
pencapaian tujuan politik yang telah disusun oleh otoritas pemerintahan. Meskipun seringkali,
keduanya tidak dapat dipertemukan dengan mudah atau tidak dapat dilihat secara kasat mata oleh
publik, tidak dapat dilihat, melainkan dapat dipersepsikan.
Pada kenyataannya, tidak mudah mempertemukan antara perencanaan (pembangunan)
dan politik. Sejak lama, perencanaan menjadi bidang yang sangat teknis yang hanya dimiliki
oleh sebagian kecil ahli atau individu yang memiliki akses terhadap kekuasaan. Padahal, rencana
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat yang sangat luas. Dengan integrasi
perencanaan ke dalam politik, maka perencanaan sekaligus menjadi wadah ekpresi keruangan,
khususnya warga kota, disamping penghormatan terhadap hak-hak mereka. Konsultan swasta
yang menganggap dirinya netral sekalipun, tidak memungkinkan lepas dari proses politik,
dimana perencananya mau tidak mau terlibat di dalam. Dengan demikian, perencanaan tanpa
politik adalah buta. Yang jelas, perencanaan tanpa politik sama sekali tidak mungkin. Sebagai
contoh dalam negara demokrasi, calon predisen akan menawarkan dan menjelaskan
programnya dalam kampanyenya untuk memenangkan pemilihan prisidien dan wakilnya.
Perencanaan lebih dari sekedar sebuah perhitungan matematis. Perencnaan
merupakan bagian dari kerangka politik di setiap negara dan akan sangat dipengaruhi oleh
sistem yang dianut, demokratis atu otoriter. Dalam sebuah pemerintahan yang demokratis,
suara rakyat yang terwakili lewat lembaga perwakilan rakyat akan sangat berpengaruh
terhadap perencanaan yang dibuat oleh pemerintah. Sebaliknya dalam sebuah pemerintahan
yang diktator. Perencanaan lebih banyak ditentukan oleh penguasa negara ; kepentingan rakyat
lebih sukar untuk terakomodasi dalam sistem seperti ini.
Dari perspektif waktu realisasi program pembangunan, untuk sebuah negara dimana
presiden dipilih lima tahun sekali, maka seorang presiden bisa dipilih untuk periode
berikutnya, dia harus menunjukkan hasil pembangunannya dalam kurun waktu lima tahun
tersebut. Dengan demikian faktor waktu pemilihan umum dalam sebuah negara demokratis
akan ikut mempengaruhi bentuk perencanaan pembangunan yang dibuat oleh sebuah
pemerintahan.
Pembuatan perencanaan, katakanlah dalam suatu bidang tertentu, bisa berubah dari
arah kepemimpinan ke arah kepemimpinan yang lain. Hal ini biasanya disebabkan oleh
pandangan yang berbeda-beda dari satu partai yang berkuasa dengan partai yang lain. Jika
sebuah kekuasaan memiliki komposisi kabinet multi partai, maka sangat mungkin terjadi
pertentangan antar sektor karena masing-masing partai yang berkuasa pada satu bidang
pembangunan tertentu, tidak mau melakukan kompromi dengan partai yang lain pada bidang
lain.
Seringkali pula, kepentingan itu tidak satu, melainkan beragam dari berbagai kelompok.
Pada intinya, politik merupakan alat untuk memperoleh keputusan di antara kelompok pemangku

17
kepentingan. Di samping itu, politik adalah arena kekuasaan untuk dijalankan dalam mencapai
tujuan-tujuan publik. Perencanaan di suatu Negara sangat dipengaruhi oleh sistem politik yang
dianut oleh Negara tersebut. Misalnya mengenai sistem perimbangan kekuasaan antara lembaga-
lembaga Negara dan antara pusat dan daerah. Negara yang otoriter tidak memungkinkan
warganya memiliki aspirasi untuk mengubah rencana yang terlah dihasilkan. Sementara itu,
Negara yang demokratis memerlukan proses penggalian aspirasi warga untuk memperoleh
kesepakatan, sebelum akhirnya keputusan mengenai rencana disahkan.
Salah satu aspek perencanaan adalah perencanaan kota jelas tidak dapat dilepaskan
dari politik. Ada beberapa alasan yang mendukung hal tersebut. Pertama, perencanaan
melibatkan banyak aktor yang memiliki kepentingan yang beragam. Dalam wadah Negara
demokratis, pendapat warga harus dipertimbangkan untuk menghasilkan keputusan publik yang
baik, meskipun belum tentu seratus persen benar. Dampak yang menimpa satu kelompok
menjadi sangat penting untuk didefinisikan, sehingga keberterimaan rencana menjadi semakin
tinggi. Kedua, rencana memerlukan proses legislasi untuk mengesahkannya. Sementara itu,
legislatif, dalam konteks pembagian kekuasaan di Negara kita, terdiri dari wakil-wakil rakyat
yang bertanggung jawab terhadap konstituennya. Mereka ini adalah ―corong‖ bagi warga kota
dari berbagai golongan yang nantinya menentukan alokasi anggaran bagi program-program di
dalam rencana. Konteks masalah dalam jangka panjang adalah tidak dapat diprediksikan dengan
mudah.
Agen-agen perencanaan memiliki tingkat keterkaitan politik yang berbeda satu sama lain.
Dalam konteks saat ini, rencana merupakan produk eksekutif. Berbagai produk rencana, mulai
dari tingkat nasional, regional, dan lokal dirancang oleh lembaga eksekutif (Bappenas, Bappeda
Kota, Dinas Tata Ruang Kota, atau Departemen Pekerjaan Umum). Agen perencana yang berada
dalam wadah eksekutif ini memiliki kepentingan untuk eksekusi terhadap kebijakan-kebijakan
publik. Sebelum rencana ditetapkan, eksekutif mendiskusikannya dengan masyarakat dalam
tingkat yang ditetapkan oleh peraturan perundangan. Di Indonesia, partisipasi ini masih bersifat
formalistik, yaitu untuk memperoleh informasi tentang persetujuan atau ketidakpersetujuan,
tanpa ada kewajiban bagi perencana di pemerintahan untuk menindaklanjutinya. Terdapat
dilemma dalam melakukan partisipasi publick semakin tinggi tingkat suatu rencana maka
partisipasi yang lebih exhaustive sangat sulit dilakukan. Tidak semua kelompok warga dapat
diikutsertakan dan dimintakan pendapat.
Sesungguhnya kontrol terhadap substansi rencana dapat dilakukan oleh lembaga legislasi
(Dewan Perwakilan Rakyat) agar dapat diselaraskan dengan keinginan-keinginan publik.
Sayangnya, seringkali terjadi distorsi antara keinginan publik dengan perwakilan rakyat ini.
Proses politik berhenti sampai dalam perencanaan kota berhenti sampai rencana tersebut
disahkan sebagai peraturan. Namun, apabila sebuah rencana telah disahkan, maka pihak-pihak
yang berkeberatan dapat melakukan uji material terhadap rencana yang sudah disahkan ke
lembaga yudikatif (Mahkamah Konstitusi). Dalam dugaan saya, Mahkamah Konstitusi tidak
mampu untuk melakukan perubahan mendasar terhadap ketentuan-ketentuan teknis yang
mengikat.
Disini menunjukkan bahwa perencanaan tidak dapat dilepaskan dari politik. Perencanaan
dalam Negara demokratis, juga dapat menjadi wujud ekspresi politik. Disamping itu, politik
salah satu di dalamnya, diwarnai oleh pertarungan ―kekuasaan‖ dalam perencanaan. Fragmentasi
dalam perencanaan muncul karena masing-masing tingkatan rencana memiliki agen
pemerintahan yang berwenang untuk melakukannya (nasional, wilayah, dan lokal atau kota).

18
Keputusan menyangkut pengesahan dan pelaksanaan rencana memerlukan proses legislasi yang
memperlihatkan publik berhak untuk menentukan arah perencanaan tersebut.
Menurut Goulet (1986) setidaknya ada tiga rasionalitas yang saling berinter-relasi
dalam penentuan kebijakan publik, yaitu technological rationality, politician rationality dan
ethical rationality. Technological rationality menekankan kepada epistemologi ilmu modern.
Political Rationality merupakan logika kepentingan yang selalu mengedepankan
pemeliharaan kebijakan dan institusi. Seringkali motif mempertahankan institusi dan
kebijakan menyelubungi motif untuk mempertahankan kekuasaan dan mencari keuntungan.
Ethical rationality lebih menekankan pada pencitraan, pemeliharaan atau mempertahankan
norma.
Ketika perencanaan dipandang sebagai sebuah alat dan metode dalam pengambilan
keputusan dan tindakan publik, maka sudah sewajarnya dipahami akan adanya dimensi politik
dalam perencanaan. Dimensi politik dalam perumusan kebijakan publik merupakan sebuah hal
yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan sebagai sebuah tindakan yang rasional dan
ilmiah. Perbedaan dalam proses perencanaan yang teknokratis dengan perencanaan yang
demokratis sangat jelas terlihat dan mempengaruhi perencana untuk masing-masing konteks.
Dalam konteks politik, perencanaan didominasi oleh para pemain yang berkepentingan
dengan tingkat pengaruh yang berbeda agar kepentingannya dimasukkan dalam agenda
perencanaan. Para pemain inilah yang mendominasi proses perumusan kebijakan yang terjadi.
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Robert Dahl (1960) di New Haven menyimpulkan bahwa
terdapat 1% kelompok masyarakat di Amerika Serikat yang mengontrol lebih dari 25%
kesejahteraan di AS secara umum. Vilfredo Pareto (dalam Djatmoko 2004) menyatakan bahwa
dalam sebuah masyarakat konsentrasi kekuasaan hanya berputar pada 20% kelompok masyarakat
yang menguasai 80% kelompok yang lain. Secara sederhana, 20% masyarakat tersebut
mengendalikan atau mengeksploitasi 80% yang lain.
Conyers(1981) mengungkapkan bahwa pada dasarnya perencanaan tidak lain merupakan
sebuah proses politik yang menimbulkan adanya persaingan antar kelompok. Dimensi politik
dalam proses pengambilan keputusan publik akan selalu terkait erat dengan sebuah proses
pengaruh dalam pengambilan keputusan. Menurut Christian Bay arena politik bukan hanya studi
yang terkait dengan bentuk kenegaraan, tetapi termasuk pula proses mensejahterakan manusia
dan kemaslahatan masyarakat. Dimana kedua proses tersebut di fokuskan kepada perbaikan
individu-individu yang terpinggirkan dalam dunia publik.
Paradigma yang ada saat ini adalah proses perencanaan sebagai sebuah proses teknokratis
dan rasional, sehingga menafikkan keberadaan dimensi politik sebagai elemen yang secara
signifikan mempengaruhi proses dan hasil perencanaan. Perencanaan dipersepsikan menjadi
sebagai alat pengambilan keputusan yang bebas nilai dan tidak ada urusannya dengan
kepentingan dan proses politik yang dilakukan oleh para politikus dan pengambil keputusan.
Paradigma seperti ini melihat politik sebagai elemen bebas yang menganggu keseimbangan
dalam proses perencanaan yang terjadi. Politik dianggap elemen radikal bebas yang irasional dan
kontraproduktif terhadap proses perencanaan yang teknokratis dan rasional. Paradigma
rasionalistik sangat menekankan peran perencanaan sebagai sebuah proses yang rasional dan
mekanis, sehingga produk perencanaan memiliki posisi yang sangat signifikan dalam
mentransformasi masyarakat. Rasionalitas yang dimaksud disini identik dengan technical
rationality, bagian dari tiga rasonalitas yang dikemukakan oleh Goulet. Paradigma ini
menempatkan masyarakat sebagai objek rekayasa dan politik sebagai sebuah elemen irasional
dan varian yang harus dihindari.

19
Perencana selama ini dibuai dengan sebuah anggapan bahwa perencanaan dan perencana
adalah sebuah elemen bebas nilai dan kepentingan, sehingga prosedur legal dan kajian yang
didasarkan pada sebuah rasionalitas merupakan amunisi utama perencana dalam melakukan
perencanaan, Posisi ini menempatkan perencana sebagai penasehat utama para pengambil
keputusan dengan kepercayaan diri yang sangat besar. Pendekatan yang konvensional terhadap
proses perencanaan yang mengutamakan proses penyusunan dokumen semata untuk jangka
waktu tertentu tanpa melibatkan peran masyarakat akan memberikan keleluasaan kepada para
politisi dengan membekali mereka sebuah buku ajaib guna merasuk dalam pertemuan politik
atau konsultasi dengan para donor.
Perencana tidak jarang menyerahkan ‖nasib‖ hasil perencanaan yang dihasilkan kepada
para politis tanpa ada sebuah tindakan untuk mengawal dalam kerangkan mempertahankan
tujuan dari perencanaan. Perencana selalu berlindung kepada anggapan ‖kalau sudah
bersentuhan dengan politik, itu bukan urusan kami lagi‖. Sehingga, bias antara tujuan perencaaan
dengan produk perencanaan setelah melewati proses politik bisa sangat jauh berbeda.
Demokratisasi yang terjadi di Indonesia membawa sebuah perubahan besar dalam
paradigma perencanaan di Indonesia. Perencanaan yang pada awalnya sebuah proses teknis
ekonomis yang berasal dari rejim penguasa bergeser menjadi sebuah proses partisipasi yang
menuntut pelibatan serta akses yang sama dalam melakukan intervensi untuk memutuskan
sebuah kebijakan yang terkait dengan kepentingan publik. Lembaga perencana berubah dari
sebuah lembaga teknokrat yang tertutup menjadi sebuah lembaga publik yang harus membuka
kesempatan yang sama untuk publik dalam melakukan intervensi.
Reformasi di Indonesia menyebabkan ruang demokrasi makin terbuka luas sehingga
tuntutan untuk lebih melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan semakin besar dan diikuti
oleh gugatan terhadap posisi hegemonik pemerintah dalam perumusan kebijakan. Dalam kondisi
seperti ini, posisi dimensi politik dalam sebuah perumusan kebijakan publik menjadi sangat
signifikan. Pemerintah maupun kelompok masyarakat memanfaatkan arena politik sebagai
sebuah upaya mengintervensi hasil perencanaan
Pendekatan politis dalam dunia perencanaan sudah saatnya untuk diungkapkan sebagai
usaha perencana dalam memahami realita politik dalam proses perencanaan yang terjadi di
masyarakat. John Friedman menyatakan sebuah permasalahan dalam memahami relasi
perencanaan dan politik serta menaruhnya dalam konteks sebuah teori adalah ambivalensi
perencana terhadap posisi power. Karena, terdapat pandangan yang bertentangan mengenai
keberadaan dimensi politik dalam perencanaan sebagai sebuah realita yang harus diterima atau
sebuah error yang harus dihindari dalam dunia perencanaan.
Perencanaan tidak dapat berlepas diri dari kepentingan politik, karena perencana
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan lembaga dan individu yang bergerak berdasarkan
kepentingan politik. Proses perencanaan telah bergeser dari sebuah proses rasional menjadi
sebuah proses komunikatif, dimana setiap aktor berkomunikasi mengenai kepentingan,
keberpihakan dan sikap yang diusung. Perencana harus berani untuk mengambil sikap di
hadapan proses politik, tanpa harus terlibat dalam kepentingan praktis yang identik dengan dunia
politik. Hal ini dilakukan dalam konteks mempertahankan justifikasi ilmiah yang dimiliki dan
tujuan perencanaan yang dirumuskan.

20
Peran Perencana Dalam Proses Politik
FUNGSI
Profesion Engineer Birokrat Advocate Politikus
alisme / Skill
Engineer Memposisikan Mengartikulasikan Mengkomunikasikan
rasionalitas yang kepentingan masyarakat rasionalitas dan
hendak dibuat umum kepada sebuah kepentingan yang dibuat
sebagai pemenuhan rasionalitas yang acceptable kepada aktor lain
kepentingan publik

Birokrat Menggunakan Memperlakukan masyarakat Memberi informasi kepada


rasionalitas sebagai sebagai konstituen dan pihak masyarakat tentang
landasan dalam yang terkena kebijakan kebijakan yang akan
membuat kebijakan Mengartikulasikan dibuat.
kepentingan publik dalam Melakukan komunikasi
kebijakan yang dibuat dengan legislatif
Advocate Mengajukan rasionalitas Menggunakan Menggunakan tindakan-
sebagai argumen dalam infrastruktur tindakan politik sebagai
memobilisasi dan kelembagaan yang upaya memberi tekanan
menarik keberpihakan ada sebagai media publik dan menarik
masyarakat dalam melakukan dukungan dari kelompok
Menjembatani advokasi lain
pemahaman rasionalitas Melakukan komunikasi
masyarakat dengan pihak lain
Politikus Menjadikan rasionalitas Melaksanakan fungsi Menjembatani masyarakat
lebih dari sekedar perwakilan untuk dengan para pengambil
legitimator kepentingan memperjuangkan kebijakan
politik kepentingan rakyat

Sumber : Elkana, 2005

Keempat peran diatas adalah refleksi dari posisi perencana dalam proses politik. Proses
politik yang terjadi mendesak perubahan paradigma pada dunia perencanaan di Indonesia.
Tantangan dan perubahan paradigma di dunia perencana, menuntut perencana untuk dapat
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan. Dominasi
pemerintah terhadap masyarakat hanya melahirkan sebuah sikap apatis dari masyarakat terhadap
pemerintah dan produk perencanaan. Sikap apatis yang melahirkan ketidakefisienan dari
pelaksanaan perencanaan karena tidak ada dukungan dari masyarakat terhadap produk
perencanaan.
Paradigma perencanaan sebagai proses komunikatif menuntut perencana lebih dari
sekedar seorang mekanis dengan berbekalkan analisis-analisis ilmiah dan teknis. Beberapa kasus
perencanaan di Indonesia menunjukkan fenomena analisis ilmiah yang tergilas oleh argumen
politik yang dibangun. Dalam situasi seperti ini, seorang perencana harus mampu memainkan
peranan komunikator dalam mengartikulasikan kepentingan yang dimiliki oleh tiap-tiap aktor
menjadi sebuah hasil perencanaan dengan kerangka argumen rasional dan pertimbangan teknis
lainnya. Dengan kata lain seorang perencana harus mampu secara teknis, piawai secara
organisatorik dan administratif serta mampu mengartikulasikan kepentingan-kepentingan politik.
Dalam kasus perencanaan di Indonesia, peran perencana dibatasi hanya sampai kepada
proses rasional dan prosedural. Perencana tidak bisa atau tidak mau dalam memperjuangkan
kepentingannya yang termanifestasi dalam produk yang dibuatnya. Perencana yang bergerak
dalam dimensi politik, bukan seorang perencana yang terjebak dalam kepentingan politik yang
pragmatis. Tetapi perencana yang menggunakan media politik sebagai media untuk
memperjuangkan kepentingannya. Seorang perencana pada akhirnya harus dapat menjadi
seorang komunikator dalam proses politik yang terjadi, untuk mengkomunikasi kepentingan

21
yang dimilikinya dan mengartikulasikan kepentingan kelompok lain dalam sebuah arena politik
yang terbentuk.

1.5. Perencanaan dan sistem Perekonomian


Perencanaan pembangunan dan sistem perekonomin suatu negara adalah sangat erat
kaitannya, karena sistem perencanaan pembangunan dilakukan berdasarkan sistem negara
yang ada. Sistem perekonomian memberikan arah, bentuk dan tipe dari perencnaan
pembanguan yang akan dilakukan oleh penguasa negara.

Perencanaan di Negara Sosialis


Perencanaan pembangunan di negara-negara sosialis dikenal juga dengan perencanaan
komando. Perencanaan bersifat menyeluruh dan mencakup semua segi perekonomian. Tujuan
perencanaan dan ketentuan penyediaan dana pembangunan merupakan perintah yang harus
dilaksanakan oleh kementerian dan semua perusahaan yang ada sektor tersebut. Dalam
sistem ini tidak ada kebebasan konsumen dalam memilih barang dan jasa yang akan
dikonsumsi serta tidak ada kebebasan produsen untuk memilih barang dan jasa yang hendak
diproduksinya. Dalam hal ini, proses, produksi, konsumsi dan distribusi ditentukan oleh
pemerintah.
Dari sistem ini ditengarai oleh beberapa kelemahan. Pertama, karena proses distribusi
dan pengendalian harga ditentukan oleh pejabat, maka ada kecenderungan korupsi, kolusi
dan nepotisme pada level perencana. Kedua, karena semakin berkembangnya jenis
kebutuhan manusia, maka semakin sulit untuk identifikasi, penetapan harga, serta jumlah
yang harus didistribusikan, yang akan bermuara pada kelangkaan barang yang dibutuhkan,
tetapi tidak jarang pula terjadi kelebihan pada barang dan jasa dibandingkan dengan yang
diinginkan. Ketiga, kelemahan muncul berupa upaya untuk mempermudah identifikasi
pemenuhan barang dan jasa. Langkah yang ditempuh adalah standardisasi. Setita orang
diasumsikan memerlukan sejumlah baju dan bahan makanan pokok dan hiburan, dalam
jumlah tertentu dan dalam kualitas tertentu yang semuanya distandardisasikan. Alangkah
membusangkannya hidup dalam dalam ukuran yang serba statandar seperti itu. Disamping
minat dan motivasi masyaralat akan hilang karena tidak ada motivasi untuk berusaha dan
tampil berbeda. Keempat, untuk melaksanakan perencanaan dengan skala besar seperti itu
akan diperlukan sederat ahli di berbagai bidang, juga survei dan data base yang luar biasa
rumitnya. Jelas ini memerlukan biaya besar dan mahal jika ingin berhasil.

Perencanaan dalam Perekonomian Kolektifis


Kategori kedua dari perencanaan ekonomi dikaitkan terutama dengan perekonomian Uni
Sovyet di mana pemerintah secara aktif dan langsung mengendalikan gerakan perekonomian
melalui suatu proses pengambilan keputusan yang terpusat. Seperangkat sasaran yang telah
ditetapkan terlebih dahulu oleh para perencana pusat merupakan dasar penyusunan rencana
ekonomi nasional yang lengkap dan komprehensif. Sumberdaya baik materi maupun finansial,
dialokasikan tidak atas dasar harga-harga pasar serta keadaan penawaran dan permintaan
sebagaimana dalam perekonomian kapitalis, melainkan dikaitkan dengan kebutuhan akan
material, tenaga kerja, dan modal dari rencana keseluruhan.
Jadi perbedaan yang esensial antara perencanaan dalam perekonomian kapitalsis dan
perekonomian sosialis adalah rangsangan versus pengendalian (inducement versus control).

22
Peranan perencanaan dalam perekonomian sosialis, selain menetapkan seperangkat sasaran
tertentu yang merupakan suatu rangkaian kemajuan ekonomi yang diinginkan akan tetapi juga
berusaha melaksanakan rencananya dengan mengendalikan secara langsung kegiatan dari hampir
seluruh unit-unit produksi dalam perekonomian secara keseluruhan.

Perencanaan dalam Perekonomian Kapitalis


Sistem perekonomian yang didasari oleh faham kapitalisme pada dasarnya
bertentangan dengan paham sosialisme. Pada prinsipnya sistem perekonomian kapitalis ini
sangat mengagumkan dan mempercayai penuh dengan mekanisme pasar, sehingga yang paling
berperan dalam perekonomian adalah pihak swasta. Jadi harus diakui bahwa di dalam
perekonomian suatu negara yang menganut sistem perekonomian kapitalis, peranan swasta
adalah penggerak utama pembangunan sedang pemerintah hanya sebagai pendorong atau
pengawas pembangunan ekonomi.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang, pihak swastalah yang
dominan memainkan peranan yang penting dalam proses ekonomi, meskipun relatif tidak
langsung. Dalam konteks perekonomian tersebut, perencanaan pada umumnya merupakan usaha
yang dengan sadar dilakukan oleh pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dengan
pengerjaan yang tinggi dan harga-harga yang stabil melalui berbagai kebijaksanaan fiskal dan
moneter. Dengan melihat bahwa permainan mekanisme pasar yang benar-benar tidak terkekang
dapat membawa ke arah situasi yang sangat tidak stabil yang dicerminkan melalui gejolak yang
sangat luar biasa dalam pendapatan dan pengerjaan sepanjang kurun daur bisnis, pemerintah
berusaha secara aktif untuk menciptakan keadaan yang akan mencegah ketidakstabilan ekonomi
sambil tetap merangsang pertumbuhannya.
Alat kebijaksanaan utama yang dipergunakan terutama kebijaksanaan di bidang moneter,
perpajakan, hubungan perdagangan luar negeri. Pengerjaan yang lebih besar dan pendapatan
yang lebih tinggi bagi penduduk yang semakin meningkat disebabkan oleh karena adanya
kebijaksanaan ekspansi moneter, peningkatan pengeluaran pemerintah dan penyesuaian tarif
pajak. Inflasi dan deflasi diatasi melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan fiskal anti siklis,
penyesuaian tingkat bunga, dan garis pedoman mengenai harga upah. Gejolak neraca
pembayaran dinetralisasikan melalui penyesuaian tarif, pengendalian devisa, kuota impor serta
perangsang pajak.
Seluruh alat kebijaksanaan yang dikemukakan di atas meskipun aktif, akan tetapi bersifat
tidak langsung. Kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut adalah bersifat aktif dalam pengertian
bahwa mendorong perekonomian ke arah yang diinginkan. Dan bersifat tidak langsung dalam
pengertian bahwa kebijaksanaan tersebut hanya dimaksudkan untuk menciptakan keadaan yang
menguntungkan, di mana para pengambil keputusan dari pihak swasta dipengaruhi untuk
berperilaku dalam suatu cara yang memungkinkan terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang
stabil secara terus-menerus.
Perencanaan dalam Perekonomian Campuran
Bentuk atau sistem perekonomian lainnya, adalah perekonomian campuran. Sistem ini tak
adalah lain adalah reaksi dari kedua bentuk atau sistem perekonomian terdahulu, walaupun
pada hakekatnya diketahui bahwa tidak ada sistem perekonomian di dunia ini yang betul-betul
muni. Jadi pada dasarnya sistem perekonomian camapuran ini bercirikan adanya suatu
lingkungan kelembagaan di mana sebagian dari sumberdaya produktif dimiliki dan dioperasikan
oleh pihak swasta, sedangkan sebagian lain sebagian lainnya dimiliki oleh publik.

23
Dalam konteks suatu lingkungan kelembagaan semacam itu, kita dapat melihat dua aspek
utama dari perencanaan pembangunan dalam perekonomian campuran yaitu :
a. Penggunaan tabungan masyarakat dan pembiayaan dari luar negeri dilakukan dengan
sengaja oleh pemerintah untuk melaksanakan investasi-invesatsi pada proyek pemerintah
dan memobilisir serta menyalurkan sumberdaya yang langka ke bidang-bidang yang bisa
diharapkan akan memberi sumbangan ke arah terwujudnya kemajuan ekonomi dalam
jangka panjang. Misalnya pembangunan jalan, sekolah-sekolah, pembangunan listrik,
tenaga air, dan infrastruktur-infrastruktur lainnya.
b. Kebijaksanaan pemerintah untuk mempermudah, merangsang, mengarahkan serta dalam
beberapa hal, bahkan mengendalikan kegiatan ekonomi swasta untuk menjamin suatu
hubungan yang serasi antara keinginan para pengusaha swasta dan rencana perekonomian
dari pemerintah pusat.

1.6. Perencanaan Pembangunan dalam Berbagai Negara


Setiap negara di dunia ini memiliki tujuan utama, yaitu peningkatan kesejahteraan
penduduknya. Ukuran kesejaheraan ini memang memiliki bentuk yang berbeda di antara
beberapa negara, namun pada perinsipnya sama yaitu peningkatan pendapatan per kapita dari
penduduknya. Pada negara-negara berkembang, maka yang paling utama adalah peningkatan
kesejahteraan berupa pendapatan perkapita sehingga yang paling mendasar dari tujuan
pembangunannya adalah pertumbuhan ekonomi ( dan juga perluasan kesempatan kerja).
Namun di negara-negra maju misalnya negara-negara Eropa tujuan pembangunannya tidak
terlalu mengarah kepada peningkatan pendapatan per kapita tetapi mungkin dalam
peningkatan kebutuhan sekunder seperti rasa aman, terutama ancaman dari lingkungan hidup
seperti pemanasan global. Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat dilakukan sebagai:
a. Perencanaan pembangunan pada umumnya dilakukan oleh masyarakat yang menganut
falsafah negara atau masyarakat yang berazas sosialisme. Di negara-negara tersebut
dilaksanakan suatu perencanaan yang terpusat secara ketat (centralized rigid planning).
Namun demikian perencanaan ketat secara terpusat yang pada awal pembangunan mereka
menjadi alat yang cukup efektif, pada keadaan masyarakatnya bertambah kompleks telah
banyak menimbulkan kesulitan-kesuliatan. Oleh karena itu kemudian dilakukan pelonggaran-
pelonggaran atau desentralisasi dalam perencanaan pembangunan mereka.
b. Perencanaan pembangunan juga dilakukan di negara-negara industri yang maju dengan sektor
swasta yang kuat. Yaitu di negara-negara dimana berlaku mekanisme pasar dan harga secara
cukup leluasa. Dalam masyarakat ekonomi seperti itu berdasarkan kekuatan-kekuatan
ekonomi pasar sendiri akan terdapat fluktuasi konjungtur. Untuk menanggapi fluktuasi
konjungtur ini negara-negara tersebut melakukan perencanaan anti siklus (anticyclical
planning).
Perencanaan tersebut mengusahakan stabilitas karena adanya fluktuasi. Dalam keadaan
harga-harga naik dan demikian pula upah dan ongkos maka pemerintah bisa melakukan
kontraksi moneter. Dalam keadaan depresi atau resesi pemerintah dapat melonggarkan suplai
uang melalui tingkat bunga rendah dan proyek-proyek kegiatan pekerjaan umum. Pada
pokoknya kebijaksanaan dan program dilakukan untuk mengusahakan stabilisasi ekonomi.
c. Kecuali itu di negara-negara tersebut, juga negara-negara yang mempunyai perencanaan
terpusat, ataupun negara-negara yang baru berkembang yang telah maju peralatan
statistiknya dilaksanakan perencanaan perspektif. Perencanaan ini mengadakan tinjauan
jangka jauh, proyeksi kecenderungan-kecenderungan berdasar variabel-variabel ekonomi

24
yang ada seperti perkembangan penduduk, teknologi, kegiatan-kegiatan ekonomi terutama
yang menyangkut tabungan, konsumsi dan investasi dan lain-lain. Atas dasar studi
kecenderungan-kecenderungan ini maka kegiatan dan kelakuan unit-unit ekonomi dalam
masyarakat dapat menyesuaikan sendiri langkah-langkahnya.
d. Banyak negara-negara maju juga melakukan perencanaan pembangunan. Hal ini dilandasi
oleh dasar pikiran bahwa negara-negara tersebut juga memerlukan pertumbuhan secara terus-
menerus. Dan dalam perkembangannya ingin mengoreksi kelemahan-kelemahan ekonomi
pasar. Kecuali itu juga untuk menunjang sektor ekonomi dan wilayah-wilayah daerah yang
kurang berkembang. Rencana-rencana bersifat indikatif dengan menyediakan suatu kerangka
menyeluruh bagi penelaahan perkembangan ekonomi secara nasional.
e. Di negara-negara baru berkembang dilakukan pula perencanaan ekonomi/pembangunan.
Perencanaan yang sering dilakukan adalah:
Perencanaan proyek demi proyek (project by project approach)
Perencanaan proyek demi proyek adalah perencanaan dan pelaksanaan proyek demi
proyek di sektor publik. Hubungan antara proyek-proyek tersebut bisa ada kaitannya, bisa
pula tidak. Namun demikian perencanaan proyek-proyek itu tidak dilandasi/didasari suatu
kerangka dasar (unified concept) atau kebijaksanaan yang bersifat menyatukan.
Perencanaan sektoral. Perencanaan kebijaksanaan dan kegiatan usaha untuk
perkembangan suatu sektor kegiatan ekonomi tertentu.
Perencanaan sektoral misalnya adalah perencanaan bidang pertanian, atau usaha
industrialisasi. Di bidang pertanian misalnya diusahakan peningkatan produksi pangan.
Rencana sektoral ini pada umumnya hanya menyangkut sektor publik dan kurang
memberikan perhatian terhadap kaitan-kaitan dan implikasinya dengan sektor lain.
Perencanaan investasi menyeluruh sektor publik (integrated public investment planning)
Perencanaan investasi sektor publik juga terdiri dari berbagai program dan proyek yang
dilandasi suatu kerangka dasar dan kebijaksanaan yang menyatukan di sektor publik
tersebut. Demikian pula dilakukan perkiraan tentang sumber pembiayaan pemerintah
dimaksudkan untuk dipergunakan bagi investasi sektor publik. Perencanaan ini tidak
meliputi sektor masyarakat atau sektor swasta, tetapi seringkali juga berusaha
mempengaruhi perkembangan sektor tersebut.
Perencanaan komprehensif meliputi sektor pemerintah dan sektor masyarakat.
Perencanaan komprehensif meliputi sektor pemerintah dan sektor masyarakat. Seringkali
perencanaan komprehensif disebut juga sebagai perencanaan menyeluruh meliputi
seluruh kehidupan bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Tetapi dalam
kenyataannya biarpun suatu negara menganut perencanaan komprehensif ataupun
perencanaan investasi menyeluruh sektor publik prakteknya masih dilakukan suatu
perencanaan proyek demi peroyek.

1.7. Perencanaan Pembangunan dalam Negara Sedang Berkembang (NSB)


Negara-negara baru berkembang pada umumnya sedang berusaha untuk mengembangkan
dirinya dari suatu keadaan dan sifat masyarakat tradisional dengan keadaan ekonomi
terbelakang, menuju ke arah keadaan yang dianggap lebih baik. Paling sedikit apabila hal ini
menyangkut ekonomi, ditujukan ke arah mendapatkan kesejahteraan dan tingkat ekonomi yang
lebih baik.Oleh karena itu lebih baik dikemukakan bahwa negara-negara baru berkembang pada
umumnya melakukan atau dalam proses perubahan-perubahan sosial yang besar. Di dalam

25
proses atau usaha perubahan sosial (societal charge) tersebut dapat berarti suatu proses dan
usaha pembangunan. Pada umumnya perencanaan pembangunan banyak di negara-negara baru
berkembang ditekankan pada pembangunan ekonomi. Hal ini disebabkan oleh karena yang
paling terasa adalah keterbelakangan ekonomi, dan pembangunan di bidang ini dapat mendukung
pencapaian tujuan, atau mendorong perubahan-perubahan dan pembaharuan dalam kehidupan
lain daripada masyarakat.
Timbulnya perencanaan di negara sedang berkembang adalah untuk memperbaiki dan
memperkuat mekanisme pasar. Dimana mekanisme pasar di negara tersebut biasanya belum
sempurna karena ketidaktahuan dan ketidakbiasaan negara tersebut dengan mekanisme seperti
itu, sehingga perekonomian di dominasikan oleh sektor non-uang. Pasar produk, faktor
produksi, modal dan uang tidak terorganisir dengan baik sehingga keseimbangan antara
permintaan dan penawaran agregat atas barang dan jasa tidak terjadi. Untuk menghapuskan
ketidaksempurnaan pasar tersebut, yakni agar mobilisasi dan pemanfaatan sumberdaya dapat
lebih efisien maka diperlukan suatu perencanaan.
Selain itu kebutuhan perencanaan juga didorong oleh keinginan untuk mengurangi
pengangguran. Oleh karena langkanya modal dan melimpahnya tenaga kerja, maka masalah
penyediaan lapangan kerja menjadi masalah yang sulit dipecahkan di negara sedang berkembang
tersebut.
Perencanaan pembangunan juga sangat diperlukan untuk mengatasi kemiskinan di
negara sedang berkembang. Perencanaan yang baik diperlukan untuk mengatasi ketimpangan
distribusi pendapatan dan kesejahteraan, meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan per
kapita, meningkatkan kesempatan kerja, dan untuk pembangunan secara keseluruhan.

Biarpun perencanaan pembangunan sangat banyak dilaksanakan di negara-negara


baru berkembang namun harus diakui bahwa terdapat banyak kelemahan yang dihadapi.
Berbagai kelemahan tersebut di sini dikemukakan yang penting-penting saja.
a. Perencanaan ekonomi/perencanaan pembangunan di banyak negara baru berkembang
seringkali lebih merupakan dokumen politik mengenai cita-cita pembangunan yang
dikehendaki, tetapi bukan merupakan cetak biru bagi kegiatan-kegiatan yang mungkin
dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan tertentu. Perencanaan
pembangunan tidak terkait antara perencanaan dengan pelaksanaannya. Sebagai refleksi
daripada kekuatan-kekuatan dan kepentingan-kepentingan politik yang ada dalam
masyarakat, maka rencana yang dapat diterima secara politis, mungkin kehilangan cirinya
yang utama sebagai rencana, yaitu konsistensi dan sistem prioritas.
b. Di balik itu apabila mungkin dirumuskan suatu rencana yang teknis cukup baik.
Kelemahannya adalah seringkali kurang mendapat dukungan politik yang diperlukan.
Kecuali itu yang lebih sering terjadi adalah karena memang kurang terdapat kestabilan politik
yang memungkinkan pelaksanaan rencana secara kontinu. Pemerintahan yang silih berganti
mengakibatkan silih berganti pula pelaksanaan rencana, bahkan mungkin silih berganti
perencanaan. Rencana harus mempunyai cukup dukungan politik dan cukup waktu
pematangannya sehingga dapat melibatkan aparatur pemerintah maupun masyarakat dalam
pelaksanaannya.
c. Kelemahan lain adalah seringkali terdapat kurang hubungan antara penyusunan rencana dan
para penyusunannya dengan pelaksanaan rencana dan para pelaksanaanya. Ini menyebabkan
rencana menjadi kurang feasible (kurang dapat dilaksanakan secara teknis). Hal ini bisa
disebabkan karena para perencana terlalu banyak bekerja ―di belakang meja‖, ataupun karena

26
kurang kuat kedudukan suatu badan perencana dalam hubungannya dengan badan-badan
operasional. Satu aspek dari hubungan ini adalah kelemahan hubungan antara perencanaan
dan kebijaksanaan anggaran serta moneter.
Namun demikian sebenarnya kelemahan rencana ini adalah kelemahan dalam pembentukan
organisasi dan administrasi perencanaan sebagai suatu proses yang harus dilakukan oleh
banyak badan atau lembaga pemerintahan. Suatu jaringan keserasian dan kerjasama dalam
pembentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan-kebijaksanaan dan perumusan program-program
pembangunan.
d. Banyak kelemahan rencana juga terjadi dalam bidang pilihan-pilihan berbagai alternatif yang
merupakan ―trade offs‖ (menguntungkan bagi yang satu, merugikan bagi yang lainnya).
Misalnya, pilihan antara peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat melalui
pemakaian teknologi yang maju dengan usaha ke arah realisasi keadilan atau pemerataan
pembangunan terutama di bidang perluasan kesempatan kerja.
e. Di banyak negara baru berkembang kelemahan lain adalah kurangnya data-data statistik,
informasi, hasil-hasil riset dan survai untuk mendasari suatu perencanaan yang baik. Data-
data tersebut diperlukan sekali untuk menyusun proyeksi, perkiraan maupun untuk
merencanakan proyek-proyek pembangunan. Untuk hal yang terakhir ini diperlukan sekali
apa yang disebut feasibility study.
Seringkali bahkan informasi dasar untuk perencanaan masih perlu dilakukan seperti sensus
penduduk ataupun survei tentang potensi sumber-sumber alam dan material yang strategis.
Kecuali itu masih perlu dibina suatu jaringan informasi yang memungkinkan bagi
penggunaan perencanaan.
f. Kurangnya penguasaan terhadap teknik-teknik perencanaan. Hal ini disebabkan antara lain
oleh karena masih kurangnya tenaga terdidik dalam bidang tersebut. Penguasaan teknik-
teknik tersebut memerlukan pengetahuan spesialisasi. Karena kelemahan-kelemahan inilah
maka seringkali negara-negara baru berkembang tergantung daripada penyediaan tenaga-
tenaga ahli asing. Suatu perencanaan misalnya perlu didasarkan atas kerangka makro atau
kerangka rencana. Dengan demikian hubungan antara berbagai unsur atau variabel (ekonomi)
menjadi lebih jelas kaitan serta implikasinya satu sama lain. Kecuali itu diperlukan pula
perencanaan sektoral dan regional. Tidak dapat disangkal bahwa juga di bidang perencanaan
proyek-proyek masih terdapat banyak kelemahan.
g. Dapat pula dikemukakan bahwa tanggapan terhadap perencanaan seringkali masih
ditekankan pada usaha perumusan suatu rencana. Kurang perhatian diberikan bahwa
perencanaan merupakan suatu proses yang saling berhubungan erat antara perencanaan dan
pelaksanaannya. Ciri-ciri perencanaan harus lebih menjamin pelaksanaan dan
pengendaliannya.
h. Kelemahan lain adalah masalah kemampuan administrasi pemerintah untuk melaksanakan
rencana pembangunan. Administrasi pemerintah di negara-negara baru berkembang
umumnya tidak cocok dengan keperluan-keperluan maupun kepentingan usaha
pembangunan. Arthur Lewis dan Albert Waterson mengemukakan bahwa administrasi dan
politik seringkali merupakan hambatan utama pelaksanaan perencanaan pembangunan. Di
bidang administrasi pemerintah perlu dilakukan suatu reform administrasi maupun
pembinaan administrasi untuk mendukung perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

27
1.8. Perencanaan Ekonomi dan Perencanaan Pembangunan
Sebelum tahun 1965-an tulisan-tulisan maupun uraian-uraian di bidang perencanaan pada
umumnya adalah mengenai perencanaan ekonomi. Buku Arthur Lewis yang terdahulu, Edward
Mead buku United Natmons, E.S. Mason, semuanya mengemukakan tentang prinsip-prinsip dan
teknik-teknik perencanaan di bidang ekonomi. Tetapi sejak tahun 1965 ke atas berkembang
kecenderungan tulisan dan pembahasan bukan lagi perencanaan ekonomi melainkan perencanaan
pembangunan. Demikianlah Arthur Lewis sendiri pada tahun 1965 menulis buku berjudul
Development Planning. Buku dasar utama lain ditulis oleh Albert Waterston berjudul
Development Planning. Lessons of Experience.
Perkembangan kecenderungan ini antara lain disebabkan karena alasan-alasan sebagai
berikut:
a. Dalam usaha pelaksanaan pembangunan terasa bahwa perencanaan ekonomi yang
menghasilkan berbagai kemajuan ekonomi, serta yang dapat diukur melalui berbagai
indikator-indikator ekonomi belum dapat memberikan gambaran bahwa usaha
pembangunan berjalan secara sehat, wajar, di berbagai bidang yang saling
mendukung. Pembangunan memerlukan indikator-indikator (petunjuk-petunjuk) atau
ukuran-ukuran yang lain yang dapat menunjukkan sampai berapa jauh tingkat
pembangunan sosial ekonomi berlangsung.
Pokok masalah adalah oleh karena makin lama diakui bahwa pembangunan di
berbagai bidang, politik-ekonomi-sosialbudaya yang saling berkaitan dan saling
mendukung.
b. Dasar alasan yang kedua adalah oleh karena keberhasilan pembangunan ekonomi
harus didukung oleh perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di bidang-bidang
yang lain. Misalnya saja pembangunan di bidang pertanian memerlukan pula
pembangunan kesediaan para petani untuk menggunakan alat-alat yang lebih maju
serta cara-cara berekonomi yang lebih baik. Pembangunan di bidang industri harus
dibantu dengan perencanaan pembangunan di bidang pendidikan dan latihan. Dalam
perencanaan terdapat banyak aspek kuantitatif khususnya di bidang ekonomi tetapi
kemudian perlu diberikan perhatian pula kepada aspek-aspek kualitatif yang lebih
banyak terdapat di bidang sosial budaya. Variabel non ekonomi berperan cukup besar
dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi.
c. Orientasi ini juga didukung oleh adanya pendapat bahwa perencanaan hendaknya
mendukung suatu usaha pembangunan secara berencana, yang dalam mengusahakan
keterlibatan aktif masyarakat, berarti pula suatu proses usaha pendewasaan
masyarakat untuk dapat maju dan berkembang atas oto-aktivitas dan swakaryanya.
Pendekatan ini lebih bersifat pendekatan kebudayaan dan sosial. Bahkan dalam
pengalaman banyak negara-negara perencanaan ditujukan untuk perubahan struktural
yang mendalam dalam masyarakat. Tujuan perencanaan adalah pembinaan dan
pembangunan bangsa (nation building).
Alasan yang keempat adalah kesimpulan di berbagai kalangan, terutama kalangan PBB,
yaitu bahwa kebijaksanaan dan program-program ekonomi bertujuan mencapai hasil-hasil yang
sifatnya ekonomi. Tetapi tidak dapat~disangka1 bahwa kebijaksanaan dan program-program
ekonomi tersebut secara langsung atau tidak akan mempunyai pengaruh dan hasil yang bersifat
sosial. Demikian pula sebaliknya.

28
Pembangunan jalan-jalan menuju desa-desa terpencil yang mempunyai potensi ekonomi
mungkin akan menaikkan tingkat perkembangan ekonomi desa tersebut, tetapi juga
memungkinkan anak-anak daerah itu bersekolah lebih maju.
Program Keluarga Berencana, karena pelaksanaannya lebih bersifat medis dan sosial,
seringkali dimasukkan dalam bidang sosial. Tetapi dasar alasan dan pengaruhnya adalah benar-
benar bersifat ekonomi.
Empat hal tersebut di atas merupakan bahagian dan kecenderungan dalam perencanaan
yang dinamakan pendekatan integratif (integrated approach atau unified approach).
Perkembangan inilah yang dewasa ini lebih diterima dalam perencanaan, sehingga perencanaan
ekonomi berkembang menjadi perencanaan pembangunan. Namun demikian tak bisa dihindari
bahwa isi utama dari pada perencanaan pembangunan masih berupa prinsip-prinsip dan teknik-
teknik perencanaan ekonomi.
Alasan-alasannya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanapun juga ternyata bahwa pembangunan ekonomi merupakan sektor yang
mempunyai daya dongkrak (leverage effect) terbesar. Di masa lalu bidang ekonomi
merupakan kenyataan keterbelakangan banyak negara-negara baru berkembang. Di
lain fihak ukuran perbandingan kemajuan antara negara terutama masih bersifat
ekonomi. Dengan pembangunan ekonomi pencapaian pembangunan di bidang-
bidang lain akan lebih mudah diusahakan.
b. Prinsip-prinsip dan teknik-teknik perencanaan ekonomi berkembang paling maju
dalam peralatan analisanya. Hal ini juga disebabkan karena perencanaan ekonomi
lebih mudah dihitung (quantify able). Dalam perencanaan ekonomi relatif lebih
mudah mengidentifikasi keterbatasan dan kemungkinan-kemungkinannya.
c. Demikian pula indikator-indikator pembangunan dalam bidang ekonomi relatif lebih
mudah dikembangkan, karena ukuran-ukurannya lebih mudah dihitung.
d. Masih relatif lemahnya peralatan analisa ilmu-ilmu sosial dalam menunjang
perkembangan sosial ekonomi. Atau masih relatif lemahnya orientasi kebijaksanaan
ilmu sosial. Demikian pula lemahnya indikator-indikator pembangunan di bidang
sosial budaya. Biarpun hal ini sekarang sedang giat diusahakan peningkatan peranan-
nya untuk social engineering.

1.9. Pengalaman Perencanaan di Indonesia


Indonesia adalah negara kesatuan yang diprolamirkan pada tanggak 17 Agustus
1945 terdiri dari berbagai suku, ras dan agama dengan wilayah yang cukup luas ( 1.919.440
km2), dengan falsafah negara adalah Pancasila. Dalam sistem pemerintahannya sudah
berkali-kali berubah, namun tetap menjadi negara kesatuan yang berpentuk republik.
Sebagaimana diketahui Indonedia adalah bekas jajahan orang asing, terutama Belanda dan
Jepang sehingga negara ini digolongkan dengan negara yang sedang berkembang. Dengan
demikian diperlukan suatu perencanaan yang sinambung untuk terlaksananya pembangunan
Nasional. Dari pengalaman sejarah, masa perencanaan pembangunan dapat digolongkan
sebagai:
1. Masa perencanaan pengaturan ekonomi Indonesia tahun 1947.
2. Masa perencanaan ekonomi oleh Kasimo tahun 1948-1950.
3. Masa perencanaan urgensi perkembangan industri dan industri kecil(1951-1955)
4. Masa perencanaan pembangunan lima tahun (1956-1960).

29
5. Masa pemberlakuan pedoman Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahapan Pertama tahun 1961-1969.
6. Masa Tim Stabilitasi Ekonomi (1966-1968).
7. Masa Pembangunan Jangka Panjang Tahap I dan Tahap II (1969-1989).
8. Masa perencanaan periode 1998-2000
9. Masa perencanaan periode 2000-2004
10.Masa Perencanaan sekarang, Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ( SPPN)
Secara rinci dapat dijelaskan, Indonesia mulai pertama kali melakukan perencanaan
pembangunan pada tahun 1947, yaitu Rencana dari Panitia Siasat Pembangunan Ekonomi yang
diketuai oleh Muhammad Hatta dalam kabinet Syahrir. Pada tahun 1951 telah disusun pula
Rencana Urgensi Perekonomian yang mengatur ekonomi dan mengarahkan kegiatan investasi
dengan dasar pandangan sosialis. Kemudian pada tahun 1955 Biro Perancang Negara menyusun
Rencana Lima Tahun atau dikenal dengan Rencana Juanda. Perencanaan terus berganti, sejalan
dengan keadaan negara pada waktu itu. Kemudian Dewan Perancang Nasiuonal membuat
perencaaan yang disebut Pembangunan Nasional Semesta Berencana atau rencana delapan
tahun pada tahun 1961. Selanjutnya pada masa Orde Baru pemerintah menyusun Rencana
Pembangunan Lima Tahun ( REPELITA) sebagai hasil perumusan Bappenas. Repelita pertama
dimulai pada tahun 1969, sehingga sampai sekarang telah memasuki masa Repormasi dimana
kata Revelita tidak akan tgerdengar lagi yang terdengar hanyalah kata-kata yang
menunjukkan perencanaan jangka menengah, yaitu Propenas, yaitu program pembangunan
Nasional.
Usaha-usaha perencanaan ekonomi ataupun perencanaan pembangunan dilakukan di
Indonesia dimulai sejak tahun 1947, setelah berjuang mempertahankan kemerdekaannya.
Pelaksanaan perencanaan tersebut dilatarbelakangi oleh keadaan politik serta, dan administrasi
ekonomi yang berbeda-beda.
Pada tanggal 12 April 1947 dibentuk oleh Presiden suatu badan bernama Panitia Pemikir
Siasat Ekonomi atau disebut juga sebagai ―Brain Trust‖. Panitia Pemikir tersebut telah berhasil
merumuskan rencana sementara yang berjudul ―Dasar Pokok Daripada Plan Mengatur Ekonomi
Indonesia‖.‘ Panitia ini diketuai oleh Mohammad Hatta, Wakil Presiden ketika itu, dengan
wakil-wakil ketua A.K. Gani, Mohammad Roem dan Sjafruddin Prawira.
Sejak tahun 1952 dimulai usaha-usaha suatu perencanaan yang lebih bersifat menyeluruh,
biarpun inti utamanya tetap adalah sektor publik. Suatu Dewan Perancang Negara dibentuk
dengan badan penyelenggara yang dinamakan Biro Perancang Negara. Dalam rangka ini telah
berhasil disusun suatu Rencana Pembangunan Lima Tahun 1956 - 1960.6 Biro Perancang
Negara mula-mula diprakarsai oleh Sumitro Djojohadikusumo, kemudian dipimpin oleh Djuanda
dan Au Budiardjo. Kemudian oleh Au Budiardjo. Yang terakhir tersebut berada di bawah
Menteri Negara Urusan Pembangunan Djuanda. Rencana tersebut baru diundangkan pada tahun
1958. Dan tahun 1959 sudah diganti dengan rencana baru.
Pada tahun 1957 diadakan suatu Musyawarah Nasional Pembangunan (MUNAP).
MUNAP memutuskan untuk mengusulkan kepada pemerintah pembentukan Dewan Perancang
Nasional diketuai oleh Mohammad Hatta. Namun demikian perkembangan tidak menghasilkan
hal seperti itu karena kemudian dibentuk DEPERNAS diketuai Muhammad Yamin dengan
wakil-wakil ketua Ukar Bratakusumah, Soekardi dan Sakirman. DEPERNAS berhasil menyusun
Rencana Pembangunan Nasional Semesta Berencana (RPNSB) 1961 - 1969. Rencana
pembangunan yang meliputi jangka waktu 8 tahun ini terbagi atas rencana tahapan 3 dan 5 tahun.

30
Dengan perubahan Depernas menjadi Bappenas dan Muppenas pada tahun 1964 pimpinan
dilakukan kemudian oleh Dr. Soeharto, dan setelah itu oleh Roeslan Abdulgani.
Dapat dikemukakan bahwa rencana-rencana sampai dengan tahun 1953 tersebut
menyangkut satu sektor tertentu. Sedang RPLT dan RPNSB bersifat menyeluruh menyangkut
pembangunan sosial ekonomi, bahkan RPNSB dimaksudkan sebagai rencana dalam rangka
usaha pembangunan bangsa (nation building). Namun demikian pelaksanaan dalam praktek
dilakukan berdasar proyek demi proyek. Dalam perencanaan ini tidak disusun kerangka
menyeluruh dan penyerasian serta integrasi daripada rencana-rencana sektoral. Dalam
pelaksanaan RPNSB diusahakan suatu rencana stabilisasi dalam rangka pelaksanaan Deklarasi
Ekonomi yang diprakarsai oleh Djuanda. Hal ini tidak terlaksana karena suasana tidak
memungkinkan berhubung rencana stabilisasi tersebut memerlukan bantuan luar negeri yang
cukup besar dan berdasar satu pandangan. Kebijaksanaan dan kontroversi kebijaksanaan
terutama ditujukan untuk perubahan struktur ekonomi khususnya di bidang pola pemilikan dan
penguasaan faktor-faktor produksi serta peranan unsur-unsur ekonomi dalam masyarakat.
Pada akhir tahun 1966 (Oktober) dimulai suatu rencana dalam bentuk Program Stabilisasi
dan Rehabilitasi Ekonomi. Tantangan masalah di bidang ekonomi pada waktu itu adalah amat
besar, sehingga timbul kesangsian akan kemungkinan keberhasilannya. Namun demikian
pelaksanaan program ini telah menghasilkan suatu keadaan yang cukup baik untuk memulai
perencanaan pembangunan. Sebenarnya hal ini tidak merupakan suatu rencana dalam bentuk
dokumen yang satu. Melalui berbagai kebijaksanaan yang konsisten ditanggulangi masalah
ekonomi yang paling urgen pada waktu itu. Gagasan-gagasan terutama dihasilkan dan Team Ahli
Ekonomi SPRI (Pejabat) Presiden yang dipimpin oleh Widjojo Nitisastro.
Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama (Repelita I) disusun dan dimulai
pelaksanaannya sejak 1 April l969, diikuti dengan Repelita II pada tanggal 1 April 1974.
Kegiatan perencanaan dilakukan terutama oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) dibawah pimpinan Widjojo Nitisastro dibantu oleh Emil Salim yang terakhir
kemudian diganti oleh J.B. Sumarlin.
Repelita I ini adalah suatu rencana partial dan bersifat indikatif. Dengan tujuan-tujuan
yang terarah dan dalam dimensi waktu jangka menengah, kerangka menyeluruh tidak disusun
secara terperinci dan kepastian yang kaku. Repelita II disusun berdasar Pedoman Pola Umum
Jangka Panjang dan Pola Umum Pelita ke-II dalam Garis-garis Besar Haluan Negara yang
ditetapkan pada tahun 1973. Secara umum, tanpa membahas substansinya, maka rencana -
rencana sebelum diadakannya Rencana Pembangunan Lima Tahun 1956 - 1960, merupakan
rencana-rencana jangka pendek untuk mengatasi masalah-masalah pokok perkembangan
ekonomi dan meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan selanjutnya. Kurang stabilnya
pemerintahan kurang memungkinkan pelaksanaannya secara sungguh-sungguh.
RPLT sendiri dianggap sebagai suatu rencana sektor publik yang teknis memadai. Namun
kurang mendapat dukungan politik yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaannya sesuai
dengan rencana. Keadaan politik di waktu itu pun tidak membantu, kegoncangan-kegoncangan
terjadi hingga terdapat suatu perubahan dan administrasi ekonomi yang berubah secara
fundamental. Dari suatu peran pemerintah yang bersifat stabilizing perkembangan ekonomi ke
arah kekuasaan etatisme.
RPNSB disusun oleh suatu representasi golongan-golongan politik dan fungsional.
Dengan demikian merupakan dokumen politik dengan dukungan politik masa itu yang cukup
kuat. Tetapi sebagai konsiliasi berbagai kepentingan, rencana tersebut kehilangan unsur penting

31
sebagai suatu perencanaan, yaitu konsistensi dan koordinasinya. Pelaksanaan kegiatan
pembangunan sebenarnya tidak dilaksanakan atas dasar rencana.
Sejak tahun 1966 diusahakan suatu perencanaan dalam iklim pengembalian kepada Asas
Demokrasi Ekonomi. Suatu peranan pemerintah yang bersifat pengarahan dan pembinaan serta
penciptaan iklim yang sehat untuk menunjang perkembangan sosial ekonomi. Perencanaan lebih
mendasarkan pada perumusan kebijaksanaan-kebijaksanaan (policies) serta menggunakan
mekanisme pasar/harga. Diberikan perhatian dalam perencanaan, pemikiran secara bertahap,
konsistensi dan koordinasi teknis dan pelaksanaannya serta terdapatnya dukungan politik
terutama dalam pelaksanaan rencana tahunan melalui budget.
Kondisi kelembagaan perencanaan di Indonesia
Adalah sangat tidak fair bila membandingkan perkembangan pranata perencanaan
pembangunan khususnya perencanaan wilayah dan kota yang terjadi di Inggris (Joesron
AS;1990) dengan di Indonesia (Kunarjo;1996). Di Inggris, penyempurnaan sistem yang sudah
ada telah dimulai semenjak awal abad XX, berdasarkan UU kesehatan lingkungan dan masa
proses penyempurnaannya (tahun 1848-1894). Setelah mengalami dua kali masa perkembangan
UU perencanaan kota (tahun 1909-1943 dan tahun 1944), Inggris telah memulai masa
perencanaan kota modern sejak tahun 1971. Dengan demikian mulai tahun 1971, perencanaan
yang disusun di Inggris telah cenderung menyempurnakan sistem (menyesuaikan dengan
permasalahan yang hanya naik di permukaan dan umumnya bersifat parsial) sehingga
memberikan hasil yang lebih baik, sementara di Indonesia perencanaan pembangunan baru
dimulai tahun 1950-an.
Kebutuhan perencanaan di Indonesia sebagai negara berkembang sebagian besar masih
berkisar pada pemecahan permasalahan mendasar, dan tidak terlepas dari upaya untuk lebih
menyempurnakan perangkat-perangkat pembangunan yang telah ada. Permasalahan-
permasalahan tersebut pada dasarnya saling terkait satu dengan yang lain, sehingga untuk
memecahkan permasalahan secara menyeluruh diperlukan perencanaan pembangunan yang
bersifat menyeluruh juga.
Salah satu kendala bagi perencanaan pembangunan komprehensif di Indonesia sebagai
negara yang sangat majemuk adalah terdapatnya keragaman perbedaan, ketidakserasian, dan
ketimpangan yang sangat besar. Kiranya apa yang dihadapi selama masa-masa awal perencanaan
pembangunan adalah kebutuhan akan jawaban pragmatis yang mampu menjawab keragaman
masalah perbedaan di atas. Mochtarram Karyoedi (Haryo Winarso;2002) bahkan menambahkan
kondisi politik dan moral yang kinerjanya sangat buruk sebagai sasaran hujatan atas kinerja
perencanaan pembangunan utamanya pada masa pemerintahan orde baru. Sayangnya, dalam
akhir tulisannya, Mochtarram Karyoedi (Haryo Winarso;2002) belum secara detail
menyampaikan langkah antisipasi terhadap jawaban pragmatis atas faktor-faktor penyebab
kegalauan dan ketidakpastian (uncertainity). Hal tersebut terutama kurang adanya penjelasan
dalam konteks sistem perencanaan (sebagaimana diungkapkan oleh Clara Greed (1996),
meskipun diambil dari kasus sektoral yaitu perencanaan pembangunan industrialisasi di Inggris)
yang meliputi permasalahan hubungan antara pemerintah pusat, propinsi dan daerah/kota.
Kompleksitas permasalahan perencanaan pembangunan yang ada di negara berkembang
menurut reviewer membuat suatu ―lingkaran setan‖ pertanyaan dimana semuanya harus dimulai
menuju kondisi yang lebih baik. Mendasarkan pada pernyataan Clara Greed (1996) bahwa
sebagian besar perencana bekerja di pemerintahan, maka kiranya upaya menuju hal yang lebih
baik dapat dimulai dengan mencari solusi atas faktor-faktor uncertainity dan pendekatan
institutional planning, utamanya bidang administrasi pemerintahan, terkait dengan peran

32
pemerintah sebagai inovator dan pelopor pembangunan. Beberapa faktor uncertainity yang
dimaksud di atas (mengutip dari Mochtarram Karyoedi) adalah :
1. Hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
2. Berapa banyaknya komposisi dan umur para staf perencana dan pengaruhnya terhadap
perubahan.
3. Peran kelembagaan manajemen lahan yang kurang efektif.
4. Perlunya upaya koordinasi yang sejalan dengan struktur hierarkhi pemerintahan.
5. Perlunya aparat yang mampu bertindak sebagai problem solver dan broker, bukan sebagai
tenaga ahli, serta mampu menghadapi kompetisi global secara proaktif dan berjiwa
enterpreneur.
Model perencanaan pembangunan nasional masa depan di Indonesia oleh Tirta hidayat
(1996), didasarkan pada beberapa hal antara lain :
1. Praktek dan kebutuhan perencanaan di beberapa negara. Inti perencanaan pembangunan
adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan pembangunan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif. Di negara maju,
tujuan perencanaan terutama untuk menyempurnakan sistem yang telah ada, sehingga
memberi hasil lebih baik, bukan mengatasi permasalahan mendasar seperti pada negara
berkembang.
2. Unsur perencanaan dan keadaan di Indonesia. Sebelum orde baru, perencanaan pembangunan
masih bersifat parsial menyangkut beberapa sektor. Namun semenjak Repelita I menjadi
perencanaan yang komprehensif. Kelemahannya adalah kurang keterpaduan perencanaan
pusat, sektoral, dan regional.
3. Perkembangan masa depan. Perencanaan pembangunan kedepan lebih bersifat gambaran visi
masa depan yang makin kualitatif, lebih mengarah pada perencanaan parsial (sektor
prioritas), dan partisipasi masyarakat yang makin menentukan.
Perencanaan pembangunan di Indonesia telah berlangsung cukup lama, dan telah
mengalami perubahan bentuk dan pola dan sifat sebagaimana yang telah digambarkan
terdahulu. Perencanaan tersebut terus mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan
pembangunan di Indonesia.
Sejalan dengan berjalannya reformasi yang ditandai dengan adanya desentralisasi,
demoktisasi dan pemerintahan yang bersih, maka pada tahun 1998-2000 boleh dikatakan
bahwa perencanaan pada saat ini tidak ada dokumen atau pedoman pelaksanaan
pembangunan di Indonesia, bahkan sewaktu pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid
wacana dan isu menyangkut pembubaran lembaga Perencanaan Pembangunan Nasional, karena
diasumsikan lembaga tersebut tidak efisien dan efektif lagi dalam konteks reformasi.
Sidang umum tahun 1999, menghasilkan atau mengesahkan Ketetapan No.IV/MPR/1999
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999-2004 yang berbeda dengan GBHN-
GBHN sebelumnya. Pada GBHN tahun 1999-2004 ini MPR menugaskan Presiden dan DPR
untuk bersama-sama menjabarkannya dalam bentuk Program Pembangunan Nasional (Propenas)
dan Rencana Pembangunan Tahunan (Repeta) yang memuat APBN, dan Rencana Pembangunan
Daerah yang memuat APBD, sebagai realisasi ketetapan tersebut, Presiden dan DPR bersama-
sama membentuk Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional 2000-2004. Propenas menjadi acuan bagi penyusunan rencana pembangunan tahunan
(Repeta), yang ditetapkan tiap tahunnya sebagai bagian Undang-Undang tentang APBN.
sedangkan Propeda menjadi acuan bagi penyusunan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah
(Repetada). Sejalan dengan perubahan tersebut juga UU Otonomi Daerah tentang pemerintahan

33
No. 32 2004, sebagai revisi UU No. 22 tahun tahun 1999, yang cukup memberikan angin segar
tentang pola dan jenis perencanaan pembangunan di Indonedia.
Sejalan dengan berjalannya reformasi yang ditandai dengan adanya
desentralisasi, demoktisasi dan pemerintahan yang bersih, Indonesia telah memiliki system
perencanaan nasional dengan UU Republik Indonesia No. 25 tahun 2004. Sistem
pembangunan nasional adalah satu kesatuan untuk menghasilkan rencana pembangunan
nasional, baik jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Rencana
pembangunan jangka panjang dibuat oleh DPR bersama BAPPENAS sedang rencana
pembangunan jangka menengah dan jangka pendek dibuat oleh presiden bersama menterinya.
Undang-undang tersebut telah dikoordinasikan dan disinkoronkan dengan UU No 17/2003
tentang keuangan negara, dilaksanakan oleh BAPPENAS dan Departemen Keuangan pada saat
itu. Dengan demikian perencanaan pembangunan Indonesia yang telah disusun dan disesuaikan
dengan perkembangan masyarakat Indonesia yang heterogen, mengakibatkan perlunya
perencanaan daerah yang matan, meliput dan menampung semua aspirasi masyarakat baik pada
tingkat nasional maupun dalam tingkat daerah.

Dokumen perencanaan terkini menurut UU Nomor 25 tahun 2004 tentang SPPN


Diujung pemerintahannya Presiden Megawati Soekarno Putri menandatangani suatu UU
yang cukup strategis dalam penataan perjalanan sebuah bangsa untuk menatap masa depannya
yakni UU nomor 25 tentang Sistem Perencanan Pembangunan Nasional. Dan bagaimanapun UU
ini akan menjadi landasan hukum dan acuan utama bagi pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono untuk memformulasi dan mengaplikasikan sesuai dengan amanat UU tersebut. UU
ini mencakup landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Dalam UU ini pada ruang lingkupnya disebutkan bahwa Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan
untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah dan tahunan
yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan di pusat dan daerah dengan
melibatkan masyarakat.
Intinya dokumen perencanaan pembangunan nasional yang terdiri dari atas perencanaan
pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementerian/lembaga dan perencanaan
pembangunan oleh pemerintah daerah sesuai dengan kewenanganya mencakup : (1) Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dengan periode 20 (dua puluh) tahun, (2) Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) dengan periode 5 (lima) tahun, dan (3) Rencana
Pembangunan Tahunan yang disebut dengan Rencana Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKP dan RKPD) untuk periode 1 (satu) tahun.
Jadi jelas walaupun tidak ada GBHN lagi, ternyata pemerintah yang baru mau
menjalankan tugasnya, masih juga dihadapkan dengan dokumen perencanaan yang sudah
ada, yaitu SPPN. Apakah SPPN merupakan pengganti GBHN, tentu tidak, tapi fungsi
utamanya kelihatannya sama dengan GBHN, yaitu memberikan arah tentang pembangunan
nasional, walaupun SPPN bukan lagi produk MPR.
Soal-soal:
1. Uraikan pertentangan antara mekanisme pasar perencanaan
2. Kemukakan secara rinci sumbangan Keynes dalam perencanaan pembangunan
3. Uraikan secara rinci latar belakang dan perkembangan atau sejarah perencanaan
pembangunan, termasuk di perencanaan pembangunan di Indonesia

34
4. Perencanaan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran atau perubahan.
Apa yang dimaksud pergeseran dan perubahan tersebut.
5. Mengapa undang-undang atau peraturan diperlukan dalam perencanaan pembangunan
6. Apa yang dimaksud dengan sistem perencanann pembangunan nasiona (SPPN).
Jelaskan
7. Mengapa GBHN tidak lagi dipakai setelah masa reformasi di Indonesia. Jelaskan
kelebihan dan kekurangannya perencanaan yang ada sekarang di Indonesia
8. Uraikan pertentangan antara mekanisme pasar dan perencanaan
9. Kemukakan Secara rinci sumbangan Keynes dalam perencanaan pembangunan
10. Uraikan secara rinci latar belakang dan perkembangan atau sejarah perencanaan
pembangunan.
11. Perencanaan pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran atau perubahan.
Jelakan perubahan yang dimaksud.
12. Mengapa undang-undang atau peraturan diperlukan dalam perencanaan
13. SPPN adalah produk perencanaan dari mana. Pokok-pokok pikiran apa yang ada di
dalamnya.
14. Coba Anda jelaskan kerkembangan atau sejarah perencanaan pembanguan Indonesia.
15. Jelaskan tugas pokok dari Badan Perencanaan Pembangunan Indonesia (BAPPENAS).

35
Bab 2
RENCANA DAN PERENCANAAN

Rencana dan perencanaan secara harfiah dan etimologi, merupakan dua konsep yang
tak terpisahkan. Suatu rencana dapat digunakan untuk melakukan suatu perencanaan,
dengan kata lain rencana merupakan bahan dari pada perencanaan sedang rencana itu
sendiri merupakan hasil dari pada perencanaan.

2.1. Pengertian Rencana dan Perencanaan


Perencanaan (planning) dalam suatu organisasi adalah sangat penting karena
merupakan salah satu dari empat fungsi manajemen yang dikenal masyarakat selama
ini. Keempat fungsi yang dimaksud adalah Perencanaan, Pengorganisasian,
Pengarahan dan Pengendalian. Perencanaan merupakan proses terpenting dari
empat unsur tersebut, karena tanpa perencanaan fungsi manajemen yang lain
tidak dapat berjalan.
Rencana adalah merupakan hasil dari perencanaan, merupakan dokumen-dokumen
terdiri dari kegiatan-kegiatan dan merupakan komitmen untuk dilaksanakan (action), seperti
Rencana tata ruang kota. Rencana berupa suatu dokumen yang sudah siap
diimplementasikan. Sedang Perencanaan adalah proses atau rangkaian kegiatan-kegiatan
secara sistematis, dilakukan untuk mencapai tujuan. Secara lebih khusus perencanaan dalam
menajemen adalah proses mendefinisikan dan membuat strategi serta mengembangkan
rencana aktivitas kerja dalam upaya mencapai tujuan organisasi
Beberapa konsep yang saling terkait dengan rencana. Konsep-konsep yang dimaksud
adalah program, sasaran dan tujuan. Rencana memuat berbagai program yang akan
dilaksanakan, sedang sasaran adalah penjabaran dari suatu tujuan untuk mencapai tujuan itu
sendiri. Untuk mencapai tujuan diperlukan pencapaian sasran-saran yang telah ditetapkan.
Perencaaan adalah suatu proses yang berkesinambungan, melibatkan keputusan-
keputusan atau pilihan-pilihan mengenai cara-cara mengelola sumber-sumber yang tersedia,
dengan tujuan untuk mencapai sasaran-sasran yang ditargetkan pada suatu saat di masa yang
akan dating. Jadi elemen penting dalam suatu perencnaan :1). Memilih, 2). Mengalokasikan
sumber-seumber, 3). Cara untuk mencapai sasaran dan 4). Perencanaan untuk masa depan.
Perencanaan adalah pemilihan alternative atau pengalokasian berbagai sumberdaya
yang tersedia. Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan
pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Proses pengambilan keputusan
dari sejumlah pilihan untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Perencanaan merupakan
awal dan sekaligus merupakan akhir dari suatu proses kegiatan (ekonomi) untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Hasil dari pada suatu perencanaan membentuk suatu rencana
yang di dalamnya terdiri dari berbagai program (pembangunan). Tentu dalam kegiatan
perencnaan ini, selaian di utamakan untuk mencapai tujuan yang t elah ditetapkan juga akan
diperhatikan dampak posistif negative yang ditimbulkan, sehingga perencannn begitu luas

36
cakupannya sehingga diperlukan berbagai ahli dalam menyusun suatu rencana yang
didalamnya tergambar berbagai program.
Program yang telah disusun baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif yang
tertuang dalam rencana segera memerlukan implementasi utnuk memcapai tujuan yang telah
ditetapkan. Suatu program dibedakan dengan proyek. Program (pembangunan) biasanya
bersifat umum dan melibatkan berbagai sektor sehingga untuk melaksanakannya diperlukan
koordinasi yang mantap antara berbagai departemen atau lembaga baik berbentuk lintas
sektoral maupun lintas wilayah/ daerah. Unsur utama yang terpenting dari rencana
atau program adalah tujuannya sendiri, dimana dalam tujuan ini terdapat beberapa sasaran
yang mengantar kepada tercapainya tujuan tersebut.
Sasaran dari suatu program/rencana sangat menentukan suatu tujuan pembangunan,
karena tercapainya suatu tujuan tergantung dari pada pencapaian beberapa sasaran yang
telah ditetapkan. Sebagai contoh tujuan pembangunan adalah pengentasan kemiskinan,
maka yang menjadi sasaran adalah seperti peningkatan pendapatan, kesehatan dan juga
pendidikan. Jadi pada sasaran harus dapat terukur dari pada variabel yang digunakan,
misalnya pendidkan, masyarakat harus diukur dari tingkat pendidikannya dari tidak tamat
SD sampai dengan tingkat perguruan tinggi. Jelas pada sasaran ini tergambar di dalamya
beberapa variabel (ekonomi dan sosial) yang jelas dan dapat diukur sehingga dengan
mudah ditentukan keberhasilan suatu program/rencana.
Rencana adalah suatu susunan dan perincian kegiatan-kegiatan yang sistematis, tepat
dan akurat untuk mencapai tujuan organisasi. Rencana berfungsi sebagai:
1. Acuan atau pedoman pelaksanaan kerja
2. Alat efisiensi, strategi, kebijakan dan koordinasi
3. Pengawasan
4. Evaluasi
Rencana sebagai acuan kerja, akan mengarahkan secara utuh berbagai aktivitas rencana
agar tujuan rencana itu sendiri dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sementara rencana sebagai alat atau strategi dan koordinasi diharapkan agar rencana yang
telah dibuat dapat dijadikan pedoman untuk mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam
organisasi. Dalam perencanaan pembangunan misalnya, koodinasi antar sektor ataupun antar
intansi pemerintah sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan pembanggunan. Dengan
demikian semua stake holder dapat menerima manfaat secara maksimal dari rencana
proyek yang telah ditetapkan. Selain sebagai pedoman kerja dan alat kebijakan koordiansi,
rencana dapat berfungsi sebagai pengawasan dalam pelaksanaan rencana itu sendiri, agar tidak
menyimpang dari rencana semula. Terakhir sebagai fungsi evaluasi, rencana dapat dipakai
untuk mengevaluasi pelaksanaan rencana itu sendiri. Hal ini dilakukan untuk mengukur
membandingkan hasil dari pelaksanaan rencana dengan tolak ukur yang ada dalam rencana,
sebagai contoh harapan dari perencana telah atau belum sesuai dengan harapan dari
penerima manfaat pelaksanaan rencana (proyek) yang telah selesai dilaksanakan.
2.2. Jenis dan Tipe Rencana
Rencana pada umumnya dapat digolongkan menjadi rencana formal dan rencana
informal. Rencana informal adalah pekerjaan pendahuluan untuk melakukan setiap aktivitas
tanpa diikat oleh aturan institusi, rencana semacam ini dibuat oleh indivudu untuk mencapai
tujuan yang akan dicapainya. Rencana semacam ini umumnya secara rutin dilakukan oleh
semua orang. Semua yang akan dilakukan oleh individu esok hari yang telah dipersiapkan
hari atau malam ini termasuk rencana formal. Sebaliknya rencana formal adalah rencana yang

37
dibuat untuk dilaksanakan oleh seluruh anggota untuk mencapai tujuan kelompok. Selanjutnya
rencana formal dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu rencana kebijakan (policy plan) dan
rencana fisik (phisical plan). Rencana kebijakan adalah aktvitas atau proses yang dilakukan
oleh perencana (pemerintah, swasta dan masyarakat) yang ditujukan untuk mengambil tindakan
yang tepat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Demikian pula perencanan fisik, seperti
pembuatan gedung, dilakukan oleh perencana untuk mencapai target atau tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Selain dari pada itu perencanan juga dapat digolongkan menjadi
perencanaan operasional dan perencanaan strategic. Perencanaan strategik dalah usaha yang
dilakukan untuk mencapai tujuan umum atau melaksakan misi dari perusahaan atau organisasi.
Sedangkan perencanaan operasional adalah usaha dan upaya yang dilakukan perencanaan
strategic dapat dilakukan sesuai dengan tujuan.
Hasil dari perencanaan operasional dapat berupa rencana rencana sekali pakai
(single use planyakni rencana yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu dan dibubarkan
segera setelah tujuan ini tercapai; atau rencana permanen (standing plan, suatu pendekatan
pendekatan yang sudah di standarisasi untuk menghadapi situasi berulang dan dapat diramalkan
sebelumnya. Penggolongan rencana dapat dipandang dari berbagai sisi, yang menyangkut
tentang tipe. Tipe rencana menunjukkan jenis atau bentuk rencana yang dapat mengambarkan
salah satu penggolongan rencana. Jelasnya dipandang dari segi tipenya, paling tidak, rencana
digolongkan ke dalam tiga bagian (Rachmad Kusniadi, 1995):
1. Rencana Berdasarkan Sasaran (Objective/goals/tactical plan)
Setiap pimpinan harus memiliki sasaran yang jelas yang harus dicapainya melalui suatu
kegiatan dalam suatu kurun waktu tertentu dan jumlah biaya yang akan dipakainya serta
peralatan-peralatan yang diperlukan untuk implementasi rencana tersebut. Kemudian
siapa saja yang akan dilibatkan dalam pencapaian sasaran dan tujuan suatu rencana.
Dengan demikian bawahannya harus mengetahui. Sasaran ini akan memberikan arah
kegiatan bagi personal dan unit-unit kerja dalam organisasi. Rencana semacam ini disebut
juga sebagai Action plan atau tactical plan. Suatu action dapat terdiri atas:
a. Uraian tujuan (objective) yang akan dicapai
b. Anggaran, peralatan dam batas waktunya
c. Pembagian tugas para pelaksanaannya (bagian, Tim, regu serta personil anggotanya)
d. Saran kegiatan (operating goals) yang harus dilaksanakan dan dicapai oleh satuan
pelaksanan
e. Petunjuk teknis operasionalnya, metode yang akan diterapkan serta prosedur
pelaporan
2. Rencana Tunggal (single use plan)
Rencana tunggal dibuat untuk menentukan langkah-langkah dalam suatu kegiatan
tertentu dalam pencapaian suatu tujuan yang sudah tertentu pula, dan apabila tujuan
sudah dicapai maka selesailah rencana tersebut. Ada empat macam rencana tunggal:
a. Program utama
b. Proyek
c. Program khusus
d. Rencana rinci
3. Rencana Induk (Master Plan atau Standing plan)
Rencana induk adalah suatu rencana yang bersifat luas dan menyeluruh serta
dipergunakan secara terus menerus. Rencana-rencana lain harus sinkron dengan rencana
induk. Ada tiga rencana induk (standing plan), yaitu:

38
a. Kebijaksanaan Dasar
Kebijaksanaan dasar merupakan salah satu bagian penting dari pada rencana induk,
karena dengan kebijakan inilah didasarkan dari berbagai rencana dan pelaksanaan
program perencanaan. Kebijaksanaan dasar memberikan arah, petunjuk, atau dasar
untuk menjalankan rencana. Tentu berbagai macam program yang dibuat dari
rencana yang ada tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaan dasar karena bila hal
demikian terjadi maka rencana yang dibuat tersebut tidak ada manfaatnya lagi.
Walaupun rencana itu boleh saja diubah asalkan bukan hal yang prinsipil.
b. Prosedur
Prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan kegiatan agar tercapai efisiensi dan
efektivitas. Prosedur merupakan jalur kegiatan yang harus ditempuh dalam
menyelesaikan satu urusan dan juga dapat mencerminkan hirarki jabatan,
pertanggungjawaban, pelaporan dan lain-lain. Prosedur ini akan berkembang menjadi satu
budaya organisasi yang akan dipatuhi dan dihormati oleh setiap aparat yang terlibat
dalam organisasi tersebut.
c. Metode (aturan tata cara): Cara yang terbaik untuk melakukan kerja. Metode bersifat
petunjuk praktis dalam melakukan berbagai kegaiatan perbedaan yang disusun untuk
memudahkan para pelaksanan. Metode atau aturan ini dapat dituangkan dalam satu
aturan tertulis, atau juga beruapa suatu konvensi.
Adapun rencana diadakan dengan persiapan aktivitas secara sistematis yang terdiri :
1. Manfaat dari rencana adalah sebagai berikut:
a. Mengurangi ketidakpastian
b. Menentukan tolak ukur
c. Alat yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan.
d. Dasar yang rasional/penjabaran berikutnya.
2. Merumuskan suatu perencanaan seringkali ditemui beberapa kendala atau kesulitan,
terutama dalam menyangkut faktor manusia dan meramalkan kejadian masa datang.
Faktor manusia meliputi, baik dalam arti oknum, pelaksana, kelompok, masyarakat
maupun diri sendiri. Manusia memiliki sifat dan sikap yang beragam dan tidak mudah
disatukan sehingga perencana perlu berfikir beberapa kali menyangkut tentang
manusia ini. Peramalan kejadian di masa datang tidak bisa dipakai sebagai suatu
kepastian kerana didasarkan pada kejadian yang telah silam dengan beberapa asumsi.
Sangat mungkin terjadi sesuatu perubahan yang mendasar sehingga tujuan
perencanaan juga meleset. Demikian pula kemampuan piranti pelaksana perencana
yang terbatas sehingga memperbesar kemungkinan melesetnya dari tujuan yang akan
dicapai.
3. Harapan adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dengan perencanaan. Terlalu kecil
harapan atau tidak ada sama sekali manusia tidak akan hidup dengan normal karena
tidak memiliki semangat juang yang tinggi. Sebaliknya harapan yang terlalu besar,
memungkinkan seseorang memiliki kekecewaan yang serius bila tidak berhasil.
Dengan demikian dalam memperkirakan keadaan di masa datang itu cukup sewajarnya
diramalkan berdasarkan kenyataan-kenyataan yang ada dan kemungkinan-kemungkinan yang
akan terjadi. Meskipun demikian kualitas dari suatu perencanaan dapat ditingkatkan.
Peningkatan itu dilakukan melalui penggunaan data dan informasi yang tepat dan akurat serta
penggunaan piranti analisis yang canggih disamping peningkatan kemampuan perencana.
Apabila seseorang ingin mengembangkan kemampuannya dalam perumusan suatu perencana,

39
setidaknya harus melati diri untuk berfikir secara sistematis (systematic thingking) dalam
menangani dan menganalisa masalah-masalah yang dihadapi (identification of problems) agar
memiliki keberanian untuk memiliki alternatif terbaik. Keberanian melatih diri itu akan dapat
meningkatkan intuisi dari perencana, yang sangat bermanfaat untuk merumuskan suatu rencana.
Suatu kenyataan bahwa keberhasilan perencaaan sering kali tergantung kepada intuisi yang baik
dari perencana yang dapat diaplikasikan secara kuantitatif. Berkaitan dengan hal ini S. Prajudi
Atmodihardjo dalam (Rachmad Kusniadi, 1995), mengemukakan bahwa suatu perencanaan
dapat dirumuskan sebagai:
a. Aktivitas-aktivitas (pengumpulan data dan informasi beserta perkiraan) untuk
menentukan apa yang hendak dicapai, apa saja yang harus dijalankan, bagaimana
urutannya, fasilitas-fasilitas apa yang diperlukan, mengapa harus dicapai dan atau
dijalankan, dimana semua itu harus dijalankan, bilamana waktunya atau masanya, oleh
siapa harus dijalankan dan terakhir ditentukan bagaimana caranya ( mean, manner, way)
menjalakannya.
b. Membuat pasti (untuk dicapai dan atau dijalankan) segala apa yang dapat dipastikan
oleh karena faktor-faktornya berada dalam kekuasaan kita ( controlable factors)
c. Menentukan dan merumuskan segala apa yang dituntut (yang menjadi demand oleh
situasi dan kondisi dari organisasi yang dipimpin).
Selain dari pada penggolongan rencana di atas, penggolongan lain dari tipe
perencanaan menurut Campbell dan Fainstein, 1996 (dalam Achmad Djunaedi, 2008) dapat
digolongkan sebagai berikut:
(1) perencanaan induk (master planning);
(2) perencanaan komprehensif/ menyeluruh (comprehensive planning);
(3) perencanaan inkremental (incremental planning);
(4) perencanaan advokasi (advocacy planning);
(5) perencanaan strategis (strategic planning); dan
(6) perencanaan perencanaan ekuiti (equity planning).
Perencanaan induk adalah bentuk perencnaan yang menggambarkan secara obyektif
suatu perencanaan secara nyata (fisik), demikian awal mula perencanaan itu, sehingga dikenal
tipe perencanaan induk (master planning). Tipe perencanaan ini berasal dari bidang arsitektur;
jadi memang lebih bersifat perencanaan fisik bangunan. Pada saat kehidupan mulai lebih
kompleks, obyek perencanaan (termasuk kota) tidak hanya dilihat secara fisik tapi juga dari
aspek-aspek lain, dan hal ini mendorong timbulnya tipe perencanaan komprehensif
(menyeluruh). Setelah beberapa dekade, banyak kritik dilontarkan ke tipe ini bahwa cakupan
perencanaan komperehensif terlalu luas dan tidak mungkin tercapai, sedangkan banyak
keterbatasan yang menjadi kendala dalam mengatasi seluruh permasalahan.
Tipe perencanaan strategis menyarankan untuk mengatasi hanya beberapa permasalahan
yang utama (yang strategis) saja, karena ketersediaan sumberdaya untuk mengatasi permasalahan
juga terbatas. Rencana ini pada dasarnya memiliki empat unsur yaitu: (1) visi dan misi, (2) hasil
kajian lingkungan (eksternal, dan internal, serta asumsi yang dipakai), (3) isu-isu strategis, dan
(4) strategi-strategi pengembangan. Visi merupakan gambaran, impian atau harapan dan
kesinambungan, karena tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi (yang mungkin berbeda
dari waktu ke waktu).
Tipe perencanaan advokasi, mengusulkan adanya banyak rencana yang mewakili banyak
kepentingan (terutama kepentingan yang tidak diuntungkan oleh cara pengambilan keputusan
publik yang ada saat itu).

40
Kritik terhadap ketidakadilan dalam proses perencanaan juga dilontarkan oleh tipe
perencanaan ekuiti. Tipe ini memperjuangkan kepentingan masyarakat miskin dan arus bawah
agar dapat masuk ke dalam proses perencanaan (tidak peduli ada satu atau beberapa rencana).
Cara berpikir yang hampir serupa dilontarkan oleh tipe perencanaan inkrimental, yaitu
untuk mengatasi sebagian permasalahan saja (tidak perlu seluruhnya). Hanya saja perencanaan
inkrimental tidak mengharuskan bagian demi bagian yang diatasi perlu mempunyai konsistensi
adil/ ekuiti (equity planning).

2.3. Isi Rencana


Rencana merupakan hasil dari suatu perencanaan yang akan dicapai atau dilakukan.
Jadi suatu rencana pada umumnya mencakup:
a. Visi dan misi yang akan dicapai pada waktu atau periode tertentu ( rencana strategis)
b. Waktu dan priode yang akan digunakan
c. Input yang akan digunakan dan output yang akan dicapai
d. Kegiatan atau aktivitas dalam kerangka aturan yang telah dibuat.
e. Regulasi
f. Kebijakan yang akan dilaksanakan
g. Berbagai kebutuhan dan peralatan yang diperlukan dalam upaya pencapaian tujuan
h. Kapasitas yang dimiliki oleh organisasi
i. Hasil dan Review dari Ramalan-ramalan yang akan dicapai atau dilaksnakan
j. Berbagai hambatan atau kendala yang mungkin terjadi

2.4. Ciri Rencana yang Baik


Perencanaan adalah suatu proses dan aktivitas yang akan menghasilkan suatu
rencana. Rencana yang dihasilkan ini, harus dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan
rencana itu sendiri. Sehubungan dengan hal suatu rencana dapat saja bernilai kurang
sesuai dengan harapan atau sebaliknya sesuai dengan harapan masyarakat atau
pembuatnya. Sondang P. Siagian ( dalam Sayuti, 1985) mengemukakan bahwa suatu rencana
perlu diupayakan sedapat mungkin sehingga memiliki ciri:
1. Suatu rencana harus mempermudah seluruh usaha untuk mencapai tujuan. Dengan demikian
suatu rencana harus jelas dan pata dipalahmi dengan baik oleh pihak-pihak yang terlibat.
Perlu diketahui bahwa rencana hanyalah merupakan suatu alat, bukan suatu tujuan,
merupakan mental konseptual, baik atau tidaknya dapat dilihat dalam pelaksanaan.
2. Penyusunan rencana tidak bisa diserahkan kepada sekelompok orang dengan integritas dan
kapabilitas tentang persepsi dan pengetahuannya masih diragukan. Karena bisa terjadi suatu
rencana hanya bersifat teoritis semata tanpa relevansinya dengan tujuan yang menjadi
sasaran akhir seluruh kegiatan akhir yang akan dilaksanakan.
3. Para penyusun rencana hanya harus terdiri tenaga profesional, disamping ahli dan terampil
dalam menggunakan berbagai teknik perencanaan, juga telah memiliki pengalaman praktek
di lapangan. Walaupun keprofesionalannya ini penting namun tidak bisa diabaikan konsep
teoritik sehingga keduanya harus dipadukan.
4. Suatu rencana pada umumnya telah disusun secara matang, mengandung sifat-sifat yang
umum sehingga perlu dijabarkan pada program kerja. Oleh karena itu, dalam rencana yang
baik harus terdapat petunjuk yang jelas tentang substansi dan teknik penjabaran yang jelas.

41
5. Rencana yang baik tidak boleh terlepas dari pemikiran pelaksanan. Dengan perkataan lain,
tidak boleh terjadi adanya polarisasi antara rencana an sich di satu pihak dan pelaksanan di
pihak lain.
6. Kesederhanaan bentuk dan isi. Rencana yang baik menggambarkan skala prioritas yang
logis, mudah dipahami oleh mereka yang akan terlibat dalam pelaksanaan rencana dan
mudah dijabarkan oleh pelaksana tanpa diperlukan profesionalisme yang tinggi.
7. Fleksibilitas sebagai ciri suatu rencana yang baik. Pengalaman menunjukkan bahwa
fleksibilitas suatu rencana sangat diperlukan, mengingat kondisi, ruang dan waktu yang akan
terjadi di masa pelaksanaan. Pola dasar rencana tidak seharusnya dengan mudah diubah.
Dengan demikian meskipun suatu rencana telah ditetapkan, putusan itu tidak bersifat harga
mati, yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Namun demikian suatu rencana tidak boleh sangat
luwes, demikian mudahnya diubah tanpa alasan yang kuat. Perubahan suatu rencana yang
terlalu sering akan membingunkan pelaksanaan sehingga tujuan menjadi tidak jelas
pencapaiannya.
8. Ruang pengambilan risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya. Betapapun besarnya
sumbangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kemampuan manusia
dalam memikirkan keadaan di masa datang. Namun keadaan di masa datang tetap tidak
dapat dipastikan. Dengan demikian perlu diperhitungkan risiko atas dasar perhitungan yang
secermat mungkin.
9. Pragmatisme.
Pendekatan menara gading harus dihindari dengan memperhitungkan tujuan yang hendak
dicapai, kemampuan riel dan potensial yang terdapat dalam organisasi, faktor–faktor
lingkungan yang turut berpengaruh dan faktor ketidakpastian yang harus diperhitungkan.
10. Aktualitas.
Penggabungan yang operasional antara teori dan praktek. Rencana yang disusun secara
ilmiah hanya ada manfaatnya apabila dapat dilaksanakan dalam keadaan nyata di lapangan
dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan ciri-ciri rencana yang baik tersebut diatas, dapat disederhanakan sebagai:
a. Kemudahan.
b. Dirumuskan oleh para ahli
c. Fleksibilitas yang terbatas
d. Memiliki bentuk dan isi yang sederhana
e. Memiliki batas toleransi.

2.5. Sifat dan Fungsi Perencanaan

Sifat perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses dari suatu aktivitas untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan dan akan dilaksanakan di masa depan. Dengan demikian suatu
perencanaan yang berorientasi ke masa depan akan memiliki sifat sebagai berikut:
a. Melihat jauh ke depan sesuai dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi
b. Sederhana dan jelas/lugas, realistis dan Rasional (sesuai dengan kemampuan)
c. Fleksibel, mudah disesuaikan
d. Stabil perkembangannya

42
e. Ada dalam keseimbangan
Selain perencanaan memiliki Sifat yang telah disebutkan tersebut, perencanaan juga
memiliki tipe dari hasil suatu perencanaan. Sebagai mana telah dijelaskan bahwa
perencanaan memiliki tipe tersendiri yang akan membedakan dari tipe lainnya.

Fungsi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu tindakan yang berorientasi ke depan dengan
menggunakan informasi atau data yang ada sekarang dan ada di masa lampau, melalui
pemilihan berbagai alternatif. Perencanaan sebagai suatu alat yang mengbungkan masa kini
dan masa dan masa datang, sehingga realisasinya akan terlaksana di masa datang, fungsinya
bukan hanya sebagai penuntun arah tetapi sekaligus sebagai pengawasan dan bahkan sebagai
penentuan biaya di masa depan. Pada dasarnya, fungsi perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai penuntun arah
b. Minimalisasi ketidakpastian
c. Minimalisasi inefisiensi sumber daya
d. Penetapan Standar dalam Pengawasan Kualitas
Agar tujuan perencanaan dapat tercapai, maka syarat perencanaan yang utama adalah
memiliki, mengetahui, dan memperhitungkan: 1). Tujuan akhir yang dikehendaki, 2). Sasaran-
sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya (yang mencerminkan pemilihan dari berbagai
alternatif, 3). Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut. 4). Masalah-masalah yang
dihadapi, 5). Modal atau sumber daya yang akan digunakan serta pengalokasiannya, 6).
Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya, 7). Orang, organisasi, atau badan pelaksananya
dan 8). Mekanisme pemantauan, evaluasi, dan pengawasan pelaksanaannya.

2.6. Jenis-jenis Perencanaan


Memperhatikan jenis dari pada suatu perencanaan, dapat dilihat dari berbagai segi:
a. Ruang lingkup kegiatan
- Rencana kebijakan
- Rencana program
- Rencana Proyek
- Rencana pelaksanaan
b. Jangka waktu
- Rencana jangka lama
- Rencana jangka panjang
- Rencana jangka menengah
- Rencana jangka pendek
c. Materi yang dibicarakan
- Rencana personal
- Rencana finansial
- Rencana pendidikan
- Rencana logistik
d. Daerah atau wilayah yang menjadi obyek perencanaan
- Rencana pedesaan
- Rencana perkotaan
- Rencana daerah

43
- Rencana nasional
e. Kekhususan perencanaan
- Rencana umum (general plan)
- Rencana khusus (special plan)
- Rencana darurat (crash program)
- Rencana penanggulangan (interin/contingency plan)

2.7. Proses, Siklus dan Langkah-Langkah dalam Perencanaan

Proses Perencanaan
Seringkali terdapat kesalahpahaman seakan-akan perencanaan berarti kegiatan
penyusunan rencana saja. Sedangkan perencanan adalah suatu proses kegiatan usaha yang terus
menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan,
pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi pelaksanaannya.
Secara lebih terperinci dapat dikemukakan tahap-tahap dalam suatu proses
perencanaan pembangunan sebagai berikut :
1. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana ini terdiri dari unsur-unsur :
a.Tinjauan keadaan. Tinjauan keadaan atau review ini dapat berupa tinjauan sebelum
memulai sesuatu rencana (review before take off) atau suatu tinjauan tentang pelaksanaan
rencana sebelumnya (review of performance). Dengan kegiatan ini diusahakan dapat
dilakukan dan diidentifikasi masalah-masalah pokok yang masih dihadapi, seberapa jauh
kemajuan telah dicapai untuk menjamin kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha, hambatan-
hambatan yang masih ada, dan potensi-potensi serta prospek yang masih bisa
dikembangkan.
Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana. Sering juga disebut sebagai
forecasting. Dalam hal ini diperlukan data-data statistik, berbagai hasil penelitian dan
teknik-teknik proyeksi. Mekanisme informasi untuk mengetahui kecenderungan-
kecenderungan perspektif masa depan.
b. Penetapan tujuan rencana (plan objectives) dan pemilihan cara-cara pencapaian tujuan
rencana tersebut. Dalam hal ini seringkali nilai-nilai politik, sosial masyarakat,
memainkan peranan yang cukup penting. Secara teknis hal ini didasarkan kepada tinjauan
keadaan dan perkiraan tentang masa yang akan dilalui rencana.
c. Identifikasi kebijaksanaan dan/atau kegiatan usaha yang perlu dilakukan dalam rencana.
Suatu kebijaksanaan atau policy mungkin perlu didukung oleh program-program
pembangunan. Untuk bisa lebih operasionalnya rencana kegiatan-kegiatan usaha ini perlu
dilakukan berdasarkan pemilihan alternatifnya yang terbaik. Hal ini dilakukan
berdasarkan opportunity cost dan skala prioritas.
d. Tahap terakhir daripada penyusunan rencana ini adalah tahap persetujuan rencana.
Proses pengambilan keputusan di sini mungkin bertingkat-tingkat, dari putusan di bidang
teknis kemudian memasuki wilayah proses politik.

2. Penyusunan Program Rencana


Dalam tahap ini dilakukan perumusan yang lebih terperinci mengenai tujuan atau sasaran
dalam jangka waktu tertentu, suatu perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal pembiayaan

44
serta penentuan lembaga atau kerjasama antar lembaga mana yang akan melakukan program-
program pembangunan.
Bahkan daripada masing-masing proyek-proyek pembangunan sebagai bagian ataupun
tidak daripada program-program tersebut terdahulu. Seringkali dipakai di sini suatu
program kegiatan dan pembiayaan yang konkrit daripada program-program pembangunan
tersebut dalam project plan yang dituang dalam project form. Bahkan ini menjadi alat
rencana, alat pembiayaan, alat pelaksanaan dan alat evaluasi rencana yang penting. Dalam
pemerintahan Republik Indonesia, banyak program pembangunan yang telah dan
sedang dilaksanakan dewasa ini. Misalnya program pengentasan kemiskinan dengan
program pemberdayaan masyarakat PPM dan banyak lainnya. Semuanya bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

3. Tahap pelaksanaan rencana.


Dalam hal ini seringkali perlu dibedakan antara tahap eksplorasi, tahap kontruksi dan tahap
operasi. Hal ini perlu dipertimbangkan karena sifat kegiatan usahanya berbeda. Dalam tahap
pelaksanaan operasi perlu dipertimbangkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan.
Kebijaksanaan-kebijaksanaan perlu diikuti implikasi pelaksanaannya, bahkan secara terus
menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.
4. Tahap pengawasan atau pelaksanaan rencana
Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan rencana Tujuan daripada pengawasan adalah :
a. Mengusahakan supaya pelaksanaan rencana berjalan sesuai dengan rencananya ;
b. Apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh penyimpangan tersebut
dan apa sebabnya ;
c. Dilakukannya tindakan korektif terhadap adanya penyimpangan-penyimpangan.
Untuk ini diperlukan suatu sistem monitoring dengan mengusahakan pelaporan dan
feedback yang baik daripada pelaksanaan rencana.
Pengawasan dalam pembangunan adalah suatu pengamatan yang bersifat menyeluruh
mencakup seluruh kegiatan pembangunan bertujuan mengawasi pelaksanaan
pembangunan sehingga sesuai rencana. Pengawasan bergunan untuk menguukur
sejauhmana keberhasiulan pembanghunan dan mencegah (preventif) terjadinya
penyimpangan-penyimpangan sedini mungkin.
Beberapa cara untuk melakukan pengawasan:
a. Pengawasan berdasarkan informasi
b. Pengawasan yang menggunakan model metematika dan pengolahan data dengan
komputerisasi
c. Pengawasan berdasarkan system PERT
Pengawasan berdasarkan model matematika, operation research dapat memberikan:
a. Pengambilan keputusan lebih efektif
b. Pengambilan tindakan yang tepat dan optimal
c. Pelaksanaan rencana diserasikan dengan pelaksanaan.
d. Tahap Evaluasi
Evaluasi ini membantu kegiatan pengawasan. Dalam hal ini dilakukan suatu evaluasi atau
tinjauan yang berjalan secara terus menerus, seringkali disebut sebagai concurrent review.
Evaluasi juga dilakukan sebagai pendukung tahap penyusunan rencana yaitu evaluasi
tentang situasi sebelum rencana dimulai dan evaluasi tentang pelaksanaan rencana

45
sebelumnya. Dari hasil-hasil evaluasi ini dapat dilakukan perbaikan terhadap perencanaan
selanjutnya atau penyesuaian yang diperlukan dalam pelaksanaan perencanaan itu sendiri.
a. Proyek adalah sebuah penerapan tunggal pada suatu tempat atau sebuah proyek
yang dijalakna pada beberapa lokasi.
b. Program adalah sebuah penerapan yang terdiri dari berbagai kegiatan atau
banyak proyek yang diarahkan untuk mencapai sebuah tujuan bersama
c. Kebijakan: evaluasi standard, tuntunan, atau aturan yang dibuat sebuah organisasi
untuk mengatur pengambilan keputusan pembangunan
d. Organisasi: program-program penerapan berganda yang dilaksanakan sebuah
organisasi
e. Sektor: evaluasi penerapan lintas arena kebijakan khusus, misalnya pendidikan,
kehutanan, pertanian dan kesehatan
f. Tematik: evaluasi persoalan khusus, seringkali saling bersilangan, misalnya
kesetaraan gender, barang produksi global, atau tujuan pembangunan milenium
g. Bantuan Negara: evaluasi kemajuan dibandingkan dengan rencana, pengaruh
umum bantuan, dan pembelajaran.
Memperhatikan tahap-tahap yang telah disebutkan terdahulu bahwa proses
pembangunan tersebut tak ada lain adalah urutan kegaiatan yang saling berhubungan.
Sehingga dalam perencnaan pembangunan, sebagaimana diketahui mencakup berbagai
aktvitas dan meelukan koordinasi sehingga tidak menutup kemungkinan beberapa langkah
tersebut dapat dilakukan secara bersamaan.

Langkah-langkah dalam perencanaan


Perencanaan adalah suatu aktivitas yang memiliki suatu rangkaian
kegiatan dimulai identifikasi masalah, penetapan tujuan yang akhirnya sampai
kepada langkah akhir, yaitu membuat dan menyusun suatu kebijakan. Langkah-
langkah dalam perencanaan termasuk perencanaan pembangunan adalah
sebagai berikut:
a. Identifikasi Masalah
b. Menetapkan tujuan umum dan sasaran lebih khusus
c. Identifikasi kemungkinan pembatas dan kendala saat ini dan yang akan datang
d. Proyeksikan situasi kedepan
e. Mencari dan mengevaluasi berbagai alternatif untuk mencapai sasaran tersebut
f. Menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yag akan dilaksanan
g. Menyusun kebijakan dan strategi agar kegiatan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Siklus Perencanaan
Perencanaan selalu berorientasi kepada masa depan atau suatu jembatan yang
menghubungkan antara masa kini dan masa depan. Demikian perencanaan bukan merupakan
sesuatu yang statis dengan tahap-tahap tertentu, melainkan dinamis karena berjalan
sebagai suatu rangkaian proses (siklus) yang berjalan terus menerus. Pelaksanaan suatu
tahap selalu mendasari dan memberikan data dan informasi terhadap kegiatan selanjutnya

46
sampai kepada monitoring dan evaluasi yang memberikan data dan informasi lagi kepada
tahap permulaan (dianggap paling dulu dilakukan). Memperlihatkan bahwa perencanaan
yang dilakukan tidak memiliki ujung pangkal. Namun pada dasarnya dapat dimulai dengan
pemahaman objek perencanaan yang selanjutnya adalah penetapan visi dan misi. Gambar,
2.1.

Proses perencanaan dan hubungannya dengan kegiatan manajemen dalam suatu


organsiasai dapat digambarkan:

Pengumpulan Formulasi Penetapan


dan Analiss Berbagai Tujuan
data Alaternatif
Pemahaman
Membuat
Obyek
Program
Perencanaa

Penganggaran Implementasi Evaluasi


dan
Monitoring

Gambar 2.1. Proses Perencanaan

Adapun kerangka proses perencanaan sebagaimana yang telah dikemukakan dalam


kamus internet Wikipedia adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2. Proses Perencanaan


Sumber: Wikipedia, 2008

47
2.8. Aspek perencanaan
Perencanaan (pembangunan) mencakup berbagai bidang ilmu dan bidang sektor
kehidupan, seperti ekonomi dan politik. Walaupun perencanaan pembangunan dititikberatkan
pada bidang ekonomi, karena dengan ekonomi yang maju akan mudah dibangun sektor-
sektor atau bidang-bidang lainnya. Sebaliknya jika ekonomi tidak bisa dibangun dengan baik
maka akan timbul berbagai dampak negatif yang akhirnya akan menggagalkan rencana dan
pelaksanan pembangunan. Pada akhir-akhir ini, suatu aktivitas pembangunan sulit kiranya
jika tidak dikaitkan dengan lingkungan, bahkan lebih jauh lagi dapat dikaitkan dengan
pemanasan global (global worming)
Beberapa aspek yang terkait atau menjadi bagian dari pada perencanaan
pembangunan, sebagaimana yang dikemukakan oleh (Rachmad Kusniadi, 1995):

Aspek lingkungan
Aspek lingkungan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu perencanaan
pembangunan. Aspek ini sangat penting diperhatikan oleh seorang Perencana mengingat
pembangunan yang akan dilakukan akan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan
selanjutnya pembangunan yang dilakukan pada masa sekarang akan berpengaruh
terhadap kondisi lingkungan di masa akan datang. Aspek lingkungan ini mencukupi
berbagai bidang yang meliputi sosial, budaya, ekonomi, politik hingga pertahanan dan
keamanan.
Selanjutnya perencanaan yang baik haruslah memperhatikan bidang-bidang aspek
lingkungan yang berada di dalam wilayah pengembangan serta di luar wilayah
pengembangan. Dengan kata lain, perencanaan yang baik harus mampu memotret
kondisi lingkungan di daerah yang menjadi partner pengembangan ekonomi daerah.

Aspek kekuatan dan hambatan


Aspek kekuatan ini merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya dengan aspek
lingkungan. Hal ini sangat penting mengingat perencanaan yang baik akan membutuhkan
informasi mengenai segala sesuatu yang dapat mendukung terlaksananya pembangunan
serta berbagai hal yang dapat menghambat jalannya pembangunan yang dilakukan.
Untuk itu seorang perencana harus memiliki gambaran mengenai segala sesuatu yang
dimiliki oleh daerah yang dapat menjadi sumber kekuatan daerah dalam melaksanakan
pembangunan serta kelemahan yang berpotensi untuk menghambat pelaksanaan
pembangunan

Aspek Badan Perencana pembangunan Pusat/Daerah


Badan perencanaan pembangunan pusat/daerah merupakan badan pemerintah yang
bertugas untuk membuat rencana pembangunan yang tepat. Badan ini bertugas untuk
melaksanakan koordinasi internal antar instansi pusat dan daerah maupun secara eksternal
dengan pihak luar pemerintah daerah seperti masyarakat dan pihak swasta dalam
melaksanakan perencanaan serta pembangunan di daerah. Dengan demikian kemampuan
dalam mengkoordinir ini membutuhkan berbagai informasi mengenai peran dan fungsi
yang dimiliki oleh setiap elemen dalam pembangunan yang akan dilaksanakan. Artinya
badan perencanaan membutuhkan informasi mengenai dirinya sendiri yang berupa peran
dan fungsinya dalam pembangunan daerah. Kemampuan yang dimilikinya dalam

48
pengembangan program pembangunan serta kemampuannya dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan untuk melakukan perencanaan daerah.
Disamping itu semua badan Perencana membutuhkan informasi mengenai peranan dan
fungsinya elemen pendukung pembangunan yang lain seperti pemahaman masyarakat
atas arah dan tujuan pembangunan yang akan dilaksanakan, kemampuan pihak swasta
dalam mendukung proses pembangunan serta kemampuan pembiayaan yang dimiliki oleh
lembaga keuangan yang berada di daerah tersebut. Dengan membawa kepribadian dari
setiap elemen pendukung pembangunan, maka badan perencanaan dapat membuat
rencana pembangunan yang tepat bagi daerah sesuai dengan kekuatan dan kelemahan
serta pendukungnya.

Aspek Ruang dan waktu


Aspek keempat ini hendaknya jangan diartikan sebagai pembatasan bagi Perencana
untuk membuat rencana pembangunan hanya pada waktu tertentu saja. Namun aspek
yang dimaksud adalah bagaimana Perencana dapat membuat rencana yang tepat
untuk dilaksanakan yang mencakup dan mengenai bidang lingkungan seperti sosial,
budaya, ekonomi bahkan termasuk di dalamnya bidang-bidang yang meliputi bidang fisik
seperti tata letak, kondisi tanah hingga kualitas lingkungan dari populasi yang mungkin
terjadi dari proses pembangunan yang akan dilakukan atau yang sudah dilakukan.
Ketetapan waktu pelaksanan yang tepat dengan berdasarkan pada kondisi lingkungan
yang dihadapi di daerah terjadi menjadi syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh Perencana.
Selain dari pada itu, ketepatan pelaksanaan pembangunan dari sisi lokasi pembangunan
juga merupakan syarat utama yang harus dipenuhi. Kedua bidang ini menjadi strata
penting karena pembangunan yang dilakukan dengan didasarkan atas informasi dari 3
tahun yang lalu dimana sebuah daerah A membutuhkan pembangunan jalan misalnya,
dilaksanakan pada saat ini yang notabene daerah tersebut ternyata membutuhkan
pembangunan lain seperti rehabilitasi perumahan akibat munculnya bencana lama pada
tahun yang lalu. Dengan demikian ketetapan waktu dan tempat pelaksanan rencana
pembangunan haruslah diupayakan oleh Perencana dengan menggunakan berbagi
informasi yang up to date.

2.9. Azas-Azas Perencanaan


Perencanaan adalah suatu proses untuk sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan,
yang hasilnya adalah suatu rencana. Agar rencana tersebut dapat dibuat yang dapat
dipertanggungjawabkan, diperlukan beberapa azas yang menjadi prinsip atau pedoman dalam
pembuatan suatu rencana. Tujuan setiap rencana atau yang sejenisnya adalah untuk
membantu dalam pencapaian tujuan organisasi. Jika ditelaah lebih lanjut, terdapat
beberapa azas atau prinsip perencanaan (Rachmad Kusniadi, 1995):

1. Azas untuk pencapaian tujuan


Tujuan setiap rencana atau yang sejenisnya adalah untuk membantu dalam
pencapaian tujuan organisasi. Untuk setiap proses perencanaan diawali oleh pemahaman misi
organisasi, kemudian misi tersebut diproyeksikan ke dalam tugas pokok serta fungsi-fungsi
organisasi, kemudian fungsi-fungsi tersebut akan menjadi tugas pokok dari suatu organisasi
yang ada. Setiap rencana yang disusun oleh satuan unit organisasi harus sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing, sehingga kalau hal itu dihimpun menjadi satu akan

49
memberikan gambaran yang menyeluruh dari misi organisasinya. Dengan demikian semua
yang direncanakan akan terkait dengan tujuan organisasi, dan apabila dilihat dari dimensi
waktu yang dibuat, maka perencanaan itu akan mencerminkan tujuan organisasi yang harus
dicapai pada kurun waktu tertentu.

2. Azas realistik dan wajar


Perencanaan yang efektif harus berpegang kepada realitas yang ada dan wajar,
sehingga pencapaian dari tujuan yang ditetapkan dalam rencana itu akan dapat dicapai. Hal
ini perlu diperhatikan karena kadang-kadang suatu rencana itu hanya bersifat daftar
keinginan (impian) yang tentunya sulit untuk dicapai, karena tidak realistis atau tidak sesuai
dengan keadaan yang berlaku. Misalnya untuk meningkatkan prestasi kerja yang selama ini
baru kondisinya 20% kemudian dalam satu tahun ke depan akan ditingkatkan menjadi 100%,
hal ini tentunya tidak realistis.

3. Azas efisiensi
Efisiensi suatu rencana diukur dengan seberapa besar membantu pencapaian tujuan
dilihat dari biaya dan lainnya yang dirumuskan oleh rencana tersebut. Sesuai dengan tujuan
perencanaan, yaitu untuk mengupayakan agar pencapaian tujuan dari perencanaan itu sendiri,
yaitu upaya pencapaian tujuan secara efisien. Oleh karena itu, dalam proses perencanaan
faktor efisiensi harus diperhitungkan secara cermat, yaitu besarnya biaya yang dikeluarkan
dan hasil yang akan dicapai. Apabila ternyata hasil yang akan diperoleh ternyata lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan, berarti efisiensi telah tercapai. Namun jika hasil yang
diperoleh sama atau lebih kecil dari pada biaya yang dikeluarkan berarti tidak efisien.
Semakin besar selisih antara hasil dan biaya yang dikeluarkan maka kegiatan semakin
efisien. Untuk hal tersebut biasanya dibantu dengan suatu teknik perhitungan/analisis,
misalnya analisis biaya dan manfaat (cost benefit analysis) atau alat analisis lainnya yang
mendukung perencanaan ke arah efisiensi.
Pengertian efisien tidak selalu sama dengan hemat, sekalipun dalam efisiensi ada
upaya penghematan. Efisiensi harus selalu dikaitkan dengan penggunaan dana dan hasil
yang diperoleh, walaupun pencapaian tujuan juga ada di dalamnya. Sebabnya walaupun
pengeluaran lebih besar, apabila hasil yang diperolehnya akan jauh lebih besar lagi, dapat
juga disebut efisien. Oleh karena itu kemudian ada yang membuat rumus bahwa efisiensi
adalah perbandingan terbaik antara hasil atau output(O) dengan pengeluaran satu unit input
(I). Jika output dibagi input atau (O/I)  1 maka dapat disebut efsien. Sekmakin besar nilai
(O/I) maka dapat dikatakan semakain efsiesien.
Efisiensi selalu dikaitkan dengan efektif, yang berarti tercapai tujuan secara tepat,
sesuai rencana) dengan pengerahan sumber daya oraganisasi yang optimal. Jadi jika efisiensi
banyak dikaitkan dengan biaya dan hasil yang diperoleh, sedang efektivitas dititikberatkan
pada pencapaian tujuan

4. Azas keutamaan dalam perencanaan


Perencanaan secara logis akan memberi petunjuk kepada pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen. Sebagaimana diketahui, fungsi-fungsi manajemen antara lain, ialah:
pengorganisasian, pengerahan orang, koordinasi, penganggaran, pengawasan dan evaluasi.
Dengan suatu perencanaan yang baik, akan dilihat bagaimana pendayagunaan unit organisasi
secara efisien dan suatu rencana yang baik dapat dipakai sebagai alat untuk melaksnakan

50
koordinasi. Demkian juga halnya pengawasan dan evaluasi akan dapat berjalan dengan
efektif hanya jika didukung rencana yang betul-betul matang dan tepat, karena suatu
rencana dapat diapakai sebagai acuan atau pedoman dalam pengawasan.

5. Azas peremis
Semakain banyak anggota organisasi yang beranggapan dan memahami bahwa
perencanaan itu penting, maka akan semakin baik perencanan itui, dana akan semakin memberi
manfaat bagi kelancaran jalannya oragniasasi. Dengan demikian perencanaan harus
dikoordinasikan kepada segenap unit organisasi guna dipahami dan disekapati oleh mereka
atau semua unsur yang ada dalam organisasi, sehingga dalam pelaksanaanya tidak akan
terjadi hambatan-hambatan yang bersifat intern oleh karena adanya kesalapahaman atau
ketidaksepakatan salah satu unsur atau bagian dalam organisasi

6. Azas kerangka strategis dan kebijakan


Semakin jelas dipahami dan dimengerti suatu strategi dan kebijaksanaan, akan
semakin konsisten dan efektif kerangka acuan suatu organisasi.Oleh karena itu perencanaan
yang baik harus mencerminkan strategi dan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh
pimpinan tertinggi oleh organisasi tersebut. Sebagai contoh: Presiden RI telah membuat
garis kebijaksanaan dalam pembangunan lima tahun ke depan, stategi utama adalah
mengentaskan kemiskinan. Oleh karena setiap sektor dan bidang pembangunan,
perencanaannya harus mencerminkan adanya upaya strategis dalam pengentasan
kemiskinan.

7. Azas ketetapan waktu


Semakin baik dalam penetapan waktu, yakni semakin tepat waktu dalam struktur
perencanaan, akan semakin mmeberikan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan
organisasi. Oleh karena itu dalam perencanaan yang efektif dimensi waktu perlu diperhatikan
secara tepat (penjadualan). Biasanya dalam setiap rencana yang baik selalu akan
mencatumkan jadwal waktu tertentu. Untuk membantu penjadualan yang tepat bisanya
menggunakan Bagan Gantt (Gantt Chart) atau dengan Network Planning (perencanaan
jaringan kerja) yang dapat membantu dalam mengoptimalkan waktu kegiatan.

8. Azas faktor keterbatasan


Dalam pemilihan berbagai alternatif, semakin tinggi kemampuan seseorang dalam
mengenal dan mengatasi berbagai faktor keterbatasan atau hal-hal yang kritis dalam
pencapaian tujuan, akan semakin jelas dan akurat dalam pemilihan alternatif yang terbaik.
Dengan adanya keterbatasan tersebut, perencanaan harus memperhatikan skala prioritas, serta
juga adanya pentahapan dalam pencapaian tujuan. Demikian pula halnya dengan adanya
keterbatasan, diperlukan adanya pemilihan alternatif yang terbaik dalam arti yang sesuai
dengan kemampuan namun tidak mengganggu/mengurangi arti dalam pencapaian tujuan.

9. Azas keterkaitan
Perencanaan yang logis meliputi suatu periode waktu di masa datang yang harus
ditempuh, melalui sederetan kegiatan, dan untuk pelaksanaannya memerlukan suatu kepastian
berupa suatu keputusan yang akan mengikat semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan.
Untuk itu biasanya suatu rencana yang telah disusun kemudian dikukuhkan atau ditetapkan

51
dalam bentuk keputusan yang mengikat semua unsur dalam organisasi. Misalnya dalam
organisasi negara, Rencana pembangunan tahunan (Repeta) akan mengikat semua aparat
pemerintah kemudian dituangkan dalam bentuk keputusan presiden. Kemudian juga APBN
setelah disetujui oleh DPR, selalu akan dikukuhkan sebagai Undang-undang APBN. Demikian
juga halnya dalam suatu organisasi bisnis ― corporate plan) akan ditetapkan sebagai keputusan
Direksi dan pembahasannya bisanya diajukan pada waktu diselenggarakan rapat pemegang
saham yang dilakukan pada akhir tahun buku untuk menetapkan Neraca perusahaan selama
satu tahun, serta rencana usaha tahun berikutnya, atau dalam satu koperasi dalam rapat
anggota tahunan (RAT).

10. Azas kelenturan (fleksibel)


Semakin lentur (fleksibel) suatu rencana, makan akan semakin kecil tingkat bahaya
yang tidak diperkirakan oleh organisasi, tetapi juga fleksibilitas (kelenturan) dapat
mengurangi keuntungan yang diharapkan. Perencanaan yang efektif jangan terlalu kaku
dan harus fleksibel, sehingga akan dapat dengan cepat menyesuaikan dengan perubahan
situasi yang di lingkungannya. misalnya dengan adanya perubahan moneter atau politik
perdagangan internasional, perencanaan yang fleksibel akan dengan cepat dengan mudah
disesuaikan.
Ada beberapa cara agar supaya perencanaan dapat lebih fleksibel. Cara pertama adalah
menyusun suatu rencana yang tidak terlalu rinci, misalnya perencanaan pembelian barang,
sebaiknya hanya disebutkan saja jenisnya, dan tidak disebutkan sampai merek, tipe dan
sebagainya. Kedua pencantuman beberapa alternatif, sehingga jika terjadi hambatan dalam
pelaksanaan rencana, maka dapat mengganti dengan alternatif lain yang lebih sesuai.

11. Azas mengarahkan perubahan


Semakin besar keterkaitan keputusan perencanaan di masa depan, maka semakin
penting bagi manager untuk selalu memeriksa secara periodik dan memproteksi rencananya,
agar tetap terarah kepada pencapaian tujuan organisasi.
Situasi dan kondisi di sekitar lingkungan organisasi tidak selalu statis, dan akan terjadi
perubahan-perubahan dinamis), sehingga organisasi harus segera menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar lingkungannya. Perubahan itu, dapat berupa
perubahan politik, kebijaksanaan pemerintah, ekonomi, hukum dan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Adanya perubahan tersebut tidak dapat dilakukan secara mendadak dan harus
direncanakan secara matang. Misalnya pada tahun 1980 an, terjadi perkembangan yang sangat
cepat dalam teknologi komputer (sistem imformasi). Dengan adanya perubahan tersebut,
banyak perubahan yang terjadi, yaitu hampir di setiap organisasi besar membentuk unit
sistem informasi yang menggunakan komputer. Untuk itu perubahan-perubahan tersebut harus
direncanakan dan diarahkan, sebab jika tidak, akan terjadi adanya penambahan beban bagi
organisasi. Bisa terjadi dengan adanya perubahan komputerisasi yang dimaksud yang
tujuannya untuk memperlancar proses pengolahan informasi, karena perecanaannya kurang
baik, maka hasil malah terjadi sebaliknya, komputer menjadi beban baru bagi organisasi.

2.10. Arti dan Fungsi Perencanaan

52
Berbagai dasar alasan mengadakan perencanaan itu maka di sini dikemukakan
beberapa rumusan tentang perencanaan yang diharapkan akan menjelaskan arti dan fungsi
perencanaan.
a. Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara
sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu.
b. Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya (maxsimum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
c. Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan dilakukan,
bagaimana, bilamana dan oleh siapa.
d. Perencanaan pembangunan adalah ―melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai
alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut dengan terus mengikuti
agar supaya pelaksanaannya tidak menyimpang dari tujuan‖.
e. Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber
pembangunan (termasuk sumber-sumber ekonomi) yang terbatas adanya, untuk mencapai
tujuan-tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif.
Selain dari pada itu banyak ahli yang telah memberikan penjelasan dan pengertian tentang
perencanaan pembangunan. Mohammad Hatta mengemukakan ―yang dituju dengan ekonomi
berencana atau planning ialah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang
direncanakan tujuannya dan jalannya, pada bagian lain tujuan daripada rencana ekonomi ialah
melaksanakan supaya produksi disesuaikan dengan keperluan sosial, supaya kemiskinan rakyat
dilenyapkan atau kemakmuran rakyat ditumbuhkan.
―Perencanaan ini pada asasnya berkisar kepada dua hal : yang pertama ialah
penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan-tujuan konkrit yang hendak dicapai dalam
jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan, dan
yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai
tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu tertentu
maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria
tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula.
Dengan demikian di dalam perencanaan ataupun perencanaan pembangunan perlu
diketahui lima hal pokok :
a. Permasalahan-permasalahan pembangunan suatu negara atau masyarakat yang dikaitkan
dengan sumber-sumber pembangunan yang dapat diusahakan, dalam hal ini sumber-sumber
daya ekonomi dan sumber-sumber daya lainnya.
b. Tujuan serta sasaran rencana yang ingin dicapai.
c. Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran rencana dengan melihat
penggunaan sumber-sumbernya dan pemilihan alternatif-alternatifnya yang terbaik.
d. Penerjemahan dalam program-program atau kegiatan-kegiatan usaha yang konkrit.
e. Jangka waktu pencapaian tujuan.

Mengenai pemilihan tujuan dan sasaran-sasaran rencana maupun mengenai


kebijaksanaan dan cara mencapainya tergantung pula dari preferensi-preferensi berdasarkan
nilai-nilai sosial dan politik masyarakat bangsa tertentu.

53
Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan salah satu fungsi utama yang harus dilaksanakan oleh
seorang yang memiliki otoritas. Hasil dari proses perencanaan adalah suatu rencana. Untuk
itulah perencanaan dan rencana memiliki fungsi:
1. Penterjemahan dari suatu kebijakan umum
Kebijaksanaan umum dalam suatu negara atau organisasi ditetapkan oleh pimpinan
puncak, dan merupakan suatu tujuan yang bersifat umum. Untuk pelaksanaannya harus
diterjemahkan secara komprehensif dan bertahap. Jadi melalui perencanaan itulah
kebijaksanaan tersebut dapat diterjemahkan dalam kegiatan kegiatan yang lebih konkrit
2. Perkiraan yang bersifat ramalan
Perencanaan berhubungan dengan waktu yang lalu dan keadaan di masa mendatang.
Untuk mengetahui keadaan atau kuantitas dan kualitas di masa datang di perlukan
adanya perencanaan. Oleh karena itulah perencanaan juga berfungsi sebagai ramalan di
masa depan. Apa yang akan terjadi di masa depan di ramalkan berdasarkan berbagai
fakta dan kecenderungan yang terjadi, baik pada masa lalu maupun pada masa
sekarang.
3. Menjalankan fungsi ekonomi
Kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu organisasi selalu terbatas,
sehingga pengarahan kemampuan tersebut dalam rangka pencapaian tujuan harus
direncanakan dengan baik sehingga efisiensi dan efektivitas dapat tercapai. Sebagaimana
telah dijelaskan terdahulu bahwa Efisiensi berhubungan erat dengan jumlah biaya yang
dikorbankan dalam pelaksanaan suatu rencana,, sedang efektifitas berhubungan dengan
upaya pencapaian tujuan. Dengan demakian perencanaan harus dilaksanakan seefisien
dan seefektif mungkin. Untuk itulah perlu dilakukan perhitungan-perhitungan atau analisis
ekonmi, dengan memperhitungkan keuntungan dan kerugian satu kegiatan yang
dilaksanakan termasuk metode yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut. Alat atau
metode yang dapat digunakan adalah analisis biaya manfaat (cost benefit rasio, net
perensent value , intrenal rate of return atau metode lainnya.
4. Untuk adanmya suatu kepastian kegiatan
Perencanaan yang telah disusun dengan matang dengan penuh berbagai pertimbangan akan
memberikan petunjuk dan arah, guna pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan
adanya perencnaan maka kepastian akan pelaksanaan suatu aktivitas, khusunya yang
berhubungan dengan ekonomi dapat dengan mudah diukur. Dengan demikian ketidakpastian
yang selalu membayangi para perencana dan pelaksana dapat ditekan sekecil mungkin.
5. Sebagai alat koordinasi
Koordinasi merupakan alat atau fungsi yang sangat penting dalam kegiatan organisasi.
Sering kegagalan suatu organisasi terjadi karena tidak adanya atau kurang baiknya
koordinasi. Agar dapat melakukan suatu koordinasi yang baik, maka salah satu alat yang
sangat penting adalah rencana. Dengan adanya suatu rencana yang matang dan disepakati,
semua orang dalam suatu unit organisasi akan saling mengetahui fungsi dan
wewenangnya, tugas dan tanggung-jawabnya masingh-nasing serta waktu, tempat
kegiatan harus dilaknakan. Juga dengan adanya remcana akan saling mengetahui
keterkaitan berbagai perangkat, materi, tugas atau lainnya antara satu dengan yang lainnya,
guna melaksanakan kegiatan pencapaian tujuan. Sehingga akan terjadi adanya suatu
keterpaduan dan keselaran dalam gerak kegiatan masing-masing dalam upaya pencapaian
tujuan organisasi.

54
6. Alat sarana untuk pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, dalam rangka
mengukur sejauh mana pencapaian tujuan organisasi telah dilaksnakan sesuai dengan
standar-standar yang telah ditetapkan oleh organisasi . Selanjutnya untuk mengukur
pelaksnaan suatu rencana sesuai dengan standar atauy ketentuan yang telah digaruskan
oleh organisasi, rencana adalah suatu alat yang dapat dipakai sebagai tolok ukur dalam
melakukan pengawasan dan pengendalian

2.11. Tujuan Praktis Perencanaan


Perencanaan memiliki tujuan umum dan juga tujuan khusus atau praktis. Tujuan
praktis dilaksanakan guna mencapai tujuan umum. Sehingga tujuan praktis tidak ada lain
adalah merupakan tujuan integral dalam pelaksanaan rencana. Tujuan praktis sangat penting
karena jika tujuan ini gagal dicapai atau gagal dilaksanakan maka dampaknya terhadap
tujuan umum tidak bisa diabaikan. Demikian pula sebaliknya jika tujuan praktis ini dapat
dilaksanakan dengan baik maka sesungguhnya dapat dijamin pelaksanaan atau pencapaian
tujuan umum. Seperti halnya perencanaan pembangunan nasional, dengan tujuan umum
adalah peningkatan taraf hidup masyarakat, maka tujuan-tujuan praktis di dalamnya perlu
diberikan perhatian. Perhatian pertama dan utama adalah membangun suatu pola pikir yang
akan mendukung terlaksananya program pembangunan tersebut, selanjutnya melakukan
kerjasama dan koordinasi kepada berbagai organisasi atau instansi baik swasta maupun
pemerintah yang tujuannya adalah membangun persepsi dan pola pikir masyarakat sesuai
kehendak dari tujuan pembangunan itu sendiri.
Sebagai dasar untuk menyusun, melalukan dan melaksanakan tujuan praktis
diberikan acuan sebagai berikut:
1. Menyusun atau memproduksi dokumen perencanaan( Rencana) sebagai alat koordinasi
bagi semua pihak atau pelaku perencanaan (stakeholder)
2. Membuat pedoman atau arahan dan strategi bagi pelaksanaan pembangunan untuk
mencapai harapan-harapan dan tujuan pembangunan
3. Mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan pembangunan melalui monitoring dan
evaluasi
4. memberikan umpan balik dan rekomendasi bagi perencanaan selanjutnya.

Jadi terlihat bahwa tujuan praktis utama dan pertama adalah menyusun atau
memproduksi rencana sebagai hasil dari perencanaan yang bersifat awal. Kemudian yang
terakhir terlihat pula bahwa tujuan praktis terakhir adalah memberikan umpan balik untuk
perencanaan selanjutnya. Oleh sebab itulah perencanaan (pembangunan) tidak akan pernah
berakhir.

2.12. Koordinasi Perencanaan dan Penganggaran


Koordinasi perencanaan adalah hal yang sangat penting dalam proses perencanaan.
Perencanaan akan efektif jika terdapat koordinasi yang berintikan pada proses komunikasi
antar lembaga perencanaan dan pelaku yang berkepentingan baik secara horizontal maupun
secara vertikal (Balkely, 1940). Kegiatan tersebut dilakukan melalui forum koordinasi
perencanaan dengan instansi terkait maupun yang tidak kalah pentingnya dengan masyarakat.
Koordinasi adalah satu fungsi organik dari pengelolaan atau manajemen pemerintahan.

55
Melalui koordinasi yang efektif, tujuan dan sasaran dapat dicapai secara optimal. Tujuan
dilakukannya koordinasi adalah untuk menyamakan pemahaman dan persepsi tentang
substansi kebijakan atau tugas, untuk menyelesaikan masalah tertentu, menyelesaikan konflik
kepentingan dalam pemanfaatan sumber daya (resources ) pembangunan.
Selain itu koordinasi menurut Munir, 2000, juga ditujukan untuk menyinkronkan
antara kebijakan dan rencana tindak pelaksanaan yang dilakukan oleh masing-masing
lembaga atau organisasi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. Koordinasi perencanaan
pembangunan dapat dilakukan empat tahapan,:
1. Koordinasi proses perencanaan
2. Koordinasi metode perencanaan
3. Koordinasi antara tingkat perencanaan
4. Koordinasi usaha-usaha masyarakat
Proses perencanaan pembangunan sebenarnya mempunyai beberapa tahap natara lain:
1. Penyusunan kebijakan
2. Penyusunan program
3. Penyusunan pembiayaan
4. Pemantauan dan evaluasi kerja
5. Penyempurnaan program pembangunan.
Koordinasi antar tahapan perencanaan pembangunan, koordinasi dapat dikelompokkan
menjadi tiga :
a. Koordinasi pada formulasi dan penyusunan rencana
b. Koordinasi pada implementasi
c. Koordinasi pada evaluasi.
Koordinasi dimaksudkan untuk menghindari ketidakkonsistenan antara pola pikir
perencana dan unsur-unsur lainnya yang terlibat dalam pengambilan kebijaksanaan
pembangunan. Ketidakkonsistenan tersebut harus dapat dijembatani atau dipadukan dalam
suatu metode perencanaan, sehingga perencanaan dapat dipertanggungjawabkan secara teknis,
juga harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang aspirasinya, tersalurkan melalui
lembaga politik. Dengan koordinasi perencanaan yang meyakinkan yaitu dengan argumentasi
dan metodologi yang dapat dipahami oleh semua pihak, maka pengambilan kebijaksanaan
dapat diambil secara harmonis, terbuka dan demokratis. Perencanaan pembangunan dapat
dibagi ke dalam kelompok-kelompok perencanaan yang satu sama lainnya saling berkaitan.
Kelompok tersebut ada empat, yaitu perencanaan makro, perencanaan sektoral, perencanaan
regional dan perencanaan mikro atau proyek. Keempat kelompok tersebut saling berkaitan
satu dengan lainnya. Perencanaan mikro adalah perencanaan rinci dalam skala tahunan
yang merupakan penjabaran dari rencana-rencana makro, sektoral dan regional ke dalam
susunan proyek-proyek dan kegiatan-kegiatan dengan berbagai dokumen penganggaran dan
perencanaannya.
Perencanaan sektoral memproyeksikan berbagai sasaran pembangunan sektor dalam
mencapai sasaran pendapatan nasianal yang ditentukan. Perencanaan sektoral sering
menggunakan alat analisis input output dan Linear Programming. Perenacanaan rsgional
aratu daerahmemproyeksikan perkiraan pertumbuhan untuk setaiap popinasiatau
kota/kabupaten dan menentukan bebrabgai proyek ayang akan dilaksanakan di daerah yang
bersangkutan agar terecapai keseimbangan pembangunan. Dalam perencanan regional
diperlukan koordinasi yang cermat terhadap jenis proyek, besaran proyek, waktu penyelesiam
proyek dan lokasi proyek. Perencanaan makro mengkoordinasikan hubungan berbagai

56
variabel ekonomi yang menjawab pertanyaan berapa besarnya peningkatan peningkatan
pendapatan nasional, tingkat konsumsi, investasi pemerintah (pemerimtah maupun masyarakat),
ekspor, impor, suku bunga dan perpajakan.

Koordinasi Internal
Perencanaan makro

Kebutuhan Keunggulan Kebutuhan Kaitan


Sektor daerah Spasial Regional
Kordinasi Internal Aspek Ruang Kordinasi Internal
Perencanaan Perencanaan
Sektoral Aspek Produktivitas Regional

Koordinasi external

Koordinasi Internal
Perencanaan mikro
- Input
- Output
- Outcome
- Benefit
- Impact

Gambar 2.1. Koordinasi antar Tingkat Perencanaan


Sumber: Munir (2002), revisi.

Dalam melaksanakan pembangunan tidak dapat hanya mengandalkan sumber


pembiayaan dari pemerintah saja. Usaha-usaha swasta harus dimotivasi dan digerakkan dalam
proses pembangunan. Untuk menggerakkan peran serta sektor swasta , pemerintah harus
membuat kebijakan yang cermat, yaitu dengan menciptakan peraturan dan perangsang yang
meliputi semua aspek yang dapat mendorong partisipasi swasta. Gambar 2 menunjukkan
koordinasi antara tingkat perencanaan. Peraturan perangsang berupa kebijakan perpajakan,
restribusi, subsidi, kebijaksanaan harga, kebijaksanaan perizinan dan upah. Sebagai koordinator
pembangunan harus menonjolkan peran sebagai fasilitator dan entrepreneur karena kemitraan
antara masyarakat, swasta dan pemerintah sangat diperlukan.
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa suatu perencanaan harus dipandang terlebih
dahulu secara makro. Perencanaan yang dibuat memerlukan koordinasi antar sektor, daerah,
negara dan bahkan dapat mencakup antara negara atau wilayah. Sebelum sampai kepada
perencanaan mikro perencanaan harus terlebih dahulu dikaitkan atau diadakan koordinasi
antara sektor atau daerah, karena suatu perencanaan selalu melibatkan ruang dan waktu.
Suatu perencanaan, seperti perencanaan wilayah perkebunan bisanya melibatkan beberapa

57
wilayah dan negara, seperti dalam tahap pembukaan lahan yang menimbulkan asap. Dengan
demikian koordinasi dalam perencanaan merupakan salah satu sektor yang penting dalam
pelaksanaan rencana pembangunan.
Koodinasi antar tingkat perencanaan dapat digambarkan sebagai berikut:

2.13. Metologi Perencanaan


Perencanaan merupakan usaha atau upaya yang dilakukan dengan mempertimbangkan
berbagai alternatif yang ada untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk menjalankan atau merealisasikan hal tersebut diperlukan suatu metode atau cara
berpikir, cara bertindak dan cara yang ditempuh untuk melakukan suatu perencanaan.
Dengan demikian metologi perencanaan meliputi tujuan , target (sasaran) yang sistematis dan
proyeksi.

Tujuan
Langkah pertama yang harus ditempuh oleh Perencana adalah menetapkan dan
menformulasi tujuan rencana yang jelas dan saling berkaitan. Disamping suatu tujuan
harus merupakan komponen daripada rencana pembangunan, sulit kiranya suatu rencana
dapat dijalankan dengan baik tanpa ada tujuan yang jelas dan terukur. Selain dari pada itu
tanpa tujuan, target yang akan dicapai dan proyek yang akan dilaksanakan akhirnya tak
bermanfaat, karena tujuan tidak bisa dijalankan.
Suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan jelas, nyata dan terukur menjadikan suatu
perencanaan menjadi bermakna. Jadi pada dasarnya perencanaan musrtahil dapat
dilaksanakan tanpa ada tujuan yang jelas dan sistematis. Sebagai contoh perencana Nazi
German mencapai keberhasilan akibat adanya tujuan yang telah ditetapkan secara jelas,
seperti pembebasan dari depresi ekonomi dan kekuatan pertahanan keamanan. Akhirnya
syarat utama dari pembangunan ekonomi adalah penetapan tujuan yang jelas dan terukur.
Tujuan sebaiknya seringkas mungkin (M.L. Seth, 1971). N Di negar-negara barat
misalnya, terdapat istilah single-objectgive planning, seperti di Inggeris memiliki tujuan
tahunan perencanaan 1945-1951 adalah pencapaian kesempatan kerja penuh, di Amerika
Serikat maksimisasi pendapoatan, di Amerika Selatan pertumbuhan induistri yang kuat dan
Indonesia trilogi pembangunan.
Sifat dari tujuan pembangunan tergantung pada Preferensi (pilihan) tingkat
pembangunan suatu negara, dimana pada masa lalu, tujuan utama perencanaan
pembanghunan:
1. Pertahanan
2. Pembangunan dari ketertinggalan
3. Peningkatan standar hidup
4. Kesempatan kerja penuh
5. Keseimbangan sosial ekonomi
6. Keamanan sosial

Target
Langkah kedua yang harus dilakukan oleh Perencana adalah menjelaskan dan
merinci tujuan pembangunan. Jika tujuan telah dikuantifikasikan maka langkah selanjutnya
adalah mentarsformasikan kepada suatu target. Misalnya tujuan perencanaan adalah
peningkatan pendapatan per kapita suatu negara. Ini merupakan suatu tujuan, jika Perencana

58
menetapkan pertumbuhan pendapatan per kapita 5 % per tahun sehingga hal sudah termasuk
target.
Target merupakan suatu arahan (guide –post) untuk mempersiapkan instrumen
kebijaksanaan yang efektif. Disamping itu, target juga miliki perenan [penting
untukmembatsi outpuit begarap industri dengan tujuan untu meningkatkan prioduksi
industri lain. Target juga akan membantu operencana dakamn mementukan jumnlah bahan
baku, tenaga keraja, dana dan keprluanlain yabng diperlukan suatu proyek. Akhitnta,
target mengesekusi perolehan suatu ide daru kemap;uan yang ada untuk mendorong sektor
swsta dan sektor publik untuk mencapai hjasiul yang diinginkan.
Perencana dapat membuat beberapa target dari tujuan ang telah didtepkan. Sepeti
dari tujuan pertumbuhan ekonomi dapat dibut beberapa target berupa besarnyainvestasi
yang diperlukan, jumlah kesempatan ketja yangakan diciptakan, jumlah tabungan dsan
ekspor yang diinginkan. Target juga dapat bersifat umum, beruapa sektoral atau individual
sehubgan industri, produk atau komoditi uang akan dihasilkan. Selanjutnya target juga dapat
berbentuk fisik sepeti bagian suatu bangunan danjuga dapat mengabil bentuk refgioanal
dalam suatu negara s ecara keseluruhan.
Seth (1971) mnenyatakan bahwa target perencanaan di negara-negara berkembang
sedapat mungkin dibatasi dalam hal yang pokok berupa bebrapa item penting dengan
memperhatikan sumberdaya yang langkah dalam implementasi perencanaan. Menurut Seth
(1971) alsannya, adalah sangat jelas, semakin banyak target dalam suatu rencana, semakin
sulit untuk mewujudkannya. Implikasinya semakin banyak target dalam perencanaan
menyebabkan terjadinya kekakuan dari proses perencanaan sehingga akan mengalami
gangguan yang berat dalam pencapaian tujuan rencana. Selain dari dari pada itu banyak
target juga akan mengakibatkan banyaknya koordinasi yang dilakukan. Semakin banyak
koordinasi yang dilakukan semakin banyak kesempatan untuk revisi target tersebut. Dengan
demikian di ngarra sedang berkembang sebaiknya target tersebut dibatasi dengan hal-hal
yang pokok saja. Suatu hal yang sangat penting dalam suatu perencanaan adalah pengalaman
perenca dalam menyusun target yang lebih luas dalam suatu negara.
Perencanaan pembangunan dalam suatu negara tidak saja dilakukan dengan beberapa
target tapi juga disertai dengan ramalan atau proyeksi. Suatu ramalan adalah estimasi
terhadap apa yang akan terjadi dalam suatu bidang tertentu dari aktivitas ekonomi atas
kebijakan yang ada atau yang akan dihadapi. Sebagai contoh perencana mengestimasi
bahwa pendapatan per kapita suatu negara adalah naik 5% dalan jangka 5 tahgun yang akan
datang.
Proyeksi adaah alat untuk mengecek konsistensi atau kecocokan (compatibility)
dengan asumsi yang telah ditetapkan. Sebagai contoh proyeksi peningkatan pendapatan 5 %
per tahun untuk lima tahun mendatang akan membantu perencana memahami efek
pertumbuhan tersebut. Hal ini dapat ditunjukkan dengan menghitung tingkat saving,
investasi, produksi dan sebagainya dan jumlah pekerja telah terdidik yang diperlukan.
Perbedaan antara target dan proyeksi. Proyeksi adalah langkah yang diambil di
masa datang yang tidak dibarengi dengan sangsi. Sedamgkan target menunjukkan sesuatu
yang harus dilaksanakan di kemudian hari yang biasanya dipertentangkan dengan realisasi.
Target pada umumnya tidak sama dengan realisasi, tapi melebihi atau kurang tergantung
dari ketajaman perencana dalam menentukan target dan kondisi perekonomian suatu negara.
Proyeksi sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan dan dijadikan sebagai alat
perbandingn dalam pelaksanan target.

59
Sebuah target harus diikuti oleh kebijakan dan instrumen. Tanpa kebijakan dan
instrumen tersebut target akan menjadi berkurang nilainmya demikian pula peoyeksi
program. Perencana yang reial akan ada jika didukung oleh pemerintah dalam rangka
pelaksanaan target.
Otoritas perencana dalam negara berkembang harus memiiliki kemampuan khusus
untuk mengkoordinasikan beberapa program dan pencapaian target yang khusus dalam
rencana. Sayangnya untuk negara berkembang tidak memberikan ruang yang memadai
dalam proses perencanaan. Di Pakistan misalnya, terdapat gap antara target pembangunan dan
kebijaksanaan ekonomi. Jelasnya target-taget khusus yang sangat penting harus diberikan
perhatian kusus, jadi jangan terjadi sebaliknya.

Penentuan Tingkat Pertunbuhan


Langkah selanjutnya bagai otoritas perencana adalah menetapkan dan membuat
target pertumbuhan. Pada dasarnya tidak terdapat formula khusus untuk menetapkan tingkat
pertumbuhan ekonomi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan tersebut meruapakan fungsi
dari kemampuan dan keinginan masyarakat secara menyeluruh untuk ikut berpartisipasi
dalam pembangunan. Pendekatan yang digunakan pada umumnya ada tiga: Pertama
menyerahkan persoalan kepada kepentingan negara untuk menentukan tingkat pertumbuhan.
Kedua pertumbuhan ditentukan oleh sumber daya yang tersedisa dan ketiga adalah
menentukan batas antara kedua metode yang telah disebutkan.
Beberapa ahli perencanaan menetapkan tingkat pertumbuhan umum, untuk negara
berkembang. Seperti Lewis menganjurkan minimal 2 %. Namum demikian tentunya berpulang
semua kepada kemampuan sumber daya yang dimiliki suatu negara. Suatu tingkat
pertumbuhan yang sangat rendah yang telah ditentukan bagi suatu negara dapat saja menjadi
sangat tinggi terhadap negara lain. Sehingga tingkat pertumbuhan tersebut harus diserahkan
kepada kemampuan sumber daya suatu negara.

2.14. Hambatan-hambatan dalam Perencanaan


Perencanaan melibatkan berbagai fungsi dan pihak terutama dalam pelaksanaannya.
Suatu perencanaan dapat saja diterima secara penuh atau senang hati oleh masyarakat,
atau sebaliknya mereka menolaknya secara penuh. Hal demikian disebabkan karena rencana
yang dibuat kadang-kadang tidak melibatkan masyarakat atau masyarakat belum sampai
kemampuan pengetahuannya untuk menerima perencanaan tersebut, karena kekurangan
informasi dan ilmu pengetahuan, terutama tentang pembangunan, walaupun pada
kenyataannya pembangunan tersebut atau perincian tersebut untuk mereka sendiri dan juga
untuk masyarakat atau negara pada umumnya. Sebagai contoh pembangunan atau pelebaran
jalan , sesungguhnya dengan mengeluarkan sedikit saja tanahnya mungkin dapat
memberikan keuntungan yang sangat luar biasa terhadap dirinya. Jadi Pembuatan suatu
rencana bukan merupakan hal yang mudah, bahkan sering suatu rencana dalam proses
pembuatannya menghadapi berbagai hambatan, antara lain:
1. Adanya perubahan informasi, personial, kebijaksanaan, keyangan dan lain-lain. Apa yang
sudah direncanakan dengan baik dengan dana perubahan tersebut akan mengacaukan
pelaksanaannya. Dengan demikian menghindari hal semacam ini maka perencanaan
harus dibuat secara fleksibel, tidak kaku dan dapat mengkoordinasikan setiap perubahan
yang terjadi

60
2. Tidak ada dukungan pihak lain (atasan, unit kerja yang terkait). Sekalipun suatu rencana
sudah disusun dengan baik, apabila tidak mendapat dukungan dari atasan atau unit
kerja yang terkait maka akan sangat menghambat dalam pelaksanaannya, atau bahkan
bisa menggal;akan suatu rfencana. Sering terjadi suatu rencana , hanya dipakai pada
waktu proses pengusulan kegiatan, sedangkan pada waktu pelaksanaannya terjadi
berbagai penyimpangan
3. Kurang tegas/jelas wewenang yang didelegasikan kepada pelaksana. Ketidakjelasan
dalam pendelegasian wewenang kepada para pelaksana akan menyebabkan para pelaksana
itu sendiri menjadi ragu-ragu dalam melaksanakan rencana. Untuk mengatasi hal ini
umumnya penempatan jenjang jabatan Perencana ditempatkan pada jenjang yang relatif
dekat pimpinan atau lembaga serta diisi oleh staf yang cukup senior.
4. Perencanaan yang tidak sempurna karena kurang ahli (kurang mampu). Jika pembuatan
rencana kurang baik, kurang sempurna karena penyusunannya tidak melibatkan pakar
dalam perencanaan maka akan sulit pelaksanaannya. Atau rencana yang disusun hanya
merupakan daftar keinginan, bahkan suatu yang akan dilaksanakan dalam pencapaian
suatu tujuan organisasi. Oleh karena itu sebagai seorang perencana yang baik diperlukan
keterampilan teknik secara substantial dan kemampuan teknik perencanaan serta
didukung oleh pengalaman yang cukup luas.

2.15. Kegagalan Perencanaan


Perencanaan adalah suatu tindakan di masa depan dengan berpatokan pada kondisi
sekarang dan masa lampau , sehingga sangat mungkin tidak berhasil mencapai tujuannya.
Hal ini disebabkan karena banyaknya hambatan yang dihadapai para perencana dan
pelaksana rencana itu sendiri. Salah satu unsur kegagalan perencanaan adalah penyusunan
perencanaan tidak tepat yang disebabkan antara lain 1). Informasinya kurang lengkap, 2).
Metodologinya belum dikuasai, 3). Perencanaannya tidak realistis sehingga tidak mungkin
pernah bisa terlaksana dan 4) Pengaruh politis terlalu besar sehingga pertimbangan-
pertimbangan teknis perencanaan diabaikan.
Perencanaannya yang dilakukan mungkin telah mencapai kriteria yang diharapkan
sehingga dapat diapandang termasuk tingkatan baik, tetapi pelaksanaannya tidak seperti
seharusnya atau yang diharapkan. Dengan demikian kegagalan Perencanaan dapat
disebabkan:
1. Perencanaan mengikuti paradigma yang ternyata tidak sesuai dengan kondisi dan
perkembangan serta tidak dapat mengatasi masalah mendasar negara berkembang.
Misalnya, orientasi semata-mata pada pertumbuhan yang menyebabkan makin melebarnya
kesenjangan. Dengan demikian, yang keliru bukan semata-mata perencanaannya, tetapi
falsafah atau konsep di balik perencanaan itu.
2. Prencanaan diartikan sebagai pengaturan total kehidupan manusia sampai yang paling kecil
sekalipun. Perencanaan di sini tidak memberikan kesempatan berkembangnya prakarsa
individu dan pengembangan kapasitas serta potensi masyarakat secara penuh. Sistem ini
bertentangan dengan hukum penawaran dan permintaan karena pemerintah mengatur
semuanya. Perencanaan seperti inilah yang disebut sebagai sistem perencanaan terpusat
(centrally planned system).
3. Kegagalan terjadi karena tidak berkaitnya perencanaan dengan pelaksanaannya.
4. Aparat pelaksana tidak siap atau tidak kompeten,

61
5. Masyarakat tidak punya kesempatan berpartisipasi sehingga tidak mendukungnya.
Penyebab kegagalan perencanaan (pembangunan) sebenarnya dapat saja dihindari
jika sistem perencanaan yang dibangun dapat mendorong berkembangnya mekanisme pasar
dan peran serta masyarakat. Dalam sistem ini perencanaan dilakukan dengan menentukan
sasaran-sasaran secara garis besar, baik di bidang sosial maupun ekonomi, dan pelaku utamanya
adalah masyarakat dan usaha swasta.

Soal-soal:
1. Jelaskan penegrtian dan pebedaan Rencana, Program, Sasaran dan Tujuan
2. Apa beda Sifat dan Tipe Perencanaan, jelaskan.
3. Sebutkan kemudian uraikan disertai dengan contoh ciri rencana yang baik
4. Jelaskan jensi-jenis perencanaan (termasuk perencanaan pembangunan)
5. Jelaskan arti dan fungsi perencanaan
6. Jelaskan tahap dan proses perencanaan pada umumnya
7. Apa yang dimaksud dengan aspek perencanaan. Jelaskan lengkap dengan contoh
8. Apa yang dimaksud koordinasi perencanaan. Sejauhmana pentingnya koordinasi
tersebut dalam perencnaan
9. Apa yang dimadus dengan metotologi perencanaan
10. Jelaskan hambatan-hambatan dalam perencanaan
.

62
Bab 3
PEMBANGUNAN

3.1. Pengertian Pembangunan


Pembangunan pada awalnya merupakan upaya secara sadar untuk meningkatkan
perekonomian suatu negara terkelakang melalui peningkatan produksi atau pendapatan per
kapita. Paradigma ini berkembang sekitar tahun 1960-an dan telah memberikan hasil yang
tidak menggembirakan dimana produk nasional atau PDB meningkat tetapi taraf hidup
sebagaian besar masyarakat malah terjadi sebaliknya. Peningkatan PDB begitu berarti tapi tetap
bertambah orang miskin, sehingga gap antara si kaya dan si mskin maki melebar. Hal ini terus
berproses dalam perkembangannya, sehingga terjadi penyesuaian yang berarti. Dengan kata
lain pembangunan tidak semata berhubungan dengan peningkatan atau perabaikan bidang
ekonomi, tetapi mrncakup perubahan yang mendasar dalam berbagai kehidupan masyarakat.
Pembangunan diartikan sebagai suatu perubahan dan merupakan suatu yang
semestinya terjadi dalam suatu masyarakat, baik masyarakat maju maupun masyarakat yang
sedang berkembang. Selain dari pada itu, pembangunan diartikan sebagai suatu pertumbuhan
dan merupakan suatu rangkaian tindakan atau usaha yang dilakukan secara sadar oleh
masyarakat. Selain pertumbuhan, juga pemerataan menjadi tujuan utama pembangunan.
Kedua konsep ini jelas berbeda bahkan bertentangan antara satu sama lain, namun keduanya
menjadi ukuran utama keberhasilan sutau pembangunan. Kedua konsep ini dapat terlaksana
sendainya dapat digunakan potensi sumber daya yang ada dan bahkan jika diperlukan tak
ada salanya memakai bantuan luar negari, yang semuanya dilakukan dengan perencanaan
yang matang.
Pembangunan bersifat multidimensional, mencakup seluruh kebutuhan masyarakat untuk
mengarah kepada taraf hidup yang lebih berkualitas. Pembangunan berkenaan dengan seluruh
aspek kehidupan dalam upaya perubahan dan peningkatan kemampuan masyarakat,
khususnya dalam bidang ekonomi.
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang mewujudkan suatu kondisi
yang lebih baik dari sekarang baik secara material maupun spiritual. Sehubungan dengan itu
diperlukan suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh setiap individu yang bernaung dalam
suatu sistem kemasyarakatan guna mencapai hasil akhir yang diinginkan. Selain pengertian itu,
pembangunan juga disebut sebagai suatu pertumbuhan yang merupakan kemampuan suatu
kelompok untuk terus berkembang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pertumbuhan di
sini mencakup, seperti ekonomi, sosial dan politik yang berjalan seirama dengan keadaan yang
saling menunjang. Pembangunan sebagai suatu rangkaian tindakan atau usaha yang dilakukan
secara sadar oleh masyarakat yang bernaung dalam suatu sistem kemasyarakatan guna
mencapai hasil akhir yang diinginkan. Dalam hal ini diharapkan suatu kesadaran yang tidak
terbatas pada kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat, tetapi meliputi seluruh warga
pada semua lapisan dan tingkatan serta timbul dalam diri sendiri. Pembangunan diharapkan
bermuara pada suatu titik akhir tertentu seperti masalah keadilan sosial, kemakmuran yang
merata, kesejahteraan material, mental dan spiritual dan sebagainya.
Pembangunan adalah suatu kegiatan untuk mencapai cita-cita suatu masyarakat untuk
memperbaiki kehidupan, serta secara sadar dan terencana telah dan akan terus berlangsung.
Atau dengan perkataan lain, pembangunan merupakan tindakan atau usaha yang dilakukan
secara sadar untuk melakukan perubahan-perubahan yang mendasar terhadap sikap mental,
struktur sosial dan lembaga-lembaga masyarakat, yang ditujukan untuk memacu pertumbuhan

63
ekonomi, tanpa mengabaikan sektor lainnya, seperti misalnya mengurangi tingkat kemiskinan
dan pemerataan hasil yang diperoleh. Sedangkan menurut Todaro (1995), pembangunan adalah
proses menuju perbaikan taraf hidup masyarakat secara menyeluruh dan bersifat dinamis.
Pembangunan ekonomi merupakan salah satu dimensi saja dalam perpektif
pembangunan sosial budaya suatu bangsa. Sedangkan tujuan pembangunan sosial budaya
secara umum adalah mewujudkan sistem sosial dan peradaban bangsa yang bermanfaat bagi
seluruh bangsa. Dengan demikian pembangunan sosial budaya merupakan landasan nyata bagi
perkembangan politik dan ekonomi yang selaras dengan nilai-nilai kemanusian yang luhur,
yang dianut masyarakat bangsa yang bersangkutan.
Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat.
Sehubungan dengan hal ini Todaro (1994; 18) menyatakan bahwa pembangunan bertujuan: 1).
Meningkatkan kemampuan masyarakat dan memperluas distribusi kebutuhan pokok, 2).
Meningkatkan taraf hidup masyarakat, dan 3). Memperluas pilihan-pilihan masyarakat baik
bersifat ekonomi maupun sosial. Sedang Meier (1964; 494) menyatakan bahwa prinsip dasar
pembangunan adalah alokasi sumber daya sedemikian sehingga dapat meningkatkan nilai atau
manfaat sumber daya tersebut. Dengan demikian tujuan utama pembangunan adalah
peningkatan kemampuan masyarakat, distribusi berbagai macam barang kebutuhan pokok,
peningkatan standar hidup dan perluasan pilihan-pilihan ekonomi dan sosial.
Pembangunan ekonomi akan menimbulkan pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi adalah
peningkatan dalam kapasitas (kemampuan teknologi produksi) suatu bangsa dalam jangka
panjang untuk memproduksi aneka barang dan jasa bagi rakyatnya (Sicat, 1991; 345) Sedang
pertumbuhan atau perkembangan ekonomi dapat dicapai melalui syarat-syarat: 1). Indigenous
forces, 2). Mobilitas faktor-faktor produksi, 3). Akumulasi kapital, 4). Arah investasi yang
sesuai dengan kebutuhan, 5). Penyerapan kapital, dan 6). Stabilitas dan nilai serta lembaga-
lembaga yang ada (Baldwin dan Meier dalam Irawan, 1995; 172).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pada dasarnya ada tiga inti nilai
pembangunan, yaitu: 1). Kecukupan (Sustenance), menghilangkan keterbelakangan absolute, 2).
Harga diri (self esteem), dorongan untuk maju dan menghargai diri sendiri dan 3). Kebebasan
(freedom), kemerdekaan manusia, bebas dari sikap menghamba. Ketiga intilah yang
merupakan tujuan utama yang akan dicapai dapam proses pembangunan.
Secara lebih khusus lagi, tujuan pembanguana ekonomi adalah peningkatan pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan kesempatan kerja. Tingkat pertumbuhan dapat disajikan sebagai rasio
tabungan terhadap pendapatan dibagi rasio pertambahan modal terhadap output. Menurut
pernyataan ini, tingkat pertumbuhan bisa dinaikkan dengan 2 (dua) cara, yaitu melalui
peningkatan bagian pendapatan nasional yang ditabung dan kedua penurunan rasio
modal/output yang berarti peningkatan daya hasil dari modal melalui peningkatan teknologi
yang efisien. Jadi pembangunan ekonomi adalah usaha yang dilakukan secara sadar dan
berencana guna merubah suatu sistem perekonomian yang lebih maju, dapat dinyatakan sebagai
usaha peningkatan dan pemerataan pendapatan kepada seluruh lapisan masyarakat melalui
suatu proses multidimensial dan melibatkan reorganisasi dari semua sistem ekonomi baik
dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Konsep pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomit memiliki persamaan dan
perbedaan. Persamaannya masing-masing menunjukkan perkembangan pertambahan output
atau nilai tambah dari waktu ke waktu. Sedangkan perbedaannya terletak pada waktunya.
Pertumbuhan ekonomi berkifdaitan dengan jangka pendek sedang pembangunan ekonomi

64
kenaikan ouput dalam jangka panjang, sehingga tidak saja ouput atau nilai bertambah tapi juga
perubahan pola sekap dan pemikiran masyarakat.

3.2.Ekonomi Pembangunan dan Pembangunan Ekonomi


Ekonomi Pembangunan adalah salah salu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
tentang pembangunan perekonomian masyarakat di negara berkembang atau Suatu cabang ilmu
ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang
berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya
negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.
Pembagunan ekonomi adalah proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk
suatu masyarakat meningkatkan atau Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan
ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya atau Suatu proses yang menyebabkan pendapatan
perkapita penduduk meningkatkan dalam jangka panjang.
Meningkatnya pendapatan perkapita merupakan cerminan dari timbulnya perbaikan dalam
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tujuan pembangunan ekonomi adalah menciptakan
pertumbuhan GNP. Pertumbuhan GNP ditunjukkan dengan meningkatnya mutu pendidikan,
menambahnya penghasilan pertanian, kurangnya angka kemiskinan, dan bertambahnya modal
Negara. Sedang Manfaat pembangunan ekonomi yaitu : 1). Meningkatnya GNP, 2).
Mengurangi pengangguran, 3). Meningkatkan kemakmuran, 4). Pengelolaan alam yang lebih
baik dan 5). Pengumpulan modal.

3.4. Teori Pembangunan Ekonomi


Perang Dunia II yang berakhir pada tahun 1945 telah mendorong pemikir –pemikir
Barat untuk memahami dan sekaligus memberikan arah pembangunan di negara-negara Dunia
Ketiga. Dalam kerangka ini muncul berbagai teori pembangunan, dengan berbagai variasinya,
termasuk variasi ideologis yang mendasari teori-teori tersebut. Secara umum, terdapat dua kubu
besar teori-teori pembangunan yakni teori-teori modernisasi dan teori-teori ketergantungan.
Teori modernisasi menekankan pada konvergensi proses ekonomi, politik dan sosial ke arah
modernitas, sementara teori ketergantungan yang merupakan antitesis teori modernisasi,
menekankan pada aspek keterbelakangan dari negara-negara bekas jajahan atau negarap-negara
Dunia Ketiga. Kedua kubu teoretis tersebut dianggap gagal. Di satu sisi, realitas yang ada di
negara-negara dunia ketiga sebagai obyek pembangunan tetap ditandai oleh berbagai indikator
keterbelakangan, di sisi lain negara-negara Barat mengalami kemajuan yang semakin pesat.
Kebuntuan dalam studi pembangunan ini mendorong perkembangan kritik terhadap teori-
teori pembangunan yang dominan. Kritik terhadap teori-teori pembangunan ini bukan hanya
menekankan pada kritik terhadap strategi-strategi pembangunan yang dominan, tetapi juga
terhadap studi pembangunan dan bahkan konsep pembangunan itu sendiri. Dalam artian yang
terakhir, teori pembangunan telah bergeser dari teori tentang kebijakan ke arah wacana tentang
pembangunan (Apter, 1998).
Teori pembangunan Ekonomi banyak macamnya dan ragamnya, karena masing-
masing teori memiliki ciri, pola pemikiran tersendiri sehingga untuk membedakannya
diperlukan analisis yang mendalam baik dari segi waktu, pokok pikiran dan peranannya
dalam negara terbelakang atau berkembang.

65
Dekade 1950-an dan 1960-an, para teorisi cenderung memandang proses pembangunan
sebagai serangkaian tahapan pertumbuhan ekonomi yang berurutan, yang pasti akan dialami oleh
setiap negara yang menjalankan pembangunan. Pandangan ini merupakan suatu bentuk teori
ekonomi yang menyoroti pembangunan dengan indicator utama kuantitas dari tabungan
nasional, penanaman modal dan bantuan asing dalam jumlah yang tepat. Kesemuanya itu harus
sedapat mungkin diupayakan serta diadakan oleh negara-negara Dunia Ketiga agar mereka juga
dapat menapak jalur-jalur pertumbuhan ekonomi modern yang menurut sejarahnya telah dilalui
dengan sukses oleh negara-negara yang sekarang maju. Dengan demikian, pembangunan itu
diidentikkan dengan pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat.
Teori pembangunan ekonomi pada dasarnya dapat dibagi kepada Aliran Analitis dan
Aliran Historis. Aliran analisis menguraikan teori pembangunan ekonomi secara logis dan
konsisten dan mengabaikan penjelasan secara historis, seperti teori klasik. Aliran historis
menguraikan atau menjelaskan proses pembangunan dari segi pentahapannya, sperti teori
Rostow. Di sisi lain, teori pembangunan ekonomi secara rinci, dapat dikelompokkaan sebagai
1. Teori Pertumbuhan Klasik, yang sering disebut sebagai capital fundamentalism, yang
terdiri
a. Teori Pertumbuhan Linear Adam Smith
Adam Smith (1723-1790) adalah bapak dari ilmu ekonomi modern dan pelatak dasar
dari teori-teori pemabngunan. Bukunya membahas wealth of nation dengan
judul An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776)
dengan tema utamanya adalah negara mengalami proses partumbuhan dari
pendapatan total atau GNP dan jumlah penduduk. Inti utama teori pertumbuhan
Linear ini adalah Spesialisasi yang dapat menciptakan peningkatan keterampilan
pekerja dan penemuan mesin-mesin yang menghemat tenaga. Spesialisasi akan
terjadi jika tahap pembangunan ekonomi telah menuju ke sistem perekonomian
modern yang kapitalistik. Sesuai dengan aliran dalam system ekonomi klasik,
dimana pasar bebas yang merupakan inti dari suatu perekonomian, yang
membutuhkan persaingan baik dianatra individu maupun kelompok masyarakat.
Hal ini akan membawa ke arah perlunya modal sebagai kunci utama dalam
keberhasilan pembangunan. Modal merupakan salah faktor produksi yang selalu
langkah pada Negara-negara yang kurang maju (apalagi Negara miskin), pada hal
sangat diperlukan untuk melakukan investasi yang strategis dalam berbagai bidang
pembangunan. Menutu Smith Tingkat bunga yang tinggi akan mendoromg para
pemilik modal untuk meminjamkan modalnya sehingga masyarkat dapat melakukan
investasi. Namun jika turun dan mencapai level paling rendah akan mndorong
untuk melakukan Investasi yang akan menghasilkan lebih banyak barang yang dapat
dijangkau oleh masyarakat. Jadi jelas tingkat bunga naik atau turun tetap ada
investasi yang akan mendorong kepada peningkatan pendapatan bagi seluruh
masyarakat.
b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Recardo
Recardo (1917) melanjutkan dari Teori Adam Smith, dimana dalam suatu
perekonomian terdapat tiga kelompok masyarakat, yaitu tuan tanah , kapitalis dan
buruh. Sehingga pendapatan Negara bersal dari ketiga golongan masyarakat tersebut.
Inti utama dari pemikiran Recardo adalah pemupukan nodal.
Pemupukan modal merupakan keuntungan sebab keuntungan merupakan kekayaan
yang disisihkan untuk pembentukan modal sedangkan pemupukan modal itu sendiri

66
tergantung pada kemampuan dan kemauan untuk menabung. Selanjutnya
Kemampuan menabung tergantung pada penghasilan bersih masyarakat, sedang
penghasilan bersih tergantung pada tingkat keuntungan dan kenaikan upah. Sumber
lain pemupukan modal adalah pajak, tabungan dan perdagangan bebas.
Menurut Recardo, pemupukan modal tidak selalu dapat dilakukan, sehingga pada
suatu saat akan terjadi keadaan Stasioner karena kecendrungan alamiah, yaitu
keadaan dimana tidak terjadi sama sekali perkembangan ekonomi. Hal tersebut
terjadi akibat perkembangan penduduk yang cepat akan memperbesar jumlah
penduduk hingga dua kali lipat dalam satu generasi sehingga akan menurunkan
kembali tingkat pembangunan ke taraf yang lebih rendah. Pada tingkat ini pekerja
akan menerima upah subsisten.
Adanya kemajuan teknologi menurut Ricardo tetap tidak dapat menghalani terjadinya
stationary state tetapi hanya mampu mengundurkan masa terjadinya kedaan stationary
tersebut. Keadaan stationary hanya dapat dielakkan apabila tuan tanah bersedia
menggunakan sewa tanah yang diterima untuk pembentukan modal
c. Teori Pertumbuhan Robert Malthus
Thomas Robert Malthus berpendapat bahwa proses pembangunan tidak terjadi
dengan sendirinya tetapi memerlukan usaha yang konsisten dari rakyat. Berbeda
dengan Recardo, Malthus berpendapat bahwa bahwa perekonomian terlebih dahulu
akan mengalami kemerosotan beberapa kali sebelum mencapai tingkat tertinggi dari
pembangunan. Menurutnya pula proses pembangunan adalah suatu proses naik
turunnya aktivitas ekonomi lebih daripada sekedar lancar tidaknya aktivitas
ekonomi.Pertumbuhan penduduk saja tidak cukup untuk berlangsungnya
pembangunan ekomi, malahan pertumbuhan penduduk adalah adalah akibat dari
proses pembangunan. Pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kesejahteraan
hanya bila pertumbuhan tersebut meningkatkan permintaan efektif.
Proses akumulasi modal merupakan factor paling penting bagi pembangunan
ekonomi. Sumber akumulasi modal adalah laba yang berasal dari tabungan para
pemilik modal dan bukannya berasal dari pengurangan pengeluaran pada barang-
barang mewah— jika pengeluaran untuk konsumsi dikurangi justru perekonomian
akan lamban.
Malthus menyarankan adanya pertumbuhan berimbang antara sector pertanian dan
sector industry, upaya untuk menaikkan permintaan efektif dengan cara
pendistribusian kesejahteraan dan pemilikan tanah secara lebih adil perlunya
melakukan perluasan perdagangan internal dan eksternal.
Kelemahan yang dimiliki oleh teori Malthus adalah 1). Stagnasi sekuler tidak
melekat pada akumulasi modal karena pada kenyataannya konsumsi rendah bukanlah
suatu gejala tetap namun hanya sementara, dan 2). Pandangan negative terhadap
akumulasi modal. Menurut kenyataan akumulasi modal tidak menyebabkan
berkurangnya permintaan atas barang-barang konsumen dan turunnya laba.
d. Teori Pembangunan Arthur Lewis dan Rannis-Fey
Teori Pembangunan Arthur Lewis
Model Perubahan Struktural Teori Pembangunan Lewis: Transformasi struktural
(structural transformation) – Model dua-sektor Lewis (Lewis two-sector model)
Perubahan Struktural dan Pola-pola Pembangunan. Transformasi Struktural
(Structural Transformation) proses pengubahan struktur industri dari suatu

67
perekonomian agar kontribusi sektor manufaktur terhadap pendapatan nasional
(national income) lebih tinggi daripada sektor pertanian. Dapat juga diartikan sebagai
perubahan komposisi industri dalam perekonomian. Misalnya: primary sector,
secondary sector, dan thertiary industrial sector.
Lewis Two-Sector Model (Model dua-sektor Lewis) adalah teori pembangunan yang
menyatakan bahwa jika surplus tenaga kerja (surplus labor) dari sektor pertanian
tradisional bisa dialihkan ke sektor industri modern yang daya serap tenaga kerjanya
semakin tinggi, maka hal itu akan mempromosikan industrialisasi dan dengan
sendirinya akan memacu adanya pembangunan secara berkesinambungan.
Lewis (1954) menganalisa proses ekspansi ekonomi dalam sektor kapitalis.
Hubungan fundamentil kedua sektor ini adalah jika sektor kapitalis berkembang,
maka sektor ini menarik tenaga kerja dari sektor non kapitalis. Sektor industri
(sektor kapitalis) menghasilkan output. Dari output ini dibayarkan upah bagi pekerja
dan sisanya merupakan ongkos produksi dan keuntungan bagi pengusaha.
Keuntungan pengusaha ini apabila diinvestasikan lagi maka akan meningkatkan
permintaan tenaga kerja.
Perpindahan tenaga kerja ke sektor industri dari sektor pertanian tradisional akan
meningkatkan tingkat upah pada sektor yang disebut terakhir melalui peningkatan
produktivitas tenaga kerja. Dengan demikian kedua sektor tersebut mengalami
peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Ranis- Fei memperdalam model Lewis, yang tidak hanya menjelaskan proses
pembangunan pada sektor industri, tetapi sektor pertanian dibahas secara lebih
mendalam. Kelebihan tenaga kerja pada sektor pertanian dibagi menjadi
pengangguran terbuka dan pengangguran tersembunyi. Selanjutnya berdasarkan
produksi batas, proses pembangunan dibagi menadi 3 (tiga) tahap: 1). Tahap
pertama, dimana tenaga kerja masih berlebihan dan marginal produksi (MP L) = 0,
2). Tahap kedua, dimana kelebihan tenaga kerja sudah tidak ada, tetapi masih ada
pengangguran tersembunyi, 3). Tahap ketiga dimana marginal produksi telah
melebihi upah institusional (upah yang terbentuk di luar mekanisme pasar) (
Herrick, 1983; Sadono Sukirno, 1985; 139).
Teori Lewis dibatasi dengan asumsinya baik secara eksplisit maupun secara implisit.
1). Secara eksplisit teori ini berasumsi pasar persaingan sempurna sebagaimana teori
Klasik dengan keuntungan maksimum MR=MC atau w = MP L, 2). Selama
penawaran tenaga kerja masih jauh dari yang diperlukan, upah tidak akan naik. Selain
dari pada itu juga terdapat asumsi secara implisit 1). Tingkat perpindahan tenaga
kerja dan penciptaan lapangan kerja adalah proporsional dengan tingkat akumulasi
modal, 2). Surplus tenaga kerja terdapat di pedesaan, sementara di kota
terdapat full-employment, dan 3). Upah riel di kota terus menerus konstan sampai
penawaran tenaga kerja yang berlebihan habis terserap.
Tanpa mengabaikan kekurangannya, model Lewis memiliki kelebihan/keunggulan
karena telah mampu menggambarkan secara umum pembentukan kapital di negara
berkembang. Pada dasarnya telah mampu menunjukkan perbedaan struktural dan
ekonomi antara desa dan kota dan menunjukkan pentingnya transfer tenaga kerja.

2. Teori Pembangunan Karl Marx

68
Teori Mark (1818-1883) menerangkan tentang evolusi dari proses perubahan
masyarakat dari tingkat paling rendah ( masyarakat primitif) sampai tingkat paling
tinggi (masyarakat sosialis) yang diantarai oleh masyarakat kapitalisme.
Masyarakat berkembang dengan proses evolusi dari masyarakat yang memiliki
faktor produksi sangat rederhana dengan produktivitas yang sangat rendah, hidup
dengan system feodalisme, suatu masyarakat dengan system kehidupan yang
sangat sederhana, tidak mengenal perbaikan kehidupan di masa depan, karena
produksinya sekedar untuk dikonsumsi saat ini.
Namun demikian masyarakat ini mengalami perubahan, karena membaiknya faktor
produksi sehingga melahirkan proses pertukaran yang semakin efisien,
mengakibatkan pengusaha menperoleh pendapatan atau keuntungan yang terus
bertambah. Akhirnya dalam masyarakat terbentuk dua kelas, yaitu masyarakat
pemilik modal dan masyarakat pekerja. Selanjutnya perekonomian berlangsung
terus, akhirnya tercipta dua kelas dalam masyarakat yang sangat berbeda bahkan
bertentangan satu sama lain yaitu kelas pengusaha (majikan) dan kelas pekerja
atau budak.
Perkembangan selanjutnya adalah system perbudakan dapat dirubah sehingga
budak dapat melepaskan diri dari belenggu majikan. Namun demikian proses
perbudakan tersebut tidak dapat berjalan dengan cepat (secara evolusi) sehingga
para kaum feodal ( dari kelurga bangsawan dan raja) yang memiliki faktor
produksi yang dominan. Di lain pihak kaum budak juga masih memiliki tanah atau
faktor produksi, tetapi tidak cukup untuk dikelola untuk menopang keperluan untuk
hidupnya. Sampai kepada puncaknya, kelas feudal ini, akhirnya akan runtuh juga
yang disebakan karena semakin majunya pembangunan dalam suatu Negara.
Semakin tersedianya modal dan manajerial yang memadai membentuk suatu
persaingan yang tajam antara industry besar dan kecil, yang pada akhirnya
dimenangkan oleh industry-industri besar kerena dengan penggunaan teknologi
yang menciptakkan efsiensi proses produksi. Hal inilah yang mendorong
lahirnya masyarakat kapitalis, menggantikan masyarakat feodalisme.
Masyarakat kapitalis yang sifatnya adalah individualime memiliki keuntungan
yang lebih besar yang kemudian akan diinvestasikan lagi sehingga menguasai
perekonomian dan para pekerja semakin mendapat kesulitan dalam memenuhi
kehidupannya, karena sumber daya telah dikuasai oleh masyarakat kapitalis,
mengakibatkan terjadinya pengangguran yang semakin memburuk, akhirnya juga
mengalami keruntuhan
Menurut Marx benih utama keruntuhan kelas kapitalisme adalah kelas buruh atau
pekerja yang mengadakan perlawanan dan mengambil kontrol terhadap kapital
yang akhirnya membentuk perekonomian sosialis. Sistem sosialis dicirikan dari
pada kepemilikan bersama atas alat dan factor-faktor produksi, dan faktor tersebut
merupakan hasil dari kebudayaan modern ( sangat berbeda dengan masyarkat
komunal promitif). Menurut teori ini produksi dan konsumsi dapat tumbuh tanpa
ada perbedaan dan pertentangan antar kelompok dalam masyarakat, akhirnya
memunculkan tatanan sosial alternatif yaitu masyarakat sosialis.

69
3. Teori Pertumbuhan Neo Keynes
Teori pertumbuhan Neo Keynes merupakan suatu analisis pertumbuhan yang
didasarkan pada analisis Keynes sehingga analisisnya banyak menekankan
pentingnnya modal atau investasi dan saving dalam meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Dalam teori ini persyaratan utama yang harus dipenuhi dalam
perekonomian adalah penggunaan modal sepenuhnya yang selalu bertambah dari
waktu ke waktu
Sama dengan Model pembangunan Rostow, Harrod-Domar secara implisit ternyata
mengasumsikan adanya sikap-sikap dan pengaturan yang sama di negara- negara
terbelakang. Akan tetapi, asumsi itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di
negara-negara Dunia Ketiga. Negara-negara tersebut masih sangat kekurangan
faktor-faktor komplementer yang paling penting seperti halnya kecakapan manajerial,
tenaga kerja yang Sufficient Condition (Syarat Cukup) Suatu kondisi atau syarat yang
harus dipenuhi guna memungkinkan sesuatu hal bisa terjadi. Jadi teori Harror-
Domar menekankan anlisisnya dari segi permintaan masyarakat, bukan dari segi
penawaran. Penaman modal yang berfungsi untuk mempertinggi kapasitras alat-
alat modal dan juga mempertinggi pengeluaran masyarakat. Mempertinggi
pengeluaran masyarakat justru menjadi hal yang utama dalam teori ini, sesuai
dengan penekanan dari teori Keynes yang mendasarkan analsisnya dari segi
permintaan. Teori ini akan dibahas secara mendalam pada bagian berikutnya.

4. Teori Pembangunan Neo-Klasik


Teori Neo Klasik hadir sebagai tnadingan dari teori Neo Keynesian, diperlopori oleh
Robert Solow (1956) yang kemudian dikembangkan oleh ahkli ekonomi lain, seperti
J.E.n Meade (1961). Solow memenangkan hadial Nobel Ekonomi pada tahun 1987 atas
jasa-jasanya dalam bidang ekonomi, khususnya dalam teori pertumbuhan ekonomi yang
dipeloporinya. Teori ini berkembang sejak tahun 1950-an berdasarkan analisis-analisis
pertumbuhan ekonomi yang berlandasarkan pada pandangan ekonomi klasik.

Solow setelah mempelajari secara cermat model Harrod-Domar membanguan teorinya


dengan menggunakan asumsi-asumsi sebagai:

a. Ada sustu gabungan yang diproduksi


b. Proses produksi bersifat constant return to scale
c. Tanaga kerja dan modal dibayar sesuai dengan produktivitas marginal fisiknya
d. Harga dan upah fleksibel
e. Terjadi subtitusi Tenaga kerja dan modal atau berada pada tingkat pekerjaan penuh
(full employement)
f. Kemajuan teknologi bersifat netral.

Solow menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas (1928) yang menyatakan


bahwa tidak mungkin fungsi produksi itu bersifat linier, karena berlakunya the law
of diminishing return. Dengan demikian Cobb bersama Douglas membuat suatu
fungsi yang berorientasi kepada pemikiran-pemikiran Neoklasik, yaitu fungsi

70
produksi Cobb-Douglas. Kelebihan dari fungsi adalah relatif lebih mudah
diselesaikan dibandingkan dengan fungsi lain, Koefisen regresi sekaligus
menunjukkan elastisitas dan Besaran elatisitas seklaigus menjukkan rertuns to scale.
Sedang Kelemahanmya adalah Spesifikasi varaibel yang keliru, Kesalahan
pengukuran variabel, Bias terhadap varaibel menjemen, Multicollinearity dan tidak
boleh ada data yang bernilai minus atau nol.
Jika fungsi Harrod Domar menunjukkan bahwa hanya ada satu cara atau titik
optimal untuk memproduksi output sektor ke-j dengan proporsi atau koefisien input
aij tertentu atau tidak terjadi subsitudsi antar input. Sementara fungsi Neokalisik
(funssi Cobb Douglas) yang memiliki isoquant-isoquant M1 dan M2 yang
melengkung pada expantion path menunjukkan terjadinya substitusi (Gambar 2 )

Neoklasik

(a) (b)
Gambar 2. Fungsi Harrod-Domar dan Fungsi Neoklasik

Salah satu perbedaan anatara Teori Neoklasik (gambar b) dan teori Neo Keynes adalah
sifat dari faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi (lihat Gambar..). Dalam
Gambar (a) terlihat bahwa fungsi produksinya berbentuk L, artinya sejumlah kapital dan tenaga
kerja hanya dapat dihasilkan produksi tertentu, dengan kata lain kapital dan tenaga kerja
tidak dapat bersubsitusi anatara satu sama lain. Sebagai contoh untuk menghasilkan tingkat
output sebanyak N1 maka hanya terdapat satu kombinasi antara kapital dan tenaga kerja,
yaitu tenaga kerja sebanyak L1 dan kapital sebanyak K1 demikian pula untuk N2 dan
seterusnya.
Hal yang sebaliknya terjadi pada gambar (b) diamana modal dan tenaga kerja dapat
bersubsitusi dengan baik. Artinya pada tingkat output tertentu dapat dihasilkan dengan
kombinasi kapital dan tenaga kerja yang bervariasi. Sebagai contoh, untuk menghasilkan
tingkat output sebesar M1, dapat digunakan dengan kapital K3 dan tenaga kerja sebesar L3,
atau kapital sebesar K2 dan tenaga kerja sebesar L2 dan juga dimungkinkan gabungan kapital
sebesar K3 dan jumlah tanaga kerja sebesar L3. Jadi jelas telihat bahwa perubahan tingkat
produksi pada teori Neo Klasik lebih mudah dibanding pada teori Neo Keynes (Harrod-Domar).
Dari keterangan ini juga dapat dikatahui bahwa Capital ouput Ratio (COR) pada teori teori
Neo Klasik dapat berubah sedang pada teori Neo Keynes (Harrod-Domar) tidak dapat

71
berubah, sebab teori Neo Klasik mendasarkan analisisnya dalam jangka panjang sementara
teori Harrod-Domar adalah jangka pendek, merupakan berbedaan prinsip dari keduanya.

5. Teori Schumpeter
Teori Schumpeter menjelaskan tentang Jalannya Perkembangan Ekonomi dalam suatu
Negara. Menurut Joseph Schumpeter (1934) perkembangan ekonomi bukan merupakan proses
yang harmonis atau pun gradual, tetapi merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus
(Discom-Tinuous), yaitu merupakan gangguan-gangguan terhadap keseimbangan yang telah ada.
Perubahan dalam selera konsumen memang ada tetapi perubahan itu bersifat gradual atau sedikit
demi sedikit. Kombinasi-kombinasi baru ini dilaksanakan oleh wiraswasta (Enterpreneur),
mereka ini adalah innovator yang melaksanakan kombinasi-kombinasi baru faktor produksi,
yang diartikan dengan inovasi dapat berbentuk lima hal.
1). Mengemukakan atau mengenalkan barang-barang baru atau barang-barang berkualitas baru
yang belum dikenal oleh konsumen.
2). Mengenalkan suatu metode produksi yang baru.
3). Pembukaan pasar baru bagi perusahaan.
4). Penemuan sumber-sumber ekonomi baru.
5). Menjalankan organisasi baru dalam industri.

Jadi individu adalah tiap perubahan dalam fungsi produksi yang akan membawah kenaikan hasil
produksi.

Lingkungan Sosial, Politik dan Teknologi yang


Menunjang Inovasi

Keuntungan Akumulasi
(Profit) Kapital
Perkembangan
Wiraswasta Inovasi Perbaikan
Teknologi

Inovasi Kenaikan
Output

Pertumbuhan

Pertumbuhan
Penduduk

Tabungan Akumulasi
Rutin Kapital
Masyarakat Tanpa Perbaikan
Teknologi

Gambar 3.1. Perkembangan Ekonomi


Sumber: Budiono, 1985.

72
6. Teori Pertumbuhan Rostow
Teori pertumbuhan Walt Rostow pada mulanya dimuat dalam suatu artikel
Economic Jurnal (1956) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan dalam
bukunya yang berjudul the Stages of Economic Growth (1960). Menurut Rostow
proses pembangunan ekonomi dalam sutu negara melalui lima tahap: 1). tahapan
tradisional (traditional society), dengan pendapatan per kapita yang rendah dan
kegiatan ekonomi yang stagnan; 2. tahapan pra tinggal landas (the precondition for
take-off), di mana tahap prakondisi bagi pertumbuhan dipersiapkan; 3. tahapan lepas
landas (the take-off), merupakan permulaan bagi adanya proses pertumbuhan
ekonomi secara berkesinambungan); 4. tahapan awal menuju ke kematangan ekonomi
(the drive to maturity); serta 5. tahapan produksi dan konsumsi tinggi (the age of
high mass-consumption)
Perekonomian tradisional ditandai dengan adanya kegiatan yang menonjol adalah
sektor pertanian yang masih sangat sederhana, dengan penggunaan factor produksi
yang sangat sederha pula sehingga produktivitas masyarakat ini sangat rendah.
Dalam system masyarakat yang paling banyak menonjol adalah pemilik tanah,
walaupun yang kekuasanaan bersifat sentral. Salah satu cirri dari masyarakat ini
adalah pemanfaatana teknologi dalam proses sangat rendah dan kemampuan
penguasaaan sumber daya sangat dipengaruhi oleh hubungan kekualurgaan.
Tahap prakondisi tanggal landas ditandai dengan masa transisi dimana masyarakat
mempersiapakan diri untuk mencapai pertumbuhan yang dibangun oleh kekuatan
dirinya sendiri (self-sustained growth). Salah satu cirri dari tahap ini adalah
Sektor pertanian yang memiliki peranan penting. Dengan perkembangan sector
pertanian maka kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi sekaligus menjadi
bahan baku bagi sector induistri, sehingga mendorong perkembangan industry.
Dengan demikian Investasi banyak dilkaukan pada sector infrastuktur, terutama
dibadang transportasi. Selain dari pada itu terjadi revolusi teknologi di bidang
pertanian dan Perluasan impor, termasuk impor modal. Hasil dari manajemen
akan diivestasuikan kembali pada sector yang lebih menguntungkan.
Tahap tinggal landas ditandai dengan perkembangan ekonomi dan politik yang
semakin tampak ke permukaan. Perkembangan sektor industri manufaktur terus
terjadi sehingga menjadi sector kunci atau sektor pemimpin (leading sector) dalam
pembangunan ekonomi. Hal ini akan mendorong laju Investasi yang semakin
menaik. Selain dari pada itu juga didukung oleh kerangka politik, sosial dan
institusional yang menimbulkan hasrat ekspansi di sektor modern dan memberikan
daya dorong pada pertumbuhan ekonomi secara terus menerus
Tahap menuju Kematangan kedewasaan dicirikan dengan Teknologi modern,
leading sektor baru muncul menggantikan yg lama. Tenaga kerja terdidik berubah
dari tidak terdidik menjadi terdidik Perubahan watak pengusaha dari pekerja keras
dan kasar menjadi manager yang effisien Masyarakat jenuh terhadap industrialisasi
dan menginginkan perubahan yang lebih jauh
Tahapan konsumsi tinggi (the age of high mass-consumption) ditandai paling
utama adalah pendekatan yang digunakan adalah sisi permintaan (demand side)
yang telah menggantikan sisi penawaran (supply side). Dari segi politik, wagra
negara mengalami kemajuan dalam pemikiran dan kebudayaan. Ukuran

73
kesejahteraan bukan terletak pada individu melainkan yang tinggi dalam
bernegra kesejahteraan masyarakat bersama dalam arti yang luas (welfare state).

6. Teori Post Keynesian


Teori Post Keynesian dipelopori oleh banyak akhli, khususnya Kaldor (1957) dan Joan
Robinson (1956), merupakan pengembangan dari teori Neo Keynes dan muncul
sebagai rekasi dari teori pertumbuhan Neo Klasik. Teori Post Keynes disamping
melibatkan dari faktor-faktor produksi sebagai penentu dari pertumbuhan ekonomi juga
dimasukkan juga faktor politik dan peranan sumber daya manusia. Teori ini sangat
percaya dengan permintaan efektif, suatu permintaan yang ditimbulkan langsung dari
peningkatan kemampuan atau pendapatan masyarakat, hal ini didukung pendapatnya
bahwa harga ditentukan oleh perusahaan bukan pasar. Dari konsumsi, dinyatakan
bahwa terdapat hirarki dalam kebutuhan, sehingga terdapat kebutuhan primer atau
kebutuhan dasar yang harus dipemuhi terlebih dahulu, tidak semua barang
dinaggap sama, dan tidak semua dapat disubstitusikan.
Teori ini Post Keynes sangat fleksibel dengan perkembangan peradaban manusia
sekarang ini, sehingga sangat sesuai dipakai untuk perencanaan pembangunan, karena
memang teori ini di dasari oleh pendapat Keynes yang menekankan pentingnya
campu tangan pemerintah dalam perekonomian, walaupun teori ini banyak mengeritik
keterbatsan dari teori Keynes, sebagai yang telah dikemukakan di atas. Jadi Teori post
Keynes memndang perlunya diperhatikan factor- factor politik didsamping factor
ekonomi dalam pembangunan suatu Negara.

7. Konsep Pertumbuhan Seimbang dan Tidak Berimbang

Teori Pemabangunan seimbang (balance) menitikberatkan pada upaya pembangunan


yang dilakukan secara serentak di berbagai sector atau wilayah dengan melakukan
Investasi secara besar-besaran, sehingga strategi atau teori disebut juga teori usaha
besar-besaran (big push theory). Investasi yang dilakukan pada masa awal
pembangunan jauh melebihui dari pada Investasi sebelum dilakukan pembangunan.
Konsep pembangunan seimbang pertama dicetuskan oleh Nurkse (1953), namun
dikembangkan pertamakali oleh Rosenstein –Rodan (1953). Keduanya mengajurkan
untuk melakukan invetasi yang lebih besar di daerah yang kurang maju di banding
daerah atau wialyah yang maju, agar derah yang kurang maju cepat mengalami
perkembangan ekonominya. Pembangunan seimbang ini akan menimbulkan extenalists
(positif) dari suatu sector/wilayah ke sector/ wilayah sektor lainnya, sehingga
masing-masing menimbul;kan dampap positif bagi pembangunan secara keseluruhan.
Bertentangn dengan teori pembangunan seimbang, teori pembangunan tidak
seimbang (unbalance) yang dipelopori oleh Albert O. Hirchman (1958). Dalam teorinya
terdapat konsep leading sector (sector pemimpin) atau key sector (sector kunci) yang
akan mendorong sector –sektor lainnya karena mendapat rangsangan dari sector kunci
tersebut.
Strategi Hirchman: "dengan sengaja tidak menyeimbangkan perekonomian, sesuai
dengan strategi yang dirancang sebelumnya, adalah cara yang terbaik untuk mencapai
pertumbuhan pada suatu negara terbelakang. Investasi pada industri atau sektor-sektor

74
perekonomian yang strategis akan menghasilkan kesempatan investasi baru dan
membuka jalan bagi pembangunan ekonomi lebih lanjut.

Pembnguanan tak seimbnag dalam industri produktif menurut Hirchman adalah


dengan menitikberatkan pada industri yang memiliki ketrakaitan ke belaknag
(backward linkage), suatu industri yang memberikan rangsangan atau pengaruh
terhadap industri yang menyediakan input sebagai inputnya. Dan sebaliknya
industri yang memiliki keterkaitan ke depan (forward linkage), suatu industri yang
memberikan pengaruh terhadap industri yang mengghunakan outputnya sebagai
input induteri tersebut.

8. Teori Leibenstein

Harvey Leibestein (1957) adalah salah seorang yeng mencetuskan bagaimana


masyarakat atau penduudk lepeas dari lingkaran kemiskinan (Vicious cycle) yang
membelenggu Negara-negara kurang maju. Untuk keluar dari belenggu tersebut
dicetuskan suatu teori yang dikenal dengan teori ―Upaya Minimum Kritis Leibenstein‖.
Tesisnya negara terbelakang dicekam oleh lingkaran setan kemiskinan yang membuat
mereka tetap berada di sekitar tingkat keseimbangan pendapatan per kapita yang rendah.
Untuk mengatasinya dengan "upaya minimum kritis" tertentu yang akan menaikkan
pendapatan per kapita pada tingkat di mana pembangunan yang berkesinambungan dapat
dipertahankan. Setiap ekonomi tunduk pada "goncangan" (yang menurunkan Y/cpt) dan
"rangsangan" (yang meningkatkan Y/cpt). Jalan keluar dari belenggu kemiskinan
adalah ‗upaya minimum kritis‘ tertentu yang akan menaikkan perdapatan per kapita pada
tingkat dimana pembangunan yang berkesinambungan dipertahankan.
Penduduk merupakan salah satu factor yang penting dalam teori ini, karena
merupakan fungsi dari pendapatan per kapita. Dengan laju pertumbuhan penduduk
yang semakin rendah akan membawa kepada pendapatan per kapita yang tinggi yang
akan memberikan pengaruh kepada laju pertumbuhan penduduk lagi. Teori ini
menggunakan pendekatan dinamik disertai rumusan matematik. Teori ini tidak
memhubungankan dengan factor social, sehingga tidak bnayk gunanya dalam
pelkasanaan pembangunan. Stmulius pendapatan per kapita adalah investasi baik
induced maupun autonomous.

9.Teori Dependensia
Teori ketergantungan (dependecia) pertama kali muincul pada tahun 1960-an, berasal
dari Amerika Latin, dipelopori oleh Paul A. Baran, menjelaskan bahwa
keterbelakangan negara-negara tidak berkembang (underdeveloved) dari Negara-
negara Amerika Latin yang dikenal sebagai masyarakat prakapitalis dalam suatu
sistem ekonomi kapitalis sehingga negara-negara tersebut tidak berdaya dalam suatu
sistem perekonomian wilayah. Teori Ketergantungan ini terbagai atas dua
aliran/golongan. Pertama adalah aliran Marxis serta Neo Marxis. Aliran ini
menggunakan kerangaka analisis dari teori Marx dan Neo Marxis tentang imperealisme,
dipelopori oleh Andre Gunder Frank, Theotonio Dos Santos, Rudolfo Stavenhagen,
Vasconi, Ruy Mauro Marini dan F.H. Cardoso. Aliran ini tidak membedakan secara

75
tajam antara struktur intern dan struktur extern karena kedua struktur tersebut bersal
dari sistem kapitalis dunia.
Golongan kedua adalah aliran non-Marxis yang dipelopori oleh Celso Furtado, Helio
Jaguaribe, Anibal Pinto dan Osvaldo Sunkel. Aliran ini melihat dari perpektif nasional
atau regional. Aliran ini memiliki paham bahwa sistem yang ada dalam negri berasal
dari intern sendiri. Penekanan pembangunan diharapkan meningkatan potensi diri
sendiri dalam negerri, walaupun tidak menutup adanya pengaruh dari varaibel ekstern.
Jadi yang mejadi sasaran pembanguan adalah SDM, atau rakyat dalam suatu negara.
Daerah-daerah pinggiran, karena persiangan ekonomi dan kekuasaan lahirlah
penjajahan oleh daerah-daerah kapitalis terhadap daerah-daerah pinggiran. Daerah
pinggiran hanya berfungsi sebagai penghasil bahan mentah dengan nilai tambah yang
sangat rendah dibanding dengan nilai tambah yang dihasilkan oleh daerah-daerah
metropolitan atau daerah- daerah industri. Hal inilah yang menimbulkan
ketergantungan yang sulit dielakkan dan terus menerus membelenggunya.
Terdapat dua aliran atau Mazhab ketergantungan, yaitu aliran Marxis serta Neo-Marxis
dan Non-Marxis. Aliran pertama menggunakan konsep imperalisme kerangka analisis
dari teori Marx dan Neo-Marxis. Aliran ini berjuang dalam kelas internasional, anatara
pemiliki modal (kapitalis) dan kaum buruh. Para kaum buruh (massa protelar yang
besar) bekerja dan berusha memperjuangkan haknya dalam upaya memperbaiki nasib
mereka dengan cara mengambil prakarsa dengan menumbangkan kekuasaan golongan
kelas pemerintah yang hanya menjadi alat dari pusat metropolitan yang merugikan.
Sehingga menurut aliran ini, resep pembangunan adalah revolusi. Aliran kedua ini
membedakan keadaan dalam negeri dan luar negeri. Aliran ini beranggapan bahwa
struktur dan kondisi intern pada umumnya dilihat sebagai faktor yang berasal dari sistem
itu sendiri, meskipun struktur intern ini di masa lampau dan masa kini dipengruhi oleh
faktor-faktor dalam negari dan luar negeri.
Teori ketergantungan ini diketahui sebagai awalnya berasal dari Amerika Latin, yang
kemudian berkembang ke seluruh pelosok negra-negara berkembang, khusunya di Asia
dan Afrika dengan menerangkan menggunakan kerangka teori ketergantungan. Seperti
Samir Amin di kawasan Afrika, Thomas Neiskopf dan Bharat Jhunjhunwala di Asia
dan lebih khusus lagi Sritua Arief dan Adi Sasono di Indonesia.
Teori ketergantungan juga pada umumnya mengabaikan faktor-faktor intern, sperti
struktur sosial budaya dan pola pelaku masyarakat-masyarakat prakolonial itu. Dengan
menyatakan bahwa kolonealisme dan neo-kolonealisme Barat sebagai faktor utama
yang bertanggung jawab atas keterbelakangan daerah-daerah pinggiran tersebut dan atas
maslah besar yang mernghalangi pembangunan di daerah-daerah tersebut. Dengan
demikian struktur sosial Budaya masyarakat –masyarakat prakolonial ini sebagai suatu
faktor penyebab penting dari keterbelakangan mereka, kurang diperhatikan oleh
penganut teori ketergantungan (Lincolin Arsyad, 1999).
Ketergantungan Neokolonial (Neocolonial dependence model) Suatu model yang dalil
utamanya menyatakan bahwa terjadi dan berlarut-larutnya keterbelakangan di negara-
negara Dunia Ketiga disebabkan oleh aneka kebijakan ekonomi, sosial, politik, dan
bahkan budaya eksploitatif yang dimainkan oleh negara-negara maju terhadap negara-
negara berkembang, sehingga tidak ubahnya ketika mereka memperlakukan wilayah
jajahannya di masa sebelumnya

76
3.6. Peranan Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi
Ilmu ekonomi pembangunan mengacu pada masalah-masalah perkembangan ekonomi di
negara-negara terbelakang. Dalam perkembangannya pembangunan dilaksanakan oleh
pemerintah dan masyarakat, yang dilaksanakan oleh pemerintah umumnya yang bersifat
infrastruktur atau prasarana, yaitu bangunan fisik ataupun lembaga yang mempunyai fungsi yang
esensial. sebagai pembuka peluang dan pendukung kegiatan-kegiatan produksi, logistik dan
prasarana barang dan jasa serta kegiatan-kegiatan lain dalam bidang ekonomi, sosial, budaya,
politik dan pertahanan dan keamanan. Sedangkan yang dilaksanakan oleh masyarakat umumnya
yang bersifat directly producing atau yang langsung menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi permintaan konsumen baik perorangan, rumah tangga maupun industri.
Pada saat ini secara universal diketahui bahwa dalam rangka mengatasi sifat kaku yang
melekat di negara terbelakang, pemerintah harus memegang peranan positif. Ia tidak boleh
berlaku sebagai penonton pasif. Problema negara-negara terbelakang adalah sedemikian
besarnya sehingga poblema itu tidak dapat diserahkan begitu saja kepada mekanisme bebas
kekuatan-kekuatan ekonomi. Perusahaan swasta tidak mampu menyelesaikan problema tersebut
karena pengertian tersebut tidak ditemui di alam yang modern. Karena itu tindakan pemerintah
sangat diperlukan bagi pembangunan-pembangunan ekonomi negara-negara seperti itu.
Untuk mengangkat negara-negara itu ke luar dari titik-mati stagnasi diperlukan adanya
pembaharuan rasio-ekonomi secara cepat. Pada fase awal pembangunan, investasi harus
dilakukan di bidang-bidang yang meningkatkan ekonomi eksternal yaitu mengarah pada
penciptaan overhead sosial dan ekonomi seperti tenaga, transportasi, pendidikan, kesehatan dan
sebagainya. Perusahaan swasta tidak akan tertarik melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut
karena resiko besar dan keuntungan yang kecil. Dari sinilah timbul kebutuhan untuk
menyeimbangkan pertumbuhan berbagai sektor perekonomian sehingga penawaran sesuai
dengan permintaan. Oleh karena itu pengawasan dan pengaturan, oleh negara, menjadi penting
dalam rangka mencapai keseimbangan pertumbuhan. Keseimbangan memerlukan pengawasan
atas produksi, distribusi dan konsumsi komoditi. Untuk tujuan ini, pemerintah hasur
merencanakan pengawasan fisik dan langkah-langkah fiskal dan moneter. Langkah-langkah ini
memang tidak dapat dihindarkan untuk mengurangi ketidakseimbangan ekonomi dan sosial yang
mengancam negara terbelakang. ―Mengatasi perbedaan sosial dan menciptakan situasi
psikologis, ideologis, sosial dan politik yang menguntungkan bagi pembangunan ekonomi
merupakan tugas terpenting pemerintah.
Karena itu ruang lingkup tindakan pemerintah sangat luas dan menyeluruh. Menurut
Lewis lingkup itu mencakup ―penyelenggaraan pelayanan umum, menentukan sikap, membentuk
lembaga-lembaga ekonomi, menentukan pengunaan sumber, menentukan distribusi pendapatan,
mengendalikan jumlah uang, mengendalikan fluktuasi, menjamin pekerjaan penuh dan
menentukan laju investasi.

1. Perubahan Kerangka Kelembagaan


Salah satu dari langkah pembangunan ekonomi adalah usaha mengubah sikap sosial
budaya masyarakat di negara terbelakang. Masyarakat ini mempunyai tradisi budaya dan religius
yang tidak menunjang pembangunan ekonomi. Kerangka kelembagaan tidak mendorong tingkah
laku individualistik yang rasional, dan semangat persaingan serta usah. Jika pembangunan
ekonomi diinginkantetap berlanjut maka sikap sosial, nilai dan pranata yang berakar pada
keluarga bersama, kasta atau kekeluargaan dan pada kepercayaan religius harus berubah. Ini
adalah Revolusi Sosial tidak mengandung arti penggulingan pranata yang ada . Proses perubahan

77
harus bersifat evolusioner. Kalau tidak, ketidakpuasan, frustasi, ketidaktentraman dan kekerasan
akan mencuat. Faktor-faktor ini pada gilirannya malah merintangi pertumbuhan ekonomi.
Masyarakat yang mencoba melembagakan perubahan itu secara tergesa-gesa akan
menghasilkan ―apatisme atau revolusi‖. Jadi sebagian besar tergantung pada cara bagaimana
proses pertumbuhan dan perubahan digerakkan, bagaimana kecepatan prosesnya dan seberapa
jauh ia menembus sektor perekonomian. Pada dasarnya, suatu pembangunan yang dilaksanakan
secara pelan tapi mantap akan membawa kepada kedamaian politik, sosial dan ekonomi.
Selanjutnya upaya memaksakan derap pembangunan terlalu cepat, maka akan memberikan hasil
secara ekonomis yang tidak efektif , karena perubahan personil dan sosial belum terwujud
padahal perubahan tersebut diperlukan guna membantu masyarakat atau individu mengadakan
pembangunan yang diperlukan, agar dapat memperoleh keuntungan dan menunjang
pembangunan tersebut.
Perubahan ekonomi tidak semata-mata disebabkan oleh perubahan kelembagaan.
Perubahan ekonomi dapat terjadi karena pembentukkan modal yang meningkat atausebagai
akibat dari perubahan teknologi yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan
kelembagaan. Sebaiknya perubahan kelembagaan dapat disebabkan oleh faktor lain selaiun
faktor ekonomi. Faktor non ekonomi sepeti perubahan pada gagasan religius atau kerangka
politik dapat menyebabkan perubahan kelembagaan. Jadi, mungkin ada hubungan sebab akibat
antara perubahan ekonomi dan perubahan lembaga atau dapat juga perubahan ini bediri sendir-
sendiri. Faktor kelembagaan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang mereka
mengaitkan usaha dengan imbalan, memungkinkan pembagian kerja lebih jauh, perluasan
perdagangan dan kebebasan untuk memperoleh peluang ekonomi. sekali proses perubahan itu
bermula ia akan menggumpal. Jika suatu perubahan bermula dari lembaga sosial, rakyat akan
memperoleh kesempatan baru yang pada gilirannya akan melanjutkan perubahan lembaga
tersebut. Sebagai contoh, sukar mengatakan apakah pertumbuhan kesempatan ekonomi yang
menyebabkan Reformasi dan Kontra-Reformasi di Eropa Barat atau apakah perubahan Fikiran
Religius yang memungkinkan rakyat memperoleh kesempatan besar lebih maju.
Kesempatan baru dapat terjadi melalui beberapa cara. Penemuan baru dapat menciptakan
komoditi baru atau mengurangi biaya produksi komoditi lama. Jalan baru, rute pelayaran baru
atau perbaikan lainnya dibidang komunikasi dapat membuka kesempatan baru bagi perdagangan.
Perang atau inflasi dapat menciptakan permintaan baru. Orang asing mungkin datang ke negeri
itu, membawa perdagangan baru, menginvestasikan modal baru atau menawarkan kesempatan
kerja baru. Kesempatan baru seperti itu membawa perubahan di bidang kelembagaan. Perubahan
ini berjalan secara berangsur-angsur dan jelas. Perubahan tersebut dimulai oleh para inovator,
orang-orang baru yang berusaha memutuskan hubungan dengan masa lampau dan mengubah
kerangka kelembagaan lama ke dalam bentuk baru.
Inovator ini terdiri dari orang-orang kota. Mereka menghadapi dan melawan segala
kekuatan politik dan sosial. Dengan menyediakan kesempatan yang lebih luas dan lebih baru di
bidang ekonomi, mereka akhirnya berhasil mengubah kepercayaan dan lembaga lama. Hubungan
dengan orang asing dapat juga menjadi alat meruntuhkan model masyarakat yang telah mapan.
Di India, pembangunan jalan kereta api, penyebaran pendidikan barat dan pendirian pusat-pusat
industri pada abad ke-19 membantu melepaskan ikatan sosial dan keluarga. Sikap baru sosial
yang rasionallah yang menimbulkan gerakan populer bagi kemerdekaan politik negara tersebut.
Di atas segalanya, pemerintah dapat memainkan peranan yang penting dalam menentukan
kerangka kelembagaan tersebut. Pemerintah dapat berbuat banyak dengan mengadakan
pembaharuan adat-istiadat sosial dan ketaatan religius, sistem pemakaian tanah dan bidang

78
pendidikan. Ia dapat juga memprakarsai pertumbuhan ekonomi dengan membuat peraturan
perundang-undangan, dengan memberikan pelayanan kepentingan umum yang baik, dengan
membantu perkembangan industri baru dan sebagainya.

2. Perubahan Organisasi
Perubahan organisasi juga memainkan peranan dalam pembangunan ekonomi. Perubahan
tersebut mencakup pengembangan pasar dan organisasi pasar buruh. Di negara terbelakang
perubahan ini hanya dapat dilakukan oleh pemerintah. Pemerintahlah yang dapat membangun
saran transportasi dan komunikasi untuk mengembangkan pasar, karena perusahaan swasta tiak
dapat melakukan itu. Disamping itu, organisasi dan pembangunan lembaga keuangan untuk
membantu pertumbuhan pertanian dan industri dapat dilakukan oleh pemerintah. Lembaga
keuangan demikian dapat berupa koperasi, bank hipotik, bank industri, perusahaan investasi dan
keuangan, dan sebagainya.
Organisasi pasar buruh juga termasuk kedalam fungsi pemertintah. Pasar buruh yang
terorganisasi akan meningkatkan produktivitas buruh. Pemerintah membantu mengorganisasi
buruh dengan membentuk serikat-serikat buruh. Ia menetapkan jam kerja, pembayaran upah,
mengadakan mekanisme penyelesaian perselisihan perburuhan, mengadakan langkah keamanan
masyarakat dan sebagainya. Peraturan perundang-undanganan seperti itu dimaksudkan untuk
menjalin hubungan yang baik antar majikan dengan buruh. Dengan begitu, efisiensi buruh
meningkat, produksi menaik dan biaya menurun.
Di negara terbelakang sebagun besar buruh tidak mobile. Mayoritas rakyat tinggal
didaerah pedesaan dan bergerak dibidang pertanian selama jangka waktu yang terbatas. Sehingga
mereka sebenarnya adalah setengah penganggur atau pengangguran tersembunyi. Karena
kurangnya informasi , mereka tidak mengetahui adanya kesempatan kerja di kota dan pusat-pusat
industri. Pemerintah dapat membantu mereka dalam mendapatkan pekerjaan dengan membuka
pusat informasi di wilayah pedesaan dan pertukaran pekerja di kota. Dengan cara ini pemerintah
membantu mobilitas buruh.
Jika karena pembangunan, buruh bergerak dari wilayah pedesaan ke wilayah prkotaan,
muncullah masalah urbanisasi yang juga perlu diatasi oleh pemerintah. Masalah ini menyangkut
perumahaan, persediaan air minum, listrik, daerah kumuh, transport dan sebagainya. Penyediaan
pelayanan seperti pembangunan wilayah pemukiman,sekolah, universitas, rumah sakit, taman,
transportasi kota, air minum, penyediaan listrik dan sebagainya termasuk dalam cakupan fungsi
pemerintah.

3. Overhead Sosial dan Ekonomi


Penyediaan overhead sosial dan ekonomi di negara terbelakang sebagian besar termasuk
dalam kegiatan pemerintah, kebutuhan bagi pelayanan dasar seperti jalan kereta api, transportasi
darat, telekomunikasi, gas, listrik, alat-alat irigasi dan sebagainya penting sekali bagi
pembangunan masa depan. Pembangunanya memerlukan investasi besar yang melampaui
kemampuan perusahaan swasta di negara seperti itu. Tidak hanya itu, investasi di bidang
pekerjaan umum mengandung risiko tinggi dan keuntungan baru muncul setelah melalui masa
yang panjang. Karenanya, tanggung jawab pemerintahlah untuk menyediakan keperluan umum
tersebut.
Pemerintah harus menyusun rencana bagi pembangunan pelayanan penting tersebut atas
dasar prioritas. jika kebutuhan yang mendesak adalah untuk menyediakan fasilitas irigasi, hal itu
harus dipenuhi dengan memusatkan diri pada fasilitas irigasi kecil ketimbang membendung

79
sungai besar. Lebih dari itu, penyediaan pelayanan kepentingan umum tidak perlu berarti bahwa
mereka harus dimiliki dan dioperasikan oleh pemerintah. Pemerintah dapat menyetujui rencana
proyek tertentu, memberikan biaya dan fasilitas konstruksi lainnya kepada suatu perusahaan
swsta yang akan mendirikan dan memilikinya. Akan tetapi pelaksanaannya dapat diatur oleh
pemerintah. Sebenarnya, pemilikan dan pengoperasian oleh pemerintah atau perusahaan swasta
tergantung pada sifat dan kepentingannya. Di india, pembangunan sarana transportasi dan
komunikasi termasuk dalam kegiatan pemerintah. jalan kereta api, lintas udara dan komunikasi
dimiliki dan dioperasikan pemerintah dengan mengingat arti penting dan luasnya negara seperti
India. Sementara pemilikan transportasi darat ada di tangan sektor negara dan sektor swasta
meskipun keseluruhan operasinya diatur oleh pemerintah. Memiliki dan menjalankan bus tidak
memerlukan banyak pengeluaran dan hasilnya juga cepat bila dibandingkan dengan kereta api.
Pendidikan. Pembangunan ekonomi tidaklah mungkin tanpa pendidikan. seperti
dikatakan Myrdal. ―Untuk memulai program pembangunan nasional sambil membiarkan
sebagian besar penduduk tetap buta huruf kelihatannya bagi saya akan sia-sia‖. Bagi
pembangunan ekonomi, kualitas buruh adalah penting. pekerja tidak terampil, meski bekerja
dengan jam kerja panjang, akan memperoleh pendapatan per kapita yang rendah. Buta huruf dan
tenaga yang tidak terlatih tidak dapat diharapkan untuk menjalankan dan memelihara mesin yang
canggih. Hanya dengan investasi pada mereka maka produktivitas mereka dapat ditingkatkan.
Melalui pendidikan umum pemerintah dapatmeningkatkan persediaan buruh efektif dan
kapasitas produktif bangsa. Suatu program pendidikan harus bersifat luas dan beraneka-ragam.
Pendidikan primer perlu disediakan agar setiap anak usia sekolah dapat menjalani wajib belajar.
Dalam rangka menyediakan materi bagi universitas dan memberi fasilitas pendidikan yang lebih
luas, perlu dibuka sekolah menengah yang lebih banyak lagi. Pada waktu yang sama lembaga
latihan diperlukan untuk memberikan pengajaran kepada ahli mesin, montir listrik, tukang,
perawat, guru, penyuluh pertanian, dan sebagainya. Pendidikan tinggi dan lembaga-lembaga
penelitian didirikan untuk mencetak dan meningkatkan jumlah dokter, administratos, insinyur
dan semua jenis personil terlatih. ―Program pendidikan didasarkan pada usaha menjalin kesatuan
bangsa pada umumnya, untuk memanfaatkan energi rakyat dan membangun bangsa dan sumber-
daya manusia di seluruh negeri. ―Investasi di bidang yang luas dan beranekaragam seperti di
bidang pendidikan itu hanya mungkin dilakukan oleh atau melalui inisiatif pemerintah.
Investasi pada modal manusia sangat bersifat produktif. Negara terbelakang memerlukan
ahli industri dan pertanian, dokter, insinyur, guru, administrator dan sebagainya, yang akan
semakin memperlancar arus barang dan jasa sehingga dengan demikian mempercepat derap
pembangunan. Tetapi masalah pengadaan fasilitas pendidikan bagi sekian banyak orang
melampaui batas kemampuan suatu negara terbel;akang lantaran terbatasnya dan. Berapa pun
yang tersedia, dana itu harus dibagi secara adil atas dasar prioritas. Dan ahli-ahli ekonomi
berbeda pendapat mengenai masalah prioritas ini. Sepanjang pendidikan merupakan suatu
investasi, Ia secara langsung meningkatkan produktivitas.
Uang yang dipergunakan untuk pendidikan dan latihan para dokter, guru, insinyur, atau
administrator sesungguhnya merupakan suatu investasi modal yang sama halnya dengan uang
yang dipergunakan untuk pembangunan sebuah waduk. Tetapi penggunaan uang untuk
menggerakkan pemberantasan buta huruf dalam rangka mendidik petani dianggap tidak secara
langsung produktif, oleh Lewis. Dia berpendapat bahwa ―bagian pendidikan seperti itu, karena
bukan merupakan investasi yang mendatangkan untung, adalah sama derajatnya dengan barang
konsumsi lain seperti pakaian, rumah atau gromophone‖, karena ia membantu petani, tukang
cukur atau pembantu rumah tangga ―untuk lebih banyak menikmati sesuatu (guru, surat kabar)

80
atau untuk memahami sesuatu lebih baik. Tetapi Galbraith menganggap investasi dalam
mendidik massa sama juga produktifnya. Dia berpendapat bahwa ― menolong petani dan pekerja
dalam kebutaan huruf mungkin merupakan suatu tujuan yang tersendiri. Tetapi ia juga
merupakan langkah pertama yang sangat diperlukan bagi setiap bentuk kemajuan pertanian. Di
manapun didunia ini tidak ada seorang petani yang buta huruf tetap maju. Akan tetapi di mana
pun, tidak ada petani yang melek huruf tapi tidak maju. Dipandang secara demikian, pendidikan
menjadi suatu bentuk investasi yang sangat aproduktif. Galbraith menyimpulkan; ―apakah suatu
hal sekaligus merupakan jasa konsumsi dan sumber modal produktif bagi masyarakat tidaklah
mengurangi arti pentingnya sebagai suatu investasi. Malahan ia mempertinggi arti penting
tersebut‖. karena itu tanggung jawab pemerintah untuk memprakarsai program jangka panjang
pengembangan dan pembaharuan pendidikan secara luas yang merentang mulai dari gerakan
pemberantasan buta huruf sampai ketingkat universitas, sdehingga pada semua cabang
kehidupan nasional pendidikan menjadi titik pusat pembangunan negara.
Kesehatan masyarakat dan keluarga berencana. Bidang lainnya dimana pemerintah
dapat melakukan langkah positif adalah kesehatan masyarakat. Untuk meningkatkan efisiensi
dam produktivitas buruh, kesehatan rakyat harus semakin dipebaiki. Langkah kesehatan
mayarakat meliputi perbaikan sanitasi lingkungan baik di wilayah pedesaan maupun wilayah
perkotaan, pembuangan air kotor dan menggenang, pembenahan daerah kumuh, perumahaan
yang lebih baik, penyediaan air bersih, fasilitas pembuangan kotoran yang lebih baik,
pengawasan penyakit menular, penyediaan medis dan kesehatan dan keluarga berencana, dan di
atas segalanya, latihan petugas medis dan kesehatan. Semua ini memerlukan usaha yang
terencana pada pihak penguasa negara.
Langkah-langkah kesehatan kesehatan masyarakat mempunyai arti yang amat penting
bagi negara terbelakang terutama karena ada dua alasan : pertama, langkah-langkah itu
membantu proses pembangunan dengan menambah produktivitas dan efisiensi buruh; dan kedua,
dengan mengurangi angka kematian langkah-langkah tersebut senderung menaikkan laju
pertumbuhan penduduk, sehingga memaksa pemerintah untuk mengadakan program keluarga
berencana dan akslersi pembangunan. Tetapi semua usaha pemerintah akan sia-sia jika
pertumbuhan jumlah penduduk tidak diawasi. Karena angka kematian dinegara terbelakang
biasanya sudah menurun, maka resepnya adalah menurunkan angka kelahiran (fertilitas).

4. Pembangunan Pertanian
Pertanian adalah mata pencaharian utama di negara terbelakang dan menyumbang lebih
dari dari separuh bagian pendapatan nasional. Namun demikian, pertanian tetap berada dalam
keadaan stagnasi. Bagian pendapatan nasional itu tidak sepadan di bandingkan dengan jumlah
orang yang telibat di dalamnya. sebagai contoh, di India sekitar 70% penduduk terlibat dalam
pertanian sementara itu ia menyumbang secara kasar 50% dari pendapatan nasional. Sebab
utamanya adalah rendahnya produktivitas pertanian per are. Alasan rendahnya hasil itu adalah
luas pemilikan tanah tidak ekonomis, fragmentasi pemilikan lahan, sistem pengolahan tanah
yang kurang baik yang di tandai sewa tinggi, dan pengolahan tanah yang tidak aman, kurangnya
fasilitas kredit yang tidak memadai, utang, tidak adanya fasilitas irigasi dan ketergantungan pada
turunnya hujan, penggunaan metode produksi yang usang, dan tekanan penduduk yang
berlebihan pada tanah.
Di negara terbelakang petani begitu miskin, buta aksara dan bodoh. Mereka tidak
mengenal organisasi. Mereka tidak mempunyai motivasi cukup untuk melakukan perbaikkan
lahan. Cara hidup mereka diatur oleh kebiasaan dan tradisi. Karena itu menjadi tugas pemerintah

81
mengadakan perbaikan lahan dan menyiapkan rencana pembangunan pertanian. Keberhasilan
suatu rencana pada akhirnya tergantung pada seberapa jauh produktivitas pertanian ditingkatkan.
Kenaikan mencapai swa-sembada pangan, untuk mengendalikan harga, untuk memperbesar
sumber-sumber bagi keperluan pembangunan, dan untuk memanfaatkan dan tidak dimanfaatkan
dalam perekonomian.
Shriman Narayan mengelompokkan unsur-unsur utama berikut dalam persiapan rencan
produksi pertanian di tingkat desa :
(i) pemanfaatan penuh fasilitas irigasi, termasuk pemeliharaan saluran-saluran sawah
yang dalam keadaan baik bagi para pengguna, reparasi dan pemeliharaan
bangunan irigasi rakyat;
(ii) peningkatan daerah-daerah yang dapat panen berkali lipat;
(iii) perbanyakan benih unggul untuk desa-desa dan distrubisinya kepada para petani;
(iv) penyediaan pupuk;
(v) program pupuk buatan dan pupuk hijau;
(vi) penerapan praktek pertanian yang baik, misalnya konservasi tanah, pertanian
tanah kering, pembuangan air, reklamasi lahan, perlindungan tanaman dan
sebagainya;
(vii) program pembangunan irigasi kecil yang dilaksanakan di desa, baik melalui
partisipasi masyarakat maupun ats dasar individu;
(viii) program pengenalan alat pertanian yang baik;
(ix) program peningkatan sayur-mayur dan buah-buahan;
(x) program pembangunan peternakan, perikanan produk susu;
(xi) peternakan hewan, misalnya penyediaan sapi pejantan, pendidikan pusat-pusat
iseminisasi buatan dan pengebirin sapi dan sebagainya; dan
(xii) program pengembangan padang rumput dan hutan kayu bakar desa.

Tetapi keberhasilan program produksi desa tersebut tergantung pada sejauh mana petani
tergabung dalam koperasi dan sejauh mana aparat pemerintah efisien dalam memenuhi
persyaratan yang diminta para ahli pertanian pada saat yang tepat. Dengan kata lain, harus ada
hubungan dekat antar pemerintah dan masyarakat desa melalui lembaga seperti Organisasi
Pembangunan Masyarakat. Hal demikian terbukti sangat berhasil di Amerika Serikat dan da
India; yang disebutkan terakhir ini meminjamade dari yang disebut pertama. Program
Pembangunan Masyarakat itu bertujuan meningkatkan produktivitas pertanian melalui
pemakaian teknik pengolahn yang lebih baik, benih yang lebih baik, pupuk penerapan praktek
pertanain yang baik. Untuk di perlukan adanya perbaikan irigasi, komunikasi jalan, kesehatan
dan pelayanan sanitasi di wilayah pedesaan. Program ini juga memusatkan diri pada
pengembangan industri desa ―jenis-agro‖, dan produk perikanan, peternakan serta produk susu.
Di atas segalanya, ia bertujuan menghasilkan perubahan dalam sikap mental rakyat pedesaan
untuk melwan lima raksasa penyakit, kelaparan, kebodohan, kemelaratan dan pengangguran
yang mencekam negara terbelakang. Tetapi keberhasilan program pembangunan pertanian akan
tergantung pada tindakan land reform yang dilaksanakan oleh pemerintah. Tujuan utama
tindakan land reform, menurut komisi perencanaan India, ada dua: (i) ―untuk menyingkirkan
hambatan-hambatan yang merintangi peningkatan produktivitas yang timbul dari struktur agraria
yang diwarisi dari masa lampau. Tujuan ini akan membantu menciptakan kondisi bagi
mempercepat perkembangan ekonomi pertanian dengan tingkat efisiensi dan peroduktivitas
tinggi, ―dan; (ii) menghapuskan semua unsur penghisapan dan ketidakadilan sosial di dalam

82
sistem agraria tersebut, untuk memberi rasa aman bagi petani dan menjamin persamaan derajat
dan kesempatan kepada semua lapisan penduduk pedesaan‖.
Langkah-langkah land form mencakup :
1. penghapusan calo
2. jaminan masa sewa bagi petani penyewa
3. hak untuk membeli tanah yang ditanami penyewa itu
4. ganti rugi atas perbaikan permanen yang dilakukan pada lahan oleh petani penyewa
5. membatasi uang sewa yang dikenakan oleh pemilik tanah
6. penetapan pagu pemilikan pertanian; dan
7. konsilidasi pemilikan.
Di tengah keajaiban land reform, kita tidak boleh lupa bahwa demi pembangunan
ekonomi yang berkesinambungan fluktuasi yang tidak semestinya pada harga produk pertanian
harus dihindarkan dan stabillisasi dalam batas tertentu harus dipertahankan pada tingkat yang
rendah, karena harga rendah tidak merangsang produksi. Karenanya, harga yang layak bagi
produk pertanian harus ditetapkan an dijamin oleh pemerintah.

5. Pembangunan Industri
Fungsi penting pemerintah lainnya adalah membangun ekonomi industri. Di negara
terbelakang, sumber alam belum tergali atau kurang digali. Di negara-negara ini , yang tetap
dibawah pemerintahan penjajah, sumber alam mereka secara tidak kenal ampun dieksploitasi
bagi pihak asing, yang menjajah mereka. Karena itu adalah bertentangan dengan kepentingan
nasional jika setelah mereka merdeka pengembangan sumber alam dibiarkan berada di tangan
perusahaan swasta, yang dikuasai asing. Pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk
menasionalisasi pertambangan, perkebunan dan sebagainya. Ia harus mensurvei sumber-sumber
alamnya, mengambil kebijaksanaan yang tepat bagi eksploitasi dan pengembangannya, dan juga
mendirikan industri demi pemanfaatan yang paling menguntungkan atas sumber-sumber
tersebut.
Di negara seperti itu, sektor swasta terutama bergerak di bidang pembuatan beberapa
barang konsumsi untuk konsumsi domestik. Tetapi untuk mempercepat laju pembangunan
ekonomi, pendirian industri dasar dan industri kunci seprei besi dan baja, alat listrik berat, kimia
berat, pupuk, alat-alat mesin dan sebagainya adalh penting. Industri seperti ini memerlukan
investasi besar dan memerlukan masa persiapan lama, sehingga perusahaan swasta enggan
memasukinya. Dengan demikian menjadi tugas pemerintah untuk memulai industri di bidang
seperti itu.
Juga, beberapa industri barang konsumsi seperti gula, pakaian dan sebagainya,
membutuhkan rasionalisasi karen industri-industri ini pada umumnya beroperasi dengan mesin
dan teknik yang sudah usang dan tua. Pada sisi lain, untuk mempercepat pembangunan ekonomi
diperlukan promosi ekspor dan industri substitusi inpor. Lebih dari itu, industri hanya terpusat di
segelintir kota besar, sementara daerah pedalaman tetap terbelakang dan tanpa industri.
Dalam rangka mengatasi problema ini, pemertintah mempunyai tugas untuk merumuskan
dan melaksanakan kebijaksanaan yang tepat sehingga dapat memberikan dorongan seperlunya
bagi pengembangan industri rakyat, industri skala besar dan kecil. Pemerintah harus menerapkan
kebijaksanaan desentralisasi industri sehingga industri-industri dapat disebar ke seluruh wilayah
sesuai dengan kekayaan faktor mereka. Bahkan penerapan kebijaksanaan pendirian pusat-pusat
industri di dan sekitar kota kecil dapat membantu mengembangkan sumber-sumber setempat dan
memberikan kesempatan kerja yang lebih besar.

83
Pemerintah dapat juga membantu pertumbuhan industri swasta dengan mengimpor bahan
mentah, peralatan modal, mesin dan keterampilan teknis. Dalam usah membantu perusahaan
swasta dalam mendirikan industri pemerintah dapat menyediakan fasilitas seperti biaya murah,
potongan pajak, tenaga, air, transport, komunikasi, tanah murah untuk membangun pabrik dan
sebagainya. Tak kalah pentingnya, pemerintah dapat membantu pembangunan wilayah
terbelakang dengan memulai perusahaan negar sendiri dan dengan mendorong perusahaan swsta
untuk mendirikan industri, dengan demikian memberikan fasilitas dan konsensi yang telah
disebutkan di atas.

6. Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal


Pemerintah juga dapat membantu pembangunan ekonomi melalui berbagai kebijaksanaan
moneter dan fiskal. Melalui kebijaksanaan moneter dan fiskal yang tepat, pemertintah mampu
menyingkirkan hambatan-hambatan ekonomis, kelembagaan dan sosial di negara terbelakang.
Kebijaksanaan moneter memeinkan peranan penting dalam mempercepat pembangunan dengan
mempengaruhi biaya dan tesedianya kredit, dengan mengendalikan inflasi, dan dengan menjaga
keseimbangan neraca pembayaran. Pemerintah melakukan semua ini melalui bank sentral
Negara. Bank sentral mengendalikan kredit, memperluas fasilitas perbankan dengan
menciptakan lembaga keuangan, mengembangkan pinjaman pemerintah dan mengelola utang
negara, dan menetapkan sukubunga dalam rangka mendorong tabungan dan investasi.
Dengan kebijaksanaan fiskal pemerintah mencoba memperbaiki ketimpangan pendapatan
dan kesejahteraan yang melebar bersama pembangunan. Kebijaksanaan ini akan memperluas
pasar internal, mengurangi impor yang tidak penting, meniadakan tekanan inflasioner, dan
merangsang berbagai jenis proyek pembangunan yang diinginkan. kesemua itu dapat dilakukan
pemerintah dengan menerapkan kebijaksanaan yang tepat dibidang perpajakan, anggaran
pendapatan, belanja dan pinjaman negara.
Kebijaksanaan moneter mengacu pada kebijaksanaan otorita moneter suatu negara yang
menyangkut masalah-masalah moneter. Kebijaksanaan tesebut dapt didefinisikan sebagai
kebijaksanaan yabg begkenaaan dengan: (a) pengendalian lembaga keuangan; (b) penjualan dan
pembelian secara aktif kertas-kertas berharga oleh otorita moneter sebagai ikhtiar sengaja untuk
mempengaruhi perubahan keadaan uang; dan (c) pembelian dan penjualan secara pasif kertas
berharga (paper assets)yang timbul dari usaha mempertahankan struktur sukubunga tertentu,
stabilitas harga saham, atau untuk memenuhi kewajiban dan komitmen tetentu lainnya. Di negara
tebelakang kebijakan moneter memainkan peranan penting di dalam memacu
pembangunandengan mempengaruhi ongkos dan pengadaan kredit, dengan pengendalain inflasi,
dan dengan mempertahankan keseinbangan neraca pembayaran. Ketika pembangunan
memperoleh momentumnya, maka kebijaksanaan moneter yang tepat merupakan kebijaksanaan
paling hakiki guna menyiapkan persediaan krediot yang elastis bagi pemenuhan keperluan
volume perdagangan yang meningkat, penduduk yang bertambah, dan peningkatan sektor
moneter.
Ciri utama kebijaksanaan moneter menurut Dr.J.D.Sethi, kebijaksanaan moneter dapat
berfungsi untuk: (i) mendapatkan dan juga untuk mengambil manfaat dari struktur tingkat
sukubunga yang paling sesuai; (ii) meraih perimbangan yang tepat antara permintaan dan
penawaran uang; (iii) menyediakan fasilitas kedit yang tepat bagi perekonomian yang sedang
berkembang dan menghentikan perkembangan yang tidak semestinya; dan juga penyaluran
kredit kepada para pengguna sesuai dengan investasi yang direncanakan sebelumnya; (iv)
pendirian, pelaksanaan dan perluasan lembaga keuangan; (v) manajemen utang.

84
Dr. Baljit Singh mengatakan ―pembangunan fasilitas perbankan dan lembaga tabungan,
reorganisasi kredit pertanian dan industri, integsasi dan penyempurnaan pasar uang,
pertumbuhan bank sentral yang mantap, menutup pasar bebas emas dan perak, penggantian
penimbunan dan di atas segalanya reformasi mata uang, merupakan hal-hal yang mendesak
diperlukan. Hanya apabila kekurangan-kekurangan ini telah diperbaiki maka aparatur moneter
negara terbelakang dan dapat berperan efektif dalam membantu konstuksi dan pembangunan.
Jika suatu negara gagal dalam tugas ini maka ia akan berjalan lamban, malah mendeg atau
terpaksa mengganti sistem perekonomiannya dengan perencanaan dan realokasi secara
menyeluruh sumber-sumber melalui pengawasan langsung negara.
Kebijaksanaan fiskal berarti penggunaan pajak, pinjaman masyarakat, pengeluaran
masyarakat oleh pemerintah untuk tujuan ―stabilisasi atau pembangunan‖. Penggunaan
kebijaksanaan fiskal dengan tujuan untuk menggalakan pembangunan ekonomi merupakan
kebijaksanaan yang baru tampil akhir-akhir ini. Analisa Keynes mengenai kebijaksanaan fiskal
dapat diterapkan di negara-negara maju. Peranan kebijaksanaan fiskal bagi negara maju adalah
untuk menstabilkan laju pertumbuhan. Dalam konteks perekonomian negara terbelakang,
peranan kebijaksanaan fiskal adalah untuk memacu laju pembentukan modal. Ia dirancang
sebagai piranti pembngunan ekonomi. Di dalam analisa Keynes, tindakan moneter digunakan
untuk mengurangi tabungan dan meningkatkan kecenderungan mengkonsumsi, tetapi negara
terbelakang dihadapkan pada masalah yang sama sekalai berbeda. Dalam perekonomian seperti
itu kecenderungan menabung benar-benar amat rendah dan kecenderungan berkonsumsi sangat
tinggi. Apa yang diperlukan ialah mengekang kecenderungan konsumsi dalam rangka
meningkatakan kecenderungan menabung. Jadi analisa Keynes sedikit sekali mempunyai
relevansi dengan perekonomian terbelakang. Seperti dikatakan Nurkse, ―jelas sudah bahwa Teori
Umum Keynes condong merugikan tabungan dan menguntungkan pengeluaran, tetapi bersifat
merusak apabila dicangkokkan pada kondisi yang dihadapi negara terbelakang.
Kebijaksanaan fiskal memainkan peranan dinamis di negara-negara terbe,akang.
Sebenarnya penggunaan secar luas kebijaksanaan fiskal sangat diperlukan bagi pembangunan
ekonomi. Dalam ungkapan Nurkse, kebijaksanaan fiskal negar terbelakang ―memikul arti
penting baru di dalam menghadapi problem pembentukan modal. Pendapatan dan tabungan per
kapita di negara seperti itu adalah sangat rendah. Beberapa orang yang kaya justru suka pada
konsumsi mewah. sebagaian besar dari tabungan disalurkan pada jalur-jalur tiodak produktif
seperti perumahan, penimbunan, intan permata, emas, spekulasi dan sebagainya. Kebijaksanaan
fiskal mengalihkan kesemua ini ke saluran-saluran produktif.
Nurkse memandang rasio tabungan marginal negara, yaitu kecenderungan marginal
menabung. Sebagai penentu penting pertumbuhan. Rasio tabungan marginal dapat ditingkatkan
dengan pengeluaran pemerintah dalam penciptaan overhead ekonomi dan sosial, lembaga
perkreditan dan perbankan dan di dalam mendirikan industr-industri baru. Hal ini akan
membantu menaikkan output, lapangan pekerjaan, dan pendapatan negeri itu. Oleh karena itu
arus tabungan sukarela di dalam negara terbelakang sangat kecil, maka untuk menjebatani
tabungan wajib, perpajakan merupakan instrumen paling bermanfaat. Pajak secara efektif
membatasi konsumsi dan lain-lain pengeluaran percuma kelas kaya. Jadi, pajak merupakan
instrumen fiskal yang penting dan berguna untuk mengurangi konsumsi swasta dan mentransfer
sumber-sumber telantar untuk pembentukan modal oleh pemerintah. Seperti dikatakan dalam
laporan PBB mengenai ―Taxes and Fiscal Policy‖, kebijaksanaan fiskal dibebani tugas utama
untuk merebut tabungan dalam jumlah yang cukup, dari output nehara tebelakang yang sangat

85
rendah itu, untuk membiayai program pembangunan ekonomi dan menyiapkan arena bagi
kegiatan investasi publik yang lebih hebat.
Di negtar tebelakang di mana laju pembentukan modal belum begitu teraih secara efektif
oleh kebijaksanaan moneter saja, sebagai akibat pasar uang dan modal yang kurang berkembang,
maka kebujaksanaan fiskal dapat dipergunakan sebagai penunjang alternatif.
Kebijaksanaan fiskal juga memainkan peranan penting di dalam rencana pembangunan
negara terbelakang. Di dalam perencanaan, suatu keseimbangan harus dicapai baik dalam arti riil
maupun dalam arti uang. Dengan kata lain, rencana fisik harus disesuaikan dengan rencana
keuangan. penerapan rencana keuangan dan pencapaian perimbangan dalam arti riil dan
keuangan jelas banyak tergantung pada tindakan-tindakan fiskal.
Tujuan dari kebijaksanaan fiskal yang sebagai saran menggalakan pembangunan
bermaksud mencapai tujuan berikut :
1. Untuk meningkatkan laju investasi
2. Mendorong investasi optimal secara sosial
3. Meningkatkan kesempatan kerja
4. Meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah ketidakstabilan internasional
5. Menanggulangi inflasi
6. Meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional
Keberhasilan kebijaksanaan fiskal dalam mencapai tujuan ini tergantung pada: (a) jumlah
penerimaan negara yang ditingkatkan, dan (b) jumlah dan arah pengeluaran negara. Sarana fiskal
penting yang dapat dipergunakan oleh pemerintah untuk meningkatkan sumber ialah surplus
anggaran, pajak, pinjaman dari masyarakat dan bank. Sarana-sarana ini harus dipergunakan
sedemikian rupa sehingga membawa ke arah pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
Dari semua sarana tersebut, pajak barangkali merupakan instrumen paling efektif dari
segala kebijaksanaan. Surplus anggaran dapat dicapai melalui taraf harga dan tarif pajak yang
lebih tinggi. Pinjaman dari masyarakat bisa jadi menaikkan tingkat suku bunga sehingga dengan
demikian berpengaruh buruk pada investasi. Sementara mendapatkan dana dari bank akan
cenderung menaikkan harga dan mengalihkan sumber. Kemanjuran kebijaksanaan fiskal dengan
demikian akan tergantung pada struktur perpajakan negara itu. Pentingnya perpajakan ialah
bahwa negara mengambil langkah yang menggerakan tabungan, sedangkan tindakan investasi
dapat merupakan gerakan pemerintah, swasta atau campuran. sebagaimana dinyatakan dalam
Economic Bulletin for Asia and the Far East, perpajakan oleh karena itu tetap merupakan satu-
satunya instrumen keuangan untuk mengurangi konsumsi dan investasi perorangan, dan
mengalihkansumber kepada pemerintah bagi pembangunan ekonomi. Dalam rangka
meningkatkan pembangunan ekonomi suatu negara, pajak dapat dipergunakan untuk mencapai
tujuan-tujuan berikut :
i. Untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi ke
investasi
ii. Meningkatkan dorongan menabung dan menanamkan modal
iii. Mentransfer sumber dari tangan masyarakat ke tangan pemerintah seningga
memungkinkan adanya investasi pemerintah
iv. Memodifikasi pola investasi
v. Mengurangi ketimpangan ekonomi di atas dari semuanya
vi. Memobilisasi surplus ekonomi.

7. Peningkatan Perdagangan Luar Negeri

86
Negara terbelakang biasanya berorientasikan perdagangan luar negeri tetapi nilai dan
kuantitasnya sangat kecil. Mereka terutama mengekspor beberapa produk primer seperti mineral,
bahan mentah dan produk pertanian, dan sebaliknya mengimpor barang konsumsi manufaktur
dan barang modal. Karena barang yang disbutkan belakangan ini lebih mahal ketimbang barang
yang disebutkan terdahulu, maka nilai impor mereka jauh lebih tinggi dibanding nilai ekspornya.
Ini menimbulkan persoalan neraca pembayaran dan devisa yang hanya dapat dipecahkan
(diatasi) oleh pemerintah.
Pemerintah dapat mengatasi persoalan ini dengan mengadakan promosi ekspor dan
kebijaksanaan subtitusi impor. Ia membantu para eksportit dengan mengimpor bahan mentah
dan peralatan modal, yang diperlukan bagi produksi barang yang dapat diekspor, tepat pada
waktunya, menghapuskan hambatan-hambatan ekspor, memberikan kredit, asuransi dan fasilitas
angkutan kepada eksportir, dan mengekang pertumbuhan konsumsi domestik melalui tindakakan
fiskal atau tindakan langsung. Selanjutnya, pemerintah dapat memberikan rangsang pajak,
mengadakan persetujuan bilateral dengan negara lain dan berperan serta pada pameran
perdagangan di luar negeri untuk pemasaran barang ekspor.
Langkah penting yang biasanya dilakukan oleh pemerintah adalah mendorong substitusi
impor. Untuk tujuan ini, pemerintah mengenakan pajak impor, kota, biay (pajak) tambahan, dan
sistem kurs berganda sebagai alat pelindung harga, sementara pembebasan pajak dan subsidi
dipakai untuk mengurangi biaya pada industri-industri substitusi impor.
Juga melalui bantuan luar negeri pemerintah mencoba mengatasi kesulitan nerca
pembayaran. Ia mengimpor secara langsung barang modal, komponen (suku cadang), bahan
mentah, minyak, keterampilamn teknis dan sebagainya, dari negara lain atau melalui badan-
badan internasional.
Jadi dengan mengembangkan besarnya pasar bagi barang dalam negeri melalui
perdaganagan luar negeri, pemerintah mampu menaikkan pendapatan, investasi, dan tingkat
pekerjaan perekonomian.
Peranan Pemerintah sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan dalam
perekonomian oleh karena itu pemerintah harus bisa mengatasi permasalahan yang timbul akibat
dari problema-problema yang ada. Tugas pemerintah antara lain (i) merubah kerangka
kelembagaan; (ii) Perubahan organisasi; (iii) penyediaan fasilitas sosial dan ekonomi; (iv)
Pembangunan dalam bidang pertanian, industri (v) menentukan arah kebijaksanaan moneter dan
fiskal; dan (vi) Peningkatan perdagangan luar negeri. Oleh karena itu tugas pemerintah sangat
berat untuk membangun negara untuk lebih maju. Penerapan kebijakan perlu dikaji lebih
mendalam untuk dapat mencocokkan faktor-faktor yang bisa menjadikan tingkat pembangunan
ekonomi yang lebih baik. Dengan demikian target pembangunan nasional dapat dicapai dengan
memperhatikan aspek masyarakat dan pemerintah sebagai pengendali kebijakan.

3.7. Faktor Utama Pembangunan


Banyak variabel yang harus menjadi bahan pengkajian. Namun pembangunan tersebut
harus dilakukan guna mencapai hal-hal yang diinginkan berdasarkan ―sesuatu‖ yang dimiliki
oleh suatu kelompok masyarakat. Pada kesempatan ini marilah kita membahas beberapa faktor
utama didalam melaksanakan suatu pembangunan.

1. Pandangan hidup masyarakat


Seperti dikemukakan sebelumnya, suatu pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
perubahan, berkaitan dengan hal itu kita menyadari bahwa tidak seluruh kelompok

87
masyarakat bersedia dengan tangan terbuka menerima suatu perubahan sebab pembangunan
itu baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberi dampak pada tata kehidupan
mereka yang sudah ada. Mau atau tidaknya suatu kelompok masyarakat menerima
pembangunan sangat tergantung kepada pandangan hidup itu dapat yang mereka anut. Secara
umum pandangan hidup itu dapat diklapikasikan atas 3 kelompok yaitu : Pandangan terbuka,
Pandangan tertutup dan Pandangan terbatas.
Bagi kelompok masyarakat yang memiliki pandangan hidup terbuka pada suatu
pembangunan tidaklah menjadi permasalahan. Karena mereka akan bersedia menerima suatu
proses perubahan. Biasanya kelompok masyarakat ini sudah mengadakan hubungan dengan
pihak-pihak di luar kelompok mereka sendiri. Artinya interaksi dengan pihak-pihak di luar
kelompok telah dilakukan. Sebaliknya, suatu pembangunan akan sangat sulit diterima atau
bahkan seringkali ditolak oleh kelompok masyarakat yang berpandangan hidup ‖tertutup‖,
contohnya Birma, negara tetangga kita yang terkenal dengan politik
isolasinya,mengakibatkan negara itu tergolong negara terbelakang tidak saja dalam
pertumbuhan ekonomi tetapi juga aspek-aspek sosial budaya.
Kelompok tersebut dapat dikatakan jarang atau tidak pernah mengadakan hubungan dengan
pihak-pihak luar, sehingga mereka tidak bisa membandingkan tata kehidupan sendiri dengan
kelompok masyarakat lainnya yang mungkin lebih maju. Selain itu, ada pula kelmpok
masyarakat yang mempunyai pandangan hidup ―terbatas‖. Mereka bisa menerima
pembanguan tetapi tidak semua perubahan. Umumnya, kelompok ini jauh lebih maju dari
dua kelompok masyarakat sebelumnya. Mereka di sisni sudah bisa membandingkan mana
yang baik dan mana yang tidak baik bagi kelompoknya, sehingga pembangunan yang
dilaksnakan telah diseleksi sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan, contohnya Jepang,
dalam kurun waktu kurang dari seperempat abad Jepang telah muncul sebagai negara
industrial maju tetapi tetap berpegang teguh pada tradisi-tradisi budayanya.
Mengapa pandangan hidup masyrakat ini menjadi salah satu faktor penujang pembangunan ?
Berdasarkan pengamatan para ahli yang mendalami proses pengelolaan pembangunan
kelihatannya tidak mungkin seluruh beban pelaksnaan pembangunan dipikul oleh pemerintah
suatu negara. Umumnya pemerintah tersebut memiliki peranan dalam proses pembangunan,
yaitu sebagai :
a. Pelaksana Pembangunan
Dalam hal ini pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi perencanaan suatu
pembangunan tetapi juga melaksanakan pembangunan itu sendiri, terutama pada negara-
negara berkembang. Seperti diketahui, masyarakat dari negara tersebut masih memiliki
tingkat pendidikan yang masih sangat rendah di samping penghasilan rendah. Keadaan
demikian sangat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan, yaitu
menjadi sangat mempengaruhi partisipasi masayarakat dalam pembangunan, yaitu
menjadi sangat terbatas sesuai kemampuannya.
Sehubungan dengan itu, sudah sewajarnya pemerintah mengambil alih tanggung jawab
pembangunan dengan suatu catatan bahwa pemerintah harus meningkatkan kemampuan
masayarakatnya. Hal ini sangat bermanfaat bagi pembangunan jangka panjang yang
berkesinambungan. Meskipun demikian, pemerintah akan tetap sebagai pelaksana
pembangunan, terutama untuk pembangunan di sektor masyarakat.
b. Pengaturan Langsung dan tidak Langsung Pembangunan
Perlu disadari bahwa pembangunan suatu negara tidak mungkin dilakukan sendiri oleh
pemerintah. Untuk itu, pemerintah berusaha untuk mendorong paretisipasi masyarakat

88
melalui pengetahuan langsung dan tidak langsung dari kegiatan-kegiatan tertentu.
Pengaturan langsung yang dijalankan dapat beruap perizinaan, penentuan kota, tarif dan
lain-lain. Sebagai contoh:
Dari hasil pemantauan pemerintah terhadap sektor industri tekstil ternyata harga pokok
produksinya sangat tinggi, sehingga sulit untuk bersaing dengan tekstil import di pasar
dalam negeri. Agar pembangunan di sektor ini tidak sia-sia, maka pemerintah menetapkan
tarif tertentu terhadap tekstil import,sehingga hasil produski tekstil dalam negeri dapat
terjual dengan harga yang menguntungkan. Selain itu, pemerintah melakukan pengaturan
tidak langsung melalui penetapan persyaratan-persyaratan tertentu untuk suatu kegiatan.
Misalnya, untuk mendirikan suatu perguruan tinggi maka terlebih dahulu harus dipenuhi
persyaratan-persyaratan seperti gedung kuliah, tenga pengajar tetap yang berkualitas dan
lain sebagainya. Tujuan pemerintah dengan adanya persyaratan itu adalah agar kualitas
pendidikan dengan adanya persyaratan itu adalah agar kualitas pendidikan dari perguruan
tinggi itu bisa dipertanggung jawabkan.
c. Memberi Pengaruh Langsung dan Tidak Lnagsung Pembangunan
Peranan pemerintah di sini adalah sebagai pemberi motivasi kepada masyarakat agar
melakukan kegaitan-kegiatan pembangunan. Artinya mempengaruhi kegiatan masyarakat
secara langsung. Sebagai contoh: Pemerintah mengadakan undian Tabanas bagi
penabung-penabung aktif. Pemerintah memberikan kebebasan pajak terhadap penghasilan
yang berasal dari bunga Tabanas, dan sebagainya.Pemerintah memberikan keringanan
melalui tingak suku bunga pinjaman bagi kegiatan ekspor.
Sementara itu, pemerintah juga mempengaruhi kegitan masyarakt secara tidak langsung
melalui bimbingan-bimbingan dan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat yang
bersangkutan. Tujuan pemerintah adalah supaya masyarakat tertarik untuk melakukan
suatu kegiatan sesuai dengan bimbingan dan penyuluhan yang diberikan. Sebagai contoh:
bimbingan dan penyuluhan pertanian, penyuluhan keluarga berencana dan bimbingan
pengusaha golongan ekonomi lemah.
Pandangan hidup masyarakt suatu negara akan tercermin dari besarnya dukungan yang
diberikan terhadap pembangunan. Dukungan masyarakat itu bisa berupa partisipasi pasif
atau partisipasi aktif. Dalam berpartisipasi pasif, masyarakat harus bersikap, berperilaku
dan bertindak tidak menghalangi kelancaran pembangunan. Sebaliknya masyarakat yang
berpartisipasi aktif haruslah antara lain: a. Memenuhi setiap kewajiban sebagai
warganegara yang bertanggung jawab, seperti membayar pajak secara jujur dan tepat
waktu, b.Mematuhi semua peraturan/perundang-ndangan yang ada, seperti memenuhi
persyaratan dalammendirikan pembangunan, c.Mempunyai kerelaan berkorban demi
kepentingan bersama yang lebih luas, seperti merelakan penggunaan sebagian tanah milik
pribadi untuk lokasi pembangunan sekolah, d. Memiliki kesadaran bermasayarakat dan
bernegara yang tinggi dengan tidak menyerahkan penentuan nasibnya kepada orang lain
tanpa suatu usaha yang nyata, seperti menggantungkan harapan kepada pemimpin atau
tokoh masyarakat tanpa mau berusaha sendiri. e. Memikirkan kepentingan diri sendiri
dengan menyalurkan setiap aspirasi yang ada melalui lembaga-lembaga sosial dan politik.

2) Potensi Kekayaan Alam yang dimiliki


Perumusan suatu kebijakan dan strategi pembangunan selalu memperhitungkan potensi
kekayaan alam yang dimiliki oleh negara yang bersangkutan. Menjadi kenyataan bahwa
setiap negara memiliki tingkat potensi yang berbeda, yang sangat dipengaruhi oleh letak

89
geografisnya. Misalnya Nepal sebagai suatu negara yang terletak di tengah-tengah daratan
Asia. Kita bisa mengatakan bahwa negara ini tidak memiliki potensi kekayaan alam yang
berasal dari laut. Potensi kekayaan alam yang ada di darat, didalam tanah, di laut maupun
di udara. Kekayaan alam yang ada di darat antara lain berupa hutan dengan segala
kekayaan yang terkadnung di dalamnya, di dalam tanah antara lain meliputi bahan
tambang dan sumber panas bumi, dilaut seperti hasil-hasil laut dan bahan tambang yang
kemungkinan ada di dasar laut, dan di udara seperti sumber panas matahari.
Potensi kekayaan alam yang dimiliki oleh negara-negara berkembang seringkali
dikatakan sangat kurang. Pernyataan ini sulit untuk dipertanggungjawabkan.
Contoh :
Sebelum ditemukan sumber-sumber minyak, negara Arab Saudi hanya dikenal sebagai
suatu negara gurun pasir yang tandus. Negara yang dikalsifikasikan sebagai salah satu
negara berkembang dengan tingkat pendapatan per kapita yang rendah. Tetapi sekarang
keadaannya menjadi lain di mana negara ini yang tadinya merupakan negara penerima
bantuan, berbalik menjadi negara pemberi bantuan yang kaya karena adanya hasil
ekspor minyak. Dari contoh ini tergambar bahwa kegunaan sumber-sumber alam, itu
sangat tergantung kepada pengetahuan teknologi, keadaan permintaan dan temuan-
temuan baru dalam ilmu pengetahuan.
Apabila suatu negara memiliki potensi kekayaan alam yang kaya, berarti negara itu
memiliki modal dasar untuk pembangunan. Dalam hal ini akan muncul pertanyaan
apakah potensi kekayaan alam itu telah diolah sebagaimana mestinya karena setiap
pemanfaatan potensi itu akan menjadi suatu kekuatan secara nyata guna mendukung
dan menjamin kesinambungan pelaksanaan pembangunan.

3) Penyediaan Tenaga Kerja


Sebelum membahas peranan penyediaan tenaga kerja dalam menunjang pembangunan,
terlebih dahulu kita perlu mengetahui perbedaan antara tenaga kerja sebagai pekerja
dengan tenga kerja sebagai tenaga ahli. Perbedaan itu terletak pada tingkat pengetahuan
dan kemampuan yang disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pengalaman yangdimiliki
oleh masing-masing individu.
Pada dasarnya penyediaan tenaga pekerja ditentukan oleh jumlah dan komposisi si umur
penduduk, sistem pendidikan dsar dan fasilitas alih keterampilan serta teknologi yang
tersedia. Jumlah dan komposisi umur penduduk itu menjadi dilema bagi pemerintah yang
sangat dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Di satu pihak pemerintah
berusaha untuk mensejehaterakan penduduknya dengan segala kemampuan yang terbatas.
Hal ini akan mudah dicapai apabila jumlah penduduk negara itu tidak terlalu banyak.
Namun di lain pihak pemerintah berusaha untuk mencukupi kebutuhan angkatan kerja
guna menunjang pembangunan setiap saat. Umumnya angkatan kerja itu berumur antara
18 –56 tahun. Di samping itu, sistem pendidikan dasar akan menentukan tingkat
kecerdasan masyarakat yang bersangkutan. Karena sistem itu mengatur tingkat
pendidikan yang wajib dimiliki oleh setiap warganegara. Seperti di Amerika Serikat,
ketentuan wajib belajar ini adalah sampai tingkat sekolah lanjutan atas. Begitu pula
dengan tersedianya fasilitas alih keterampilan dan teknologi dasar yang merupakan
sarana untuk mendidik para tenaga pekerja di bidang keterampilan dan teknologi canggih,
sehingga tersedia tenga kerja yang siap pakai.

90
Selanjutnya, penyediaan para tenaga ahli sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan
tinggi dan fasilitas alih teknologi canggih yang tersedia di samping faktor lain yang
mempengaruhi penyediaan tenaga tersebut. Untuk itu diperlukan dana yang besar di
mana mau tidak mau harus disediakan untuk kepentingan pembangunan, terutama
pembangunan berencana jangka panjang. Karena para tenaga ahli inilah yang
diharapkan untuk dapat menghasilkan temuan-temuan baru dalam menunjang
pembangunan.

4) Permodalan
Sebagaimana diketahui, faktor permodalan ini sangat penting. Boleh saja kita memiliki
modal dasar yanga banyak seperti potensi kekayaan alam atau penyediaan tenga kerja
yang memadai, namun apabila kita tidak memiliki modal dalam arti dana yang cukup;
modal dasar itu tidak akan dapat diolah guna mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti
dikemukakan oleh Rostow bahwa minimal 10% dari pendapatan nasional harus
digunakan untuk tinggal landas dalam pembangunan suatu negara.
Berkaitan dengan itu maka suatu negara harus bisa menggali potensi permodalan yang
ada di dalam negeri dan menarik modal asing dari luar. Potensi modal dalam negeri dapat
digali melalui peningkatan tabungan masyarakat dan kemudian dipinjamkan kepada
investor untuk diinvestasikan pada sektor-sektor pembangunan yang produkstif.
Peningkatan tabungan masyarakat ini dapat dilakukan melalui :
a. Pembatasan konsumsi dalam negeri
Konsumsi dalam negeri ini dapat dibatasi melalui peningkatan penerimaan pajak.
Apakah dengan cara menginfestasikan perpajakaan yang ada atau dengan cara
mengeluarkan kebijakan perpajakan yang baru. Peningkatan penerimaan pajak ini
akan membawa dampak terhadap pengurangan ―disposable income‖ masyarakat,
sehingga daya belinya menjadi berkurang. Mengenai hal ini perlu dipertimbangkan
secara mendalam, karena bisa menimbulkan penurunan perangsang bagi pekerja
untuk bekerja lebih keras.
b. Peningkatan pinjaman Pemerintah dari Masyarakat
Pemerintah berusaha meningkatkan tabungan masyarakat melalui peningkatan
pinjaman pemerintah dari masyarakat itu sendiri. Caranya dengan menjual surat-
surat berharga atau obligasi kepada penabung-penabung yang potensial.
c. Pembatasan Konsumsi Barang-barang Impor
Umumnya masayarakat di negar-negara berkembang dikenal sebagai masyrakat yang
―import minded‖. Artinya msayrakat di sini lebih suka untuk mengkonsukmsikan
barang impor meskipun realtif lebih mahal dari pada mengkonsumsi barang-barang
produksi dalam negeri yang relatif lebih murah. Adanya pembatasan konsumsi itu
akan memungkinkan bagi peningkatan tabungan masyarakat di dalam negeri.
d. Pemakaian Metoda Inflasi
Cara ini adalah bentuk lain dari tabungan paksa di mana harga naik lebih cepat
dibandingkan dengan pendapatan yang diterima oleh sebagian masyarakat. Akibatnya
konsumsi dalam arti riil menjadi berkurang.
e. Pengalihan Pengangguran Terselubung
Salah satu ciri dari negara-negara berkembang adalah terdapatnya penggangguran
terselubung pada sektoer-sektor tertentu. Apabila pengangguran terselubung ini
dialihkan kepada sektor-sektor yang lain tanpa mengurangi tingkat produkstivitas dari

91
sektor sebelumnya, maka diharapkan tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat
yang memberi dampak dalam peningkatan tabungan masyarakat.
Dalam memperoleh modal dari luar negeri, yaitu berupa hadiah, pinjaman lunak atau
pinjaman komersial, suatu negara harus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan
yang ditetapkan oleh si pemberi hadiah atau pinjaman. Misalnya, Philipina yang
mendapat hadiah dari Amerika Serikat, harus merelakan penggunaan sebagian
wilayahnya untuk pangkalan militer. Hal itu sangat tergantung kepada peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku di negara yang bersangkutan.
Di samping itu peningktan modal dari luar negeri dapat dilakukan melalui
peningkatan ekspor ke luar negeri, hasil ekspor yang berupa devisa akan dapat
digunakan untuk pembelian barang modal untuk produksi. Hal ini dengan suatu
kemungkinan bahwa devisa yang dihasilkan dari ekspor tidak digunakan sepenuhnya
untuk konsumsi.

5) Penyempurnaan Pasar
Pengertian penyempurnaan pasar ini adalah suatu usaha perbaikan yang dilakukan
terhadap mekanisme pasar. Sebagai contoh adalah membatasi kegiatan monopolis,
sehingga tidak terdapat suatu golongan kuat menjadi semakin kuat dan golongan lemah
mnejadi semakin lemah. Tetapi harus tercipta yang kuat membantu dan menunjang yang
lemah.
Ketidaksempurnaan suatu pasar harus diantisipasi dengan kebijkan-kebijakan pemerintah,
antara lain seperti :
a. membatasi persaingan yang tidak sehat.
b. Membatasi kegiatan monopolis.
c. Menyediakan fasilitas kredit untuk golongan ekonomi lemah.
d. Menggunakan sumber-sumber pembangunan secara dinamis serta melakukan
perubahan-perubahan mendasar dan struktural.
e. Merangsang permintaan efektif yang riil.
Usaha-usaha perbaikan yang dilakukan untuk penyempurnaan pasar akan membantu
pertumbuhan dan perluasan perekonomian. Apabila perekonomian telah berkembang dan
meningkat, maka inilah salah satu landasan utama untuk proses berantai pembangunan
selanjutnya. Tidak mungkin suatu pembangunan dilaksanakan sekiranya tingkat
pertumbuhan ekonomi tidak menyokongnya. Pembangunan tidak akan pernah berhenti,
meskipun negara itu sudah maju karena pembangunan itu berasal dari yang belum ada,
menjadi ada. Kemudian dari yang telah ada, dipertahankan dan ditingkatkan. Begitulah
seterusnya.

6) Stabilitas Politik dan Keamanan


Perkembangan pembangunan yang terjadi pada berbagai negara telah memperlihatkan
bahwa kondisi-kondisi politik dan keamanan yang stabil merupakan salah satu faktor yang
menentukan. Jelas bagi kita apabila suatu negara telah terlibat dengan kemelut politik, maka
umumnya masyarakat negara itu sudah tidak mempunyai kesempatan lagi untuk memikirkan
bagaimana pembangunanan negaranya dapat berjalan dengan lancar. Mereka hanya memikirkan
bagaimana agar ide politik yang dianut menang dalam menghadapi saingannya. Demikian juga
dengan adanya kekacauan pada suatu negara yang merupakan juga dengan adanya kekacauan

92
pada suatu negara yang merupakan akibat dari tidak adanya kestabilan keamanan. Satu pihak
berushana untuk membangun, tetapi pihak lainnya akan berusaha untuk menghancurkan.
Selain itu, ketidakstabilan politik dan keamanan ini akan mengakibatkan gagalnya usaha
pemerintah dalam menarik modal asing.

3.8. Sasaran dan Kebijakan Dasar Pembangunan


Sasaran pembangunan tidaklah cukup hanya menekankan pada pertumbuhan ekonomi
semata dengan mengabaikan pemerataan atau kesempatan kerja. Kedua sasaran umum ini harus
tercapai dalam suatu pembangunan.
Beberapa ciri negara berkembang:
1.Tingkat kehidupan yang rendah
Tingkat kehidupan dari sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang adalah
rendah jika dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang tergolong kaya dalam negara-
negara berkembang. Tingkat kehidupan ini tergambar antara lain pada tingkat pendapatan
yang rendah, fasilitas perumahan yang tidak memadai, pendidikan dan keterampilan
masyarakat yang terbatas dan fasilitas kesehatan yang buruk.
2. Tingkat pertumbuhan populasi yang tinggi
3. Tingkat produktivitas yang rendah
4. Ketergantungan yang tinggi pada produk pertanian dan expor
5. Mudah dimasuki pengaruh negara maju
Sebagaimana layaknya penyusunan suatu rencana, terlebih dahulu harus dirumuskan
suatu kebijakan dasar. Kebijakan dasar itu memuat pedoman yang menjadi pegangan bagi
perencana untuk melakukan proses-proses perencanaan selanjutnya, sehingga dapat dihasilkan
suatu rencana yang menyeluruh dan konsisten. Berkaitan dengan perencanaan pembangunan,
kebijaksanaan dasar yang dirumuskan umumnya mencakup: 1). Penetapan tujuan dan strategi
pembangunan, 2). Kerangka perencanaan pembangunan yang menyeluruh dan 3). Kerangka
kebijakan yang konsisten.
Penetapan Tujuan dan Strategi Pembangunan
Sebelum melakukan atau merencanakan suatu kegiatan atau usaha, terlebih dahulu,
harus ditetapkan tujuan yang hendak dicapai dan strategi pencapaian tujuan itu supaya berbagai
kegiatan atau usaha yang dilaksanakan bisa menjadi lebih terarah atau terencana dengan baik.
Mengingat hal itu penetapan tujuan sangat tergantung pada keadaan dan nilai-nilai yang dianut
oleh masyarakat di negara yang bersangkutan baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun
politik serta tingkat kemajuan pembangunan yang telah dicapai. Dengan demikian tujuan yang
dirumuskan itu, haruslah merupakan: a). Tujuan yang mencakup bidang ekonomi, sosial dan
politik. Tercapainya tujuan pembangunan di bidang ekonomi belum berarti tujuan
pembangunan nasional suatu negara telah berhasil dengan baik. Suatu kenyataan bahwa
kenaikan pendapatan nasional yang tinggi belum dapat menjamin sepenuhnya kenaikan
kualitas masyarakatnya. Berkaitan dengan hal tersebut maka perumusan suatu tujuan
pembangunan harus mencakup pula tujuan-tujuan di bidang sosial dan politik disamping tujuan
ekonomi itu sendiri. Sebagai contoh pembangunan di bidang sosial, yaitu meningkatkan
kesejahteraan material dan spiritual masyarakat dan di bidang politik, usaha peningkatan
kesadaran bernegara bagi seluruh warga masyarakat dan b). Keputusan /Politik
Salah satu faktor penyebab dari kegagalan perencanaan pembangunan di negara-negara
sedang berkembang adalah kurangnya kemampuan politik untuk membangun dari sebagian
pemimpin-pemimpin nasional negara yang bersangkutan.

93
3.9. Issu Sentral dalam Pembangunan
Setiap negara umumnya melakukan perencanaan dalam melaksanakan
pembangunannya. Luas atau tidaknya ruang lingkup yang dicakup perencanaan itu tergantung
kepada tingkat campur tangan pemerintah dalam mengatur tata kehidupan masyarakatnya.
Secara tidak langsung keadaan tersebut akan ikut mempengaruhi banyak atau sedikit-sedikitnya
masalah-masalah yang dihadapi untuk dirumuskan dalam perencanaan pembangunan. Masalah-
masalah tersebut dapat dikatagorikan atas: (1) masalah kependudukan dan kemiskinan, (2)
Masalah ketimpangan, (3) masalah pembentukan modal dan utang luar negeri, (5) masalah
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) masalah pembangunan sumber daya
manusia (SDM), (7) masalah sosial, politik dan keamanan.(8) Masalah administrasi
pembangunan (9), masalah kerusakan lingkungan (10). Masalah globalisasi , dan (11) masalah
kesenjangan gender (Rizal, 1999):
1). Masalah Kependudukan dan Kemiskinan
Kemiskinan adalah adalah ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan potensi
yang dimilikinya atau mengelola sumber daya alam yang ada di sekitarnya, serta keterbatasan
akses dari factor-faktor produksi. Kemiskinan disebabkan berbagai factor, salah satu diantaranya
adalah ketersisihan (exclusion) atau proses marjinalisasi dari proses sosial, politik dan ekonomi
(termasuk pasar). Bentuk dari proses marjinalisasi ini bisa tercermin dari sisi jender, ethnicity
ataupun kelas masyarakat (Muh. Ihksan, 2005)
Pada umumnya suatu kemiskinan akan tercermin dari pendapatan perkapita masyarakat
dalam suatu negara dimana konsumsi utamanya adalah untuk memenuhi kebutuhan makanan.
Keadaan tersebut menjadi masalah pokok dalam perencanaan pembangunan disebagian besar
negara-negara berkembang bahwa tingkat produktivitas masyarakatnya sangat rendah yang
disebabkan oleh kurangnya sumber-sumber pembangunan, pasarnya tidak sempurna dan
keadaan ekonomi yang masih belum maju.
Kemiskinan dapat disebabkan dari berbagai faktor. Salah satu diantaranya adalah
jumlah penduduk. Hasil penelitian empiris menunjukkan bahwa semakin bertambah penduduk
di Indonesia semakin bertambah pula jumlah orang miskin.
Masing-masing negara di dunia ini umumnya memiliki masalah dibidang kependudukan
yang tidak hanya menyangkut jumlahnya tetapi juga mencakup masalah kualitas manusiadan
kelengkapan materialnya. Masalahnya jumlah penduduk tergambar dari laju pertumbuhannya
yang tinggi dalam hal mana dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan tingkat kematian pada suatu
negara. Adanya kemajuan pembangunan akan menimbulkan dilema di bidang ini, yaitu di satu
pihak negara tersebut menginginkan laju pertumbuhan penduduk yang rendah, tetapi di lain
pihak tingkat kematian menjadi berkurang di samping tingkat kelahiran yang masih tetap tinggi
karena ada pandangan masyarakat bahwa banyak anak akan membawa kemakmuran.
Apabila laju pertumbuhan penduduk yang tinggi itu tidak diiringi dengan perluasan
kesempatan kerja, maka akan terjadi pengangguran tenaga kerja. Eiger O. Edwars
mengemukakan bahwa terdapat lima bentuk pengangguran di negara-negara berkembang yaitu :
Pengangguran terbuka, yaitu mereka yang secara sadar tidak mau bekerja karena menuntut
pekerjaan yang lebih baik atau sesuai dengan tingkat pendidikannya dan mereka yang terpaksa
tidak bekerja karena tidak tersedia lapangan pekerjaan padahal mereka mau bekerja.
Pengangguran semu, yaitu mereka yang bekerja kurang dari apa yang semestinya mereka
kerjakan. Kelihatannya aktif tetapi tidak produktif, yaitu mereka yang tidak digolongkan ke
dalam bentuk pengangguran seperti pengertian di atas, akan tetapi karena adanya usaha-usaha

94
alternatif yang menggunakan ―tanda waktu‖, seperti : pengangguran semu yang terselubung ;
banyak orang-orang yang kelihatannya bekerja karena adanya batasan waktu, seperti bekerja
pada kantor atau sektor lain yang memiliki jam kerja tertentu. Sebenarnya pekerjaan yang
mereka lakukan tersebut tidak memerlukan waktu selama batasan waktu tertentu itu.
Pengangguran tersembunyi ; yaitu mereka yang bekerja pada pekerjaan pilihan kedua ;
seperti pekerjaan di bidang pendidikan dan rumah tangga, karena tidak terdapat kesempatan-
kesempatan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat dan bidang pendidikannya. Pensiun yang
dipaksakan yaitu mereka yang harus berhenti bekerja karena ketentuan yang berlaku untuk
memberi kesempatan kerja bagi mereka yang harus diangkat dari bawah. Sebenarnya para
pensiunan tersebut masih merupakan tenaga yang produktif.
Disadari atau tidak bentuk-bentuk pengangguran tersebut terjadi di negara-negara
berkembang, bahkan di negara-negara maju tetapi dalam persentase yang kecil sekali. Hal
tersebut harus diatasi secepatnya karena bisa menimbulkan lingkaran yang tidak berujung pula.
Pengangguran tinggi akan menimbulkan pendapatan rendah yang berarti muncul kemiskinan.
Hal itu menyulitkan untuk meningkatkan kualitas manusianya, sehingga tingkat
produkstivitasnya rendah dan pada gilirannya akan sulit untuk menciptakan lapangan pekerjaan
baru yang berarti pula masalah pengangguran tetap tidak bisa diatasi.
Di samping itu dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan menyulitkan bagi
peningkatan pembangunan di masa datang. Sebab hal tersebut akan menyerap setiap kenaikan
pendapatan nasional yang dihasilkan oleh pembangunan, sehingga usaha untuk mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi yang positif menjadi percuma. Hal ini sangat erat hubungannya dengan
masalah kualitas manusia dan kelengkapan materialnya. Untuk meningkatkan kualitas manusia
di sini dibutuhkan pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan. Melalui pendidikan dapat
dikembangkan cara berpikir masyarakatnya di samping meningkatkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang sangat bermanfaat bagi pembangunan itu sendiri. Sementara itu, sarana
kesehatan sangat berguna untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan bergizi sehingga
sumber daya ini bisa meningkatkan produkstivitasnya. Dengan demikian, setiap individu
masyarakat akan dapat mempunyai kesempatan minimal untuk memperoleh pendidikan dasar
dan perawatan kesehatan yang memadai.
Kelengkapan material dari masyarakat yang memadai tidak hanya menyangkut kebutuhan bahan
makanan pokok, tetapi juga mencakup penyediaan kebutuhan perumahan dan sarana pisik
lainnya. Apabila laju pertumbuhan penduduk tersbut tidak dapat ditekan sesuai dengan yang
diharapkan, maka sulit untuk dibayangkan bagaimana cara pemerintah sebagai individu
masyarakatnya. Sedangkan kenaikan pendapatan nasional telah terserap habis oleh kenaikan
jumlah
Menurut Rognar Nurkse (dalam Rizal,1999), lingkaran setan kemiskinan itu dapat
dilihat dari beberapa segi, yaitu (a) segi permintaan, (b) segi penawaran, dan (c) segi
keterbelakangan masyarakat serta sumber kekayaan alam yang dimiliki.

a) Segi Permintaan
Rendahnya tingkat pendapatan nyata menyebabkan jumlah permintaan menjadi rendah,
sehingga pada gilirannya tingkat investasi pun rendah. Tingkat investasi yang rendah
kembali menyebabkan kurangnya modal dan rendahnya produktivitas yang mengakibatkan
rendahnya pendapatan. Hal tersebut dapat digambarkan seperti berikut :

95
Pendapatan

rendah

Produktivitas Permintaan

rendah rendah

Kurang Investasi

modal Modal

Sumber: Rizal, 1999

b). Segi Penawaran


Produktivitas rendah tercermin didalam pendapatan nyata yang rendah. Pendapatan nyata
rendah berarti tingkat tabungan rendah, sehingga tingkat investasi rendah, karena
kekurangan modal. Kekurangan modal itu akhirnya bermuara kembali pada tingkat
produktivitas yang rendah. Keadaan ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Produktivitas

rendah

Kurang Pendapatan

modal rendah

Investasi Tabungan

rendah rendah

Sumber: Rizal,1999

96
c). Segi keterbelakangan masyarakat dan sumber kekayaan alam
Pengembangan sumber kekayaan alam suatu negara sangat tergantung kepada kemampuan
penduduk dalam mengelolanya. Apabila keadaan penduduk sangat terbelakang, maka
sumber kekayaan alam tersebut tidak bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Sebaliknya,
keterbelakangan sumber kekayaan alam itu sendiri akan menyebabkan keterbelakangan
penduduk negara yang bersangkutan. Keadaan tersebut dapat terlihat pada gambar dibawah
ini.

Keterbelakangan

masyarakat

Ketidaksempurnaan Keterbelakangan

pasar sumber kekayaan alam

Sumber: Rizal,1999

Jadi suatu kemiskinan tersebut harus diatasi, artinya lingkaran setan kemiskinan itu harus
diputus. Karena selagi masyarakat suatu negara masih tetap miskin, maka akan tetap
miskin. Tanda-tanda kemiskinan itu sangat jelas terlihat dalam kehidupan sehari-hari,
sebagai contoh: kekurangan gizi, lingkungan hidup yang kumuh, kurangnya pendidikan
masyarakat, tingginya tingkat kematian bayi, dan lain-lain.

2) Masalah Ketimpangan
Ketimpangan adalah suatu gejala yang terjadi dalam suatu masyarakat dan merupakan
masalah klasik yang sampai sekarang ini belum terselesaikan. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya ketimpangan tapi dapat dikemablikan pada dua faktor, yaitu
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Kekurangan dan kelimpahan sumber daya
alam antar satu wilayah dengan wilayah lain serta sumber daya mansuai yang tidak
merata kualitasnya menyebabkan merupakan faktor utama ketimpangan pembangunan.
Kepemilikan modal dari penduduk suatu negara juga dapat menjadi penyebab
ketimpangan. Pada umumnya ketimpangan dapat dibagi dua, yaitu ketimpangan distribusi
pendapatan dan ketimpangan distribusi hasil-hasil pembangunan. Ketimpangan distribusi
pendapatan ini biasanya sering terjadi karena tingginya tingkat pengangguran pada negara
yang bersangkutan, sebagai akibat dari pemilihan prioritas pembangunan yang kurang
tepat. Pembangunan hanya diarahkan kepada usaha-usaha untuk mencapai pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tanpa memperhatikan faktro-faktor lainnya. Padahal pertumbuhan

97
ekonomi yang tinggi saja belum dapat menghasilkan suatu pemerataan pendapatan,
sehingga kemungkinan hal tersebut hanya dinikmati oleh segolongan masyarakat tertentu
saja.
Simon Kuznets (1955) menggambarkan keimpangan itu terjadi dari satu masa ke masa
yang lain dengan membuat hipotesis kurva U terbalik ( inverted U Curve), mula-mula
ketimpangan distribusi pendapatan itu semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya
waktu, namuan setelah mencapai kondisi kejenuhan atau tingkat pembangunan tertentu
maka ketimpangan tersebut justru menurun.
Ketimpangan memerlukan penangan yang cepat dan serius karena dapat menimbulkan
kerawanan sosial. Jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar. Begitu pula, kemajuan
suatu daerah akan meninggalkan daerah lainnya jauh di belakang. Semua gejala ini dapat
menjadi penghalang pembangunan.

(4) Masalah Pembentukan Modal


Kelengkapan modal sudah merupakan salah satu ciri umum dari negara-negara berkembang.
Bukan saja persediaan modal yang kurang tetapi tingkat pembentukan modalnya juga sangat
rendah. M.L Jhingan mengemukakan di dalam bukunya ―the Economics of Development
and Palnning‖ bahwa. Investasi bruto dari negara-negara terbelakang hanya berkisar antara
5 – 6 % dari pendapatan nasioanl bruto, sedangkan di negara maju adalah kira-kira sebesar
15-20%. Keadaan ini merupakan suatu kesulitan bagi negara-negara berkembang untuk
meningkatkan jumlah proyek-proyek pembngunannya. Lebih-lebih kalau ditanamkan pada
proyek-proyek padat modal yang membutuhkan modal besar dimana belum termasuk
penyediaan dana untuk menutup penyusutan modal dan pengganti peralatan yang sudah
rusak serta perawatannya.
Sebagaimana diketahui, pembentukan modal itu dapat dibedakan atas pembentukan
modal yang bersumber dari dalam negeri dan dari luar negeri. Pembentukan modal dalam
negeri sangat tergantiung kepada besar atau kecilnya tabungan masyarakat di samping
penerimaaan pajak dan penerimaan lainnya. Kecilnya jumlah tabungan masyarakat di
negara-negara berkembang adalah karena.
(a) Rendahnya pendapatan per kapita masyarakat
Keadaan ini tidak terlepas dari lingkaran setan kemiskinan yang telah diuraikan
sebelumnya. Akibat rendahnya pendapatan masyarakat tersebut, jumlah pendapatan
yang akan ditabungkan menjadi sedikit.
(b) Rendahnya minat menabung masyarakat
Umunya di negara-negara berkembang terdapat ketimpangan pendapatan dimana ada
segolongan masyarakat mempunyai pendapatan yang tinggi dan ada pula segolongan
masyarakat yang berpengahsilan rendah. Hal tersebut tidak berarti bahwa golongan
masyarakat yang berpendapatan tinggi itu akan menyebabkan jumlah tabungan
masyarakat secara nasional akan tinggi pula. Sebab golongan ini cenderung untuk
menggunakan dananya untuk tujuan-tujuan spekulatif dan tidak produktif, seperti
menyimpan dalam bentuk emas dan permata atau memberi pinjaman dengan suku
bunga yang tinggi. Begitu pula dengan golongan masyarakat yang berpenghasilan
menengah dimana mereka hanya memiliki tabungan sedikit karena kecenderungan yang
mengarah kepada penundaan konsumsi untuk masa depan. Tabungan itu nantinya
digunakan untuk kebutuhan tidak terduga, konsumsi barang mewah atau penggunaan

98
lainnya. Kesemuanya itu terjadi pada dasarnya karena kurangnya minat menabung di
kalangan masayraakat itu sendiri.
c) Adanya kecenderungan untuk menyamai pola konsumsi negara maju
Pada diri setiap orang biasanya terdapat kecenderungan untukmeniru gaya hidup dari
tetangga yang kaya. Kecenderungan inipun terdapat pada orang-orang di negara-negara
berkembang untuk menyamai pola konsumsi yang tinggi seepreti di bnegara-negara
maju, sehingga setiap peningkatan pendapatan akan dipergunakan untuk pengeluaran
konsumsi mewah. Akibatnya jumlah tabungan menjadi statis atau tidak berarti sama
sekali.
Sementara itu , mengingat pendapatan per-kapita masyarakat di negara-negara
berkembang yang masih rendah, maka untuk pembiayaan pembangunan perlu
diupayakan pembentukan modal yang bersumber dari luar negeri. Untuk menarik
modal dari luar negeri itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, karena sangat
tergantung kepada motivasi politik dan motivasi ekonomi dari negara asal modal
terhadap negara penerima modal. Meskipun, demikian, perlu diperhatikan bahwa
pembentukan dari luar negeri haruslah merupakan faktor pelengkap bagi pembangunan
keseluruhan.
d) Masalah pengolahan potensi kekayaan alam
Menjadi suatu kenyataan bahwa masing-masing negara memiliki tingkat potensi
kekayaan alam yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh letak geografis negara
tersebut. Potensi kekayaan alam itu meliputi seluruh sumber kekayaan yang dimiliki
oleh suatu negara baik di darat, di dalam tanah, di laut maupun di udara. Kekayaan
alam yang tersedia di darat antara lain berupa hutan dengan segala yang terkandung di
dalamnya, di dalam tanah antara lain seperti bahan tambang dan sumber panas bumi, di
laut seperti hasil-hasil laut dan bahan tambang yang ada di dasar laut, dan di udara
seperti sumber panas matahari.
Seringkali dikatakan bahwa negara-negara berkembang memiliki kekayaan alam yang
kurang sekali. Hal ini sulit untuk dipertanggung jawabkan. Sebagaimana dikemukan
oleh W.A Lewis dalam bukunya ―the Economics of Growth‖.
Suatu negara yang dianggap miskin sumber alam saat ini mungkin dapat dianggap
sangat kaya dikemudian hari, tidak saja lantaran diketemukan sumber-sumber yang
tersembunyi, tetapi juga karena penggunaan sumber yang telah diketahui dengan cara
baru.Jelaslah bahwa potensi kekayaan alam itu membutuhkan pengolahan dengan
teknologi dan ilmu pengetahuan yang mendukung untuk memperoleh hasil yang
optimal. Di samping itu, pengolahan potensi kekayaan alam tersebut perlu
mempertimbangkan dampaknya dalam jangka panjang. Suatu pengolahan yang keliru
akan mengakibatkan keadaan yang tidak menguntungkan di masa datang. Sebagai
contoh pengolahan hasil hutan, yaitu penebangan kayu dihutan tanpa diiringi dengan
penanaman kembali. Keadaan ini akan memberi keuntungan yang besar karna kayu-
kayu tersebut siap untuk diekspor dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa
negara. Namun dipihak lain bisa terjadi kerusakan lingkungan sehingga menimbulkan
antara lain bahaya erosi sebagai akibat penebangan yang semrawutan disamping usaha
penanaman kembali hutan-hutan tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Dari uraian dan perumpamaan tersebut tergambar bahwa meskipun pengolahan potensi
kekayaan alam itu bisa memberi keuntungan yang besar dalam jangka pendek tetapi
belum tentu akan memberikan hal yang sama untuk jangka panjang bahkan

99
kemungkinan bisa sebaliknya. Sebab setiap pemanfaatan potensi kekayaan alam itu
akan menjadi suatu kekuatan nyata guna mendukung dan menjamin kesinambungan
pembangunan dimasa selanjutnya.
e) Masalah Sosial dan Politik.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
perubahan. Berkaitan dengan itu perlu disadari bahwa tidak seluruh kelompok
masyarakat bersedia untuk menerima suatu perubahan dengan tangan terbuka. Sebab
pembangunan itu, baik secara langsung ataupun tidak langsung akan memberi dampak
pada tata kehidupan mereka yang sudah ada. Biasanya mau atau tidaknya suatu
masyarakat menerima pembangunan sangat tergantung pada pada pandangan hidup
yang mereka anut.
Secara umum, pandangan hidup dari masyarakat itu dibedakan atas pandangan hidup
yang bersifat terbuka, tertutup dan terbatas. Kelompok masyarakat yang mempunyai
pandangan terbuka terhadap pembangunan tidaklah merupakan suatu masalah, karena
mereka akan bersedia untuk menerima suatu proses perubahan. Kelompok masyarakat
ini biasanya telah mengadakan hubungan dengan pihak-pihak diluar kelompok mereka.
Sebaliknya, suatu pembangunan akan sangat sukit diterima atau bahkan ditolak oleh
kelompok masyarakat yang memiliki pandangan hidup tertutup. Kelompok masyarakat
ini bisa dikatkan jurang atau tidak pernah mengadakan hubungan dengan pihak-pihak
luar, sehingga mereka tidak bisa membandingkan tata kehidupan sendiri dengan
kelompok masyarakat lainnya. Selain itu ada pula kelompok masyarakat yang
mempunyai pandangan hidup yang bersifat terbatas. Mereka bisa mereka bisa
menerima pembangunan tetapi tidak untuk semua perubahan. Umumnya, kelompok ini
jauh lebih maju dari dua kelompok masyarakat sebelumnya, karena mereka sudah bisa
membandingkan dan mengkaji perubahan mana yang baik dan mana yang tidak baik
bagi kelompoknya. Dengan demikian perubahan yang akan diterima telah diseleksi
sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhannya.
Menurut laporan PBB dalam ―Proces and Problem of Industrialization in
Underdeveloped Countries‖,Dinegara-negara terbelakang terdapat unsur-unsur
perlawanan sosial terhadap perubahan ekonomi yang berakar pada faktor-faktor
kelembagaan seperti tampak dalam: ―Statifikasi pekerjaan yang ketat‖, yang didukung
oleh kepercayaan dan nilai-nilai tradisional; sikap yang memandang rendah peranan
dunia usaha, ketidakcocokan dengan pola hidup dan konsep martabat sosial yang
dipegang teguh oleh kelompok berkedudukan tinggi‖ dan ―pengelompokan masyarakat
berdasarkan kasta dan kelas, agama dan suku bangsa, tradisi budaya dan pola sosial,
warna kulit dan ciri-ciri kedarahan‖.
Apabila laporan itu dikaji, maka faktor-faktor tersebut akan menjadi penghalang
mobilitas sosial dan geografis. Hubungan antar sesama masyarakat lebih bersifat
patrimonial ketimbang bersifat nasional, sehingga timbul sifat pilih kasih yang kadang-
kadang jauh dari kenyataan yang wajar dimana perasaan emosional lebih menonjol
daripada logika, Akibatnya tingkat efisiensi di berbagai bidang pembangunan menjadi
diabaikan, karena tenaga-tenaga yang potensial tertentu menjadi terlantar dan tidak
terpakai secara maksimal, Sehingga menjadi kendala bagi pembangunan.
Sementara itu, masalah politik merupakan sesuatu yang perlu mendapatkan prioritas
perhatian. Seperti telah diketahui, pelaksanaan pembangunan yang sukses sangat
dipengaruhi oleh faktor adanya keamanan politik dari semua golongan di negara yang

100
bersangkutan. Semua golongan tersebut harus bersatu untuk mendukung dan
berpartisipasi dalam pembangunan. Artinya, golongan-golongan politik tersebut tidak
hanya memikirkan strategi bagaimana untuk menenangkan ide politik masing-masing,
tetapi lebih mengutamakan pemikiran untuk pemecahan masalah yang menyangkut
kepentingan nasional dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan pembangunan.
f). Masalah Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dengan
pembangunan suatu negara, karena admnistrasi pembangunan itu memiliki peran aktif
dan berkepentingan terhadap tujuan-tujuan pembangunan, baik dalam perencanaan
maupun dalam pelaksanaannya. Bahkan administrasi pembangunan itu seringkali ikut
mempengaruhi tujuan pembangunan yang dirumuskan melalui proses politik.
Mengingat peranannya yang begitu besar, maka permasalahan yang ada didalam
administrasi pembangunan perlu diatasi dengan cepat. Sebab telah menjadi kenyataan,
terutama dinegara-negara berkembang, bahkan menyebabkan timbulnya biaya yang
tinggi disamping kemampuan pelaksanaan yang lebih ditujukan kepada segi
memerintah dan menjamin tertib pelaksanaan ketentuan atau hukum yang berlaku.
Dengan demikian, pembangunan dinegara tersebut menjadi tidak efisien dan efektif.
g). Masalah Kerusakan Lingkungan
Lingkungan merupakan factor penting dalam kebidupan manusia. Manusia bias hidup
dan bernafas di muka bumi ini karena adanya peranan panting masing-masing
mahluk hidup di sekeliling manusia. Kerusakan lingkungan akan memberikan dampak
negatif berupa malapetaka. Dengan demikian lingkungan juga merupakan bagaian
penting dalam pembangunan. Pembangunan semacam ini sangat popular sekarang ini,
akibat semakin befrkurangnya daya tahan lingkungan dan semakin berkurangnya
kenyamanan hidup akibat perubahan alam, seperti pemanasan global yang semakin
meghawatirkan. Pembangunan dengan mempertimbangkan kelangsungan hidup
manusia dengan mempertimbangkan daya dukung lingkungan dikenal
Pembangunan Berkelnjutan (sustainable development)

3.10. Indikator Pembangunan


Pembangunan dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat, yang dipelopori oleh
pemerintah. Keberhasilan pembangunan di Negara berkembang adalah sangat ditentukan oleh
pemerintah. Pemerintahlah yang memberikan arah dan pedoman untuk mencapai yang telah
dicita-citakan. Pemerintah berusaha sekuat mungkin meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, melalui suatu perencanaan dan berbagai program dengan mendorong pihak
pihak lain untuk berpartisipasi dalam pembangunan. Sektor pemerintah dan swasta
berjalan dimana pemerintah memberikan arahan dan penugasan sehingga pemerataan hasil
pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Jadi keberhasilan
pembangunan dapat dilihat dari segi pertumbuhan dan pemerataan. Kedua konsep ini harus
sejalan dan maju bersama, bukan sebaliknya. Memperhatikan luasnya cakupan pembangunan,
sehingga nampaknya sulit untuk diukur keberhasilannya. Namun secara sederhana dapat
dilihat dari beberapa faktor atau indicator yang menjelaskan ukuran keberhasilan
pembangunan.

Pertumbuhan Ekonomi

101
Salah satu inikator yang paling penting dalam pembangunan ekonomi Negara
berkembang adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang
diakibatkan oleh investasi yang memadai tidak saja akan mendorong produktivitas kerja
penduduk suatu Negara menjadi tinggi tetapi juga akan menciptakan nilai tambah yang
membaik yang pada akhirnya juga mendorong penyerapan tenaga kerja. Pertumbuhan
ekonomi dapat diukur dengan peningkatan output atau PDB per kapita dalam suatu
Negara. Bagi negara berkembang, apalagi negara miskin ( terkebelakang) pertumbuhan ini
sangat penting karena merupakan syarat perlu dari pada keberhasilan pembangunan.
Indikator pertumbuhan ekonomi yang menaik tidak akan ada artinya apa-apa, jika tidak
disertai dengan kegiatan penyerapan tenaga kerja atau distribusi pendapatan.

Distribusi Pendapatan
Pemerataan pembangunan biasanya sangat terkait dengan kemiskinan, karena
semakin rendah tingkat kemerataan, berarti semakin lebar jurang dan gap antara masyarakat
kaya dan masyarakat miskin, maka secara logika kemiskinan semakin meluas. Ada
beberapa cara untuk mengukur kesenjangan dan distribusi pendapatan
1. The Generalized Entropy

1  N  y  
GE( )    i   1 , untuk   0,1
N 2    i 1  y  

1N y y 
GE( )    i ln i  , untuk   1
N  i 1  y y 
1 N  y
GE( )    ln  , untuk   0
N i1  yi 
Dimana:
yi adalah pendapatan individu ke i, merupakan bagian dari N
 mengukur besarnya perbedaan antara pendapatan dan kelompok-kelompok yang
berbeda-beda di dalam distribusi tersebut dan mempunyai nilai riel.
Nilai GE( ) antara 0 dan  . GE( ) = 0 berarti kemerataan sempurna dan GE( ) = 
berarti kesenjangan terbesar.

2.The Atkinson Measure


Ukuran ketidakmerataan pendapatan dikembangkan oleh Anthony Barnes Atkinson. The
distinguishing feature of the Atkinson index is its ability to gauge movements in different
segments of the income distribution.

 1  1 N 1  
1    yi  untuk   [0,1)  (1,)
   N i 1 
A   1/ N
 1  1  
N

   yi 
  i 1 
untuk   1

102
Dimana:
 adalah parameter ketimpangan sedangkan A adalah parameter kemerataan.
0<  <1 dan 0 < A < 1.
Ketimpangan pendapatan per kapita antar Wilayah

3. Theil Indeks
1 N x x 
TT  T 1    i ln i 
N  i 1 x x 
Dimana
xi adalah pendapatan per orang
x adalah pendapatan rata-rata atau sub grup
Jika xi dibalik diperoleh
1
TL ( x)  TT ( )
x
1 N x
TL  T 0  MLD    ln 
N  i1 xi 

2. Indeks Willianson
Indeks Willianson digunakan untuk mengetahui tingkat ketimpangan pendapatan per
kapita antara wilayah, dengan formula

 (Y  Y )
i 1
i
2
fi / n
VW 
Y

(Akita, 1995; 63)

dimana:

VW = tingkat ketimpangan tertimbang


fi = jumlah penduduk daerah i
n = jumlah penduduk wilayah
Yi = pendapatan per kapita daerah i
Y = pendapatan per kapita wilayah
Kriteria:
VW mendekati nol, ketimpangan relatif ringan
VW mendekati 1, ketimpangan relatif berat
0,20 < VW < 0,35, ketimpangan ringan
0,35 < VW < 0,50, ketimpangan sedang
VW > 1, ketimpangan berat

103
3.Gini Rasio
Gini rasio (GR) digunakan untuk mengetahui tingkat distribusi pendapatan.
Menghitung GR dapat dilakukan dengan bantuan Kurva Lorenz yang dapat digambarkan
sebagai dalam suatu segi empat sama sisi

Li Kurva Lorenz

A
0 1
Gambar 1 : Kurva Lorenz

Luas Li
GR 
Luas segitiga OAB

Luas antar garis diagonal dan kurva Lorenz

1
Li    f ( x )  f ( x )
0
1 2 dx

Jika f(x1) = X dan f(x2) = aX b

Gini Rasio didefinisikan dengan ratio antara luas daerah (OLiB terhadap segi tiga
OAB). Dengan demikian dipoeroleh:

Diperoleh

 
1
GR  2 X  aX b dx
0

1 a 
GR  2 X 2  X b1 10
 2 b  1 

104
1 a b1 
GR  2 12  1 0
 2 b 1 

2a
 1
b 1

dimana:

Gi adalah gini rasio


f(x1) adalah garis diagonal antara nol dan satu
f(x2) adalah kurva Lorenz
a dan b adalah pareamter-parameter regresi non linear

atau dengan menggunakan rumus lain seperti (Widodo, 1990):

n
GR = 1 - (X
i
i 1  X i )(Yi  Yi 1 )

atau
n
GR = 1-  f (Y  Y
i
i i i 1 )

Keterangan:
KG = Angka koefisien Gini

Dimana Xi adalah proporsi jumlah rumah tangga kumulatif dalam kelas ke-i dan Yi
adalah proporsi jumlah pendapatan rumah tangga dalam kelas i.
Indeks Gini menunjukkan kemerataan dengan nilai berkisar antara 0 dam 1. Nol berarti
kemerataan mutlak dan satu berarti ketimpangan mutlak, dimana kedua kutub ini tidak pernah
dicapai berdasarkan pengalaman. Sedangkan yang terjadi adalah ketimpangan ringan,
ketimpangan sedang atau ketimpangan berat.
Besar kecilnya Indeks Gini akan menentukan pola distribusi pendapatan yang terjadi.
Kriteria distribusi pendapatan antara lain: Index Gini antara 0,50 – 0,70 digolongkan sangat
timpang, dan antara 0,25 – 0,30 digolongkan agak merata (Todaro, 2000). Oshima dalam
Rosyidi (1982) menyatakan bahwa Gini Coefficient Ratio = 0,3 menunjukkan ketimpangan
ringan, 0,4 menyatakan ketimpangan moderat dan 0,5 menunjukkan ketimpangan berat. Kriteria
ini, kemudian dimodifikasi: Sampai dengan 0,3 menunjukkan ketimpangan ringan, > 0,3 sampai
dengan 0,5 menunjukkan ketimpangan sedang 0,5 ke atas menunjukkan ketimpangan berat.
Berikut ini disajikan suatu fungsi yang menunjukkan beberapa variabel yang
mempengaruhi ketimpangan:

Fungsi invers exponensial dengan varaibel dummy

a. GRt  h0  h1ln X 1  h2ln ( X 1 ) 2  h3ln ( X 2 )  h4 ln X 3  h5 ln X 4  h6 ln X 5  h7 ln X 6  e h8D

105
b. T 20t  k0  k1ln X 1  k2ln ( X 1 ) 2  k3ln ( X 2 )  k4 ln X 3  k5 ln X 4  k6 ln X 5  k7 ln X 6  e k 8D

c. T 40t  s0  s1ln X 1  s2ln ( X 1 ) 2  s3ln ( X 2 )  s4 ln X 3  s5 ln X 4  s6 ln X 5  s7 ln X 6  e s8D

Dimana:

GR =
gini Rasio
X1 =
pendapatan per kapita (PDRB per kapita)
X2 =
porsi sektor pertanian ( kontribusi sektor pertanian)
X3 =
persentase penduduk kota
X4 =
pendidikan pada tahun ke-t ( persentase lulusan PT)
X5 =
tingkat kesehatan pada tahun ke-t (angka harapan hidup)
X6 =
panjang jalan ( dalam km)
T40t =
porsi dari total pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk terbawah
dari segi pendapatan
T20t = porsi dari total pendapatan yang diterima oleh 20 % penduduk teratas
dari segi pendapatan
D = otonomi daerah (D=0, sebelum otonomi daerah, D=1masa otonomi daerah)

Derajat Penghisapan
Derjat penghhisapan diukur dengan menggunakan formula (Mubiarto, 2005)
C
DA  1 
PDRB
dimana:
DA = Derajat penghisapan
C = Konsumsi per kapita
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
Kriteria:
DA= 1 penghisapan penuh
0,7 < DA < 1 penghdisapan berat
0,4 < DA < = 0,7 penghdisapan sedang
<= 0,4 penghisapan ringan
DA= 0 tidak ada penghisapan

Ketimpangan Pemilik Modal


Jenis ketimpangan ini dijelaskan dengan menggunakan Fungsi Cobb-Douglas
sebagai
 
Qt = At Kt Lt
Atau

ln Qt = ln At +  ln Kt +  ln Lt ………...………………….. (2.2)
dimana:

106
Q = PDRB pada thun ke- t
K = Kapital pada tahun ke t
L = Upah pada tahun ke t.
dimana:
Q = PDRB pada thun ke- t
K = Kapital pada tahun ke t
L = Upah pada tahun ke t.

Ketimpangan Sektoral
Ketimpangan sektoral adalah ketimpangan yang terjadi antar sektor, yaitu persentase
pendapatan dari sektor tertentu dengan penyerapan tenaga kerja sektor tersebut
dibandingkan dengan sektor-sektor lain dalam hal yang sama. Ketimpangan sektoral ini
juga dapat dilakukan dengan menggunakan Gini Rasio.
Tabel 1. PDRB dan Jumlah Tenaga Kerja Menurut Sektoral
Lapangan Pekerjaan Utama
Jumlah
No Lapangan Usaha PDRB Sektoral Tenaga Kerja
(Trilyun Rp.) (000 rang)
1. Pertanian, Peternakan, Kehu- tanan 9,35 300
dan Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 39,58 150

3. Industri Pengolahan 35 ,78 200

4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4,24 100

5 Bangunan 5,5 75

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7,45 105

7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,45 75

8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 6,34 85


Perusahaan
9. Jasa-jasa 5,23 100

Jumlah 119,7 1190


Sumber : Data Hipotetis

Hitung Gini Rasio sektoral.

Indeks ketimpangan distribusi pendapatan menurut sektor ekonomi juga dapat dihitung
dengan formula Bourguignon (dalam Arief, 2000) yang disebut L-index yang diekspresikan
sebagai berikut:

1 n 1 n
L  Log (  i n
n i 1
Y ) 
i 1
log Yi

Yi = pendapatan per kapita menurut golongan pendapatan i

107
n = jumlah golongan pendapatan

L-index dapat dipecah menjadi dua komponen ( Sritua Arief,1992)

1 n n W
L 
n i 1
W j L j W j log j
i 1 Vj
Dimana:
Wj = sumbangan jumlah penduduk atau pekerja menurut golongan pendapatan j
Vj = Sumbangan jumlah pendapatan menurut kelompok penerima pendapatan j
m = Jumlah kelompok pendapatan penerimam pendapatan ( j= 1,2,3, …m)

2. Kemiskinan

Indeks Kemiskinan

Indeks Kemiskinan Sen, A.K. 1976

 y 
S  H 1  G p ) p 
 z 
Keterangan:

H = Persentase penduduk yang memperoleh pendapatan di bawah garis kemiskinan


Gs = Indeks Gini pendapatan penduduk miskin
Yp = pendapatan rata-rata penduduk miskin
Z = pendapatan per kapita yang menunjukkan garis kemiskinan

Indeks kemiskinan yang diformulasikan oleh Chakravarty adalah

1 q y
Pi  [1 ( i )e]
n i 1 z

Keterangan:

N = jumlah penduduk
q = jumlaj klasifikasi penduduk miskin berdasarkan kriteria sosial –ekonomi tertentu
y = pendapatan rata-rata yang menunjukkan garis kemiskinan
e = parameter yang menjukkan tingkat sensitivitas indeks kemiskinan terhadap terjadinya
transfer pendapatan.

108
Kemiskinan disebabkan:

1. Taraf pendidikan rendah


2. Taraf kesehatan rendah
3. Lapangan kerja terbatas
4. Kondisi keterisolasian

Secara umum ada 2 macam kemiskinan:


1. Kemiskinan Absolut
2. Kemiskinan Relatif

Pola kemiskinan:
1. Presistent poverty
2. Cyclical poverty
3. Seasonial poperty
4. Accidental poverty

Kemiskinan juga dapat dibedakan:


1. Kemiskinan alamiah
2. Kemiskinan buatan

Kemiskinan disebabkan:

1. Taraf pendidikan rendah


2. Taraf kesehatan rendah
3. Lapangan kerja terbatas
4. Kondisi keterisolasian

Secara umum ada 2 macam kemiskinan:


Kemiskinan Absolut
Kemiskinan Relatif

Pola kemiskinan:
1. Presistent poverty
2. Cyclical poverty
3. Seasonial poperty
4. Accidental poverty

Kemiksinan di Indonesia
Kemiskinan memiliki tiga dimensi:
1. Kemiskinan politik
2. Kemiskinan sosial
3. Kemiskinan ekonomi
4. Lingkungan

109
Lingkungan :
Alam  Keterisolasian

Politik: Sosial:
Akses kekuasaaan Kemiskinan Jaringan sosial dan
Menentukan distribusi struktural
Sumber Daya Kesempatan produktif

Ekonomi:
Sumber Daya
Kesejahteraan

Pendapatan per kapita diukur dengan Purchasing Power Parity

Kepadatan Penduduk

49% Penduduk di bawah PPP AS$2 per hari

16,7%% diabaewah garis kemiskinan Nasional


(- AS$ 1,55 per hari)

7,4% diabaewah garis kemiskinan


( PPP AS$ 1 per hari)

0
Log Pendapatan per kapita
Sumber: Susenas Panel Data, 2006

Ciri Kemiskinan di Indonesia:

1. Banyak penduduk Indonesia rentan terhadap kemiskinan


2. Kemiskinan dari segi non-pendapatan adalag masalah yang lebih serius dibanding
dari kemiskinan dari segi pendapatan
3. Perbedaan natar daerah yang besar di bidang kemiskinan

Tiga cara yang dapat dikakukan dalam pengentasan kemiskinan:


1. Mmebuat pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi rakyat miskin

110
2. Membuat layanan sosial bermanfaat bagi rakyat miskin
3. Membuat pengeluaran pemerintah Bermanfaat bagi Rakyat Miskin
Secara lebih jelasnya, hal-hal berikut yang dapat dilakukan:
1. Pembangunan berbasis masyarakat (community driven development atau CDD), sperti,
Kecamatan Development Program
2. Mencoba program disisi permintaan untuk peningkatan mutu layanan dan mendorong
perubahan perilaku (misalnya menabung atau meghemat)
3. Membuat DAU dan DAK berpihak kepada masyarakat miskin

4. mengarahkan transfer kepada masyarakat miskin, seperti BLT


5. Pengeluaran pemerintah untuk menyikapi perbedaan tingkat kemiskinan antar
daerah
6. Insentif kepada pemerintah daerah dakam upaya peninmgkatan perhatian kepada
masalah kemiskinan di daerahnya
7. Pngeluaran pemerintah diarahkan kepada sektor non –pendapatan

Tabel 2. Menjuju Indonesia yang bebas dari Kemiskinan

Mengurangai Kerentanan Mengurangi Kemiskinan Mengurangan


terhadap Kemiskiann Non-Pendapatan Kesenajangan antar
dari segi pendapatn Daerah di Bidang
Kemiskinan
Membuat Pertumbuhan Meninjau kembali Program jaringan jalan
Bermanfaat bagi kebijakan beras dipedesaan
masyarakat Miskin Merevitalisasi pertanian

Membuat Layanan Perbaiki Insentif utk para Perjelaskan Tanggung


Bermanfaat bagi Penyedia layanan jawab sosial
Masyarakat Miskin Perbaiki kapasitas
daerah

Membuat Pengeluaran Perluas Program CDD Uji coba bantuan Tunai Membauat DAU dan
Bermanfaat bagi barsyarat untuk DAK berpihak
Masyarakat Miskin masyarakat kepada Masyarakat
Miskin Miskin

Sumber: Steer, 2006; 26.

3.11. Strategi Pembangunan Ekonomi


Strategi pembangunan ekonomi adalah suatu tindakan pemilihan atas faktor – faktor
(variabel) yang akan dijadikan faktor / variabel utama yang menjadi penentu jalannya proses
pertumbuhan (Surono, 1993). Baberapa strategi pembangunan ekonomi yang dapat disampaikan
adalah :

Jenis Strategi Pertumbuhan

111
Di dalam pemikiran ini pertumbuhan ekonomi menjadi kriteria utama bagi
pengukuran keberhasilan pembangunan. Selanjutnya dianggap bahwa dengan
pertumbuhan ekonomi buah pembangunan akan dinikmati pula oleh si miskin melalui
proses merambat ke bawah (trickle down effect) atau melalui tindakan koreksi pemerintah
mendistribusikan hasil pembangunan. Bahkan tersirat pendapat bahwa ketimpangan atau
ketidakmerataan adalah merupakan semacam prasyarat atau kondisi yang harus terjadi
guna memungkinkan terciptanya pertumbuhan, yaitu melalui proses akumulasi modal
oleh lapisan kaya. Strategi ini disebut strategi pertumbuhan.

Inti dari konsep strategi ini adalah :

Strategi pembangunan ekonomi suatu Negara akan terpusat pada upaya pembentukan
modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang, menyebar, terarah, dan
memusatkan, sehingga dapat menimbulkan sfek pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya
bahwa pertumbuhan ekonomi akan dinikmati oleh golongan lemah melalui proses
merambat ke bawah (trickle-down-effect), pendistribusian kembali. Jika terjadi
ketimpangan atau ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan terciptanya
pertumbuhan ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah bahwa
pada kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.

Strategi Pembangunan dengan Pemerataan

Keadaan sosial antara si kaya dan si miskin mendorong para ilmuwan untuk mencari
alternatif. Alternatif baru yang muncul adalah strategi pembangunan pemerataan. Strategi
ini dikemukakan oleh Ilma Aldeman dan Morris. Yang menonjol pada pertumbuhan
pemerataan ini adalah ditekannya peningkatan pembangunan melalui teknik social
engineering, seperti melalui penyusunan rencana induk, paket program terpadu. Dengan
kata lain, pembangunan masih diselenggarakan atas dasar persepsi, instrumen yang
ditentukan dari dan oleh mereka yang berada ―diatas‖ (Ismid Hadad, 1980). Namun
ternyata model pertumbuhan pemerataan ini juga belum mampu memecahkan masalah
pokok yang dihadapi negara-negara sedang berkembang seperti pengangguran masal,
kemiskinan struktural dan kepincangan sosial.

Strategi Ketergantungan

Teori ketergantungan muncul dari pertemuan ahli-ahli ekonomi Amerika Latin pada tahun
1965 di Mexico City. Menjelaskan dasar-dasar kemiskinan yang diderita oleh negara-
negara sedang berkembang, khususnya negara-negra Amerika Latin. Yang menarik dari
teori ketergantungan adalah munculnya istilah dualisme utara-selatan, desa-kota,
corepriphery yang pada dirinya mencerminkan adanya pemikiran pembangunan yang
berwawasan ruang. Pada tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan nama strategi
ketergantungan. Konsep ini timbul dikarenakan tidak sempurnanya strategi pertumbuhan
dan strategi pembangunan dengan pemerataan.

Inti dari konsep strategi ketergantungan adalah :

112
Kemiskinan di negara–negara berkembang lebih disebabkan karena adanya ketergantungan
negara tersebut dari pihak/negara lainnya. Oleh karena itu jika suatu negara ingin terbebas
dari kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi, negara tersebut harus mengarahkan upaya
pembangunan ekonominya pada usaha melepaskan diri dari ketergantungandari pihak lain.
Langkah yang dapat ditempuh diantaranya adalah meningkatkan produksi nasional yang
disertai dengan peningkatan kemampuan dalam bidang produksi, lebih mencintai produk
nasional.

Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh Kothari dengan mengatakan ―. . . . .teori
ketergantungan tersebut memang cukup relevan, namun sayangnya telah menjadi semacam
dalih terhadap kenyataan dari kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri
(selfdevelopment). Sebab selalu akan gampang sekali bagi kita untuk menumpahkan semua
kesalahan pada pihak luar yang memeras, sementara pemerasan yang terjadi di dalam
lingkungan masyarakat kita sendiri dibiarkan saja . . . . . ― ( Kothari dalam Ismid Hadad,
1980 ).

Strategi yang Berwawasan Ruang

Myrdall terdapat dua istilah yaitu “back-wash effects” dan “spread effects” .“Back-wash
Effects” adalah kurang maju dan kurang mampunya daerah-daerah miskin untuk
membangun dengan cepat disebutkan pula oleh terdapatnya beberapa keadaan yang disebut
Myrdall. “spread effects” (pengaruh menyebar), tetapi pada umumnya spread-effects yang
terjadi adalah jauh lebih lemah dari back-wash effectsnya sehingga secara keseluruhan
pembangunan daerah yang lebih kaya akan memperlambat jalannya pembangunan di
daerah miskin. Hirschman (19 ) memilik konsep “Trickle down effects” dan
“polarization effects”.

Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah bahwa Myrdall tidak percaya
bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai, sedangkan Hirschman
percaya, sekalipun baru akan tercapai dalam jangka panjang.

Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok

Sasaran strategi ini adalah menaggulangi kemiskinan secara masal. Strategi ini selanjutnya
dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia (ILO) pada tahun 1975, dengan
dikeluarkannya dokumen: Employment, Growth, and Basic Needs : A One World
Problem. ILO dengan menekankan bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat
dipengaruhi jika pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada
pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada penciptaan lapangan
kerja, peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok dan sejenisnya.

Faktor yang Mempengaruhi Strategi Pembangunan

Strategi pembangunan yang akan digunakan dalam proses pembangunan sangat


dipengaruhi dan ditentukan oleh tujuan yang hendak dicapai. Jika tujuan yang hendak dicapai
adalah menciptakan masyarakat yang mandiri, maka strategi ketergantunganlah (keluar dari

113
ketergantungan) yang mungkin akan dicapai. Jika tujuan yang ingin dicapai adalah pemerataan
pembangunan, maka strategi yang berwawasan ruang-lah yang akan dipergunakan.

Perkembangan Ekonomi suatu negara dapat dilihat dari perubahan-perubahan di dalam stabilitas
atau keseimbangannyan kapasitas perekonomian dalam jangka waktu yang lama. Ada beberapa
karakteristik perkembangan ekonomi modern yang ditinjau dari interrelasi, yaitu:

Tingginya tingkat pengeluaran perkapita dengan meningkatnya produktifitas tenaga kerja yang
cepat
Tingginya tingkat penghasilan perkapita yang dapat mengubah tingginya tingkat konsumsi
perkapita

Teknologi yang maju guna merubah structural skala produk dan karakteristik unit usaha ekonomi
yang dicapai.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi yaitu :


Ukuran suatu Negara (geografis, penduduk dan pendapatan)
1.Sistem dan struktur politik
2. Latar belakang histories
3. Hubungan internasional
4. Bantuan modal internasional
5. Pemerataan dan pertumbuhan penduduk
6. Pendidikan
7. Teknologi

Soal-soal:

1. Jelaskan pengertian dan definisi Pembangunan


2. Jelaskan inti, tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan ekonomi di
negara-negara berkembang
3. Jelaskan secara rinci indiaktor-indikator pembangunan. Apakah indkitor tersebut
dapat berdiri sendiri-sendiri. Jelaskan.
4. Pada umunya teori pembangunan dapat dibagi dua, yaitu aliran Analitik dan Historis.
Jelakan kedua konsep tersebut lengkap dengan contoh masing-masing
5. Uraikan secara rinci teori-teori pembangunan yang termasuk aliran klasik. Apa inti
pokok pikiran dari masing-asing aliran yang dimaksud.
6. Uraikan kelemahan dan kelebihan dari teori-teori pembangunan Klasik.
7. Jelaskan secara rinci pokok-pokok pemikiran serta perbedaan dari teori Neo Keynes
dan Teori Neo Klasik
8. Teori pembangunan Arthur Lewis termasuk teori pembangunan strktural. Jelaskan
pengertian teori pembangunan struktural
9. Pokok-pokok pikiran Rostow mencerminkan proses pembangunan yang dialami
negara terkelakng menuju negara maju. Uraikan pokok pikiran yang dimaksud
10. Apa yang dimaksud dengan strategi pembangunan. Bedakah dengan teori
pembangunan. Jelaskan.

114
Bab 4

PERENCANAAN WILAYAH

Glasson (1990) mendefinisikan wilayah sebagai kesatuan area geografis yang


menggambarkan hubungan ekonomi, administrasi, formulasi dan implementasi dari pembuatan
perencanaan dan kebijakan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Selanjutnya dinyatakan bahwa perencanaan
wilayah merupakan proses memformulasikan tujuan-tujuan sosial dan pengaturan ruang untuk
kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapaai tujuan ekonomi sosial tersebut.
Wilayah adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media
bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi. Wilayah dapat dibedakan dalam empat
ketegori: 1. Wilayah Fungsional atau Nodal (polarized) 2. Wilayah Homogen 3). Wilayah
Administratif dan 4). Wilayah Perencanaan
Wilayah nodal (nodal region) adalah wilayah yang secara fungsional mempunyai
ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (interland). Tingkat ketergantungan
ini dapat dilihat dari arus penduduk, faktor produksi, barang dan jasa, ataupun komunikasi dan
transportasi. Jenis wilayah ini dilihat dari segi aktivitas pembangunan yang mengarah
kepada suatu pusat kegiatan yang dominan. Dengan demikian Keterpaduan merupakan hasil dari
aliran internal, hubungan dan ketergantungan terpolarisasi menuju ke sebuah pusat (node) yang
dominan.
Pandangan lain dari wilayah, dilihat dari kesamaannya dengan wilayah lain, baik
ditinjau dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas. Salah satu yang menjadi dasar
pertimbangannya dalam hal ini adalah karakteristik atau criteria dari wilayah itu sendiri,
seperti sumber daya yang dimilikinya. Perlu diketahui bahwa perbedaan yang ada baik
internal maupun intra regional tidak dianggap sesuatu yang penting. Jelasnya, wilayah satu
dengan lainnya memiliki kesamaan karekatristik yang dominan. Sifat-sifat atau ciri-ciri
homogenan ini dapat dilihat dari segi ekonomi, geografi, social dan budaya.
Wilayah administrative adalah ruang yang memiliki fungsi administrasi tertentu,
sehingga sangat erat kaitannya dengan wilayah pemerintahan, seperti wilayah kota, desa
atau lainnya. Jadi wilayah administrstif ditentukan dengan batas-batasnya berdasarkan
kepentingan administrasi politik atau pemerintahan.
Pembagian terakhir adalah wilayah perencananaan, wilayah yang memperlihatkan
koherensi atau satuan-satuan secara fungsional biak secara fisik maupun sosial ekonomi,
dikembangkan dengan suatu cara pendekatan perencanaan pembanguann. Wilayah dengan luas

115
yang cukup bessar yang memungkinkan terjdinya perubahan-perubahan penting dalam
wialyah tersebut. Wilayah ini dapat dilihat dari aspek fisik, ekonomi dan juga aspek ekologis.

5.1. Perencanaan Pembamgunan Wilayah


Perencanaan adalah usaha atau langkah yang akan dilaksanakan di masa datang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Langkah tersebut pada umunya berupa
penetapan tujuan, peramalan, prediksi berbagai kemungkinan yang akan mengganggu
pelaksanaan dan terakhir adalah menetapkan lokasi atau tempat untuk melaksanakan kegiatan
tersebut. Jadi kegiatan perencanaan adalah menganalisis kondisi di saat yang lalu dan juga di
saat ini untuk dipakai memecahkan persoalan di masa datang pada suatu tempat atau lokasi
yang telah dipilih.
Perencanaan pembangunan wilayah menggunakan pendekatan pendekatan sektoral dan
pendekatan regional. Pendekatan sektoral biasanya less-spatial (kurang memperhatikan aspek
ruang secara keseluruhan), sedangkan pendekatan regional lebih bersifat spatial dan merupakan
jembatan untuk mengaitkan perencanaan pembangunan dengan rencana tata ruang. Pendekatan
sektoral adalah analisis berbagai sektor dengan kegaiatan antara lain: memperhatikan potensi
, pengembangan dan meningkatkan dan produksi, dan bahkan keterkaitan sektor-sektor
tresebut. Dalam hal ini dapat ditentukan sektor leading (leading sector) yang diharapkan
dapat memberikan dampak baik langsung maupun tidak lansung ke belakang atau ke depan.
Selain dari pada itu pengelompokan sektor dapat juga dianalis dengan memperhatikan
perdagangan global, administrasi (perwilayahan) , nilai tambah tertinggi, serta penciptaan
pendapatan, output dan tenaga kerja melaui analisisi input-output. Manfaat yang secara
langsung dipeoeleh dari pada analsis sektoral dapat dilkaukan pfrioritas sektoral berdasarkan
kemapuan daerah dari finansial.
Pendekatan regional adalah analisis yang dilakukan berupa pemanfaatan ruang dan
interkasi dari berbagai kegiatan dalam ruang antar ruang dalam suatu wilayah yang lebih luas.
Pendekatan regionallainnya adalah pengklasifikasin berdasarkan batas wilayah administrasi
mulai dari nasional, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan keluarahan/desa. Pendekatan
antar wilayah dapat juga dilakukan dengan memperhatikan permasalahan atau potensi
hubungan anatar kedua wilayah. Pada umunya suatu wilayah sangat tergantung dari pada
wilayah lain. Sauatu wialyah memiliki interaksi dengan daerah lain, yang duikur misalnya
dengan penduduk masing-masing wilayah. Demikian juga ouput suatu wulayah dipasok dari
pada wilayah lain, sedhingga saling ketergantungan (interdependensi) anatar wilayah akan
membetuk suatu ikatan fungsuinal atau emosional.
Tujuan perencanaan wilayah (Tarigan, Robinson, 2003). pada tahap akhirnya menghasilkan
rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan oleh pihak
pemerintah ataupun oleh pihak swasta. Lokasi yang dipilih memberikan efisiensi dan keserasian
lingkungan yang paling maksimal, setelah memperhatikan benturan kepentingan dari berbagai
pihak. Sifat perencanaan wilayah yang sekaligus menunjukkan mamfaatnya, antara lain dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1) Perencanaan wilayah haruslah mampu menggambarkan proyeksi dari berbagai kegiatan
ekonomi dan penggunaan lahan di wilayah tersebut di masa yang akan datang. Dengan
demikian, sejak awal terlihat arah lokasi yang dipersiapkan untuk dibangun dan yang akan
dijadikan sebagai wilayah penyangga. Juga dapat dihindari pemamfaatan lahan yang
mestinya dilestarikan, seperti kawasan hutan lindung dan konversi alam. Hal ini berarti dari
sejak awal dapat diantisipasi dampak positif dan dampak negatif dari perubahan tersebut, dan

116
dapat dipikirkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk mengurangi dampak negatif dan
mengoptimalkan dampak positif.
2) Dapat membantu atau memandu para pelaku ekonomi untuk memilih langkah apa yang
perlu dikembangkan di masa yang akan dan di man lokasi kegiatan seperti itu masih
diizinkan. Hal ini bisa mempercepat proses pembangunan karena investor mendapat
kepastian hukum tentang lokasi usahanya dan menjamin keteraturan dan menjauhkan
benturan kepentingan.
3) Sebagai bahan acuan bagi pemerintah untuk mengendalikan atau mengawasi arah
pertumbuhan kegiatan ekonomi dan arah penggunaan lahan.
4) Sebagai landasan bagi rencana-rencana lainnya yang lebih sempit tetapi lebih detail,
misalnya perencanaan sektoral dan perencanaan dan perencanaan prasarana.
5) Lokasi iti sendiri dapat dipergunakan untuk berbagai kegiatan, penetapan kegiatan, penetapan
kegiatan tertentu pada lokasi tertentu haruslah memberi nilai tambah maksimal bagi seluruh
masyarakat, artinya dicapai suatu mamfaat optimal dari lokasi tersebut. Penetapan lokasi
harus menjamin keserasian spasial, keselarasan antar sektor, mengoptimasi investasi,
terciptanya effisiensi dalam kehidupan dan menjamin kelestarian lingkungan.
Perencanaan wilayah diusahakan mencapai sasaran-sasaran tersebut secara maksimal,
berdasarkan hambatan dan keterbatasan yang ada. Masalah yang rumit adalah bahwa pada lokasi
yang direncanakan sering kali telah terisi dengan kegiatan lain. Akibatnya harus dibuatkan
pilihan antara memindahkan kegiatan yang telah terlebih dahulu ada dan menggantinya dengan
kegiatan baru, atau apa yang direncanakan harus disesuaikan dengan apa yang ada di lapangan.
Menetapkan pilihan ini sering kali tidak mudah karena selain masalah perhitungan biaya
dengan manfaat juga sering kali terdapat kepentingan lain yang sulit dikonversi dalam nilai
uang.

5.2. Teori Pertumbuhan Wilayah


Perkembangan teori pertumbuhan wilayah dimulai dari model dinamika wilayah
yang sederhana sampai dengan model yang lebih komprehensif. Pembahasan meliputi teori,
Teori Resource Endowment, Teori export base, Teori Pertumbuhan Wilayah Neoklasik, Teori
Ketidakseimbangan Pertumbuhan Wilayah, Teori Baru Pertumbuhan Wilayah dan Teori Proses
Spasial dan Perubahan Struktur Wilayah.

Teori Resource Endowment


Teori resource endowment pada dasarnya menekankan pentingnya keterbukaan atau
perdagangan antara wilayah. Wilayah dapat berkembang secara lebih maju dengan adanya
aliran dana dan teknologoi dari luar daerah, yang sangat dibutuhkan oleh daerah yang
sedang membangun. Teori resource endowment dipelopori oleh akhli-akhli misalnya Etzioni
(1961), Esman (1984) dan Uphoff (1992), menyatakan bahwa pembangunan ekonomi wilayah
bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki dan permintaan terhadap komoditas yang
dihasilkan dari sumber daya tersebut. Dalam jangka pendek sumber wilayah daya yang
dimiliki suatu wilayah merupakan suatu aset untuk memproduksi barang dan jasa yang
dibutuhkan. Nilai suatu sumber daya merupakan nilai turunan dan permintaan terhadapnya
merupakan permintaan turunan. Suatau sumber daya menjadi berharga jika dapat
dimafaatkan dalam bentuk produksi.
Tingkat dan disrribusi pendapatan, pola perdagangan dan struktur produksi merupakan
variabel-varaibel yang mnempenagaruhi tingkat permintaan (permintaan menengah dan

117
permintaan akhir) terhadap sumber daya wilayah. Varaibel-varaibel itu dapat mengubah
keuntungan ralatif wilayah dalam mebebrikan masukan yang dibutuhkjabn perekonomian
regional dari nasional. Teori ini secara implicit mengasumsikan bahwa dalam
pegkembangannya, sumber daya yang dimilki suatu wilayah akan digunakan untuk
meperoduksi barang dan jasa yang berbeda-beda beila terjadi perubahan permintaan.
Kendala utama teori ini adalah pergeseran ekonomi dari pemakian langsung sumber
daya alam menuju proses pengelolaan barang stengah jadi dan panyediaan jasa pelayanan
dalamn jangka panjang. Penurunan rtelatif dari pentingnya bahan mentah pada nilai kahir
suatu produk akan melemahkan kaitan antar sumber daya wilayah dan pembangunan
ekonominya.

Teori Export Base


Teori export Base pertama kali dikembvngkan oleh Douglass C. North pada tahun
1955. Menurut North, pertumbuhan wilayah jangka panjang bergantung pada kegaiatan
industri ekspornya. Kekauatan uatma dalam pertumbuhan wilayah adalah permintaan eksternal
akan barang dan jasa, yang dihasilkan dan diekspor oleh wilayah tersebut. Permintaan
external ini mempengaruhi penggunaan modal, tenaga kerja dan teknologi untuk menhasilakn
komoditas ekspor. Dengan kata laian, permintaan komoditas ekspor akan membentuk
keterkaitan ekonomi, baik ke belakang (kegaiatn produksi) maupun ke depan (sektor
pelayanan).
Suatu wilayah memiliki sektor ekspor karena sektor itu menghasilkan keuntungan dalam
memproduksi barang dan jasa memiliki sumber daya yang unit untuk menghasilkan barang
dan jasa , mempunyai lokasi pemasaran yang unit, dan miliki beberapa tipe keuntungan
transportasi. Dalam perkembangannya, cenderung membentuk kegiatan pendukung yang
dapat menguatkan posisi yang menguntungkan dalam sektor ekspor wilayah tersebut.
Penekanan teori ini ialah pentingnya keterbukaan wilayah yang dapat meningkatkan aliran
modal dan teknologi yang dibutuhkan untuk kelanjutan pembangunan wilayah.
Teori export base mengandung daya tarik intuitif dan kesederhanaan, seperti halnya
dianggap sebagai dasar teori, berdasarkan konsep beberapa ekonomi lokal mengantarkan
kekuatan ekonomi external ke dalam wilayah untuk menstimulikan perubahan secara cepat.
Perubahan pendapatan wilayah bergantung pada perubahan permintaan ekspor. Ekspor
meningkat jika permintaan bergeser bergeser ke kanan atau terjadi peningkatan posisi
menguntungkan dalam wilayah, sedangkan ekspor yang menurun pada saat permintaan
bergeser ke kiri atau kehilangan posisi yang menguntungkan. Sektor-sektor ekspor baru
dalam suatu wilayah muncul karena terjadinya perubahan selera,, kesenangan dan teknologi.
Beberapa saran teori export base sebagai teori umum pembangunan ekonomi
wilayah telah dikemukakan oleh para ekonom wilayah, yang pertama dan utama adalah
teori Export base lebih tepat diperuntukkan bagi wilayah-wilayah yang kecil dengan ekonomi
sederhana dan untuk penelitian jangka pendek tentang pengembangan ekonomi wilayah.
Dalam kasus yang lebih besar, semakin kompleks perekonomian dan semakin panjang
analisis pertumbuhan wilayahnya, variabel-variabel lain dapat berperan penting seperti
ekspor. Kedua teori export base gagal menjelaskan bagaimana pengembangan wilayah dapat
terjadi walaupun terjadi penurunan ekspor, sedangkan di lain pihak sektor non-ekspor lainnya
dapat tumbuh untuk mengimbangi penurunan tersebut.

Teori Lokasi

118
Location Theory (the geographic location of economic activity)
August Losch mempelopori teori lokasi Market Area yang mendasarkan analisa
pemilihan lokasi optimal pada luasan pasar yang dapat dikuasai dan kompetisi antar
tempat. Dengan demikian terlihat bahwa permintaan dan penawaran antar tempat
merupakan unsur penting dalam penentuan lokasi optimal suatu kegiatan industri atau
perusahaan.
Menurutnya, faktor permintaan lebih penting artinya dalam persoalan pemilihan lokasi.
Bila permintaan terhadap suatu barang adalah elastis terhadap harga, diperkirakan akan
timbul berbagai pengaruh terhadap pemilihan lokasi perusahaan. Di samping itu adanya
unsur persaingan antar tempat (spatial competition) diantara sesama produsen menetukan
pula tingkah laku perusahaan dalam memilih lokasi.
Teori Market Area disusun atas dasar beberapa asumsi utama yaitu :
(a) Konsumen tersebar secara merata keseluruh tempat
(b) Bentuk persamaan permintaan dianggap sama
(c) Ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama
Losch mengatakan bahwa lokasi penjual berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang
dapat dijaringnya. Makin jauh dari pasar, konsumen semakin enggan membeli karena biaya
transportasi semakin mahal karena semakin jauh dari tempat penjualan. Produsen harus
memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar. Losch menyarankan lokasi produksi
ditempatkan di dekat pasar (CBD). Kontribusi utama Losch adalah memperkenalkan potensi
permintaan (demand) sebagai faktor penting dalam lokasi industri, Kedua, kritik terhadap
pendahulunya yang selalu berorientasi pada biaya terkecil; padahal yang biasanya dilakukan
oleh industri adalah memaksimalkan keuntungan (profit–revenue maximation) dengan
berbagai asumsi, Losch menjelaskan proses terbentuknya economic landscape, yang
merupakan keseimbangan (equillibrium) antara supply (penawaran) dan demand
(permintaan). Oleh karena itu Losch merupakan pendahulu dalam mengatur kegiatan
ekonomi secara spasial dan pelopor dalam teori ekonomi regional modern.
Losch mengembangkan teori lokasi dengan segi permintaan sebagai variabel utama.
Teori ini bertujuan untuk menemukan pola lokasi industri sehingga kemudian akan dapat
ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Losch berpendapat bahwa dalam lokasi
industri yang tampak tidak teratur dapat diketemukan pola keberaturan.
Teori Losch berasumsi bahwa wilayah ekonomi merupakan wilayah homogen dalam
arti memiliki kesamaan dalam sumber daya alam, kemudahan transportasi, penyebaran
penduduk, selera dan keinginan, pengetahuan, serta dalam kesempatan ekonomi. Kegiatan
ekonomi yang terdapat di daerah tersebut merupakan pertanian berskala kecil yang pada
dasarnya ditujukan bagi pemenuhan kebutuhan petani masing-masing. Perdagangan baru
akan terjadi bila terdapat kelebihan produksi. Untuk mencapai keseimbangan, ekonomi
ruang Losch harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
1. Setiap lokasi industri harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun
pembeli
2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian dengan penyebaran cukup merata sehingga
seluruh permintaan yang ada dapat dilayani
3. Terdapat free entry dan tidak ada petani yang memperoleh super-normal profit sehingga
tidak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual barang yang sama
di daerah tersebut.

119
4. Daerah penawaran adalah sedemikian hingga memungkinkan petani yang ada untuk
mencapai besar optimum.
5. Konsumen bersikap indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan
untuk membeli adalah harga yang rendah.
Pada teori Losch, wilayah pasar dapat berubah ketika terjadi perubahan harga. Hal ini
disebabkan karena produsen tidak mampu memenuhi permintaan yang karena jaraknya jauh
akan mengakibatkan biaya transportasi naik sehingga harga jualnya juga naik, karena
tingginya harga jual maka pembelian makin berkurang. Hal ini mendorong petani lain
melakukan proses produksi yang sama untuk melayani permintaan yang belum terpenuhi.
Dengan makin banyaknya petani yang menawarkan produk yang sama, maka akan terjadi
dua keadaan, yaitu seluruh daerah akan terlayani, dan persaingan antar petani penjual akan
semakin tajam dan saling berebut pembeli.
Losch berpendapat bahwa akhirnya luas daerah pasar masing-masing petani penjual akan
mengecil dan dalam keseimbangannya akan terbentuk segienam beraturan. Bentuk ini
dipilih karena menggambarkan daerah penjualan terbesar yang masih dapat dikuasai setiap
penjual dan berjarak minimum dari tempat lokasi kegiatan produksi yang bersangkutan.
Keseimbangan yang dicapai dalam teori Losch berasumsi bahwa harga hanya dipengaruhi
oleh permintaan dan penawaran, oleh karenanya keseimbangan akan terganggu bila salah
seorang penjual menaikkan harga jualnya. Keputusan ini mengakibatkan tidak hanya pasar
menyempit karena konsumen tak mampu membeli, namun sebagian pasar akan hilang dan
direbut oleh penjual yang berdekatan. Untuk memperluas jangkauan pasar dapat dilakukan
dengan menjual barang yang berbeda jenis dari yang sudah ditawarkan.

Berdasarkan teori Market Area Losch, dapat disimpulkan bahwa pemilihan lokasi
perusahaan akan lebih banyak ditentukan oleh besarnya ongkos angkut untuk hasil produksi
dan tingkat persaingan sesama produsen di pasar. Losch mengembangkan teori lokasi
dengan segi permintaan sebagai variabel utama, untuk menemukan pola lokasi industri
sehingga kemudian akan dapat ditemukan keseimbangan spasial antar lokasi. Beliau
berpendapat bahwa dalam lokasi industri yang tampak tidak teratur dapat diketemukan pola
keberaturan. Kemudian wilayah pasar dapat berubah jika terjadi inflasi, dimana akhirnya
luas daerah pasar masing-masing petani penjual akan mengecil dan dalam keseimbangannya
akan terbentuk segienam beraturan, yang menggambarkan daerah penjualan terbesar yang
masih dapat dikuasai setiap penjual dan berjarak minimum dari tempat lokasi kegiatan
produksi yang bersangkutan.

Central Place Theory (To explain the size and spacing of human settlements)
Christaller dengan model tempat sentral (central lace model) mengemukakan bahwa
tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. Pusat kota tersebut ada karena
untuk berbagai jasa penting harus disediakan tanah/lingkungan sekitar. Secara ideal maka kota
merupakan pusat daerah yang produktif. Dengan demikian apa yang disebut tempat sentral
adalah pusat kota (Reksohadiprojo-Karseno, 1993:24).
Berdasarkan prinsip aglomerasi (scale economics atau ekonomi skala menuju efisiensi atau
kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar menjadi pusat daerahnya sendiri dan pusat
kegiatan kota yang lebih kecil. Artinya, kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya
kegiatan yang ada pada kota besar. Oleh karena itu, apabila orang yang berada di luar kota besar
ingin membeli sesuatu dapat membeli di toko sekitar tempat tinggalnya (convinience buying).

120
Tetai, bila ia ingin membeli bermacam barang maka, dia akan pergi ke kota-kota/multipurpose
trip (Reksohadiprojo-Karseno,1993:35).
Dalam hubungan antara kota dengan rumah tinggal, Christaller mengatakan bahwa rumah tangga
memaksimalkan keguanaan atau kepuasan dalam rangka pemilihan tempat tinggal atau
pemukiman. Jadi orang yang dikirim ke kota dan bukan barang (commuting). Merupakan
perluasan teori perilaku konsumen, dimana konsumen memaksimalkan konsumsi rumah, barang
dan jasa lain terbatas oleh anggaran yang terdiri dari penghasilan uang dan penghasilan yang
hilang karena aktifitas commuting yang berupatarif angkutan dan biaya operasional kendaraan
yaitu bensin, pemeliharaan dan perbaikan (Reksohadiprojo-Karseno, 1993:40).

Teori Pusat Pertumbuhan

Teori Pusat Pertumbuhan (Growth Pole Theory) dipelopori oleh Francois Perroux
(1955) Ahli ekonomi regional bekebngsaan perancis. Teori perroux berlandaskan
pada Teori Shcumpeter. Peran ―Inovasi‖ (kewiraswastaan) di dalam
meningkatkan pertumbuhan/ pembangunan ekonomi. Teori ini penting karena:

1. Salah satu alat utama yang dapat melakukan penggabungan antara prinsip-
prinsip ―Kosentrasi ― dengan ―Desentralisasi‖
2. Teori yang menjadi dasar strategi kebijakasanaan pembangunan wilayah
melalui idustri daerah.
3. Pembangunan atau pertumbuhan tidak terjadi disegala tata-ruang. Akan tetapi
terjadi haya terbatas pada beberapa tempat tertentu dengan variabel-variabel
yang berbeda intensintanya.
4. Salah satu cara untuk menggalakan kegiatan pembangunan suatu daerah
tertentu melalui pemanfaatan ―aglomeration economies‖ sebagai faktor
pendorong utama.
Sebagai suatu arena (medan) kekuatan didalamnya terdapat kutub-kutub atau
pusat-pusat. Setiap kutub pertumbuhan ini mempunyai kekuatan pancaran
pengembangan keluar dan kekuatan tarikan kedalam. Selain itu teori ini dapat
dijelakan dalam dua fungsi lokasi, baik Secara fungsional maupun gegirafis.
Secara fungsional merupakan lokasi kosentrasi kelompok usaha atau cabang
industri yang sifat hubungannya, memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga
mampu mestimulasi kehidupan ekonomi baik kedalam maupun keluar (daerah
belakangnya) sedang secara Geografis menunjukkan Suatu lokasi yang banyak
memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of
attraction) yang menyebabkan berbagai mcama usaha tertarik untuk berlokasi
didaerah yang bersangkutan dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas
yang ada.

Inti Teori Kutub Pertumbuhan

121
1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri unggulan yang merupakan
industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah. Keterkaitan
antar industri sangat erat, maka perkembangan industri unggulan akan
mempengruhi perkembangan industri lain yang berhubungan dengan industri
unggulan.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian karna akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar
daerah.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif
(unggulan) dengan industri yang relatif pasif atau industri yang tergantung
industri unggulan.
Industri Unggulan (Utama) Mempunyai ciri-ciri :
1. Tingkat kosentrasi tinggi
2. Pengaruh multiplier (percepatan) dan pengaruh polarisasi lokal sangat besar
3. Tingkat tekhnologi maju
4. Keahlian manajerial modern
5. Prasarana sudah sangat berkembang
Konsep Industri Utama dan Industri Pendorong
1. Konsep polarisasi, pertumbuhan dari pada industri utama dan perusahaan
pendorong akan meninmbulkan polarisasi unit-unit ekonomi lain ke kutub
pertumbuhan.
2. Terjadinya aglomerasi yang ditandai :
a. Scale economies
Keuntungan yang dapat timbul karena pusat pengembangan
memungkinkan perusahaan industri bergabung dalam operasi skala besar,
karena ada jaminan sumber bahan baku dan pasar.
b. Localization Economies
Timbul akibat adanya saling keterkaitan antar industri sehingga
kebutuhan bahan baku dan pasar dapat dipenuhi dengan mengeluarkan
ongkos angkut ayng minimum
c. Urbanization economies
Timbul karena fasilitas pelayanan sosial dan ekonomi yang dapat
digunakan secara bersamaan sehingga pembebanan ongkos untuk
masing-masing perusahaan dapat dilakukan serendah mungkin.

Industri Yang Diprioritaskan Pada Pusat Pertumbuhan


a. Pertama, melakukan inventarisasi tentang potensi pengembangan yang
ada pada wilayah ybs. Baik yang sudah dimabfaatkan maupun yang
belum. Informasi tentang potensi melalui data produksi (kontribusi dan
LQ masing-masing sektor terhadap PDRB).

122
b. Kedua, melihat keterkaitan dari setiap kegiatan produksi tersebut dengan
kegiatan lainnya. Dengan menggunakan tabel input output, melalui
informasi ini diketahui keterkaitan industri hulu dan hilir.
c. Ketiga, meneliti orientasi lokasi dari masing-masing industri tersebut
dengan menggunakan peralatan analisa ―Weber‖.
d. Keempat, Menentukan pembangunan fasilitas ekonomi yang dibutuhkan
setiap pusat pengembangan. Sehingga dapat tumbuh dan berfungsi
sebagai ‖motor penggerak‖ pembangunan untuk masing-masing wilayah.

123
Pusat Pertumbuhan Mempunyai Empat Ciri :
a. Adanya hubungan inter dari berbagai macam kegiatan
Hubungan internal sangat menentukan dinamika sebuah kota. Ada
keterkaitan satu sektr dengan sektor lainnya sehingga apabila ada satu sektor
yang tumbuh akan mendorong sektor lain karena saling terkait. Kehidupan
kota menjadi satu irama dengan berbagai komponen kehidupan kota dan
menciptakan synergi untuk saling mendukung terciptanya pertumbuhan.
b. Ada effek penggandaan (multiplier effect)
Keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan
menciptakan effek penggandaan. Permintaan  akan menciptakan produksi
baik sektor tersebut maupun sektor yang terkait yang akhirnya akan terjadi
akumulasi modal. Unsur efek penggandaan sangat berperan dalam membuat
kota mampu memacu pertumbuhan belakangnya.
c. Adanya konsentrasi geografis
Konsentrasi geografis dari berbagai sektor/ fasilitas selain menciptakan
efisiensi diantara sektor-sektor yang saling membutuhkan juga meningkatkan
daya tarik dari kota tersebut.
d. Bersifat mendorong daerah belakangnnya
Hal ini antara kota dan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang
harmonis. Kota membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan
menyediakan berbagai kebutuhan wilayah belakang untuk dapat
mengembangkan dirinya.

Teori Pertumbuhan Wilayah Neoklasik


Teori pertumbuhan wilayah klasik dikembangkan oleh banyak ahli ekonomi wilyah
terutama Borts (1960), Siebert (1969) dan Richardson (1973), meskipun asumsi-asumsinya
dikembangkan dari gagasan-gagasan ilmu ekonomi Neoklasik, pemahaman terhadap ruang
dinyatakan dalam biaya-biaya yang dihubungkan dengan relokasi faktor-faktor produksi,
pergerakan barang-barang dan penyampaian informasi.
Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi wilayah sangat berhubungan dengan tiga
faktor penting, yaitu tenaga kerja, ketersediaan modal dan kemajuan teknologi. Tingkat dan
pertumbuhan faktor-faktor itu akan menentukan tingkat pendapatan dan pertumbuhan
ekonomi wilayah. Sepertinya teori ini memberikan penjelasan dasar` mengenai kesenjangan
pendapatan (output antara wilayah-wilayah, baik yang memiliki tenaga kerja, modal dan
teknologi ataupun yang tidak. Hal yang penting dari teori ini adalah penekanannya pada
perpindahan faktor-faktor` (khususnya modal dan tenaga kerja) antar wilayah. Tenaga kerja
dan modal di dalam suatu negara lebih mudah berpindah dibandingkan antar negara dan hal
ini dapat memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Hal ini
berarti bahwa Neokalsik mengasumsikan adanya fleksibilitas faktor harga` yang sempurna
sehingga perpindahan tenaga kerja dan modal antar wilayah secara otomatis akan

124
menghilangkan perbedaan-perbedaan faktor harga di antara wilayah-wilayah. Hal ini pada
akhirnya akan menyeragamkan pendapatan per kapita wilayah.
Asumsi dasar teori ini, yaitu informasi yang baik mengenai faktor harga dan
fleksibilitas faktor harga yang sempurna sangat meragukan , dengan hasil proses penyesuaian
otonomi dalam model Neokalsik tidak bekerja secara penuh. Lebih jauh teori ini tidak
memberikan penekanan yang cukup terhadap pentingnya faktor permintaan, sehingga suatu
wilayah dengan pertumbuhan permintaan yang tinggi terhadap barang0-barang produksinya
akan menjadi lokasi yang baik untuk investasi dan akan menarik lebih banyak modal dan
tenaga kerja dari wilayah lainnya.

Teori Ketidakseimbangan Pertumbuhan Wilayah


Teori ketidakseimbangan wilayah muncul sebagai reaksi terhadap konsep kestabuilan
dan keseimbangan pertumbuhan dari teori Neoklasik. Tesis utama teori ini adalah bahwa
kekuatan pasar sendiri tidak dapat menghilangkan berpedaan-petrbedaabn antar wilayah
dalam suatu negara, bahkan sebaliknya, kekuatan-kekuatan ini cenderung akan menciptakan
dan bahkan memperburuk perbedaan-perbedaan tersebut.
Dalam kritiknya terhadap teori keseimbangan pertumbuhan, Myrdal berpendapat
bahwa perubahan-perubahan dalam suatu sistem sosial tidak diukti oleh penggantian
perubahan-perubahan pada arah yang berlawanan. Beranjak dari pendapat ini, Myrdal
mengembangkan teori penyebab kumulatif dan berputarnya proses sosial untuk
menjelaskan ketimpangan internasional dan antar wilayah. Menurut Myrdal terdapat dua
kekuatan yang bekerja dalam proses pertumbuhan ekonomi, efek balik negatif (backwash
effect) dan efek penyebaran (spread effect). Kedua kekuatan ini digunakan untuk
menunjukkan konsekuensi spasial dari pertumbuhan ekonomi terpusat, baik negatif maupun
positif. Kekuatan efek penyebaran mencakup penyebaran hasil produksi bagi wilayah belum
berkembang, penyebaran inovasi dan teknologi, sedangkan kekuatan efek balik negatif
biasanya melampaui efek penyebaran dengan ketidakseimbangan aliran modal dan tenaga
kerja dari wilayah yang tidak berkembang ke wilayah yang berkembang. Jadi interaksi antar
wilayah pada sistem pasar bebas cenderung memperbanyak kinerja ekonomi wilayah yang
belum berkembang. Menurut Myrdal kondisi ini memberikan pengesahan terhadap investasi
mekanisme pasar untuk mengatasi efek balik negatif yang akan menimbulkan kesenjangan
antar wilayah.
Keadaan sosial ekonomi yang berbeda dari setiap daerah akan membawa implikasi
bahwa cakupan campur tangan pemerintah untuk setiap daerah berbeda pula. Perbedaan tingkat
pembangunan antar daerah mengakibatkan perbedaan tingkat kesejahteraan antar daerah dan bila
dibiarkan dapat menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi suatu negara. Kalau
perkembangan ekonomi diserahkan pada kekuatan mekanisme pasar, biasanya cenderung untuk
memperbesar dan bukannya memperkecil ketidakmerataan antar daerah, karena kegiatan
ekonomi akan menumpuk di tempat-tempat daerah tertentu sedangkan tempat-tempat dan daerah
lainnya akan semakin ketinggalan. Memusatkan ekspansi ekonomi disuatu daerah disebabkan
berbagai hal, misalnya kondisi dan situasi alamiah yang ada, letak geografis, dan sebagainya.
Ekspansi ekonomi suatu daerah akan mempunyai pengaruh yang merugikan bagi daerah-daerah
lain, karena tenaga kerja yang ada, modal, perdagangan akan pindah ke daerah yang melakukan
ekspansi tersebut. Khususnya migrasi tenaga kerja, biasanya bersifat selektif, akibatnya migrasi
itu sendiri pun cenderung untuk menguntungkan daerah-daerah yang sedang mengalami ekspansi
ekonomi tersebut dan merugikan daerah-daerah lain.

125
Perpindahan modal cenderung menambah ketidakmerataan. Di daerah-daerah yang
sedang berkembang, permintaan barang/jasa akan mendorong naiknya investasi yang pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Sebaliknya di daerah-daerah yang kurang
berkembang permintaan akan investasi rendah karena pendapatan masyarakat yang rendah.
Perubahan untuk daerah-daerah yang dirugikan yang timbul karena adanya ekspansi ekonomi
dari suatu daerah disebut backwash effects oleh Myrdal (1957).
Keuntungan bagi daerah-daerah di sekitar dimana ekspansi ekonomi terjadi misalnya
terjualnya hasil produksi daerah, adanya kesempatan kerja baru, dan sebagainya. Pengaruh yang
menguntungkan karena adanya ekspansi ekonomi suatu daerah ke daerah sekitarnya dinamakan
spread effects.
Hirschman (1958) juga mengemukakan bahwa jika suatu daerah mengalami
perkembangan, maka perkembangan itu membawa pengaruh atau imbas ke daerah lain. Menurut
Hirschman, daerah di suatu negara dapat dibedakan menjadi daerah kaya dan miskin. Jika
perbedaan antara kedua daerah tersebut semakin menyempit berarti terjadi imbas yang baik
karena terjadi proses penetesan ke bawah (trickling down effects). Sedangkan jika perbedaan
antara kedua daerah tersebut semakin jauh berarti terjadi proses pengkutuban (polarization
effects).
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa, kalau proses perekonomian diserahkan
kepada mekanisme pasar akan membawa akibat-akibat yang kurang menguntungkan baik bagi
daerah-daerah terbelakang maupun daerah-daerah maju dan pada akhirnya justru dapat
mengganggu kestabilan ekonomi negara secara keseluruhan.
Akibat-akibat yang kurang menguntungkan bagi daerah-daerah miskin antara lain adalah
:
1. Daerah-daerah miskin tersebut akan mengalami kesulitan dalam membangun sektor
industrinya dan dalam memperluas kesempatan kerja. Penduduk akan berkembang lebih
cepat, sehingga pendapatan perkapita penduduk akan semakin rendah dan kemudian akan
diikuti dengan semakin banyaknya pengangguran.
2. Daerah-daerah miskin tersebut akan sulit merubah struktur ekonominya yang tradisional,
sehingga senantiasa akan bias ke arah pertanian sedangkan untuk membangun sektor
indusrti dihadapi banyak kesulitan, seperti kurangnya pengusaha yang kreatif dan
kurangnya tenaga terampil.
3. Karena sempitnya kesempatan kerja di daerah miskin tersebut maka akan terjadi
perpindahan tenaga kerja ke daerah maju, terutama tenaga kerja yang masih muda, yang
berjiwa dinamis, dan yang mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga yang tetap
tinggal di daerah miskin hanyatenaga kerja yang produktivitasnya rendah.
Daerah-daerah maju pada mulanya memang akan menikmati banyak keuntungan dari
ekspansi ekonominya, namun pada akhirnya akan mengalami kesulitan-kesulitan juga antara
lain :
1. Karena daerah tersebut harus menampung penduduk dari daerah-daerah miskin, lama
kelamaan daerah kaya tersebut akan menjadi terlalu padat (congested), yang memaksa
pemerintah setempat untuk memperbesar pengeluaran untuk menciptakan sarana publik
yang dibutuhkan masyarakat.
2. Daerah-daerah ini akan menghadapi masalah-masalah sosial sebagai akibat dari
perkembangannya, seperti masalah polusi, kerawanan keamanan, dan sebagainya.

126
Bagi negara secara keseluruhan perbedaan tingkat perkembangan daerah akan
mengakibatkan perbedaan tingkat kemakmuran dalam masyarakat.
Teori ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah lebih jauh dikembangkan oleh Kaldor
pada tahun 1970 dab berdasarkan pandangan Kaldor, teori ini diperjelas oleh Dixon dan
Thirwall pada tahun 1975. menurut Kaldor Pertumbuhan output Wilayah, ditentukan oleh
adanya peningkatan skala pengembangan, terutama dalam kegiatan manufaktur. Hak ini
berarti bahwa wilayah dengan kegiatan utama sektor industri pengolahan akan mendapat
keuntungan produktivitas yang lebih besar dibanding dengan wilayah yang tergantung pada
sektor primer, sehingga dapat disimpulkan bahwa wilayah dengan sektor industri akan
tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan wilayah yang bergantung pada sektor primer.
Dixon dan Thirwall mengembangkan teori Kaldor dengan menekankan dampak proses
penyebab kumulatif terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah. Pertumbuhan output wilayah
menentukan tingkat perubahan teknologi dan pertumbuhan rasio modal dan tenaga kerja.
Kedua faktor ini lebih lanjut akan menentukan tingkat pertumbuhan dan tingkat produktivitas
wilayah. Pertumbuhan ekspor suatu wilayah bergantung pada daya saing relatif terhadap
wilayah lainnya, dengan kata lain pertumbuhan wilayah bergantung pada produktivitas wilayah
itu sendiri dan hak ini berarti bahwa suatu peningkatan produktivitas akan mempengaruhi
pertumbuhan dan tingkat ekspor suatu wilayah. Pada kasus ini proses penyebaran kumulatif
pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara menyeluruh karena pertumbuhan ekspor wilayah
menentukan pertumbuhan output wilayah. Keterkaitan antara pertumbuhan output wilayah
dan pertumbuhan produktivitas juga dikenal sebagai efek Verdoom.
Teori pertumbuhan yang tidak seimbang menggambarkan bahwa pada saat suatu
wilayah mencapai manfaat pertumbuhan, manfaat itu akan terus dipertahankan melalui efek
Verdoom. Semakin sering suatu wilayah memproduksi barang-barang dengan elastisitas
permintaan yang tinggi terhadap pasar-pasar ekspor`, semakin cepat tingkat pertumbuhan
produktivitas sehingga wilayah itu akan menemukan kesulitan untuk menahan persaingan
terhadap wilayah utu.

Teori Baru Pertumbuhan Wilayah


Dalam teori pertumbuhan Neoklasik , perkembangan teknologi merupakan faktor
eksogenous sehingga terlepas dari tingkat investasi barang-barang modal. Walaupun
dapat dikenal bahwa perkembangan teknologi merupakan factor dominant pertumbuhan
ekonomi wilayah , tidak ada perhitungan yang mendalam dalam menentukan perkembangan
teknologi. Munculnya teori baru mengenai petumbuhan wulayah sangat berkaitan dengan
upaya-upaya untuk mempekenalkan perekembangan teknis investasi secata eksplisit dan
mandiri. Teori-teiori ini dalam beberapa cara membauat poerubahan eknis dari salam
sehingga perubvahan itu tanggap terhadap dorongan ekonomi.
Romer melnjutkan penelitian Arrow, Schultz, Becker dan Uzawa menapilkan suatu
model penegmbanagn sumnber daya manusias melaui perbaikan nutrisi , kesehatan,
pemndidikan dan pletihan untuk meningkjatkan produktivbitas yang meiungkinhaiakn
terjadinya pertumbiuhan output. Hal ini bebrti bahwa invesdtasi pasa sumber daya manusia
akan menyebbakan peningkatan skla pengembalian. Oleh karena itu hal tersebut akan
meingkatkan pertumb uhan dalam jangka panjang, Bukti-bulkyti empiric menjukkan bahwa
terdapat suatu hubungan yang positif anatara ukuran ketersedianan sukber daya manusia
dan pertumbuhan ekonomi di Negara-negara berkebnag dan Negara-negara maju.

127
Miodel peruabahan teknologiu yang endogenous lainnhya meruapakan hasil dan
pegembangan (R& D) dan seluruh pengatahuan yang ada . Peningkatan pengetahuana
memberkan kontribnusi terhadap penimngkatan inovasi seperti juga memberikan kontribusi
terhadap tingkat pertumbuhan teknologi dan tingkat pertunbiuhan ekonomi. Jadi ilmu
yang yang diperoleh dan R & D memberikan lkeruntungan ekonmomi secara
keseluruhan. Model ini menyatakan bahwa subsidi investasi di R & D , baik oleh pemerintah
maupun swassata adalah penting untuk mepertahankan pertumbuan ekonpmi yang
berkelnjutan.
Pandangan lain dari teori ini adalah kaitannya dengan iklim keterbukaan wilayah
dalam ekonomi nasional. Keterbukaan akan memberikan keuntungan skala ekonomis, transfer
teknologi dan eksternalitas positif lainnya yang diperoleh dari perdagangan antar wilayah.
Perdagangan antar wilayah juga diketahui memberikan penagruh terhadap pertumbuhan
melalui dampaknya terhadap kekseluruham faktor produktivitas. Dikemukakan juga
bahwa keragama input tingkat menengah yang diakibatkan makin terbukanya suatu
wilayah akan memberikan kontribusi terhadap peningktan keseluruhan faktor produktivitas
dan pertumbuhan ekonomi wilayah.

Jalur Pertumbuhan Wilayah


Jalur pertumbuhan wilayah adalah ruang atau sektor-sektor yang terkena dampak
dalam pengembangan wilayah. Pengembangan wilayah dapat memberikan dampak berganda
(multiplier effect terhadap wilayah secara keseluruhan dan juga pada sektor-sektor dalam
ekonomi, karena pengembangan suatu sektor tidak saja memberikan dampak terhadap sektor
yang diumaksud, tetapi juga terhadap sektor-sektor lain baik langsung maupun tidak langsung.
Polarization
Effect

Pusat Pertum
(Daerah Spread Effect
kaya)

Akses Kedalam
Batas darat
Pertumb.
Akses Keluar
Wilayah

Akses Kedalam
Batas Laut

Akses Keluar

Daerah Hinter
land
(daerah Miskin)

Ganbar 4.1. Jalur Pertumbuhan Wilayah

128
Pada gambar 4.1. terlihat bahwa pengembangan wilayah, khusunya terhadap wilayah miskin
mendapat efek baik ke dalam maupun ke luar. Selanjutnya pada Gambar 4.2 terlihat
pengembangan wilayah mencakup 3 unsur pokok yang menjadi perhatian perencana, yaitu tata
ruang, penduduk dan trsnsportasi. Ketiga unsur ini menentukan pengembangan baiak secara
wilayah maupun sektor.

Tata Ruang

Kapital
T.Kerja Penduduk
Skill Wilayah
- Tertinggal
Teknologi - Maju
Transportasi

Pertumbuha
n Ekonomi
Pertanian

Industri

Jasa
Sektoral
-Basis
-NonBasis
Perdagangan

Pertambangan

Gambar 4.2. Dampak Pertumbuhan Ekonomi terhadap Wilayah dan Sektor

5.3. Masalah Dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah


Perencanaan yang bersifat makro regional, antara lain berupa pembuatan rencana struktur
tata ruang provinsi untuk tingkat provinsi, pembuatan rencana tata ruang wilayah untuk tingkat
kabupaten/kotamadya, rencana umum tata ruang ibu kota kecamatan untuk tingkat kecamatan,
rencana pembangunan lima tahun daerah yang kemudian dinamakan propeda baik tingkat
provinsi maupun kabupaten/kota.
Mengingat kegiatan yang tercakup dalam perencanaan wilayah begitu luas sehingga
memerlukan keahlian tentang perencanaan wilayah Tugas perencana wilayah adalah menjawab
pertanyaan yang sederhana, yaitu kegiatan apa yang yang ingin dikembangkan dan di mana
lokasinya (pendekatan sektoral). Hal ini berarti apabila ada suatu kegiatan yang ingin
dikembangkan, harus dicari lokasi yang paling cocok untuk kegiatan tersebut.Permasalahan jga
dapat dilihat dari segi pendekatan regional, yaitu kita mengetahui penggunaan lahan saat ini dan
kita melihat kemingkinan masih adanya lahan yang diubah penggunaannya agar kemakmuran
masyarakat dapat meningkat. Permasalahannya adalah kegiatan apa yang cocok sama sekali baru
tetapi dapat berupa peningkatan kegiatan yang selama ini talah ada lahan tersebut.Kegiatan
tersebut tidak berarti haruskegiatan baru tetapi dapat berupa peningkatan kegiatan yang selama

129
ini telah ada di lahan tersebut. Permasalahan tersebut dapat di lihat dari berbagai segi sebagai
berikut :

Permasalahan Mikro
Permasalahan mikro adalah permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan proyek itu
sendiri, baik ditinjau dari sudut pandang pengelola maupun dari sudut pandang pemberi izin
proyek. Permalahan tersebut dapat dikelompokkan menjadi : 1). permasalahan teknis,
permalahan managerial, permasalahan financial, permasalahan ekonomi dan permasalahan yang
berkaitan dengan lingkungan dan juga sikap masyarakat, terutama yang berada atau bertempat
tanggal di sekitar proyek. Permalahan teknis, termasuk di dalamnya peraturan pemerintah
tentang tata guna lahan, kesesuaian lahan, dan tenaga terampil. Tata guna lahan yaitu bahwa
kegiatan seperti itu memang dibenarkan pada lokasi. Kesesuaian lahan, bahwa bahan /peralatan
yang dibutuhkan untuk membangun cukup tersedia. Adanya tenaga terampil sehingga proyek
benar- benar dibangun sesuai dengan rencana.
Permasalahan manajerial menyangkut operasi atau pelaksaan proyek, apakah akan dapat
diopersikan sebagaimana mestinya. Artinya bahan baku, bahan penolong, tenaga kerja, dan
fasilitas pendukung cukup tersedia sehingga tidak menjadi permasalahan dalam
pemanfaatan/pengoperasian proyek.
Permasalahan finansial (keuangan); apakah terdapat dana yang cukup untuk menyelesaikan
proyek dan ada dana operasional untuk kelak mengoperasikan proyek. Apakah lokasi itu cukup
efisien ditinjau dari pengeluaran biaya, baik semasa pembangunannya maupun setelah
pengoperasiannya. Apabila proyek itu ditujukan untuk menghasilkan laba, apakah akan diproleh
laba/pendapatan dari pengoperasian proyek itu menguntungkan dari sudut pandang bisnis.
Permasalahan ekonomi; apakah sumber daya yang dikorbankan untuk proyek tersebut akan
memberikan manfaat yang lebih besar dibanding dengan biaya yang dikorbankan ditinjau dari
dari sudut ekonomi secara nasional secara keseluruhan. Apakah nialai tunai mamfaat (benefit)
lebih besar dari nilai tunai biaya (cost) yang dihitung dengan menggunakan harga bayangan
(shadow price), dan telah memperhatikan factor eksternal.
Permasalahan dampak lingkungan; apakah proyek tersebut tidak akan menimbulkan dampak
lingkungan yang berlebihan baik saat pembangunannya maupun pengoperasiannya. Proyek-
proyek besar bahkan juga kecil dapat menimbulkan dampak nehatif terhadap lingkungan
sehingga akan merugikan manusia dan lingkungannya. Oleh sebab itulah untuk proyek besar,
biasanya diwajibkan memiliki AMDAL sebelum proyek dilakukan.
Sikap sosial masyarakat; apakah masyarakat dapat menerima kehadiran proyek tersebut.
Seandainya proyek tersebut harus menggusur masyarakat yang sebelumnya telah
bermukim/berusaha pada lokasi tersebut, apakah masalah penggusuran ini akan dapat
diselesaikan dengan baik, yaitu dengan cara yang tidak menimbulkan gejolak social bagi
masyarakat yang tergusur. Seandainya proyek tersebut membutuhkan partisipasi masyarakat
dikemudian hari (seperti proyek PIR), apakah partisipasi dapat diproleh pada saat dibutuhkan.
Suatu proyek pada suatu sisi dapat diterima oleh kelompok masyarakat tertentu tapi juga
pada saat bersamaan ditolak oleh kelompok lain. Misalnya saja pembangkit listrik tenaga
nuklir.

Permasalahan Makro
Permasalahan makro adalah permasalahan pemerintah untuk melihat kaitan proyek
dengan program pemerintah secara keseluruhan (makro). Seandainya proyek tersebut adalah

130
murni swasta dan ditujukan untuk kegiatan bisnis, barangkali pemerintah (perencana wilayah)
tidak terlalu pusing dengan permasalahan mikro, karena hal itu sudah dipersiapkan oleh pihak
swasta sebagai penggagas proyek. Tugas pemerintah adalah memeriksa/mengawasi kebenaran
dari gagasan (proposal) terutama yang bersangkut paut dengan analisis ekonomi, dampak
lingkunga,dan sifat sosial masyarakat. Berbeda dengan permasalahan mikro, permasalahn makro
sebagian besar menjadi tanggung jawab pemerintah (perencana wilayah). Permasalahn makro
dati penggunaan lahan untuk suatu kegiatan terrtentu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Secara teknis lokasi proyek harus disesuaikan dengan daya dukung dan kesesuaian lahan
secara makro regional. Kalau sudah ada rencana penggunaan lahan (seperti RTRW/RUYRK)
maka penentuan lokasi dapat mengacu pada rencana tersebut. Akan tetapi seandainya belum ada
rencana penggunaan lahan yang dimaksudkan atau kalaupun ada tidak cukup detail/rinci maka
perencaana wilayah harus mengaitkanlokasi proyek dengan kebijakan penggunaan lahan yang
baik atau mengikuti prinsip- prinsip penggunaan lahan yang baik. Berbagai kebijakan yang
terkait dengan hal ini, misalnya lokasi real estate atau industri selayaknya menghindari
penggunaan lahan yang sangat subur untuk pertanian, lahan dengan kemiringan tertentu atau
lahan resapan air tanah Untuk sector pertanian, komoditi yang dikembang adalah sesuai dengan
jenis tanah atau kesuburan tanah dan seterusnya.
Strategi pembangunan ekonomi wilayah; apabila pemerintah ingin membangun suatu
proyek terutama proyek berskala besar, hal itu harus terkait dengan strategi pengembangan
wilayah untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut. Jadi, perlu apakah
proyek yang diusulkan cukup strategis dan sinkron dengan rencana pengembangan wilayah dan
menuju tercapainya visi wilayah. Dalam pengembangan wilayah kita sering menghadapi
kenyataan bahwa dana yang tersedia adalah terbatas sedangkan usulan dari masing – masing
sector cukup banyak. Untuk seperti itu, perlu ditetapkan skala prrioritas baik pada masing –
masing sector maupun antarsectoral, criteria seleksi bias berbeda antar satu sector dengan sector
lainnya.
a. Sistem Transportasi/ Penyedian Prasarana
Harus dilihat apakah penetapan lokasi dapat mengakibatkan system transportasi yang
tidak effisien, misalnya lokasi perumahan yang jauh dari tempat kerja akn mempercepat
terciptanya kepadatan lalu lintas yang tinggi dan mendrong terciptanya high cost
economi. Lokasi perumahan yang dibuat berseberangan dengan lokasi tempat kerja atau
pasar, padahal jalan yang memisahkannya adalah jalan arteri. Hal itu akan memecetkan
lalu lintas dan meningkatkan terjadinya kecelakaan karena seringnya terjadi
penyeberangan.
b. Sistem Pembiayaan Pembangunan Daerah
Setelah memperhatikan sasaran pengembangan wilayah, pada akhirnya perencana
wilayah sampai pada program atau proyek yang diperkirahkan akan menuinjang
tercapainya sasaran pengembangan wilayah. Program atau proyek jelas memerlukan
biaya yang sering kali kemampuan dan pemrintah yang tersedia. Oleh karena itu,
program atau proyek perlu diberi skala prioritas. Namun jika belum sampai pada
keputusan akhir, perencana wilayah harus mengetahui sisitem pembiayaan pembanugnan
di daerah. Oleh karena itu,jenis proyek yang diusulakn harus disesuaikan dengan sumber
dana yang akan membiayai proyek tersebut.
Selama orde baru sumber dana program atau proyek yang berlokasi disuatu kabupaten /
kota dapat bersal dari APBN dan APBD dari propinsi dan kabupaten / kota masing –
masing. Masing sumber dana, terutama APBN dan APBD propinsi telah membuat

131
criteria tentang program atau proyek apa saja yang mereka dapat biayai, sedangkan yang
tidak sesuai dengan criteria tidak akan dilayani.
Setelah berlakunya UU No. 25 Tahun1999, dana yang berasal dari pemerintah
pisat sebagian besar dilimpahkan de daerah dalam bentuk dana alokasi umum (DAU) dan
dana alokasi khusus (DAK) sehingga penentuan proyek sebagian besar sudah berada
ditangan pemda kabupaten atau kota. Justru hal itu membuat pemerintah kabupaten atau
kota memiliki tanggung jawab lebih besar dalam menentukan proyek – proyek yang
diprioritaskan dan keahlian di bidang poerencanaan wilayah makin dibutuhkan karena
kegagalan pembangunan sudah menjadi tanggung jawab pemda kabupaten atau kota.
Artinya, mereka harus lebih arif mengalokasikan dana yang tersedia dan lebih mampu
dalam menetapkan skala prioritas.
c. Gambaran Umum Perencanaan Tata Ruang Wilayah
Perencanaan tata ruang wilayah adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak
dengan tujuan agar penggunaan ruang ini memberikan kemakmuran yang sebesar –
besarnya kepada masyarakat dan terjaminnya kehidupan yang berkesinambungan.
Penataan ruang menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat perlu mendapat akses
dalam proses perencanaan tersebut. Landasan penataan ruang wilayah di Indonesia
adalah Undang – Undang Penataan Ruang (UUPR) No. 24 Tahun 1992 tentang penataan
ruang. Penataan ruang wilayah dilakukan pada tingkat nasional, tingkat propinsi dan pada
tingkat kabupaten
Tujuan penataan ruang adalah menciptakan hiubungan yang serasi antara berbagai
kegiatan berbagai subwilayah agar tercipta hubungan yang harmonis dan serasi.Dengan
demikian hal itu mempercepat proses tercapainya kemakmuran dan terjaminya
kelestarian lingkungan hidup. Struktur ruang menggambarkan pola pemamfaatan ruang
dan kaitan antar berbagai ruang berdasarkan pemamfaatanya serta hierarki dari pusat
pusat pemukiman dan pusat pelayanan. Pola pemamfaatan ruang adalah tergambarkannya
ruang secar menyeluruh. Pola pengendalian pemamfaatan ruang adalah kebijakan dan
strategi yang perlu ditempuh agar rencana pemamfaatan ruang dapat dikendalikan
menuju sasaran yang diinginkan. Pada level kabupaten atau kota, pengendalian sudah
berupa ketentuan dan arahan untuk setiap kawasan beserta cara monitoring dan
pengawasannya.
Tingkat kedalaman atau kerincian dari ketiga perencxanaan ini berbeda, perencanaan
ruang pada tingkat nasional hanya mencapai kedalaman penetapan strategi dan arahan
kebijaksanaan pemamfaatan ruang wilayah nasional. RT / RW nasional antara lain:
a. Penggambaran struktur tata ruang nasional
b. Pentepan kawasan yang perlu dilindungi
c. Pemberian indikasi penggunaan ruagn budi daya dan arahan pemukiman dalam
skala nasional
d. Penentuan kawasan yang diprioritaskan
e. Penentuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional
Perencanaan tata ruang tingkat propinsi adalah penjabaran RTRWN berupa:
a. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya
b. Arahan pengelolaan kawasan pedesaan, kawasan perkotaan, dan kawasan terentu
d. Arahan pengembangan kawasan pemukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan,
perindustrian, pariwisata, dan kawasan lainnya
e. Arahan pengembangan system pusat pemukiman pedesaan dan perkotaan,

132
f. Arahan pengembangan system prasarana wilayah
g. Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan
h. Arahan kebijakan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber
daya alam lainnya.
Kedalam pada tingkat kabupaten adalah penjabaran dari penggunaan ruang yang pada
tingkat propinsi, disertai pengellaan kawasan tersebut. Ini berarti sduah dapat menggambarkan
rencana peruntukkan lahan untuk masing – masing kawasan, langkah – langkah untuk mencapai
rencana tersebut, serta cara pengendalian dan pengawasannya. Karena isi permasalahan sama
meskipun diuraikan lebih rinci pada tingkat kabupaten maka urain berikut ini lebihy diarahkan
pada isi RTRW kabupaten. Sesuai dengan UUPR tersebut, isi RTRW kabupaten sama dengan
RTRW propinsi, hanya harus diuraikan lebih rinci. RTRW kabupaten sendiri juga masih perlu
ditindak lanjuti dengan penyusunan, rencana tata ru ang kawasan di kabupaten, rencana detail
tata ruan (RTDR), dan rencana teknik ruang (RTR).
Dalam penyusunan RTRW kabupaten, ada kawasan yang sudah ditetapkan penggunaannya
di dalam RTRW nasional dan menjabarkannya dalaqm bentuk strategi pengelolaannya.
Kabupaten masih memiliki kewenagan menentukan penggunaan lain untuk lokasi yang tidak
diatur secara tegas dalam RTRW nasional dan RTRW provinsi

5.4. Dasar- dasar Perencanaan Wilayah


Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruanglautan dan ruang udara;
termasuk didalamya lahan atau tanah, air, udara dan bebnda lainnya, sebagai suatu kesatuan
wilayah temapat manusia dan makhluk lainnya hidup dan melakukan kegaiatan serta
melihara kelangsungan hidupnya. Perencanaan ruang wilayah adalah perencanaan
penggunaan/ pemanfaatan ruang wilayah, yang intinya adalah perencanan penggunaan
lahan (land use planning dan perencanaan pergerakan pada ruang tersebut.
Perencanaan runag wilayah pada dasarnya adalah menetapkan pada bagaianj-bagian
wilayah (zona) yang dengan tegas diatur penggunaannya. Bagian wilayah yang tidak
diatur penggunaannya , pemanfaatannya diatur oleh pasar, Taringan, 2005

Landasan:
UUD 1945 Pasal 33, ayat (3): Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat
The market mechanism is unlikely, on its own, to produce an efficient allocation of land uses
(Whitehead, 1983). Selanjutnya menyatakan bahwa pemerintah perlu campurtangan karena:
1. Perlu tersedianya lahan untuk kepentingan umum
2. ASdanya faktor externalitas (externalities)
3. Informasi yang tidak sempurna
4. Daya beli masyarakat yang tidak merata
5. Perbedaan penilaian masyarakat anatara manfaat jangka pendek dengan jangka
panjang
Bentuk Campur tangan Pemerintah:
Dapat diakatgorikan sebagai berikut:
1. Menetapkan atau mengatur
a. Mempertahankan kelestarian lingkungan hodup
b. Menyediakan lahan public goods
c. Melindungan masyarakat, faktor eksternalitas negatif

133
d. Menjaga keasrian, keindahan dan keindahan suatu lingkungan
e. Efsiensi dalam penyediaan prasarna
f. Mwlindungai kepentingan masyarakat kecil
g. Menghindari penggunaan lahan yang pincang
h. Menghidari pengggunaan lahan yang tidak memberikan penggunaan yang
optimal
2. Mengarahkan
Kebijakan bersifat mengarahkan jika pemerintah tidak menetapkan ketentuan yang
ketat tetapi mnegluarkan kebijakan yang bersifat menggiring /mendorong masyarakat ke
arah penggunaan lahan yang diinginkan pemerintah
3. Membebaskan
Sebenarnya tidak ada penggunaan lahan yang betul-betul bebas di Indonesia.
a. UUD 1945
b. UU no.5 tahun 1960 tentang peraturan dasar Pokok-pokok Agraria
c. UU Republik Indonesia No.4 tahun 1982 tentang kjetentuan pokok
pengelolaan lingkungan hidup
d. KUHP(pidana dan Perdata)
e. RUTRK di kota

6.2. Gambaran Umum Perencnaan Tata Ruang Wilayah


Perenacanaan tata ruang wilayah adalah suatu proses yang melibatkan banyak pihak dengan
tujuan agar penggunaan ruang itu memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kiepada
masyarakat dan terjaminnya kehidupan yang berkesinambungan. Penataan runag wilayah
diakukan pada tingkat nasional (rencana tata ruang wilayah nasional), tingkat provinsi
(rencana tata runag wilayah, RTRW nasional provinsi, kabupaten. Setiap perencanaan tata
ruang harus mengemukkan kebijakan makro pemanfaatan ruang beruapa, Taringan, 2005:
1. Tujuan pemanfaatan ruang
2. Struktur dan pola pemnafaatan ruang
3. Pola pengendalian pemanfaatan ruang
Pemanfaatan ruang wialayah nasional (RTRW nasional) anatara lain:
1. Penggambaran stuktur tata runag nasional
2. Penetapan kawasan yang perlu dilindungi
3. Pemeberian indikasi penggunaan runag budi daya dan arahan pemukiman dalam
skala nasional
4. penentuan kawasan yang diprioritaskan
5. Penentuan kawasan tertentu yang meliki bobot nasional
6. Perencanmaan jaringan penghubung dalam skala nasional
Perencanaan ruang pada tingkat propvinsi adalah penjabaran RTRWN berupa:
1.Arahan pengelolaan kawasabn londung dan kawasan bududaya
2. Arahan pengelolaan kawasan pedesaan. Kawasdan perkotaan dan kawasan tertentu
3. Arahan pengembangan kawasan pemukiman, kehutanan, pertanian,
pertambnganb,perindustrian,pariwisata dan kawasan lainnya
4. Arahan pengembangan system pusat pemukiman pedesaanb dan perkotaan
5. ASrahan pengemabngan system prasarana wilayah
6. Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan

134
7. Arahan kebijakan tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara dan atata guna sumber
daya alam lainnya
Kedalaman pada tingkat kabupaten adalah penjabaran dari penggunaan ruang pada
tingkat propvinasi, disertai pengelolaan kawasan tersebut. Hal ini bberati dapat
menggambarkan rencana peruntukan lahan untuk masing-masing kawasan, langkah-langlkah
untuk mencapai rencana tersebut serta cara pengendalian dan pengawasannya.
Kabupaten masih memliki kewenangan menentukan penggunaan lahan untuk lokasi yang
tidak diatur secara tegas dalam RTRWnasional dan RTRW propinsi.Penjalsan isi ringkas
dari RTRW kabupaten , walaupun urutannya tidak dibuat peresis sama seperti yang ytertuang
Pasal 22 UUPR Nomor 24 Tahun 1992
1. Penetapan Kawasan Lindung
a. Kawasan hutang lindung
b. Kawasan beregambut
c. Kawasan resapan air
d. Sempadan pantai
e. Sempadan sungai
f. Kawsan sekitar danau/waduk
g. Kawasan sekitar mata air
h. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya
i. Kawasan panatai berhutan bakau (mangrove)
j. Taman nasional
k. Taman hutan raya
l. Taman wisata alam
m. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan
n. Kawasan rawan bencana
2. Penetapan kawasan budidaya yang diatur
3. Kawasdan Budi daya yang Diarahkan
4. Kawasan Budi daya yang Dibebaskan
5. Hirarki perkotaan
6. Pengelolaan wilayah pedesaan
7. Sistem prasarana wilayah

5.5. Bidang-Bidang Dan Jenis- Jenis Perencanaan Wilayah


Melihat luasnya bidang yang tercakup di dalam perncanaan wilayah maka ilmu perencanaan
wilayah dapat dibagi atas berbagai subbidang seperti berikut:
1) Sub bidang perencanaan ekonomi sosial wilayah, dapat diperinci atas: ekonomi sosial
wilayah (mencakup hal-hal mendasar dan berlaku umum); Ekonomi sosial perkotaan;
Ekonomi sosial pedesaan
2) Subbidang perencanaan tata ruang atau tata guna lahan dapat diperinci atas; tata ruang
tingkat nasional, tata ruang tingkat provinsi, tata ruang tingkat kabupaten atau kota, tata
ruang tingkat kecamatan atau desa, detailed design penggunaan lahan untuk wilayah yang
lebih sempit, termasuk perencanaan teknis, terutama di wilayah perkotaan (misalnya untuk
pengaturan IMB )
3) Subbidang perencanaan khusus meliputi perencanaan lingkungan, perencanaan pemukiman
atau perumahan, perencanaan transportasi.

135
4) Subbidang perencanaan lokasi proyek meliputi perencanaan lokasi proyek pasar,
perencanaan lokasi proyek pendidikan, perencanaan lokasi proyek rumah sakit, perencanaan
proyek real estate, dan perencanaan lokasi proyek pertanian
Perencanaan lingkungan sudah tercakup di dalam disiplin ilmu lingkungan. Dengan
demikian, ilmu perencanaan wilayah umumnya mengonsentralisasikan diri pada bidang
perencanaan ekonomi –sosial wilayah yang lebih lazim disebut perencanaan pembangunan
ekonomi wilayah dan perencanaan tata ruang wilayah dari tingkat nasional hingga tingkat
kecamatan atau desa plus beberapa perencanaankhusus seperti perencanaan pemukiman dan
perencanaan transportasi. Pendekatan geografi juga memperhatikan unsur lokasi tetapi lebih
ditekankan kepada fisik wilayah dan bukan kepada ekonomi sosial wilayah.

Soal-soal:
1. Jelakan pengertian wilayah. Adapah perbedaanmya dengan daerah. Jelakan
2. Uraikan secara rinci manfaat dan tujuan perencanaan wilayah.
3. Dalam perencanaan wilayah paling tidak terdapat tiga umsur, yaitu tata ruang,
penduduk dan transportasi. Jelaskan ketiga unsur yang dimaksud.
4. Perencanaan wilayah dengan prinsip top down dan botten up perlu disenerjikan
untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Jelaskan pengertian kedua konsep
tersebut
5. Apa yang dimaksud dengan teori lokasi. Jelaskan teori-teori yang termasuk dalam
kategori teori lokasi tersebut
6. Apa yang dimaksud Teori Resource Endowment. Jelakan pentingnya teori ini dalam
menyusun suatu perencanaan wilkayah

7. Menurut Myrdal terdapat dua kekuatan yang bekerja dalam proses pertumbuhan
ekonomi, efek balik negatif (backwash effect) dan efek penyebaran (spread
effect). Jelakan kedua konsep tersebut. Mana yang lebih kuat dari keduanya.
Mengapa terjadi demiakian, jelakaskan disertai contoh.

8. Hirschman juga mengemukakan teori yang sebenarnya sama dengan teoi Myrdal.
Coba jelakan perbedaan dari kedua teori tersebut

9. Uraikan syarat yang harus dipenuhi suatu daerah agar mencapai pertumbuhan
yang diharapkan.

10. Coba jlekan keterkaitan perencanaan daerah dari unsur-unsur yang dalam suatu
sistem perencanaan.

136
Bab 5
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN OTONOMI DAERAH

Pembangunan daerah adalah bagian integral dari pembangunan nasional, selain


berkepentingan terhadap penyelenggaraan pembangunan sektoral dan nasional di daerah,
juga berkepentingan terhadap pembangunan dalam dimensi kewilayahan. Dua
kepentingan tersebut menjadikan aktivitas pembangunan daerah berkenaan sekaligus
dengan tujuan pencapaian sasaran-sasaran sektoral nasional di daerah dan tujuan
pengintegrasian pembangunan antar sektor di dalam suatu wilayah. Dalam perspektif ini,
fungsi dan peran Pemerintah Daerah adalah sangat penting, terutama dalam era
desentralisasi dan otonomi daerah dewasa ini. Pembangunan daerah merupakan usaha
mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya
otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab.
Pemerintah Pusat dan Daerah seharusnya memiliki pandangan yang sama tentang
hak, kewajiban, dan tanggung jawab serta peranan masing-masing di dalam menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan nasional dan daerah dengan prinsip-prinsip desentralisasi dan
otonomi daerah yang telah menjadi komitmen bangsa. Dengan demikian upaya pencapaian
tujuan nasional dapat tersinergi secara harmonis dengan tujuan pembangunan daerah dan
kekhususan masing-masing daerah. Pembangunan tersebut juga telah menampung berbagai
sasaran dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang merupakan komitmen internasional
Pemerintah Indonesia.
Pembangunan merupakan penjabaran dari pembangunan nasional dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi, dan permasalahan
pembangunan di daerah. Kunci keberhasilan pembangunan daerah dalam mencapai sasaran
pembangunan nasional secara efisien dan efektif, termasuk penyebaran hasilnya secara merata di
seluruh Indonesia adalah koordinasi dan keterpaduan antara pemerintah pusat dan daerah, antar
sektor, antara sektor dan daerah, antar provinsi, antar kabupaten/kota, serta antara provinsi dan
kabupaten/kota. Pembangunan daerah dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai sasaran
pembangunan nasional serta untuk meningkatkan hasil-hasil pembangunan daerah bagi
masyarakat secara adil dan merata.

5.1. Pembangunan dan Otonomi Daerah


Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan
sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah. Pembangunan sektoral dilakukan di daerah
disesuaikan dengan kondisi dan potensinya. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang
meliputi perkotaan dan perdesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah

137
tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahannya. Agar tujuan dan usaha
pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pemerintah daerah perlu berjalan dengan
baik. Oleh karena itu, pembangunan daerah merupakan usaha mengembangkan dan memperkuat
pemerintahan daerah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis,
serasi, dan bertanggungjawab.
Undang-undang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.
25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang telah direvisi
menjadi Undang-undang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No.
33/ 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Konsekuensi logis dari
kedua undang-undang tersebut adalah perubahan atau pergeseran yang sangat drastis dari
sentralistis menuju sistem yang desentralistis.
Pendelegasian kewenangan dari pemerintah pusat ke daerah diharapkan dapat mempercepat
pembangunan di daerah, dengan lebih mengoptimalisasikan peran birokrasi dalam memberikan
pelayanan kepada publik dan dan memberdayakan kekuatan masyarakat sebagai modal sosial
(social capital) yang sangat dibutuhkan dalam proses pembangunan. Dalam konteks ini, aparatur
pemerintah di daerah dituntut untuk lebih kapabel, inovatif dan professional dalam mendesain
perencanaan dan program pembangunan.
Pemerintah daerah, khususnya pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki wewenang
yang lebih luas dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang dimilikinya. Konsep
pengelolaan adalah termasuk dalam perencanaan, sehingga perencanaan pembangunan daerah
merupakan hal yang pasti ada dan akan terus dilaksnakan, sesuai dengan kapasitas yang
dimilikinya.
Sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah sangat berbeda bahkan bertentangan
dengan daerah lainnya, sehingga perencanaan yang akan dilakukan dalam suatu daerah
tentu berbeda pula, terutama dari segi inputnya. Namun semua daerah tetap berpedoman
dalam System Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung dengan keseimbangan peran
tiga pilar yaitu pemerintah, dunia usaha atau swasta dan masyarakat. Partisipasi
aktif dari semua elemen yang ada di daerah itu sangat dibutuhkan agar
perencanaan dan pelaksanaan program pembangunan daerah benar-benar
mencerminkan kebutuhan daerah, berkaitan langsung dengan permasalahan yang
di hadapi daerah, serta didukung oleh partisipasi dari pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat

5.1.1. Desentralisasi
Desentralisasi merupakan lawan dari pada sentralisasi yang penuh dengan
kekuasaan bersifat individual. Smith (dalam Pitri Yandri, dalam Sulistyo,. 2005 )
membedakan dua kategori utama tujuan desentralisasi, yakni tujuan politik dan tujuan
ekonomi. Secara politik, tujuan sentralisasi adalah untuk memperkuat pemerintahan daerah,
meningkatkan keterampilan dan kemampuan politik para penyelenggara pemerintah dan
masyarakat untuk mempertahakan integrasi nasional. Sedangkan dari tujuan ekonomi,
desentralisasi bertujuan meningkatkan public good and service serta untuk meningkatkan
efisiensi dan afektivitas pembangunan ekonomi di daerah.. Lebih lanjut Parker 1995

138
menyatakan bahwa denetralisasi mengadung tiga tujuan yaitu politik, piskal dan
administrasi.
Menurut Parker, 1995, desenralisasi meliputi tiga faktor yang mempengaruhi outcome
desentralisasi, yaitu: Politik, Fiskal dan administrasi. Selanjutnya melalui keluaran sistem
( system outcones ), seperti trasparansi politik dan kapasitas adminsitrasi, menghasilkan
hasil sistem ( system results) berupa pelayanan yang memiliki ciri: 1). Responsif, 2). efektif,
3). efisen dan 4). Berkelanjutan.. Selanjutnya keemapat sifat pelayanan jika
dilaksanakan dengan konsisten akan memberikan dampak berupa peninmgkatan pendapatan,
produktivitas, pendidikan, standar hidup dan peningkatan kualitas masyarakat sipil (sivil
society) serta mnurunkan tingkat mortalitas. Dengan demikian jelas pentingnya
denstralisasai kekuasaan untuk membangunan suatu masyarakat yang adil dalam suatu
daerah, termasuk daerah pemekaran
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah
otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penyerahan kewenangan ini
kemudian disertai penyerahan sumber-sumber pembiayaannya (money follows function). Meskipun
demikian ternyata ketimpangan antar daerah (horizontal imbalances) masih juga muncul terutama
terjadi antara daerah yang dianugerahi sumber daya alam yang besar dengan daerah yang memang
miskin sumber daya alam. Karenanya pemerintah pusat masih tetap meberikan bantuan berupa Dana
Alokasi Umum (DAU) yang besarnya sekurang-kurangnya 25% dari Penerimaan Dalam Negeri yang
ditetapkan dalam APBN. Selain dari pada itu daerah masih menerima bantuan berupa Dana Alokasi
Khusus (DAK) untuk kebutuhan khusus yang tidak dapat dicukupi dengan DAU misalnya bencana
alam, jadi biasanya bersifat darurat.
Desentarlisasi disamping memiliki keuntungan dan kelebihan ditinjau dari
partisipasi masyarakat dakam pembagunan juga diketahui bahwa Dalam jangka pendek,
denetraliasssi dapat mendorong inefisiensi & inefektifitas karena:1). Resintensi dari Pusat
karena kehilangan Power, 2). Kompetensi yang terbatas dari pelaksana di daerah dan 3).
Kapasitas sistem manajerial (termasuk manajemen kontrol) yang belum berkembang. Sebagai
contoh Pelayanan kesehatan tidak berfokus pada kebutuhan masyarakat luas, tetapi disusun atas
dasar, Alasan-alasan politis, Kelayakan/kemampuan subyektif segelintir planner, Alasan
budaya/kebiasaan dan tidak selalu membela kepentingan ―si-miskin
Sistem desentralisasi memiliki keuntungan (a). Sistem desentralisasi mampu mengatasi
permasalahan keberagaman kebutuhan, preferensi, dan keinginan antar penduduk yang dapat
berbeda.(b). Memiliki nilai positip dari persaingan antar daerah. Penduduk dapat memilih
daerah yang mencerminkan preferensinya.(c). Inovasi dan eksperiman kebijakan yang dilakukan
di masing-masing daerah.
Desentralisasi selain mengandung banyak manffat ternyata juga menyimpan banyak
permasalahan terutama yang terkait dengan pemisahan suatu daerah untuk menjadi daerah baru
sehingga dimensi spasial menjadi makin kecil. Karenanya desentralisasi juga dapat menghasilkan
suatu dampak berupa eksternalitas yang makin besar sehingga berkesan penyediaan barang publik
yang under provided.

5.1.2. Demokratisasi
Demokratisasi merupakan pilihan yang diterima oleh bangsa Indonesia setelah
mengalami masa yang cukup panjang, teritama dalam masa orde baru. Baik demokrasi
politik, maupun demokrasi ekonomi, bangsa Indonesia, termasuk pemreintah daerah dan
juga masyarakat telah menikmati hasilnya, walaupun belum sesuai harapan. Diketahui

139
bahwa sejak berlakunya undang-undang No, 32 dan 33 tahun 2004 (merupakan revisi
undang-undang yang sama tahun 1999), pemerintah telah berhasil membina menempatkan
kedaulatan raknyat sesuai dengan fungsinya di daerah. Hal ini terlihat dari semakin
gencarnya proses demokratisasi di daerah. Salah satu implikasi demokratisasi, yaitu
keikutsertaan masyarakat dalam penentuan keputusan-keputusan publik. Hal ini merupakan inti
dari reformasi yang kita cita-citakan yaitu timbulnya masyarakat sipil (civil society), masyarakat
yang egaliter berdasarkan kesetaraan. Dengan demikian, masyarakat harus diberikan peranan
yang cukup besar dalam penentuan ―nasib‖nya. Dalam kaitan tersebut, pendekatan perencanaan
yang sentralistik dan top-down harus segera direvisi menjadi pendekatan perencanaan yang lebih
mengedepankan demand masyarakat yang disebut sebagai community driven planning. Isu yang
paling aktual untuk saat ini adalah bagaimana upaya untuk mencapai kondisi di mana masyarakat
sendirilah yang mendesain rencana yang diinginkan dan pemerintah adalah fasilitatornya. Hal ini
sangat penting dalam penataan ruang wilayah dan perkotaan.

5.1.3. Otonomi Daerah, Faktor Pendukung dan Hambatan


Otonomi daerah merupakan sarana dalam perencanaan pembangunan, diharapkan
mampu mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia, terutama daerah-daerah yang masih
terbelakang dalam hal pembangunan manusia seutuhynya. Otonomi ini baru menggelat setelah
reformasi yang dawali pada tahun 1998, masa runtunya Rezim ORDE Baru. Untuk
merealisasikon otonomi daerah yang baru ini diperlukan sejumlah faktor pendukung (Ramlan
Surbakti, 2001).
a. Pertama, menyesuaikan sekurang-kurangnya 15 Undang-undang yang selama ini
mengatur kewenangan yang kini diserahkan kepada daerah otonom. Undang-undang
yang perlu diubah ialah UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU
No. 2 Tahun 1992 tentang Budi Daya Tanam, UU tentang Tata Ruang, UU yang
mengatur Perhubungan Darat, Laut dan Udara, UU tentang Tenaga Keqa, UU tentang
Penanaman Modal, UU tentang Kesehatan, sejumiah UU yang mengatur Pekerjaan
Umum, sejumlah UU yang mengatur Perdagangan dan industri, UU tentang Lingkungan
Hidup, UU tentang Koperasi, UU tentang Pajak dan Retribusi Daerah, dan UU yang
mengatur tata ruang dan pertanahan. Semua UU ini dibuat pada masa Orde Baru
berdasarkan paradigma kekuasaan yang "satu terpusat dan seragam". Karena itu, DPR
dan Pemerintah hasil Pemilu 1999 harus menetapkan perubahan sejumlah UU tersebut
sebagai prioritas utama. Jiwa dan arah UU Otonomi Daerah yang baru itu sangat
ditentukan oleh bentuk dan arah perubahan sejumlah UU.
b. Kedua, konsistensi pemerintah untuk bertindak sesuai dengan jiwa dan arah otonomi
daerah yang baru tersebut. Kabinet Album Keluarga besar Bangsa Indonesia yang
dibentuk oleh Abdurrachman Wahid, Megawati, Amin Rais, Akbar Tanjung, dan Wiranto
ini jelas tidak konsisten dengan jiwa, arah, dan bentuk kebijakan yang dikehendaki UU
No. 22 Tahun 1999 karena masih dibentuk kementerian koperasi, tenaga kerja,
penanaman modal, pekerjaan umum, perhubungan, lingkungan hidup, kesehatan,
pendidikan, perdagangan dan industri, dan pertanian secara tersendiri. Apakah
pemerintah, dan khususnya para menteri yang membidangi kewenangan yang diserahkan
kepada daerah otonom, akan bersedia mengurangi kekuasaannya? Menteri Negara
Otonomi Daerah pasti harus melakukan pertarungan dengan departemen lain dalam
mewujudkan UU Otonomi Daerah tersebut.

140
c. Ketiga, penyebarluasan dan pendalaman jiwa, arah, dan bentuk otonomi daerah yang
dikehendaki UU tersebut kepada sebanyak mungkin pihak, khususnya para pejabat
pemerintah di pusat dan daerah, politisi di Jakarta, para aktor politik lokal dalam Ranah
Kekuasaan Lokal, Ranah Masyarakat Warga dan Ranah Ekonomi Lokal. Para penjabat
Pemerintah Pusat dan daerah, sipil dan tentara, dan politisi Pusat (bahkan sejumlah
politisi lokal) perlu memahami dan mendalami paradigma baru ini karena paradigma
kekuasaan lama itu tidak saja telah menjadi pola perilaku (pattern for behavior) bagi
mereka tetapi juga menjadi perilaku yang mempola (pattern of behavior). Mengubah
perilaku, apalagi mengubah pemahaman dan kesadaran, yang telah terbentuk selama
beberapa dekade bukanlah pekerjaaan yang mudah. Akan tetapi bila proses pemahaman
jiwa, arah dan bentuk kebijakan otonomi daerah itu disertai penjabarannya dalam bentuk
do and don't, dan dengan mekanisme penegakan berupa insentif dan disinsentif, maka
bukan tidak mungkin mereka itu berubah. Sebaliknya, para aktor politik yang
berkecimpung dalam Ranah Kekuasaan Lokal, Ranah Masyarakat Warga Lokal, dan
Ranah Ekonomi Lokal juga perlu memahami jiwa, arah dan bentuk kebijakan otonomi
daerah yang baru ini sehingga secara sinerjik dapat mengajukan tuntutan yang efektif
untuk mewujudkan otonomi daerah tersebut.
d. Keempat, otonomi daerah ini akan dapat diwujudkan bila terdapat aktor politik lokal
dalam jumiah dan kualitas yang memadai untuk berprakarsa, merumuskan usul,
membicarakan don memperdebatkan, menyepakati, memutuskan, melaksanakan,
mengawasi, dan mengevaluasi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik
mengenai salah satu dari kewenangan wajib tersebut. Bentuk dan arah kebijakan dalam
masing-masing 11 jenis kewenangan itu akan ditentukan oleh para aktor politik lokal ini.
Aktor politik lokal ini tidak saja yang berkiprah pada partai politik, DPRD, don Pemda
(Ranah Kekuasaan lokal), tetapi juga pada LSM, organisasi kemasyarakatan, media
massa, kalangan menengah, cendikiawan dan pengamat, dan lembaga pemantau
demokratik. Yang diperlukan tidak saja aktor politik lokal yang bergerak dalam dunia
ekonomi (Ranah Ekonomi Pasar), tetapi juga yang bergerak pada ranah komunitas
agama, adat istiadat, dan suku bangsa. Para aktor politik lokal seperti ini diperlukan
karena yang otonom itu bukan saja DPRD dan Pemda, tetapi seluruh warga daerah dalam
semua ranah yang disebutkan tersebut. Keterlibatan para aktor yang bergerak di luar
Ranah Kekuasaan diperlukan tidak saja untuk mendesak realisasi otonomi daerah tersebut
tetapi juga untuk mengontrol ranah kekuasaan agar menghormati otonomi Ranah
Masyarakat Warga, otonomi Ranah Ekonomi, dan otonomi komunitas suku bangsa dan
agama, dan agar melakukan intervensi kepada ketiga ranah lainnya hanya bila necessary
(diperlukan dan diminta).
e. Kelima, otonomi daerah yang begitu luas akan dapat diwujudkan bila terdapat
sumberdaya manusia (pegawai daerah) dalam jumlah dan kualitas yang sesuai. Karena
implementasi bentuk dan arah kebijakan mengenal masing-masing 11 jenis kewenangan
itu sepenuhnya berada pada jajaran aparat birokrasi daerah (pegawai daerah), tanpa
petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari Pusat seperti pada masa Orde baru, maka
memang sangat diperlukan pegawai daerah yang ahli dan trampil dalam bidang: tata
ruang dan pertanahan, pendidikan dan kebudayaan, tenaga kerja, penanaman modal,
perdagangan dan industri, lingkungan hidup, kesehatan, pekerjaan umum, perhubungan,
pertanian, dan koperasi (seharusnya kebudayaan dan koperasi tidak diurus oleh
pemerintah baik pusat maupun daerah karena merupakan ranah warga masyarakat, ranah

141
komunitas dan ranah ekonomi). Yang menjadi persoalan selama ini ialah pegawai yang
berkualitas ini menumpuk di kota besar di Jawa, khususnya di Jakarta. Karena itu,
realisasi otonomi daerah ini mengharuskan adanya: mutasi pegawai dari Pusat kepada
daerah otonom kabupaten/kota, dan redistribusi SDM dari kota besar ke daerah otonom
kabupaten/kota yang langka SDM berkualitas tersebut. Apakah para pegawai negeri di
berbagai departemen itu bersedia pindah? Apakah SDM di kota besar bersedia bekerja di
daerah terpencil? Sebaliknya, apakah mereka ini dapat survive dan hidup layak di daerah
tersebut?
f. Terakhir, sumber pendapatan daerah untuk membiayai otonomi daerah. Pemerintah telah
menjamin sumber pendapatan daerah seperti yang diuraikan di atas tetapi masih terdapat
sekurang-kurangnya dua persoalan.
 Pertama, kemampuan daerah otonom mengelola sumber pendapatan daerah
tersebut dalam arti kemampuan menentukan penggunaan anggaran secara tepat
sasaran, dan kemampuan mempertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran
baik secara administratif maupun secara politik dan hukum.
 Dan kedua, daerah otonom yang kurang memiliki sumberdaya alam yang
memadai niscaya akan mendapatkan PAD dan Dana Perimbangan dari Pusat
dalam jumlah yang kurang memadai. Daerah otonom seperti ini mungkin akan
dapat bertahan dan berkembang bila memiliki sumberdaya lainnya, seperti
pariwisata, kerajinan, dan sumberdaya manusia yang handal. Sebaliknya, daerah
otonom yang memiliki sumberdaya alam yang masih terpendam tetapi
memerlukan kapital yang besar untuk mengolahnya mungkin memerlukan uluran
tangan dari luar. Faktor-faktor pendukung yang disebutkan di atas sekaligus dapat
pula dijadikan sebagai faktor penghambat bila tidak terpenuhi.
Selain itu, terdapat tiga hambatan lain yang perlu segera dihilangkan.
a. Pertama, struktur komando militer yang paralel dengan struktur pemerintahan sipil,
mulai dari Kodam, Korem, Kodim, Koramil dan Babinsa. Pada masa Orde Baru,
Komandon Kodim misalinya dapat mengambil alih kewenangan Kepala Daerah dan
DPRD. Reformasi Politik, khususnya otonomi daerah akan terwujud bila struktur
komando militer ini secara bertahap dihilangkon mulai dad Babinsa dan Koramil
kemudian menyusul Kodim dan Korem.
b. Kedua, lembaga Muspida dan Muspika yang tidak memiliki dasar hukum (Konstitusi dan
UU) tetapi dalam praktek dibentuk dan dijalankan justru mencegah penegakan hukum
secara konsisten. Pelaksanaan otonomi daerah akan terhambat bila Muspida dan Muspika
ini masih berfungsi karena kekuasaan akan terkonsentrasi pada "Musyawarah" ini. Dan
ketiga, pimpinan partai politik propinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa masih
tunduk dan tergantung kepada DPP sedangkan para anggota DPRD Propinsi dan DPRD
Kabupoten/Kota justru duduk dalam lembaga otonomi daerah. Sebagai warga partai dia
tunduk pada komando DPP tetapi sebagai anggota DPRD dia otonom. Struktur
kepengurusan partai politik di Indonesia harus pula disesuaikan dengan jiwa dan arah
otonomi daerah ini.

5.1.4. Paradigma Lama ke Paradigma Baru


Rezim Orde Baru menggunakan paradigma kekuasaan yang "satu terpusat dan seragam"
dalam tiga wujud berikut.

142
a. Pertama, sentralisasi kekuasaan pada Pusat, Eksekutif, dan Presiden merupakan
prakondisi bagi stabilitas politik, sedangkan stabilitas merupakan condition qua nonbagi
kesuksesan pembangunan nasional.
b. Kedua, pembentukan budaya nasional oleh Negara sebagai pengganti budaya lokal
(penyeragaman budaya) merupakan prakondisi bagi persatuan dan kesatuan bangsa.
c. ketiga, sentralisasi redistribusi kekayaan nasional akan menjamin pemerataan dan
keadilan sosial. Otonomi daerah seluas-luasnya dalam bidang politik, ekonomi dan
budaya dipandang sebagai sumber disintegrasi nasional.
Paradigma kekuasaan seperti ini telah menghasilkan sejumiah kesuksesan ekonomi tetapi
juga korban sosial don politik (social and political costs) dan korban kemanusiaan dan krisis
multidemensional yang berkepanjangan sebelum dan setelah Presiden Soeharto turun dari
singgasana kekuasaan.
Sebagai ganti dari paradigma lama ini diajukan suatu paradigma baru yang merupakan
kebalikan dari paradigma lama tersebut.
a. Pertama, pemisahan kekuasaan diantara legislatif, eksekutif dan yudikatif, dan
desentralisasi kekuasaan kepada daerah otonom merupakan prakondisi penghormatan
kepada budaya lokal baik dalam arti pengetahuan lokal (local knowledge) maupun
kejeniusan lokal (local genius) tidak salah akan menjamin pluralisme budaya tetapi juga
mendorong integrasi nasional.
b. kedua, desentralisasi sumber pendapatan dan penggunaan pendapatan nasional kepada
daerah otonom lebih mampu menjamin pemerataan dan keadilan sosial. Otonomi daerah
seluas-luasnya dalam bidang politik, ekonomi dan budaya justru akan mendorong
integrasi nasional. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah disusun berdasarkan paradigma baru ini. Selanjutnya UU ini direvisi lagi,
sehingga keluar UU Otonomi Daerah No. 22 dan 32 Thaun 2001.
Negara federasi dipilih tidak saja karena pada waktu penyusunan UU ini perubahan UUD
1945 belum menjadi agenda nasional (walaupun sejumlah pihak sudah mengusulkan, seperti
Romo Mangun dan PAN), tetapi juga karena dianggap tidak realistik. Dianggap tidak realistik
karena untuk pembentukan negara federasi harus didahului oleh pembentukan sejumlah negara
bagian. Negara federasi dibentuk oleh kesepakatan sejumlah negara bagian. Pembentukan negara
bagian di Indonesia juga belum tentu belangsung mulus tidak saja karena harus membubarkan
negara kesatuan tetapi juga belum tentu semua daerah propinsi atau kabupaten menyetujui
federasi. Apalagi ternyata masih cukup banyak daerah atau kelompok yang belum memahami
apa itu negara federasi.
Bahkan ada daerah atau kelompok menganggap federasi sebagai lawan dari kesatuan.
Singkatkata, pembentukan negara federasi di Indonesia sekarang ini belum tepat dari segi waktu
dan ruang. Yang kemudian dipilih ialah otonomi daerah seluas-luasnya dalam bentuk susunan
negara kesatuan tetapi disusun berdasarkan semangat federalisme. Pilihan ini dinilai tepat sesuai
dengan ruang dan waktu tetapi juga dapat dipandang sebagai tahapan yang harus dilalui menuju
federasi bila nantinya tetap dikehendaki.

5.1.5. Pembagian Kekuasaan Antara Pusat dan Daerah


Pembagian kekuasaan antara Pusat dan daerah dilakukan berdasarkan prinsip negara
kesatuan tetapi dengan semangat federalisme. Jenis kekuasaan yang ditangani Pusat hampir sama
dengan yang ditangani oleh Pemerintah di negara federal, yaitu hubungan luar negeri, pertahanan

143
dan keamanan, peradilan, moneter, dan agama, serta berbagai jenis urusan yang memang lebih
efisien ditangani secara sentral oleh Pusat, seperti kebijakan makro ekonomi, standarisasi
nasional, Perencanaan pemerintahan, badan usaha milik negara, dan pengembangan sumberdaya
manusia. Semua jenis kekuasaan yang ditangani
Pusat disebutkan secara spesifik dan limitatif dalam UU tersebut. Dalam RUU Pemda
yang diajukan Pemerintah, agama termasuk yang diserahkan kepada daerah otonom sebagai
bagian dari otonomi daerah. Namun MUI menyampaikon keberatan kepada DPR dan mendesak
DPR dan Pemerintah untuk tetap menempatkan urusan agama pada Pusat dengan alasan kuatir
akan muncul daerah agama. Selain itu, otonomi daerah yang diserahkan itu bersifat luas, nyata
dan bertanggungjawab. Disebut luas karena kewenangan sisa justru berada pada Pusat (seperti
pada negara federal); disebut nyata karena kewenangan yang diselenggarakan itu menyangkut
yang diperlukan, tumbuh dan hidup, dan berkembang di daerah; dan disebut bertanggungjawab
karena kewenangan yang diserahkan itu harus diselenggarakan demi pencapaian tujuan otonomi
daerah, yaitu peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta pemeliharaan hubungan
yang serasi antara Pusat dan daerah dan antar daerah.
Disamping itu otonomi seluas-luasnya (keleluasaan otonomi) juga mencakup
kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya melalui perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom
dalam rangka desentralisasi harus pula disertai penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana
dan prasarana, dan sumber daya manusia. Karena disamping daerah otonom propinsi juga
merupakan daerah administratif, maka kewenangan yang ditangani propinsi/gubernur akan
mencakup kewenangan dalam rangka desentralisasi dan dekonsentrasi. Kewenangan yang
diserahkan kepada Daerah Otonom Propinsi dalam rangka desentralisasi mencakup :
a. Kewenangan yang bersifat lintas Kabupaten dan Kota, seperti kewenangan dalam bidang
pekerjaan umum, perhubungan, kehutanan, dan perkebunan;
b. Kewenangan pemerintahan lainnya, yaitu perencanaan dan pengendalian pembangunan
regional secara makro, pelatihan bidang alokasi sumberdaya manusia potensial,
penelitian yang mencakup wilayah Propinsi, pengelolaan pelabuhan regional,
pengendalian lingkungan hidup, promosi dagang dan budaya/pariwisata, penanganan
penyakit menular, dan perencanaan tata ruang propinsi;
c. Kewenangan kelautan yang meliputi eksplorasi, eksploatasi, konservasi dan pengelolaan
kekayaan laut, pengaturan kepentingan administratif, pengaturan tata ruang, penegakan
hukum, dan bantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara, dan
d. Kewenangan yang tidak atau belum dapat ditangani daerah kabupaten dan daerah kota
dan diserahkan kepada propinsi dengan pernyataan dari daerah otonom kabupaten atau
kota tersebut.
Bila dicermati secara seksama, maka tampaknya kriteria yang digunakan dalam
menentukan jenis kewenangan yang diserahkan kepada daerah otonom propinsi lebih didasarkan
pada kriteria efisiensi daripada kriteria politik. Artinya, jenis kewenangan yang dipandang lebih
efisien, diselenggarakan oleh propinsi daripada pusat ataupun kabupaten/kota. Sudah barang
tentu dengan kekecualian bagi kewenangan yang diserahkan kepada propinsi khusus dan
istimewa.
Dari segi tujuan yang dicapai dengan otonomi daerah (jenis dan jumlah kewenangan)
tersebut, tampaknya pertumbuhan ekonomi dan penyediaan infrastruktur lebih menonjol sebagai
sasaran yang akan dicapai daripada peningkatan pelayanan publik kebutuhan dasar dan

144
kesejahteraan rakyat. Kecuali bila pertumbuhaan ekonomi ini memang diarahkan pada
penciptaan kesempatan kerja. Peningkatan kesejahteraan rakyat mungkin akan ditangani
propinsi, semata-mata karena daerah otonom kabupaten dan daerah otonom kota belum mampu,
atau karena dilimpahkan pusat kepada propinsi. Akan tetapi seperti dikemukakan pada awal
tulisan ini, pekerjaan yang layak dari segi jenis dan penghasilan bagi penduduk yang berumur
kerja merupakan kunci kesejahteraan sosial. Karena itu daerah otonom propinsi hendaknya
mengarahkan pertumbuhan ekonomi kepada penciptaan kesempatan kerja tersebut.
Desentralisasi kekuasaan kepada daerah disusun berdasarkan pluralisme daerah otonom
dan pluralisme otonomi daerah. Daerah otonom tidak lagi disusun secara bertingkat (Dati I, Dati
II, dan Desa sebagai unit Perencanaan pemerintahan terendah) seperti pada masa Orde
Barumelainkan dipilah menurut jenisnya, yaitu daerah otonom propinsi, daerah otonom
kabupaten, daerah otonom kota, dan kesatuan masyarakat adat (desa atau nama lain) sebagai
daerah otonom asli. Jenis dan jumlah tugas dan kewenangan yang diserahkan kepada daerah
otonom otonomi daerah) tidak lagi bersifat seragam seluruhnya melainkan hanya yang bersifat
wajib saja yang sama sedangkan kewenangan pilihan diserahkan sepenuhnya kepada daerah
otonom kabupaten dan daerah otonom kota untuk memilih jenis dan waktu pelaksanaannya.
Perbedaan daerah otonom kabupaten/kota dengan daerah otonom kabupaten/kota lainnya
tidak saja terletak pada jenis kewenangan pilihan yang ditanganinya tetapi juga jenis
kewenangan wajib yang mampu ditanganinya karena bila belum mampu menanganinya maka
jenis kewenangan itu buat sementara dapat diurus oleh propinsi.
Perbedaan setiap daerah otonom propinsi terletak pada apakah propinsi itu daerah
khusus/istimewa ataukah biasa, dan apakah terdapat kabupaten atau kota yang berada dalam
wilayah propinsi itu yang belum mampu menangani semua jenis kewenangan wajib tersebut. Di
Indonesia dikenal tiga propinsi yong berstatus khusus, yaitu DKI Jakarta (khusus karena ibukota
negara), Daerah Istimewa Aceh (dalam hal sejarah, adat istiadat dan agama), dan Daerah
Istimewa Yogyakarta (dalam hal sejarah dan kepeminpinan daerah).
Bila bercermin pada kemampuan kabupaten dan kota yang terdapat pada sejumlah
propinsi di Indonesia dewasa ini, maka untuk beberapa propinsi tersebut seharusnya diberi
kewenangan yang lebih besar daripada kabupaten dan kota. Propinsi Irian Jaya, Kalimantan
Tengah, dan Riau mungkin termasuk kedalam kategori ini, sedangkan semua propinsi di Jawa,
Sumut, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara misalnya yang hampir semua kabupaten/kotanya
sudah memiliki kemampuan di atas rata-rata tetap mengikuti UU tersebut (kewenangan
kabupaten dan kota lebih banyak daripada propinsi). Akan tetapi pluralisme otonomi daerah
seperti ini rupanya dinilai terlalu kompleks sehingga tidak diadopsi dalam UU Pemerintahan
Daerah tersebut. Desa (Jawa), nagari (Sumbar), baniar (Bali), huta/kuta (Batak), negeri
(Maluku), gampong (Aceh), dan nama lain di daerah lain dikembalikan statusnya sebagai
kesatuan masyarakat adat yang berwenang mengurus rumah tangganya sendiri. Desa dan
kesatuan masyarakat adat lainnya itu diakui sebagai memiliki otonomi asli, yaitu tugas dan
kewenangan yang lahir berdasarkan adat istiadat, sejarah, dan tradisi masyarakat tersebut.
Kesatuan masyarakat adat bukan lagi unit Perencanaan pemerintahan terendah; ia bukan
lagi perpanjangan tangan negara atau daerah otonom. Negaranisasi yang dilakukan Orde Baru
terhadap kesatuan masyarakat adat, yang menyebabkan kehancuran kelembagaan, kemampuan,
pengetahuan, dan sumberdaya lokal, hendaknya diakhiri. Kesatuan masyarakat adat hendak
dikembalikan sebagai self governing community. Karena pada masa lalu kesatuan masyarakat
adat ini cenderung menjadi korban pengusaha kehutanan, pengusaha industri, pengusaha
perumahan, dan pengusaha industri pariwisata, maka dalam UU ini ditegaskan keharusan adanya

145
kerjasama antara perusahaan yang melakukan investasi di kawasan pedesaan tersebut dengan
kesatuan masyarakat adat.
Dalam rangka negara kesatuan, Pemerintah Pusat masih memiliki kewenangan
melakukan pengawasan terhadap daerah otonom. Tetapi pengawasan yang dilakukan Pusat
terhadap daerah otonom diimbangi dengan kewenangan daerah otonom yang lebih besar, atau
sebaliknya, sehingga terjadi semacam keseimbangan kekuasaan. Keseimbangan yang dimaksud
ialah seperti berikut : Pengawasan ini tidak lagi dilakukan secara struktural, yaitu bupati dan
gubernur bertindak sebagai wakil Pusat sekaligus kepala daerah otonom, dan tidak lagi secara
preventif perundang-undangan, yaitu setiap Perda memerlukan persetujuan Pusat untuk dapat
berlaku.
Menurut UU baru ini, bupati dan walikota sepenuhnya menjadi kepala daerah otonom
yang dipilih oleh dan bertanggungjawab kepada DPRD dan dapat diberhentikan oleh DPRD pada
masa jabatannya tetapi penetapan ataupun pemberhention kepala daerah secara administratif
(pembuatan Surat Keputusan) masih diberikan kepada Presiden. Gubernur pada pihak lain masih
merangkap sebagai wakil Pusat dan kepala daerah otonom, tetapi UU baru ini menetapkan
kewenangan Pusat dan kewenangan DPRD untuk mengontrol gubemur secara seimbang.
Pengawasan Pusat terhadap daerah otonom menurut UU baru ini dilakukan berdasarkan
supremasi hukum. Artinya, setiap Perda yang dibuat oleh DPRD dan Kepala Daerah langsung
dapat berlaku tanpa memerlukan persetujuan Pemerintah. Akan tetapi Pusat setiap saat dapat
menunda atau membatalkannya bila Perda itu dinilai bertentangan dengan Konstitusi, UU dan
kepentingan umum. Sebaliknya, bila daerah otonom (DPRD dan Kepala Daerah) menilai justru
tindakan Pusat menunda atau membatalkan itulah yang bertentangan dengan Konstitusi, UU atau
kepentingan umum, maka daerah otonom dapat mengajukan gugatan/keberatan kepada
Mahkamah Agung untuk menyelesaikan perselisihan tersebut. Pusat dan daerah otonom harus
patuh kepada keputusan MA.

5.1.6. Pendapatan Daerah Otonom


Pada masa lalu prinsip yang digunakan dalam menjamin kemampuan daerah otonom
membiayai otonominya ialah function follows money (tugas dan kewenangan mengikuti sumber
pendapatan daerah). Artinya, makin tinggi kemampuan daerah mendapatkan pendapatan asli
daerah, makin besar tugas dan kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom tersebut.
Penerapan prinsip seperti ini tidak saja dinilai terlalu mengedepankan faktor ekonomi (efisiensi)
dan mengabaikanfaktor kultural dan politik tetapi juga dinilai telah menyebabkan eksploatasi
ekonomi (terlalu banyak pungutan) terhadap warga daerah demi PAD.
Selain itu, penerapan prinsip seperti itu tanpa disertai penyerahan kewenangan
mendapatkan pendapatan kepada daerah otonom tidak saja menyebabkan kepincangan antara
Pusat dan daerah tetapi juga antar daerah. Kenyataan seperti inilah yang antara lain menjadi
penyebab kemunculan tuntutan di sejumlah daerah penghasil devisa negara untuk merdeka,
federasi, ataupun otonomi seluas-luasnya.
Untuk merespon fenomena seperti ini, prinsip yang diterapkan dalam UU Pemda yang
baru ini bukan lagi function follows money melainkan money follows function. Artinya, pertama-
tama sejumlah jenis tugas dan kewenangan yang dipandang sangat penting dan/atau sangat
bermanfaat (necessary) ditangani daerah otonom diserahkan kepada daerah otonom. Apa saja
yang seharusnya atau lebih efisien ditangani Pusat harus ditangani Pusat sedangkan selebihnya
diserahkan kepada daerah otonom. Kewajiban pemerintah pusat dalam negara kesatuan untuk
menjamin sumber keuangan untuk membiayai otonomi tersebut. Untuk menjamin sumber

146
keuangan bagi daerah otonom, Pemerintah harus menjamin perimbangan keuangan Pusat dengan
daerah. Perimbangan ini dapat ditempuh melalui salah satu dari dua metode berikut (Ramlan
Surbakti, 2001)
a. Pertama, perimbangan keuangan yang ditempuh dengan cara penetapan persentase
tertentu bagi daerah otonom dari jenis penerimaan Pusat. Misalnya, dari penerimaan
Pajak Penghasilan (PPn) yang diperoleh Pusat di suatu daerah otonom, maka daerah
otonom akan menerima sebesar 25 persen. Dan metode
b. Kedua, perimbangan keuangan yang ditempuh dengan cara pembagian kewenangan
mencari sumber pendapatan antara Pusat dan daerah otonom. Misalnya, kewenangan
menarik Pajak Penghasilan ditangani Pusat tetapi kewenangan menarik Pajak Penjualan
(sales tax) atau Pajak Barang Mewah diserahkan kepada daerah otonom.
Metode yang pertama diadopsi dalam UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah (PKPD), sedangkan metode kedua diadopsi dalam UU No. 22
Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Pemda) yang baru. UU PKPD membedakan Dana
Perimbangan menjadi tiga kategori :
a. Pertama, bagian/ persentase tertentu yang diterima daerah otonom dari sejumlah Pajak
Pusat dan penerimaan Pusat, yaitu PBB, Bea Balik Nama Pemilikan Tanah, penerimaan
kehutanan, penerimaan perikanan, penerimaan pertambangan umum, dan penerimaan
migas.
b. Kedua, Alokasi Umum (block grant) sebesar 25% dari APBN yang diberikan kepada
daerah otonom berdasarkan sejumlah indikator seperti luas wilayah, jumlah penduduk,
dan indikator kualitas hidup manusia. Dana ini dimaksudkan demi pemerataan tetapi
penggunaannya diserahkan sepenuhnya kepada DPRD dan Pemerintah Daerah. Dan
c. Ketiga, Alokasi Khusus (spesific grant) yang penggunaannya sudah ditentukan oleh
Pusat dalam APBN.UU Pemda menetapkan sumber pendapatan daerah sebagai terdiri
atas Pajak dan Retribusi Daerah seperti yang diatur dalam UU No. 18 Tahun 1997,
Perusahaan Daerah, Pinjaman dan Obligasi Daerah, Sumber Pendapatan lain yang sah,
dan Dana Perimbangan. Selain itu, UUPemda yang baru juga menetapkan ketentuan no
mandating without funding. Artinya, setiap penugasan dalam rangka medebewin
(pembantuan) kepada daerah otonomi harus disertai sarana, anggaran, dan personilnya.
Kebijakan seperti ini belum memuaskan semua pihak. UU PKPD misalnya dianggap
lebihmenguntungkan propinsi penghasil devisa negara, seperti Aceh, Riau, Sumatra Selatan,
Kaltim dan Irian Jaya daripada propinsi di Jawa dan daerah minus lainnya. Para pengamat
misalnya lebih menghendaki penerapan metode kedua (pembagian kewenangan mendapatkan
pendapatan) secara penuh karena dianggap lebih menjamin keadilan wilayah dan keadilan sosial.
Tetapi Pemerintah Pusat mengajukan argumentasi mendukung metode campuran itu berupa:
siapa yang akan membayar utang luar negeri, siapa yang akan membiayai daerah otonom yang
minus, dan siapa yang akan membiayai penyelenggaraan pemerintahan Pusat? Argumentasi ini
tentu banyak benarnya, tetapi argumentasi baliknya juga dapat diajukan: siapa sesungguhnya
yang menikmati hasil utang luar negeri itu?

5.1.7. Urusan Pemerintaanh Wajib


Urusan pemerintah wajib yang diselenggaraan oleh pemerintah daerah terbagi menjadi
Urusan Pemerintahan yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar dan Urusan Pemerintahan yang
tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar

147
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan untuk
mengganti UU 32 Tahun 2004 yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan,
ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Muatan UU Pemerintahan
Daerah tersebut membawa banyak perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Salah
satunya adalah pembagian urusan pemerintahan daerah.Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014
klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3 urusan yakni urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum.Urusan pemerintahan absolut adalah
Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat. Urusan
pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan
Berikut menggambarkan pembagian urusan pemerintahan.

Sumber: Pemerintah.Net, 2016

Untuk urusan konkuren atau urusan pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat
dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dibagi menjadi urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan. Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang
wajib diselenggarakan oleh semua Daerah. Sedangkan Urusan Pemerintahan Pilihan adalah
Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang
dimiliki Daerah.

148
Sumber: Pemerintah.Net, 2016.

5.2. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif


untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila warganya ikut berpartisipasi. Suatu usaha
hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila kelompok komunitas atau
masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga sebagai subyek. Disini subyek
merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat (beneficiaries) atau obyek saja.

Pemberdayaan dapat diartikan sebagai suatu pelimpahan atau pemberian kekuatan


(power) yang akan menghasilkan hierarki kekuatan dan ketiadaan kekuatan, seperti yang
dikemukakan Simon (1990) dalam tulisannya tentang Rethinking Empowerment. Simon
menjelaskan bahwa pemberdayaan suatu aktivitas refleksi, suatu proses yang mampu
diinisiasikan dan dipertahankan hanya oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau
penentuan diri sendiri (self determination). Sementara proses lainnya hanya dengan memberikan
iklim, hubungan, sumber-sumber dan alat-alat prosedural yang melaluinya masyarakat dapat
meningkatkan kehidupannya. Pemberdayaan merupakan sistem yang berinteraksi dengan
lingkungan sosial dan fisik. Dengan demikian pemberdayaan bukan merupakan upaya
pemaksaan kehendak, proses yang dipaksakan, kegiatan untuk kepentingan pemrakarsa dari luar,

149
keterlibatan dalam kegiatan tertentu saja, dan makna-makna lain yang tidak sesuai dengan
pendelegasian kekuasaan atau kekuatan sesuai potensi yang dimiliki masyarakat.
Prijono Dan Pranarka (1996) membagi dua fase penting untuk memahami akar konsep
pemberdayaan, yakni: pertama, lahirnya Eropa modern sebagai akibat dari dan reaksi terhadap
alam pemikiran, tata masyarakat dan tata budaya Abad Pertengahan Eropa yang ditandai dengan
gerakan pemikiran baru yang dikenal sebagai Aufklarung atau Enlightenment, dan kedua,
lahirnya aliranaliran pemikiran eksistensialisme, phenomenologi, personalisme yang lebih dekat
dengan gelombang Neo-Marxisme, Freudianisme, strukturalisme dan sebagainya.
Perlu upaya mengakulturasikan konsep pemberdayaan tersebut sesuai dengan alam
pikiran dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan
Barat diawali dengan proses penghilangan harkat dan martabat manusia (dehumanisasi). Proses
penghilangan harkat dan martabat manusia ini salah satunya banyak dipengaruhi oleh kemajuan
ekonomi dan teknologi. Kemajuan ekonomi dan teknologi ini, nantinya dipakai sebagai basis
dasar dari kekuasaan (power).
Power adalah kemampuan untuk mendapatkan atau mewujudkan tujuan. Bachrach dan
Baratz (1970) membuktikan bahwa power adalah konsep rasional (rational concept). Dalam
pandangan mereka, power dilakukan yang dilakukan A hanya dilakukan dalam hubungan
individu atau kelompok B untuk memenuhi kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan yang diberikan
oleh B yang rela melakukan pilihan atas sanksi yang ada atau akan kehilangan sesuatu yang lebih
tinggi (kekuasaan atau uang). Ironisnya, kekuasaan itu kemudian membuat bangunanbangunan
yang cenderung manipulatif, termasuk sistem pengetahuan, politik, hukum, ideologi dan religi.
Akibat dari proses ini, manusia yang berkuasa menghadapi manusia yang dikuasai. Dari sinilah
muncul keinginan untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi dan menghasilkan
sistem alternatif yang menemukan proses pemberdayaan. Sistem alternatif memerlukan proses
―empowerwent of the powerless.‖ Namun empowerment hanya akan mempunyai arti kalau
proses pemberdayaan menjadi bagian dan fungsi dari kebudayaan, yaitu aktualisasi dan
koaktualisasi eksistensi manusia dan bukan sebaliknya menjadi hal yang destruktif bagi proses
aktualisasi dan koaktualisasi eksistensi manusia (Prijono Dan Pranarka, 1996).
Ahli-ahli sosial dalam memberikan pengertian pemberdayaan mempunyai rumusan yang
berbeda-beda dalam berbagai konteks dan bidang kajian, artinya belum ada definisi yang tegas
mengenai konsep tersebut. Namun demikian, bila dilihat secara lebih luas, pemberdayaan sering
disamakan dengan perolehan daya, kemampuan dan akses terhadap sumber daya untuk
memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu, agar dapat memahami secara mendalam tentang
pengertian pemberdayaan maka perlu mengkaji beberapa pendapat para ilmuwan yang memiliki
komitmen terhadap pemberdayaan masyarakat.
Robinson (1994) menjelaskan bahwa pemberdayaan adalah suatu proses pribadi dan
sosial; suatu pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak.
Ife (1995) mengemukakan bahwa pemberdayaan mengacu pada kata ―empowerment,” yang
berarti memberi daya, memberi ”power” (kuasa), kekuatan, kepada pihak yang kurang berdaya.
Segala potensi yang dimiliki oleh pihak yang kurang berdaya itu ditumbuhkan, diaktifkan,
dikembangkan sehingga mereka memiliki kekuatan untuk membangun dirinya. Pemberdayaan
masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai
suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Payne (1997) menjelaskan bahwa
pemberdayaan pada hakekatnya bertujuan untuk membantu klien mendapatkan daya, kekuatan
dan kemampuan untuk mengambil keputusan dan tindakan yang akan dilakukan dan
berhubungan dengan diri klien tersebut, termasuk mengurangi kendala pribadi dan sosial dalam

150
melakukan tindakan. Paul (1987) menyatakan bahwa pemberdayaan berarti pembagian
kekuasaan yang adil sehuingga meningkatkan kesadaran politis kekuasaan kelompok yang lemah
serta memperbesar pengaruh mereka terhadap proses dan hasil-hasil pembangunan. Rappaport
(1987) mengatakan bahwa pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman secara psikologis
pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik dan hak-haknya. MacArdle
(1989) mengartikan pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang
secara konsekuen melaksanakan keputusan itu. Orang-orang yang telah mencapai tujuan kolektif
diberdayakan melalui kemandiriannya, bahkan merupakan ―keharusan‖ untuk lebih
diberdayakan melalui usaha mereka sendiri dan akumulasi pengetahuan, keterampilan serta
sumber lainnya dalam rangka mencapai tujuan tanpa tergantung pada pertolongan dari hubungan
eksternal.
Pemberdayaan sebagai proses menunjuk pada serangkaian tindakan yang dilakukan
secara sistematis dan mencerminkan pentahapan kegiatan atau upaya mengubah masyarakat yang
kurang atau belum berdaya, berkekuatan, dan berkemampuan menuju keberdayaan. Makna
"memperoleh" daya, kekuatan atau kemampuan menunjuk pada sumber inisiatif dalam rangka
mendapatkan atau meningkatkan daya, kekuatan atau kemampuan sehingga memiliki
keberdayaan. Kata "memperoleh" mengindikasikan bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk
berdaya berasal dari masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, masyarakat harus menyadari akan
perlunya memperoleh daya atau kemampuan. Makna kata "pemberian" menunjukkan bahwa
sumber inisiatif bukan dari masyarakat. Inisiatif untuk mengalihkan daya, kemampuan atau
kekuatan adalah pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan kemampuan, misalnya pemerintah
atau agen-agen pembangunan lainnya.

5.2.1. Proses Pemberdayaan


Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ‖proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang mene-kankan pada proses
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama tersebut dapat disebut sebagai
kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan kecenderungan kedua atau
kecenderungan sekunder menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi
pilihan hidupnya melalui proses dialog‖.
Kartasasmita (1995) menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui
tiga proses yaitu: Pertama: Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa setiap manusia memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumberdaya manusia atau masyarakat tanpa
daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah membangun daya, kekuatan atau kemampuan,
dengan mendorong (encourage) dan membangkitkan kesadaran (awareness) akan potensi yang
dimiliki serta berupaya mengembangkannya. Kedua, memperkuat potensi atau daya yang
dimiliki oleh masyarakat (empo-wering), sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain
dari iklim atau suasana. Ketiga, memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam
proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena
kekurangberdayaannya dalam menghadapi yang kuat.
Proses pemberdayaan warga masyarakat diharapkan dapat menjadikan masyarakat
menjadi lebih berdaya berkekuatan dan berkamampuan. Kaitannya dengan indikator masyarakat
berdaya, Sumardjo (1999) menyebutkan ciri-ciri warga masyarakat berdaya yaitu: (1) mampu

151
memahami diri dan potensinya, mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke
depan), (2) mampu mengarahkan dirinya sendiri, (3) memiliki kekuatan untuk berunding, (4)
memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling
menguntungkan, dan (5) bertanggungjawab atas tindakannya.
Slamet (2003) menjelaskan lebih rinci bahwa yang dimaksud dengan masyarakat
berdaya adalah masyarakat yang tahu, mengerti, faham termotivasi, berkesempatan,
memanfaatkan peluang, berenergi, mampu bekerjasama, tahu berbagai alternative, mampu
mengambil keputusan, berani mengambil resiko, mampu mencari dan menangkap informasi dan
mampu bertindak sesuai dengan situasi. Proses pemberdayaan yang melahirkan masyarakat yang
memiliki sifat seperti yang diharapkan harus dilakukan secara berkesinambungan dengan
mengoptimalkan partisipasi masyarakat secara bertanggungjawab.
Adi (2003) menyatakan bahwa meskipun proses pemberdayaan suatu masyarakat
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, namun dalam implementasinya tidak semua
yang direncanakan dapat berjalan dengan mulus dalam pelaksanaannya. Tak jarang ada
kelompok-kelompok dalam komunitas yang melakukan penolakan terhadap ‖pembaharuan‖
ataupun inovasi yang muncul. Watson (Adi, 2003) menyatakan beberapa kendala (hambatan)
dalam pembangunan masyarakat, baik yang berasal dari kepribadian individu maupun berasal
dari sistem sosial:
1. Berasal dari Kepribadian Individu; kestabilan (Homeostatis), kebiasaan (Habit), seleksi
Ingatan dan Perilaku (Selective Perception and Retention), ketergantungan (Depedence),
Super-ego, yang terlalu kuat, cenderung membuat sese-orang tidak mau menerima
pembaharuan, dan rasa tak percaya diri (self-Distrust).
2. Berasal dari Sistem Sosial; kesepakatan terhadap norma tertentu (Conformity to Norms),
yang‖mengikat‖ sebagian anggota masyarakat pada suatu komunitas tertentu, kesatuan dan
kepaduan sistem dan budaya (Systemic and Cultural Coherence), kelompok kepentingan
(vested Interest), hal yang bersifat sakral (The Sacrosanct), dan penolakan terhadap ‖Orang
Luar‖ (Rejection of Outsiders)

5.2.2.Tujuan dan Tahapan Pemberdayaan masyarakat


Jamasy (2004) mengemukakan bahwa konsekuensi dan tanggungjawab utama dalam
program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan adalah masyarakat berdaya atau
memiliki daya, kekuatan atau kemampuan. Kekuatan yang dimaksud dapat dilihat dari aspek
fisik dan material, ekonomi, kelembagaan, kerjasama, kekuatan intelektual dan komitmen
bersama dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan. Kemampuan berdaya mempunyai arti
yang sama dengan kemandirian masyarakat. Salah satu cara untuk meraihnya adalah dengan
membuka kesempatan bagi seluruh komponen masyarakat dalam tahapan program
pembangunan. Setiap komponen masyarakat selalu memiliki kemampuan atau yang disebut
potensi. Keutuhan potensi ini akan dapat dilihat apabila di antara mereka mengintegrasikan diri
dan bekerja sama untuk dapat berdaya dan mandiri.
Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004) menjelaskan bahwa tujuan yang
ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk membentuk individu dan masyarakat
menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan
mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi
yang dialami oleh masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalahmasalah yang
dihadapi dengan mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Daya kemampuan yang

152
dimaksud adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya
lainnya yang bersifat fisik/material.
Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh
pengetahuan dan wawasan seseorang dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang
dihadapi. Kondisi konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk dan
diarahkan pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pemberdayaan masyarakat. Kondisi
afektif adalah merupakan perasaan yang dimiliki oleh individu yang diharapkan dapat
diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik
merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya mendukung
masyarakat dalam rangka melaku-kan aktivitas pembangunan.
Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif, afektif dan
psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya kemandirian masyarakat yang
dicita-citakan. Karena dengan demikian, dalam masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan,
yang dilengkapi dengan kecakapanketerampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan
pembangunan dan perilaku sadar akan kebutuhannya.
Kemandirian masyarakat dapat dicapai tentu memerlukan sebuah proses belajar.
Masyarakat yang mengikuti proses belajar yang baik, secara bertahap akan memperoleh daya,
kekuatan atau kemampuan yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan secara
mandiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Montagu & Matson (Suprijatna, 2000) yang
mengusulkan konsep The Good Community and Competency yang meliputi sembilan konsep
komunitas yang baik dan empat komponen kompetensi masyarakat. The Good Community and
Competency itu adalah; (1) setiap anggota masyarakat berinteraksi satu sama lain berdasarkan
hubungan pribadi atau kelompok; (2) komunitas memiliki kebebasan atau otonomi, yaitu
memiliki kewenangan dan kemampuan untuk mengurus kepentingannya sendiri secara mandiri
dan bertanggung jawab; (3) memiliki vialibilitas yaitu kemampuan memecahkan masalah
sendiri; (4) distribusi kekuasaan secara adil dan merata sehingga setiap orang mempunyai
berkesempatan dan bebas memiliki serta menyatakan kehendaknya; (5) kesempatan setiap
anggota masyarakat untuk berpartsipasi aktif untuk kepentingan bersama; (6) komunitas
memberi makna kepada anggota; (7) adanya heterogenitas/beda pendapat; (8) pelayanan
masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat mungkin kepada yang berkepentingan; dan (9)
adanya konflik dan manajemen konflik.
Melengkapi sebuah komunitas yang baik perlu ditambahkan kompetensi yang harus
dimiliki masyarakat yaitu, sebagai berikut: (1) mampu mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
komunitas, (2) mampu mencapai kesempatan tentang sasaran yang hendak dicapai dalam skala
prioritas, (3) mampu menemukan dan menyepakati cara dan alat mencapai sasaran yang telah
disetujui, dan (4) mampu bekerjasama dalam bertindak mencapai tujuan. Kompetensi-
kompetensi tersebut merupakan kompetensi pendukung untuk mengantarkan masyarakat agar
mampu memikirkan, mencari dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan sosial.
Pembentukan masyarakat yang memiliki kemampuan yang memadai untuk memikirkan
dan menentukan solusi yang terbaik dalam pembangunan tentunya tidak selamanya harus
dibimbing, diarahkan dan difasilitasi. Berkaitan dengan hal ini, Sumodiningrat (2000)
menjelaskan bahwa pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat
mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau
agar tidak jatuh lagi. Berdasarkan pendapat Sumodiningrat berarti pemberdayaan melalui suatu
masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri.
Proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat berlangsung secara bertahap, yaitu:

153
(1) tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli, sehingga
yang bersangkutan merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri, (2) tahap transformasi
kemampuan berupa wawasan berpikir atau pengetahuan, kecakapan-keterampilan agar dapat
mengambil peran di dalam pembangunan, dan (3) tahap peningkatan kemampuan intelektual,
kecakapan-keterampilan sehingga terbentuk inisiatif, kreatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian (Sulistiyani, 2004).
Tahap pertama atau tahap penyadaran dan pembentukan perilaku merupakan tahap
persiapan dalam proses pemberdayaan. Pada tahap ini pelaku pemberdayaan berusaha
menciptakan prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang
efektif. Apa yang diintervensi dalam masyarakat sesungguhnya lebih pada kemampuan
afektifnya untuk mencapai kesadaran konatif yang diharapkan agar masyarakat semakin terbuka
dan merasa membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk memperbaiki kondisinya.
Tahap kedua yaitu proses transformasi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dapat
berlangsung baik, demokratis, efektif dan efisien, jika tahap pertama telah terkondisi.
Masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-keterampilan
yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan jika telah menyadari akan
pentingnya peningkatan kapasitas. Keadaan ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan
wawasan dan penguasaan keterampilan dasar yang mereka butuhkan. Pada tahap ini masyarakat
hanya dapat berpartisipasi pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut/obyek
pembangunan saja, belum menjadi subyek pembangunan.
Tahap ketiga adalah merupakan tahap pengayaan atau peningkatan intelektualitas dan
kecakapan-keterampilan yang diperlukan, supaya mereka dapat membentuk kemampuan
kemandirian. Kemandirian tersebut ditandai oleh kemampuan masyarakat di dalam membentuk
inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya.
Apabila masyarakat telah mencapai tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri
melakukan pembangunan. Dalam konsep pembangunan masyarakat pada kondisi seperti ini,
seringkali masyarakat didudukkan sebagai subyek pembangunan atau pemeran utama, sedangkan
pemerintah bertugas menjadi fasilitator saja.

5.2.3. Kemampuan Pelaku Pemberdayaan


Tujuan pemberdayaan adalah membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.
Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang
mereka lakukan. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat dan ditandai kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang
dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan mempergunakan
daya, kekuatan atau kemampuan yang dimiliki. Daya, kekuatan atau kemampuan yang dimaksud
adalah kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumber daya lainnya yang
bersifat fisik-material. Pencapaian tujuan tersebut tentu tidak semudah membalik telapak tangan,
tetapi membutuhkan upaya dan kerja keras yang serius dari semua pihak yang dalam penelitian
ini disebut sebagai pelaku pemberdayaan. Pelaku pemberdayaan harus dapat berperan sebagai
motivator, mediator dan fasilitator yang baik.
Era reformasi dan desentralisasi saat ini tuntutan terhadap pelaku pemberdayaan yang
memiliki kemampuan yang memadai semakin menguat. Pelaku pemberdayaan tidak hanya
dituntut untuk memperkaya pengetahuannya, melainkan mereka dituntut meningkatkan
ketrampilannya dalam mendesain program pemberdayaan. Lantas muncul pertanyaan,
kemampuan seperti apa yang harus dimiliki oleh pelaku pemberdayaan?. Tjokrowinoto (2001)

154
menawarkan lima bentuk kemampuan yang dianggapnya sangat relevan dengan kualitas pelaku
pemberdayaan, yakni: (1) kemampuan untuk melihat pe-luang-peluang yang ada, (2)
kemampuan untuk mengambil keputusan dan langkah-langkah yang dianggap prioritas dengan
mengacu pada visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai, (3) kemampuan mengidentifikasikan sub-
jek-subjek yang mempunyai potensi memberikan input dan sumber bagi proses pembangunan,
(4) kemampuan menjual inovasi dan memperluas wilayah penerimaan program-program yang
diperuntukkan bagi kaum miskin; dan (5) kemampuan memainkan peranan sebagai fasilitator
atau mening-katkan kemampuan masyarakat untuk tumbuh berkembang dengan kekuatan
sendiri.
Keterpaduan kelima kemampuan pelaku pemberdayaan tersebut patut dijadikan rujukan
atau pedoman oleh seluruh unsur stakeholders, terutama yang mempunyai tanggung jawab
langsung terhadap keberhasilan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan. Namun
dukungan kelima kemampuan ini pun tidak akan berarti kalau tidak disertai dengan sikap
perilaku adil dan komitmen yang kuat. Jamasy (2004) menambahkan bahwa ada tujuh syarat
kemampuan umum yang harus dimiliki pelaku pemberdayaan dan kesemuanya harus terefleksi
dalam kegiatan aksi program, yakni kemampuan untuk: (1) mempertahankan keadilan, (2)
mempertahankan kejujuran, (3) melakukan problem solving, (4) mempertahankan misi, (5)
memfasilitasi, (6) menjual inovasi, dan (7) fasilitasi yang bertumpu pada kekuatan masyarakat
sendiri.
Keberhasilan pelaku pemberdayaan dalam memfasilitasi proses pemberdayaan juga dapat
diwujudkan melalui peningkatan partisipasi aktif masyarakat. Fasilitator harus trampil
mengintegrasikan tiga hal penting yakni: optimalisasi fasilitasi, waktu yang disediakan, dan
optimalisasi partisipasi masyarakat. Masyarakat pada saat menjelang batas waktu harus diberi
kesempatan agar siap melanjutkan program pembangunan secara mandiri. Sebaliknya, fasilitator
harus mulai mengurangi campur tangan secara perlahan. Tanamkan kepercayaan pada
masyarakat yang selanjutnya akan mengelola program.
Berkaitan dengan jangka waktu keterlibatan fasilitator (pelaku pemberdayaan) dalam
mengawal proses pemberdayaan terhadap warga masyarakat, Sumodiningrat (2000)
menjelaskan bahwa, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target
masyarakat mampu mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap
dipantau agar tidak jatuh lagi. Meskipun demikian dalam rangka menjaga kemandirian tersebut
tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi, dan kemampuan secara terus menerus supaya
tidak mengalami kemunduran.
Sebagai tenaga ahli, fasilitator sudah pasti dituntut untuk selalu trampil melakukan
fasilitasi; aktif menciptakan media konsultasi; aktif menjadi mediator; aktif memberikan animasi
dan advokasi; dan trampil memfasilitasi proses problem solving (pemecahan masalah). Persoalan
yang diungkapkan masyarakat saat problem solving tidak secara otomatis harus dijawab oleh
fasilitator tetapi bagaimana fasilitator mendistribusikan dan mengembalikan persoalan dan
pertanyaan tersebut kepada semua pihak (peserta atau masyarakat). Upayakan pendapat
masyarakat yang mengambil alih keputusan. Selain itu, pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator
harus dapat mengenali tugasnya secara baik.
Tugas pelaku pemberdayaan sebagai fasilitator oleh Parsons, Jorgensen dan Hernandez (1994)
adalah; (1) mendefenisikan siapa yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan, (2)
mendefenisikan tujuan keterlibatan, (3) mendorong komunikasi dan relasi, serta menghargai
pengalaman dan perbedaan-perbedaan, (4) memfasilitasi keterikatan dan kualitas sinergi sebuah
sistem: menemukan kesamaan dan perbedaan, (5) memfasilitasi pendidikan membangun

155
pengetahuan dan keterampilan, (6) memberikan contoh dan memfasilitasi pemecahan masalah
bersama mendorong kegiatan kolektif, (7) mengidentifikasi masalah-masalah prioritas yang akan
dipecahkan bersama dan memfasilitasi penetapan tujuan, (8) merancang solusi-solusi alternative,
(9) mendorong pelaksanaan tugas, dan (10) memecahkan konflik/masalah.
Salah satu cara pemeberdayaan masyarakat adalah peningkatan kapasitas oleh individu
atau kelompok yang dapat dilakukan : 1). Training of Trainers 2.) Workshop, 3).
Magang, 4). Diskusi, seminar 5). Asistensi 6). Konsultansi dan 7). Kunjungan belajar
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatan kapasitas baik melalui diri
sendiri atau kerjasama. Kerjasama bertujuan mendorong para pihak yang berkepentingan
masuk ke dalam atmosfer penyelesaian masalah bersama, yang tidak dapat diselesaikan oleh
salah satu pihak saja. Kerjasama penting karena banyak pekerjaan yang tidak dapat dilakuikan
dengan diri sendiri. Kersama yang dapat berbentuk 1). Jaringan 2). Aliansi, 3). Koalisi, dan 4).
Kolaborasi.

5.3. Perencanaan Pembangunan Daerah


Pembangunan daerah adalah bagian integral dari Pembangunan nasional yang
merupakan kehendak daerah sesuai dengan karakteristik dan potensi wilayah serta budaya
masyarakat. Perencanaan pembangunan merupakan inplementasi dan penjabaran perencanaan
pembangunan nasional yang diselenggarakan di daerah. Selain dari pada itu juga merupakan
upaya darah dalam memasukkan kepentingan lokal dalam pembangunan nasional, dengan
demikian terjadi koordinasi antara pemerintah pusat daan daerah dan singkroniasasi antara
kepentingan keduanya.
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah adalah perencanaan publik dengan
mendorong penggunaan potensi (ekonomi) dalam upaya pemberdayaan masyarakat,
khususnya swasta dalam menggunakan peluang yang ada di daerah. Perencanaan
pembangunan daerah adalah upaya untuk mendorong daerah untuk menggunakan sumber–
sember ekonomi secara efisien.

5.3.1.Pokok-pokok Perencanaan Pembangunan Daerah


Setidaknya ada 3 unsur dasar dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah jika
dikaitkan dengan pusat dan daerah :
1. Perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang
hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional di mana daerah tersebut merupakan
bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya dan konsekuensi akhir dari
interaksi tersebut.
2. Sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya
yang baik bagi daerah belum tentu baik secara nasional.
3. Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah misalnya, administrasi
proses pengambilan keputusan atau otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah
dengan yang tersedia pada tingkat pusat.
Selajutnya, proses perencanaan pembangunan daerah, setidaknya ditentukan oleh dua
faktor, yaitu:
1. Tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negri yang mempengaruhi
kebutuhan daerah dalam proses pembangunan perekonomiannya;

156
2. Kenyataan bahwa perekonomian daerah dalam suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor
secara berbeda-beda, misalkan beberapa daerah mengalami pertumbuhan pada sektor
industrinya sedangkan daerah lain mengalami penurunan. Keadaan inilah yang
menjelaskan perbedaan perspektif masyarakat daerah mengenai arah dan makna
pembangunan daerah.

5.3.2. Tahap-tahap Pembangunan Daerah


Menurut Blakely (1989) ada 6 tahap proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah
seperti yang disajikan pada tabel 3.2 berikut ini. Tahapan yang berurutan tersebut meliputi : (1)
pengumpulan dan analisis data ; (2) Pemilihan strategi pembangunan daerah; (3) Pemilihan
proyek-proyek pembangunan; (4) Pembuatan rencana tindakan; (5) Penentuan rincian proyek;
(6) Persiapan perencanaan secara keseluruhan dan implementasi, gambar 5.1.
Gambar 5.1. Proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah

Tahap Tugas
I
Pengumpulan dan analisis data
● Penentuan Basis Ekonomi
● Analisis Struktur Tenaga Kerja
● Evaluasi Kebutuhan Tenaga Kerja
● Analisis Peluang dan Kendala Pembangunan
● Analisis Kapasitas Kelembagaan
II
Pemiihan Strategi Pembangunan Daerah
● Penentuan Tujuan dan Kriteria
● Penentuan Kemungkinan-Kemungkinan Tindakan
● Penyusunan Target Strategi
III
Pemilihan Proyek-Proyek Pembangunan
● Identifikasi Proyek Potensial
● Penilaian Kelayakan Proyek
IV
Pembuatan Rencana Tindakan
● Prapenilaian Hasil Proyek
● Pengembangan Input Proyek
● Penentuan Alternatif Sumber Pembiayaan
● Identifikasi Struktur Proyek
V
Penentuan Rincian Proyek
● Pelaksanaan Studi Kelayakan Secara Rinci
● Penyiapan Rencana Bisnis (bisnis plan)
● Pengembangan,Pemantauan, dan Pengevaluasian Program
VI
Persiapan Perencaan Secara keseluruhan dan Implementasi
● Penyiapan Skedul Implementasi Rencana Proyek
● Penyusunan Rencana Program Pembangunan Secara Keseluruhan
● Targeting dan Marketing aset-aset Masyarakat
● Pemasaran Kebutuhan Keuangan
Sumber: Blakely (1989)

157
Sementara itu Bendavid-val (1991) menyajikan suatu model tahap-tahap perencanaan
yang sedikit agak berbeda dengan tabel diatas, berikut ini ada 3 hal yang menarik :
1. Pengumpulan analisis data bukan merupakan suatu tahap dalam proses perencanaan
secara keseluruhan,tetapi secara terus-menerus berfungsi mendukung dan menyajikan
informasi pada setiap tahap perencanaan.
2. Semua tahap dalam proses perencanaan merupakan bagian dari siklus dimana tjuan-
tujuan secara periodik ditinjau kembali,sasara-sasaran ditinjau kembali dan
seterusnya.
3. Suatu rencana yang sudah disosialisasikan bukanlah merupakanlah akhir dari suatu
proses,tetapi sesuatu yang dihasilkan dari waktu ke waktu untuk kepentingan-
kepetingan praktis.
Proses perencanaan sebagaimana dirangkum pada sistem perencanaan diatas merupakan
suatu sistem perencanaan yang ideal, setiap negara memiliki sistem perencanaan sendiri.

1
Perumusan
Tujuan 2
7
Perumusan
Evaluasi
Sasaran

Pengumpulan
dan Analisis 3
6 Data Identifikasi
Implement Pilihan
asi
Publish
Plan 4
Comparative
5 Assesment
Implementasi
Perencanaan

Gambar 3.3. Skema Perencanaan Model Ideal


Sumer: Bendavid-Val , 1991.

158
5.3.3. Prosedur Perencanaan Daerah
Aspirasi masyarakat merupakan salah satu unsur pokok dalam pelaksanaan
pembangunan. Masyarakat terdiri dari beberapa kelompok yang memiliki karakteristik dan
pola pikir yang berbeda antara satu sama lain, sehingga untuk menampung keinginan
masyarakat tersebut dalam pembangunan ditempuh sistem perencanaan dari bawah ke atas,
dimulai:
1. Musyawarah Pembangunan Tingkat Desa/Kelurahan
Musbang desa dipimpin oleh kepala desa yang dibimbing oleh camat dan dibantu oleh
kepala urusan pembangunan desa.
2. Temu Karya Pembangunan Tingkat Kecamatan
Temu karya dipimpin oleh camat dan dibantu oleh Bappeda Kabupaten/kota dan
dibantuoleh kepala kantor pembangunan desa Kabupaten/kta yang bersangkutan.
3. Rapat Koordinasi pembangunanKabupaten
Rapat koordinasi ini membahas tentang hasil temu karya pembangunan tingkat
kecamatanyang dipimpin oleh ketua Bappeda Kabupaten.
4. Rapat Koordinasi Pembangunan Provinsi
Hasil rumusan dari Rakorbang Kabupaten/Kota dan usulan proyek-proyek
pembangunan dibahas bersama-sama dengan biro pembangunan atau Provinsi serta
Direktorat Pembangunan Desa Provinsi.
5. Konsultasi Nasional Pembangunan
Hasil Rakorbang Provinsi diusulkan ke Pemerintah pusat melalui forum konsultasi
nasional.
Perencanaan dari bawah ke atas (buttom up) memiliki kelebihan dari jenis
perencanaan To down. Dengan perencnaan dari bawah ke atas, aspirasi masyarakat dapat
ditampung dari berbagai lapisan masyarakat atau kelompok, yang meruapakan masukan
yang sangat berharga untuk pemerintah pusat.

5.3.4. Modal Dasar Pembangunan Daerah


Pembangunan suatu daerah dapat terlaksana dengan baik tergantung dari beberapa
faktor, baik yang berhubungan dengan sumber daya alam maupun dengan sumber daya
manusia. Pada dasarnya pembangunan tersebut dapat dilaksnakan dengan menggunakan
modal yang dimiliki oleh daerah tersebut. Modal dasar pembangunan adalah sumber daya
yang dimiliki oleh daerah yang dapat dikelola dan dipergunakan untuk melakukan
pembangunan secara keseluruhan.
1. Keadaan dan sifat fisik daerah
Daerah yang memiliki keadaan alam yang mendukung pembangunan, seperti keadaan
cuaca atau iklim yang mendukung usaha pembangunan daerah akan memiliki
kesempatan bahkan kemampuan untuk berkembang lebih besar dibanding dengan
daerah lain. Suhu yang ada dalam suatu daerah yang sesuai dengan keperluan
pengembangan sector pertanian akan lebih mudah dujadikan sebagai motor penggerak
dalam pembangunan.
Wilayah pengunungan dengan pemandangan serta fanorama alam yang indah akan
memberikan kesempatan usaha yang produktif untuk pengembangan priwisata alam,
sebaliknya wilayah pinggiran laut (pantai) sangat sedsuai dikembangkan di bidang

159
perikanan, pertanakan bhkan pariwisata. Dengan kata lain semua potensi atau
kekayaan alam yang dimiliki daerah akan memberikan kesemapatan dan peluang yang
sangat berharga untuk daerah itu sendiri.
2. Sumberdaya alam potensial
Daerah yang memiliki sumber daya alam yang memadai bahkan melimpah akan
memberikan sumbangan yang sangat berharga dalam pembangunan daerah. Daerah
kaya dengan sumber daya alam yang potensil relative lebih mudah melakukan
pembangunan daerah, karena sumber daya tersebut merupakan salah satu factor
utama yang mendorong kegaiatan Investasi di daerah. Hal ini juga yang mendorong
suatu daerah agar lebih cepat berkembang sehingga dapat melampauai kegaiatan dan
aktivitas pembangunan. Jadi dengan tersedianya sumber daya alam yang memadai
disertai pengelolaannya akan mengantarkan derah tersebnut drengan pertumbuhan
ekonomi yang jauh lebih tinggi disbanding dengan daerah yang kurang sumber daya
alam. Sebagai contoh, Kalimantan Timur salah satu daerah dengan potensi dan
penghasil migas yang tertinggi di Indonesia menyebabkan dapat berkembang di
banding dengan daerah-daerah yang kuran sumber daya alam seperti Sulawesi Tengah.
3. Jumlah dan kemampuan penduduk
Penduduk merupakan obyek dan subyek dari pembangunan nasional. Sebagai subyek
pembangunan, penduduk yang merencanakan dan melaksanakan pembangunan agar
dicapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dan sebagai obyek, penduduk
merupakan sasaran pembangunan. Sumber daya manusia (SDM) merupakann potensi
yang paling bergarga (lebih di atas kedudukannya dari sumber daya alam) sehingga
pembanguanan dan pengembangannya menjadi prioritas utama dari suatu daerah.
Pengembangan sumber daya manusia selogianya merupakan piroritas utama dari
pembanguan suatu daerah, karena indicator utama kemajuan suatu Negara atau
daerah adalah Index Pembangunan Manusia (IPM) yang unsur utamanya adalah
pendidikan, kesehatan dan pendapatan.
4. Keadaan dan sifat sosial budaya
Suatu Daerah memiliki karakateristik budaya dan kehidupan social yang mendukung
pembangunan daerahnya. Budaya saling membantu atau gotong royong yang dimiliki
oleh suatu masyarakat sangat sesuai dengan jiwa dan pembangunan daerah.
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab yang tinggi dalam melindungi,
melstarikan dan mnegembangkan buidaya-bidaya yang hamper sedmuanya
diperlukan dalam pembangunan daerah. Kesenian yang merupakan milik dan budaya
suatu masyarakat dalam suatu daerah merupakan kekayaan yang sangat berharga suatu
daerah.
5. Aparatur pemerintah
Aparatur pemerintah yang merupakan ujung tombak dari pembangunan daerah
semestinya memiliki kemampauan dan peofesuiionalime yang tinggi untuk
menjalankan roda pemerintahan. Aparatur pemerintah daerah yang bersih dan
berwibawa akan mendapat sambutan dan dukungan dar masyarakat luas, sehingga
program-rogram pemerintah darerah dapat dilaksnakan sesuai dengan rencana.
Dengan demikian tuntutan dan aspirasi semua lapisan masyrakat dapat ditampung
dan diakomodir melalui suatu perencanaan yang matang untuk dilksanakan oleh
aparatur pemerintah yang bersih (good governance) dan bertangggung jawab.

160
Dengan Aparatur pemerintah daerah yang bersih yang mampu bekerjasama dengan
swasta dan mengayomi masyarakat merupakan hal yang mendasar dalam
pembangunan daerah. Ketiga unsur ini penting dalam upaya perencanaan
pembangunan di daerah.
Adapun prinsip Good Governance adalah partisipasi masyarakat, penegakan hukum dan
transparansi. Partisipasi diartikan sebagai penggunaan hak dalam menyampaikan
pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan
masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penegakan hukum dimaksudkan bahwa setiap orang dijamin menikmati rasa
keadialan, menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM) dan memperhatikan nilai-nilai
yang hidup di masyarakat. Sedang transparansi dilakukan untuk menciptakan
kepercayaan antara masyarakat dan pemerintah melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan mendapatkan informasi yang akurat dan memadai.
Aparatur daerah dituntut untuk memiliki akuntabilitas, tepat dan cepat dalam
mengambil keputusan dalam segala bidang yang menyangkut kepentingan masyarakat
secara meluas, bukan kepentingan individu dan golongan. Selain dari pada itu aparat
ditntut untuk memiliki moral dan ahkak yang mulia, karena mereka adalah panutan,
model dan bahkan idola dari sebagaian masyrakat. Semua hal tersebut diperlukan
oleh seorang aparat pemrintah agar mampu memberi pelayanan yang mudah, cepat,
tepat dan penuh tanggung jawab baik moril amupun materil.
6. Peraturan dan undang-undang yang telah ada
Undang-undang yang fungsinya membatasi dan bahkan menutup ruang tentang suatu
tindakan akan memberikan perlindungan masyarakat secara keseluruhan. Seluruh
peraturan dan undang-undang bersifat mendidik dan melindungi masyrakat agar
diperoleh unsur keadialan daeai semua aspek kehidupan masyrakat. Undang-undang
hasil produk dari DPR daerah merupakan hasil kajian dari rakyat untuk rakyat di
daerah, sehingga rakyat mersa trer;liondungai dengan adnya undang ntersebut, yang
mendorong mesyarakat ingin berkarya dan bekrja secara sadar dan bertanggung
jawab. Demkian pula peratutan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah akan
melindungi masyarakat dalam melakukan aktivitasnya. Dengan demikian jleas
bahwa peraturan dan undang-undang yang ada meruapakan salah satu modal dasar
dalam suatu daerah untuk melaksanakan pembabangunan secara konsisten dan
berwibawa.

5.3.5. Strategi Pembangunan Daerah


Strategi adalah tata cara atau langkah-langkah terbaik yang diambil untuk
terlaksananya atau tercapainya tujuan pembangunan. Adapaun strategi yang sering dijalankan
untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan produktivitas daerah baik sektoral maupun nasional
2. Menciptakan lapangan kerja yang layak untuk mengatasi pengangguran
3. Mengatasi kekurangan modal yang dibutuhkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi
kerakyatan
4. Memperluas daya serap pasar bagi barang dan jasa yang dihasilkan
5. Meningkatkan kegiatan ekonomi di seluruh wilayah secara lebih merata
6. Meningkatkan kesempatan dan kemampuan berusaha bagi masyarakat luas terutama
usaha kecil dan menengah

161
7. Meningkatkan kesejahteraan dan ketenteraman rakyat, melalui penyediaan
keperluan hidup, pendidikan, kesehatan serta penegakan keadilan dan keamanan
8. Melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan
9. Meningkatkan kegiatan ekonomi di daerah sekitarnya
10. Memelihara dan menjaga kelangsungan pembangunan secara menyeluruh
Alasan yang sering dipergunakan untuk menentukan strategi pembangunan pada
umumnya adalah salah satu atau beberapa pertimbangan berikut:
1. Pelaksanaan lebih mudah, cukup pemerintah daerah menawarkan kepada investor besar
disertai tawaran untuk meperoleh berbagai kemudahan, diantaranya pajak yang lebih
rendah, mudah mendapatkan sarana dan bahkan boleh menggunakan sarana umum secara
gratis
2. Lebih cepat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD)
3. Cepat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar
4. Resiko yang ditanggung olehg pemerintah hamper tidak ada atau sangat kecil
5. Lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada semua sektor
6. Sesuai dengan dengan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia daerah
Kekurangan sumber daya manusia mungkin dapat dicukupi dari daerah sekitarnya
atau melalui transmigrasi penduduk dari daerah lain. Transmigrasi memerlukan rencana,
pelaksanaan dan perlakukan tersendiri agar tidak tyerjadi benturan antara pendatang dan
penduduk setempat.
Pembangunan daerah yang memiliki peranan sebagai pasar atau sarana pemasaran
hasil-hasil dari daerah lain, lebih diarahkan untuk menyediakan sarana pemasaran yang lebih
baik serta dengan harapan dapat memperoleh keuntungan dari penyediaan sarana tersebut.
Untuk mempercepat pembangunan daerah, pemerintah daerah perlu menentukan strategi
pembangunan daerah pedesaan, daerah dimana penghasilan utama berasal dari sektor
pertanian. Sedang daerah perkotaan adalah daerah yang sebagian penduduknya hidup dari
kegiatan bukan pertanian.
Pembangunan suatu daerah/kabupaten ditentukan beberapa beberapa faktor, antara
lain:
1. Keadaan daerah ( sosial, politik, budaya, keamanan, fisik daerah dan sarana umum)
2. Rencana pembangunan
3. Sarana pembangunan ( dana dan sumber daya manusia, sumber daya alam)
4. Pengaruh luar (keadaan soaial politik, ekonomi dan keamanan).
5. Pelaksanaan
Strategi pembangunan daerah pedesaan pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam, baik melalui
intensifikasi maupun ekstensifikasi sesuai dengan kaedah teknis pengelolaan sumber
daya alam masing-masing
2. Meningkatkan pertaian pangan dan bahan industri yang sesuai dengan keadaan lahan
dan keperluan pasar
3. Meningkatkan sarana perhubungan untuk kegiatan ekonomi, terutama jalan dan
sarana angkutan
4. Membantu meningkatkan pusat-pusat pertumbuhan yang telah ada dan menciptakan
pusat-pusat pertumbuhan bagi daerah yang sukar dicapai serta meningkatkan
hubungan keluar daerah tersebut
5. Lebih megembangkan usaha kecil dan menengah

162
5.3.6. Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja daerah adalah kemampuan daerah dalam menjalankan roda pembangunan,
sesuai dengan tujuan yangtelah ditetapkan. Selanjutnya Kinerja daerah dapat dilihat dari
berbagai aspek, salah satu dinataranya adalah kinerja pada bidang keuangan daerah,
sebagai salah satu unsur penting dalam pelaksanaan otonomi daerah. Kinerja dalam
keungan daerah adalah mampu daerah untuk menggali dan mendayagunakan serta
mengembangkan potensi atau sumber daya yang di,milikimya sehingga ketergantungan
dari pusat dapat diminimalkan.
Menurut Musgrave (1991) mengukur kinerja keuanagan daerah dapat dilakukan
dengan menggunakan derajat desentralisasi fiscal antara pemerintah daerah dan
pemerintah pusat, antrara lain:
PAD
1.  
TPD
BHPBP
2.  
TPD
SPP
3.  
TPD
PAD
4.  
TKD
PAD
5.  
KR
Selain dari pada, kinerja keungan daerah dapat juga dilihat dari derajat
kemandirian suatu daerah dengan menggunakan formula:

PAD
1.  
TKD
PAD  BHPBP
2.  
TKD

Dimana:
1. PAD adalah pendapatan asli daerah
2. TPD adalah total penerimaan daerah
3. TKD adalah total pengeluaran daerah
4. BHPBP adalah bagi hasil pajak dan bukan pajk
5. KR adalah pengeluaran rutin
6. Sum adalah sumbangan dari busat.

5.3.7. Metode dan pendekatan Perencanaan dgn Kondisi Daerah


Setelah mengetahui pentingnya perencanaan, muncul sebuah pertanyaan‖ bagaimana
melakukan perencanaan‖. Dalam melakukan perencanaan ini terdapat dua kelompok utama,
yaitu kelompok yang terdiri dari para pembuat model, pembuat rencana pelaksanaan serta

163
simulator. Kelompok pertama ini berusaha untuk merncari alokasi sumber daya yang
optimum anatar sektor dan atar waktu. Sedangakan kelompok kedua berpegang pada asumsi
bahwa faktor yang mengadalaikan pertumbuhan tidak banyak maupun kluat. Berbeda
dengan kelompok pertama yang miliki tugas untuk mernciptakan ptogram pembvangunan,
kelompok kedua melmiliki tugas untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara
maksimal untuk mergatsi kemndegan yang terjadi dalam pembangunan dengan menggunakan
berfbagai sumber daya secara masimum.
Kedua pandangan ini tidak bertolak belakang secara langsung namun terdapat
perbedaan di antara keduanya, yaitu penekanan terhadap tugas di dalam masing-masing
kelompok. Kelompok pertama bertujuan untuk mengumpulkan data, melakukan analisis
secara ekonometrik dan menbangun model ekonomi yang konsisten. Kelompk ini
menggunakan alat nalisis yang bersifat matematis serta beraumsi bahwa kondisi di lokasi
yang diteliti tidak mengalami perubahan. Kelompok ini juga membedakan antara hasil yang
diperoleh dan proses yang dilakukan, kebijakan yang digunakan serta tujuan nasional.
Sebaliknya kelompkok kedua akan memilah-milah permasalahan yang dihadapi,menganblisa
dan memecahkan beberapa permasalahan yang spesifik.
Kelompok mana yang akan diterima oleh sebuah negara tergantung pada kondisi yang
terjadi di negara tersebut. Contoh sederhana adalah kondisi politik akan membawa perubahan
pada pemerintahan. Namun demikian perencanaan yang dilakukan merupakan suatu proses
yang selalu berubah dan terus berkembang yang akan menghasilkan data baru serta
pengalaman dan keakhlian dalam perencanaan.
Beberapa aspek penting yang dapat dijadikan pedoman untuk menetukan perlu
tidaknya perencanaan adalah sistem perekonomian yang semakin terpisah-pisah, sektor
industri belum berkembang, bersarnya proporsi perdagangan luar negeri, serta kebutu8han
reformasi lembaga pemerintahan yang semakin besar. Selanjutnya komprensif dan konsisten
dalammelakukan perencanaan akan sanghat penting di sebuah perekonomian yang sektor
industrinya telah berkembang, lembaga pemerintahan yang mempu merespon kebutuhan
pasar sertas perdagangan luar negeri yang tidak lagi domian. Dengandemkjkian metode
perencanaan yang digunakan harus disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi di negara
tersebut. Pemilihan metode ini harus berhati-hati karena pemeilihan yang salah jutru
akanmenghambat pertumbuhan.
Disamping kedua kelompok di atas, pada masa pemerintahan Clinton muncul
kelompok lain yang didasarkan pada pandangan yang hampir sama dengan pandangan
sebelumnya, yaitu perekonomian yang dipengaruhi oleh pasar. Cochran dalam Blakley, 1994,
menyetakan bahwa pendekatan yang digunakan oleh Amerika Serikat pada saat itu adalah
pendeketan perusahaan (enterprise approach). Pendekatan ini mengemukakan bahwa
pembangunan (daerah) merupakan proses dimana pemerintah daerah bersama dengan
perusahaan lokal bekrejasama untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang
pertumbuhan ekonomi. Pendekatan sendiri oleh Robitson dipilih menjadi dua pendekatan,
yaitu pertama, the corporate Center approach. Dimana pendekatan ini menekankan pada
pertumbuhan ekonomi didasarkan pada daya tarik pengembangan perumahan dan industri.
Kedua, alternative approach. Pendekatan ini mengarahakan pembangujan ekonomi agar
dilaksanakan untuk membanguan penduduk lokal yang dirugikan oleh aktivitas pembangunan
sebelumnya, dimana perbandingan ini akan diringkas pada Tabel 5.1.

164
Tabel 5.1. Perbedaan Corporate Centre Approach dan Alternatif Approach
Dimension Corporate Centre Approach Alternatif Approach
Sektor publik Keunggulan keputusan yang dilakukan Keputusan yang diambil oleh sektor
dan Privat oleh sektor privat di pasar menyebabkan privat dipengaruhi oleh kebijakan
sektor ini lebih unggul sektor publik sehingga dominai
dilakukan oleh sektor publik
Sektor publik bertanggunag jawab Sektor publik bertanggung jawab
dalam menciptakan suasana sosial untuk mengarahkan inverastasi
ekonomi yang kondusif bagi sektor privat sektor privat sehingga diperoleh
hasil yang diinginkan
Perencanaan Tujuan yang ditetapkan adalah Tujuan yang disukai adalah
Sektor publik pertumbuhan dengan melakukan penciptaan keuntungan langsung
perluasan pajak untuk masyarakat berpenghasilan
mengengah ke bawah
Proses perenacanaan tidak dapat Proses perencanaan dapat
diperoleh oleh masyarakat diperoleholeh masyarakat golongan
berpenghasuilan rendah dan kelompok mengengah ke bahwah
minoritas
Intervensi Sektor Sektor publik difungsikan sebagai alat Sektor publik difungsikan sebagai
Publik untuk memenuhi kebutuhan sektor privat alat untuk menegasakan alaternatif
pembagiujan ekonomi yang lain
Intervensi yang dilakukan di Intervenasi yang dilakukan di
wilayah tersebut kan wilayah
menghasilkan pertumbuhan akanmenghasilakankeuntungan
langsung kepada masyarakat
kelompok mengeah dan etinis
minoritas
Penargetan pertumbuhan sektor Target yang harus dicapai
ekonomi adalah pertumbuhan sektor
serta kemampuan sektor
dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat
Konsentrasi proyek pada bisnis Lokasi proyek yang
utama di daerah tersebut terdesentralisasi
Target yang diinginkan adalah Menekankan pada pemenuhan
perluasan lapangan kerja bagi kebutuhan lapangan kerja di
tenaga terdidik daerah
Sumber: Robinson 1989 (dalam Robert,2006; 60).

Pembagian kelompok oleh Robinson (1989) memandang bahwa pembangunan


ekonomi daerah merupakan pembangunan yang bersifat proses oriented dimana
pembanguuan yang dilakukan mencakup pembentukan lembaga/institusi baru, pembangunan
industri alternatif, pengembangan kapasitas tenaga kerja untuk menghasilkan produk yang
lebih berkualitas, transfer teknologi dan pengetahuan.

165
5.3.7. Sumber Pembiayaan Pembangunan
Terdapat empat faktor penting dalam penyusunan pembiayaan pembangunan daerah
1). Sumber-sumber penerimaan daerah, 2). Tujuan dan arah penggunaan anggaran, 3).
Prinsip-prinsip penggunaan anggran dan 4). Proses penyusunan pembayaran.
Berdasarkan undang-undang No.33. tahun 2004, tentang perimbangan keuangan
daerah, sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli daerah (PAD) adalah perenerimanan yang diperoleh dari dasrah dari
seumber-sukber yang ada dalam wilayah daerah tersebut. Penadapatan tersebut dipungaut
berdasarkan peraturan sesuai dengan poaretrauran perunfang-undangan yang berlaku.
Sumber-sumber PAD terdiri dari:
1.1. Hasil pajak daerah
Menurut UU No 34 Tahun 2000 yang dimaksud dengan Pajak Daerah adalah iuran
wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada Daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan Daerah dan pembangunan Daerah. Sementara itu ada beberapa hal yang
dianggap sebagai kriteria yang harus dipenuhi agar sesuatu dapat dianggap sebagai
pajak yaitu ;
a. Bersifat pajak dan bukan retribusi
b. Obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah Daerah Kab/Kota yang
bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya
melayani masyarakat di wilayah Daerah Kab/Kota yang bersangkutan
c. Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum
d. Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak Propinsi dan atau obyek pajak
Pusat
e. Potensinya memadai serta tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif
f. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat serta menjaga
kelestarian lingkungan

1.2. Hasil restribusi daerah


Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Menurut UU
No 34 Tahun 2000 jenis retribusi dapat dibedakan menjadi ;
a. Retribusi Jasa Umum yang merupakan pungutan yang dikenakan leh Daerah
kepada masyarakat atas pelayanan yang diberikan. Pelayanan yang digolongkan
sebagai jasa usaha tersebut tergolong quasy goods dan pelayanan yang
memerlukan pengendalian dalam konsumsinya dan biaya penyediaan layanan
tersebut cukup besar sehingga layak dibebankan kepada masyarakat misalnya :
retribusi pelayanan kesehatan, persampahan, akta catatan sipil dan KTP.
b. Retribusi Jasa Usaha merupakan pungutan yang dikenakan oleh Daerah
berkaitan dengan penyediaan layanan yang belum memadai disediakan ole

166
swasta dan atau penyewaan asset/kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan
misalnya retribusi pasar grosir, terminal, rumah potong.
c. Retribusi Perijinan Tertentu yang merupakan pungutan yang dikenakan
sebagai pembayaran atas pemberian ijin untuk melakukan kegiatan tertentu
yang perlu dikendalikan oleh Daerah misalnya IMB, Ijin Pengambilan Hasil
Hutan Ikutan.
1.3. Hasil perusahaan milik daerah dari pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan
1.4. Pendapatan asli daerah lainnya yang sah.

2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan merupakan pendanaan Daerah yang bersumber dari APBN, ditujukan
untuk membantu pelaksanaan desentralisasi Daerah, terutama dalam mendanai
kewenangannya. Selain dari pada itu, bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber
pendanaan pemerintahan antara Pusat dan Daerah serta untuk mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintahan antar- Daerah. Ketiga komponen Dana Perimbangan tersebut :
a. Dana bagi hasil Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) dan pemerimaan dari sumber daya
alam (kehutanan, pertambangan umum,perikanan, pertambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi).
b. Dana Aloakasi Umum (DAU) yang berasal dari APBN untuk pemerataan
kemmapuankeuangan antar daerah
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang bersal dsari APBN untuk membantu membiayai
kebutuhan khusus. Kabutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan
secara umum dengan menggunakan rumus alokasi umum dan kebutuhan.

3. Pinjaman daerah
Pinjaman daerah adalah segala macam transaksi yang menyebabkan menerima cari
pihal lain sejumlahj uanagatau manfaat berbnilai uang dan daerah tersebut berkewajiban ujntk
membayar kembali, dalamhal ini tidak termasuk kredit jangkja pendek yang lazim dalam
perdagangan. Pinjaman ini bertujuan untuk memicu pertumbuhan ekonomi daerah serta
mempercepat pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Sumber pinjaman yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku berasal
dari: (i) Pemerintah Pusat, (ii) Pemerintah Daerah lain, (iii) lembaga keuangan bank, (iv)
lembaga keuangan bukan bank, dan (v) masyarakat. Khusus pinjaman yang bersumber dari
masyarakat dilakukan dalam bentuk penerbitan obligasi daerah. Sedangkan pinjaman daerah
yang bersumber dari pemerintah diberikan melalui Menteri Keuangan. Untuk mengurangi beban
pembayaran kembali pinjaman yang terdiri dari pokok, bunga dan biaya lain, diharapkan agar
pengelolaan pinjaman dilakukan
Pemerintah melarang pemerintahdaerah melakukan pinjaman luar negeri secara langsung
Daerah diperbolehkan melakukan pinjaman melalui penerbitan obligasi daerah. secara
profesional, hati-hati dan tepat guna agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi keuangan
daerah sendiri, serta stabilitas ekonomi dan moneter secara nasional. Oleh sebab itu, pinjaman
daerah harus mengikuti persyaratan dalam melakukan pinjaman sebagaimana diatur dalam
perundang-undangan. Sehubungan dengan prinsip kehati-hatian tersebut, Menteri Keuangan

167
diberikan kewenangan untuk menetapkan batas kumulatif pinjaman secara nasional setinggi-
tingginya 60% dari Produk Domestik Bruto (PDB) tahun bersangkutan.
Komulatif pinjaman secara nasional adalah total pinjaman pemerintah pusat setelah
dikurangi pinjaman kepada pemerintah daerah ditambah total pinjaman seluruh pemerintah
daerah setelah dikurangi pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat dan atau pemerintah
daerah lain. Penetapan batas maksimal kumulatif pinjaman akan dikeluarkan pada setiap bulan
Agustus untuk tahun anggaran berikutnya. Selain itu, untuk menghindari tidak terkontrolnya
pinjaman daerah yang berasal dari luar negeri, maka pemerintah melarang pemerintah daerah
melakukan pinjaman luar negeri secara langsung. Dengan demikian, pemerintah daerah masih
dapat memperoleh pinjaman yang bersumber dari luar negeri melalui mekanisme penerusan
pinjaman dari pemerintah pusat. Daerah yang melanggar ketentuan tersebut akan dikenakan
sanksi administratif berupa penundaan dan/atau pemotongan atas penyaluran dana perimbangan
oleh Menteri Keuangan. Pengaturan ini dimaksudkan agar terdapat prinsip kehatihatian dan
kesinambungan fiskal dalam kebijakan fiskal dan moneter oleh Pemerintah. Selain larangan
tersebut di atas, daerah juga dilarang memberikan jaminan atas pinjaman yang dilakukan oleh
pihak lain.
Pinjaman Daerah tidak hanya dibatasi untuk membiayai prasarana dan sarana yang
menghasilkan penerimaan, tetapi juga dapat untuk membiayai proyek pembangunan prasarana
dasar masyarakat walaupun tidak menghasilkan penerimaan bagi APBD. Pembangunan
sarana/prasarana yang tidak menghasilkan penerimaan dilakukan melalui pinjaman jangka
menengah. Adapun pinjaman jangka pendek dilakukan hanya untuk menutup kekurangan arus
kas, sehingga harus dilunasi pada tahun anggaran yang bersangkutan. Selain pinjaman yang
berbentuk kredit, daerah diperbolehkan melakukan
pinjaman melalui penerbitan obligasi daerah sepanjang memenuhi syarat yang diatur dalam
peraturan pasar modal. Obligasi daerah hanya dapat ditawarkan melalui pasar modal di dalam
negeri dan dalam mata uang rupiah. Hasil penjualan obligasi daerah digunakan untuk investasi
sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Bagi
daerah yang akan melakukan pinjaman jangka panjang atau jangka menengah, baik pinjaman
kredit maupun obligasi, diwajibkan mendapatkan persetujuan dari DPRD.

4. Lain-lain Penerimaan yang sah


Pendapatan daerah lain-laian yang sah dapat beruapa hasil penjualan aset daerah.
Penerimaan sumbangan dari pihak ketiga kepada daerah atas dasar kesukarelaan dengan
persetujuan DPR, berupa jasa giro atau lainnya. Undang-Undang ini juga mengatur hibah
yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional,
Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perseorangan, baik dalam bentuk devisa, rupiah,
maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli, dan pelatihan yang tidak perlu
dibayar kembali. Dalam menerima hibah, daerah tidak boleh melakukan ikatan yang secara
politis dapat mempengaruhi kebijakan daerah. Hibah yang diterima oleh daerah dapat digunakan
antara lain untuk menunjang peningkatan fungsi pemerintahan dan layanan dasar umum, serta
pemberdayaan aparatur daerah.
Undang-Undang ini juga mengatur pemberian Dana Darurat yang berasal dari APBN
kepada Daerah untuk menanggulangi bencana nasional dan/atau peristiwa luar biasa yang tidak
dapat ditanggulangi dengan dana APBD. Keadaan yang dapat digolongkan sebagai bencana
nasional dan/atau peristiwa luar biasa ditetapkan oleh Presiden. Di samping itu, Pemerintah Pusat
juga dapat memberikan Dana Darurat kepada Daerah yang mengalami krisis solvabilitas, yaitu

168
krisis keuangan berkepanjangan yang dialami daerah selama 2 (dua) tahun anggaran dan tidak
dapat diatasi melalui APBD, untuk menghindari menurunnya pelayanan kepada masyarakat
setempat.

5.3.8. Penggunaan Dana Pembangunan Daerah


Penggunaan dana pembangunan daerah pada prinsipnya adalah untuk mendukung
kegiatan penyelenggaraan manajemen pembangunan daerah. Anggaran daerah adalah
rencana pengeluaran untuk menghasilkan barang dan jasa yang meningkatkan kapasitas
produksi baik berupa fisik maupun non fisik, yang sesuai dengan tujuan dan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan. Tujuan penggunaan anggaran pembangunan adalah
untuk membiayai proyek-proyek yang diprioritaskan dalam rangka:
1. Menyelesaikan pembangunan sarana dan prasarana yang langsung mendukung kegiatan
ekonomi masyarakat dan mempunyai dampak yang luas dan besar
2. Memperluas langana kerja produktif dengankualitas yang meingkjat dan dalam jumlah
yang cukup besar
3. Menjunaga secara langsung atau tidaklangsung program oenyediaan bahan
pokok,pelayanan kesehatan dan penegmabnagn pendidikan
4. mengembangakan kualitas sumber daya mnusia yang meruapakan unsur stretegis dalam
melksanakanpembangunan
5. Menjaga dan meingjkatkan efisiensi pem,nmnbfaatan sarana dan parasarana yan telah
dibanguna
6. Meiningkatkan dan mengoptimalkan efisiensi pemanfaatan sarana dan prasarana yang
telah dibanghuan
7. Meningkatan dan mengoptimalkan penggunaan produksi dalamnegeri serta meningkjatakan
keikut-sertaan usaha ekonomi kecil dan mengengah serta koperasi.
8. Memanfaatkan dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa.
9. Mendukung upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Evaluasi kinerja proyek merupakan bagian dari kegiatan manajemen pembangunan.
Evaluasi dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi secara
sistematis untuk menilai kelayakan serta pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan.
Dalam pelaksanaannya, digunakan indikator-indikator beruapa:
1. Indikator masukan
2. Indikator keluaran
3. Indikatoir manfaat
4. Indikator dampak
Dalam pedoman Evaluasi Kinerja Proyek yang dipublikasikan oleh BAPENAS (1988),
evaluasi kinerja dibagi dua tahapan:
1. Tahap perencanaan dilakukan dengan menyususn idikator dan sasaran kinerja proyek
pembanghunan dengan menggunakan analisis hirarkis yang disebut kerangka kerja logis
(logical frame worak), sehingga dapat diketahui tingkat kelatakan proyeknya
2. Tahap pasca proyek, dilakukan dengan melakjsnakan studi evaluasi koinerja dari proyeksi
pembangunan
Tujuan dari evaluasi kinerja ialah untuk menilai kelayakan dan pencapaian sasaran serta
tujuan pembangunan pada tahap perencanaan, pelaksnaan maupun pasca proyek melalui
pendekatan:

169
1. Penilaian kelayakan dan pencapaian sasaran dilakukan melalaui penyusuanan indikatyor
dan sasaran kinerja,sedangkan dalammendapoatkan informasi tantang hasil, manfaat
serta dam,pak proyrk pembangunan yang baru selesai dolaksnakan maupun yang telah
berfungsi, dilakukanmellaui studi evaluasi kinerja
2. Hasil studi evaluasi kinerja tersebut digunakan sebagai umpan balik (fed back) bagai
pengamabilan keputusan dalam rangtka perencanaan,pelaksanaan pemmatauan,
pengendalian dan kaji ulang
3. Dalam evaluasi kinerja tidak terdapat penilaian terhadap prosedur dan proses pelaksanaan
proyek pembangunan sebagaimana dilaksanakan dalam tugas dan fgunsi dari
pemmaqntauan atau auditing
4. Evaluasi kinerja dilakukan melalui penyusunan indikator dan sasaran kinerja proyek
pembangunan serta pelaksanaan studii evalkuasi kinerja proyek pembangunan
5. Setiap proyek pembangunan yang diusulkan harus mencantumkan indikator serta sasaran
kinerja yang mencakup masukan, keluaran, hasil, manfaat dan dampak dalam dokumen
usulanproyek tersebut
6. Dalam pelaksnaan studi terhadap evaluasi kinerja,perlu dibatasi pada ptoyek atau
kumpulanproyek yang mempunyai tujuan akhir sama (cluster proyek) yang diprioritaskan
serta dapat mmeberkan damapak yang luas.
Selanjutnya, evaluasi terhadap kinerja proyek pembangunan memerelukan beberapa
fungsi antara lain: 1. Memberikan informasi yang valid tentang kinerja proyek pembvangunan,
menyangkutkinerja kebijakan,program dan kegiatan, yaitu mengenai seberapa jauh pencapaian
satau sasran dan tujuan proyek sesduai dengan indikator dan sasaran kinerja yang telah
ditentukan. Proses tersebut meliputi input, output, outcome, benefit dan impact, 2.
Memberikan klasirifikasi serta kritik terhadao nilai-nilai yang menjadi dasar sasran fan
tujuan, dengan mmeprtuimabngkan mamnfaat dan dfanmpak pembangunan terhadap
kelom,pok sasran, masyarakat dan lingkungan, 3. Memberi sumbangan pada aplikasi serta
analisis ,perumusan, serta rekomendasi terhadap sustu kebijakan. Proses ini digunakan
sebagai umpan balik dalamproses penyempurnaan program pembangunan.

Soal-Soal:
1. Apa modal dasar pembangunan suatu daerah ?. Jelaskan
2. Pada dasarnya pembangunan daerah dapat dilihat dari segi pembangunan sektoral,
kewilayahan, dan pemerintahan. Jelaskan ketiga aspek yang dimaksud.
3. Jelakan prinsip dan asas otonomi daerah dan jelaskan pula daerah otonom
4. Jelakan secara rinci dasar dasar otonomin daerah
5. Jelakan kaitan antara pembangunan daerah dan otonomi daerah
6. Jelaskan penegrtrian kinerja keuangan daerah dan faktor yang mempengaruhinya
7. Jealakan unsur-sunsur pendapatan asli daerah (PAD). Jelaskan pula pendapatan
daerah yang tidak asli.
8. Jelakan jenis pajak yang dipungut dan dikelola daerah. Jelaskan peraturan yang
mendasarinya.
9. Jelaskan tujuan dan strategi pembangunan daerah
10. Jelakan fungsi dana pembanguan daerah. Apa tujuannya.
11. Apa yang dimaksud dengan dana perimbangan. Jelakan aturan yang menjelaskan.
Jelaskan pula konponen-konponennya.

170
Bab 6
MODEL-MODEL PERENCANAAN
Pekerjaan pokok dalam melakukan perencanaan pembangunan pada dasarnya adalah
merumuskan berbagai kegiatan dan usaha di masa yang akan datang berdasarkan data dan
informasi yang tersedia. Sedangkan keadaan masa lalu dan masa sekarang digunakan sebagai
bahan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sebelum sampai kepada perumusan kegiatan
dan usaha, terlebih dahulu perencanaan harus bisa memproyeksikan keadaan sekarang untuk
menduga kemungkinan keadaan di masa datang. Berkaitan dengan itu, para ahli perencanaan
telah memperkenalkan berbagai piranti supaya kemungkinan-kemungkinan di masa datang
tersebut mendekati kebenaran. Piranti-piranti inilah yang dikenal sebagai model-model
perencanaan.
Kemungkinan-kemungkinan keadaan di masa datang bukanlah semata-mata
digambarkan secara kuantitatif saja, tetapi juga secara kualitatif. Sementara itu model-model
perencanaan hanya menggambarkan keadaan masa datang secara kuantitatif. Dalam keadaan
ini, suatu gambaran keadaan secara kualitatif dan kuantitatif akan saling melengkapi, sehingga
dugaan tentang keadaan masa datang itu mendekati kebenaran dan memiliki gambaran yang
lebih jelas.
Model adalah abstaksi dari realitas dunia nyata. Model-model ekonomi adalah suatu
konstruksi teoritis, atau kerangka analisis ekonomi yang terdiri dari himpunan: konsep,
definisi, anggapan, persamaan, kesamaan (identitas) dan ketidaksamaan dari mana kesimpulan
akan dirintiskan
Berhubungan dengan model, perencanaan dapat dibagi menjadi 3 bagian 1), Model
konsitensi, 2). Model Optimasi dan model simulasi (Aziz, 1994). Model konsistensi
mengkalisifikasi variabel-variabel ke dalam tipe endogen dan eksogen yang pada dasranya
merupakan model ekonometrik persamaan simultan. Konsistensi dicapai dalam bentuk kaitan
antara alternative pembangunan dan tujuan yang ditentukan sebelumnya (diukur oleh
variabel sasaran). Salah satu segi utama dari model ini adalah bahwa pada umumnya model
tersebut berkenaan dengan kerangka agregat dan multi sektoral. Lebih jauh, model ini
menggunakan kerangka Keynesian, maka termasuk model yang berorientasi kepada
permintaan. Dalam perkembangannya, penerapan model ini di Negara berkembang
memasukkan fungsi penawaran di samping komponen aggregat. Hubungan antar sektor
dapat dilihat bila model ini dikombinasikan dengan informasi input-output.
Perencanaan pembangunan menyangkut alokasi sumber daya di masa datang yang
memerlukan model, baik berupa model statistik maupun model matematik. Model matematis
menghubungkan antara dua konsep atau lebih secara pasti (non probability) atau konsistensi
dan logis, sedang model statistik menghubungkan dua konsep atau lebih dengan memperhatikan
probabilitas atau dalam model statistik sering akan ditentukan parameter-parameter. Kedua
model ini akan dapat memberikan kerangka kerja yang sistematis, rasional dan logis karena
keadaan yang diperkirakan akan jelas dan mendekati yang sebenarnya, sehingga bisa
ditentukan berbagai kegiatan dan usaha yang terbaik untuk mewujudkan tujuan yang hendak
dicapai. Demikian pula sekiranya terjadi hambatan-hambatan atau permasalahan-permasalahan
di masa datang, hala tersebut akan dapat diatasi lebih dini mengingat perencanaan itu telah

171
menduga kejadian itu sebelumnya atas dasar proyeksi data yang ada. Artinya bila suatu
masalah telah diketahui sumber penyebabnya , maka relatif lebih mudah untuk mengatasinya.
Model matematis yang bersifat logis, rasional dan sistematis juga memiliki beberapa
sifat lainnya, yaitu pasti dan konsisten. Data yang disajikan dapat secara jelas menggambarkan
hubungan dan saling ketergantungan antara satu variabel dengan variabel lainnya sehingga
akan dapat membantu pemecahan masalah tepat pada sasarannya. Menurut Todaro (1989),
dalam perencanaan pembangunan seluruh model ekonomi terdiri dari tiga elemen struktural
dasar: 1). Seperangkat variabel 2). Suatu daftar hubungan fundamental dan 3). Sejumlah
koefisien strategik
Pada dasarnya model perencanaan pembangunan dapat dikelompokkan menjadi dua
bagian saja, yaitu model perenacanaan agregat dan model perencanaan sektoral.

6.1. Model Perencanaan Aggregat


Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis secara keseluruhan (agregat) dan
juga secara terpisah. Pertumbuhan ini dapat dijelaskan dalam suatu hubungan antara bebagai
varaibel ekonomi makro melalui suatu model matematis. Salah satu model yang paling umun
dalam model perencanaan aggregat adalah model pertumbuhan aggegat.
Model pertumbuhan aggrgat mendasarkan pada analisisnya tentang pertumbuhan GDP
yang terdiri dari konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan Ekspor bersih
atau ekpor dikurangi impor ( X-M). Model ini sangat umum digunakan dalam perencanaan
pembangunan ekonomi, namun memiliki kekurangan yang sangat mendasar pula, yaitu
tidak memasukkan pemerataan sebagai salah satu unsur penting dalam pembangunan.
Keynes telah meletakkan beberapa model ekonomi makro yang sangat terkenal. Salah
satu model yang berlandaskan pada teori Keynesian adalah Model Harrod-Domar. Dua
Ahli ekonomi yang memberikan pendapat tentang petumbuhan aggregat melalui investasi.
Kedua pendapatnya disatukan menjadi satu teori karena keduanya menggunakan Teori
Keynes dan ternyata sama isi dari konsepnya, dalam merumuskan teori pertumbuan
aggegat. Model ini terlalu umum, sehingga wajarlah jika memeliki asumsi-asumsi:
1. Perekonomian dalam keadaaan tertutup dan tingkat pekerjaan penuh (full employment),
serta barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh
2. Perekonomian terdiri dari dua sektor, yaitu sektor rumah tangga dan sektor pemerintah
3. Kecenderungan untuk menabung atau Marginal propensity to save (MPS) adalah tetap
4. Tingkat harga umum konstan (upah uang sama dengan pendapatan nya
5. Terdapat proporsi yang tetap antara modal dan tenaga kerja dalam proses produksi
6. Modal tetap dan modal lancar disatukan sebagai modal
Rumus matematik Harrod-Domar diturunkan dengan mengggunakan konsep capital
output ratio (COR) dan incremental capital output ratio (ICOR). COR adalah rasio
modal terhadap output. Sedangkan ICOR merupakan rasio pertambahan modal terhadap
pertambahan output yang terjadi. Kedua konsep ini adalah tidak punya satuan atau tanpa
satuan (dimensionless ), atau merupakan bilangan konstan.
Misalkan ICOR = k dan kecenderungan menabung MPS = s maka dapat ditentukan model
pertumbuhan ekonomi yang sederhana sebagai (Rizal, 1999):
1. Fungsi Tabungan
S = sY
2. Fungsi modal

172
K=kY
Dimana:
K = modal
3. Jika terdapat investasi bersih maka dari (2) diperoleh:
K = k Y
Sebagaimana diketahui bahwa tambahan kapital adalah sama dengan investasi dan S sama
dengan investasi dalam model ini, sehinga diperoleh
K = I = k Y= S
Dari persamaan satu diketahui S = s Y, sehingga diperoleh persamaan

s Y = k. Y

atau

Y s

Y k
Atau dengan menggunakan rumus (3) diperoleh:

K  k Y

Diketahui, K  I  S
Sehingga

S  k Y
atau
Y
S k Y
Y
S 1 Y

Y k Y
atau
I 1 Y 1
 dan adalah OCR (kebalikan dari COR)
Y k Y k

I,S
s
C
I3
B I2
A I1

Y
Y1 Y2 Y3

Gambar 6.1. Model Pertumbuhan Equilibrium


Harrod-Domar

173
Perhatikan bahwa:
IS
sehingga
I  s Y
I Y
s atau
I K
I s

I k

Jadi syarat keseimbangan pertumbuhan adalah

I Y s
 
I Y k

Jadi kondisi utama yang harus dicapai dalam keseimbangan pertumbuhan dalam kondisi
kesempatan kerja penuh adalah menjaga agar investasi dan pendapatan riel tumbuh dengan
konstan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 6.1 dengan investasi yang diperlukan pada titik A, B
dan C.

Contoh 1:
Jika suatu wilayah memiliki ICOR = 2,5 dan diasumsikan parameter lainnya konstan
dengan kecenderungan untuk menabung (MPS) = 8% dari pendapatan nasional, maka laju
pertumbuhan pendapatan nasional dapat ditentukan sebagai

Y s

Y k

Y 8%

Y 2,5

Jadi laju pertumbuhan pendapatan nasional 3,2%.


Sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah
pertumbuhan positif, yang berarti laju pertumbuhan pendapatan nasional harus lebih tinggi dari
pada laju pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan ekonomi yang positif dapat dicapai dengan
melakukan:
a. Menekan laju pertumbuhan penduduk dengan berbagai kebijakan
b. Meningkatkan laju pertumbuhan pendapatan nasional yang lebih besar dari pertumbuhan
penduduk

Contoh 2:
Perencana menginginkan laju pertumbuhan ekonomi yang positif melalui peningkatan
tabungan sebesar 8%. Laju pertumbuhan penduduk 2%, keinginan untuk menabung (propensity
to save) adalah 0,10 dan ICOR adalah 5.

174
Jadi
s1 = 0,10 + 0,08 = 0,18

Y s1 0,18
   0,036
Y k 5

atau
Y
 3,6%
Y

Sehingga laju pertumbuhan ekonomi sebenarnya adalah

Y P
  3,6%  2%  1,6%
Y P

Angkatan kerja dalam suatu negara biasanya mengalami pertambahan, sehingga


diperlukan peningkatan pendapatan nasional yang lebih besar lagi sehingga pertambahan
angkatan kerja dapat terserap habis.
Sebagai contoh, jika angkatan kerja bertambah 3% per tahun. Sehingga untuk mencapai
tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 2%, maka diperlukan kenaikan pendapatan nasional
sebesar

2% + 3% = 5%

Namun jika pertumbuhan ekonomi belum memuaskan dalam arti

P Y TK Y
 atau 
P Y TK Y

Sehingga perlu dilakukan suatu kebijakan yang mempercepat laju pertumbuhan PDB yaitu:
1. Meningkatkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri
2. Menurunkan tingkat k atau ICOR melalui :
- pemakaian teknologi yang lebih modern
- Mengubah sistem produksi ke arah yang lebih sistematis dan efisien
- Mengubah prioritas investasi
- Mengubah komposisi investasi
Dalam menentukan tingkat investasi yang diperlukan, maka dipakai rumus dari Harrod -
Domar sebagai berikut:

I S
  k (Wp  p)
Y Y

175
dimana:

I
 tingkat investasi
Y

S
 tingkat tabungan dalam negeri
Y

k = kapital output-rasio

Wp = laju pertumbuhan per kapita yang diinginkan


p = laju pertumbuhan penduduk

Contoh 3.

Diketahui :
k=5

Wp = 2%
p = 2%

I S
  k (Wp  p)
Y Y
= 5 (2% + 2%)
= 5 (4%) = 20%

Atau
I = 20% Y

Jadi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, diperlukan peningkatan investasi sebesar


20%, melalui peningkatan tabungan dalam negeri sebesar 20% dari pendapatan nasional.
Sekiranya sumber-sumber pembiayaan dalam negeri masih kurang, sedangkan pelaksanaan
investasi terhadap proyek-proyek tidak bisa ditambah lagi, maka jalan keluarnya adalah
melalui pinjaman dari luar negeri.
Contoh
Diketahui p = 2,5%
COR = k = 4
Direncanakan untuk peningkatan Wp = 2%
Sehingga diperlukan peningkatan modal sebesar:

S
 k (Wp  p)
Y

= 4 (2% +2,5%) = 18%.

176
Jika pinjaman dalam negeri dapat diperoleh sebanyak 4%, maka peningkatan tabungan
dalam negeri cukup sebesar 18%-4% = 14% dari pendapatan nasional.
Apabila biaya pembangunan bersumber dari perdagangan luar negeri, maka impor harus
dikurangi sedemikian rupa sehingga ekspor lebih besar dari impor. Dengan kondisi demikian,
pembiayaan pembangunan akan dapat dilakukan dari hasil penerimaan devisa.
Model Harrod- Domar diciptakan atas dasar pengalaman perekonomian di negara maju
yang ditujukan untuk negara-negara yang menganut sistem ekonomi kapitalis modern tertutup.
Oleh karena itu penggunaannya dalam perencanaan pembangunan memerlukan suatu
modifikasi tertentu yang sesuai dengan keadaan dari negara yang bersangkutan.

6.2. Model Perencanaan Sektoral


Secara umum model sektoral merupakan suatu alat penyusun dan penentu arah
perencanaan yang menyangkut masing-masing sektor dalam perekonomian atas dasar data dan
informasi yang berkaitan dengan setiap sektor yang akan dikembangkan. Biasanya
perencanaan pembangunan sektor tersebut meliputi antara lain sektor pertanian, sektor
industri, sektor perdagangan, sektor jasa dan sektor barang konsumsi. Menurut Todaro, model
ini terdiri atas dua pendekatan:
a. Pendekatan sektor utama, yaitu membagi perekonomian ke dalam dua sektor utama
atau lebih, seperti sektor pertanian dan sektor non pertanian, sektor barang konsumsi dan
sektor barang investasi dan sektor ekspor - impor dengan tujuan untuk merumuskan
suatu rencana yang lengkap, yang didasarkan atas kegiatan-kegiatan sektor utama
perekonomian yang terkoordinasi
b. Pendekatan sektor tunggal, yaitu memusatkan perhatian pada tingkat produksi dan
konsumsi, bukan perekonomian nasional secara keseluruhan baik sebagai suatu
kesatuan yang unit ataupun sebagai suatu kumpulan dari beberapa sektor, tetapi lebih
ditujukan untuk menyelidiki kemungkinan adanya pertumbuhan dalam suatu sektor
individual tunggal.
Suatu model baru dikatakan bermanfaat apabila model itu dapat menjadi kerangka
kerja untuk merumuskan rencana kerja secara menyeluruh. Sehubungan dengan itu model
sektoral dengan pendekatan sektor utama ini harus memiliki sifat-sifat pokok seperti:
1. Model harus mencakup semua sektor dalam perekonomian yang menyeluruh,
artinya suatu perekonomian dapat dibagi atas beberapa sektor utama, misalnya
sektor pertanian dan sektor nonpertanian, dimana sektor pertanian ini bisa
mencakup sektor industri, pertambangan, perdagangan dan lain-lain di luar sektor
pertanian. Atau perekonomian dibagi atas sektor pertanian, industri jasa dan
lainnya.
2. Model harus konsisten sehingga terbebas dari pertentangan perencanaan
masing-masing sektor
3. Model harus mencakup hubungan fungsional yang realistis dalam hal mana
diarahkan kepada sektor-sektor ekonomi yang paling penting.
Pada dasarnya, penetapan tujuan dari perencanaan masing-masing sektor tersebut adalah
untuk memberikan dasar bagi perubahan struktur perekonomian suatu negara secara bertahap.
Laju pertumbuhan bisa ditentukan dengan menggunakan beberapa faktor, yaitu:
a. Jumlah investasi dari masing-masing sektor

177
b. Tingkat pengembalian hasil yang ditanamkan pada sektor tersebut, yang
tergambar dari capital output rasio (COR) atau incremental capital output rasio
(ICOR) yang dicapai
c. Besarnya nilai tambah.
Secara matematis laju pertumbuhan dapat ditentukan dengan melalukan langkah
nggunakan berikut :
Tuliskan
K
COR 
Y
Sedang ICOR dinyatakan dengan
K
ICOR 
Y
K / Y K I
ICOR   
Y / Y (Y / Y ) Y (Y / Y ) Y
Y I / COR

Y Y
Jika dinyatakan

Y
 LP dan Y = NT
Y
Maka diperoleh rumus laju pertumbuhan ekonomi sebagai

I / ICOR
Lp  x100%
NT

dimana:
Lp = laju pertumbuhan
I = Jumlah investasi
ICOR = Incremental capital output rasio
NT = Nilai tambah

Contoh
Apabila perekonomian suatu negara diklasifikasikan menjadi 3 sektor utama yaitu
sektor pertanian, industri dan jasa atau Agricukture, Manufacture and Service (AMS) ,
perencana menentukan jumlah investasi pada masing-masing sektor seperti berikut:
- sektor pertanian sebesar Rp. 250 milyar
- sektor industri sebesar Rp. 450 milyar
- sektor jasa sebesar Rp.300 milyar
Dengan demikian jumlah investasi keseluruhannya adalah Rp.1000 milyar atau Rp. trilyun .
Sementara itu nilai tambah dari masing-masing sektor tersebut secara berturut adalah Rp 450
milyar; Rp.650 milyar dan Rp. 400 milyar, sedang ICOR setiap sektor sebesar 5; 6 dan 4,5 .
Jadi laju pertumbuhan dari masing-masing sektor

a. Sektor pertanian

178
I p / ICORp 250 / 5
Lp p  x100%  x100%
NT p 450

= 11,11%

b. Sektor industri

I i / ICORi 450 / 6
Lpi  x100%  x100%
NTi 650
= 11,53%

c. Sektor jasa

I e / ICORe 300 / 4,5


Lp j  x100%  x100%
NT j 400

= 16,66%

Perbandingan nilai tambah adalah NTp : NTi : NTj = 9 : 13 : 8 dengan total


perbandingan 9+ 13 + 8 = 30. Jadi laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan

[(11,11x9)  (11,53x13)  (16,67 x8)]x%


Lpt 
30

Lpt  12,77%

6.3. Beberapa Teknik Perencanaan


Model optimasi berkenaan dengan pengoptimalan beberapa tujuan atau fungsi
preferensi (misalnya dinyatakan dalam output, kesempatan kerja dan konsumsi) dalam batas
kendala tertentu yang dapat dalam bentuk tersedianya sumber batas neraca pembayaran dan
sebagainya. Sehingga teknik yang digunakan adalah teknik perampingan. Sedang model ini
terutama mendakan percobaan dengan analogi system ekonomi dan kemudisan
menyipulkannya beberapa ciri sistem ekonomi berdasarkan tingkah laku analogi tersebut.
Ketiga model ini saling melengkapi sehingga dapat digunakan secara bersamaan dalam
perencanaan suatu negara berkembang.

6.3.1. Programasi Linear


Programasi linear (PL) adalah suatu pendekatan matematis digunakan untuk
mencapai nilai optimal. Programasi linear adalah usaha untuk mengalokasikan faktor-faktor

179
produksi yang terbatas jumlahnya terhadap berbagai kemungkinan produksi sehingga dicapai
hasil yang optimal.
Programasi linear adalah optimasi dengan kendala ketidaksamaan disamping tujuan
atau fungsi sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sasaran dari penggunaan programasi
linear adalah mencapai solusi yang optimal atau minimal. Solusi maksimal tak ada lain
adalah mencari kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan, sehingga faktor tersebut
terdistribusi secara efisien sehingga manfaat yang ingin dicapai menjadi maksimal.
Linear Programming dengan n variabel dengan k kendala ketidaksamaan
dinyatakan sebagai:
Maksimumkan f (X1, X2, X3, …., Xn )

Z = C1X1 + C2 X2 + C3X3 + ……. + CnXn

Kendala:
a11X1 + a12X2 + a13X3 + …. + a1nXn  P1
a21X1 + a22X2 + a23X3 + …. + A2nXn  P2
a31X1 + a32X2 + a33X3 + …. + A3nXn  P3
.
.
.
an1X1 + an2X2 + an3X3 + …. annXn  Pk

dan

X1  0 ; X2  0 ; X3  0 , …. Xn  0

Dalam bentuk matriks Programasi Linear (LP) dapat dinyatakan sebagai

Maksimumkan:

Z=CX

Dengan batasan:

BX  P

X  0
Dimana C adalah vector baris harga (1xn) atau nilai dalam fungsi tujuan. X adalah
vector atau matriks aktivitas (n x1). B adalah matriks (m x n) dengan elemennya bij yang
menyatakan input yang diperlukan aktivitas i pekerjaan j dan P adalah matriks sumber daya
yang tersedia (n x1).
Adapun dual dari permasalahan maksimisasi primal adalah

180
Minimumkan:

R = Pt W

Subject to:

Bt W  C

W  0

Dimana W adalah vektor harga bayangan dari variabel sebelumnya, P t dan Bt adalah
masing-masing transpose dari matriks P dan B. Primal memaksimalkan fungsi tujuan dari
memaksimumkan sumber daya yang terbatas sementara Dual meminimalkan fungsi tujuan
dengan minimisasi harga.

6.3.1.1. Ciri Programasi Linear


Meskipun aplikasi program linear amat beragam, semua masalah Programasi linear
selalu memiliki ciri umum sebagai berikut ( Render & Stair, 2000 dalam Kuncoro).
1. Semua masalah bertujuan untuk memaksimalkan atau meminimalkan sesuatu, biasanya
laba atau biaya
2. Adanya kendala yang membatasi tingkat tujuan yang dapat dicapai
3. Selalu ada alternatif yang akan yang dipilih
4. Tujuan dan kendala dalam masalah PL harus dinyatakan dalam persamaan atau
ketidaksamaan linear.
Secara teknis, terdapat 5 asumsi dasar yang melandasi analisis programasi linear yang
biasanya digunakan:
1. Berada dalam kondisi kepastian ( certainty), artinya angka pada fungsi tujuan dan
kendala diketahui secara pasti dan tidak berubah selama periode yang diamati
2. Proposionalitas (proportionality) pada fungsi tujuan dan kendala, yang berarti bahwa bila
produksi 1 unit menggunakan 3 jam suatu sumberdaya yang langka, maka membuat 10
produk akan menggunakan 30 jam sumberdaya
3. Penjumlahan (additivity), artinya total semua aktivitas sama dengan jumlah aktivitas
individual
4. Dapat dibagi (divisibility), suatu solusi tidak perlu dalam jumlah keseluruhan (integer) dan
dapat dalam bentuk pecahan
5. Diasumsikan semua jawaban dan variabel tidak negative (non negative), karena jumlah fisik
dengan nilai negative adalah tidak mungkin.
Teknik programasi linear dalam penggunaannya sehari-hari sering mengalami kesulitan.
Kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul antara lain:
a. Kesulitan dalam nenentukan suatu saran yang spesifik

181
b. Dalam banyak hal, meskipun tujuannya telah ditentukan akan tetapi faktor-faktor
pembatas atau kendala atau pembatas sulit untuk diketahui secara pasti dan tepat.
Padahal faktor kendala ini pempunyai peranan yang penting
c. Adakalanya jika terjadi bahwa faktor-faktor pembatas atau kendala ini tidak dapat
ditunjukkan dengan fungsi linear karena kendalanya berupa fungsi non-linear
d. Jumlah variabel yang banyak terkadang menunjukkan penggunaan teknik ini
karena sulit untuk menentukan perubah yang relevan, (Wahyu Hidayat, 1986).
Sebagai contoh, misalkan dalam suatu daerah terdiri 4000 ha ditanami jagung dan
kacang tanah. Selanjutnya diketahui untuk memproduksi jagung satu kg diperlukan 0,03
ha tanah, dan untuk satu kg kacang tanah diperlukan 0,4 ha.. Jumlah tenaga kerja yang
tersedia di daerah tersebut adalah 10.000 orang. Selanjutnya diketahui bahwa setiap satu
kg jagung diperlukan tenaga kerja 0,02 orang dan juga kacang tanah 0,03 orang.
Diketahui bahwa tanah memberikan keuntungan Rp. 250.000 untuk jagung dan Rp.
350.000 untuk kacang tanah. Selanjutnya juga diketahui bahwa untuk memproduksi satu
kg jagung diperlukan pupuk sebesar 0,005 kg dan untuk kacang tanah 0,003 kg. Jumlah
pupuk yang tersedia 250 kg. Permasalahan berapa kg jagung dan kacang tanah yang
dihasilkan untuk dicapai keuntungan maksimum.
Programasi linear merupakan suatu alat yang dipakai untuk memecahkan persoalan-
persoalan optimasi. Terdapat dua cara untuk memecahkan masalah optimasi ( secara
manual), yaitu :1). Cara grafik dan 2). Cara simpleks.
Langkah-langkah pemakaian metode grafik:
1). Menentukan fungsi tujuan yang akan dicapai dalam bentuk fungsi linear
2). Mengidentifikasi batasan-batasan yang berlaku dalam bentuk fungsi linear
3). Menggambarkan masing-masing garis pembatas dalam suatu system salib sumbu
4). Mencari titik-titik yang paling menguntungkan dalam hubungannya dengan fungsi tujuan
5. Menentukan solusi optimum

6.3.1.2. Penyelesaian Programasi Linear


Memecahkan masalah programasi linear dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu
metode grafik dan metode simplex. Metode grafik terbatas pada dua produk sedangkan
metode grafik dapat dipakai untuk dua produk atau lebih.

Metode Grafik
Contoh 1
Sebuah perusahaan meubel mengalami penurunan penjualan. Perusahaan ini memiliki
3 bagian produksi, yaitu A, B dan C yang masing-masing mengerjakan proses pembuatan
meja dan kursi. Untuk departemen A melakukan proses masing-masing 10 dan 1 jam per
unit dimana tersedia waktu untuk pabrik ini sebesar 500 jam per minggu. Sementara pada
departemen B hanya diolah barang meja saja dengan 5 jam per unit dimana tersedia
waktu pada bagian ini hanya 200 jam seminggu. Sementara pada bagian C harus diolah
dari kedua produksi tersebut dengan tingkat pengolahan masing-masing produk 4 jam
per unit dan 6 jam per unit dengan waktu yang tersedia 360 jam per minggu. Kontribusi
laba untuk meja per unit adalah Rp. 15 ribu dan Rp.10 ribu untuk kursi. Lakukan
perhitungan sehingga diperoleh jumlah kedua produk memberikan keuntungan maksimum.

Produser akan diberikan contoh sebagai berikut:

182
Langkah 1
Misalkan jumlah barang meja yang diproduksi R dan jumlah barang kursi yang diproduksi
P. Dibentuk dalam persamaan matematis

Maksimumkan Z = 15 R + 10 P

Subjek dengan kendala-kendala berikut;

10R + P  500
0R+ 5P  200
4R + 6P  360
R, P  0

Langkah 2. Gambar konstrain tersebut dalam suatu grafik

10R + P  500
60

40 5P  200

4R + 6P  360
A(47,14; 28,58)

O R
50 90
Gambar: 5.1.

Langkah 3. Identifikasi daerah yang fisibel


Daerah yang fisibel menunjukkan semua titik yang memenuhi daerah batasan-
batasan. Dalam contoh ini adalah kombinasi dari barang meja dan kursi yang dapat
diproduksi dengan kapasitas yang tersedia setiap bagian. Daerah yang fisibel ditunjukkan
pada Gambar 5.1. Kadang kala ditemukan titik terdapat daerah yang fisibel yang memenuhi
dari seluruh kendala yang ada.

Langkah 4. Plot Fungsi tujuan

Langkah 5.
Solusi optimal secara grafik dapat ditentukan dengan menggeser fungsi tujuan atau garis
Z menjauhi titik nol digeser terus ke kanan maka mendapatkan titik yang paling luas
sehingga diperoleh titik A (47,14 ; 28,58 ) dan keuntungan maksimum diperoleh
Rp.992.840,00

183
Metode Simpleks
Metode simpleks adalah prosedur aljabar untuk menyelesaikan suatu permasalahan
untuk mencapai solusi optimal. Metode ini pertama dikemukakan oleh George Dantzig (Bapak
Program Linear) pada tahun 1947. Persoalan programasi linear yang mengandung dua
variabel dengan mudah dapat diselesaikan dengan metode grafik sebagaimana yang telah
dijelaskan. Namun demikian jika variabel sudah lebih dari dua maka tentu pendekatan
dengan grafik tidak akan dapat dipakai lagi dalam penyelesaian masalah programasi linear.
Cara lain yang akan digunakan adalah metode simplex.
Penyelesaian masalah programasi linear dengan metode simplex ditulis dalam
bentuk standar, yakni permasalahan yang berwujud dengan permasalahan maksimisasi
yang betanda lebih kecil dari atau sama dengan (  ). Jadi jika terdapat permasalahan selain
dari pada bentuk standar ini dianggap sebagai penyimpangan dari bentuk standar, yang juga
akan dibicarakan kemudian.

Bentuk standar fungsi pembatas ditulis sebagai

a11X1 + a12X2 + a13X3 + …. + a1nXn + S1 = b1


a21X1 + a22X2 + a23X3 + …. + a2nXn + S2 = b2

a31X1 + a32X2 + a33X3 + …. + a3nXn + S3 = b3

.
.
.
an1X1 + an2X2 + an3X3 + …. annXn + Sm = bm

Selanjutnya fungsi tujuan ditulis sebagai

Z - C1X1 - C2X2 - C3X3 + …. - CnXn = 0

Atau dalam bentuk Tabel

Tabel 1. Bentuk Tabel Metode Simplex

Variabel Z X1 X2 ….Xn Xn+1 Xn+2 … Xn+m Nilai


Dasar Kanan

Z 1 -C1 –C2 …-Cn 0 0 …. 0 0


Xn+1 0 a11 a12 …. a1n 1 0 ….. 0 b1
Xn+1 0 a21 a22 …. a21 0 1 …. 0 b2
. . .
. . .
. . .
Xn+m 0 am1 am2 …. amn 0 0 …… 1 bn

184
Selanjutnya dalam menggunakan metode simpleks, pada dasarnya ditempuh langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Tentukan fungsi tujuan yang akan dicapai dalam masalah yang dihadapi
2. Tentukan batasan-batasan yang, ada, lalu susun semuanya dalam bentuk fungsi-fungsi
pembatas. Selanjutnya fungsi-fungsi pembatas tersebut diubah dengan memasukkan
unsure peubah slack

Contoh 2:
Masalah programasi linear pada contoh 1 yang telah dikemukan sebelumnya telah
dipecahkan dengan metode grafik. Sekarang akan diselesaikan dengan metode simpleks.

Tabel 2.
Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 Nilai
Dasar Kanan

Z 1 -15 -10 0 0 0 0
X3 0 10
10 1 1 0 0 500
X4 0 0 5 0 1 0 200
X5 0 4 6 0 0 1 360

Baris kunci
Angka Kunci Kolom kunci

Kolom kunci ditentukan dengan mengambil nilai koefisien fungsi tujuan Z terbesar
yang bertanda negative. Sedang baris kunci ditentukan dengan mengambil hasil bagi
terkecil nilai kanan (NK) dibagi elemen-elemen kolom baris.

Dengan menggunakan Metode Gaus Yordan di peroleh

Tabel 3. Proses Iterasi angka dalam tabel


Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 NK
Dasar

Z 1 0 -85/10 15/10 0 0 750


X1 0 1 1/10 1/10 0 0 50
X4 0 0 5 0 1 0 200
X2 0 0 64/10
56/10 -4/10 0 1 160

Sebagai penjelasan untuk nilai atau baris Z diperoleh dari


-15 -10 0 0 0 0

185
10 1 1 0 0 500
------------------------------------------------------------------ X 1/10

1 1/10 1/10 0 0 50
--------------------------------------------------------------------- X 15
15 15/10 15/10 0 0 750
-15 -10 0 0 0 0
----------------------------------------------------------------------- +
0 -85/10 15/10 0 0 750

Demikian juga dengan baris-baris lainnya.

Tabel 3
Variabel Z X1 X2 X3 X4 X5 NK
Dasar

Z 1 0 0 25/28 0 85/64 992,84


X1 0 1 0 141/1400 0 -1/56 47,14
X4 0 0 0 20/56 1 -50/56 67,1
X2 0 0 1 -4/56 0 10/56 28,58

Sebagai penjelasan untuk nilai atau baris Z diperoleh dari

0 1 -4/56 0 10/56 28,57


------------------------------------------------------------------ X 85/10

0 85/10 -17/28 0 85/64 242,84


0 -85/10 15/10 0 0 750
--------------------------------------------------------------------------- +
0 0 25/28 0 85/64 992,84

Kombinasi optimalnya:
X1 = 47,14
X2 = 28,58

Dengan nilai optimal 992,84 (dengan satuan Rp. 992.840)

Latihan:
Contoh 2
Bentuk suatu persoalan dalam persamaan matematis
Maksimumkan Z = 15 R + 10 P
Subjek dengan kendala-kendala berikut:

10R + P  500

186
0R+ 5P  200
4R + 6P  360
R, P  0

Langkah 2. Gambar 3 konstrain tersebut dalam suatu grafik untuk menentukan area yang
fisibel

10R + P  500
60

40 5P  200

4R + 6P  360

A(52,5 ; 25)
O R
50 90
Gambar 3. Area yang fidiebel

Langkah 3. Identifikasi daerah yang fisibel


Daerah yang fisibel menunjukkan semua titik yang memenuhi daerah batasan-
batasan. Dalam contoh ini adalah kombinasi dari barang Rebecca dan Polly dolls yang
dapat diproduksi dengan kapasitas yang tersedia setiap bagian. Daerah yang fisibel
ditunjukkan pada Gambar … Kadang kala ditemukan titik terdapat daerah yang fisibel yang
memenuhi dari seluruh kendala yang ada.

Langkah 4. Plot Fungsi tujuan

Langkah 5.
Solusi optimal secara grafik dapat ditentukan dengan menggeser fungsi tujuan atau garis
Z menjauhi titik nol digeser terus ke kanan maka mendapatkan titik yang paling luas
sehingga diperoleh titi A (52,5 ; 25) dan keuntungan maksimum diperoleh Rp.1.037.500,00

Kondisi optimal
Variabel yang dimasukkan (entering variable) dalam masaalah minimisasi atau
maksimisasi, merupakn nonbasic variable yang memiliki koefisien positif atau negative terbesar
dalam persamaan fungsi tujuan. Jika semua koefiseien variable nonbasis adalah non negative
(atau nonposistif) , maka kondisi optimum telah trepnuhi.
Kondisi Fisibel
Masalah maksimisasi atau minimisasi , leaving Variable adalah variable basis yang
memiliki ratio terkecil (dengan penyebut positif).

187
Kasus Khusus dalam aplikasi Metode Simpleks
Masalah yang bias timbula dalam pemekaian metode simpleks adalah degeneracy, alternative
optima, unbounded solution dan sulusi yang tidak fisibel (infeasible solution). Menginagat
buku ini topic utama adalah perencanaan pembangunan maka kemepat kasus tersebut tidak
dibahas disisni.

Analsis Dual
Dual merupakan alat abantu dari masalah programmasi linear yang diperoleh dari
model programasi primal.
Analisis Dual memberikan suatu manfaat berupa kemudahan dalam mengkaji suatu hasil
perhitungan programasi linear.
Setiap persoalan yang dapat diformulasikan sebagai persoalan programasi linear saling
berhubungan timbal balik dengan masalah programasi linear lain yang merupakan
dualnya.

Programasi linear primal

Maksimumkan

n
Z= C
j 1
j Xj

Fungsi-fungsi pembatas:

a
j 1
ij X j  b , untuk i= 1,2, ……. m

Dan
X j  0 ; untuk j= 1,2 ………. n

Minimumkan
n
Y0 = b Yj 1
j j

Fungsi-fungsi pembatas:

a
j 1
ij i Y  C j , untuk j = 1,2, ……. n

Dan
Yi  0 ; untuk i= 1,2 ………. m

188
Primal

Koefisien
X X2 ………………… Xn NK
Koefisien

Koefisien Fungsi
DUAL

Y1 a11 a12 a13 ………….. a1n b1

(Minimisasi)
Y2 a21 a22 a23 ………….. a2n b2
. . .

Tujuan
. . .
. . .
Ym am1 am2 am3 ……… amn bm
NK C1 C2 C3 …. Cn

Koefisien Fungsi Tujuan


(Maksimisasi)

Contoh:
Primal

Maksimumkan Z= 5 X1 +12 X2 +4 X3

Subjek dengan kendala-kendala berikut;

X1 + 2 X2 + X3  10
2 X1 - X2 + 3 X3  8
X1 , X2 , X3  0

Minimumkan W = 10Y1 + 8 Y2

Subjek dengan kendala-kendala berikut;

Y1 + 2 Y2  5
2 Y1 - Y2  12
Y1 + 3Y2  4

Y1  0
Y2  0

Analisis Sensitivitas
Salah satu kelebihan dari pada programsi linear adalah dapat dilanjutkan dengan
analissis sensitivitas. Setelah diketahui solusi optimal dari masalah programsi linear dapat
dilanjutkan dengan analisis sentivitas, Suatu analisis terhadap fungsi tujuan untuk
mendapatkan berbagai solusi optimal dengan melalui perubahan koefisien fungsi tujuan.
Dengan demikian dalam analisis akan ditentuukan jangkauan (range).

189
Optimalitas, yaitu suatu jangkauan dari nilai-nilai koefisien dari fungsi tujuan
(objective function). Sebagai contoh, kembali kepada :

Langkah 1
Bentuk suatu persoalan dalam persamaan matematis
Maksimumkan Z = 15 R + 10 P
Subjek dengan kendala-kendala berikut;

10R - P  500
5P  200
4R + 6P  360
R, P  0

Langkah 2.

Gambar konstrain tersebut dalam suatu grafik

10R + P  500

40 5P  200

4R + 6P  360

(60;20)

Misalkan fungsi tujuan C1 R + 10 P. Jadi kemiringannya

 C1  4

10 6
C1 = 6,67

Kemiringan

persamaan 10R + P  500 adalah 10/1 adalah positif , sehingga

 C1  10

10 1

190
C1 = 100

sehingga jangkauan C1 adalah antara 6,67 samapai dengan 100

Selanjutnya, misalkan fungsi tujuan 15 R + C2 P. Jadi kemiringannya

 15  4

C2 6

C2 = 22,5

 15  10

C2 1
C2 = 1,5

Jadi jangkauan C2 adalah 1,5 sampai dengan 22,5

6.4. Analisis Input-output

Analisis keseimbangan parsial, yang biasanya hanya terdiri dari satu sektor saja biasa
dilakukan dengan asumsi ceteris paribus sehingga tidak memungkinkan adanya analisis interaksi
antar sektor. Sebagai konteks yang bersifat umum maka digunakan analisis keseimbangan
umum dimana seluruh sektor dalam suatu perekonomian dipandang sebagai suatu kesatuan
sistem. Sektor-sektor dalam sistem tersebut saling mempengaruhi dan saling ketergantungan
(interdependence) yang menimbulkan keseimbangan.
Analisis input-output (I-O) adalah suatu analisis keseimbangan umum yang dibangun
oleh Wassily Leontief (1930), penyusun pertama kali Tabel Input- Output Amerika Serikat.
Analisis ini berusaha untuk memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis
empiris dari segi produksi sehingga dapat dilacak arus produksi dari bahan mentah, barang
setengah jadi sampai tercipta barang jadi atau nilai tambah dari suatu sektor dalam suatu
proses produksi dalam suatu keseimbangan umum. Secara sederhana Analisis menggambarkan
saling keterkaitan antar kegiatan sektor-sektor ekonomi yang dinyatakan dalam suatu tabel.
Baris dari tabel menunjukkan alokasi sumber daya sementara kolom menunjukkan susunan
input yang dipakai dalam membentuk ouput.
Analisis terutama dipakai untuk mengindentifikasi fenomena ekonomi dalam suatu
sistem secara makro dan komprehensif yang pada gilirannya mampu diidentifikasi pula iklim
investasi pada berbagai bidang sektor baik secara individul maupun secara kolektif. Selain
dari pada itu juga dapat dilakukan analisis tentang pemacuan dalam peningkatan efisiensi
serta berbagai dampak terutama meliputi output, kesempatan kerja dan pendapatan. Jadi pada
dasarnya dalam analisis ekonomi ini terdapat dua aspek yang harus diperhatikan, yaitu: 1).
Interaksi atau saling ketergantungan antar sektor ekonomi dan 2). Adanya kontribusi suatu
sektor terhadap sektor lainnya dan selanjutnya output sektor tersebut akan menjadi sebagian
input dari sektor lainnya dan untuk sektor industri itu sendiri dan sisanya termasuk sebagai

191
permintaan akhir (tidak lagi melalui proses produksi). Jadi tujuan utama analisis ini adalah
untuk menjelaskan secara rinci keterkaitan antar sektor dalam suatu sistem perekonomian
secara rinci (sektoral) menyeluruh dan komprehensif.
Analisis Input-output ini merupakan salah satu model perencanaan Indonesia (BPS),
yang diterbitkan pada tahun: 1971, 1975, 1980, 1985 dan 1990. Sedang untuk Kaltim tahun
1995, 2004 dan 2007.
Konsep/Prinsip Dasar:
1. Perekonomian tersusun dari berbagai sektor, saling berinteraksi (jual beli)
2. Output dijual untuk sektor lain dan permintaan akhir
3. Input dibeli dari sektor-sektor lainnya, rumah tangga (jasa dan tenaga kerja), pemerintah
( pajak tidak langsung), penyusutan, surplus usaha dam impor
4. Hubungan bersifat linear
5. Analisis dilakukan pada kurun waktu tertentu
6. Total input sama dengan total output

Konsep dan definisi


Output merupakan nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian dalam suatu negara dalam suatu periode tertentu (tahuan).
Dalam output terdapat tiga jenis produksi

Karakteristik Analisis
- Menggambarkan interdependensi dari klasifikasi sektor
- Dapat melihat potensi pertumbuhan, output, investasi (ICOR), kesempatan kerja,
pendapatan dari setiap sektor
- Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan dan ke belakang
- Menggunakan pengganda tenaga kerja dan pendapatan
- Memiliki koefisien penyebaran (Coefficient of dispersion) dan kepekaan penyebaran
(sensitivity of dispersion)
- Analisis dampak melalui
a. Pengganda output
b. Pengganda kesempatan kerja
c. Pengganda pendapatan

Keuntungan dan manfaat


1. Menjelaskan fenomena secara rinci dan sektoral (informasi yang lengkap tentang
struktur penggunaan barang dan jasa dan pola ditribusi produksi)
2. Memberikan gambaran:
a. Struktur perekonomian yang terdiri dari output dan nilai tambah dari masing
sektor dalam suatu wilayah
b. Struktur perekonomian yang terdiri dari perminntaan antara dan permintaan akhir
dan input primer dan input antara dalam suatu perekonomian daerah.

192
c. Struktur penyediaann barang dan jasa yang teridir srai barang domestic dan
barang luar negri (import)
3. Dipakai sebagai dasar perencanaan dan analisis maktro terutama yang berkaitan dengan
produksi, konsumsi, pembentukan modal, ekspor dan impor.
4. Sebagai analisis konsistensi
5. Dapat ditentukan sektor prioritas (ranking), key sector atau leading sector
6. Menganalisis dampak (langsung dan tak langsung)
7. Proyeksi ( output, investasi, kesempatan kerja, pendapatan)

Asumsi dan Kelemahan


1. Homogenitas (tidak ada substitusi antar sektor), setiap sektor hanya memproduksi satu
jemis output dengan struktur output tunggal
2. Lineritas atau proporsional (Tidak ada Internal/External ekonomi dan disekonomi), yaitu
tiap input yang diserap oleh sektor akan menghasilkan output secara proporsional,
penurunan atau kenaikan input akan menyebabkan kenaikan atau penurunan output
secara sebanding.
3. Adivitas, pengaruh di luar system I-O diabaikan, efek total pelaksanaan produksi di
berbagi sektor di hasilkan oleh masing-masing sektor secara terpisah.
4. Harga tetap
5. Koefisien teknik (1-0) tetap, tidak dapat disesuaiakan perubahan input atau mengubah
proses produksi
6. Biaya pengumpulan data yang tinggi ( jika survei umum)

Kerangka Analisis
Analisis input-output didasarkan oleh Fungsi Leontief, dapat dituangkan dalam
suatu tabel yang disebut Tabel Input-Output (I-O). Dalam tabel ini, total produksi suatu
sektor dapat dinyatakan dengan Qi, digunakan untuk memenuhi permintaan antara, qij dan
permintaan akhir, Fi sehingga secara matematis dinyatakan:

aij = qij/Qj …………………………………………………… (1)

dan
n
 qij + Fi = Qi …….……….…………….……………………. (2)
j=1

Apabila persamaan (1) dimasukkan dalam persamaan (2)

Diperoleh

n
 aijQj + Fi = Qi …….……….…………….……………. (3)
j=1

193
Persamaan (3) dalam bentuk matriks dapat ditulis

A Q + F = Q …………………………………………………… (4)

atau

Q  (1  A)1 F

dimana:
Q = vektor output
F = vektor prrmintaan akhir

(1  A)1 = matriks invers Leontief

Ditungkan dalan suatu tabel transaksi input-output:

Tabel 6.1. Transaksi Input-Output dengan n Sektor Ekonomi


Alokasi Permintaan Antara Permi Jumla
Susunan Output Sektor Produksi n h
Input 1 2 3 … n taan Out-
Akhir put
Input Sek 1 Q11 Q12 Q13 … Q1n F1 Q1
Antara tor 2 Q21 Q22 Q23 … Q2 n F2 Q2
Pro . . . . … . . .
duk . . . . … . . .
si n Q n1 Q n2 Q n3 … Q nn Fn Qn
Input Primer V1 V2 V3 … V n
Jumlah Input Q1 Q2 Q3 … Q n

Tabel di atas menunjukkan tabel Transaksi input output satu region (input-ouput banyak
region tidak akan dibahas dalam buku ini ). Pada tabel tersebut tidak terdapat baris sector

Qi = Qij + Ci + Ii + Gi + Ei ………….………………….….…… (5)


j

(i = 1, 2, 3 … n ; j = 1,2,3 … n)

dan

Qj = Qij + Vj + Mj …………………………………...……………. (6)


i

(i = 1, 2, 3 … n ; j = 1,2,3 … n)

Sehingga dari persamaan (5) dan (6) dalam keseimbangan

194
umum ekonomi diperoleh

V + M = C + I + G + E
atau
V = C + I + G + ( E – M) ………………………….……………..….. (7)

dimana:

V = nilai tambah
C = konsumsi wilayah
I = investasi wilayah
G = pengeluaran pemerintah
M = impor dari luar wilayah (luar negeri dan propinsi lain)
E = ekspor wilayah

Dari persamaan (7) diketahui, nilai tambah atau Gross Regional Income sama dengan
Gross Regional Product atau PDRB, menunjukkan terjadinya keseimbangan antara permintaan
dan penawaran secara regional. Melalui analisis input-output dapat ditentukan sektor-sektor
kunci ekonomi. Ramussen (1965 dalam Arief, 1993; 220) menformulasikan dua jenis indeks,
yaitu indeks tentang kemampuan penyebaran (power of dispersion) yang mengukur kaitan ke
belakang ( backward linkage) dan kepekaan penyebaran ( sensitivity of dispersion) yang
mengukur kaitan ke depan (forwad linkage). Dari kedua jenis ini dapat ditentukan sektor kunci
dalam suatu perekonomian.
Sebagai uraian statistik yang berkaitan dengan masukan dan keluaran sektor-sektor
ekonomi, Tabel Input-Output dapat memberi gambaran tentang struktur perekonomian yang
mencakup struktur input, struktur output dan nilai tambah, struktur penyediaan barang dan jasa,
permintaan, ekspor, dan impor dari setiap sektor.
Tabel transaksi menunjukkan hubungan atau keterkainatan antara sektor dari segi
permintaan dan penawaran. Dari segi permintaan dalam Tabel I-O menjukkan ouput sektor
ekonomi yang dialokasikan ke dalam permintaan anatara dan permintaan akhir. Sementara
dari segi penawaran dalam Tabel disajikan input yang dipakai, terdiri dari input primer dan
input sekunder (ditmabah) impor, Tabel 6.2.

Tabel 6.2 Kerangka Umum Tabel Input-Output


Kuadaran I ( n x n ) Kuadaran II( n x m )

Transaksi antar sektor/kegiatan Permintaan akhir dan impor


Kuadaran III( p x n ) Kuadaran IV( p x m )

Input Primer

Keterangan:

195
Kuadran I : Menunjukkan transaksi antara (intermediate transaction), yaitu arus barang dan
jasa yang dihasilkan dan digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses
produksi.
Kuadran II: Menunjukkan permintaan akhir (final demand) dan impor, serta menggambarkan
penyediaan barang dan jasa. permintanaan akhir terdiri atas konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan stok,
dan ekspor.
Kuadran III: Menunjukkan input primer sektor-sektor produksi berupa upah/gaji, surplus usaha,
penyusutan, dan pajak tidak langsung neto.
Kuadran IV: Memperlihatkan input primer yang langsung didistribusikan ke sektor-sektor
permintaan akhir. Informasi ini digunakan dalam Sistem Neraca Sosial Ekonomi
(SNSE). Dalam penyusunan Tabel I-O kuadran ini tidak disajikan.

A. Keterkaitan antar sektor dengan formula :


a. Keterkaitan langsung ke depan
n
KLDi =  aij
j=1

dimana:
KLD = Keterkaitan langsung ke depan
aij = koefisien teknologi
b. Keterkaitan langsung ke belakang
n
KLBj =  aij
i=1

dimana:
KLB = keterkaitan langsung ke belakang
aij = koefisien teknologi
c. Keterkaitan langsung dan tak langsung ke depan
(Indeks Daya Kepekaan) atau forward linkage effect
n
n  xij
j=1

Di = 
n n
  xij
I=1 j=1

(i = 1,2,3,…n; j = 1,2,3, … n)

(Vincent, 1992; 191).

dimana:

Di = Indeks daya kepekaan sektor ke-i

196
d. Keterkaitan langsung dan tak langsung ke belakang
(Indeks daya penyebaran) backward linkage effect
n
n  xij
i=1

Bj = 
nn
 xij
i j

(i = 1,2,3,…n; j = 1,2,3, … n)

(Vincent, 1992; 180).


dimana:
Bj = indeks daya penyebaran sektor ke-j
n = jumlah sektor
xij = unsur matriks invers Leontief

B. Analisis Dampak
Salah satu keunggulan analisis I-O, terutama model regional tunggal adalah
kegunaannya dalam menganalisis dampak (multiplier analysis) dalam suatu perekonomian.
Dampak tersebut timbul akibat perubahan permintaan akhir dari srktor-sektor ekonomi.
Analisis ini pada dasarnya adalah suatu konstruk permintaan turunan (demand-driver
construct) yang berasal dari aktivitas perusahaan individual (Glickman dalam Albegov, 1982;
97).
Perubahan permintaan akhir dari suatu sektor akan menimbulkan multiplier effect
(dampak berantai) baik langsung maupun tidak langsung dalam suatu perekonomian.
Sehubungan dengan hal ini, akan diuraikan 3 (tiga) jenis dampak, yaitu : 1). Dampak output
(output multiplier effect), 2). Dampak pendapatan rumah tangga (household income multiplier
effect), 3). Dampak kesempatan kerja (employment multiplier effect). Dampak output adalah
jumlah output atau produksi yang ditimbulkan (dihasilkan ) oleh perekonomian karena
terjadinya perubahan satu unit permintaan akhir.
Perubahan permintaan akhir suatu sektor tidak saja akan menyebabkan perubahan
output sektor tersebut tetapi juga output sektor lain. Selanjutnya peningkatan output suatu
sektor akan menyebabkan peningkatan pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja sektor
tersebut. Dengan demikian, akibat peningkatan permintaan akhir timbul atau tercipta
dampak atau efek langsung (direct effect) dan efek tak langsung (indirect effect) berupa
peningkatan output, pendapatan rumah tangga dan kesempatan kerja.
Pengganda pendapatan rumah tangga (household income multiplier) adalah ukuran
yang menunjukkan jumlah efek pendapatan rumah tangga yang ditimbulkan oleh suatu sektor
per unit kenaikan permintaan akhir. Pengganda pendapatan tipe I adalah ukuran yang
menunjukkan rasio antara dampak (efek) pendapatan langsung dan tak langsung terhadap
pendapatan langsung. Sedang pengganda pendapatan tipe II adalah rasio efek pendapatan
langsung dan tak langsung ditambah efek pendapatan induced (induced income) terhadap efek
pendapatan langsung. Selanjutnya dari segi kuantitas, pengganda pendapatan tipe I selalu lebih

197
kecil dari pada pengganda pendapatan tipe II. Miernyk (1965; 48) menyatakan bahwa
pengganda pendapatan tipe II adalah lebih realistik karena pengganda ini selain memuat efek
pendapatan langsung dan tak langsung juga pendapatan induced sehingga lebih sesuai digunakan
untuk perencanaan jangka panjang.
Induced income muncul sebagai akibat memperlakukan rumah tangga sebagai sektor
produsen (producer sectors) atau variabel indogen dalam prosessing sektor. Dalam hal ini,
pengeluaran konsumsi rumah tangga dipandang sebagai input antara yang dibeli untuk
menghasilkan output berupa jasa rumah tangga (household service).
Analog dengan pengganda pendapatan rumah tangga, pengganda tenaga kerja dengan asumsi
utamanya adalah tenaga kerja proporsional terhadap output suatu sektor, memuat efek
kesempatan kerja langsung dan tak langsung. Efek kesempatan kerja langsung merupakan
jumlah tenaga kerja atau kesempatan kerja yang digunakan langsung dalam proses produksi
per unit output. Sedang efek tenaga kerja tak langsung adalah kesempatan kerja yang timbul
dari semua sektor akibat perubahan awal (initial change) dari permintaan suatu sektor. Pada
pengganda tenaga kerja tipe I hanya memuat kedua efek ini sedang pengganda tenaga kerja tipe
II, selain memuat efek kedua jenis tersebut juga memuat efek induced ( induced employment
effect), sebagaimana pengganda pendapatan.

Formula:

1. Pengganda output sederhana (simple output multiplier)

_ n
Xj =  x ij
i=1

dimana:
_
Xj = pengganda output sederhana sektor ke-j

xij = unsur matriks invers Leontief

2. Pengganda kesempatan kerja sederhana (simple employment


multiplier)

_ n t
Mj =  li (xij)
i=1

3. Pengganda Pendapatan Tipe I (Income Multiplier Effect, type 1)

n
 Pjxij
i=1

PPI = 
Pj

198
Pj = Koefsien pendapatan sector ke-j

4. Pengganda Pendapatan Tipe II (Income Multiplier Effect, type 2)

n
 Dij
PPI = 
Pj
(Vincent, 1992; 180).

Dij = Unsur matriks invers Leontief (R. Tangga termasuk di dalamnya)

5. Pengganda Tenaga Kerja Tipe I (employment Multiplier Effect, type 1)

n
 lj xij
i=1

PTI = 
lj
(Vincent, 1992; 180).

6. Pengganda Tenaga Kerja Tipe II (Employment Multiplier Effect, type 2)

n
 Dij
i=1

PTII = 
lj

Contoh Soal:

Diketahui tabel input-output berikut :

Sektor Final Demand Total Output

Input Pertanian Indistri Jasa R.Tangga Lainnya

Pertanian 75 125 145 50 40 435


Industri 100 50 75 75 25 325
Jasa 185 85 25 10 5 310
Upah 50 45 35 130
Lainnya 25 20 30 75
T. Input 435 325 310 135 70 1070

199
Tentukan output yang dihasilkan jika permnintaan akhir berubah menjadi 110 untuk
pertanian; 125 untuk industry; dan 18 untuk jasa.

Dengan menggunakan rumus

-1
Q = (I – A) F

Dari Tabel Transasksi … di atas diperoleh matriks koefisien teknologi sebagai

 0,1724 0,3846 0,4677


A  0,2298 0,1538 0,2419
0,4252 0,2615 0,080 

Selanjutnya dapat dihitung matriks Leontief (I-A) sebagai

1 0 0  0,1724 0,3846 0,4677


I  A  0 1 0  0,2298 0,1538 0,2419
0 0 1 0,4252 0,2615 0,080 

 0,8275  0,3846  0,4677


I  A   0,2298 0,8461  0,2419
 0,4252  0,2615 0,9193 

Dari matriks di atas diperoleh matriks Invers Leontief sebagai (gunakan Komputer dengan
program Exel)

2,6070 1,7363 1,7833 


( I  A) 1
  1,1463 2,0499 1,1227 
 1,5321 1,3863 2,2320

Jadi jika permintaan akhir menjadi

110
F  125
 18 

200
Maka dengan menggunakan rumus

Q  ( I  A) 1 F

Diperoleh output sebagai

2,6070 1,7363 1,7833  110


Q   1,1463 2,0499 1,1227  125
 
 1,5321 1,3863 2,2320  18 

535,895 
Q  402,542
 381,995 

Terlihat bahwa peningkatan permintaan akhir (final demand) akan mendorong


terjadinya pula peningkatajan output secara keseluruhan. Sebagaimana dijelaskan dia atas,
bahwa sector ekonomi yang digunakan hanya tiga, atau skctor yang biasa dikenal AMS (
Agricultrure, manufacture and service) atau sektor tesebut adalah sektor pertanian, industri
pengolahan dan sektor jasa. Tentu lebih berguna jika digunakan beberapa sektor maka
sesungguhnya akan memberikan hasil yang lebih sempurna mengingat sektor-sektor
perekomian Indonesia untuk input-output terbagi lebih dari 100 sektor, Kalimantan Timur
saja misalnya, itu perekonomiannya terdiri dari 50 sektor yang ada pada Tabel input-output
1995, 2000, 2005 dan 2008.
Menghitung peningkatan output yang diakibatkan peningkatan permintaan akhir dari
setiap sektor dapat digunakan rumus:

Q  ( I  A) 1 F

Berdasarkan analisa input-output juga dapat dihitung jumlah kesempatan kerja yang
tercipta jika permintaan akhir berubah. Sebagai contoh, anggaplah kesempatan kerja yang
tersedia pada sektor pertanian adalah 20 orang, sektor industri 25 orang dan jasa 13
orang. Dengan demikian dapat diperoleh koesfisien kesempatan kerja sebagai berikut:
Rumus yang digunakan adalah sebagai

Li
Ii  atau
Xi

201
Li  I i X i

Sehingga diperoleh

20
I1  = 0,0459
435

25
I2  = 0,0769
325

13
I3  = 0,0419
310
Dengan demikian diperoleh:

Dengan demikian tolak kesempatan kerja yang tercipta dalam keadaan setelah permintaan
akhir berubah adalah sebagai berikut:

Kesemapatan kerja pada sektor 1 ( pertanian)

Li  I i X i = 0,0459 x 535,895 = 24,638

Li  I i X i = 0,0769 x 402,542 = 30,964

Li  I i X i = 0,0419 x 381,995 = 16,0191

Dengan demikian total kesempatan yang tercipta adalah

24,638 + 30,964 + 16,0191 = 71,662 0rang (jika dinyatakan dengan orang)

Untuk kasus newgara Z yang terdiri atas tiga sektor dapat ditentukan indeks
keterkaitan sebagai berikut:

Diketahui bahwa

2,6070 1,7363 1,7833 


( I  A) 1   1,1463 2,0499 1,1227 
 1,5321 1,3863 2,2320

202
1. Indeks Daya penyebaran (backward linkage effect) dihitung dengan menggunakan
formula sebagai rumus berikut:

n
n X ij
Bj  n
i 1
n

 X
i 1 j 1
ij

IDP Sektor Pertanian :

3(2,6067  1,1459  1,5316)


D1 
2,6070  1,7363  1,7833  1,1463  ....1,3863  2,2320)

3(5,2841) 15,8524
   1,016
15,5925 15,5925

IDP Sektor Industri

3(1,7359  2,0496  1,3859)


D2 
2,6070  1,7363  1,7833  1,1463  ....1,3863  2,2320)

3(5,1715) 15,5144
   0,9949
15,5925 15,5925

IDP Sektor Industri

3(1,7829  1,1223  2,2317)


D3 
2,6070  1,7363  1,7833  1,1463  ....1,3863  2,2320)

3(5,1369) 15,41076
   0,9883
15,5925 15,5925

2. Indeks Daya Kepekaan (Forward linkage effect)

203
n
n X ij
j 1
Di  n n

 X
i 1 j 1
ij

.
IDK Sektor Pertanian :

3(2,6067  1,7359  1,7829)


D1 
2,6070  1,7363  1,7833  1,1463  ....1,3863  2,2320)

3(6,1256) 18,3766
   1,1785
15,5925 15,5925

IDK Sektor Industri

3(1,1459  2,0496  1,223)


D2 
2,6070  1,7363  1,7833  1,1463  ....1,3863  2,2320)

3(4,3178 12,9532
   0,8307
15,5925 15,5925

IDK Sektor Industri

3(1,5316  1,3859  2,2317)


D3 
2,6070  1,7363  1,7833  1,1463  ....1,3863  2,2320)

3(5,1492) 15,4476
   0,9907
15,5925 15,5925

Berdasarkan indeks daya kepekaan dan indeks daya penyebaran diketahui bahwa
sektor pertanian yang memiliki paling besar baik terhadap indeks kepekaan maupun indeks
penyebaran.

Analisis Dampak
3. Pengaruh pengganda pendapatan tipe I (income multiplier effect, tipe I)

Pengganda Pendapatan Tipe I (Income Multiplier Effect, type 1)

204
n

P X j ij
PPI  i 1
Pj

Pj = Koefisien pendapatan sector ke-j

Koefisien pendapatan masing-masing sektor:

Koefisien pendapatan sector pertanian

50
P1   0,1149
435

45
P2   0,1384
325

35
P3   0,1129
310

Pengaruh penganda pendapatan untuk masing-masing sector:

Sektor Pertanian

0,1149 (2,6070)  0,1384(1,7361)  0,1129 (1,7832)


PP1   6,450
0,1149

Sektor Industri

0,1149 (1,1463)  0,1384(2,0498)  0,1129 (1,1226)


PP2   3,9165
0,1384

Sektor Jasa

0,1149 (1,5320)  0,1384(1,3863)  0,1129 (2,2320)


PP3   5,4919
0,1129

4.Pengganasa tenaga Kerja Tipe I

205
(employment Multiplier Effect, type 1)

l
j1
j X ij
PTI 
lj

Koefisien kesempatan kerja masing-masing sektor

l1  0,0459

l2  0,0769

l3  0,0419

Pengaruh penganda tenga kerja untuk masing-masing sector:

Sektor Pertanian

0,0459 (2,6070)  0,0769(1,7361)  0,0419 (1,7832)


PP1   7,1436
0,0459

Sektor Industri

0,0459 (1,1463)  0,0769(2,0498)  0,0419 (1,1226)


PP2   3,3456
0,0769

Sektor Jasa

0,0459 (1,5320)  0,0769(1,3863)  0,0419 (2,2320)


PP3   6,4547
0,0419

4. Pengaruh pengganda pendapatan tipe II (incone multiplier effect tip[e II)


Menyelesaikan atau menentukan pengaruh pengganda pendapatan Tipe II dan
pengaruh Pengganda tenaga Kerja Tipe II , dimana sangat berguna untuk perencanaan
jangka panjang dalam peningkatan output dan kesempatan kerja, perlu digunakan matriks
dengan memasukkan tambahan kolom sektor konsumsi rumah tangga dan baris upah serta
gaji sehingga simbol untuk matriks Leontief menjadi (I- Ah) . Model ini disebut juga
model tertutup (closed model) karena memperlakukan rumah tangga sebagai variabel
endogen. Dari tabel 6.3 diketahui sebagai berikut:

206
Tabel 6.3 Tabel transaksi input-output
FD T.
Pertanian Industri Jasa FD RT lainnya Output
Pertanian 75 125 145 50 40 435
Industri 100 50 75 75 25 325
Jasa 185 85 25 10 5 310
Upah 50 45 35 130
Lainnya 25 20 30 75
T. Input 435 325 310 135 70 1070

Dengan demikian untuk mengetahui matriks koefisien teknologi Ah diperoleh sebagai


berikut:

 0,1724 0,3846 0,4677 0,3703


0,2298 0,1538 0,2419 0,5555
Ah  
0,4252 0,2615 0,0806 0,0740
 
 0,1149 0,1384 0,1129 0 

Dengan demikian diperoleh matriks invers Leontief sebagai

6,1712 5,3487 5,2406 5,6453


3,9922 4,9343 3,8831 4,5075
( I  Ah )  
1
4,1297 4,0191 4,7517 4,1143 
 
1,7283 1,7517 1,6765 2,7375

Dari matriks sebelumnya diketahui

Dengan menggunakan rumus koefIsien teknologi dari Tabel 6.3, diperoleh:

50
P1   0,1149
435

45
P2   0,1384
325

35
P3   0,1129
310

Indeks Untuk Pertanian

Dij adalah unsur matriks invers ( I  Ah )1 untuk baris rumah tangga

207
Pj adalah koefisien pendapatan sector j

1,7283
PPII 1   15,0424
0,1149

Indeks untuk Industri

1,7517
PPII 2   12,6574
0,1384

Indeks untuk Jasa

1,6765
PPII 1   14,8497
0,1129

Jadi pertanian adalah sector yang memiliki indeks pengaruh pengganda pendapatan
tipe II yang terbesar.

5. Pengaruh pengganda Tenaga kerja Tipe II ( employment multiplier tipe II)

Diketahui koefisien tenaga kerja sebagai berikut

l1  0,0459

l2  0,0769

l3  0,0419

Indeks Untuk Pertanian

1,7283
PTPII 1   37,6552
0,0459

Indeks untuk Industri

1,7517
PTII 2   22,7800
0,0769

208
Indeks untuk Jasa

1,6765
PPII 1   40,0127
0,0419

Jadi jasa adalah sector yang memiliki indeks pengaruh pengganda tenaga tipe II yang
terbesar.

6.5.Teori Basis Ekonomi


Teori ekonomi basis sesungguhnya memiliki kelemahan mendasar, yaitu
penggolangan sektor ekonomi yang sangat kasar. Namun teori ini telah banyak mendapat
perhatian oleh ahli dan sudah banyak dilakukan studi empiris terhadapnya, seperti yang
dilakukan oleh Pouts (1960) dan Tiebout (1962) dalam Richardson ( 1991). Studi ini dapat
bermanfaat dalam usaha memperjelas stuktur perekonomin suatu daerah secara sederhana
dan tidak dimaksud untuk memakai dalam proyeksi baik dalam jangka pendek maupun
dalam jangka panjang.
Analisis basis (base analysis) memiliki indikator utama, yaitu pendapatan basis.
Namun demikian indikator pendapatan ini biasanya sulit diperoleh, sehingga kadang-
kadang juga digunakan kesempatan kerja (employment), nilai tambah, penjualan atau upah.
Penggunaan kesempatan kerja sesungguhnya kurang tepat karena indikator ini bersifat
diskontinu, sehingga tidak begitu peka dalam perubahan kondisi perekonomian suatu
wilayah. Berbeda dengan pendapatan yang bersifat kontinu, artinya jika terjadi
kenaikan dalam sektor basis maka pendapatan langsung mengalami keadaan yang serupa,
sedangkan kemerosotan kerja membutuhkan waktu dalam jngka panjang ( Richardson,
19771). Data employment mengandung juga kelemahan-kelemahan karena tidak mampu
mencakup pengaruh-pengaruh diffrensial yang ditimbulkan oleh ekspansi baik terhadap
pendapatan sesuai dengan tingkat upah realistis dari industri-industri yang terpengaruh dan juga
mengabaikan pengaruh jangka penjang dari kenaikan produktivitas antara industri yang satu
dengan induiatri lainnya. Selain dari pada itu ada pendapatan suatu daerah yang tidak
diperoleh (unearned income) dan pengaruh pendapatan ini jelas tidak dapat dicerminkan
dalam indikator kesempatan kerja.
Beberapa metode yang dugunakan untuk membagai perekomian suatu daerah menjadi
dua bagian yaitu sektor basis dan sektor-non basis, 1). Metode pengukuran langsung, dan 2.
Metode pengukuran tidak langsung
Metode pengukurang langsung adalah metode yang dipakai untuk mengukur basis
yang bersangkutan dengan menggunakan survey standar dan metode pertanyaan
(questionaries), namun sanjyangyya metode ini memerlukan biaya yang besar dan paling
menyita waktu
Bertentangan dengan metode langsung, metode tak lamgsung sering digunakan
dalam analisis. Dengan pengukuran tidak langsung, dapat digunakan beberapa metode:
1. Metode melalui pendekatan asumsi
2. Metode location Quotient
3. Metode kombinasi (kombinasi metode (1) dan (2))
4. Metode kebutuhan minimum

209
Metode pendekatan melalui asumsi yaitu bahwa semua sektor industri primer dan
manufaktur adalah sektor basis. Sedangkan sektor jasa adalah sektor non-bais.

Metode Location Quotient


Merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shift share. Teknik
ini membantu untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self
sufficiency suatu sektor.
Location Quotient (LQ), yaitu usaha mengukur kosentrasi dari suatu kegiatan (industri)
dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu
dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.
Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 (dua) golongan, yaitu :
1. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang
bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic.
2. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini
dinamakan industry non basic atau industri local.
Dasar pemikiran teknik ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena
industry basic menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun di luar
daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi
daerah tersebut. Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkan terjadinya
kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut dan pada gilirannya akan menaikkan
pendapatan dan menciptakan kesempatan kerja baru. Peningkatan pendapatan tersebut tidak
hanya menaikkan permintaan terhadap industry basic, tetapi juga menaikkan permintaan akan
industry non basic (local). Kenaikkan permintaan ini akan mendorong kenaikkan investasi pada
industri yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor industri local merupakan
investasi yang didorong (induced) sebagai akibat dari kenaikan industry basic.
Asumsi teknik ini adalah semua penduduk di setiap daerah mempunyai pola permintaan
yang sama dengan pola permintaan pada tingkat nasional (pola pengeluaran secara geografis
sama), produktivitas tenaga kerja sama, dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen
pada setiap sektor.
Teknik ini juga dapat dipakai untuk menganalisis tentang ―ekspor-impor‖ (perdagangan)
suatu daerah. Namun teknik ini juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu :
1. Selera atau pola konsumsi dari anggota masyarakat adalah berlainan baik antar daerah
maupun dalam suatu daerah.
2. Tingkat konsumsi rata-rata untuk suatu jenis barang di setiap daerah berbeda.
3. Bahan keperluan industri berbeda antar daerah.

Metode ini adalah teknik ynag paling sering digunakan dalam satu basis empirik.
Metode nampakanya sangat sederhana dengan menggunakan persamaan metematis yang
sederhana pula

Peubah Spesialisasi Kota/Peubah acuan Kota


LQ = ──────────────────────────────
Peubah Spesialisasi Propinsi/Peubah acuan Propinsi

210
atau
vi
n

v i
LQ  i 1
Vi
n

V
i 1
i

dimana:
LQ = Location quotient
vi = PDRB suatu sektor i tingkat propinsi
Vi = PDB suatu sektor i tingkat Nasional

1
EX i  vi (1  )
LQi
Dimana:
EXi kesempatan kerja pada industri I yang dicurahkan untuk produksi ekspor.
Jika LQ > 1 disebut sektor basis, yakni sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi
dari pada tingkat propinsi. Jika LQ<1 disebut sektor non basis, yakni sektor yang tingkat
spesialisasinya lebih rendah dari pada tingkat propinsi. Jika LQ = 1 tingkat spesialisasi
wilayah perencanaan sama dengan tingkat propinsi
Asumsi yang mendasari metode LQ sangat melemahkan daya andalnya sendiri.
Metode ini bersumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah adalah identik dengan pola
permintaan bangsa atau negara, selain dari pada itu produktivitas tenaga kerja dalam suatu
sektor industri sama dengan produktivitas tenaga kerja industri suatu negara dan
selanjutnya bangsa yang demikian adalah bangsa yang terttup, yang tidak mungkin lagi
dapat dipenuhi sekarang pada masa global ini. Tentu saja asumsi-asumsi dalam
kebanyakan hal tidak berlaku, dan walaupun dapat berlaku prosedur-prosedurnya akan
menjadi sangat rumit. Namun dengan melakukan pemilahan ( desegregation) dari sektor-
sektor maka akan semakin kecil kesalahan yang muncul, terutama untuk ekspor dan impor
dapat saling menutupi. Dengan demikian semakin dilakukan pemilihan semakin dapat pula
diandalkan metode ini . (Richardson, 1971).
Kelemahan-kelemahan dari metode tersebut hendaknya tidak terlalu menjadi
penghalang dalam penggunaan atau penerapan metode ini. Sesungguhnya metode ini
memiliki dua kelebihan utama. Metode ini telah memperhitungkan ekspor tidak langsung
dan ekspor langsung. Misalnya pabrik baja mungkin menjual sebagian terbesar dari
outputnya kepada suatu pabrik mobil lokal yang mengekspor kendaraan-kendaraan mobil.
Dalam hal ini output baja memang dijual dalam lokal tetapi secara tidak langsung dikalikan
dengan ekspor. Metode ini sangat sederhana dan tidak mahal dan dapat ditetapkan
kepada data histories untuk melakukan Trend.
Metode LQ sangat sederhana namun digunakan dalam perencanaan pembangunan,
khususnya perencanaan yang bersifat regional. Metode ini memiliki selain memiliki

211
keunggulan, juga tidal luput dari kekurangan. Keunggulannya anatara lain dapat
memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung serta Metode ini sederhana dan
tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend.
Kelemahan metode LQ sangat banyak berhubungan karena kesederhanaanya sehingga
tidak memerlukan biaya tinggi dalam menerapkannya. Metode ini . Berasumsi bahwa pola
permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas
tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-
industri nasional dan juga berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi.

3. Metode kombinasi
Metode kombinasi yang dikemukan oleh Hoyt ( 1954) yang menyarankan adanya
beberapa aturan membedakan sektor basis dan sektor nonbasis, yaitu:
Pertama, Semua tenaga kerja dan pendapatan dari sektor industri ekstraktif (extractive
industries) adalah sektor basis. Kedua semua tenaga kerja dan pendapatan dari sektor
khusus seperti politik, pendidikan, kelembangaan,tempat peristirahatan, kegiatan hiburan
dipertimbangkan sebagai sektor basis

Metode Kebutuhan Minimum


Metode kebutuhan minimum melibatkan penyeleksian sejumlah wilayah yang sama
dengan wilayah yang diteliti. Dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga kerja
regional dan bukannya distribusi rata-rata. Untuk setiap wilayah pertama-tama dihitung
persentase angkatan kerja yang dipekerjakan yang diperkirakan dalam setiap industri.
Kemudian persentase tersebut dibandingkan dengan memperhatikan kelayakan dan persentase
terkecil yang dipergunakan sebagai ukuran kebutuhan minimum industri tertentu.
Ulman dan Dacey (1960) menyarankan modifikasi terhadap metode LQ dengan
menggunakan teknik kebutuhan minimum ( minimum requirement technique). Dalam hal ini,
sektor dibagi dalam kelompok besar dan kecil. Dalam kelompok yang besar prosedurnya
adalah nenaksir persentase angkatan kerja yang dipekerjakan dalam setiap industri tertentu
dan disusun secara berurutan menurun. Dalam hal ini persentase terkecil diasumsikan bahwa
minimum yang dibutuhkan oleh daerah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sendiri dan
dengan demikian semua daerah yang berada di atas persentase tersebut dianggap sebagai
kesempatan kerja basis. Proses ini diulangi untuk semua industri guna memperoleh taksisran
basis untuk semua industri.
Glasson (1978) menyarankan untuk menggunakan metode LQ dalam menentukan
sektor basis atau non basis. Sektor basis lebih tepat dibanding dengan ketiga metode
terebut. Hoover (1975) menyarankan bahwa jika menggunakan metode L Q untuk
memperkirakan banyaknya output idustri yang diekspor, maka perhitungannya seyogianya
tidak didasarkan kepada pendapatan perseorangan atau jumlah penduduk. Namun akan lebih
baik jika didasarkan atas perhitungan statistik yang lebih menunjukkan permintaan industri
tersebut. Sebagai contoh melalui jumlah nilai tambah dari industri atau sektor tersebut.
Persoalan lain yang terdapat pada model ekonomi basis adalah masalah time lag.
Hal ini terjadi karena pengganda basis (base multiplier) tidak berlangsung secara tepat
dengan kejadian, membutuhkan time lag antar respon dari sektor basis terhadap pemintaan
luar wilayah dan respon sektor nonbasis terhadap perubahan sektor basis . Beberapa ahli
wilayah mengatasi time –lag tersebut dengen memodifikasi rumus pengganda basis sebagai

212
Total lapangan kerja
i  ..... ( 1)
Lapangan kerja sektor basis
Dimana
i  pengganda basis –i

Persamaan (1) dimodifikasi menjadi

Perubahan pada Total tenaga kerja


i 
Perubahan pada Tenaga kerja sektor basis
Dimana
 i  pengganda basis –i

Akan tetapi beberapa pakar lainnya berpendapat bahwa jika pengganda basis
digunakan sebagai alat proyeksi, maka masalah time lag dapat diatasi dengan menghitung
pengganda basis dengan menggunakan data time series selama tiga sampai lima tahun
dengan menggunakan rumus (*)
Dengan tepat memperhatikan kekurangannya, model ekonomi basis merupakan alat
yang baik untuk mengeksplorasi, mengevaluasi dan memberikan pendugaan permintaan
basis untuk masa datang, memprediksi tenaga kerja, pendapatan, investasi, kebutuhan rumah
tempat tinggal, kebutuhan tempat pelayanan masyarakat serta.
Model ekonomi basis akan sangat baik digunakan untuk daerah yang belum
berkembang, kecil dan tertutup. Daerah yang belum berkembang adalah daerah yang
perekomiannya masih terdiri beberapa sektor saja. Daerah tertentu adalah daerah yang keluar
masuknya barang/jasa dari dan ke dalam wilayah dapat diketahui, misalnya pulau. Sedang
daerah kecil adalah daerah yang cakupannya tidak lebih luas dari wilayah kabupaten, namun
dapat juga propinsi asal tidak terlalu luas, seperti propinsi Bali ( Sugeng Budiharsono, 2001).
Teknik LQ dapat dibedakan menjadi dua, yaitu LQ statis (Static Location Quotient,
SLQ) dan LQ dinamis ( Dynamic Location Quotient, DLQ). ( Yuwono, 2000):

t
 (1  gij ) /(1  g j )  IPPS ij
DLQij    
 (1  Gi ) /(1  G )  IPPS i
Dimana:
gij adalah laju pertumbuhan sektor (i) di daerah(j) dan di
Gi adalah pertumbuhan sector (i) daerah himpunannya
gi adalah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi daerah(j)
G adalah rata-rata pertumbuhan ekonomi daerah himpunannya

Sementara itu IPPSij adalah indeks potensi perkembangan sektor (i) di daerah (j) dan
IPPSi adalah indeks potensi perkembangan sektor i daerah himpunan.
Persamaan di atas merupakan hasil modifikasi dari static Location Quotient (SLQ)
dengan asumsi bahwa pada SLQ terdapat keseimbangan Xij0/nYj0 = Xi0/nY0 =1

Dimana persamaan SLQ adalah sebagai berikut:

213
 X (1  gij )t / nY j 0 (1  g j )t 
SLQij   ij 0 t 
 X i 0 (1  Gi ) / nY0 (1  G ) 
t

Selanjutnya analisis akan dimulai dari perhitungan laju pertumbuhan sektoral gij dengan
formula:

1/ t
X 
gij   it  1
 X io 

Formula untuk laju pertumbuhan tersebut di peroleh

X it  X i 0 (1  git )t

DLQ sangat baik digunakan bersama dengan SLQ untuk mengetahui keunggulan suatu
sektor dibanding dengan sektor-sektor lain. Adapun yang dipakai kriteria adalah sebagai
berikut:

Jika SLQ > 1 dan DLQ >1 adalah sektor unggul dan berpotensi untuk unggul di masa
datang
Jika SLQ > 1 dan DLQ <1 adalah sektor unggul dan berpotensi untuk tidak unggul di masa
datang
Jika SLQ < 1 dan DLQ >1 adalah sektor tidak unggul namun berpotensi untuk unggul di
masa datang
Jika SLQ <1 dan DLQ <1 adalah sektor tidak unggul dan berpotensi untuk tidak unggul di
masa datang

2. Model Ekonomi Basis Tiebout


Model Ekonomi Basis yang dirumuskan oleh Charles M. Tiebout menunjukkan
perbandingan dan menjelaskan secara mendalam faktor-faktor yang terkait dengan pengganda
basi dimana pengganda basis dinyatakan sebagai berikut:
Y
M  T ……………….. (1)
YB

YT  YB  YN
Dimana:
Y adalah pendapatan total

YB = Pendapatan basis
YN = Pendapatan non Basis
M = pengganda basis

214
Persamaan (1) dapat ditulis sebagai :

Selanjutnya jika dinyatakan:


Y
M  T , ………………………….. (2)
YB
Dimana:
YT adalah penambahan pendapatan total
YB adalah penambahan pendapatan basis
M  M karena M adalah konstanta

Selanjutnya Persamaan (1) dapat ditulis

YT 1 1 1
M    ……………(3)
YB YB YT  YN 1  YN
YT YT YT

Persamaan (3) dapat disebut sebagai pengganda basis jangka pendek yang dinyatakan
sebagai

1
MS  …………………… (4)
YN
1
YT

Dengan memasukkan persamaan (4) ke persamaan (2) diperoleh

1 Y
 T
1  N YB
Y
YT
atau
1
YT  YB …………… (5)
YN
1
YT

YN
Rasio menggambarkan Proporsi dari total pendapatan yang dihasilkan oleh aktivitas
YT
lokal atau aktivitas penduduk dalam perekonomian wilayah

215
YN
Rasio menunjukkan adanya dua kecenderungan:
YN  YB

Pertama adalah kecenderungan konsumsi lokal yang merupakan persentase dari total
pendapatan wilayah yang dikonsumsi secara lokal

CL
TC 
YN  YB

Dimana:

TC adalah kecenderungan konsumsi lokal

CL adalah jumlah uang yang dibelanjakan secara lokal


Namun demikian tidak semua pendapatan yang dibelanjakan secara lokal adalah
pendapatan lokal. Sebagian dari pendapatan basis digunakan untuk membeli produksi dari
luar darah (impor), bayar upah pekerja dari luar daerah dan sumber-sumber dari luar
lainnya.
Menghitung kecenderungan pengeluaran yang mengalir ke luar wilayah dibutuhkan
faktor lain. Faktor ini adalah kecenderungan membelanjakan pendapatan dalam lokal (income
propensity of the local) yang dirumuskan sebagai

YN
TI 
CL

Dalam hal ini secara implisit diasumsikan bahwa semua YN dihasilkan oleh
penduduk di dalam wilayah itu. Ini berarti bahwa suatu kebocoran terjadi jika penduduk dari
wilayah itu memperoleh pendapatan bukan basis dari luar wilayah itu.
Kedua kecenderungan itu, bila dikombinasikan, menunjukkan hubungan antara
pendapatan, pengeluaran konsumsi lokal dan pendapatan bukan basis
CL YN YN Y
  N
YN  YB CL YN  YB YT
Y
Produk dari kedua kecenderungan tersebut adalah rasio N yang secara matematis
YT
dapat ditulis

2.2. Analisis jangka Panjang


Analisis Tiebout menjelaskan permasalahan ekonomi basis suatu wilayah baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Uraian permsalahan sebagaimana yang telah
dipaparkan adalah jangka pendek. Untuk permasalahan jangka panjang dapat dinyatakan
sebagai:

216
1
ML 
 CL Y   YI Y  MI 
1    N     I 
 YN  YB CL   YN  YB YI 

Dimana:
CL adalah jumlah uang yang dibelanjakan secara lokal untuk barang-barang dan jasa-jasa
YN adalah pendapatan bukan basis
YB adalah pendapatan basis (ekspor)
YI adalah pendapatan lokal yang diinvestasikan dalam barang-barang kapital
M I adalah pengeluaran lokal untuk impor barang-barang investasi

Rumus tersebut di atas dapat ditulis dalam bentuk sederhana

1
ML 
Y  YI  M I
1 N
YN  YB

2.3. Pengganda Tenaga Kerja

Menghitung angka pengganda tenaga kerja adalah dengan rumus (Glasson, 1978)
sebagai berikut:

N
K adalah pendaparaan bukan basis
NB

Dimana:
K adalah pengganda tenaga kerja
N adalah jumlah tenaga kerja seluruh sektor
N B adalah jumlah tenaga kerja di sektor basis

6.6. Ukuran Pembangunan Ekonomi Daerah


Ukuran-ukuran keterkaitan ekonomi (economic linkage) pada dasarnya menggambarkan
hubungan antara perekonomian daerah dengan lingkungan sekitarnya. Beberapa teknik yang
dapat digunakan untuk memperbandingkan perekonomian daerah.
7.5.1. Analisis Shift Share
Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau
nasional). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang
berhubungan satu sama lain, yaitu :

217
1. Pertumbuhan ekonomi daerah yang diukur dengan cara menganalisis perubahan
pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sector yang
sama di perekonomian yang dijadikan acuan.
2. Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan
atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang
dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan untuk mengetahui apakah perekonomian
daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang
perekonomian yang dijadikan acuan.
3. Pergeseran diferensial (differential shift), menentukan seberapa jauh daya saing industri
daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Jika pergeseran diferensial
dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya
ketimbang industri tang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Dalam suatu negara terutama yang memiliki wilayah yang luas dimana terdapat di
dalamnya beberapa daerah akan terjadi kesenjangan antara daerah yakni terdapat suatu
daerah yang cepat pertumbuhannya dan daerah lain pertumbuhannya lamban. Diduga
penyebab pokok terjadi kesenjangan pertumbuhan tersebut adalah karena adanya perbedaan
struktur industri dan sektor-sektor ekonominya., Thoman 1972). Adanya keragaman dalam
struktur industri menimbulkan perbedaan pertumbuhan output industri dan kesempatan kerja.
Wilayah yang tumbuh cepat disebabkan struktur industri atau sektornya mendukung dalam
arti lain sebagian besar sektornya memiliki laju pertumbuhan yang cepat. Sementara
wilayah yang lamban pertumbuhannya, sebagian besar sekitarnya memiliki pertumbuhan yang
lamban.
Shift share digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau komponen pertumbuhan
wilayah. Analisis pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et al (1960) yang telah
menggunakan analisis ini untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi wilayah di
Amerika Serikat (Sjafrizal, 1977,Lucas dan Prim, 1979). Selain dari pada itu, analisis juga
digunakan untuk menduga dampak kebijakan wilayah ketenagakerjaan (Tevo dan Okko,
1982).
Analisis shift share ini menganalisis perubahan berbagai sektor kegiatan ekonomi,
seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah.
Shift share digunakan untuk mengetahui kinerja perekonomian wilayah perencanaan,
pergeseran struktur, posisi relatif sektor-sektor ekonomi dan identifikasi sektor-sektor unggul
pada wilayah perencanaan dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (Nasional atau
propinsi) dalam dua atau lebih titik waktu. Metode analisis ini pada hakekatnya
merupakan teknik yang relatif sederhana untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi
lokal dalam kaitannya dengan perekonomian acuan yang lebih besar. Perekonomian acuan
dapat berupa kota , kabupaten, atau propinsi sedangkan perekonomian acuan dapat berupa
propinsi atau negara.

218
Maju
PP + PPW 0
Komponen
Pertumbuhan
Nasional

Wilayah ke j Wilayah ke j
(sektor ke i) (sektor ke i)

Komponen Komponen Maju


Pertumbuhan Pertumbuhan PP + PPW 0
Proporsional Pangsa Wilayah
(Pp) (PPW)

Gambar: 5.1. Model Analisis Shift Share


Sumber: Sugeng Budiharsono, 2001.

Analisis Shift- share yang bertitik tolak pada asumsi pertumbuhan sektor daerah
katakanlah kabupaten yang sama dengan pada tingkat nasional, membagi perubahan atau
pertumbuhan kinerja ekonomi lokal/kabupaten dalam tiga komponen:
a. Komponen pertumbuhan nasional (national growth component) yang mengukur
perubahan kinerja ekonomi pada perekonomian acuan
b. Komponen pertumbuhan proporsional (mix-industry or proportional shift component)
yang mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan
pertumbuhan agregat. Apabila komponen ini pada salah satu sektor nasional bernilai
positif, berarti bahwa sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan.
Sebaliknya jika negatif, sektor tersebut menurun kinerjanya.
c. Komponen pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (differential shift atau regional
share) yang mengukur kinerja sektor-sektor lokal terhadap sektor-sektor yang sama
pada perekonomian acuan. Apabila komponen ini pada salah satu sektor adalah positif,
maka daya saing sector tersebut lokal meningkat dibandingkan sektor yang sama pada
ekonomi acuan dan apabila negatif terjadi sebaliknya.

Secara matematis shift share dapat dinyatakan sebagai

219
……………………..(1)
Sumber : Wikipedia, 2009.

Rumus (1) dapat juga dinyatakan sebagai

Y   Yi ,t Yt   yi ,t Yi ,t 
yi ,t  yi ,0 = yi , 0  t 1 + yi , 0    + yi , 0    …….. (2)
 Y0   i , 0 Y0 
Y y
 i ,0 Yi ,0 

Dimana:
yi , 0 adalah PDRB wilayah sektor ke-i pada tahun awal
yi ,t adalah PDRB wilayah sektor ke-i pada tahun akhir
Yi , 0 adalah PDB Nasional sektor ke-i pada tahun awal
Yi ,t adalah PDB Nasional sektor ke-i pada tahun akhir
Y0 adalah PDB Nasional semua sektor pada tahun awal
Yt adalah PDB Nasional semua sektor pada tahun akhir

Persamaan (2) dapat juga dinyatakan sebagai:

yi ,t  yi , 0  Yt   Yi ,t Yt   yi ,t Yi ,t 
=  1 +   +    ………………… (3)
yi , 0  Y0   Yi , 0 Y0   yi , 0 Yi , 0 

Persamaan (3) menunjukkan bahwa persamaan pertumbuhan juga dapat dipakai untuk
mengukur shift share dari wilayah yang lebih kecil pada wilayah wilayah yang lebih
besar. Persmaan ini terdiri dari komponen-komponen, digunakan untuk menunjukkan
pertumbuhan kinerja suatu wilayah dengan menggunakan persamaan

gR  gN + gP + gD ; dan gT = g P + g D
Sehingga
g R  g N + gT

Dimana:
g R adalah komponen pertumbuhan regional setiap sektor
g N adalah komponen pertumbuhan Nasional
g P adalah komponen proportional shift setiap sektor
g D adalah komponen differential shift setiap sektor
gT pergeseran total

Sehingga
g R  g N + gT
Dimana:

220
yi ,t  yi ,0 Yt  Y0 yi ,t Yi ,t
gR  ; gN = ; gD = 
yi ,0 Y0 yi , 0 Yi , 0

gT = Pergeseran netto atau total suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah pembangunan , yang
menggambarkan kemajuan pertumbuhannya atau tidak.
g P  Komponen pertumbuhan proporsional , yakni mengukur perbedaan pertumbuhan sektor-
sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan aggregat. Sapabila komponen ini pada suatu
sektor kabupaten beniulai positif bebrati sektor tersebut berkembang dalam perekonomian
acuan. Sebaliknya jika negatif sektor tersebut menurun kinerjanya
gD = Komponen pertumbuhan daya saing daerah local , yakni mengukur kinerja sektor-sektor
lokal terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila berindikasi positif,
maka daya saing sektor lokal meningkat dibanding sektor yang sama pada perekonomian acuan
dan apabila negatif terjadi sebaliknya. Salah satu hal yang penting adalah Peningkatan kinerja
ekonomi (PDRB)
1. Peningkatan produk unggulan (peranan aktif masyarakat)
2. Investor (bagaimana mendatangkan), terutama untuk teknologi tinggi
3. Sektor basis perlu dipertahankan pertumbuhannya
Keunggulan Analisis Shift-Share

Keunggulan analisis shift share antara lain:

1. Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift
share tergolong sederhana.
2. Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.
3. Memberikan gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.
Kelemahan analisis shift-share, yaitu
1. Hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post.
2. Masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak dapat
dijelaskan dengan baik.
3. Ada data periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap.
4. Analisis ini sangat berbahaya sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak
konstan dari suatu periode ke periode lainnya.
5. Tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antarsektor.
6. Tidak ada keterkaitan antardaerah.

Contoh Perhitungan dengan menggunakan Analisis Shift Share dengan menggunakan


rumus (2):

221
Tabel 5.4 PDRB Kota Samarinda dan PDRB
Kalimantan Timur
Samarinda Kaltim
PDRB PDRB PDRB PDRB

Lapangan Usaha 2000 2005 2000 2005


No
1 Pertanian 144808 368602 5657819 9803929

2 Pertambangan 57692 175032 28678136 72160291

3 Iindustri 1038723 7871994 34991630 66445529

4 Listrik, Gas dan Air 94461 306634 166818 535517

5 Bangunan 252827 956415 1978700 4045187

6 Perdagangan/Hotel 1312346 6492618 5253763 10335152

Angkutan dan 669541 2802383 5969911


7 Komunikasi 2624410
8 Keuangan 780845 2534734 1527088 3021974

9 Jasa-jasa 550589 1433492 1390715 3814686

JUMLAH 2560171 22763932 82447052 176132175


Sumber: BPS Kalimantan Timur

Tabel 5.5. Perhitungan Shift share Kota Samarinda

gT
(6)=
gd (4)+(5)
gr gn gN gp (5)= (1)-
Lapangan Pekerjaan (1) (2) (3) 4=(2)-(3) (2)
Pertanian 1.545453 0.7328106 1.136307 -0.40 0.81 0.41
Pertambangan 2.033904 1.5162127 1.136307 0.38 0.52 0.90
Iindustri 6.578531 0.8988978 1.136307 -0.24 5.68 5.44
Listrik, Gas dan Air 2.246144 2.2101872 1.136307 1.07 0.04 1.11
Bangunan 2.782883 1.044366 1.136307 -0.09 1.74 1.65
Perdagangan/Hotel 3.947337 0.9671904 1.136307 -0.17 2.98 2.81
Angkutan dan
Komunikasi 2.919715 1.130298 1.136307 -0.01 1.79 1.78
Keuangan 2.246142 0.9789128 1.136307 -0.16 1.27 1.11
Jasa-jasa 1.603561 1.7429675 1.136307 0.61 -0.14 0.47
Jumlah 25.90367 11.221843 1.00 14.68 15.68

Dalam scatter diagram terlihat sektor-sektor yang termasuk kategori I (gD+; gP+) di sebut
Unggul, kategori II (gD+; gP-) adalah Agak Maju, kategori III (gD-; gP+) adalah Agak
Unggul dan kategori IV (gD-; gP-) adalah Mundur

222
6.6.2. Analisis Revealed Comparative Advantage (RCA)
Index keunggulan Komparatif atau Revealed Comparative Advantage (RCA) adalah
mengevaluasi peranan sector tertentu pada suatu wilayah dibandingkan dengan pangsa sector
tesebut di wilayah yang lebih luas pangsa pasarnya.
Analisis ini digunakan untuk mengukur kinerja ekspor suatu wilayah dan produk atau sector
yang memiliki keunggulan komparatif. Secara matematis index ini dinyatakan sebagai berikut:

X ij / X j
RCAij 
X iw / X w
Dimana:

RCAij = Indekas RCA sektor i pada daerah j

Xij = Nilai ekspor produk sektor i pada daerah j


Xj = Nilai total ekspor daerah j
Xiw = Nilai ekspor produk sektor i pada wilayah w
Xw = Nilai total ekspor wilayah w

Keterangan:
RCAij > 1, berarti komoditas sektor i daerah j memiliki keunggulan komparatif untuk ekspor
daerah j
RCAij < 1, berarti komoditas sektor i tidak memiliki keunggulan komparatif untuk ekspor
daerah j
RCAij = 1 , netral

223
6.6.3. Koefisien Konsentrasi
Koefisien konsentasi atau Coefficient Of Concentration Index (CCI) terdiri dari dua
model yaitu Indeks Konsentrasi Pasar dan Indeks Konsentrasi Komoditas. Indeks Konsentrasi
Pasar dimaksudkan untuk memfokuskan perhatian ekspor komoditas tertentu ke beberapa negara
tujuan. Sedangkan Indeks Konsentrasi Komoditas dimaksudkan untuk mengkonsentrasikan pada
satu atau beberapa jenis komoditas ekspor saja. Sebagai contoh Indeks konsentrasi pasar
(ekspor) dinyatakan sebagai:

 n X 
C j  100   ij 
 i1 X 
 j 

Cj = Indeks konsentrasi ekspor suatu komoditas pada tahun j


Xij = Nilai ekspor produk suatu komoditas ke negara i pada tahun j
Xj = Nilai total ekspor suatu komoditas pada tahun j
Indeks yang dihasilkan berkisar antara 0% - 100%. Nilai indeks semakin mendekati
100% dari suatu produk, berarti memiliki tingkat konsentrasi ekspor yang tinggi
dibandingkan komoditas lainnya.

6.6.4. Index Lokalisasi (Localization Index)


Model ini digunakan untuk mengetahui tingkat penyebaran secara relatif sub sektor di
berbagai wilayah. Indeks lokalisasi yang dihasilkan bernilai 0  LI  1 . Satuan
yang dipakai biasanya adalah produksi atau tenaga kerja.


j 1
EiR / EiN  E R / E N
LIi 
2
Dimana:
LI i = Localization Index sektor i
EiR  Tenaga kerja sektor i propinsi R
EiN  Tenaga kerja sektor i di negara N
E  Tenaga kerja
R
propinsi R
E  Tenaga kerja
N
negara N
n = Jumlah propinsi

 Bila LI = 0 : Berarti tingkat penyebaran sektor i relatif seimbang


di wilayan propinsi R.

224
 Bila LI = 1 :
Berarti tingkat penyebaran sektor i tidak seimbang
di Wilayah propinsi R.
Dalam LI, distribusi angkatan kerja dalam sebuah sektor untuk daerah yang berbeda-beda
diperbandingkan dengan distribusinya di seluruh daerah yang lebih luas. Kedua variabel
tersebut harus dinyatakan dalam persen. Kemudian untuk setiap wilayah, di hitung perbedaan
antara masing-masing presentasinya. Indeks lokalisasi (LI) ini lebih cenderung bersifat
sebagai alat analisis sektoral, dalam hal persebaran sector di suatu daerah. Namun demikian,
LI dapat juga digunakan untuk mengetahui sektor mana yang penting bagi sebuah daerah
serta penyebarannya

6.6.5. Spesialization Index


Indeks spesialisasi atau Spesialization Index adalah Model ini berguna untuk menganalisis
tingkat konsentrasi sektor i di Kabupaten Tanjung Jabung secara relatif. Indeks lokalisasi yang
dihasilkan bernilai 0  SI  1


j 1
EiR / E R  EiN / E N
SI i 
2

 Bila SI = 0 : Berarti tidak terkonsentrasinya sektor i di propinsi


secara relatif terhadap Nasional.

 Bila SI = 1 : Berarti terkonsentrasi penuh sektor i di propinsi


secara relatif terhadap Nasional

SI mengukur cara kegiatan ekonomi secara keseluruhan, misalnya kesempatan kerja, di suatu
daerah menyebar kesegala sektor. Secara relatif, berarti juga dapat dibandingkan dengan
wilayah yang lebih luas. Pada SI indeks yang diperoleh adalah untuk seluruh sektor pada
sebuah daerah. Hal inilah yang membedakannya dengan LQ, yang hanya menghasilkan
indeks untuk hanya satu sektor

6.6.6. Index of Production Instability


Indeks ketidakstabilan produksi digunakan untuk mengetahui proses produksi ditinjau dari
kestabilannya dari waktu ke waktu. Pada masa tertentu proses produksi mengalami kendala
baik yang berasal dari internal atau ekesternal perusahaan sehingga mempengaruhi kestabilan
produksi. Salah satu rumus matematik yang digunakan dalam mengukur ketidakstabilan
adalah dengan menggunakan Indeks produksi ketidaksabilan

225
 n 

1  (ln t  ln PROˆ )
t
2

I ins pro   t 1  x 100
 ln PRO N 
 
 

Keterangan:
I ins pro = Indeks Kestabilitasan Produksi
N = Jumlah tahun observasi
t = 1,2,................, N
PRO = Tingkat produksi suatu sector i
PRO = Rata-rata PRO
PROˆ t = Nilai estimasi dari PROt = a + b t + Ut
Bila indeks yang dihasilkan semakin mendekati nilai 0 berarti tingkat produksi dari sector i
yang dianalisis semakin stabil dan sebaliknya berlaku.

6.6.7. Koefisien Variasi (Coeffition of Variation)


Koefisien Variasi atau Coeffition of Variation adalah suatu angka yang menunjukkan
atau menggambarkan tingkat variasi suatu aktivitas, industri atau sektor yang diamati dalam
suatu wilayah. Semakin tinggi nilai koefisien menunjukkan semakin tinggi keberaragaman
(variasi) atau ketidakmerataan hasil pembangunan dari sektor yang diamati. Rumus yang
biasa digunakan adalah
X 
KV j 
X
sedang
2
 n 
n   xi 
 xi   i1 
2

i 1
 N 
 
X    
N

KV j = Koefisien variasi daerah j

X  = Standar deviasi dari indikator yang diamati, misalnya PDRB


daerah j
= Rata-rata nilai dari indikator yang diamati (rata-rata PDRB)
X
untuk daerah j

226
Koefisien Variasi yang mendekati nol menunjukkan indikasi semakin meratanya
pembangunan suatu region berdasarkan aspek yang diamati dan demikian sebaliknya

6.6.8. Ketimpangan Ekonomi antar Daerah


Indeks Ketimpangan digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan yang terjadi
antar daerah pada tingkat wilayah yang lebih tinggi (nasional). Indeks ketimpangan regional
(regional inequality) dapat dinyatakan dengan berbagai rumus sebagai berikut ;
a. Indeks Ketimpangan Williamson

n
(Yi  Y ) 2 f i / n
IW  
i 1 Y

Dimana ;
Yi = PDRB per kapita Kabupaten i
Y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi
fi = jumlah penduduk Kabupaten i
n = jumlah penduduk Provinsi
Dengan indikator bahwa apabila angka indeks ketimpangan Williamson semakin
mendekati nol maka menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil dan bila angka indeks
menunjukkan semakin jauh dari nol maka menunjukkan ketimpangan yang makin melebar.
b. Indeks Ketimpangan Jamie Bonet

Yi
I it  1
Y
Dimana ;
Yi = PDRB per kapita Kabupaten i
Y = PDRB per kapita rata-rata Provinsi

c. Indeks Entropi Theil

Indeks Entropi Theil merupakan aplikasi konsep teori informasi dalam mengukur
ketimpangan dan konsentrasi industri yang menawarkan tentang pendapatan regional per kapita
dan kesenjangan pendapatan. Adapun rumusan dari indeks entropi Theil;

k Yj  Y /Y 
I ( y)   ( ) log  j 
j 1 Y  X j / X 

Dimana ;
I(y) = indeks entropi Theil
Yj = PDRB per kapita propinsi j
Y = rata-rata PDB perkapita nasional

227
Xj = jumlah penduduk propinsi j
X = jumlah penduduk Provinsi

Dengan indikator bahwa apabila semakin besar nilai indeks entropi Theil maka semakin besar
ketimpangan yang terjadi sebaliknya apabila semakin kecil nilai indeks maka semakin merata
terjadinya pembangunan.
Adapun ukuran yang dapat digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya
suatu ketimpangan regional adalah PDRB per kapita, konsumsi rumah tangga
per kapita, human development indeks dan sebagainya.

6.7.Input Output Dinamis


Model input output dinamis adalah pengembangan dari model input-output statis.
Model input statis akan menjadi dinamis jika terdapat hubungan yang saling terkait antara
bagian investasi dari tagihan akhir barang dengan output yang dihasilkan. Pembahasan
konsep keseimbangan inter-sektoral dilakukan lebih mendalam sehingga konsep
keseimbangan inter-sektoral pada batas waktu tertentu menjadi konsep keseimbangan
sepanjang waktu.
Pada keadaan tertentu, model dinamis ini menggagap output sebagai stok barang,
dalam hal ini barang modal. Meskipun stok tersebut masih didistribusikan kepada industri-
industri. Dengan menggunakan asumsi-asumsi yang sama pada model input-output statis,
menurut Leontief, persamaan keseimbangan menjadi seperti berikut (Rizal, 1999):

X t i  X i1  X i 2  X i 3  ...  X in  (Si'1  Si'2  Si'3  ...  Sin' )  Di (t )


t t t t

Dimana

t
X i = seluruh arus output industri ke i dalam periode t

S i' = tambahan netto terhadap stok barang modal dalam periode t

t
Di = permintaan konsumsi dalam periode t

X i (t ) dipergunakan untuk menentukan:


a. Produksi di dalam industri pada periode tersebut
b. Tambahan netto terhadap stok barang modal di dalam industri n, yaityu Si' atau
Si (t ) = Si (t  1)  Si (t )
Dimana:
Si (t ) = stok modal yang terkumpul pada periode sekarang
Si (t  1) = stok modal tahun berikutnya

228
c. Permintaan konsumsi untuk periode yang akan datang, Di (t  1)

Jika penyusutan nilai barang diabaikan, maka persamaan keseimbangan menjadi

X i  X i1  X i 2  X i 3  ...  X in  Sit 1  Di … (**)


t t t t t t

Koefisien modal dari produk ke-i yang dipergunakan oleh industri ke j adalah

Sij
bij  atau
Xj

Sij  bij X j

Dimana

Sij adalah jumlah stok modsal produk ke-i yang dipergunakan oleh industi ke-j

X j adalah jumlah output industri j

bij adalah koefisien modal

Jika bij = 0 maka tidak ada stok barang modal yang diperlukan oleh industri dan
model dinamis berubah kembali menjadi model statis, sebaliknya jika bij <0 , maka input
sama dengan output dari suatu industri. Jika Sij ditulis sedbagai X t 1 , maka persamaan (**)
dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai

( I  A  B) X t  BX t 1  D t

atau

BX t 1  ( I  A  B) X t  D t

atau

X t  ( I  A  B) 1 ( BX t 1  D t )

Kelemahan dari input –output dinamis:


1. Koefisien input yang dianggap konstan kuarang realistis, karena:

229
a. Koefisiesn itu akan ikut berubah sejalan dengasn perubahan kondisi yang
terjadi
b. Tidak mungkin semua indistri memiliki struktur modal yang sama
c. Koefsioen ini mengabaikan kemungkinan substitusi
2. Hubungan antara output industri dengan output industri lainnya yang tergambar
dalam persamaan linear tanpaknya kurang realistis, karena kenaikan output tidak
mungkin selalu sama dengan kenaikan output
3. Model ini hanya membatasi analisis pada sisi produksi saja, sedangkan input dan
output memiliki pola tertentu dalam perekonomian
4. Mekanisme penyesuaian harga dalam perekomian diabaikan. Penyesuaian harga input
hanya untuk menutupi perubahan output
5. Pembelian dari konsumen dianggap tertentu yang diperlakukan sebagai ― daftar
barang‖ yang sudah pasti
6. Model ini membutuhkan persmaan-persmaan matematis yang sulit, karena harus
menentukan pola persmaaannya yang pasti dengan pengetahuan matematis yang
tinggi dana data yang tepat. Sudah jelas hal tersebut sulit untuk dipastikan karean
adanaya berbagai ragam industri dengan pola yang pasti berbeda di samping
kepastian data yang tidak mudah diujudkan.

6.8. Beberapa Metode Proyeksi


Hubungan forecasting dengan rencana adalah sangat erat dan bahkan tak dapat
dipisahkan dalam perencanaan. Forecasting adalah peramalan sesuatu hal yang akan terjadi
pada waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan sesuatu yang akan
dilakukan pada waktu yang akan datang.
Proyeksi (projection) atau Forecasting (Peramalan) adalah salah satu unsur yang sangat
penting dalam proses pengambilan keputusan. Peramalan yang dilakukan umumnya didasarkan
pada masa lalu yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode atau cara-cara tertentu.
Data masa lalu dikumpulkan, dipelajari, dianalisis dan dihubungkan dengan perjalanan waktu,
karena adanya faktor waktu tersebut, maka dari data hasil analisis tersebut kita dapat mencoba
mengatakan sesuatu yang terjadi dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kita dihadapkan pada
suatu kondisi ketidakpastian, sehingga akan ada faktor akurasi atau ketidaksamaan yang harus
diperhitungkan. Peramalan selalu bertujuan agar ramalan yang dibuat bisa meminimumkan
kesalahan peramalan (forecast error) artinya perbedaan antara kenyataan dengan ramalan tidak
terlalu jauh. Ramalan yang baik adalah ramalan yang mendekati kenyataan, tapi tidak mustahil
dapat diperoleh secara eksak. Peramalan digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan
sehingga ramalan yang baik sangat dibutuhkan.

6.8.1. Metode Runtun Waktu


Metode runtun waktu, pada dasarnya metode runtun waktu dibedakan ke dalam runtun
waktu deterministik dan runtun waktu stokastik. Runtun waktu deterministik adalah runtun
waktu yang nilai observasi yang akan datang dapat diramalkan secara pasti berdasarkan
observasi lampau dan Runtun waktu stokastik adalah runtun waktu dengan nilai observasi yang
akan datang bersifat probabilistik, berdasarkan observasi yang lampau. Metode runtun waktu ini
disebut juga univariate time series adalah suatu teknik peramalan yang didasarkan pada data
historis dengan melibatkan hanya satu variabel walaupun variabel lainnya dianggap penting
tetapi tidak dimasukkan dalam model.

230
Peramalan runtun waktu menjelaskan bahwa kejadian yang terjadi pada masa lalu
merupakan fungsi dari kejadian di masa depan, dengan demikian variabel yang dilihat
hanya variabel yang diteliti dan variabel waktu itu sendiri. Jadi model ini melihat perilaku
data di masa lalu kemudian diterapkan di masa depan, jadi variabel dan ukurannya serta
satuannya (misalnya harian, mingguan dan sebagainya) yang digunakan pada masa lalu sama
dengan di masa depan.
Data runtun waktu (time series) pada hakekatnya terdiri dari empat komponen: yaitu:
1). Kecenderungan (trend), yaitu grak naik turun dalam jangka panjang. 2). Musiman (
Seasonality), 3). Siklus (cycle) dan variasi acak (random variation) atau variasi yang tidak
memiliki pola (irregular variation). Analisis trend digunakan untuk mempelajari kecenderungan
atau arah suatu aktivitas, baik berbentuk linear ataupun non linear misalnya trend kuadrat.
Runtun waktu musiman menunjukkan gejala atau pristiwa yang terjadi secara musiman.
Dengan mengetahui gejala musiman suatu peristiwa ekonomi misalnya, maka dengan mudah
dapat diketahui sifat dari suatu peristiwa. Tentu kuantitas yang tersedia pada musin panen
hasil pertanian jauh lebih banyak yang tersedai dibanding dengan waktu-waktu lainnya. Jadi
bentuk data runtun waktu musiman telah memiliki pola tertentu. Berbeda halnya dengan siklus
dan variasi acak yang tidak memiliki pola tertentu, sehingga alat analisis yang dipakai untuk
meramal data tentu berbeda pula.

6.8.1.1.Metode Naif
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dibanding metode runtun waktu
lainnya. Penentuan nilai variabel yang diramalkan disamakan dengan angka atau nilai
sebelumnya. Metode ini menggunakan formula sebagai berikut:
Ft = At-1
Dimana:
Ft adalah nilai prediksi pada periode t
At-1 adalah nilai aktual pada periode sebelumnya t-1
Sebagai contoh jika tahun 2007 total nilai pajak bumi dan bangunan (PBB) suatu
wilayah adalah Rp. 50 milyar rupiah maka tahun 2008 juga sama dengan nilai tersebut.

6.8.1.2. Metode Rata-rata Bergerak ( Moving Average)


Rata-rata bergerak sangat berguna ketika jika diasumsikan bahwa data runtun waktu
akan tetap ada sepanjang waktu. Teknik digunakan dengan asumsi bahwa pola data runtun
waktu bertahan dari waktu ke waktu. Metode ini dilakukan dengan menjumlahkan
besarnya data pada berapa periode tertentu kemudian dibagi dengan jumlah runtun waktu.
Secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:

nk

Y ki
MA(n)  i
nk

Dimana:
Y adalah nilai variabel
nk banyak data pada periode k , k-1 = k

Contoh perhitungan:

231
Tahun Yi (MA3) Penjelasan
1997 36
1998 25
1999 28
2000 50 . =(36+25+28)/3
2001 58 34.33 =(25+28+50)/3
2002 60 45.33
2003 55 56.00
2004 69 57.67
2005 56 61.33
2006 70 60.00
2007 76 65.00
2008 65 67.33 =(56+70+76)/3
70.33 =(70+76+65)/3

Jadi diperoleh hasil ramalan 70,33 pada tahun 2009.

6.8.1.3. Rata-Rata Bergerak Tertimbang (Weighted Moving Averages)

Rata-Rata Bergerak Tertimbang atau Weighted Moving Averages (WMA) merupakan


perbaikan dari metode rata-rata bergerak. Jika rumus rata-rata bergerak menunjukkan semua
data memiliki bobot yang sama, yaitu 1/k dengan kata lain semua data yang ada dianggap
sama pentingnya, maka pada metode WMA, data memimiliki bobot yang berbeda. Hal ini
sesuai dengan kenyataaan, bahwa suatu variabel yang sama dengan tahunan yang
berbeda dapat menimbulkan dampak yang berbeda dibanding variabel lainnya. Sebagai
contoh variabel pengeluaran pemerintah tahun ini mungkin lebih banyak pengaruhnya
dalam memperbaiki kondisi usaha kecil dan menengah (UKM) di banding tahun
sebelumnya. Secara matematis Rata-Rata Bergerak Tertimbang (Weighted Moving Averages,
WMA) dirumuskan sebagai berikut:

n
MA(n)   i X i
i 1

Keterangan:

 i adalah bobot untuk observasi ke-i


Xi adalah nilai variabel
n banyaknya periode

Contoh:

Sebagaimana pada contoh moving average yang menggunakan data tahunan. Jika
bobot diberikan sebagai berikut: 5/10 untuk data tahun sebelumnya, 2/10 untuk data dua
tahun sebelumnya dan 3/10 untuk data tiga tahun sebelumnya sehingga diperoleh:

232
Tahun Xi (MA3) Penjelasan
1997 36
1998 25
1999 28
2000 50 29.67
2001 58 34.33
2002 60 45.33
2003 55 56.00
2004 69 57.67
2005 56 61.33
2006 70 60.00
2007 76 65.00
2008 65 67.33
=65(3/10)
+(76)(2/10)
69,7 +(70) (5/10)

6.8.1.4. Metode Extrapolasi/Trend


Metode extrapolasi adalah suatu teknik yang digunakan dalam peramalan dengan
melihat pertumbuhan suatu obyek di masa lalu kemudian melanjutkannya di masa datang
sebagai proyeksi. Metode extrapolasi mengasumsikan pertumbuhan suatu obyek atau variabel
ekonomi di masa lalu akan sama dengan pertumbuhan ekonomi di masa datang. Metode ini
dapat dibagi dua, yaitu metode grafik dan metode Trend. Cara grafik merupakan cara yang
mudah untuk melihat perkembangan atau kecenderungan perkembangan obyek atau sektor
ekonomi. Untuk menggunakan metode ini diperlukan biasanya data runtun waktu (time
series) dipasangkan dengan tahun-tahun yang bersangkutan. Misalnya jumlah penduduk
dijadikan sebagai sumbu vertikal dan tahun sebagai sumbu horizontal, sehingga arah
kecenderungan perkembangan obyek (misalnya penduduk) dapat dilihat dengan jelas yang
dinyatakan dengan garis lurus.
Metode trend adalah suatu metode untuk meramalkan suatu obyek atau
perkembangan sektor ekonomi di masa lalu dengan menitikberatkan perhatian pada rata-rata
selisih suatu periode. Metode ini dalam bentuk linear dapat dinyatakan dengan formulasi
sebagai berikut (Taringan, 2015):

Pt = Po +  (n-1)
Dimana:
Pt adalah jumlah penduduk pada tahun t
Po adalah penduduk pada tahun dasar
n adalah jumlah tahun
 adalah pertambahan rata-rata

Contoh. Meramalkan Jumlah Penduduk Suatu daerah sebagai berikut:

Tabel … Perhitungan dengan Menggunakan

233
Metode Extrapolasi/Trend
Jumlah
No. Tahun Penduduk Pertambahan
( juta Orang)
1 2003 21.45
2 2004 22.00 0.55
3 2005 22.50 0.50
4 2006 23.00 0.50
5 2007 23.30 0.30
6 2008 23.60 0.30
Jumlah 2.15
Rata-rata 0.43

Proyeksi penduduk untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut

P2009= P2003 + 0.43 (6-1)

P2009= P2004 + 0,43 (6-1)

P2009= 21,45+ 0,45 (5)


P2009= 23,7

Jadi jumlah penduduk pada tahun 2009 diperkirakan menjadi 23.700.000 orang.
Berbeda halnya jika trend masa lalu diketahui tidak linear tapi garis lengkung yang menaik
(eksponensial) maka rumus di atas menjadi

Pt  P0 (1  r )n 1

Jumlah
No. Tahun Penduduk Pertambahan Proporsi
( juta Orang) Pertambahan
1 2003 21.45
2 2004 22.00 0.55 0.02564103
3 2005 22.50 0.50 0.02564103
4 2006 23.00 0.50 0.02564103
5 2007 23.30 0.30 0.02564103
6 2008 23.60 0.30 0.02564103
Jumlah 0.12820513
Rata-rata 0.03

Proyeksi penduduk untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut

Pt  P0 (1  r )n 1

234
P2008  P2003(1  0.03)6 1
P2008  21,45 (1,03)5
P2008  21,45 (1,59) = 24,86
Jadi jumlah penduduk pada tahun 2009 diperkirakan menjadi 24.600.000 orang.

6.8.2. Metode Regresi


Regresi adalah salah satu alat yang dapat dipakai sebagai alat untuk melakukan
peramalan atau forecasting. Dengan menggunakan regresi dapat dilakukan peramalan
dengan mudah karena jika diketahui persamaan Regresinya, maka tinggal memasukkan nilai
tertentu (misalnya hari, minggu, bulan dan sebagainya) akan diketahui data atau nilai yang
akan diramalkan. Dalam forecasting, Variabel bebas (independent variable) dalam persamaan
Regresi linear Sederhana misalnya diperlakukan sebagai tahun sedangkan variabel tak bebas
(dependent) diperlakukan sebagai objek ramalan, misalnya pengeluaran pemerintah, PDB
dan sebagainya.
Regresi merupakan alat analisis yang sangat umum digunakan, terutama oleh
Perencana untuk menentukan kebijakan dan tindakan di masa datang. Pada dasarnya Regresi
dapat dibagai dua bahagian, yaitu regresi lienar dan Regresi non Linear. Regresi liener
adalah persamaan garis yang memiliki pangkat satu, sedangkan regresi non linear memliki
pangkat dari variabel tidak sama dengan satu. Atau dengan kata lain jika digambarkan
dalam suatu bidang koordinat salib berupa garis lurus. Selanjutnya regresi liener dapat
dibagi lagi dua, regresi linear sederhana (simple linear regression) dan Regresi linear
berganda ( multiple linear Regresion)
Menentukan garis yang paling sesuai dengan keadaan atau arah data, harus dilihat
terlebih dahulu diagram pencarnya yang mengambarkan titik-titik pasangan sumbu koordonat
salib. Dari tebaran titik tersebut dapat ditentukan persamaan garis yang sesuai atau paling
mendekati keseluruhan dari titik-titik tersebut. Selain dari pada itu juga nilai co-varaiannya
antara dua variabel dan seharusnya dipilih yang memberukaan nilai co-varaiance terbesar.
Yang perlu diingat bahwa metode regresi memiliki asumsi sama dengan metode
extrapolasi, yaitu kondisi perubahan variabel akan diperlakukan atau dianggap sama dengan
kondisi mendatang, sehingga peristiwa yang terjadi di masa silang akan berlanjut di masa
datang.

6.8.2.1.Metode Regresi Linear

Metode regresi Linear Sederhana dalam kasus forcasting adalah penghalusan dari
metode extrapolasi garis lurus. Dalam metode garis lurus akan ditentukan grasis lurus sebagai
estimasi terbaik (dengan kesalahan sekecil mungkin). Dalam suatu bidang kordinat salib,
selisih antara masing-masing titik dengan garis tersebut dikudratkan agar terhindar dari pada
penjnulahn yang menghasilkan nilai nol. Dengan demikian metode ini disebut dengan
metode kuadrat terkecil (least squares method).

a.Sederhana
Regresi Linear Sederhana adalah persamaan garsi lurus yang han ya terdiri satu
variabel bebas (independent variable) dan satu varaibel tak beas (dependent varaiabel).

235
Dengan kata lain dapat digambarkan dengan jelas pada suatu bidang koordinat sumbu
salib.
Regresi linear sederhana sangat populer dalam menforecasting data
Karena sangat mudah digunakan dan merupakan penghalusan dari metode extrapolasi.
Regresi ini secara sederhana dinyatakan sebagai berikut:
Yt = a + b Xt
Dimana:
Xt adalah waktu t
Yt adalah observasi pada waktu t
a adalah konstanta
b adalah kemiringan atau arah garis
Salah satu yang konsep yang sangat penting dalam peramalan adalah waktu atau
tahun dasar. Tahun dasar merupakan awal kita bergerak, berpatokan dan dasar untuk
menentukan langkah selanjutnya. Dalam regresi Linear Sederhana, tahun dasar dapat saja
ditentukan dari permulaan atau pertengahan suatu periode.
Dari data obserbasi yang jumlahnya n, dapat ditentukan nilai-nilia intercep a
dan kemeringan b dengan menggunakan metode kwadrat terkecil, atau dengan mudah
dengan menggunakan kemasan paket program staiutik SPSS (statistical program for sicial
scisence) versi 10 yang banyak kita jumpai dalam berbagai analisis data.

b. Berganda
Regresi linear berganda merupakan pengembangan dari pada Regresi linear sederhana.
Jenis regresi ini telah menggunakan lebih dari satu varaibel bebas, walaupun variabel
dependennya atau varaibel tak bebasnya tetap hanya satu variabel sebagaimana pada regresi
liner sederhana. Jenis Regresi ini juga dapat dijadikan sebagai salah satu alat regresi
melalui bantuan regresi liniar sederhana dengan melakukan forcenting terdahulu terhadap
varaibel bebasbya, karena yang terpenting adalah harus menetukan nilai terdahulu varaibel
bebabasnya lkemudian memasukkamn nilai kepada p[ersamaan regresi liner berganda. Sevara
matematis Tregresi Liner Berganda dinyatakan sebagai berikut:

Yt  o  1 X1t   2 X 2t  3 X 3t  ...   n X nt   t

6.8.2.2..Regresi non Linear

6.8.2.2.1. Regresi Sederhana (satu variabel bebas)


a. Parabola kuadratik
Regresi kuadratik adalah persamaan matematis yang menggambarkan hubungan
antara stau variabel bebas dan juga satun variabel tak bebas yang ditandaio dengan
garis yang melengkung. Dengan kata lain, suatu persamaan yang sudah memliki
nilai optimal (maksimum atau minimum). Secara matematis, persamaan regresi dapat
dianyatakan sebagai be
Yt   o  1 X t   2 X t2   t

b. Parabola kubik

236
Yt  o  1 X t   2 X t2  3 X t3   t

c. Eksponen
Y  ab X
Atau

ln Y  ln a  ln b X
Y  aebX
atau
ln Y  ln a  b X

d. Geometrik
Y  aX b
atau
ln Y  ln a  b ln X
e. Logistik
1
Y
ab X

atau

1
 ab X
Y
atau
 ln Y  ln a  ln b X

f. Hiperbola

1
Y
a  bX

1
 a  bX
Y

6.8.2.2.2. Regresi Ganda (lebih dari satu variabel bebas)

a. Fungsi Cobb Douglas

n
Y  A X i e u ,
bi
i 1
Atau

237
n
ln Y  ln A  bi  ln X i ,
i 1

Untuk dua variabel bebas dinyatakan sebagai


Y  AK  L ,     1 (bentuk asli fungsi Cobb Douglas)

6.8.2.3. Multivariate Regression


Multivaraiate regression adalah suatu bentuk regresi yang memiliki lebih dari satu
variabel tak bebas (dependent) sedangkan variabel bebasnya
terdiri dari satu atau lebih, atau biasa juga disebut persamaan simultan (simulatanious
equation). Inilah salah bentuk yang paling ideal dalam hubungan sebeb akibat, sebab
dalam dunuai nyata kita hidup adalam suatu sistem, sehingga suatu keadaan atau varaibel
saling pengaruh mempenagruhi anatra satu sama lain. Dalam hal ini tidak dikenal varaibel
bebas dan varaibel tak bebas, tetapi yang ada adalah varaibel endogen (endogenous
variable) dan varaibel eksogen (exogenous variable).

6.8.3. Regersi dengan Runtun Waktu Satu Variable

Dalam model runtun waktu, informasi yang ada mengenai nilai masa lalu dari
variabel ekonomi, yt berguna untuk memprediksi nilai masa datang. model yang biasa
dipakai adalah Autoregressive (AR ), Moving average (MA), Autoregressive Moving
Average (ARMA) dan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA).

6.8.3.1. Autoregressive Process (AR)

Yt    1Yt 1   2Yt  2  3Yt 3  ...   nYp   t , t= 1,2,3… T

Dimana =
Y = Variabel dependen pada waktu t
t
 i = Parameter autoregresive ke-i (i= 1,2,3…n)
Yt , Yt 1 , Yt 2 , Yt 3 ,..., Yp adalah variabel-variabel independen,
merupakan lag (beda waktu) dari dependen pada satu periode
sebelumnya hingga n periode sebelumnya.
 t adalah suku kesalahan random.

Misalkan  adalah rata-rata dari Y, sehingga diperoleh

(Yt   )  1 (Yt 1   )   2 (Yt  2   )  3 (Yt 3   )  ...   n (Yp   )   t

238
Dimana  i adalah paramater intercept dan  t adalah suku kesalahan random
(disturbance). Model Autoregressive dengan order n, AR (p). Disturbance  t diasumsikan
tidak berkorelasi, memiliki mean nol dan variansi konstan  2 dengan notasi  t ~ (0,  t2 )
Jadi Yt adalah autoregressive orde ke p. Perhatikan model tersebut di atas nilai-nilai Y
terdahulu sudah tercover, sehingga tidak ada lagi Regressor lain. Sehubungan dengan hal in
maka dikatakan data menjelaskan pada dirinya sendiri (data speak for themselves). Termasuk
jenis model yang disederhanakan (reduced form model) dalam ilmu Ekonometrika.

6.8.3.2. Proses Rata-rata Bergerak (Moving Average, MA)

Model rata-rata bergerak dengan orde n, MA(n) diformulasikan

Yt    0tt  1tt 1   2tt 2  ...   ntt n   t , t= 1,2,3… n

Dimana  adalah pamater intercept dan  i adalah unknown parameter i dari model
moving average dengan order n, MA (n). Disturbance  t diasumsikan tidak berkorelasi,
memiliki mean nol dan variansi konstan  2 dengan notasi  t ~ (0,  t2 )

6.8.3.3. Autoregressive –Moving Average Model Process (ARMA)

Model runtun waktu yang mengandung komponen Autoregressive (AR) dan Moving
Average (MA) disebut dengan ARMA (p,q) dimana p dan Q adalah order dari komponen
AR dan MA. Model statistik dari (ARMA (p,q), secara umumn dapat dituliskan

Yt    1Yt 1   2Yt  2  3Yt 3  ...   pYt  p   t  1et 1  2et  2  ...  qet  q , t= 1,2,3… n

6.8.3.4. Autoregressive Integrated Moving Average Process (ARIMA)

Pembahasan proses time-series AR, MA dan ARIMA didasarkan pada asumsi bahwa
time series itu adalah proses stasioner. Namun demikian banyak proses time series yang
diobservasi adalah non stasioner. Contoh AR (1) dengan 1  1 (disebut dengan random
walk), adalah bukan proses stasioner (Granger and Newbold, 1986).
Model Autoregresif Integrated Moving Average (ARIMA) adalah model yangsecara penuh
mengabaikan independen variabel dalam membuat peramalan. ARIMAmenggunakan nilai masa lalu
dan sekarang dari variabel dependen untuk menghasilkanperamalan jangka pendek yang akurat.
ARIMA cocok jika observasi dari deret waktu (time series) secara statistik berhubungan satu sama
lain (dependent
Yt  Yt 1  et , t= 1,2,3… T
Banyak series variabel ekonomi dan finansial (stock price) ditemukan menunjukkan
karakteristik non-stationer (khususnya random walk). Untungnya, banyak proses time series

239
yang tidak stasioner dapat ditransformasikan dengan melakukan perbedaan tingkat pertama
atau lebih, untuk membuatnya stationer, sebagai contoh:

Perbedaan tingkat satu


Yt  Yt 1  et

Perbedaan tingkat dua

wt  (Yt  Yt 1 )  (Yt 1  Yt  2 )

Runtun waktu seperti hal tersebut disebut proses yang terintegrasi (integrated
processes). Banyaknya differencing untuk mendapatkan time series yang stationer disebut
dengan order dari proses terintegrasi. Jika xt adalah sebuah runtun waktu yang sudah dibuat
stasioner dengan differesing satu kali atau lebih dari runtun waktu yang asli, yt maka bisa
direpresentasikan xt, menggunakan model ARMA (p,q) dan mengestimasi parameter-
parametrnya. Dalam kasus ini series yt disebut dengan proses autugresive-integreated-moving
average order p,d,q dimana d menunjukkan banyaknya differencing untuk mendapatkan
series stationer.

Bentuk umum ARIMA adalah


ϕ (B) Z = θ (B) a
t t
ϕ(B)= (1- ϕ 1B -…. – ϕ pBp), operator AR
θ(B)= (1- θ1B -…. – θqBq), operator MA

Persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentuk :


Z = (1 + φ ) Z + (φ -φ ) Z + ...+ (φ -φ ) Z - φ Z + a + θ a + …+ θ a
t 1 t-1 2 1 t-2 p p-1 t-p p t-p-1 t 1 t-1 q t-q
Runtun waktu yang nonstasioner fakta-nya akan menurun secara linier dan lambat.
Tingkah gerak teoritik ini tentunya ―ditiru‖ oleh fak estimasi dari data, apabila ada
kecenderungan fak estimasi {r } tidak menurun dengan cepat maka runtun waktunya
k
nonstasioner.
Nonstasioner merupakan asumsi yang sangat bermanfaat dalam mempelajari runtun waktu.
Nonstasioner yang ditunjukkan adalah runtun waktu tersebut dikarakteristikkan sebagai
nonstasioneritas homogen. Nonstasioneritas yang homogen ditunjukkan oleh runtun waktu yang
selisih (perubahan) nilai-nilai yang berurutan adalah stasioner. Model linier runtun waktu
nonstasioner homogen dikenal sebagai model Autoregresif Integrated Moving Average (ARIMA)
Dengan menuliskan derajat selisih dengan d , maka suau proses ARIMA dapat digambarkan
dengan dimensi p,d,q. Jadi ARIMA (p,d,q) berarti suatu runtun waktu nonstasioner yang setelah
diambil selisih ke d menjadi stasioner yang mempunyai model Autoregresif derajat p, dan Moving
Average derajat q. Selanjutnya proses ARIMA yang tidak mempunyai bagian Moving Average
ditulis sebagai ARI(p,d) dan ARIMA tanpa bagian Autoregresif ditulis IMA (d,q).

240
6.8.4. Proyeksi dan Kebutuhan Investasi
Perencanaan tidak bisa dilepaskan dari proyeksi, kerena merupakan bagain penting dari
perencanaan itu sendiri. Penelitian yang mencakup proyeksi atau lainnya, sangat diperlukan,
untuk menentukan tujuan atau target suatu perencanaan. Sebagaimana diketahui bahwa
perencanaan berorientasi kepada masa depan, sehingga proyeksi itu adalah melekat dengan
perencanaan baik yang bersifat makro ataupun mikro.
Beberapa alat analisis yang digunakan untuk melakukan proyeksi, antara lain
a. Regresi linear sederhana ( linear trend)
Y= a +bX
b. Regresi non linear (trend non linear)
Y = aXb
c. Confounding faktor atau rumus pertumbuhan penduduk
a. Yt = Yo (1+ r) t 1
b.Yt = Yo (1+t r)

Pertumbuhan ekonomi yang telah dijelaskan terdahulu dapat dicapai jika tersedia
investasi yang diperlukan sebagaimana akan disajikan berikut. Pertumbuhan ekonomi dapat
tercipta jika terjadi pertumbuhan kapital dan tenaga kerja. Kapital tumbuh jika ada
investasi dan tenaga kerja juga dapat tumbuh baik kualitasnya ataupun produktivitasnya.
Prediksi dilakukan dengan menggunakan fungsi Cobb-Douglas dengan
menetapkan angka pertumbuhan ekonomi dan ICOR terlebih dahulu. Pertumbuhan ekonomi
disajikan dengan beberapa alternative untuk memperoleh nilai atau ramalan produksi.
Kapital dan Investasi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagaimana tertera
di bawah ini:

Jika dilihat dari segi pertumbuhan, maka salah satu indikator utamanya adalah
pertumbuhan output (Armstrong and Taylor, 1997). Selanjutnya pertumbuhan ini dapat
dijelaskan dengan menggunakan model pertumbuhan Neo Klasik sebagai berikut
Yt = f(Kt,Lt)
dimana:
Yt = output real pada tahun ke-t
Kt = stok kapital pada tahun ke-t
Lt = tenaga kerja pada tahun ke-t
Persamaan (2) menunjukkan bahwa peranan teknologi diabaikan dalam pertumbuhan,
suatu asumsi yang kurang tepat, sehingga jika peranan ini diperhitungkan, fungsi Cobb-Douglas
dinyatakan sebagai

Yt  A Kt Lt  (*)

Dari persamaan (*) diperoleh:

Kt = ICOR  Yt

dKt =I=ICOR*  * g*Yt

241
g adalah growth

6.9. Tipologi Klaassen


Model Tipologi Klassen diperkenalkan oleh Leo Klaassen (1965) yang digunakan
untuk menggolongkan daerah-daerah yang makmur dan daerah-daerah yang miskin dengan
menggunakan ukuran atau indicator ekonomi, seperti pendapatan atau PDRB. Selain dari pada
dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan
sektoral daerah. Menurut tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat
diklasifikasikan sebagai sektor Prima, Berkembang, Potensial dan Terbelakang. Analisis ini
mendasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi
sektor tertentu terhadap total PDRB daerah. Dengan menggunakan analisis tipologi Klassen
satu sektor dapat dikelompokkan :
1. Sektor Prima
2. Sektor Potensial
3. Sektor Berkembang Negatif
4. Sektor Terbelakang

Penentuan kegiatan suatu sektor ke dalam empat kategori di atas didasarkan pada laju
pertumbuhan kontribusi sektoralnya dan erat berkontribusi sektoralanya terhadap PDRB,
seperti yang ditunjukkan:

Tabel … Tipologi Klaassen


Rerata nilai
Sektoral

Rerata
Laju Pertum-
Ysektor  YPDRB Ysektor  YPDRB
buhan sektoral

rsektor  rPDRB Sektor Prima Sektor potensil


rsektor  rPDRB Sektor berkembang Sektor Terbelakang
Negatif

Keterangan:
Ysektor = Nilai sektor ke-i
YPDRB = Rata-rata PDRB
rsektor = Laju pertumbuhan sektor ke-i
rPDRB = Rata-rata pertrumbuhan PDRB

Tabel … menjukkan bahwa sector dikelompokkan menurut kudrant, yairi I, II, III dan
IV. Sektor atau wilayah yang terletak pada tipe I disebut dengan daerah atau sector prima,
artinya memiliki kemampuan yang prima, dimana baik nilainya atau pertumbuhannya
melebihi dari sektor atau wilayah-wilayah lainnya.

6.10. Model Rasio Pertumbuhan


Model rasio pertumbuhan (MRP) adalah salah satu model wilayah yang
menjelaskan rasio pertumbuhan yakni membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan
pertumbuhan skala yang lebih kecil terhadap skala yang lebih besar. Terdapat dua rasio

242
pertumbuhan dalam analisis tersebut, yaitu: rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) dan rasio
pertumbuhan wilayah referensi (RPr)
MRP digunakan untuk mengetahui dan mengkaji kondisi kegiatan ekonomi (struktur
ekonomi) yang potensial baik di suatu daerah yang diukur dengan parameter hasil perhitungan
MRP (Model Rasio Pertumbuhan) Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai MRP
sebagai berikut:

g
MRP  st (*)
G
t
Dimana:
MRP adalah model rasio pertumbuhan
gst adalah pertumbuhan ekonomi sektor s pada tahun t
Gt adalah pertumbuhan ekonomi (semua sector) pada tahun t

Alat Analisis Model Rasio Pertumbuhan adalah alat untuk membandingkan pertumbuhan
suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih luas maupun yang lebih kecil, sehingga model (*)
dapat ditulis sebagai
1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi, RPR.
2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi, RPS
Secara matematis RPR dan RPS dapat ditulis sebagai berikut:

EiR / EiR (t )
1. RPR 
E R / E R (t )

yaitu : perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i di wilayah Referensi dengan laju
pertumbuhan total kegiatan ( misalkan PDRB) Referensi
dimana :
EiR = Perubahan nilai output sektor i di wilayah referensi pada satu periode waktu

N = Jumlah tahun antara dua periode waktu t dan t+n


EiR (t ) = Nilai output sektor i pada tahun awal periode di wilayah referensi
ER = Perubahan nilai total output sektor i di wilayah referensi pada satu periode waktu

ER (t ) = Nilai total output sektor pada tahun awal t di wilayah referensi


EiS / EiS (t )
2. RPS 
E S / E S (t )
yaitu : perbandingan antara laju pertumbuhan sektor i di wilayah studi dengan laju
pertumbuhan total kegiatan i di wilayah studi.
dimana :
EiS = Perubahan nilai output sektor i di wilayah studi pada satu periode waktu

243
N = Jumlah tahun antara dua periode waktu t dan t+n
EiS (t ) = Nilai output sektor i pada tahun awal periode di wilayah wilayah studi
ES = Perubahan nilai total output sektor di wilayah studi pada satu periode waktu
ES (t ) = Nilai total output sektor di wilayah studi pada tahun awal t

Model rasio pertumbuhan yang terdiri dari Rasio Pertumbuhan wilayah studi (RP S )
dan Rasio Pertumbuhan wilayah acuan (RP R ) dapat digabung menurut atau tanda (positif
atau negatif) dalam kuadran, sehingga membentuk empat kriteria, Gambar 5.

RPs > 1 (diberi tanda < 1 (diberi tanda


RPr Positif) Negatif)

> 1 (diberi anda Sektor dengan Sektor Pertumbuhan


Positif) Pertumbuhan Wilayah Referensi yang
dominan menonjol
< 1 (diberi tanda Sektor Pertumbuhan Sektor dengan
Negatif) Wilayah studi yang Pertumbuhan Rendah
menonjol
Gambar 5: Kriteria MRP

1. Analisis Overlay
Analisis Overlay dimaksudkan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial
berdasarkan kriteria pertumbuhan (MRP) dan kriteria kontribusi (LQ)
Terdapat 4 kemungkinan dalam analisis ini yaitu :
1. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+), menunjukkan sektor sangat dominan baik dari
pertumbuhan maupun dari kontribusi
2. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-), menunjukkan sektor pertumbuhannya dominan tetapi
kontribusinya kecil. Sektor dapat ditingkatkan kontribusinya untuk dipacu menjadi
kegiatan yang dominan.
3. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+), menunjukkan sektor yang pertumbuhannya kecil
tetapi kontribusinya besar. Sektor ini sangat memungkinkan merupakan kegiatan yang
sedang mengalami penurunan.
4. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-), menunjukkan bahwa sektor tidak potensial baik dari
kriteria pertumbuhan maupun dari kriteria kontribusi.
atau secara lebih jelasnya Analisis Overlay dapat dinyatakan dalam Kuadran sebagai tertera
pada , Gambar 6.1.

244
MRP Negatif Positif
LQ

Positif . Sektor ini sangat sektor i yang sangat


memungkinkan dominan baik dari
merupakan kegiatan yang pertumbuhan maupun
sedang mengalami dari kontribusi
penurunan.
Negatif Sektor menunjukkan Sektor dapat ditingkatkan
bahwa sektor i yang tidak kontribusinya untuk dipacu
potensial baik dari menjadi kegiatan yang
kriteria pertumbuhan dominan.
maupun dari kriteria
kontribusi
Gambar 6.1 : Kriteria Overlay

Dengan mempertimbangkan hasil analisis MRP dengan analisis LQ


(overlay) maka deskripsi struktur ekonomi di wilayah perbatasan Kalimantan Timur dapat
ditentukan

Kriteria MRP
RPs
> 1 (diberi tanda < 1 (diberi tanda
Positif) Negatif)

RPr

> 1 (diberi tanda Sektor dengan Sektor Pertumbuhan


Positif) Pertumbuhan Wilayh Referensi
dominan yang menonjol
< 1 (diberi tanda Sektor Pertumbuhan Sektor dengan
Negatif Wilayh studi yang Pertumbuhan Rendah
menonjol
Gambar 6.2. Kriteria MRP

Contoh:
Penggunaan MRP di Kabupaten Nunukan dilakukan untuk menjelaskan model ini
secara rinci. Pada mulanya dihitung pertumbuhan setiap sektor di wilayah studi dan di
wilayah referensi. Jelasnya dapat dilihat berikut

245
Tabel 6.1. Indeks Model Pertumbuhan Kabupaten Nunukan
dan Kalimantan Timur
No. Sektor RPs RPr
Riel Nominal Riel Nominal
1 Pertanian 0.3133 - 0.7795 -
-
2 Pertambangan dan Penggalian 0.0956 - 1.4537 +
3 Industri Pengolahan 5.5741 + -0.7268 -
4 Listrik, Gas dan Air Bersih. 1.4280 + 1.5710 +
5 Kontruksi 2.5432 + 2.4768 +
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.7054 + 2.1985 +
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.3625 + 2.2695 +
8 Keuangan, Persew. dan Jasa Peru. 2.6283 + 2.6189 +
9 Jasa-Jasa 3.0100 + 1.6315 +
Sumber : Data Diolah, 2012

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.80, deskripsi kegiatan ekonomi di suatu daerah
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Pada Kabupaten Nunukan dari sembilan sektor tersebut hampir semuanya menjadi
dominan pertumbuhan.
b. Sektor industri pengolahan pada tingkat Propinsi Kalimantan Timur mempunyai
pertumbuhan yang menonjol akan tetapi pada Kabupaten Nunukan belum nampak
penonjolannya.
c. Sektor pertambangan pada tingkat Propinsi Kalimantan Timur pertumbuhannya tidak
menonjol, akan tetapi pada Kabupaten Nunukan pertumbuhannya sangat menonjol.
d. Sektor pertanian baik di Propinsi Kalimantan Timur maupun di Kabupaten Nunukan
pertumbuhannya rendah.

Contoh penggunaan Overlay


Tabel 4.81 menggambarkan sektor-sektor ekonomi suatu daerah kabupaten yang memiliki
RPs dan LQ yang lebih besar atau lebih kecil satu. Sektor-sektor yang memiliki nilai RPs
dan LQ lebih besar satu berarti sektor tersebut sangat dominan baik dari segi pertumbuhan
maupun dari segi kontribusi.
Selanjutnya di kabupaten Nunukan sektor yang termasuk golongan ini adalah listrik,
gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan hotel dan restoran dan jasa-jasa. Selanjutnya dapat
dilihat pada tabel yang sama bahwa tidak terdapat sektor yang tidak potensial baik dari segi
kontribusi maupun dari segi pertumbuhan .

246
Tabel 6.2. Overlay Kabupaten Perbatasan

No. Sektor RPs LQ


Riel Nominal Riel Nominal
1 Pertanian 0.3133 - 7.6215 +
2 Pertambangan dan Penggalian -0.0956 - 1.6490 +
3 Industri Pengolahan 5.5741 + 0.0362 -
4 Listrik, Gas dan Air Bersih. 1.4280 + 3.8707 +
5 Kontruksi 2.5432 + 4.4273 +
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.7054 + 2.9987 +
7 Pengangkutan dan Komunikasi 2.3625 + 0.9130 -
8 Keuangan, Persew. dan Jasa Peru. 2.6283 + 0.1247 -
9 Jasa-Jasa 3.0100 + 5.5365 +
Sumber : Data Diolah, 2012

6.11. Analytic Hierarchy Process (AHP)


Metode AHP merupakan salah satu teknik untuk menyelesaikan suatu permasalahan
secara structural dari sustu permasalahan yang sederhana sampai kompleks dalam
mengambil suatu keputusan, dikembangkan oleh Thomas L. Saaty sekitar tahun 1970 an,
seorang ahli matematika. Metode ini membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengan
menstruktur suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengan menarik
berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga
menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan,
lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah
dibuat.
Menurut Thomas L. Saaty, Penggunaan AHP dapat dilakukan melalui proses sebagai berikut:
1. Susun suatu permasalahan dalam bentuk hirarki yang mencakup tujuan, menyelidiki
beberapa alternative dan mengevaluasi beberapa alternative tersebut
2. Buat suatu prioritas dinatara elemen-lemen ghirachi tersevbut tersebut dengan
membauat suatu rankaian keputusan atau penialian yang dilandaskan pada
perbandingan dari elemen elemen tersebut.
3. Lakukan sintesa darai penilaian-penilain tersebut untuk menghasilkan prioritas yang
umum dari hirachi tersebut.
4. Cek konsistensi dcari penilaian tersebut.
5. Buat kesimpulan ikhir berdasarkan prosesn tersebujt.
AHP mencakup kegiatan sebagai berikut:
8. Pemilihan
9. Merengking
10. Melakukan prioritas
11. Aloakasi sumber daya
12. Melakuan perbandingan

247
13. Manajemen kualitas (quality manjement)

Menyusun Hirarki

Menurut Saaty, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP, yaitu
prinsipmenyusun hirarki (Decomposition), prinsip menentukan prioritas (Comparative
Judgement), dan prinsip konsistensi logis (Logical Consistency). Hirarki yang dimaksud adalah
hirarki dari permasalahan yang akan dipecahkan untuk mempertimbangkan kriteria-kriteria atau
komponen komponen yang mendukung pencapaian tujuan. Dalam memilih kriteria-kriteria pada
setiap masalah pengambilan keputusan perlu memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut:
a. Lengkap, kriteria harus lengkap sehingga mencakup semua aspek yang penting, yang
digunakan dalam mengambil keputusan untuk pencapaian tujuan.
b. Operasional, perasional dalam artian bahwa setiap kriteria ini harus mempunyai arti bagi
pengambil keputusan, sehingga benar-benar dapat menghayati terhadap alternatif yang ada,
disamping terhadap sarana untuk membantu penjelasan alat untuk berkomunikasi.
c. Tidak berlebihan, menghindari adanya kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian
yang sama
d. Minimum, diusahakan agar jumlah kriteria seminimal mungkin untuk mempermudah
pemahaman terhadap persoalan, serta menyederhanakan persoalan dalam analisis.
Decomposition Setelah persoalan didefinisikan maka perlu dilakukan decomposition, yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya.
Comparatif Judgement Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentinganrelatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat yang diatasnya. Penilaian ini
merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen. Hasil dari
penilaian ini akan ditempatkan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise
comparison. Dalam melakukan penialaian terhadap elemen-elemen yang diperbandingkan
terdapat tahapan-tahapan, yakni: a. Elemen mana yang lebih
(penting/disukai/berpengaruh/lainnya) dan b. Berapa kali sering
(penting/disukai/berpengaruh/lainnya)
Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma reciprocal, artinya jika
elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali
pentingnya dibanding elemen i. Disamping itu, perbandingan dua elemen yang sama akan
menghasilkan angka 1, artinya sama penting. Dua elemen yang berlainan dapat saja dinilai sama
penting. Jika terdapat m elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran m
x n. Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks ini adalah n(n-1)/2 karena
matriks reciprocal dan elemen-elemen diagonalnya sama dengan 1. Synthesis of Priority Dari
setiap matriks pairwise comparison kemudian dicari nilai eigen vectornya untuk mendapatkan
local priority. Karena matriks-matriks pairwise comparison terdapat pada setiap tingkat, maka
untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis antara local priority. Pengurutan
elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.
Logical Consistency Konsistensi memiliki dua makna, pertama adalah objek-objek yang serupa
dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Arti kedua adalah menyangkut
tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

248
Pohon Hirarki

Pengembangan
Industri

Investasi Investasi Investasi Asing


pemerintah Swasta
(Domestik)

Lokasi A Lokasi B Lokasi C Lokasi D

Industri Industri Kulit Indussti Industri


Sepatu Karet Makanan dan
Minuman

Gambar 6.3. Pohon Hirarki

Membuat Hirarki
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen, perlu
dipahami tujuan yang diambil secara umum. Dalam penyusunan skala kepentingan, Saaty
menggunakan patokan pada tabel berikut, pada gambar 6.4.

Gambar 6.4. Skala Dasar Bilangan Mutlak.

249
Sumber: T.L. Saaty, 2008.

Uji Konsistensi

max  n
CI 
n 1

CI = Indeks konsistensi

Penentuan max dapat dilakukan dengan menggunakan metode matriks dengan


mejumlahkan menurut baris kemuadian dilakukan normalisasi dan juga menghitung vector
eigen dari matriks pasangan relative.

Jika A adalah matriks (nxn) dan w adalah vektor maka  adalah eigenvector dari A
jika memenuhi

Aw  w

atau

Aw  w  0

(I  A) w  0 (*)

Syarat penyelesaian (*)

Dimana A adalah matriks perbandingan (pairwise) awal

det (I  A)  0
Atau dengan cara iterasi (lebih muda)
1. Kuadratkan matriks pairwise
2. Normalizikan dengan menjumlah baris, Lakukan terus sampai mencapai perbedaan matriks
normalisasi kolom yang paling kecil
Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen
vektor utama.
Ukuran lain dari Tingkat konsistensi adalah Rasio Konsistensi atau CR Consistency
ratio (CR) yang dapat ditentukan dengan membandingkan CI terhadap RI (Random Indeks). Jika
CI/RI < 0,10 adalah konsisten dan jika CI/RI > 0,10 maka kemungkinan terdapat inkonsistensi
yang serius. Tingkat konsistensi atas perbandingan pasangan pada matriks kriteria keputusan
ditentukan dengan menghitung rasio CI terhadap RI

250
AHP mengukur konsistensi dengan consistency ratio (CR). Mula-mula dihitung dulu consistency
index (CI), yang menggambarkan deviasi preferensi dari konsistensinya:
Melakukan pengujian konsistensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatkan
pada tiap tingkat hirarki. Konsistensi perbandingan ditinjau dari per matriks perbandingan dan
keseluruhan hirarki untuk memastikan bahwa urutan prioritas yang dihasilkan didapatkan dari
suatu rangkaian perbandingan yang masih berada dalam batas-batas preferensi yang logis.
Setelah melakukan perhitungan bobot elemen, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian
konsistensi matriks. Untuk melakukan perhitungan ini diperlukan bantuan table Random Index
(RI) yang nilainya untuk setiap ordo matriks dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Contoh :

Pemilihan Lokasi Pabrik

- Tujuan adalah pemilihan lokasi pabrik


- Kriteria :
a. Infrastuktur
b. Bahan baku
c. Keamanan
- Alternatives :
a. Lokasi A
b. Lokasi B
c. Lokasi C
d. Lokasi D

Pohon Hirarki

Pemilihan
Lokasi
Pabrik

Infrastruktur Bahan Baku Keamanan

Lokasi A Lokasi A Lokasi A


Lokasi B Lokasi B Lokasi B
Lokasi C Lokasi C Lokasi C
Lokasi D Lokasi D Lokasi D

Kepentingan pasangan Relatif :

Sama diberikan nilai 1


Agak starategis diberikan nilai 3

251
Strategis diberikan nilai 5
Sangat strategis diberikan nilai 7
Paling strategis diberikan nilai 9

Infrastruktur Bahan Baku Keamanan


Infrastruktur 1/1 1/2 3/1
Bahan baku 2/1 1/1 4/1
Keamanan 1/3 1/4 1/1

Proses untuk mendapatkan Vektor Eigen

Tabel di atas ditulis dalam bentuk matriks

Jumlah Baris A Normalisasi B

 1 0,5 3 3,000 1,750 8,000   12,75  0,319



A=  2 1 4 A2 = 5,333 3,000 14,000 , B = 22,333 C= 0,559
 
0,333 0,25 1 1,167 0,667 3,000   4,833   0,121

Iterasi dilakukan dengan melakukan proses sebagaimana diatas sampai menghasilkan selisih
yang sangat kecil, sehingga diperoleh Matriks kolom yang telah dinormalisasi:

0,319
G= 0,559
 0,121

0,319 0,319  0,000


Selisih (C-G)= 0,559 - 0,559 =  0,001 
 0,121  0,121   0,001

Nilai pilihan:

Infrastuktur 0,319
Bahan baku 0,558
Keamanan 0,122

252
Rangking alternative

Infrastuktur Lokasi A Lokasi B Lokasi C Lokasi D Vektor


Eigen
Lokasi A 1/1 1/4 4/1 1/6 0,116
Lokasi B 4/1 1/1 4/1 1/4 0,247
Lokasi C 1/4 1/4 1/1 1/5 0,060
Lokasi D 6/1 4/1 5/1 1/1 0,577

Bahan baku Lokasi A Lokasi B Lokasi C Lokasi D Vektor


Eigen
Lokasi A 1/1 2/1 5/1 1/1 0,379
Lokasi B 1/2 1/1 3/1 2/1 0,290
Lokasi C 1/5 1/3 1/1 1/4 0,074
Lokasi D 1/1 1/2 4/1 1/1 0,257

Keamanan Pencurian/Tahun Normalisasi


Lokasi A 34 0,301
Lokasi B 27 0,239
Lokasi C 24 0,212
Lokasi D 28 0,248

Pohon Hirarki

Pemilihan
Lokasi Pabrik
1,0

Infrastruktur Bahan Baku Keamanan


0,319 0,558 0,122

Lokasi 0,116 Lokasi 0,379 Lokasi 0,301


Lokasi 0,247 Lokasi 0,290 Lokasi 0,239
Lokasi 0,060 Lokasi 0,074 Lokasi 0,212
Lokasi 0,577 Lokasi 0,257 Lokasi 0,248

253
Lakukan rangking alternative

Infrastr Bahan Keama


uktur Baku nan

Lokasi A  0,116 0,379 0,301 0,306  Lokasi A


0,247 0,319
Lokasi B  0,290 0,239 
0,558 = 0,272
 Lokasi B
x
Lokasi C 0,060 0,074 0,212   0,094 Lokasi C
   0,122   
Lokasi D 0,577 0,257 0,248  0,328 Lokasi D

Uji Konsistensi

Menggunakan formula:

max  n
CI 
n 1

Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen
vektor utama.

Fuel
Relibi Econo Normalisasi Jumlah Eigenvector
Style lity my Baris Utama
Style 1 0.5 3 0.30003 0.285714 0.375 0.960744 0.320248
Rel 2 1 4 0.60006 0.571429 0.5 1.671489 0.557163
Fuel 0.333 0.25 1 0.09991 0.142857 0.125 0.367767 0.122589
Juml 3.333 1.75 8 1 1 1 3 1

1.06738
0.97503
0.98071
Lamda Maksimum 3.02313

3,023  3
CI  = 0,0115
3 1

Konsistensi (CI) yang lebih kecil dari 0,10 dikatakan konsisten. Jadi hirarki yang disusun
adalah konsisten.

254
Selanjutnya untuk menguji konsistensi dengan CR, dilakukan perhitungan dengan bantuan
table Random Index (RI) yang nilainya untuk setiap ordo matriks dapat dilihat pada tabel berikut
ini:

0,0115
CR   0.0198
0,58

• Rule of Thumb: C.R. ≤ 0.1 indicates sufficient consistency

Jadi hirarki menunjukkan konsisten.

6.12. Model Gravitasi


Model gravitasi pertama digunakan oleh Jean Timbergen pada tahun 1962. Model ini
dapat digunakan dalam berbagai ukuran hubungan antara dua kelompok atau lebih. Dalam
ekonomi hubungan antara dua kelompok atau wilayah dapat dinyatakan dengan
perdagangan atau lainnya. Artinya kedua wilayah mengadakan hubungan dagang.
Model utama gravitasi dapat dinyatakan sebagai:

MiM j
Fij  G (*)
Dij

Keterangan:

Fij  arus perdagangan dari wilyah i ke wilayah j

M = Ukuran ekonomi tiap daerah

D = Jarak

G = konstanta

Model Dasar gravitasi (*) dapat dikembangkan dengan menggunakan fungsi Non
Linier sebagai

255
MN
FMN  G (**)
D

Atau dalam bentuk linear dapat ditulis

ln FMN  ln G   ln M   ln N   ln D

Memperhatikan paramater-parameter pada persamaan (**) diketahui bahwa bentuk


persamaan tersebut tiada lain adalah fungsi Cobb-Doiglas dengan tiga variabel bebas.
Dengan demikian dengan mudah dapat diperoleh parameter-parameter  ,   dan G jika
tersedia data yang memadai.

6.13. Analisa SWOT


Analisis SWOT digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan
(Weakness), Peluang (Opportunity) dan Ancaman/Tantangan (Threats), dalam suatu organisasi,
shingga sangat bermanfaat digunakan dalam perencanaan pembangunan. Analisis SWOT
memuat uraian tentang kekuatan (strength), kelemahan (Weakness), baik faktor internal maupun
faktor eksternal suatu program, yang secara keseluruhan akan diuraikan sebagai berikut:

Contoh Analisis SWOT untuk suatu Jurusan Ilmu Ekonomi dan Pembangunan
A. Analisis Internal dan Eksternal
1. Strengths (kekuatan) internal
a. Proses pendidikan yang baik.
b. Kurikulum yang fleksibel.
c. Jumlah tenaga pengajar yang berkualitas.
d. Fasilitas berupa sarana dan prasarana cukup menunjang kegiatan belajar mengajar
dengan tertib dan aman.
f. Lokasi yang strategis sebagai pusat wilayah pengembangan pendidikan di Kalimantan
Timur, dan mudah terjangkau oleh kendaraan umum

2. Weakness (kelemahan)
a. Kekurangan ruang kelas, laboratorium komputer hanya 1 (satu), belum ada ruang
perpustakaan khusus untuk jurusan, buku-buku yang melayani peminjaman terhadap
mahasiswa kurang dan ruang khusus dosen belum memadai.
b. Kekurangan dana untuk pengembangan program studi.
c. Minat dan pengembangan bidang penelitian dan pengabdian masyarakat dalam
pelaksanaan Tridarma Perguruan Tinggi kurang didukung oleh dana yang memadai.
d. Terdapat perpustakaan fakultas dan jurusan yang belum memadai
e. Informasi teknologi (IT) yang kurang memadai
f. Organisasi dan manajemen serta administrasi yang belum baik
g. Mahasiswa yang terbatas jumlahnya
h. Minat mahasiswa berperestasi kurang

256
3. Opportunities (kesempatan) dari Lingkungan Eksternal
a. Adanya program pemerintah daerah untuk pengembangan sumber daya alam dan sumber
daya manusia.
b. Kalimantan Timur memiliki dan menyimpan potensi ekonomi yang besar untuk peluang
berwiraswsta dan kesempatan kerja.
c. Kalimantan Timur sangat membutuhkan tenaga yang berpendidikan Ilmu Ekonomi Dan
Studi Pembangunan, di Lembaga Perguruan Tinggi dan pemerintahan.
d. Perkembangan pembangunan dan perdagangan di Kalimantan Timur sangat pesat
sehingga membuka kesempatan kerja yang luas bagi lulusan.
e. Lulusan IESP banyak menjadi top manajer di berbagai organisasi di Kalimantan Timur
f. Kota Samarinda, Balikpapan dan Bontang adalah tiga kota dengan tujuan investasi
terbesar di Kalimantan Timur

3. Threats (ancaman) dari Lingkungan Eksternal


a. Adanya program studi di Fakultas/pada Perguruan Tinggi lain yang lebih menarik bagi
mahasiswa dan memberi peluang kerja yang lebih besar bagi lulusan
b. Adanya alternatif pilihan bagi calon mahasiswa memilih perguruan tinggi swasta
c. Prasarana dan sarana proses belajar-mengajar di Perguruan Tinggi swasta pada umumnya
lebih baik, khususnya di luar pulau.
d. Munculnya Perguruan tinggi negeri lain di Kalimantan Timur yang telah bestatus Badan
Hukum Pendidikan Pemerintah (BHPP)
e. Jurusan akuntansi dan jurusan manajemen lebih banyak dikenal masyarakat dari pada
IESP
f. Adanya pandangan sebagaian masyarakat bahwa perguruan tinggi di luar Kaltim lebih
berkualitas
Untuk memberikan gambaran secara rinci diberikan contoh analisis SWOT untuk suatu
wilayah. Dalam hal ini, diambil Kecamatan Sebatik Kabupaten Nunukan.

Tabel 6.7. SWOT Sebatik Kabupaten Nunukan


ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL

No. Kekuatan Bobot Rati Skor Kelemahan Bobot Rati Skor


ng ng
1. Proses pendidikan yang baik. 0,1 3 0,3 Kekurangan ruang kelas, 0,0625 2 0,125
laboratorium komputer hanya 1
(satu), belum ada ruang
perpustakaan khusus untuk
jurusan, buku-buku yang
melayani peminjaman terhadap
mahasiswa kurang dan ruang
khusus dosen belum memadai
2. Kurikulum yang fleksibel. 0,1 3 0,3 Kekurangan dana untuk 0,0625 2 0,125
pengembangan program studi.

3. Jumlah tenaga pengajar yang 0,1 3 0,3 Minat dan pengembangan 0,0625 1 0,0625
berkualitas bidang penelitian dan
pengabdian masyarakat dalam
pelaksanaan Tridarma
Perguruan Tinggi kurang
didukung oleh dana yang
memadai.

257
4. Fasilitas berupa sarana dan 0,1 3 0,3 Terdapat perpustakaan fakultas 0,0625 2 0,125
prasarana cukup menunjang dan jurusan yang belum
kegiatan belajar mengajar dengan memadai
tertib dan aman
5. Lokasi yang strategis sebagai 0,1 3 0,3 Informasi teknologi (IT) yang 0,0625 1 0,0625
pusat wilayah pengembangan kurang memadai
pendidikan di Kalimantan Timur,
dan mudah terjangkau oleh
kendaraan umum

6 Organisasi dan manajemen serta 0,0625 2 0,125


administrasi yang belum baik

7 Mahasiswa yang terbatas 0,0625 1 0,0625


jumlahnya

8 Minat mahasiswa berperestasi 0,0625 1 0,0625


kurang

Kekuatan 0,5 3 1,5 Kelemahan 0,5 1,5 0,75

ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL

No. Peluang Bobot Ratin Skor Tantangan Bobot Ratin Skor


g g

1 Adanya program pemerintah daerah 0,083 4 0,332 Adanya program studi di 0,083 2 0,166
untuk pengembangan sumber daya Fakultas/pada Perguruan
alam dan sumber daya manusia. Tinggi lain yang lebih menarik
bagi mahasiswa dan memberi
peluang kerja yang lebih besar
bagi lulusan

2 Kalimantan Timur memiliki dan 0,083 4 0,332 Adanya alternatif pilihan bagi 0,083 1 0,083
menyimpan potensi ekonomi yang calon mahasiswa memilih
besar untuk peluang berwiraswsta perguruan tinggi swasta
dan kesempatan kerja.

3 Kalimantan Timur sangat 0,083 4 0,332 Prasarana dan sarana proses 0,083 1 0,083
membutuhkan tenaga yang belajar-mengajar di
berpendidikan Ilmu Ekonomi Dan Perguruan Tinggi swasta pada
Studi Pembangunan, di Lembaga umumnya lebih baik,
Perguruan Tinggi dan pemerintahan khususnya di luar pulau.

4 Perkembangan pembangunan dan 0,083 3 0,249 Munculnya Perguruan tinggi 0,083 2 0,166
perdagangan di Kalimantan Timur negeri lain di Kalimantan
sangat pesat sehingga membuka Timur yang telah bestatus
kesempatan kerja yang luas bagi Badan Hukum Pendidikan
lulusan. Pemerintah (BHPP)

5 Lulusan IESP banyak menjadi top 0,083 3 0,249 Jurusan akuntansi dan jurusan 0,083 2 0,166
manajer di berbagai organisasi di manajemen lebih banyak
Kalimantan Timur dikenal masyarakat dari pada
IESP

6 Kota Samarinda, Balikpapan dan 0,083 3 0,249 Adanya pandangan sebagaian 0,083 1 0,083
Bontang adalah tiga kota dengan masyarakat bahwa perguruan
tujuan investasi terbesar di tinggi di luar Kaltim lebih
Kalimantan Timur berkualitas

0,498 1,743 0,498 0,747

Sumber: Data Diolah, 2006

258
0PPORTUNITY

1 AGRESSIVE
CONSERVATIVE

0,5

WEAKNESS STRENTH
-1 -0,5 0,5 1

-0,5 COMPETITIVE
DEFENSIVE DIVERSIFIKASI

-1

THREAT
Gambar 6.4. Hasil Perhitungan SWOT

Dari Tabel 6.7 di atas, tampak bahwa hasil skor dari SWOT adalah 1,5 untuk
strength, 0,75 untuk weakness, 1,743 untuk opportunity dan 0,747 untuk threat.
Untuk mengetahui posisi keunggulan kawasan perbatasan Kalimantan Timur
dengan menggunakan hasil vector tersebut adalah:

A= S- W = 1,5 – 0,75 = 0,75


Atau
B= O – T = 1,743-0,747 = 0,996
A= Aggresive

Hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa nilai aggressive, artinya


pimpinan harus lebih proaktif dalam pelaksanaan aktivitasnya, karena masih banyak
yang bisa dilakukan untuk pengembangan organisasi.

STRATEGI

No. S +0 W-O S+T W+T

1. Peningkatan komoditas Peningkatan sarana dan Pemanfaatan tata runag Mempercepat


pertanian Prasarana Sopsial yang sudah dibuat pembangunan kawasan
Ekonmomi sebagai pusat perbatasan terutama
pertumbuhan baru Sarana Trasnportasi
2. Menyiapkan industri Peningkatan kerjasama Meingkatakan sarana Meningkatkan
Agribisis Negara tetangga dan parasarana dan investasi secara lipat
perbaikan kepbebanan ganda untuk
perbatasan mepercepast
pemanfaatan SDA

259
perbatasan

3. Peningkatan Sumber Peningkatan studi Mebentuk lembaga


Daya Kelautan mendalam potensi Otorita untuk
ekonomi kawasan mepercepat dan
perbatasan menkoordinir
4. Mendorong Membina dan Meningkatkan
pengembangan Borneo mengembangkan usaha pengawasanb dan
Hayway ekonomi dan membantu mendorong sektor
akses pemasaran produk swasta
local
5. Peningkatan Pariwisata Meningkatkan Kerjasama pengawasan
Bisnis dan Alam identifikasi dan perdagangan
mengembangkanm
teknologi unggulan local
6. Peningkatan kerjasama Berbagai insentif untuk
pengelolaan hutan lestari mendorong investor
7. Peningkatan teknologi
pemanfaatan SDA

Soal-soal
1. Apa yng dimaksud dengan model Harror-Domar, Jelaskan kekurangan dan kelebihan dari
model Harror-Domar
2. Apa yang dimaksud dengan COR dan ICOR Jelaskan perbedaannya
3. Apa hubungan ICOR dengan pertumbuhan ekonomi
4. Jika diketahui s = 9% dari pendapatan nasional, ICOR = 3 dan diasumsikan parameter
lainnya konstan, maka laju pertumbuhan pendapatan nasional adalah: Tentukan Jadi laju
pertumbuhan pendapatan nasional
5. Perencana menginginkan laju pertumbuhan ekonomi yang positif melalui peningkatan
tabungan sebesar 7%. Laju pertumbuhan penduduk 2% , keiinginan untuk menabung
(propensity to consume) adalah 0,10 dan ICOR adalah 5. Tentukan pertumbuhan
ekonomi sebenarnya
6. Apa yang dimaksud dengan model sektoral. Berikan contoh lengkap dengan
perhitungannya.
7. Pak Ahmad adalah seorang peternak ayam dan ingin mencampur sendiri pakannya
yang terdiri dari dua kelompok X dan Y. Kedua kelompok ini terdiri dari tepung
jagung, tepung ikan, tepung udang dan vitamin.Untuk satu unit campuran X
diperlukan 3 onz protein dan untuk campuran Y diperlukan 2 onz protein. Jumlah
protein yang tersedia minimal 500 onsUntuk satu unit campuran X diperlukan 2 onz
mineral dan untuk canmpuran Y diperlukan 3 onz mineral. Jumlah mineral yang
tersedia minimal 600 ons. Untuk satu unit campuran X diperlukan 1 botol vitamin
dan untuk campuran Y diperlukan 0,7 botol vitamin. Jumlah vitamin yang tersedia
minimal 450 botol. Untuk satu unit campuran X diperlukan minimal 0,03 cc kalori
dan untuk campuran Y diperlukan 0,02 cc kalori . Jumlah kalori yang tersedia
minimal 500 cc. Harga setiap campuran X adalah Rp. 500 dan Rp. 700. Berapa biaya
minimal yang diperlukan.
Bentuk suatu persoalan dalam persamaan matematis

260
8. Diketahui persamaan matematis program linear :
Maksimumkan Z = 35X1 + 40 X2
Subjek dengan kendala-kendala berikut;

8R + P  450
R+ 4P  200
3R + 4P  360
R, P  0
a. Berapa nilai maksimumnya
b. Lakukan uji sentivitas.

9. Diketahui suatu perekonomian negara X yang terdiri atas tiga industri: A, B dan C seperti
terlihat

A B C F Output Total
-----------------------------------------------------------------------
A 90 150 225 75 540
B 135 150 300 15 600
C 270 200 300 130 900
-------------------------------------------------------------------------
Nilai 45 100 75 220
Tambah
Output 540 600 900 2040
Total

a. Tentukan Output jika permintaan akhir berubah menjadi 100 untuk A, 25 untuk B dan
150 untuk C.
b. Tentukan indeks kepekaan (forward linkage) masing-masing sector
c. Tentukan indeks penyebaran (backward linkage) masing-masing sector
10. Diketahui suatu perekonomian suatu Negara Sabila sebagai berikut:

Tabel : Perekonomian Negara Sabila, teriri hnaya 3 sektor dalam


Trilyun Rupiah
FD Total
Pertanian Industri Jasa FD RT lainnya Output
Pertanian 125 125 145 40 40 475
Industri 100 100 125 75 25 425
Jasa 175 80 65 25 55 400
Upa&gaji 50 100 35 0 0 185
NT
lainnya 25 20 30 0 0 75
T.Output 475 425 400 140 120 1560

a. Tentukan output yang dihasilkan jika permintaan akhir sector pertanian naik Rp 10 T,
sector industri naik Rp. 26 T dan sektor jasa turun Rp. 5 T

261
b. Tentukan kesempatan yang tercipta melalui kenaikan permintaan sektor-sektor
tersebut jika diketahui bahwa sector pertanian menyerap 250 juta orang, Industri ,
275 juta orang dan jasa 150 juta orang.
c. Tentukan Multiplier efek kesempatan kerja tipe I masing-masing sector
d. Tentukan Multiplier efek pendapatan Tipe I masing-masing sector
e. Tentukan Multiplier efek kesempatan kerja tipe II untuk masing-masing sector
f. Tentukan Multiplier efek pendapatan Tipe II dari masing-masing sector.
11. Jelaskan manfaat proyeksi dalam perencanaan
12. Apa yang dimaksud dengan metode proyeksi. Jelaskan jenis-jenisnya serta perbedaan
antara satu dengan lainnya
9. Apa yang dimaksud dengan metode Runtun waktu barikan sebuh contoh dengan
perhitungan
10. Apa yang dimaksud dengan metode Extrapolasi. Jelaskan dengan suatu contoh
perhitungan
11. Apa jenis-jenis dari metode runtun waktu satu varaiabel
12. Apa yang diamasud dengan proyeksi dengan menggunakan metode Regresi. Jelaskan.
Apa kelebihan dan kekurangan metode ini
13. Coba Anda berikan suatu contoh dengan perhitungan untuk proyeksi tiga angka ke depan
dengan menggunakan metode Regresi dan Extrapolasi.

262
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hakim, 2002. Ekonomi Pembangunan. Ekonisa. Yogyakarta.

Abe, A., 2002, Perencanaan Daerah Partisipatif, Solo: Pondok Edukasi.

Arief, Sritua. 1993. Metode Penelitian Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.

___________. 1998. Teori dan Kebijaksanaan Pembangunan. Cidesindo, Jakarta.

Bendavid-Val. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Practitioners. Google books.
books.google.com › Business & Economics.

Boediono. (1985). Terori Pertumbuhan Ekonomi. BPFE. Yogyakarta

Dumairy, 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga, Yogyakarta.

Gallion, A . B dan S. Eisner. (1992). Pengantar Perancangan Kota, Jilid I. (terjemahan


Sussongko dan J. Hakim) . Penerbit Erlangga.

Gallion, A . B dan S. Eisner. (1994). Pengantar Perancangan Kota, Jilid II.


(terjemahan Sussongko dan J. Hakim) . Penerbit Erlangga.

Hanafiah, T. (1982). Pendekatan Wilayah Terhadap Masalah Pembangunan Pedesaan.


Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan, RajaGrafindo


Persada, Jakarta.

Kadariah. 1995. Ekonomi Perencanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas


Indonesia, Jakarta.

Keynes, John Maynard. 1964. The General Theory of Employment, Money and Interest. A
Harvest/HBJ Book, New York.

Kunarjo, 2000. Perencanaan dan Pembiayaan Pembangunan. Jakarta, UI Press, Jakarta.

Lincolin Arsyad. 2002. Pengantar Perencanaan Pembangunan, Ekonomi Daerah. Balai


Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

263
Mubiarto. 20015. Penjajahan Kembali Ekonomi Indonesia. PUSTEP-UGM

Mudradjad Kuncoro. 2001. Metode Kuantitatif, Teori dan Aplikasi untuk Bisinis dan
Ekonomi, UPPAMPYKPN

Munir, Badrul. 2002. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam Perspektif Otonomi Daerah,
cetakan ke-2 2002, Bappeda Propinsi NTB, Mataram.

Nafziger. 1997. The Economics of Developing Countries. Third Edition, Prentice-Hall, Upper
Side River, New Jessery.

Rachmad Kusniadi, 1995. Teori dan Teknik Perencanaan. Ilham Jaya. Bandung.

Ramlan Surbakti, 2001. Otonomi Daerah Seluas-Luasnya dan Faktor Pendukungnya.


Universitas Brawijaya, Malang dan USAID/Indonesia

Rizal, Suryadi, dkk.. 1999. Perencanaan Pembangunan. Universitas Terbuka., Jakarta.

Seth, M.L. 1971. Theory and Practice of Economic Planning. S. Chand & Co. Ram Nagar.
New Delhi

Todaro, Michael P. 1994. Economic Development. Logman Publishing, New York.

Saaty, T.L. 2008. Decision Making with the Analytic Hierarchy Process. Int. J. Services
Sciences, Vol. 1, No. 1, 2008

Steer, Andrew D. 2006. Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia, Ikhtisar.
Indopov, Bank Dunia. Jakarta.

Soedjono Abipraja, 2002. Perencanaan Pembangunan di Indonesia (Konsep, Model,


Kebijaksanaan, Instrumen serta Strategi). Airlangga University Press, Surabaya.

Soseno Triyanto W. 1997. Ekonomi Indonesia. Kanisus, Yogyakarta.

Sugeng Budiharsono, 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan.
Pradnya Paramita. Jakarta.

Tarigan, Robinson. M.R.P. (2003). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Penerbit PT. Bumi
Aksara

Wahyu Hidatay dan Karseno, 1986. Metematika Ekonomi III. Karunika, Universitas
Terbuka, Jakarta.

Winarso, Haryo et al. 2002. Pemikiran dan Praktek Perencanaan Dalam era Transformasi di
Indonesia. Bandung : Departemen Teknik Planologi

264
---------------
Achmad Djunaedi, 2007. Proses Perencanaan Strategis untuk Perkotaan (secara umum).E-
mail: achmaddjunaedi@yahoo.com adjun@ugm.ac.id http://intranet.ugm.ac.id/~a-
djunaedi

Elkana Catur Hardiansah, 2005. Peran Perencana dalam Era Demokratisasi Perencanaan.
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Vol.16 No. 2. Agustus 2005.

Junaidi. 2014. Perencanaan Pembangnman Ekonomi Daerah


http://junaidipiscesguru.blogspot.co.id/2014/03/perencanaan-pembangunan-ekonomi
Hidayat, Tirta. 1996. Model perencanaan pembangunan Nasional Masa Depan. Prisma,
Nomor Khusus 25 Tahun, Tahun XXV. Hal 15-23.

Robert J. Stimson, Roger R. Stough, Brian H. Robert. 2006. Regional Economic Development:
Analysis and Planning Strategy. Springer Verlag, Berlin.

Pemerintahan, 2016. http://pemerintah.net/pembagian-urusan-pemerintahan-daerah-uu-no-


232014/

Wikipedia, 2012 https://en.wikipedia.org/wiki/Planning#Planning_process

265

Anda mungkin juga menyukai