Anda di halaman 1dari 72

BUKU AJAR

PEMBANGUNAN SEKTOR PUBLIK

Dosen Pengampu : Yusuarsono, M.Si

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,
saya dapat menyelesaikan Modul ini. Penulisan modul ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembangunan Sektor Publik Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Dehasen Bengkulu. Saya menyadari
bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak pada penyusunan modul ini, sangatlah
sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya. Dalam penyusunan modul ini masih
banyak terdapat kekurangan oleh karena itu saran dan masukan sangat diharapkan untuk
perbaikan kedepan.

Bengkulu, Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I Teori Birokrasi Di Perguruan Tinggi

Teori Birokrasi di Perguruan Tinggi .............................................. 1


BAB II Teori Pemahaman Pembangunan Sektor Publik

A. Definisi Teori Pembangunan Sektor Publik .................................. 5


B. Beberapa Pengertian Pembangunan ............................................... 6
BAB III Hambatan-Hambatan Pada Pembangunan Sektor Publik

Hambatan-Hambatan Pada Pembangunan Sektor Publik .............. 9


BAB IV Teori-Teori Modernisasi Pada Pembangunan Sektor Publik
A. Sejarah............................................................................................ 20
B. Pemikir Teori Modernisasi ............................................................ 21
C. Tahapan Modernisasi ..................................................................... 22
D. Asumsi ........................................................................................... 23
E. Kritik Terhadap Teori Modernisasi ............................................... 23
BAB V Proses dan Tahapan Dari Pembangunan Sektor Publik
A. Proses dan Tahapan Pembangunan Sektor Publik ......................... 25
B. Siklus Perencanaan Pembangunan ................................................. 33
BAB VI Issue dan Pembangunan Publik di Indonesia
Issue dan Pembangunan Publik di Indonesia ................................. 37
BAB VII Pembangunan dan Perkembangan Ilmu Administrasi Publik
Pembangunan dan Perkembangan Ilmu Administrasi Publik ........ 40
BAB VIII Masalah Pembangunan dan Pelayanan Publik

A. Teori-teori Pembangunan............................................................... 46
B. Pelayanan Publik ............................................................................ 50

ii
BAB IX Strategi Dalam Pembangunan Sektor Publik
Strategi Dalam Pembangunan Sektor Publik ................................. 56
BAB X Program-Program Pembangunan Sektor Publik
Program-Program Pembangunan Sektor Publik .............................. 61
PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 67
B. Saran .................................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
Pembangunan Sektor Publik di Perguruan Tinggi

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi harus dapat memberikan kontribusi


yang signifikan bagi upaya pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan.
Penabulu meyakini bahwa pembangunan ekonomi harus dilaksanakan secara
berkelanjutan dan inklusif.
Pembangunan kini adalah model pembangunan eksklusif. Pembangunan yang
hanya menjadikan aspek pertumbuhan ekonomi sebagai satu-satunya tujuan pencapaian;
sehingga terkadang terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa pemerataan
kesejahteraan yang disertai dengan tingginya angka pengangguran, tingkat kemiskinan
yang tinggi, dan angka gini ratio yang semakin melebar, serta daya dukung lingkungan
yang terus menerus terdegradasi sebagai akibat proses pembangunan.
Banyak kelompok yang terpinggirkan dari pembangunan karena jenis
kelamin, etnis, usia, orientasi seksual, kecacatan atau kemiskinan. Ketidaksetaraan
pembangunan jelas menjadi efek dari model pembangunan eksklusif tersebut. Aset
terbesar akan selalu hanya dimiliki oleh sebagian kecil orang.
Pembangunan inklusif yang juga mengurangi tingkat kemiskinan hanya bisa
terwujud jika semua pihak berkontribusi untuk menciptakan peluang yang setara,
berbagi manfaat pembangunan dan memberikan ruang partisipasi seluas-luasnya dalam
pengambilan keputusan; seluruhnya didasarkan pada penghormatan atas nilai dan
prinsip-prinsip hak asasi manusia, partisipatif, non-diskriminatif dan akuntabel.
Strategi utama pembangunan inklusif adalah penciptaan lapangan kerja
produktif dan menguntungkan, penyediaan jaring pengaman sosial yang efektif dan
efisien untuk melindungi mereka yang tidak mampu bekerja atau yang terlalu sedikit
mendapatkan manfaat pembangunan, peningkatan pelayanan publik dasar dan dukungan
kebijakan publik yang memadai.
Program diimplementasikan sebagai pengembangan model pembangunan
ekonomi lokal, dengan pelibatan penuh peran pemerintah, sektor bisnis dan masyarakat
sipil. Model ini diterjemahkan dalam bentuk intervensi program antara lain: kajian
strategis potensi ekonomi daerah, pengembangan dokumen dan kesepakatan
perencanaan secara partisipatif, pengembangan forum multipihak, advokasi kebijakan

1
publik yang dibutuhkan untuk membangun iklim pembangunan inklusif dan dukungan
bagi usaha kecil dan menengah (terutama yang berbasis pemanfaatan sumber daya
alam).
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) menetapkan agenda
pembangunan yang ambisius selama lima belas tahun ke depan. TPB memiliki 17
tujuan dan bertujuan menangani tiga aspek pembangunan berkelanjutan – yaitu
kemakmuran ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan hidup.
Semua tujuan ini memberikan kesempatan yang jelas bagi pemerintah untuk
menyediakan sektor-sektor penting, misalnya kesehatan dan pendidikan, dan membuat
menebarkan dampak atas kehidupan masyarakat.
Transparansi anggaran dan partisipasi anggaran merupakan kunci untuk
memastikan bahwa secara efektif pemerintah merencanakan dan menggunakan
anggaran untuk memenuhi TPB dan bahwa semua pemangku kepentingan memiliki
sarana untuk mempengaruhi, memantau, dan belajar dari proses tersebut. Bukti
menunjukkan bahwa transparansi anggaran, pemantauan anggaran, dan
pertanggungjawaban anggaran dapat berperan besar pada hasil pembangunan yang
lebih baik.
Salah satu kekurangan utama dari Tujuan Pembangunan Milenium (PBM)
adalah bahwa pemerintah yang berpartisipasi juga tidak diharuskan untuk secara
terbuka, teratur, dan komprehensif melaporkan sumber daya keuangan masyarakat yang
diinvestasikan dalam upaya mencapai semua tujuan ini. Antara lain adalah cara sumber
daya tersebut diperoleh, digunakan, dan hasil apa saja yang telah dicapai. Tanpa data
ini, sangat sulit memantau komitmen, investasi, dan hasil PBM— dan untuk memahami
mengapa tujuan tertentu sudah tercapai atau tidak tercapai.
Bahasa saat ini yang digunakan dalam dokumen TPB dan Pembiayaan untuk
Pembangunan membuat pemerintah berkomitmen pada proses TPB yang terbuka dan
bertanggung jawab. Antara lain menyediakan informasi yang lengkap dan kesempatan
bagi masyarakat untuk terlibat di sepanjang proses anggaran. Inilah saat yang kritis
untuk bertindak. Dalam beberapa bulan mendatang, berbagai pemerintah akan
merancang kerangka kerja untuk negara tertentu guna memastikan pertanggungjawaban,
termasuk bagaimana masyarakat dapat terlibat dalam proses ini. Di saat yang sama,
melalui Statistik PBB, PBB akan merancang kerangka kerja pemantauan menyeluruh

2
yang akan berlaku untuk semua negara dan harus disertakan dalam kerangka kerja
pertanggungjawaban untuk negara tertentu. Untuk memastikan bahwa warga negara
menjadi inti dari proses pertanggungjawaban ini, kami memberikan saran sebagai
berikut.
Penting bagi pemerintah untuk mempublikasikan data yang komprehensif,
tepat waktu, dapat diakses, dan terbuka mengenai pendapatan dan pengeluaran mereka
yang berhubungan dengan TPB. Seperti yang terlihat di Open Budget Surveyyang
belum lama ini dirilis, sebagian besar pemerintah memiliki cara yang memadai untuk
memenuhi tolok ukur ini. Sebenarnya Survey menemukan bahwa hampir 70 persen dari
penduduk dunia tidak memiliki akses ke dokumen anggaran utama, mulai dari rencana
pengeluaran sampai pelaksanaan dan pemeriksaan laporan, yang memungkinkan warga
untuk memahami dan memantau penggunaan sumber daya masyarakat oleh pemerintah.
Ada standar-standar internasional jelas dan diterima secara luas untuk
transparansi anggaran yang diharuskan oleh Dana Moneter Internasional, Organisasi
untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, Bank Dunia, dan sebagaimana
ditetapkan dalam resolusi PBB 67/218. Semua standar tersebut mengharuskan
pemerintah untuk mempublikasikan delapan dokumen anggaran inti yang memberikan
informasi di semua tahapan siklus anggaran. Semua negara harus mempublikasikan
dokumen-dokumen ini secara progresif dengan informasi yang lengkap dan
menyeluruh.
Memang ada langkah-langkah yang efektif dan berbiaya rendah yang dapat
diambil pemerintah guna meningkatkan transparansi anggaran. Banyak dari pelaku
terburuk mampu mencapai kemajuan pesat hanya dengan menerbitkan informasi
anggaran yang sudah mereka buat untuk penggunaan internal mereka. Langkah ke dua
adalah meningkatkan kelengkapan informasi anggaran yang diterbitkan dengan
memberikan rincian tentang program yang sebenarnya, data non-keuangan mengenai
target kinerja program, dan informasi yang menghubungkan tujuan-tujuan kebijakan
dengan pengeluaran yang dianggarkan. Informasi ini amat sangat penting bagi warga
negara untuk merencanakan dan melacak tujuan pembangunan, alokasi, pengeluaran,
dan hasilnya.
Selain menyediakan data secara terbuka, pemerintah harus menyediakan
mekanisme yang efektif bagi masyarakat agar menggunakan data ini untuk terlibat

3
dalam anggaran dan proses TPB. Mekanisme yang telah diuji di berbagai negara di
seluruh dunia ini mencakup penyusunan anggaran partisipatif, audit sosial, dan dengar
pendapat publik di mana warga bisa bersaksi selama proses anggaran. Bukti
menunjukkan bahwa praktik-praktik ini dapat berperan untuk menumbuhkan
kepercayaan yang lebih besar antara negara dan warga negara, meningkatkan mobilisasi
sumber daya dalam negeri, dan penggunaan sumber daya masyarakat yang langka
dengan lebih adil dan efektif .

4
BAB II
Teori Pemahaman Pembangunan Sektor Publik

A. Definisi Teori Pembangunan Sektor Publik


Kata pembangunan mungkin saja sangat akrab di telinga kita. Secara
umum kata ini diartikan sebagai usaha untuk mewujudkan kemajuan hidup
berbangsa. Akan tetapi pada sebagian besar masyarakat, pembangunan selalu
diartikan sebagai perwujudan fisik. Bahkan pada masyarakat kecil,
pembangunan mempunyai makna yang khas, seperti makna kata pembangunan
yang sering kita temukan di berbagai tempat yang ditulis pada papan peringatan
di tepi-tepi jalan: hati-hati sedang ada pembangunan mall, jembatan, jalan raya,
rumah ibadah, dan sebagainya. Selo Sumardjan bahkan menceritakan tentang
makna pembangunan pada masyarakat kecil yang unik itu seperti cerita seorang
penduduk miskin di sebuah kota kecil di luar Jakarta. “Saya dulu tinggal di
Jakarta. Akan tetapi, karena ada pembangunan, saya terpaksa mengungsi
kemari.” (Arief Budiman. 1996. Hal. 1).
Ukuran fisik itu menjadi ukuran bagaimana anggapan bahwa
pembangunan di Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan di negeri
ini, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Jalan-jalan lebar dan mulus
telah dibangun, berbagai fasilitas publik seperti rumah sakit, pendidikan,
PDAM, dan sebagainya. Tidak ketinggalan juga berbagai sarana kemudahan
yang berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, khususnya di bidang
informasi
Oleh karena pembangunan pada dasarnya tidak hanya persoalan fisik itu
maka pada modul ini, kiranya penting bagi kita untuk menyelaraskan makna
pembangunan itu pada perspektif pertumbuhan kemajuan negara, meski makna
pembangunan yang dipahami secara umum tersebut tidaklah salah. Jadi secara
umum makna pembangunan adalah setiap usaha mewujudkan hidup yang lebih
baik sebagaimana yang didefinisikan oleh suatu negara “an increasing
attainment of one’s own cultural values” (Tjokrowinoto, 1996: 1). Ini yang
disebut sebagai cita-cita bangsa. Oleh karena itu, merujuk pada konsepsi
kenegaraan kita, tujuan akhir pembangunan bangsa Indonesia adalah

5
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana yang
tercantum pada sila terakhir Pancasila.
Dengan demikian, pembangunan sangat berkaitan dengan nilai, dan acap
kali bersifat transendental, suatu gejala meta-disiplin, atau bahkan sebuah
ideologi (the ideology of developmentalisme). Oleh karenanya, para perumus
kebijakan, perencana pembangunan, serta para pakar selalu dihadapkan nilai
(value choice), mulai pada pilihan epistimologis-ontologi sebagai kerangka
filosofisnya, sampai pada derivasinya pada tingkat strategi, program, atau
proyek.
Pokok pikiran pembangunan tertuju pada cita-cita keadilan sosial. Untuk
itu, pembangunan butuh proses dan tahapan terukur. Tahapan itu harus dapat
menyentuh berbagai bidang, yakni pertama ekonomi sebagai ukuran
kemakmuran materiil. Kedua adalah tahap kesejahteraan sosial. Ketiga adalah
tahap keadilan sosial.

B. Beberapa Pengertian Pembangunan


Pengertian pembangunan mungkin menjadi hal yang paling menarik
untuk diperdebatkan. Mungkin saja tidak ada satu disiplin ilmu yang paling tepat
mengartikan kata pembangunan. Sejauh ini serangkaian pemikiran tentang
pembangunan telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik
(Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow,
strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan
pembangunan sosial hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-
tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan
dapat diartikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif
yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan
mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri,
2004). Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu
kegiatan perencanaan seperti yang telah dibahas sebelumnya. Tema kedua
adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat
diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman
dalam seluruh aspek kehidupan. Adapun mekanismenya menuntut kepada

6
terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya dan mampu berperan
secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling
manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan
masalah dan pembinaan nilai-nilai moral dan etika umat.
Secara umum, kita dapat memberikan makna tentang pembangunan
sebagai suatu proses perencanaan (social plan) yang dilakukan oleh birokrat
perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan sebagai proses
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Konseptualisasi pembangunan
merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan pada suatu masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat
beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara. Tolok
ukur pembangunan bukan hanya pendapatan per kapita, namun lebih dari itu
harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya
kemiskinan, dan mengecilnya tingkat pengangguran. Beberapa pakar
memberikan definisi pembangunan yang berbeda-beda sebagaimana dalam tabel
di bawah ini
a. Easton (1985)
Upaya untuk meningkatkan taraf hidup serta merealisasikan potensi yang
ada secara sistematis. Proses sistematis paling tidak terdiri dari 3 unsur
pertama adanya input yaitu bahan masukan konservasi. Kedua, adanya
proses konservasi, yaitu wahana untuk mengola bahan masukan. Ketiga
adanya output, yaitu sebagai hasil dari proses konservasi yang dilaksanakan.
b. Emil salim (sebelumnya, sebagai menteri negara pengawasan pembangunan
dan lingkungan hidup, 1978-1983)
Pembangunan bersinambungan sebagai suatu proses perubahan yang di
dalamnya eksplotasi sumber daya, arah, investasi, orientasi pengembangan
teknologi, dan perubahan kelembagaan semuanya dalam keadaan yang
selaras serta meningkatkan potensi masa kini dan masa depan untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia.
c. Johan galtung

7
Upaya untuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia, baik secara individual
maupun kelompok, dengan cara-cara yang tidak menimbulkan kerusakan,
baik terhadap kehidupan sosial maupun lingkungan sosial.
d. Bintoro Tjokroamidjojo
Pembangunan merupakan suatu proses perubahan sosial berencana, karena
meliputi berbagai dimensi untuk mengusaha kemajuan dalam kesejahteraan
ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan
bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya.
e. Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004
Upaya terkoordinasi untuk menciptakan aternatif yang lebih banyak secara
sah kepada setiap warna negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya
yang paling manusiawi.
f. Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakakusumah, 2005
Pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.
g. Siagan (1994)
Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
pemerintah, menuju modemitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation
building)
h. Ginanjar Kartasasmita (1994)
Suatu proses perubahan ke arah lebih baik melalui upaya yang dilakukan
secara terencana
i. Deddy T. Tikson (2005)
Pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi,
sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah
yang diinginkan.

8
BAB III
Hambatan-Hambatan Pada Pembangunan Sektor Publik

Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang
tinggi. Namun, kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan. Hal
lain yang tidak kalah penting yang perlu diperjuangkan adalah masalah pendidikan,
peningkatan standar kesehatan, nutrisi, pemberantasan kemiskinan, kondisi lingkungan
hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual, dan penyegaran
kehidupan budaya. Namun, patut dicatat bahwa apa yang disebut sebagai “kehidupan
yang lebih baik” itu sangat relatif, harus melibatkan nilai-nilai (values) dan pengukuran
nilai-nilai (value judgment). Dengan demikian, dalam terminologi pembangunan
terdapat pengukuran nilai tentang apa yang baik (pembangunan) dan apa yang buruk
(keterbelakangan). Akan tetapi, perlu direnungkan pemaknaan “pembangunan” itu
sendiri tidak sama bagi setiap orang.

a. Kemiskinan
Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada
masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan,
tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan kemudahan-kemudahan lainnya yang tersedia pada
jaman modern.
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya dialami
oleh negara-negara yang sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju,
seperti Inggris dan Amerika Serikat. Negara Inggris mengalami kemiskinan di
penghujung tahun 1700-an pada era kebangkitan revolusi industri yang muncul
di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal dari tenaga-tenaga kerja
pabrik yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah
sehingga kemampuan daya belinya juga rendah. Mereka umumnya tinggal di
permukiman kumuh yang rawan terhadap penyakit sosial lainnya, seperti
prostitusi, kriminalitas, pengangguran.

9
Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah kemiskinan,
terutama pada masa depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun
1960-an Amerika Serikat tercatat sebagai negara adi daya dan terkaya di dunia.
Sebagian besar penduduknya hidup dalam kecukupan. Bahkan Amerika Serikat
telah banyak memberi bantuan kepada negara- negara lain. Namun, di balik
keadaan itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari jumlah
penduduknya tergolong miskin.

b. Pembangunan kelautan
Isu strategis pembangunan kelautan yang meliputi bidang-bidang seperti
pertambangan, pariwisata bahari, perikanan, ekonomi masyarakat pesisir,
angkutan laut, dan industri maritim. Tentu saja bidang-bidang yang
dikemukakan itu bisa ditambah dengan isu-isu strategis di berbagai bidang
kelautan lainnya, seperti bioteknologi, bidang perlindungan sumber daya
kelautan yang menyangkut, antara lain sumber daya pusaka/warisan yang
terendam, terumbu karang berbagai spesies laut, dan lain-lain, serta bidang
keamanan dan pengamanan laut. Di bagian akhir dari makalahnya, penyaji
menyampaikan arahan dan rekomendasi tentang kebijakan pembangunan
kelautan di Indonesia. Masalah pembangunan dalam kontes pelaksanaan
peraturan perundang-undangan mengenai otonomi daerah (Undang-Undang
No.22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No.25 tahun 1999) perlu juga dilihat
dalam kaitannya dengan konvensi-konvensi internasional, dalam rangka
pergeseran pembangunan kelautan dari rejim yang bersifat sentralistik ke rezim
desentralistik. Mengenai hal-hal yang menyangkut tanggung jawab negara
sebagai peserta ( contracting party ) dari sesuatu konvensi internasional yang
bersifat vital/strategis seyogianya berada di tangan pemerintah pusat.
Umpamanya mengenai tanggung jawab atas keselamatan kapal dan navigasi di
laut dan perairan pelabuhan di mana tersangkut keselamatan jiwa manusia dan
harta benda di laut, pengaturan tentang pencegahan dan pencemaran laut,
pengawasan atas sistem sertifikasi pelaut, keamanan di laut seyogianya berada di
tangan pemerintah pusat.

c. Pendekatan ekosistem dalam otonomi daerah

10
Masyarakat pada dewasa ini tidak lagi diposisikan sebagai beban
pembangunan. Keberhasilan suatu negara dalam pembangunan, tidak dapat
berdiri sendiri tanpa ada peran serta aktif masyarakatnya. Oleh karena setiap
kebijakan pembangunan yang dikeluarkan pemerintah pada dasarnya ditujukan
bagi masyarakat itu sendiri. Sudah sewajarnyalah masyarakat memiliki peran
yang sangat besar dalam ikut menentukan arah kebijakan pembangunan.
Di era otonomi saat ini, setiap daerah diberikan kebebasan untuk
melaksanakan pembangunan daerahnya masing-masing sesuai dengan potensi
yang mereka miliki. Permasalahannya kini adalah bagaimana daerah tersebut
melihat potensi yang mereka miliki bisa memberikan dukungan terhadap
pembangunannya. Potensi yang paling penting sebenarnya adalah masyarakat.
Namun, bagaimana masyarakat itu diberdayakan, merupakan persoalan lain
yang harus diselesaikan.
Partisipasi masyarakat adalah sebuah proses yang menyediakan individu
suatu kesempatan untuk mempengaruhi keputusan-keputusan publik dan
merupakan komponen dalam proses keputusan yang demokratis. Partisipasi
masyarakat merupakan arti sederhana dari kekuasaan masyarakat (citizen
power). Hal tersebut menyangkut redistribusi kekuasaan yang memperbolehkan
masyarakat miskin dilibatkan secara sadar dalam proses-proses ekonomi dan
politik. Partisipasi masyarakat juga merupakan strategi, dalam hal ini
masyarakat miskin ikut terlibat dan menentukan bagaimana pemberian
informasi, tujuan, dan kebijakan dibuat, jumlah pajak yang dialokasikan,
pelaksanaan program-program, dan keuntungan-keuntungan seperti kontrak-
kontrak dan perlindungan-perlindungan diberikan.
Ada beberapa pendekatan yang digunakan dalam pembangunan suatu
masyarakat, di antaranya adalah pendekatan ekosistem (Alchin & Decharin,
1979). Pendekatan ekosistem mendasarkan pada beberapa asumsi yang terdapat
dalam pembangunan masyarakat. Berikut ini, asumsi-asumsi tersebut.
1. Masyarakat didefinisikan sebagai suatu “tempat” di mana keputusan-
keputusan dapat diambil dan usaha-usaha dapat dijalankan untuk
mencapai tujuan-tujuan Pembangunan.

11
2. Pembangunan masyarakat dipertimbangkan dengan adanya perubahan-
perubahan di dalam organisasi, tujuan, rencana, dan perilaku masyarakat.
3. Tujuan utama dari pembangunan masyarakat adalah meningkatkan
ketersediaan, distribusi, dan penggunaan sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan anggota masyarakat yang secara naluriah sudah
ditentukan (hasrat, keinginan, dan harapan).

Informasi merupakan kebutuhan yang penting dalam proses


pembangunan masyarakat. Informasi tersebut meliputi:
1. jenis dan jumlah sumber daya yang tersedia;
2. tujuan-tujuan untuk meningkatkan persiapan, penyediaan, dan
penggunaan sumber daya;
3. rencana saat ini dan yang akan datang, serta kegiatan-kegiatan untuk
memperoleh, menyiapkan, mendistribusikan, dan menggunakan sumber
daya.
4. Sebagai agen perubahan (agent of change), masyarakat berada dalam
suatu proses perencanaan dan kegiatan untuk memperkenalkan ide-ide
yang mempengaruhi rencana orang-orang dan organisasi di dalam
masyarakat, pada saat ini dan yang akan datang.
5. Partisipasi para pemimpin dan warga negara dalam mengidentifikasi
permasalahan dan kebutuhan dalam merencanakan serta menyatakan
bahwa program pembangunan adalah hal yang mendasar.

d. Pembangunan lingkungan
Sejak tahun 1950-an masalah lingkungan mendapat perhatian serius,
tidak saja dari kalangan ilmuwan, tetapi juga politisi maupun masyarakat umum.
Perhatian tersebut tidak saja diarahkan pada terjadinya berbagai kasus
pencemaran terhadap lingkungan hidup, tetapi juga banyaknya korban jiwa
manusia.
Beberapa kasus lingkungan hidup yang menimbulkan korban manusia
seperti pada akhir tahun 1950, yaitu terjadinya pencemaran di Jepang yang
menimbulkan penyakit sangat mengerikan yang disebut penyakit itai-itai (aduh-

12
aduh). Penyakit ini terdapat di daerah 3 Km sepanjang sungai Jintsu yang
tercemari oleh Kadmium (Cd) dari limbah sebuah pertambangan Seng (Zn).
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kadar Cd dalam beras di
daerah yang mendapat pengairan dari sungai itu mengandung kadmium 10 kali
lebih tinggi daripada daerah lain. Pada tahun 1953 penduduk yang bermukim di
sekitar Teluk Minamata, Jepang mendapat wabah penyakit neurologik yang
berakhir dengan kematian. Setelah dilakukan penelitian terbukti bahwa penyakit
ini disebabkan oleh air raksa (Hg) yang terdapat di dalam limbah sebuah pabrik
kimia. Air yang dikonsumsi tersebut pada tubuh manusia mengalami kenaikan
kadar ambang batas keracunan dan mengakibatkan korban jiwa. Pencemaran itu
telah menyebabkan penyakit keracunan yang disebut penyakit Minamata.
Sejalan dengan gagasan ecodevelopment tersebut maka pembentukan
WCED (World Commission on Environment and Development) oleh PBB tahun
1983 mempunyai andil yang sangat besar dalam merumuskan wawasan
lingkungan dalam pembangunan di semua sektor. Pendekatan yang dilakukan
WCED terhadap lingkungan dan pembangunan dari 6 (enam) aspek, yaitu
keterkaitan, berkelanjutan, pemerataan, sekuriti dan risiko lingkungan,
pendidikan dan komunikasi, serta kerja sama internasional. Laporan WCED
yang dibuat oleh Komisi Brundtland (Brundtland Commission) di tahun 1987,
yaitu ”Hari Depan Kita Bersama” (Our Common Future) telah mencuatkan
gagasan sustainable development (pembangunan berkelanjutan).
Dalam perjalanan sejarah lingkungan hidup secara global, aspek
kelestarian lingkungan hidup juga tidak dapat dilepaskan peranan LSM
Internasional di antaranya European Communites (EC), OECD, IUCN, atau
Association of Southeast Asian Nations. Beberapa LSM Internasional yang
terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di daerah, seperti
WWF, TNC Indonesia Program, WEC, OISCA, AWB, CUSO, FWZS, ICBP,
Sticthing FACE, Conservation International, maupun Care International
Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan
kepedulian dan kesadaran masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi secara aktif
dalam pengelolaan lingkungan hidup.

13
Gerakan lingkungan atau mereka yang bekerja untuk peduli terhadap
masalah lingkungan sangat beragam. Ton Dietz menelaah gerakan lingkungan
ini secara sederhana dan penulis mengategorikannya ke dalam beberapa aliran
berikut ini.

e. Aliran Fasis Lingkungan (Eco-Fascism)


Kaum fasis lingkungan ini adalah mereka yang “memperjuangkan
masalah lingkungan demi lingkungan itu sendiri”. Dengan risiko apapun,
lingkungan perlu dilindungi. Landasan lingkungan seperti ini disebut oleh Ton
Dietz sebagai pendekatan lingkungan hidup yang bersifat otoriter atau
ekototaliter adalah konsep bahwa skala dan mendesaknya masalah lingkungan
saat ini sudah sedemikian kuatnya sehingga kepemimpinan yang otoriter dan
teknokratis dibutuhkan. Kaum ekofasis menganggap konservasi lingkungan
sebagai jauh lebih penting dari pada kehidupan rakyat, khususnya kehidupan
rakyat miskin.

f. Aliran Pembangunan Lingkungan (Eco-developmentalism atau


Environmentalism)
Mereka yang tergolong pada kaum ini adalah yang memperjuangkan
kelestarian lingkungan bukan demi lingkungan itu sendiri, tetapi terutama demi
keberlangsungan pertumbuhan ekonomi dan pemupukan modal (kapitalisme).
Semboyannya yang terkenal adalah “sustainable development”. Lingkungan
perlu dilestarikan karena hanya melalui pelestarian tersebut terjamin pula
keajekan pasokan bahan baku industri sehingga pertumbuhan ekonomi akan
terus berlangsung.

g. Aliran Ekologi Kerakyatan atau Lingkungan-Kerakyatan (Eco-Populism)


Kaum yang tergolong pada kelompok ini merupakan aktivis gerakan
lingkungan yang sangat memihak kepada kepentingan rakyat banyak,
lingkungan untuk menyejahterakan masyarakat. Semboyannya adalah hutan
untuk rakyat (forest for people). Ekopopulisme ini dapat dibagi lagi ke dalam
dua golongan, yaitu (1) ekopopulisme kuat (strong ecopopulism) (2)

14
ekopopulisme lemah (weak ecopopulism). Kedua golongan ini telah menemukan
kembali nilai berharga dari pertanian (agro-foresty) dan bentuk-bentuk gembala
ternak (sylo-pastoral). Kedua kaum ini cenderung berpendapat bahwa partisipasi
dari semua warga masyarakat adalah mungkin dan merupakan kunci untuk
menemukan pemecahan masalah.
Menelaah gerakan lingkungan atau aliran yang dianut di Indonesia
tentunya tidak bisa dilepaskan dari komponen pendukung sekaligus penunjang
dari program pembangunan lingkungan hidup, yaitu pemerintah, ornop/LSM,
pihak yang terkait terhadap suatu program tertentu dan masyarakat. Mengkaji
perkembangan gerakan lingkungan hidup dengan menelusuri aliran mana yang
dianut tentunya banyak faktor yang dapat ditelusuri, berikut ini faktor-faktor
tersebut.
1. Komitmen politik pemerintah terhadap pembangunan lingkungan hidup.
Setiap rezim pemerintah yang berkuasa mempunyai paradigma tersendiri
dalam melihat program pembangunan lingkungan hidup sehingga dapat
ditelusuri terjadinya perbedaan kebijakan dalam penanganan masalah
lingkungan hidup. Hal ini telah dinyatakan oleh Sudarto P. Hadi, yaitu
“Kendatipun komitmen politik pemerintah cukup awal dibandingkan dengan
sesama negara berkembang, tetapi implementasi konsep pembangunan
berkelanjutan seperti jalan di tempat. Di masa Orde Baru pencemaran dan
kerusakan lingkungan meningkat baik dalam arti intensitas maupun
keragamannya”.
2. Konsep dan aplikasi program pembangunan lingkungan hidup. Hal ini dapat
ditelusuri dari berbagai program pemerintah bersama, LSM atau masyarakat
mengadakan program yang berdampak pada aspek kesejahteraan, aspek
ekologis maupun kesadaran konservasi. Berikut ini, beberapa program yang
dapat penulis ungkapkan di sini.

a. Program Seed for People : Hutanku Masa Depanku. Suatu program dengan
upaya membangun sentra-sentra produksi kayu jati rakyat berbasis benih unggul
dengan pola sharing. Model pembangunan hutan kayu rakyat di masa depan
yang mampu menjawab tantangan dalam menanggulangi kebutuhan industri

15
kayu dan lahan kritis. Program ini merupakan pola kerja sama yang sinergis
antara Departemen Kehutanan, Pemerintahan kabupaten, PT. Perhutani, dan
masyarakat.

b. Pengelolaan produksi bersama (Joint Forest Resources Management) antara


Perhutani dan masyarakat dan selanjutnya nanti diadakan Production Sharing
Management (Manajemen Bagi Hasil) melalui studi PRA, yaitu masyarakat
diikutsertakan pada pengambilan keputusan, perencanaan dan pelaksanaan, serta
memberi peranan yang lebih besar dan prioritas kepada masyarakat dalam
kegiatan yang banyak melibatkan masyarakat.

c. Community Based Forest Management. Peran pemerintah daerah sebagai


fasilitator dalam mekanisme tata kelola sumber daya hutan di masing-masing
wilayah hutan dan desa. Dampak positif pada terjaganya kualitas hutan,
menekan jumlah perambah, dan peningkatan pendapatan masyarakat.

d. PT. Perhutani dalam pengelolaan sumber daya hutan telah memberikan


kesempatan kerja dan berusaha pada masyarakat hutan (masyarakat desa hutan)
seperti reboisasi, pemeliharaan hutan, pemungutan hasil hutan.

e. Adanya bentuk-bentuk kegiatan, seperti: program pendekatan kesejahteraan


masyarakat (prosperity approach) seperti Insus dan Inmas Tumpangsari,
Pembinaan Masyarakat Desa Hutan, Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM), tanaman obat-obatan, dan lain-lain.

f. Perhutanan Sosial (Social Forestry). Aktivitas masyarakat desa, baik


perorangan maupun kelompok dalam penanaman, pemeliharaan dan
pemanfaatan hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program social forestry tersebut sudah termasuk di dalamnya

16
agroforestry, prosperity approach, forestry forest for local community
development.

Beberapa alasan di atas dapat ditelaah bahwa gerakan atau aliran


lingkungan hidup yang dianut oleh Indonesia tidak dapat dikatakan menganut
satu aliran. Banyak data empiris yang membuktikan pola-pola aliran tersebut
berkembang secara natural dan sangat tergantung pada sudut pandang pihak
tertentu dalam menyelesaikan konflik lingkungan hidup yang dihadapi. Dengan
tidak dianutnya satu pola aliran maka dapat dikatakan pola aliran gerakan
lingkungan hidup di Indonesia masih terproses dalam mencari bentuk atau dapat
dikatakan menganut aliran kombinasi atau gabungan. Aliran kombinasi ini
sesungguhnya merupakan hasil data empiris yang diterapkan di mana setiap
kasus lingkungan hidup yang ditangani dapat dipecahkan dengan menganut
ketiga aliran tersebut.

h. Globalisasi
Kecenderungan globalisasi dan regionalisasi membawa sekaligus
tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan di Indonesia. Dalam era
ini, kondisi persaingan antarpelaku ekonomi (badan usaha dan/atau negara) akan
semakin tajam. Dalam kondisi persaingan yang sangat tajam ini, tiap pelaku
ekonomi (tanpa kecuali) dituntut menerapkan dan mengimplementasikan secara
efisien dan efektif strategi bersaing yang tepat (Kuncoro, 2004). Dalam konteks
inilah diperlukan ”strategi berperang” modern untuk memenangkan persaingan
dalam lingkungan hiperkompetitif diperlukan tiga hal (D’Aveni, 1995), pertama,
visi terhadap perubahan dan gangguan. Kedua, kapabilitas, dengan
mempertahankan dan mengembangkan kapasitas yang fleksibel dan cepat
merespons setiap perubahan. Ketiga, taktik yang mempengaruhi arah dan
gerakan pesaing.

17
BAB IV
Teori-Teori Modernisasi Pada Pembangunan Sektor Publik

Setelah perang dunia II, lahirlah teori modernisasi atau dengan kata lain yaitu
disebut dengan teori pembangunan yang terjadi di dunia ke tiga. Pada mulanya teori ini
muncul ialah sebagai upaya Amerika untuk memenangkan perang ideologi melawan
sosialisme yang sedang popular pada waktu itu. Bersama dengan lahirnya negara baru
di Asia, Amerika latin dan Afrika.
Menurut Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari
kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta
organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis. Soerjono Soekanto
mengartikan modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang
didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning.
Wilbert Moore juga mendefinisikan modernisasi sebagai transformasi total
masyarakat tradisional atau pra-modern ke tipe masyarakat teknologi dan organisasi
sosial yang menyerupai kemajuan dunia barat yang ekonominya makmur dan situasi
politiknya stabil.
Teori modernisasi kemudian menjalar ke berbagai negara, seperti contohnya
Indonesia. Negara akan keindahan alamnya dan berbagai banyak suku, ras, serta agama.
Teori modernisasi di Indonesia baru bisa di rasakan setelah proklamasi kemerdekaan
pada 17 Agustus 1945. Pada waktu itu presiden Soekarno menyatakan bahwa
proklamasi kemerdekaan justru menjadi awal mula kehidupan Indonesia yang
sesungguhnya.
Salah satu hal paling mendasar yang perlu diperjuangkan pasca kemerdekaan
adalah kesejahteraan ekonomi rakyat. Selama lebih dari 300 tahun, rakyat Indonesia
hidup di bawah kekuasaan jajahan bangsa lain, yang berarti rakyat Indonesia yang
sesungguhnya tidak pernah merasakan kesejahteraan lantaran sumber daya mereka
dieksploitasi penjajah, dan hasilnya pun kemudian yang menikmati adalah bangsa
penjajah.
Pasca kemerdekaan, Indonesia mendapat kebebasan dan sekaligus tantangan
baru untuk dengan mandiri melakukan pembangunan dan menyejahterakan rakyatnya.

18
Pada masa orde lama, Presiden Soekarno nampak amat berusaha mewujudkan
idealisme-idealismenya terkait dengan pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan negara. Presiden Soekarno dengan idealisme-
idealismenya, ingin agar Indonesia kemudian dapat bersanding sejajar dengan negara-
negara besar lainnya seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Pada 1965 terjadi pemberontakan PKI, dan pada 1967 Soeharto resmi menjadi
presiden oleh pemilu MPRS menggantikan Presiden Soekarno. Pada saat yang sama
masa orde baru resmi dimulai. Rezim orde baru dimulai saat Indonesia mengalami krisis
perekonomian yang dahsyat. Presiden Soeharto kemudian berusaha mengembalikan
citra Indonesia di mata dunia internasional.
Presiden Soeharto beserta dengan kabinetnya bekerja cukup keras
memperjuangkan pembangunan dengan orientasi ke luar dengan berusaha memperoleh
dukungan dari berbagai pemerintah kapitalis asing dan masyarakat bisnis internasional
(Mochtar 1989).
Pada masa-masa awal pemerintahan orde baru, kebijaksanaan luar negeri
ekonomi Indonesia diarahkan untuk meraih dukungan para kreditornya, khususnya
negara-negara Barat dan Jepang. Hal ini dikarenakan pada waktu itu hutang Indonesia
telah menumpuk banyak, dan simpati negara-negara internasional sangat minim oleh
karena strategi "Berdikari" Indonesia.
Pada Februari 1967, Indonesia resmi kembali menjadi anggota IMF, dan dengan
masuknya Indonesia kembali ke IMF sesungguhnya menjadi awal yang baik untuk
Indonesia memulihkan citranya di mata dunia internasional.
Pada 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya sebagai
presiden Indonesia setelah lebih kurang 32 tahun memerintah Indonesia. Orientasi
pembangunan Indonesia pasca reformasi nampak dari program-program pembangunan
pemerintah yang berdasar pada asas demokrasi.
Sedangkan orientasi pembangunan Indonesia pasca reformasi yang keluar
nampak dari meningkatnya intensitas kerjasama Indonesia dengan negara-negara lain
dan semakin gencarnya Indonesia tergabung dalam kerjasama internasional. Setelah
selama lebih kurang 32 tahun pada masa pemerintahan Soeharto Indonesia lebih
cenderung bersistem otoriter, setelah reformasi pembangunan Indonesia berdasar pada
asas demokrasi dimana kesejahteraan rakyat menjadi fokus dan perhatian pemerintah.

19
Teori modernisasi menjelaskan tentang proses transformasi dari
masyarakat tradisional atau terbelakang ke masyarakat modern. Modernisasi merupakan
proses perubahan terhadap sistem ekonomi, sosial dan politik yang berkembang
di Eropa Barat dan Amerika Utaradari abad ke-17 sampai ke-19 yang kemudian
menyebar ke negara-negara Eropa lainnya.[1] Perubahan tersebut juga terjadi di Amerika
Selatan, Asia dan Afrika pada abad ke-19 dan ke-20. Teori modernisasi fokus pada cara
masyarakat pramodern menjadi modern melalui proses pertumbuhan ekonomi dan
perubahan struktur sosial, politik dan budaya. Masyarakat modern adalah
masyarakat industri. Oleh karena itu, hal pertama yang harus dilakukan untuk
memodernkan masyarakat adalah dengan industrialisasi.

A. Sejarah

Teori modernisasi berkembang dalam tiga fase. Fase pertama (1950-an


dan 1960-an), fase kedua (1970-an dan 1980-an), fase ketiga (1990-an). Teori
modernisasi lahir sebagai sejarah tiga peristiwa penting dunia setelah Perang
Dunia II, yaitu munculnya Amerika Serikat sebagai kekuatan dominan dunia,
perluasan gerakan komunis sedunia dimana Uni Soviet mampu memperluas
pengaruh politiknya ke Eropa Timur dan Asia serta lahirnya negara-negara
merdeka baru di Asia (Afrika dan Amerika Latin). Terdapat dua teori yang
melatarbelakangi lahirnya teori modernisasi, yaitu teori evolusi dan teori
fungsionalisme.

Teori evolusi menggambarkan perkembangan masyarakat dalam dua


hal. Pertama, teori evolusi menganggap bahwa perubahan sosial merupakan
gerakan searah, seperti garis lurus. Masyarakat berkembang dari masyarakat
primitif menuju masyarakat maju Kedua, teori evolusi membaurkan antara
pandangan subjektifnya tentang nilai dan tujuan akhir perubahan
sosial. Perubahan menuju bentuk masyarakat modern merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari.

20
Teori fungsionalisme tidak lepas dari pemikiran Talcott Parsons yang
memandang masyarakat seperi organ tubuh manusia Pertama, struktur tubuh
manusia memiliki bagian yang saling terhubung satu sama lain. Oleh karena itu,
masyarakat mempunyai berbagai kelembagaan yang saling terkait satu sama
lain. Kedua, setiap bagian tubuh manusia memiliki fungsi yang jelas dan khas,
demikian pula setiap bentuk kelembagaan dalam masyarakat.

B. Pemikir klasik teori modernisasi

Terdapat tiga pemikir klasik teori modernisasi untuk menggambarkan


bagaimana seorang sosiolog, ekonom dan ahli politik menguji persoalan
pembangunan di Negara Dunia Ketiga.
 Menurut Neil Smelser, modernisasi akan selalu melibatkan konsep
diferensiasi struktural. Dengan adanya proses modernisasi, ketidakteraturan
struktur masyarakat yang menjalankan berbagai fungsi sekaligus akan dibagi
dalam substruktur untuk menjalankan satu fungsi yang lebih khusus.
 Walt Whitman Rostow menyatakan bahwa ada lima tahapan pembangunan
ekonomi, yaitu masyarakat tradisional, persiapan tinggal landas, tinggal
landas, menuju kematangan dan konsumsi massa. Namun, masalah yang
dihadapi Negara Dunia Ketiga adalah bagaimana memperoleh sumber daya
yang diperlukan, khususnya sumber daya modal untuk mencapai tingkat
investasi produktif yang tinggi.[4] Menurut Rostow, masalah dana investasi
dapat diselesikan dengan beberapa cara, yaitu pemindahan sumber dana
secara radikal atau melalui berbagai kebijakan pajak, investasi yang berasal
dari lembaga-lembaga keuangan, perdagangan internasional dan investasi
langsung modal asing.
 Menurut James S. Coleman, modernisasi politik merujuk pada proses
diferensiasi struktur politik dan sekularisasi budaya politik yang mengarah
pada etos keadilan. Terdapat tiga hal pokok yang dinyatakan oleh Coleman,

21
yaitu diferensiasi politik dapat dikatakan sebagai salah satu kecenderungan
sejarah perkembangan sistem politik modern, prinsip kesamaan dan keadilan
merupakan etos masyarakat modern serta usaha pembangunan politik yang
berkeadilan akan membawa akibat pada perkembangan kapasitas sistem
politik.

C. Tahapan modernisasi

Walt Whitman Rostow mengidentifikasi bahwa ada lima tahapan dalam


modernisasi, yaitu.
1. Masyarakat tradisional: tahapan ini ditandai dengan kegiatan bertani
dan barter.
2. Persiapan untuk tinggal landas: tahapan ini ditandai dengan adanya
spesialisasi, produksi barang dan perdagangan. Selain itu, infrastruktur
transportasi dikembangkan untuk mendukung perdagangan . Tahapan ini
pada akhirnya mendorong adanya investasi
3. Tinggal landas: pada tahapan ini terjadi peningkatan industrialisasi dan
ekonomi beralih dari pertanian ke manufaktur.
4. Menuju kematangan: pada tahap ini terjadi diversifikasi ekonomi ke daerah
baru dan sedikit ketergantungan pada impor
5. Konsumsi massa: pada tahap ini ekonomi menuju konsumsi massa dan
pelayanan di sektor jasa semakin mendominasi.

22
D. Asumsi

Terdapat dua asumsi dalam teori modernisasi.


1. Pertama, teori modernisasi berasal dari konsep-konsep metafora yang
diturunkan dari teori evolusi.
2. Kedua, teori modernisasi berasal dari pola pikir teori
fungsionalisme. Berdasarkan teori evolusi, modernisasi merupakan proses
bertahap, proses homogenisasi, terbentuk sebagai
proses Eropanisasi atau Amerikanisasi, proses yang tidak bergerak mundur,
perubahan progresif dan memerlukan waktu panjang. Sementara itu,
berdasarkan teori fungsionalisme modernisasi merupakan proses sistematik,
proses transformasi dan proses yang terus-menerus.

Teori modernisasi mampu menurunkan berbagai implikasi kebijakan


pembangunan yang perlu diikuti negara Dunia Ketiga dalam memodernkan
dirinya.[4] Pertama, teori modernisasi secara implisit memberikan pembenaran
hubungan kekuatan yang bertolak belakang antara masyarakat tradisional dan
modern.[4] Dalam hal ini Amerika Serikat dan Eropa Barat sebagai negara maju
dan Negara Dunia Ketiga sebagai masyarakat tradisional dan
terbelakang. Kedua, teori modernisasi menilai ideologi komunisme sebagai
ancaman pembangunan Negara Dunia Ketiga.[4] Oleh karena itu, jika Negara
Dunia Ketiga ingin melakukan modernisasi, mereka perlu menempuh arah yang
telah dijalani Amerika Serikat dan Eropa Barat. Ketiga, teori modernisasi
mampu memberikan legitimasi tentang perlunya bantuan asing, khususnya dari
Amerika Serikat.[4]

E. Kritik Terhadap Teori Modernisasi

Daniel Lerner menyatakan bahwa teori modernisasi melupakan sejarah


yang terjadi pada Negara Dunia Ketiga. Dalam sejarahnya, Negara Dunia Ketiga
mengalami masa penjajahan oleh bangsa Eropa sehingga membuat negara

23
tersebut tertinggal. Selain itu, teori ini menyatakan bahwa untuk menjadi
modern, Negara Dunia Ketiga harus mengikuti proses yang terjadi di Negara
Dunia Pertama (negara Barat). Akan tetapi, proses Negara Dunia Pertama
menjadi modern membutuhkan waktu yang sangat panjang.

24
BAB V
Proses Dan Tahapan Dari Pembangunan Sektor Publik

A. Proses dan Tahapan Pembangunan Sektor Publik


Dalam rangka menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang
berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, maka Daerah perlu
menyelenggarakan forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang) secara berjenjang, mulai dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan,
kabupaten/kota hingga tingkat propinsi, termasuk menyelenggarakan Forum
Satuan Kerja Perangkat Daerah/Propinsi, Kabupaten dan Kota (Forum SKPD).
Sedangkan untuk meyusun Rencana Kerja Pemerintah Pusat yang
berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan nasional, maka Pemerintah
perlu menyelenggarakan Musrenbang Pusat, Musrenbang Propinsi dan
Musrenbang Nasional. Semua masukan yang diperoleh dari Musrenbang secara
berjenjang ini diperlukan karena akan mempengaruhi kegiatan pembangunan
yang berkait dengan pendanaan atau anggaran kegiatan di daerah.
Pada tahap perencanaan dan penganggaran ini harus dipastikan adanya
partisipasi perempuan untuk menyuarakan kebutuhannya. Perempuan atau
kelompok perempuan harus dipastikan ikut berpartisipasi dalam setiap
Musrenbang agar kebutuhan dan kepentingannya dapat terwakili.
a. Sistem Perencanaan Dan Pengaggaran Nasional
1. Tahapan dalam sistem perencanaan nasional adalah:
2. Tahap Persiapan Perencanaan
3. Tahap Perencanaan dan Anggaran
4. Tahap Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan dan Belanja Negara
5. Tahap Pelaporan dan Pertanggung-jawaban

b. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan tersebut melalui 2 tahapan berikut:
1. Penjaringan aspirasi masyarakat melalui Musrembang dari tingkat
Desa/Kelurahan sampai tingkat Kecamatan.

25
2. Penentuan Arah dan Kebijakan melalui forum Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dari tingkat Kabupaten Kota sampai tingkat propinsi.

c. Tahap Persiapan Perencanaan


Pada tahap ini Kepala Pemerintahan baik pada tingkat Desa/Lurah
hingga Nasional menetapkan Tim Penyelenggara Musrenbang. Tim inilah yang
akan menyusun jadwal serta agenda Musrenbang, mengumumkan atau
mengundang minimal 7 hari sebelum kegiatan dilaksanakan agar peserta dapat
melakukan pendaftaran. Tim ini juga yang akan menyiapkan materi serta
notulen pertemuan. Musrenbang ini menjadi forum untuk menjaring aspirasi
masyarakat.
Untuk persiapan Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Kepala
Bappeda sebagai ketua tim Penyelenggara yang akan menetapkan tata cara
penyelenggaraan forum. Tim inilah yang akan mengkompilasi daftar prioritas
yang telah ditetapkan dari Musrenbang Kecamatan, mengidentifikasi daftar
prioritas serta memperkirakan biaya tiap prioritas kegiatan yang selama ini lebih
dikenal sebagai Arah dan Kebijakan Umum (AKU). Selain itu, Tim juga akan
mengumumkan atau mengundang calon peserta minimal 7 hari sebelum
kegiatan. Peserta adalah mereka yang menjadi delegasi Musrenbang Kecamatan
dan kelompok-kelompok masyarakat yang bekerja dalam bidang yang terkait
dengan fungsi/ SKPD pada tingkat Kabupaten/kota.
Pada tahap persiapan perencanaan ini juga harus dipastikan adanya
partisipasi perempuan untuk menyuarakan kebutuhannya. Perempuan atau
kelompok perempuan harus dipastikan ikut berpartisipasi dalam setiap
Musrenbang agar kebutuhan dan kepentingannya dapat terwakili.

26
1. Penjaringan Aspirasi Masyarakat dilakukan melalui Wadah Musrenbang
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan).
Adapun tahapan Musrenbang adalah:
1. Musrenbang Desa/Kelurahan dilaksanakan pada bulan Januari, dimana
aspirasi masyarakat dapat digali melalui dialog atau musyawarah antar
kelompok-kelompok masyarakat. Perempuan dan kelompok perempuan
harus ikut berpartisipasi untuk memasukkan agenda kebutuhannya dalam
forum Musrenbangdes/Musrenbangkel tersebut. Keluaran dari
Musrenbang di tingkat ini adalah penetapan prioritas kegiatan
pembangunan tahun mendatang sesuai dengan potensi serta
permasalahan di desa/kelurahan tersebut. Pada tahap ini juga ditetapkan
daftar nama 3–5 orang delegasi dari peserta Musrenbang Desa/Kelurahan
untuk menghadiri Musrenbang Kecamatan. Menurut SE Menteri Negara
untuk Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapenas dan Menteri
Dalam Negeri, perempuan harus ada dalam komposisi delegasi. Untuk
itu, disini perlu sungguh-sungguh dipastikan bahwa dalam delegasi
terdapat perwakilan perempuan.
2. Musrenbang Kecamatan dilaksanakan pada bulan Februari, Keluaran dari
Musrenbang di tingkat kecamatan ini menetapkan daftar prioritas
kegiatan pembangunan di wilayah kecamatan. Prioritas kegiatan
pembangunan ini disesuaikan menurut fungsi SKPD dan penetapan
anggaran yang akan didanai melalui APBD dan sumber pendanaan
lainnya.
Hasil penetapan daftar prioritas ini kemudian disampaikan oleh masing-masing
delegasi kepada masyarakat pada masing-masing desa/kelurahan.
Pada tahap ini juga ditetapkan delegasi untuk mengikuti forum SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/Kota. Perwakilan perempuan harus dipastikan masuk dalam delegasi
tersebut.

 Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten/Kota dilaksanakan


antara bulan Februari dan bulan Maret.

Keluaran dari Forum ini adalah:

27
1. Rancangan Rencana Kerja-SKPD (Renja-SKPD) yang memuat kerangka
regulasi dan kerangka anggaran SKPD yang akhirnya menjadi Rencana
Kerja Perangkat Daerah (RKPD).
2. Prioritas kegiatan yang sudah dipilah menurut sumber pendanaan dari
APBD kabupaten/kota, APBD Propinsi dan APBN.
3. Menetapkan delegasi dengan memperhatikan komposisi perempuan
untuk mengikuti Musrenbang Kabupaten/Kota.

 Musrenbang Daerah Kabupaten/Kota dilaksanakan sepanjang bulan Maret.

Keluaran dari Musrenbang Kabupaten/Kota ini adalah:


1. Arah kebijakan, prioritas pembangunan dan pagu dana berdasarkan
fungsi SKPD.
2. Daftar prioritas yang sudah dibahas pada forum SKPD.
3. Daftar usulan kebijakan/regulasi pada tingkat pemerintahan
Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat.
4. Rancangan pendanaan untuk Alokasi Dana Desa.
5. Dalam upaya menjaga konsistensi keluaran dalam bentuk Rencana Kerja
Perangkat Daerah (RKPD) maka dilakukan beberapa forum
multistakeholders Paska Musrenbang antara delegasi masyarakat,
pemerintah daerah dan DPRD. Selain itu forum tersebut juga bertugas
untuk memberikan penjelasan alasan diterima atau ditolaknya sejumlah
kegiatan yang sudah diusulkan.

 Forum SKPD Propinsi dilaksanakan pada bulan Maret.

Keluaran dari Forum ini adalah:


1. Rancangan Rencana Kerja (Renja-SKPD) memuat kerangka regulasi dan
kerangka anggaran SKPD propinsi.
2. Menggabungkan Prioritas Pembangunan Kabupaten/Kota dengan Daftar
Prioritas Kegiatan Pembangunan yang berasal dari Renja-SKPD
Propinsi.
3. Mengidentifikasi prioritas kegiatan pembangunan Kabupaten/Kota yang
sesuai dengan prioritas kegiatan pembangunan Renja-SKPD Propinsi.

28
4. Forum juga menetapkan delegasi dengan memperhatikan komposisi
perempuan untuk mengikuti Musrenbang Propinsi.

 Musrenbang Pusat pada bulan Maret.

Keluarannya adalah:
1. Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
2. Rancangan Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL) Acuannya
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional yang sedang
berlaku.
3. Pesertanya adalah seluruh Kementerian/Lembaga Pemerintah Non
Departemen dan seluruh Gubernur (u.p. Kepala Bappeda Propinsi)
sebagai peninjau.

 Musrenbang Propinsi pada bulan April, merupakan tahap pemutahkhiran RKPD


Propinsi serta tahap penyelarasan RKP dan Renja-KL dengan RKPD Propinsi dan
RKPD Kabupaten/Kota.

 Musrenbang Nasional (Musrenbangnas) dilaksanakan pada bulan April, pada tahap


ini hasil Musrenbang Propinsi disampaikan kepada seluruh Kementerian/Lembaga,
Gubernur dan Kepala Bappeda Propinsi untuk disepakati sebagai program prioritas
pembangunan nasional, prioritas pendanaan RAPBN dan rancangan akhir RKP
untuk disampaikan dan dibahas dalam sidang kabinet.

2. Penentuan Arah Kebijakan melalui Forum SKPD berdasarkan:


1) RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah), RKPD
(Rencana Kerja Pemerintah Daerah).
2) Pokok-pokok pikiran DPRD.
3) RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional).
4) Masukan dari masyarakat (perempuan) melalui dengar pendapat, lobby,
dan kampanye.
Kriteria Penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) APBD berdasarkan:
1) Sesuai visi, misi, tujuan, sasaran dan kebijakan yang sesuai dengan RPJMD dan
RKPD serta dokumen perencanaan lainnya.

29
2) Memuat arah dan kebijakan umum yang disepakati sebagai pedoman menyusun
strategi dan prioritas APBD.
3) Perlu fleksibel dalam penyusunannya dengan penjabaran yang memberikan
peluang pengembangan bagi pelaksanaannya. Penentuan strategi dan prioritas
APBD, yang merupakan perumusan kebijakan anggaran disusun berdasarkan
arah kebijakan APBD.
4) Di sini harus dilihat apakah visi, misi dan sasaran kebijakan daerah mengurangi
ketidakadilan gender.

3. Alasan Penyusunan Prioritas APBD


1) Agar skala dan kebutuhan yang paling diinginkan masyarakat
terakomodir
2) Agar alokasi sumber daya yang dimiliki dapat dilakukan secara
ekonomis, efisien dan efektif demi kebutuhan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat termasuk perempuan
3) Tersusunnya program atau kegiatan yang lebih realistis dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat termasuk perempuan, khususnya program-
program yang bersentuhan langsung dengan publik.

d. Tahap Pelaksanaan
Hal penting yang harus dikritisi dalam penganggaran adalah 80%
anggaran kembali diperuntukan bagi kepentingan aparat yang disebut dengan
Anggaran Rutin seperti belanja aparatur diantaranya belanja pegawai, belanja
barang dan jasa, belanja perjalanan dinas dan belanja pemeliharaan. Dan hanya
20% dari anggaran tersebut yang digunakan untuk belanja pelayanan publik.
Sehingga dengan peran serta atau keterlibatan masyarakat mulai dari
proses perencanaan sampai pada tahap pelaksanaan, adalah untuk memastikan
bahwa 80% anggaran tersebut seharusnya diperuntukkan bagi program-program
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan hanya 20% untuk membiayai dirinya
sendiri.

30
Kendala Perempuan Berpartisipasi
Kemungkinan untuk memasukkan aspirasi perempuan ada dalam tahap perencanaan
yaitu tahap I, tahap penjaringan aspirasi masyarakat.
Tetapi realitanya proses ini tidak dirancang untuk mendengarkan suara perempuan
miskin. Bagi perempuan yang notabene tidak berorganisasi dan tidak terbiasa
menyuarakan kepentingannya, maka proses ini sulit untuk dimanfaatkan.

 Pada tahap II, penentuan kebijakan umum anggaran (KUA), kembali persoalan
perempuan tidak terangkat, karena hal ini berhubungan dengan luputnya
memasukkan analisis persoalan perempuan dalam RPJMD dan atau RKPD.

 Untuk memastikan agar kebutuhan dan kepentingan perempuan benar-benar masuk


dalam perencanaan dan penganggaran daerah maupun nasional maka perlu
diadakan program-program peningkatan kapasitas bagi perempuan dan organisasi
perempuan.

Program peningkatan kapasitas perempuan dan organisasi perempuan ini bertujuan agar
perempuan tersebut tahu hak dan kewajibannya dalam proses perencanaan, dan yang
lebih penting lagi agar perempuan dan kelompok perempuan mampu memasukkan
kepentingan gender dalam agenda proses perencanaan daerah maupun nasional.

Upaya Memasukkan Kepentingan Perempuan Dalam Proses Penganggaran


Langkah Tahap Persiapan
1. Tersedianya data pilah tentang persoalan perempuan yang ada di daerah masing-
masing.
2. Perempuan dan kelompok perempuan harus melakukan analisa gender terhadap
kerja pembangunan yang ada di daerah masing-masing.
3. Perempuan dan kelompok perempuan harus melakukan sosialisasi pemahaman
tentang masalah ketidakadilan yang muncul akibat relasi gender yang timpang pada
masing-masing daerah.
4. Perempuan dan kelompok perempuan terlibat aktif dalam proses Musrenbang dari
tingkat desa/kelurahan sampai pada tingkat propinsi dan nasional.
5. Perempuan dan kelompok perempuan harus terus memantau hasil keluaran dari
masing-masing Musrenbang tersebut agar dapat memastikan apakah kepentingan

31
perempuan secara konsisten tetap dapat menjadi prioritas kegiatan pembangunan di
daerah masing-masing.

Langkah Tahap Pelaksanaan


1. Mengamati apakah program atau proyek telah mencapai target seperti yang
direncanakan pada tahap awal dengan memperhatikan kepentingan perempuan.
2. Melihat apakah alokasi anggaran direalisasikan sesuai dengan anggaran yang
dialokasikan dalam APBD (Berapakah nilai riil dari alokasi anggaran yang ada?
Apakah tender telah berjalan secara transparan dan akuntabel? Apakah perempuan
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan pembangunan?) Apakah penerima manfaat dari
program tersebut telah tepat sasaran dan apakah dampak dari program tersebut
dapat diukur untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat termasuk perempuan?
3. Jika terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan, sebaiknya masyarakat termasuk
perempuan menyampaikan hasil pengaduan tersebut kepada institusi yang
berwenang (aparat kepolisian, BPK, Bawasda, BPKP).

Bukti-bukti penyimpangan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan advokasi untuk


pemilihan kepala daerah pada tahun berikutnya.

Langkah Tahap Monitoring dan Evaluasi


1. Masyarakat termasuk perempuan harus kritis dalam meninjau hasil laporan
pertanggung-jawaban kepala pemerintahan daerah, gubernur/bupati.
2. Laporan tahunan tersebut hendaknya dapat diperoleh sebelum dibahas oleh dewan
dan diputuskan apakah pertanggung-jawaban tersebut diterima atau ditolak.
3. Dalam mengkritisi hendaknya harus jelas indikator yang digunakan, apakah
pemerintah dalam melakukan kegiatannya telah mempertimbangkan keterwakilan
perempuan? Dan sebaiknya juga memperbandingkan antara laporan tertulis dengan
kinerja di lapangan. Jika memang tingkat penyimpangan dan kebohongan tinggi,
dapat saja diadvokasikan agar laporan tersebut ditolak atau paling tidak direvisi.

32
B. Siklus Perencanaan Pembangunan
Dalam implementasi perencanaan adalah suatu kondisi yang lazim
terjadi dimana tiba-tiba dalam perjalanan terjadi suatu proses perubahan yang
mendadak atau tidak terduga sama sekali dan perubahan tersebut juga bisa saja
tidak selalu dapat diantisipasi. Fenomena ini menunjukkan bahwa disamping
nuansa sifatnya yang dinamis, perencanaan juga rentan dengan berbagai kondisi
yang aktif dan bereaksi di dalam maupun di luar sistem perencanaan yang
sedang dijalankan.
Seringkali terdapat kesalah pahaman seakan-akan perencanaan berarti
kegiatan penyusunan rencana saja. Sedangkan perencanaan adalah suatu proses
kegiatan usaha yang terus-menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu
rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan
evaluasi pelaksanaannya. Hal yang terakhir ini sering juga disebut sebagai
pengendalian.
Secara lebih terperinci dapat dikemukakan tahap-tahap dalam suatu
proses perencanaan sebagai berikut :
a. Penyusun Rencana
Penyusun rencana ini terdiri dari unsur-unsur:
1. Tinjauan kedaaan.
Tinjauan keadaan atau review ini dapat berupa tinjauan sebelum
memulai ssuatu rencana (review before take of) atau suatu tinjauan
tentang pelaksanaan rencana sebelumnya (review of performance).
Dengan kegiatan ini diusahakan dapat dilakukan dan diidentifikasi
masalah-masalah pokok yang (masih) dihadapi, seberapa jauh kemajuan
telah dicapai untuk menjamin kontinuitas kegiatan-kegiatan usaha,
hambatan-hambatan yang masih ada, dan potensi-potensi serta prospek
yang masih bisa dikembangkan.
2. Perkiraaan keadaan masa yang akan di lalui rencana.
Sering juga disebut sebagai forecasting. Dalam hal ini diperlukana data-
data statistik, berbagai hasil penelitian dan teknik-teknik proyeksi.
Mekanisme informasi untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan
perspektif masa depan.

33
3. Penetapan tujuan rencana (plan objectives) dan pemilihan cara-cara
pencapaian tujuan rencana tersebut. Dalam hal ini sering kali nilai-nilai
politik, sosial masyarakat, memainkan peranan yang cukup penting.
Secara teknis hal ini didasarkan kepada tinjauan keadaan dan perkiraan
tentang masa yang akan di lalui rencana. Dilihat dalam suatu kerangka
yang lebih luas berdasar atas konsistensi dan prioritas. Pada umumnya
hal ini sebaiknya dilakukan melalui penyusunan suatu kerangka
menyeluruh atau kerangka makro. Dengan demikian, dapat dilihat
implikasi dari hubungan-hubungan antara berbagai variabel dan
parameter dalam bidang ekonomi dan sosial secara menyeluruh.
4. Identifikasi kebijaksanaan dan/atau kegiatan usaha yang perlu dilakukan
dalam rencana. Suatu kebijaksanaan atau policy, mungkin perlu
didukung oleh program-program pembangunan. Untuk bisa lebih
operasionalnya rencana kegiatan-kegiatan usaha ini perlu dilakukan
berdasar pemilihan alternatif yan terbaik. Hal ini dilakukan
berdasar opportunity cost dan skala prioritas. Bagi proyek-proyek
pembangunan identifikasinya didukung oleh feasibility studies dan
survei-survei pendahuluan. Penyusunan kebijaksanaan dan program-
program pembangunan tersebut pada umumnya dilakukan secara
sektoral. Dengan demikian juga dilakukan penentuan sasaran-sasaran
sektoral.
5. Tahap persetujuan rencana
Proses pengambilan keputusan disini mungkin bertingkat-tingkat, dari
putusan di bidang teknis kemudian memasuki wilayah proses politik.
Disini diusahakan pula penyerasian dengan perencanaan pembiayaan
secara umum dari pada program-program perencanaan yang akan
dilakukan.

b. Penyusunan Program Rencana.


Dalam tahap ini dilakukan perumusan yang lebih terperinci
mengenai tujuan atau sasaran dalam jangka waktu tertentu, suatu perincian
jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal pembiayaan serta penentuan lembaga

34
atau kerja sama antar lembaga mana yang akan melakukan program-program
pembangunan. Bahkan dari pada masing-masing poyek-proyek
pembangunan sebgai bagian atau pun tidak dari pada program-program
tersebut terdahulu. Seringkali dipakai disini suatu program kegiatan dan
pembiayan yang konkret dari program-program atau poyek-proyek
pembangunan tersebut dalam project plan yang dituang alam project
form. Bahkan ini menjadi alat rencana, alat pembiayaan, alat pelaksanaan
dan alat evaluasi rencana yang penting.
Perlu disebutkan bahwa seringkali pengesahan rencana dilakukan
sebagai penutup ditahap ini. Dengan demikian, rencana mempunyai
kedudukan legal untuk pelaksanaannya. Sering kali tahap ini perlu dibantu
dengan penyusunan suatu flow-chart, operation-plan atau network plan.

c. Pelaksanaan Rencana.
Dalam hal ini seringkali perlu dibedakan antara tahap eksplorasi,
tahap konstruksi dan tahap operasi. Hal ini perlu dipertimbangkan karena
sifat kegiatan usahanya berbeda. Dalam tahap pelaksanaan operasi perlu
dipertimbangkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan. Kebijaksanaan-
kebijaksanaan pun perlu diikuti implikasi pelaksanaannya, bahkan secara
terus menerus memerlukan penyesuaian-penyesuaian.

d. Pengawasan Atas Pelaksanaan Rencana


Tujuan dari pengawasan adalah:
1) Mengusahakan supaya pelaksanaan rencana berjalan sesuai dengan
rencananya.
2) Apabila terdapat penyimpangan maka perlu diketahui seberapa jauh
penyimpangnan tersebut dan apa penyebabnya.
3) Dilakukannya tindakan korektif terhadap penyimpangan-
penyimpangan. Untuk ini diperlukan suatu sistem monitoring dengan
mengusahakan pelaporan dan feed back yang baik dari pada
pelaksanaan rencana.

35
e. Evaluasi
Evaluasi ini membantu kegiatan pengawasan. Dalam hal ini
dilakukan suatu evaluasi atau tinjauan yang berjalan secara teruus-menerus,
seringkali disebut sebagai concurrent review. Evaluasi juga dilakukan
sebagai pendukung tahap penyusunan rencana, yaitu evaluasi tentang situasi
sebelum rencana dimulai dan evaluasi tentang pelaksanaan rencana
sebelumnya. Dari hasil-hasil evaluasi ini dapat dilakukan perbaikan terhadap
perencanaan selanjutnya atau penyesuaian yang diperlukan dalam
(pelaksanaan) perencanaan itu sendiri.
Apabila disebutkan dalam penelahaan proses perencanaan
pembangunan ini tahap-tahap ini, maka hal tersebut hanya menunjukkan
urutan-urutannya saja, sebab di dalam kegiatan sebenarnya tahap-tahap itu
beberapa diantaranya mungkin dilakukan secara bersama-sama. Misalnya
saja bersamaan dengan pelaksanaan rencana pembangunan sebelumnya
sudah dimulai penyusunan rencana masa berikutnya. Identifikasi
kebijaksanaan atau proyek pembangunan bisa dilakukan sembarang waktu,
biarpun pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan siklus perencanaan
pembiayaannnya. Hal terakhir ini karena biasanya perencanaan pembiayaan
terkait dengan siklus tahun anggaran yang berlaku. Demikian pula tinjauan
yang berjalan juga dilakukan secara terus-menerus atau periodik. Bahkan hal
ini dapat memberi pengaruh untuk penyusunan kembali rencana sebelum
jadwal waktu selesainya rencana seperti ditetapkan semula.

36
BAB VI
Issue Dan Pembangunan Publik di Indonesia

Pelayanan publik dasar merupakan hak konstitusi warga, yang telah


dipertegas oleh UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik. Namun hingga kini
persoalan pelayanan publik di Indonesia tetap bagaikan gunung es yang tidak
bisa mencair. Mulai dari masalah pendidikan dan kesehatan yang makin mahal
tapi buruk yang menutup akses bagi kelompok rentan hingga masalah
pengurusan dokumen yang berbelit-belit walaupun hal tersebut merupakan
bagian dari hak warga untuk mendapatkan pengakuan identitas sebagai warga
negara. Setidaknya terdapat empat permasalahan mendasar dalam pelayanan
publik di Indonesia yang perlu mendapatkan sorotan.
1. Buruknya Kualitas Produk Layanan Publik.
Robohnya atap Sekolah Dasar Negeri 02 Kwitang, Jakarta Pusat yang
menimpa tiga siswa dan satu penjaga kantin pada Selasa 24 Mei 2011 lalu,
hanyalah permukaan gunung es yang tampak dalam persoalan buruknya
kualitas produk layanan pendidikan di Indonesia. Bagi warga DKI Jakarta,
hampir sepekan sulit mendapatkan pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-
hari merupakan hal lumrah. Sementara ketika air mati, tagihan tetap jalan.
Waktu sepekan tersebut masih lumrah karena di Surabaya, seorang warga
hampir satu bulan mengalami air PDAM mati total. Bahkan sebagai ibukota
Indonesia, Jakarta sedikitnya memiliki 1.001 ruas jalan yang rusak. Kerusakan
jalan di sejumlah titik telah menyebabkan sedikitnya 27 kasus kecelakaan,
menurut Ditlantas Polda Metro Jaya, Maret lalu.

2. Rendahnya/Ketiadaan Akses Layanan Publik Bagi Kelompok Rentan


(Miskin, Perempuan), Penyandang Cacat, Dll.
Puncak gunung es persoalan akses ini bisa dilihat dari tiga kasus berikut.
Di Juli 2010 Abdul Hamid (50) warga Uteunkot, Kecamatan Muara Dua,
Lhokseumawe mengaku dikeluarkan dari Rumah Sakit PMI di Lhokseumawe
karena keluarganya mempertanyakan mengapa dirinya yang memiliki kartu
Jamkesmas harus membeli obat menggunakan resep dokter. Kasus lain adalah

37
penggusuran warga Petukangan karena proyek Jakarta Outer Ring Road W2
(JORR W2). Dalam kasus ini Foke mengabaikan aspirasi warga yang
mayoritas menolak penggusuran tersebut, dan akibat proyek tersebut sebanyak
5.000 warga di kampung tersebut terancam kehidupannya. Pengelola sebuah
panti asuhan di Bandung kesulitan mengurus akta kelahiran sejumlah anak di
panti itu. Hal ini disebabkan tidak dapat dipenuhinya beberapa persyaratan
seperti fotokopi KTP orang tua dan Kartu Keluarga, karena orang tua mereka
sudah meninggal ataupun keberadaannya tidak diketahui. Sementara pihak
sekolah tetap meminta akta kelahiran anak-anak tersebut sebagai persyaratan
administrasi.

3. Buruknya Kualitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik.


Hasil sebuah survey tentang transportasi umum di Indonesia tahun ini
menunjukkan Kota Jakarta dan Surabaya tercatat sebagai kota yang memiliki
layanan angkutan umum terburuk. Di Jakarta tak terhitung kecelakaan yang
terjadi akibat perilaku supir angkutan umum yang ugal-ugalan dan
menyebabkan penumpang kehilangan nyawanya secara tragis. Sementara
Kereta Rel Listrik sebagai alat transportasi umum alternatif dengan ongkos
cukup terjangkau di Jakarta, merupakan sumber cerita-cerita miris. Seperti
terjadinya pelecehan seksual, kecopetan, kecelakaan seperti kesetrum dan
terjatuh dari KRL.

4. Ketidakjelasan Mekanisme Komplain Dan Penyelesaian Sengketa.


Bagi masyarakat, kondisi pelayanan publik ini diperburuk pula dengan
ketidakjelasan mekanisme pengaduan yang dapat mereka tempuh ketika
mendapatkan layanan yang mengecewakan atau di luar standar. Padahal,
layanan publik merupakan hak warga yang pemenuhannya menjadi kewajiban
negara. Sebagai contoh dalam kasus tanah melawan Perum PPD, warga Kebun
Sayur Ciracas telah mengadukan persoalan tersebut kepada DPRD DKI,
Meneg BUMN, BPN Jakarta Timur, Komnas HAM, dan Kompolnas. Namun
hingga kini sengketa tanah tersebut belum dapat terselesaikan.Menjelang
peringatan Hari Pelayanan Publik Sedunia (23 Juni) dan dua tahun ketok palu

38
UU No. 25/2009 tentang Pelayanan Publik, jaringan Masyarakat Peduli
Pelayanan Publik (MP3) menyerukan agar pemerintah menyegerakan
pelaksanaan UU Pelayanan Publik secara nyata dan mempercepat pengesahan
Peraturan Pemerintah turunan UU tersebut agar menjadi acuan perbaikan
pelayanan publik.

39
BAB VII
Pembangunan Dalam Perkembangan Ilmu Administrasi Publik

Perkembangan Administrasi Publik - Perubahan paradigma manajemen


pemerintahan telah mendorong perkembangannya administrasi publik yang sangat
dinamis mengikuti dinamika lingkungannya. Perubahan paradigma itu antara lain oleh
Savas (1983), Osborne (1992), Effendi (1995), Mustopadidjaja (1997), Mifta Thoha
(1997) mengatakan sebagai berikut : (dalam Artikel ini membahas Perkembangan
Administrasi Publik, Artikel, Teori, Sejarah)
1. Perubahan paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang serba negara
menjadi berorientasi pasar. Selama ini manajemen pemerintahan mengikuti
paradigma yang lebih mengutamakan kepentingan negara. Kepentingan negara
menjadi pertimbangan pertama dan utama untuk mengatasi segala macam
persoalan yang timbul dimasyarakat. Pasar (dapat berupa rakyat atau masalah-
masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sekarang ini, paradigmanya berubah,
orientasi manajemen pemerintahan diarahkan kepada pasar. Segala aspirasi
masyarakat menjadi lebih penting artinya untuk menjadi bahan pertimbangan
pemerintah.
2. Perubahan paradigma dari orientasi manajemen pemerintahan yang otoritarian
menjadi berorientasi kepada egelitarian dan demokrasi.
3. Perubahan paradigama dari sentralisasi kekuasaan menjadi desentralisasi
kewenangan.
4. Perubahan manajemen pemerintahan yang hanya menekankan pada batas-batas
dan aturan yang berlaku untuk satu negara tertentu, mengalami perubahan kerah
boundryless organization.
5. Perubahan dari paradigma yang mengikuti tatanan birokrasi Weberian menjadi
tatanan birokrasi yang post bureacracy government, atau perubahan dari
manajemen pemerintahan yang mengikuti struktur fisik (phsical structure) ke
tatanan manajemen pemerintahan berdasarkan pada logical structure. Dengan
kata lain, suatu tatanan administrasi negara yang berorientasi pada paperwork
menjadi tatanan administrasi negara yang paperles.\

40
Sebagai dampak dari perubahan global, administrasi publik akan mengalami
perubahan mendasar terutama peran dan orientasi yang ingin dicapai. Dalam era global
kita melihat berkembang dan tumbuhnya sistem administrasi publik dan pemerintahan
yang semakin efisien, efektif. Pergeseran peran telah mulai terjadi dimana fungsi
pemerintah dalam berbagai segi kehidupan ekonomi, sosial telah bergeser dari peran
pemerintah yang begitu besar ke arah mendorong lembaga-lembaga masyarakat/swasta
untuk mengambil bagian yang besar dalam menjalankan sebagai fungsi-fungsi
pelayanan kepada masyarakat (Osborne 1993, Kartasasmita 1996, Kristiadi 1997).
Pemeritnah cukup hanya berfungsi sebagai pengarah tidak lagi berfungsi sebagai
pengatur yang dominan. Hal ini berimplikasi pada adanya keinginan pemerintah untuk
memberdayakan masyarakat dan meningkatkan partisipasi dalam pembangunan.

Perubahan peran administrasi publik akan selalu seiring dengan dinamika


masyarakat dimana sistem administrasi negara itu berada. Frederickson (1983),
efektifitas, rasionalitas dan produktivitas, tetapi yang lebih penting adalah administrasi
negara harus menciptakan keadilan sosial, berdasarkan kebutuhan pada semua lapisan
masyarakat. Hal ini berarti administrasi negara berusaha untuk merubah kebijakan-
kebijakan maupun struktur-struktur yang secara sistematis merintangi terciptanya
keadilan sosial.
Administrasi publik memiliki fungsi untuk menjalankan kebijaksanaan dan
program-program kegiatan pemerintahan untuk mecapai tujuan yang telah ditetapkan
dalam keerangka hirarki kebijaksanaan (Bromley: 1984). Sehubungan dengan hal
ini perkembangan administrasi publik akan sangat dipengaruhi oleh kondisi
perkembangan tuntutan dan aspirasi dan pelayanan kebutuhan masyarakat yang
cenderung selalu dinamis.
Nicholas Henry (1995) telah mengidentifikasi alur perkembangan administrasi
publik sebagai kajian akademik ke dalam lima paradigma. Paradigma pertama adalah
dikhotomi politik administrasi publik, yang antara lain dipelopori oleh Woodrow
Wilson (1887 dengan tulisannya yang berjudul The Study of Administration).
Paradigma kedua adalah prinsip-prinsip administrasi yang berkembang antara tahun
1927-1937. paradigma ketiga disebut paradigma administrasi publik sebagai ilmu
politik. Paradigma keempat, yang berkembang antara tahun 1956 hingga 1970

41
memandang administrasi publik sebagai ilmu administrasi. Dalam konteks ini terdapat
perkembangan untuk menempatkan locus disiplin administrasi publik secara proposial
pada akar keilmuan administrasi dan manajemen yang berkembang sejak Henry Fayol
menulis bukunya yang berjudul Industrial and General Administration (1949).
Paradigma kelima yang berkembang sejak tahun 1970, menempatkan administrasi
publik sebagai disiplin akademik administrasi publik. Dalam hal ini bahwa administrasi
publik telah berkembang sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri.
Administrasi publik yang berkembang setelah paradigma kelima yang
diidentifikasikan oleh Henry menurut Kristiadi (1997) adalah paradigma administrasi
pembangunan. Hal ini didasarkan pada temuan-temuan hasil kajian kelompok studi
komparatid administrasi (CAG) yang menyebutkan bahwa ”adminsitrasi publik lebih
berorientasi untuk mendukung usaha-usaha pembangunan negara-negara yang belum
maju”. Pada umumnya proses kegiatan ini disebut sebagai administrasi pembangunan.
Sedangkan di negara-negara maju dewasa ini, administrasi publik lebih diarahkan
kepada upaya pencarian bentuk kelembagaan yang tepat, ketatalaksanaan dan aspek
kualitas sumebr daya manusia aparatus yang pada intinya adalah reformasi administrasi.
Setelah perkembangan paradigma administrasi publik sebagai administrasi
pembangunan, menurut Bintoro (1999), paradigma berikutnya adalah mewirausahakan
birokrasi yang dipelopori oleh Osborne, Gaebler (1992) dan perkembangan yang
terakhir adalah penyeleggaraan kepemerintahan/administrasi publik yang baik (good
governance) yang bercirikan kepastian hukum, keterbukaan, akuntability dan
konsistensi.
Sementara beberapa teoritir administrasi berpendapat bahwa peranan
administrasi publik harus makin terfokuskan pada upaya menghasilkan barang dan
inilah menurut Kristiadi (1997) efisiensi dalam pelayanan publik melalui pengadaan
barang-barang publik (public goog) dan pelayanan jasa publik sama pentingnya dengan
mekanisme pasar yang dilaksanakan oleh pemerintah yang bercirikan good governance.
Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Osborne dan Gaebler (1992), administrasi
publik perlu didukung oleh birokrasi yang memiliki semangant wirausaha.
Perubahan orientasi dan peran administrasi publik diperlukan untuk merespon
dinamika masyarakat yang tinggi terutama dalam menciptakan pelayanan yang efisien
dan efektif serta menciptakan keadilan sosial bagi warga masyarakat. Hal ini perlukan

42
karena administrasi publik berfungsi sebagai instrumen publik untuk menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian fungsi aparatur sebagai pelayanan
masyarakat harus dominan dan diutamakan ketimbang fungsi sebagai abdi negara.
Kartasasmita (1996) melakukan analisis reposisi terhadap paradigma administrasi
pembangunan (birokrasi) yang selama 32 tahun memiliki peran yang besar dalam
pembangunan bangsa, yaitu : perubahan dalam polarisasi:
1. Orientasi birokrasi bergeser dari yang kuat kepada yang lemah dan kurang
berdaya,
2. Birokrasi harus membangun partisipasi rakyat,
3. Peranan birokrasi bergeser dari mengendalikan ke mengarahkan, dan
4. Birokrasi harus mengembangakan keterbukaan dan kebertanggungjawaban.

Senada dengan itu, Moestopadijaja (1998) mengatakan bahwa penyelenggaraan


pemerintahan ke depan harus didasarkan pada prinsip-prinsip: pemberdayaan,
pelayanan, partisipasi, kemitraan, dan desentralisasi.
Fungsi pemberdayaan, aparatur pemerintah tidak harus berupaya melakukan
sendiri, tetapi mengarahkan (steering rather then rowing). Sesuatu yang sudah bisa
dilakukan oleh masyarakat, jangan dilakukan oleh pemerintah. Apabila masyarakat atau
sebagian dari mereka belum mampu atau tidak berdaya, maka harus diberdayakan
(empowering). Pemberdayaan berarti pula memberi peran kepada masyarakat lapisan
bawah di dalam keikutsertaannya dalam proses pembangunan.
Dalam rangka pemberdayaan masyarakat dalam pambangunan, peran
pemerintah dapat ditingkatkan antara lain melalui (a) pengurangan hambatan dan
kendala-kendala bagi kreativitas dan partisipasi masyarakat, (b) perluasan akses
pelayanan untuk menunjang beerbagai kegiatan sosial ekonomi masyrakat, dan (c)
pengembangan proses untuk lebih memberikan kesempatan kepada masyarakat belajar
dan berperan aktif (social learning process) dalam memamfaatkan dan mendayagunakan
sumber daya produktif yang tersedia sehingga memiliki nilai tamabah guna
meningkatkan kesejahteraan mereka.
Upaya pemberdayaan memerlukan semangat untuk melayani (a spirit of public
services), dan menjadi mitra masyarakat (partner of society); yaitu melakukan
kerjasama dengan masyarakat Esman dalam Moestopadidjaja (1997). Hal ini

43
memerlukan perubahan perilaku yang antara lain dapat dilakukan melalui pembudayaan
kode etik (code of ethical conducts) yang didasarkan pada dukungan lingkungan
(enabling strategy) yang diterjamahkan dalam standar tingkah laku yang dapat diterima
umum dan dijadikan acuan perilaku aparatur pemerintah.

Di samping itu, dalam pelaksanaan kode etik tersebut, aparatur dan sistem
manajemen publik harus bersikap terbuka, transparan dan accountable, untuk
mendorong para pemimpin dan seluruh sumber daya manusia aparatur menjadi
berwibawa, bersih dan menjadi panutan bagi masyarakat.
Pelayanan berarti pula semangat pengabdian yang mengutamakan efisiensi dan
keberhasilan dalam membangun yang dimanifestasikan antara lain dalam perilaku
melayani, bukan dilayani, mendorong bukan menghambat, mempermudah bukan
mempersulit, sederhana bukan berbelit-belit, terbuka untuk setiap orang bukan hanya
untuk segelintir orang. Dengan demikian makna administrasi publik sebagai wahana
penyelenggaraan pemerintahan negara yang harus melayani publik harus benar-benar
dihayati para penyelenggara pemerintahan negara.
Partisipasi masyarakat harus diikutsertakan dalam proses menghasilkan public
good atau services dengan mengembangkan pola kemitraan dan kebersamaan dan bukan
semata-mata dilayani. Untuk itulah kemampuan masyarakat harus diperkuat
(empowering rather than serving), kepercayaan masyarakat harus meningkat dan
kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi harus ditingkatkan.
Upaya pemberdayaan masyarakat dan dunia usaha, peningkatan partisipasi dan
kemitraan sangat memerlukan keterbukan birokrasi pemerintah, juga disamping itu
memerlukan langkah-langkah yang tegas dalam mengurangi peraturan dan prosedur
yang menghambat kreativitas dan aktivtas mereka dan memebri kesempatan kepada
masyarakat untuk dapat berperan serta dalam proses penyusunan peraturan
kebijaksanaan, pelaksanaan, pengawasan pembangunan.
Inti dari perubahan peran dan orientasi administrasi publik adalah bahwa bentuk
organisasi birokrasi yang ada sekarang harus berubah sesuai dengan tuntutan perubahan
itu sendiri, yaitu bentuk organisasi yang terbuka, fleksibel, ramping atau pipih (flat),
efisiensi dan rasional, terdesentralisasi, kaya fungsi miskin struktur sehingga
memungkin organisasi birokrasi lebih cepat menyesuaikan diri dengan perubahan

44
lingkungan. Bahkan menurut Mc Kinsey (Kristiadi:1997) desain organisasi kedepan
dicirikan oleh 7 S, yaitu:
1. system,
2. structure,
3. strategy,
4. staff,
5. skill,
6. leadership style, dan
7. share value.

Aspek sistem meliputi pemahaman terhadap visi dan misi organisasi


berdasarkan tuntutan perubahan lingkungan, nilai dan budaya yang dimiliki organisasi
yang menjadi ciri khas organisasi dan sekaligus menjadi perekat dan motivasi anggota
organisasi untuk mengembangkan berbagai aktivitas keorganisasian baik dalam
melakukan hubungan secara internal maupun dalam melakukan hubungan eksternal.
Sedangkan aspek strategi mencangkup kemampuan organisasi menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan, pemahaman kemampuan memanfaatkan peluang,
tantangan, ancaman dan kelemahan serta kekuatan yang dimiliki organisasi dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan pada akhirnya dapat survie dan
meraih kemampuan kompetitif. Aspek soft struktur organisasi meliputi staff, skill, style,
dan share value menyarakatkan proses pembelajaran yang secara terus menerus untuk
mencapainya. Administrasi publik (Birokrasi) ke depan harus menata kembali visi, misi
tujuan, sasaran dan strategi pencapaiannya dalam rangka memberikan pelayanan publik
yang cepat, efisien, terbuka, dan akuntabel.

45
BAB VIII
Masalah Pembangunan dan Pelayanan Publik

A. Teori-Teori Pembangunan
Alat ukur pembangunan perekonomian dapat dilihat dari tingkat produksi,
tingkat pendapatan dan tingkat konsumsi secara agreratif, proses pembangunan
harus dapat membawa setipa individu untuk merasakan happiness atas segala
aktivitasnya yang mendorong pada kemajuan bangsa. Pembangunan harus
dipahami secara multidimensional yang melibatkan beberapa aspek sekaligus
melalui perencanaan yang matang dalam sistem perekonomian negara.
5. Teori Tahap-Tahap Linier
Para ekonom pada tahun 1950-an hingga 1960-an memandang proses
pembangunan sebagai tahapan pertumbuhan ekonomi yang saling berkaitan
antar satu tahap ke tahap yang selanjutnya. Pembangunan diidentikan dengan
pertumbuhan ekonomi agregat secara cepat. Selain itu, dalam teori ini juga
menjelaskan peranan pemerintah dalam perekonomian walaupun konsep
konsep neoklasik seperti pasar bebas, otonomi sektor swasta tetap berjalan
secara normal.
6. Tahap-tahap pertumbuhan Rostow
Politik perang dingin yang berkobar pada tahun 1950-an dan 1060-an yang
memicu persaingan sengit di kalangan negara-negara besar untuk mencari
pengikut setia dikalangan Negara-negara yang baru saja merdeka, maka
muncullah model-model pertumbuhan ekonomi bertahap (stages-of-growth
model of development). Rostow membagi proses perkembangan ekonomi
suatu Negara menjadi lima tahap; (1) perekonomian tradisional, dengan
tingkat pendapatan masyarakat yang rendah dan perekonomian yang
stagnan (2) prakondisi tinggal landas, dimana kondisi pertumbuhan
dipersiapkan (3) tinggal landas, permulaan bagi adanya pertumbuhan
perekonomian secara berkelanjutan (4) menuju kedewasaan, tahap meuju
kematangan perekonomian dan (5) konsumsi massa tinggi, tahapan
produksi, pendapatan dan konsumsi tingkat tinggi.

46
7. Model pertumbuhan Harrod-Domar
Sebuah model yang menunjukan hubungan fungsional secara ekonomis
antara variable- variable perekonomian, pada intinya tingkat
pertumbuhan GNP (g) pada suatu negara dipengaruhi oleh tingkat
tabungan nasional (s) dan sebaliknya akan menentukan rasio modal-
output (k), sehingga persamaannya adala g = s/k. Agar pembangunan
perekonomian bisa tumbuh dengan pesat, maka alokasi GNP yang
dipergunakan untuk menabung dan menginvestasikan harus sebanyak
mungkin. Semakin banyak ditabung dan di investasikan maka semakin cepat
tingkat pertumbuhannya. Akan tetapi, tingkat pertumbuhan maksimal yang
dapat dijangkau pada setiap tingkat tabungan dan investasi amat tergantung
kepada tingkat produktivitas investasi tersebut
8. Model Perubahan Struktural
Sebuah mekanisme yang memungkinkan Negara – Negara terbelakang untuk
mentransformasikan struktur perekonomiannya dari pola pertanian subsisten
tradisional menuju ke perekonomian yang lebih modern, lebih berorientasi
pada kehidupan kota, lebih bervariasi, memiliki sector industri manufaktur
dan jasa yang tangguh. Model perubahan structural tersebut dalam analisisnya
menggunakan perangkat-perangkat neoklasik berupa konsep-konsep harga
dan alokasi sumber daya, serta metode-metode ekonometri untuk menjelaskan
terjadinya proses transformasi.
9. Teori Pembangunan Lewis
Menurut model ini, perekonomian pada Negara yang terbelakang terdiri
dari dua sector, yakni (1) sector tradisional, yaitu sector pedesaan subsisten
yang kelebihan penduduk dan ditandai dengan produktivitas marjinal tenaga
kerja sama dengan nol- merupakan situasi yang memungkinkan lewis untuk
mendifinisikan kondisi surplus tenaga kerja yang ditarik dari sector pertanian
dan sector itu tidak akan kehilangan outputnya sedikitpun.(2) sector industry
perkotaan , modern ang tingkat produktivitasnya tinggi dan menjadi tempat
penampungan tenaga kerja yang ditransfer sedikit demi sedikit dari sector
sebstensi .

47
10. Revolusi Ketergantungan Internasional
Model ketergantungan internasional memandang Negara-negara yang
berkembang sebagai korban kekuatan factor kelembagaan, politik, ekonomi,
baik yang bersekala domestic maupun internasional. Mereka semua telah
terjebak galam ketergantungan dan dominasi Negara-negara kaya.

11. Model Ketergantungan Neokolonial


Model yang dalil utamanya adalah keterbelakangan perekonomian pada
negara berekembang merupakan akibat dari adanya kebijakan politik, sosial,
ekonomi hingga budaya eksploitatif yang dimainkan oleh negara-negara
maju.

12. Model Paradigma Palsu


Bahwa negara berkembang gagal mencapai kemajuan yang cukup pesat
akibat penerapan strategi pembangunan yang keliru tidak sesuai dengan
kebutuhan dari masyarakat untuk mencapai happiness (tidak sesuai dengan
potensi, dan biasanya disarankan dari pakar ekonomi barat). Model
pembangunan yang lebih menekankan pada akumulasi kapital tanpa
memberikan perhatian pada perluasan aspek sosial, lingkungan dan
kelembagaan.

13. Tesis Pembangunan Dualisme


 Dualisme (dualism) adalah sebuah konsep yang dibahas secara luas
dalam ilmu ekonomi pembangunan. Konsep ini menunjukkan adanya
jurang pemisah yang kian lama terus melebar antara negara-negara
kaya dan miskin, serta diantara orang-orang kaya dan miskin pada
berbagai tingkat disetiap Negara. Konsep dualism ini terdapat 4
elemen kunci sebagai berikut :
Disetiap tempat dan konteks, selalu ada sejumlah elemen superior dan
elemen inferior

48
 Koeksistensi tersebut bukanlah suatu hal yang bersifat sementara atau
transisional, melainkan sesuatu yang bersifat baku, permanen atau
kronis.
 Kadar superiorritas serta inferioritas dari masing-masing elemen
tersebut bukan hanya tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang,
melainkan cenderung meningkat.
 Hubungan saling keterkaitan antara elemen-elemen yang superior
dengan elemen-elemen lainnya yang inferior tersebut terbentuk dan
berlangsung sedemikian rupa, sehingga keberadaan elemen-elemen
superior sangat sedikit atau sms sekali tidak membawa manfaat untuk
meningkatkan kedudukan elemen-elemen inferior.

14. Teori pembangunan Neo Klasik


Argument pasar bebas neoklasik adalah keyakinan bahwasanya liberalisasi
(pembukaan) pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu
investasi domestic maupun luar negri. Model pertumbuhan neoklasik solow
merupakan pilar yang sangat mewarnai teori pertumbuhan neoklasik. Pada
intinyamodel ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar,
dengan menambahkan factor kedua, yakni tenaga kerja serta memperkenalkan
variable independen. Ketiga yakni teknologi, ke dalam persamaan
pertumbuhan. Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional (“Lama”),
pertumbuhan output itu selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga factor:
kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, penambahan modal, serta
penyempurnaan teknologi.

15. Teori Pembangunan yang baru


Merupakan pengembangan dan modifikasi dari teori petumbuhan tradisional
yang khusus untuk dirancang untuk menjelaskan kenapa equilibrium
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang bisa positif dan bervariasi di
berbagai negara dan mengapa pula arus modal cenderung mengalir dari
negara-negara miskin ke Negara-negara maju meskipun rasio modal-tenaga
kerja masih rendah.

49
Dalam teori modern ini,faktor-faktor produksi yang krusial tidak hanya
banyaknya tenaga kerja dan modal,tetapi juga kualitas SDM dan kemajuan
teknologi (yang terkandung di dalam barang modal atau mesin), energi,
kewirausahaan, bahan baku,dan material. Bahkan,dalam era globalisasi dan
perdagangan bebas dunia saat ini,kualitas SDM dan teknologi merupakan dua
faktor dalam satu paket yang menjadi penentu utama keberhasilan suatu
bangsa dan negara. Selain itu, faktor-faktor lain yang oleh teori modern juga
dianggap sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah
ketersedian dan kondisi infrastruktur, hukum, serta peraturan ,stabilias poitik,
kebijakan pemerintah, birokrasi, dan dasar tukar internasional.

B. Pelayanan Publik
8. Definisi Pelayanan Publik
Secara sederhana dalam arti konsep pelayanan berarti membicarakan
tentang cara yang dilakukan untuk memberikan servis atau jasa kepada orang
yang membutuhkan. Dalam pengertian secara etimologis, kata publik berasal
dari bahasa Inggris, yakni “public” berarti masyarakat, umum, rakyat umum,
orang banyak, dan keperluan umum. Dalam Bahasa Indonesia, publik berarti
orang banyak (umum). Dengan demikian, pelayanan publik merupakan
kegiatan membantu masyarakat (stakeholders) dalam rangka memperoleh
servis dan advis yang terkait dengan kepentingan umum (orang banyak).
Menurut Kotler “A service is any act or performance that one party
can offer to another that is essentially intangible and does not result in the
ownership of anything. It’s production may or may not be tied in physical
produce”. (Pelayanan merupakan setiap tindakan atau pelaksanaan yang dapat
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya menunjukkan
tidak nyata dan tidak mengakibatkan kekuasaan atas segala sesuatunya.
Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu
proses pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi
seluruh kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan
dilakukan sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima
dan pemberi pelayanan. Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang

50
bergerak di bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang
bersifat non komersial. Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan
antara pelayanan yang dilakukan oleh orang yang bersifat komersial yang
biasanya dikelola oleh pihak swasta dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh
organisasi non komersial yang biasanya adalah pemerintah. Kegiatan
pelayanan yang bersifat komersial melaksanakan kegiatan dengan
berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan kegiatan pelayanan yang bersifat
non-komersial kegiatannya lebih tertuju pada pemberian layanan kepada
masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya tidak mencari
keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.
Terdapat tiga jenis layanan yang bisa dilakukan oleh siapapun, yaitu :
a. Layanan dengan lisan Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas -
petugas di bidang Hubungan Masyarakat (HUMAS), bidang layanan
Informasi, dan bidangbidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan
atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar supaya layanan
lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat - syarat yang harus
dipenuhi oleh pelaku layanan yaitu: a. Memahami masalah - masalah yang
termasuk ke dalam bidang tugasnya. b. Mampu memberikan penjelasan apa
yang diperlukan, dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga
memuaskan bagi mereka yang memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.
Bertingkah laku sopan dan ramah.
b. Layanan dengan tulisan Layanan melalui tulisan merupakan bentuk layanan
yang paling menonjol dalam melaksanakan tugas. Sistem layanan pada abad
Informasi ini menggunakan sistem layanan jarak jauh dalam bentuk tulisan.
Layanan tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa petunjuk
Informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang - orang yang
berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi
atau lembaga pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau
permohonan laporan, pemberian/ penyerahan, pemberitahuan dan
sebagainya. Adapun kegunaannya yaitu : a. Memudahkan bagi semua pihak
yang berkepentingan. b. Menghindari orang yang banyak bertanya kepada
petugas c. Mamperlancar urusan dan menghemat waktu bagi kedua pihak,

51
baik petugas maupun pihak yang memerlukan pelayanan. d. Menuntun
orang ke arah yang tepat
c. Layanan dengan perbuatan Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan
dilakukan oleh petugaspetugas yang memiliki faktor keahlian dan
ketrampilan. Dalam kenyataan sehari - sehari layanan ini memang tidak
terhindar dari layanan lisan jadi antara layanan perbuatan dan lisan sering
digabung. Hal ini disebabkan karena hubungan pelayanan secara umum
banyak dilakukan secara lisan kecuali khusus melalui hubungan tulis yang
disebabkan oleh faktor jarak.

9. Pengertian Pelayanan Publik


Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pelayanan publik dirumuskan
sebagai berikut: a. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani. b. Pelayanan
adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang dan
jasa. c. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang dalam
hubungannya dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan suatu gangguan
kesehatan tertentu. d. Publik berarti orang banyak (umum).
Istilah pelayanan berasal dari kata “layan” yang artinya menolong
menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan
melayani. Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan
secara ekstrim dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan manusia.
Pemerintah dalam menjalankan fungsinya sebagai pelayan dalam
penyelenggaraan pelayanan publik diperlukan sebuah kebijakan yang mengatur
tentang pelayanan publik. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang
Pelayanan Publik dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi pihak
penyelenggara pelayanan publik maupun masyarakat. paratur penyelenggara
harus merasa memiliki kewajiban hukum untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat, sedangkan masyarakat merasa apa yang harus dilakukan oleh
aparatur Negara tersebut merupakan hak dari masyarakat.
Mengenai keinginan undang-undang ini, selanjutnya dapat dilihat atau
tercermin di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, yang didalam

52
ketentuan pada pasal 4 disebutkan, sebagai berikut : 1. Terwujudnya batasan
dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung jawab, kewajiban, dan
kewenangan seluruh pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan
publik.2. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak
sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik. 3.
Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Selanjutnya Asas
pelayanan publik juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
2009 dalam ketentuan pasal 4 yaitu:
a. Kepentingan umum
b. Kepastian hukum
c. Kesamaan hak
d. Keseimbangan hak dan kewajiban
e. Keprofesionalan
f. Partisipatif
g. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif
h. Keterbukaan
i. Akuntabilitas
j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan
k. Ketepatan waktu
l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut dapat dikemukakan, bahwa pelayanan
publik merupakan kewajiban pemerintah untuk dilaksanankan sebaik-baiknya,
baik dalam hal pelayanan administrasi, maupun pelayanan atas barang jasa.
Oleh karena itu sesungguhnya tidak cukup alasan untuk tidak memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebab hal tersebut adalah kewajiban
bagi aparat penyelenggara Negara untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Berdasarkan keputusan MENPAN No.63/KEP/MENPAN/7/2003 kegiatan
pelayanan umum atau publik antara lain:
a. Pelayanan administratif Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai
bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status

53
kewarganegaraan, sertifikat kompetensi, kepemilikan atau penguasaan
terhadap suatu barang dan sebagainya. Dokumendokumen ini antara lain
Kartu Tanda Pendudukan (KTP), akte Kelahiran, Akte Kematian, Buku
Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM),
Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan
(IMB), Paspor, Sertifikat kepemilikan atau penguasaan Tanah dan
sebagainya.
b. Pelayanan barang Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk
atau jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon,
penyediaan tenaga listrik, air bersih dan sebagainya.

c. Pelayanan jasa yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa


yang dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan
kesehatan, penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

Selain itu, bentuk pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat menurut
Lembaga Administrasi Negara (1998) dapat dibedakan ke dalam beberapa jenis
pelayanan yaitu :
a. Pelayanan Pemerintahan, yaitu merupakan pelayanan masyarakat yang erat
dalam tugas-tugas umum pemerintahan seperti pelayanan Kartu
Keluarga/KTP, IMB, Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Imigrasi.
b. Pelayanan Pembangunan, merupakan pelayanan masyarakat yang terkait
dengan penyediaan sarana dan prasarana untuk memberikan fasilitas
kepada masyarakat dalam aktifitasnya sebagai warga masyarakat, seperti
penyediaan jalan, jembatan, pelabuhan dan lainnya.
c. Pelayanan Utilitas merupakan penyediaan utilitas seperti listrik, air,
telepon, dan transportasi.
d. Pelayanan Kebutuhan Pokok, merupakan pelayanan yang menyediaan
bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat dan kebutuhan perumahan
seperti penyediaan beras, gula, minyak, gas, tekstil dan perumahan murah.

54
e. Pelayanan Kemasyarakatan, merupakan pelayanan yang berhubungan
dengan sifat dan kepentingan yang lebih ditekankan kepada kegiatan-
kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pelayanan kesehatan, pendidikan,
ketenagakerjaan, penjara, rumah yatim piatu dan lainnya. Secara umum
fungsi sarana pelayanan antara lain;
1. Mempercepat prtoses pelaksanaan kerja (hemat waktu);
2. Meningkatkan produktifitas barang dan jasa;
3. Ketepatan ukuran/kualitas produk terjamin peneyerahan gerak
pelaku pelayanan dengan fasilitas ruangan yang cukup;
4. Menimbulkan rasa kenyamanan;
5. Menimbulkan perasaan puas dan mengurangi sifat emosional
penyelenggara.

55
BAB IX
Strategi Dalam Pembangunan Sektor Publik

Pembangunan adalah salah salu cabang ilmu ekonomi yang mempelajari tentang
pembangunan perekonomian masyarakat di negara berkembang atau Suatu cabang ilmu
ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang
berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut
supaya negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat
lagi.
Pembangunan ekonomi adalah proses yang menyebabkan pendapatan perkapita
penduduk suatu masyarakat meningkatkan atau Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengembangkan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya atau Suatu proses yang
menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkatkan dalam jangka panjang.
Meningkatnya pendapatan perkapita merupakan cerminan dari timbulnya perbaikan
dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Tujuan pembangunan ekonomi adalah
menciptakan pertumbuhan GNP. Pertumbuhan GNP ditunjukkan dengan meningkatnya
mutu pendidikan, menambahnya penghasilan pertanian, kurangnya angka kemiskinan,
dan bertambahnya modal Negara.
Manfaat pembangunan yaitu :
1. Meningkatnya GNP
2. Mengurangi pengangguran
3. Meningkatkan kemakmuran
4. Pengelolaan alam yang lebih baik
5. Modal yang terkumpul

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan yaitu :


1. Ukuran suatu Negara (geografis, penduduk dan pendapatan)
2. Sistem&struktur politik
3. Latar belakang histories
4. Hubungan internasional
5. Bantuan modal internasional
6. Pemerataan&pertumbuhan penduduk

56
7. Pendidikan
8. Teknologi
Ciri perencanaan pembangunan :

1. Berisi upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi


2. Meningkatnya pendapatan perkapita
3. Merubah struktur ekonomi
4. Meningkatnya kesempatan kerja bagi masyarakat
5. Pemerataan pembangunan

1. Strategi Pembangunan Ekonomi


Strategi pembangunan ekonomi diberi batasan sebagai suatu tindakan
pemilihan atas faktor – faktor (variabel) yang akan dijadikan faktor / variabel
utama yang menjadi penentu jalannya proses pertumbuhan (Surono, 1993).
Babarapa strategi pembangunan ekonomi yang dapat disampaikan adalah :

2. Strategi Pertumbuhan
Di dalam pemikiran ini pertumbuhan ekonomi menjadi kriteria utama
bagi pengukuran keberhasilan pembangunan. Selanjutnya dianggap bahwa
dengan pertumbuhan ekonomi buah pembangunan akan dinikmati pula oleh si
miskin melalui proses merambat ke bawah (trickle down effect) atau melalui
tindakan koreksi pemerintah mendistribusikan hasil pembangunan. Bahkan
tersirat pendapat bahwa ketimpangan atau ketidakmerataan adalah merupakan
semacam prasyarat atau kondisi yang harus terjadi guna memungkinkan
terciptanya pertumbuhan, yaitu melalui proses akumulasi modal oleh lapisan
kaya. Strategi ini disebut strategi pertumbuhan.
Inti dari konsep strategi ini adalah :
Strategi pembangunan ekonomi suatu Negara akan terpusat pada upaya
pembentukan modal, serta bagaimana menanamkannya secara seimbang,
menyebar, terarah, dan memusatkan, sehingga dapat menimbulkan sfek
pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya bahwa pertumbuhan ekonomi akan

57
dinikmati oleh golongan lemah melalui proses merambat ke bawah (trickle-
down-effect), pendistribusian kembali. Jika terjadi ketimpangan atau
ketidakmerataan, hal tersebut merupakan persyaratan terciptanya pertumbuhan
ekonomi. Kritik paling keras dari strategi yang pertama ini adalah bahwa pada
kenyataan yang terjadi adalah ketimpangan yang semakin tajam.

3. Strategi Pembangunan dengan Pemerataan


Keadaan sosial antara si kaya dan si miskin mendorong para ilmuwan
untuk mencari alternatif. Alternatif baru yang muncul adalah strategi
pembangunan pemerataan. Strategi ini dikemukakan oleh Ilma
Aldeman dan Morris. Yang menonjol pada pertumbuhan pemerataan ini adalah
ditekannya peningkatan pembangunan melalui teknik social engineering, seperti
melalui penyusunan rencana induk, paket program terpadu. Dengan kata lain,
pembangunan masih diselenggarakan atas dasar persepsi, instrumen yang
ditentukan dari dan oleh mereka yang berada “diatas” (Ismid Hadad, 1980).
Namun ternyata model pertumbuhan pemerataan ini juga belum mampu
memecahkan masalah pokok yang dihadapi negara-negara sedang berkembang
seperti pengangguran masal, kemiskinan struktural dan kepincangan sosial.

4. Strategi Ketergantungan
Teori ketergantungan muncul dari pertemuan ahli-ahli ekonomi Amerika
Latin pada tahun 1965 di Mexico City. Menjelaskan dasar-dasar kemiskinan
yang diderita oleh negara-negara sedang berkembang, khususnya negara-negra
Amerika Latin. Yang menarik dari teori ketergantungan adalah munculnya
istilah dualisme utara-selatan, desa-kota, corepriphery yang pada dirinya
mencerminkan adanya pemikiran pembangunan yang berwawasan ruang. Pada
tahun 1965 muncul strategi pembangunan dengan nama strategi ketergantungan.
Konsep ini timbul dikarenakan tidak sempurnanya strategi pertumbuhan dan
strategi pembangunan dengan pemerataan.
Inti dari konsep strategi ketergantungan adalah :
Kemiskinan di negara–negara berkembang lebih disebabkan karena
adanya ketergantungan negara tersebut dari pihak/negara lainnya. Oleh karena

58
itu jika suatu negara ingin terbebas dari kemiskinan dan keterbelakangan
ekonomi, negara tersebut harus mengarahkan upaya pembangunan ekonominya
pada usaha melepaskan diri dari ketergantungandari pihak lain. Langkah yang
dapat ditempuh diantaranya adalah meningkatkan produksi nasional yang
disertai dengan peningkatan kemampuan dalam bidang produksi, lebih
mencintai produk nasional. Teori ketergantungan ini kemudian dikritik oleh
Kothari dengan mengatakan “teori ketergantungan tersebut memang cukup
relevan, namun sayangnya telah menjadi semacam dalih terhadap kenyataan dari
kurangnya usaha untuk membangun masyarakat sendiri (selfdevelopment).
Sebab selalu akan gampang sekali bagi kita untuk menumpahkan semua
kesalahan pada pihak luar yang memeras, sementara pemerasan yang terjadi di
dalam lingkungan masyarakat kita sendiri dibiarkan saja . . . . . “ ( Kothari dalam
Ismid Hadad, 1980 ).

5. Strategi yang Berwawasan Ruang


Pada argumentasi Myrdall dan Hirschman terdapat dua istilah
yaitu “back-wash effects” dan “spread effects” .
“Back-wash Effects” adalah kurang maju dan kurang mampunya
daerah-daerah miskin untuk membangun dengan cepat disebutkan pula oleh
terdapatnya beberapa keadaan yang disebut Myrdall.
“spread effects” (pengaruh menyebar), tetapi pada umumnya spread-
effects yang terjadi adalh jauh lebiih lemah dari back-wash effectsnya sehingga
secara keseluruhan pembangunan daerah yang lebih kaya akan memperlambat
jalnnya pembangunan di daerah miskin.
Perbedaan pandangan kedua tokoh tersebut adalah bahwa Myrdall tidak
percaya bahwa keseimbangan daerah kaya dan miskin akan tercapai,
sedangkan Hirschman percaya, sekalipun baru akan tercapai dalam jangka
panjang.

6. Strategi Pendekatan Kebutuhan Pokok


Sasaran strategi ini adalah menaggulangi kemiskinan secara masal.
Strategi ini selanjutnya dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan Sedunia

59
(ILO) pada tahun 1975, dengan dikeluarkannya dokumen: Employment,
Growth, and Basic Needs : A One World Problem.ILO dengan menekankan
bahwa kebutuhan pokok manusia tidak mungkin dapat dipengaruhi jika
pendapatan masih rendah akibat kemiskinan yang bersumber pada
pengangguran. Oleh karena itu sebaiknya usaha-usaha diarahkan pada
penciptaan lapangan kerja, peningkatan pemenuhan kebutuhan pokok dan
sejenisnya.

60
BAB X
Program-Program Pembangunan Sektor Publik

A. Tata Laksana Ekonomi


Australia bekerja dengan badan-badan Pemerintah Indonesia untuk
memperomosikan pertumbuhan ekonomi yang kukuh, berkelanjutan dan inklusif
di Indonesia. Kami berbagi keahlian Australia dan pengalaman untuk memperkuat
pembuatan keputusan dan mendukung agenda reformasi Indonesia.
Kemitraan Australia-Indonesia untuk Tata Laksana Ekonomi
(AIPEG) menyediakan saran untuk Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki
pembelanjaan, meningkatkan pendapatan, memperbaiki sektor finansial, dan
meningkatkan efisiensi pasar.

B. Infrastruktur
Australia mendukung Indonesia untuk mempercepat investasi publik dan
swasta dalam infrastruktur yang penting dengan menyediakan keahlian teknis
dalam perencanaan, perancangan, pemeliharaan dan penilaian dampak lingkungan
untuk memudahkan menyelesaikan proyek infrastruktur serta memperbaiki
keberlanjutan jangka panjang.
Kemitraan Australia Indonesia untuk Infrastruktur (KIAT) menyediakan
saran teknis dalam bidang reformasi kebijakan dan peraturan, persiapan proyek,
pendanaan dan penyelesaian, untuk mendorong investasi sektor swasta yang lebih
besar dalam infrastruktur.

C. Air, Sanitasi dan Kebersihan


Australia membantu Indonesia mencapai target penyediaan air bersih dan
sanitasi untuk warga Indonesia, dengan mendorong investasi dalam infrastruktur
air dan sanitasi oleh pemerintah daerah.
Hibah Air dan Sanitasi menyediakan dana untuk pemerintah daerah guna
membantu investasi mereka dalam infrastruktur air dan sanitasi melalui
sambungan-sambungan baru. Saat ini program diperluas secara nasional oleh

61
Pemerintah Indonesia, mempergunakan dana mereka. Australia mendukung
program PAMSIMAS Indonesia, untuk memperbaiki air dan sanitasi serta
praktik-praktik kebersihan di wilayah perdesaan dan pinggiran perkotaan.

D. Pertanian
Australia dan Indonesia bekerja bersama dalam sektor pertanian untuk
memperbaiki produktivitas dan meningkatkan pendapatan. Pekerjaan ini
melibatkan pertukaran pengetahuan teknis dan inovasi serta kemitraan penting
dengan pelaku bisnis untuk meningkatkan pendapatan petani melalui kegiatan
sektor swasta.
Kemitraan Australia-Indonesia untuk Pembangunan Ekonomi Pedesaan
(AIP-Rural) meningkatkan pendapatan petani kecil dengan ikut berinvestasi
dalam model bisnis baru yang baik untuk para petani dan bisnis. Program ini
membuat kemitraan dengan sektor swasta, bank dan lembaga riset untuk
meningkatkan investasi irigasi, komersialisasi teknologi pertanian dan menambah
akses ke pendanaan.

E. Pendidikan
Australia bermitra dengan Indonesia untuk memperbaiki prestasi siswa
dengan menyediakan saran dan keahlian, pengujian pendekatan-pendekatan baru,
dan menyumbangkan riset serta ide untuk memperbaiki kebijakan pendidikan.
Australia menyediakan beasiswa paska sarjana jangka pendek dan panjang
di universitas-universitas Australia melalui Australia Awards di Indonesia
(AAI) dan memastikan mereka tetap terhubung dengan Jejaring Alumni Australia
Global.
Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) bekerja sama dengan
Kementerian Pendidikan dan Kebudyaan untuk memahami apa yang paling
berhasil di tingkat daerah untuk memperbaiki hasil pembelajaran melek huruf dan
melek angka. INOVASI menyesuaikan solusi internasional pada konteks lokal,
dan merancang, melaksanakan dan menguji solusi melalui serangkaian
percontohan.

62
F. Kesehatan
Australia bekerja dengan Indonesia untuk memberantas penyakit-penyakit
menular yang baru muncul dan menurunkan malnutrisi pada perempuan hamil dan
anak-anak. Kami mendukung upaya untuk memerangi HIV/AIDS, serta
memperbaiki akses ke pelayanan kesehatan melalui program pembangunan
kemiskinan dan sosial.
Kemitraan Australia-Indonesia untuk Penyakit Menular yang Baru Muncul
(AIP-EID) mendukung Badan Kesehatan Dunia untuk meningkatkan
kesiapsiagaan darurat kesehatan masyarakat, serta mendukung Departemen
Pertanian dan Sumberdaya Air Australia untuk meningkatkan tata kelola kondisi
darurat kesehatan hewan di Indonesia.
Perawatan dan Riset HIV: Uji HIV Awal dan Treatment Indonesia
(HATI) menyatukan Badan Kesehatan Dunia, Kementerian Kesehatan Indonesia
dan Kirby Institute Universitas New South Wales untuk mengevaluasi cara-cara
untuk meningkatkan uji HIV serta pemberian perawatan anti-retroviral pada
kelompok populasi dengan prevalensi tinggi di Indonesia.
Memperkuat Penyediaan Mikronutrien di Indonesia (tautan dari Nutrition
International) investasi mendukung Micronutrient Initiative untuk meningkatkan
konsumsi makanan tambahan pada perempuan hamil, dan untuk merawat diare
pada masa anak-anak.

G. Kesetaraan Gender
Australia bekerja dengan Pemerintah Indonesia, masyarakat madani,
kelompok-kelompok perempuan dan sektor swasta untuk mengedepankan suara-
suara perempuan dan memperkukuh kesetaraan gender.
Pemberdayaan Perempuan Indonesia untuk Pengentasan Kemiskinan
(MAMPU) mendukung organisasi masyarakat madani
untuk mendorong reformasi kebijakan dan memperbaiki akses perempuan miskin
ke pelayanan dan program pemerintah dalam: perlindungan sosial, kondisi
pekerjaan (termasuk pekerja migran di luar negeri), kesehatan dan nutrisi, serta
mengurangi kekerasan terhadap perempuan.

63
Berinvestasi pada Perempuan (IIW) – Regional mendukung pemberdayaan
ekonomi perempuan di empat negara, termasuk Indonesia melalui pembentukan
koalisi kemitraan bisnis, dampak berinvestasi pada usaha kecil menengah
perempuan, mendukung lingkungkan yang memberdayakan serta meningkatkan
kesadaran akan hambatan ekonomi untuk perempuan.

H. Perlindungan Sosial dan Inklusi


Australia mendukung ‘Tim Nasional untuk Percepatan Pengentasan
Kemiskinan’ Indonesia, yang dikenal sebagai TNP2K, untuk memperkuat
program-program nasional yang mendukung rumah tangga termiskin dan paling
rentan. Kami membantu organisasi masyarakat madani yang bekerja dengan
kelompok-kelompok yang terpinggirkan untuk dapat mendaftar dan mengakses
pelayanan-pelayanan umum seperti kesehatan dan pendidikan.
MAHKOTA: Menuju Masyarakat Indonesia Yang Kokoh
Sejahtera mendukung Tim Nasional untuk Percepatan Pengentasan Kemiskinan
dari Wakil Presiden Republik Indonesia untuk mengembangkan dan menguji
cara-cara baru dalam memperbaiki kebijakan program-program pengentasan
kemiskinan dan perlindungan sosial.Program Peduli mendukung organisasi
masyarakat madani untuk memperbaiki akses terhadap layanan dan program
pemerintah, melindungi hak asasi manusia, dan meningkatkan akses pada layanan
dan program pemerintah untuk kelompok-kelompok yang terpinggirkan.

I. Layanan Lokal
Australia bermitra dengan Indonesia untuk memastikan masyarakat
termiskin dan paling rentan mendapat manfaat dari agenda desentralisasi
Indonesia. Kami bekerja sama dengan pemerintah pusat dan daerah untuk
memperbaiki tata kelola desa serta pelayanan lokal, dan meningkatkan
kesempatan kerja serta pembangunan ekonomi.
Tata Laksana untuk Pertumbuhan (KOMPAK) Kolaborasi Masyarakat dan
Pelayanan untuk Kesejahteraan (KOMPAK) bekerja sama dengan pemerintah
pusat dan daerah untuk memperbaiki layanan dasar dan peluang ekonomi bagi
masyarakat miskin melalui kegiatan yang menyasar pada pemberdayaan

64
masyarakat, pemberian layanan, tata pemerintahan, dan penguatan masyarakat
sipil.

J. Hukum, Keadilan dan Keamanan


Australia bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan masyarakat sipil
untuk memperkuat lembaga peradilan dan keamanan serta meningkatkan akses
terhadap layanan hukum yang tepat waktu dan terjangkau. Kami mendukung
penelitian, terlibat dengan masyarakat serta membangun kapasitas lokal di bidang
transparansi, anti-korupsi, perlawanan radikalisasi dan kejahatan transnasional,
dan reformasi penjara.
Kemitraan Australia-Indonesia untuk Keadilan (AIPJ) bekerja untuk
memperkuat institusi keadilan dan keamanan serta meningkatkan akses terhadap
layanan dengan mendukung penelitian, menjalin hubungan dan membangun
kapasitas pemerintah di bidang transparansi, anti-korupsi, melawan radikalisasi
dan kejahatan transnasional, dan reformasi penjara .

K. Kebijakan Berbasis Bukti


Australia bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan lembaga-
lembaga penelitian untuk memperkuat nasihat kebijakan pembangunan di
Indonesia. Kami mendukung lembaga-lembaga penelitian di Indonesia untuk
menghasilkan bukti kuat tentang efektifitas kebijakan dan menyampaikannya
kepada pengambil keputusan yang tepat di pemerintahan.
Kemitraan Australia-Indonesia untuk Kebijakan yang Berpihak pada
Kaum Miskin: Inisiatif Sektor Pengetahuan (KSI) mendukung kebijakan berbasis
bukti yang lebih baik dengan meningkatkan kapasitas lembaga-lembaga penelitian
kebijakan pemerintah untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan, dan
memperkuat minat dan kapasitas badan-badan Pemerintah Indonesia dalam
menggunakan bukti ini. KSI mendukung reformasi lingkungan yang menunjang,
termasuk pengadaan penelitian.
Laboratorium Aksi Kemiskinan Abdul Latif Jameel Poverty Action Lab
(JPAL) Asia Tenggara Australia membantu mendirikan Kantor JPAL Asia
Tenggara di Jakarta, serta memungkinkannya melakukan penelitian ekonomi dan

65
sosial berkualitas internasional, berdasarkan model uji coba kontrol acak. Hal ini
membantu mengukur keefektifan program pemerintah dan memberikan nasihat
kebijakan kepada pemerintah.
Pulse Lab Jakarta mendukung pembuat kebijakan nasional dan daerah
untuk menggunakan data digital dalam mengidentifikasi kebutuhan masyarakat,
memahami dampak kebijakan, dan menerapkan pendekatan inovatif dalam
penyampaian program pemerintah.

L. Manajemen Risiko Bencana


Australia membantu memperkuat kemampuan Indonesia dalam
menanggapi krisis kemanusiaan berskala besar dan membantu mengurangi risiko
bencana. Inisiatif ini termasuk dukungan kesiap-siagaan bencana melalui
kebijakan, pelatihan dan teknologi yang tepat.
Kemitraan Australia-Indonesia dalam Manajemen Resiko Bencana (AIP-
DRM) mendukung kemampuan Indonesia dalam menanggapi krisis kemanusiaan
berskala besar dengan menyediakan teknologi untuk memperbaiki keputusan
manajemen bencana pemerintah, dan mendukung PBB serta organisasi berbasis
agama untuk meningkatkan kesiap-siagaan. Inisiatif ini memastikan kesiapan
Australia dalam membantu Indonesia pada keadaan darurat kemanusiaan.

M. Perubahan Iklim dan Tata Kelola Lingkungan


Australia dan Indonesia berupaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari
konversi lahan. Hal ini termasuk membantu mengatasi penyebab kebakaran hutan
dan lahan melalui praktik pengelolaan lahan yang lebih baik, meningkatkan
investasi pada energi bersih, pertanian cerdas iklim, dan inisiatif pertumbuhan
hijau.

66
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) menetapkan agenda
pembangunan yang ambisius selama lima belas tahun ke depan. TPB memiliki 17
tujuan dan bertujuan menangani tiga aspek pembangunan berkelanjutan – yaitu
kemakmuran ekonomi, pembangunan sosial, dan perlindungan lingkungan hidup.
Semua tujuan ini memberikan kesempatan yang jelas bagi pemerintah untuk
menyediakan sektor-sektor penting, misalnya kesehatan dan pendidikan, dan
membuat menebarkan dampak atas kehidupan masyarakat.
Transparansi anggaran dan partisipasi anggaran merupakan kunci untuk
memastikan bahwa secara efektif pemerintah merencanakan dan menggunakan
anggaran untuk memenuhi TPB dan bahwa semua pemangku kepentingan
memiliki sarana untuk mempengaruhi, memantau, dan belajar dari proses tersebut.
Bukti menunjukkan bahwa transparansi anggaran, pemantauan anggaran, dan
pertanggungjawaban anggaran dapat berperan besar pada hasil pembangunan
yang lebih baik.

B. Saran
Selain menyediakan data secara terbuka, pemerintah harus menyediakan
mekanisme yang efektif bagi masyarakat agar menggunakan data ini untuk terlibat
dalam anggaran dan proses TPB. Mekanisme yang telah diuji di berbagai negara
di seluruh dunia ini mencakup penyusunan anggaran partisipatif, audit sosial, dan
dengar pendapat publik di mana warga bisa bersaksi selama proses
anggaran. Bukti menunjukkan bahwa praktik-praktik ini dapat berperan untuk
menumbuhkan kepercayaan yang lebih besar antara negara dan warga negara,
meningkatkan mobilisasi sumber daya dalam negeri, dan penggunaan sumber
daya masyarakat yang langka dengan lebih adil dan efektif .

67
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet :
http://anfisipusu.blogspot.com/2014/10/proses-dan-siklus-perencanaan.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_modernisasi

http://www.sarjanaku.com/2012/12/perkembangan-administrasi-publik.html

http://sharingilmupajak.blogspot.com/2013/11/konsep-anggaran-sektor-publik.html
http://seputarpengertian.blogspot.com/2018/05/pengertian-pelayanan-publik-serta-
prinsip.html

https://www.kompasiana.com/dabdicky4553/5bbca3e212ae9409827ed452/teori-
modernisasi-di-indonesia

https://www.kompasiana.com/risandaabe/54f60182a33311b9148b4653/teoriteori-
pembangunan

http://www.materibelajar.id/2016/03/pengertian-pelayanan-publik-dan-standar.html

https://www.wri.or.id/188-current-project-id/perempuan-politik/gender-budget/56-
mekanisme-perencanaan-dan-penganggaran.html#.XNehH-UzbIU

Sumber Buku :
A.R. Mustofahdijaja, “Pembiayaan Pembangunan di Masa Krisis Ekonomi”, Dalam
Manjamen Pembangunan, Vol.25 Tahun. VI, November 1998.

Bintoro Tjokroamidjojo, Pengantar Administrasi Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 1978.

Lincolin Arsiad, Pengantar Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta 1999

M.L. Jhingan, Ekonomi Pembangunan Sektor Publik, Rajagrafindo Persada, Jakarta,


1999.

Philip M. Auser et al, Penduduk dan Masyarakat Perkotaan, Obor, Jakarta, 1985.

68

Anda mungkin juga menyukai