Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

'' JENIS-JENIS ANGGARAN SEKTOR PUBLIK ''

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Pujiati., S.Pd., M.Pd

DISUSUN OLEH :

1. Adelia Jesinta Sondakh (2113031058)

2. Nirmala Sari (2113031056)

3. Rani Arum Puji Susanti (2113031040)


4. Wiwin Hefi M. (2113031012)

UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN EKONOMI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik” dalam mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik serta berkat rahmat dan hidayah-Nya penulisan makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pemahaman bagi para pembaca tentang Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik . Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
kekurangan di dalamnya. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk
makalah ini, supaya nantinya makalah ini dapat menjadi lebih baik. Kemudian apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penyusun mohon maaf.

Bandarlampung, 18 September 2023

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. Perkembangan Anggaran Sektor Publik ............................................................ 3

B. Anggaran Tradisional…………………………………………………………..3

C. Anggaran Publik Dengan Pendekatan NPM ................................................... …6

D. Perubahan Pendekatan Anggaran .............................. …………………………10

E. Anggaran Kinerja…………………………………………………………........10

F. Zero Based Budgeting (ZBB)………………………………………………….11

G. Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)………………………14

BAB III PENUTUP ......................................................................................................17

A. Kesimpulan .......................................................................................................17

B. Saran ..................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak


dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran financial,
sedangkan penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan
suatu anggaran. Definisi anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan,
yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan
yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu. Dalam
organisasi sector public, penganggaran merupakan suatu proses politik, Pada
sector swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang
tertutup untuk public, sebaliknya pada sector public anggaran justru harus
diinformasikan kepada public untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.

Anggaran sector public penting karena beberapa alasan, yaitu karena anggaran
merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, anggaran juga
diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan
keinginan masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, dan anggaran
juga diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab
kepada rakyat. Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam
perencanaan dan penyusunan anggaran sector public. Secara garis besar
terdapat dua pendekatan utama yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua
pendekatan tersebut adalah anggaran tradisional atau anggaran konvensional
dan pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New Public
Management.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan anggaran sector publik?
2. Apakah pengertian anggaran tradisional?
3. Bagaimanakah manajemen anggaran public dengan pendekatan New Public
Management (NPM)?
4. Bagaimana perubahan pendekatan anggaran?
5. Apakah pengertian anggaran kinerja dan pendekatan Zero Based
Budgeting?
6. Bagaimanakah manajemen anggaran public dengan pendekatan planning,
programming, and budgeting system (PPBS)

C. Tujuan Penulisan
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk Menjelaskan perkembangan Anggaran Sektor Publik
2. Untuk menjelaskan Anggaran Tradisional
3. Untuk menjelaskan manajemen anggaran public dengan pendekata (NPM)
4. Untuk Menjelaskan perubahan pendekatan anggaran
5. Untuk menjelaskan anggaran kinerja dan pendekatan ZBB
6. Untuk menjelaskan manajemen anggaran public dengan pendekatan PPBS

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Anggaran Sektor Publik

Sistem anggaran sector public dalam perkembangannya telah menjadi


instrument kebijakan multifungsi yang digunakan sebagai alat untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal tersebut terutama tercermin pada komposisi dan besarnya
anggaran yang secara langsung merefleksikan arah dan tujuan pelayanan
masyarakat yang diharapkan. Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan
public yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan
sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat
berjalan dengan baik, maka system anggaran serta pencatatan atas
penerimanaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Sebagai sebuah system, perencanaan anggaran sector public telah mengalami
banyak perkembangan. Sistem perencanaan anggaran public berkembang dan
berubah sesuai dengan dinamika perkembangan manajemen sector public dan
perkembangan tuntutan yang muncul dimasyarakat. Pada dasarnya terdapat
beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan penyusunan anggaran sector
public. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang memiliki
perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah : anggaran tradisional
atau anggaran konvensional dan pendekatan baru yang dikenal dengan
pendekatan New Publik Management.

B. Anggaran Tradisonal

Anggaran tradisonal merupakan pendekatan yang banyak digunakan di Negara


berkembang dewasa ini. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu
(a) cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incremental dan
(b) struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.

Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah
cenderung sentralistis, (d) bersifat spesifikas; (e) tahunan (f) menggunakan prin
anggaran bruto. Struktur anggaran tradisional dengan ciri-ciri tersebut tidak
mamp mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan
3
dan bahkan anggaran tradisional tersebut gagal dalam memberikan informasi
tentang besam rencana kegiatan. Oleh karena tidak tersedianya berbagai
informasi tersebut, maka satu-satunya tolok ukur yang dapat digunakan untuk
tujuan pengawasan hanyalah tingkat kepatuhan penggunaan anggaran.

Incremental

Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasa


pertanggungjawaban yang terpusat. Anggaran tradisional bersifat incremental
hanya menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran
sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebaga
untuk menyesuaikan besarnya penambalian atau pengurangan tanpa dilakukan
kajian yang mendalam. Pendekatan semacam ini tidak saja belum menjamin
terpe kebutuhan riil, namun juga dapat mengakibatkan kesalahan yang terus
berlanjut. Hal ini disebabkan karena kita tidak pernah tahu apakah pengeluaran
periode sebelumnya yang dijadikan sebagai tahun dasar penyusunan anggaran
tahun ini telah didasarkan atas kebutuhan yang wajar.

Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya


perhatian terhadap konsep value for money, Konsep ekonomi, efisiensi, dan
efektivitas sering kali tidak dijadikan pertimbangan dalam penyusunan
anggaran tradisional. Dengan tidak adanya perhatian terhadap konsep value for
money ini, sering kali pada akhir tahun anggaran terjadi kelebihan anggaran
yang pengalokasiannya kemudian dipaksakan pada aktivtas-aktivitas yang
sebenarnya kurang penting untuk dilaksanakan. Aktivitas aktivitas susulan ini
semata-mata dimaksudkan untuk menghabiskan sisa anggaran. Apabila hal
tersebut tidak dilakukan akan berdampak pada alokasi anggaran tahun
berikutnya. Hal ini disebabkan karena pada pendekatan tradisional kinerja
dinilai berdasarkan habis tidaknya anggaran yang diajukan dan bukan
berdasarkan pada pertimbangan output yang dihasilkan dari aktivitas yang
dilakukan dibandingkan dengan target kinerja yang dikehendaki (outcome).

Anggaran tradisional yang bersifat incremental" cenderung menerima konsep


harga pokok pelayanan historis (historic cost of service) tanpa memperhatikan
pertanyaan seperti:

4
1. Apakah pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran pemerintah
masih dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?

2. Apakah pelayanan yang diberikan telah terdistribusi secara adil dan merata
di antara kelompok masyarakat?

3. Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?

4. Apakah pelayanan yang diberikan memengaruhi pola kebutuhan public?

Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu


program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun sebenarnya
item tersebut sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggarans hanya menyentuh
jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inay penduduk dan
penyesuaian lainnya.

Line-item

Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-tem yang
didasarkan atas dasar sifat (nature) dan penerimaan dan pengeluaran. Metode line-item
tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau perg yang telah ada
dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara tem sudah tidak relevan lagi untuk
digunakan pada periode sekarang. Karena sifatnya demikian, penggunaan anggaran
tradisional tidak memungkinkan umak penilaian kinerja secara akurat, karena satu-satunya
tolok ukur yang dapat digunakan adalah semata-mata pada ketaatan dalam menggunakan
dana yang diusulkan.
Penyusunan anggaran dengan menggunakan struktur line-item dilanda adanya
orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol pengeluaran. Berdasarkan
hal tersebut, anggaran tradisional disusun atas dasar sifat penerrimaan dan pengeluaran,
seperti misalnya pendapatan dari pemerintah atasan, pendapat dari pajak atau pengeluaran
untuk gaji, pengeluaran untuk belanja barang, dan sebagainya, bukan berdasar pada tujuan
yang ingin dicapai dengan pengeluaran yang dilakukan.

Kelemahan Anggaran Tradisional


Dilihat dan berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisonal memiliki beberapa
kelemahan, antara lain:
1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang.

5
2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti
secara menyeluruh efektivitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat dan pilihan sumber daya atau
memonitor kinerja Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan,
bukan apakah tujuan telah tercapai.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan
sulit dicapai Keadaan tersebut berpeluang menimbulkan konflik overlapping, kesenjangan,
dan persaingan antardepartemen.
5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal investasi.
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu
pendek terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik praktik
yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).
7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai
menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran Sebagai akibatnya adalah munculnya
budget padding atau budgetary slack.
8. Persetujuan anggaran yang terlambat sehingga gagal memberikan mekanisme
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran
dan "manipulasi anggaran.
9. Aliran informasi (sistem informasi finansial yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin mengidentifikasi masalah dan tindakan.

C. Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM

Era New Public Management


Sejak pertengahan tahun 1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor publik yang
cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan hirarki
menjadi model manajemen sector public yang fleksibel dan lebih mengakomodasi pasar.
Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah
mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam manajemen sector public tersebut adalah
pendekatan New Public Management.

Model New Public Management mulai dikenal pada tahun 1980-an dan ke pada tahun

6
1990-an yang mengalami beberapa bentuk inkarnasi, misalnya munculnya konsep
managerialism (Pollit, 1993); "market-based public administration Rosenbloom, 1992;
"post-bureaucratic paradigm" (Barzelay, 1992) dan government" (Osborne and Gaebler,
1992). New Public Management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi
pada kinerja, bukan berentap kebijakan. Penggunaan paradigma New Public Management
tersebut memle beberapa konsekuensi bagi pemerintah, di antaranya adalah tuntutan untuk
melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi Tender
Salah satu model pemerintahan di era New Public Management adalah pemerintahan yang
diajukan oleh Osborne dan Gaebler (1992) yang tertung pandangannya yang dikenal
dengan konsep reinventing government Perspektif pemerintah menurut Osborne dan
Gaebler tersebut adalah:
1. Pemerintah katalis: fokus pada pemberian pengarahan, bukan produksi pelayanan publik
Pemerintah harus menyediakan beragam pelayanan publik, tetapi tidak terlibat secara
langsung dengan proses produksinya (producing). Sebaiknya pemerintah memfokuskan
diri pada pemberian arahan, sedangkan poditi pelayanan publik diserahkan pada pihak
swasta dan/atau sektor ketiga, lart Swadaya Masyarakat (LSM) dan nirlaba lainnya.
Produksi pelayanan publik pemerintah harus dijadikan pengecualian, dan bukan keharusan
pemerintah hanya memproduksi pelayanan publik yang belum dapat dilakukan oleh pihak
non-pemerintah. Pada saat ini, banyak pelayanan publik yang dapat diproduksi oleh sector
swasta dan sector ketiga (LSM). Bahkan, pada beberapa Negara penagihan pajak dan
retribusi sudah dikelola oleh pihak non-pemerintah.
2. Pemerintah milik masyarakat memberdayakan masyarakat daripada melayani
Pemerintah sebaiknya memberikan wewenang kepada masyarakat sehingga mereka
mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community).
Sebagai contoh, masalah keselamatan umum adalah juga merupakan tanggung jawab
masyarakat, tidak hanya kepolisian. Karenanya kepolisian semestinya tidak hanya
memperbanyak polisi untuk menanggapi peristiwa kriminal tetapi juga membantu warga
untuk memecahkan masaiah yang menyebabkan timbulnya tindak kriminal. Contoh lain
untuk dapat lebih mengembangkan usaha kecil, berikanlah wewenang yang optimal pada
asosiasi pengusaha kecil untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.
3. Pemerintah yang kompetitif: menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian
pelayanan public.
Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus me ningkatkan
kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang dapat ditingkatkan

7
kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya. Misalnya pada pelayanan pos negara, akibat
kompetisi yang semakin keras, pelayanan titipan kita yang disediakan menjadi relatif
semakin cepat daripada kualitas di masa lalu.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi. Apa yang dapat dan tidak dapat
dilaksanakan oleh pemerintah diatur dalam mandatnya. Namun tujuan pemerintah
bukanlah mandatnya, tetapi misinya.
5. Pemerintah yang berorientasi pada hasil: membiayai hasil bukan masukan
Pada pemerintah tradisional, besamya alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan
oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. Semakin kompleks masalah yang dihadapi,
semakin besar pula dana yang dialokasikan. Kebijakan seperti ini keliatannya logis dan
adil, tetapi yang terjadi adalah unit kerja tidak punya intensif untuk memperbaiki
kinerjanya. Justru, mereka memiliki peluang baru: semakin lama permasalahan dapat
dipecahkan, semakin banyak dana yang dapat diperoleh.
Pemerintah yang berorientasi pada hasil berusaha mengubah bentuk penghargaan dan
insentif itu yaitu membiayai hasil, bukan masukan. Pemerintah daerah wirausaha me-
ngembangkan suatu standar kinerja yang mengatur seberapa baik suatu unit kerja mampu
memecahkan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya. Semakin baik kinerjanya,
makin banyak pula dana yang akan dialokasikan untuk mengg semua dana yang telah
dikeluarkan oleh unit kerja tersebut.
6. Pemerintah yang berorientasi pada pelanggan: memenuhi kebutu pelanggan, bukan
birokrasi.
Pemerintah tradisional sering kali salah dalam mengidentifikasi pelanggannya. Penerimaan
pajak memang dari masyarakat dan dunia usaha, tetapi manfaatannya harus disetujui oleh
DPR/DPRD. Akibatnya, pemerintah sering kali menganggap bahwa DPR/DPRD dan
semua pejabat yang ikut dalam pembahasa anggaran adalah pelanggannya Bila
DPR/DPRD dan para pejabat eksekutif menomorsatukan kepentingan kelompoknya maka
hal ini tidak menyebabkan masalah. Namun, bila mereka menomorsatukan kepentingan
kelompoknya maka pelanggan yang sebenarnya yaitu masyarakat, akan cenderung
dilupakan Dan kondisi seperti ini, pemerintah tradisional akan memenuhi semua kebutuhan
dan keinginan birokrasi, sedangkan kepada masyarakat mereka sering kali menjadi arogan.

Pemerintah wirausaha tidak akan seperti itu mengidentifikasikan pelanggan yang


sesungguhnya. Dengan cara seperti ini, tidak berarti bahwa pemerintah tidak bertanggung

8
jawab pada dewan legislatif sebaliknya, ia menciptakan sistem pertanggungjawaban ganda
(dual accountability) kepada legislatif dan masyarakat. Dengan cara seperti ini pemerintah
tidak arogan, tetapi secara terus menerus akan berupaya untuk lebih memuaskan
masyarakat.
7. Pemerintahan wirausaha: mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekadar
membelanjakan.
Pemerintah tradisional cenderung tidak berbicara tentang upaya untuk menghasilkan
pendapatan dari aktivitasnya. Padahal, banyak yang bisa dilakukan untuk menghasilkan
pendapatan dari proses penyediaan pelayanan publik. Pemerintah wirausaha dapat
mengembangkan beberapa pusat pendapatan misalnya BPS dan Bapeda, yang dapat
menjual informasi tentang daerahnya kepada pusat-pusat penelitian BUMN/BUMD,
pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para pengusaha dan masyarakat,
penyertaan modal, dan lain-lain.
8. Pemerintah antisipatif, berupaya mencegah daripada mengobati.
Pemerintah tradisional yang birokratis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik
untuk memecahkan masalah publik. Pemerintah birokratis cenderung ber sifat reaktif
seperti suatu satuan pemadam kebakaran, apabila tidak ada kebakaran maka tidak akan ada
upaya pemecahan Pemerintah antisipatif tidak reaktif tetapi proaktif. Ia tidak hanya
mencoba untuk mencegah masalah, tetapi juga berupaya keras untuk menganisipasi masa
depan. la menggunakan perencanaan strategis untuk menciptakan visi.
9. Pemerintah desentralisasi: dari hierarkis menuju partisipatif dan tim kerja
Pada masa lalu, pemerintah yang sentralistis dan hierarkis sangat diperlukan. Pengambilan
keputusan harus berasal dari pusat, mengikuti rantai komandonya hingga sampai pada staf
yang paling berhubungan dengan masyarakat dan bisnis. Pada saat itu, sistem tersebut
sangat cocok karena teknologi informasi masin sangat primitif komunikasi antar berbagai
lokasi sangat lamban dan aparatur pemerintah masih relatif belum terdidik (masih sangat
membutuhkan petunjuk langsung atas apa yang harus dilaksanakan). Namun sekarang
keadaan sudah berubah, perkembangan teknologi sudah sangat maju kebutuhan keinginan
masyarakat dan bisnis sudah semakin kompleks, dan staf pemerintah sudah banyak yang
berpendidikan tinggi.
10. Pemerintah yang berorientasi pada (mekanisme) pasar: mengadakan perubahan dengan
mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem
prosedur dan pemaksaan).
Ada dua cara alokasi sumber daya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme administratif.

9
Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik dalam mengalokasikan
sumber daya. Pemerintah tradisional menggunakan mekanisme administratif, sedangkan
pemerintah wirausaha menggunakan mekanisme pasar. Dalam mekanisme administratif
tradisional menggunakan perintah dan pengendalian, mengeluarkan prosedur dan
mendefinisi baku dan kemudian memerintahkan orang untuk melaksanakannya (sesuai
dengan prosedur tersebut).

D. Perubahan Pendekatan Anggaran


Reformasi secto public yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New Public
Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih
sistematis dalam perencanaan anggaran sector public. Seiring dengan perkembangan
tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sector public, misalnya adalah teknik
anggaran kinerja (performance budgeting), zero based budgeting (ZBB), dan Planning,
Programming and Budgeting (PPBS) pendekatan baru dalam system anggaran public
tersebut cenderung memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
1. Komprehensi/komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen.
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Berjangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan pemeringkatan prioritas
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. Berorientasi input output, dan outcome, bukan sekedar input
8. Adanya pengawasan kinerja

E. Anggaran Kinerja
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai kelemahan yang terdapat dalam
anggaran tradisional, khususnya kelemahan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur
yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayanan publik. Anggaran dengan pendekatan kinerja sangat menekankan pada konsep
value for money dan pengawasan atas kinerja output. Pendekatan ini juga mengutamakan
mekanisme penentuan dan pembuatan prioritas tujuan serta pendekatan yang sistematik
dan rasional dalam proses pengambi keputusan Untuk mengimplementasikan hal-hal
tersebut, anggaran kinerja dilengkapi dengan teknik penganggaran analitis.

10
Anggaran kinerja didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja. Oleh karenta itu anggaran
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penilaian kinerja didasar pada pelaksanaan
value for money dan efektivitas anggaran. Pendekatan ini cenderung menolak pandangan
anggaran tradisional yang menganggap bahwa tanpa adanya arahan dan campur tangan,
pemerintah akan menyalahgunakan kedudukan mereka dan cenderung boros (over
spending) Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi
dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan dan audit
kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal Dengan kata lain pemerintah dipaksa bertindak
berdasarkan cost minded dan harus efisien Selain didorong untuk menggunakan dana
secara ekonomis, pemerintah juga dituntut untuk mampu mencapai tujuan yang ditetapkan.
Oleh karena itu agar dapat mencapa tujuan tersebut maka diperlukan adanya program dan
tolok ukur sebaga standar kinerja.

Sistem anggaran kinerja pada dasamya merupakan sistem yang mencakup kegiatan
penyusunan program dan tolok ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan
sasaran program, Penerapan sistem anggaran kinerja dalam penyusunan anggaran dimulai
dengan perumusan program dan penyusunan struktur organisasi pemerintah yang sesuai
dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan program serta penentuan indikator kinerja yang
digunakan sebagai tolok ukur dalam mencapai tujuan program yang telah diterapkan.

F. Zero-Based Budgeting (ZBB)


Konsep Zero-Based Budgeting (ZB8) dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada
pada sistem anggaran tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan konsep
Zero-Based Budgeting dapat menghilangkan incremental dun line item karena anggaran
diasumsikan mulai dari nol (zero-base). Penyusunan anggaran yang bersifat incremental
mendasarkan besarnya realisasi anggaran tahun ini untuk menetapkan anggaran tahun
depan, yaitu dengan menyesuaikannya dengan tingkat ini atau jumlah penduduk ZBB tidak
berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, tetapi penentuan
anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Dengan ZBB seolah-olah proses anggaran
dimulai dari hal yang baru sama sekali. Item anggaran yang sudah tidak relevan dan tidak
mendukung pencapaian tujuan organisasi dapat hilang dari struktur anggaran, atau
mungkin juga muncul item baru.

11
Proses implementasi ZBB
Proses implementasi ZBB terdiri dan tiga tahap, yaitu:
1. Identifikasi unit-unit keputusan
Struktur organisasi pada dasarnya terdiri atas pusat-pusat pertanggungan (responsibility
center) Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit keputusan (decision unit) yang
salah satu fungsinya adalah untuk menjad anggaran Zero-Based Budgeting merupakan
sistem anggaran yang bebas pusat pertanggungjawaban sebagai dasar perencanaan dan
pengendalian anggaran. Suatu unit keputusan merupakan kumpulan dari unit keputusan
level yang kecil. Sebagai contoh, pemerintah daerah merupakan suatu unit keputusan yang
dapat dipecah-pecah lagi menjadi dinas-dinas, dinas-dinas dipecah menjadi subdinas-
subdinas; subdinas dipecah lagi menjadi subprogram seterusnya Dengan demikian, suatu
pemerintah daerah bisa memiliki ribuan unit keputusan.
Setelah dilakukan identifikasi unit-unit keputusan secara tepat, tahap berikutnya adalah
menyiapkan dokumen yang berisi tujuan unit keputusan dan yang dapat dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Dokumen tersebut paket-paket keputusan (decision packages).

2. Penentuan paket-paket keputusan


Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai bagiandanas urganisasi
atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual Paket keputusan dibuat oleh manajer
pusat pertanggungjawaban dan harus menunjukkan secara detail estimasi biaya dan
pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat.
Secara teoretis, paket-paket keputusan dimaksud untuk mengidentifikasi berbagai alternatif
kegiatan untuk melaksanakan fungsi unit keputusan dan untuk menentukan perbedaan level
usaha pada tiap-tiap alternative. Terdapat dua jenis paket keputusan, yaitu:
a. Paket keputusan mutually-exclusive
Paket keputusan yang bersifat mutually-exclusive adalah paket-paket keputusan yang
memiliki fungsi yang sama. Apabila dipilih salah satu paket kegiatan atau program
conselensinya adalah menolak semua alteratif yang lain.
b. Paket keputusan incremental
Paket keputusan incremental merefleksikan tingkat usaha yang berbeda (dikaitkan dengan
biaya) dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Terdapat base package yang menunjukkan
tingkat minimal suatu kegiatan dan paket lain yang tingkat aktivitasnya lebih tinggi yang
akan berpengaruh terhadap kenalkan level aktivitas dan juga akan berpengaruh terhadap
biaya. Setiap paket memiliki biaya dan manfaat yang dapat ditabulasikan dengan jelas.

12
3. Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
Jika paket keputusan telah disiapkan, tahap berikutnya adalah meranking semua paket
berdasarkan manfaatnya terhadap organisasi Tahap ini merupakan jembatan untuk menuju
proses alokasi sumber daya di antara berbagai kegiatan yang beberapa di antaranya sudah
ada dan lainnya baru sama sekali.

Keunggulan ZBB
1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya
secara lebih efisien.
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
5. Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan me organsas untuk
selalu menguji alternatif aktivitas dar pola perilaku bays tingkat pengeluaran

Kelemahan ZBB
1. Prosesnya memakan waktu time consuming terlalu teoretis dan tidak praktis
membutuhkan biaya yang besat serta menghasilkan kertas kerja yang men lana pembuatan
paket keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek.
3. Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju.
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah pada proses meranking dan mereview paket
keputusan Me-review ribuan paket keputusan merupakan pekerjaan melelahkan dan
membosankan, sehingga dapat memengaruhi keputusan.
5. Untuk melakukan pemeringkatan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki
keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi. ZBB berasumsi bahwa semua staf
memiliki kemampuan untuk mengkalkulasi paket keputusan. Selain itu dalam perankingan
muncul perimbangan subjektif atau mungkin terdapat politik sehingga tidak objektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan masuk
dalam anggaran.
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi

13
G. Planning Programming and Budgeting System (PPBS)
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem berorientasi pada
output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya berdasarkan
analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur organisasi
tradisional yang terdiri dari divisi-divisi, namun berdasarkan program yaitu
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu. PPBS adalah salah satu model
penganggaran yang ditujukan untuk membantu manajemen pemerintah dalaam membuat
keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut disebabkan sumber daya
yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara tuntutan masyarakat tidak
terbatas jumahnya. Dalam keadaan tersebut pemerintah dihadapkan pada pilihan alternatif
keputusan yang memberikan manfaat paling besar dalam pencapaian tujuan organisasi
secara keseluruhan. PPBS memberikan rangka untuk membuat pilihan tersebut.

Proses Implementasi PPBS

Langkah-langkah implementasi PPBS meliputi:


1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas.
2. Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari masing-
masing program.
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.
5. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.

PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka panjang untuk mewujudkan


tujuan organisasi melalui program-program. Kuncinya adalah bahwa program-program
yang disusun harus terkait dengan tujuan organisasi dan tersebar ke seluruh bagian
organisasi. Pemerintah harus dapat mengidentifikasi struktur program dan melakukan
analisis program Structur program merupakan terangka untuk mengide keterkaitan antara
sumber daya yang dimiliki dengan aktivitas yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan
organisasi.

Karakteristik PPBS
1. Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tuju

14
2. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan datang karena
PPBS berorientasi pada masa depan.
3. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
4. Dilakukan analisis secara sistemik atas berbagai alternatif program, yang meliputi (a)
identifikasi tujuan, (b) identifikasi secara sistematik alteratif program untuk mencapai
tujuan estimasi biaya total dari masing-masing altemas paga dan (d) estimasi manfaat
(hasil) yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif program.

Kelebihan PPBS
1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen punk manajemen
menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-ciousness/cost
awareness) dalam perencanaan program.
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi koordinas kerja sama
antardepartemen.
5. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan pencapaian tujuan
organisasi.
6. PPBS menggunakan teori marginal utility sehingga mendorong alokasi sumber daya
secara optimal.

Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data adanya sistem
pengukuran dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi.
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan
teknologi yang canggih.
3. PPBS bagus secara teori, tetapi sulit untuk dimplementasikan.
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia
yang kompleks.
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan statistik
terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program. Statistik tanya tepat untuk
mengukur beberapa program tertentu saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat program
atau kegiatan yang lintas departemen sehingga menyulitkan dalam melakukan alokasi

15
biaya Sementara itu sistem akuntansi dibuat berdasarkan departemen, bukan program.

Masalah Utama Penggunaan ZBB dan PPBS


1. Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua atenatif untuk melakukan
aktivitas.
2. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternative tenutama untuk mengukur
output.
3. Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan, pen politik, dan
ekonomi
4. Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat
5. Kesulitan dalam menentukan tujuan dan pemeringkatan program terutama ke terdapat
pertentangan kepentingan (conflict of interest).
6. Sering kali tidak memungkinkan melakukan perubahan secara cepat dan tepat
7. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk berubah
(resistance to change).
8. Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan
politik Politik berusaha membuat pelaksanaan lebih "technocratic'' hal tersebut bisa
memengaruhi proses anggaran.
9. Pada akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang tidak rasional.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan public yang dinyatakan dalam


satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengedalian. Agar
fungsi pengendalian dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka system
anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan
dengan cermat dan sistematis. Terdapat dua pendekatan dalam penyusunan
anggaran sector public, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan New
Public Management. Pendekatan NPM dimaksudkan untuk mengatasi
kelemahan dari system tradisional. Anggaran dengan pendekatan NPM terdiri
dari beberapa jenis, yaitu anggaran kinerja, ZBB, dan PPBS. Anggaran dengan
pendekatan NPM sangat menekankan pada konsep value for money dan
pengawasan atas kinerja output.

Perubahan dari system anggaran tradisional menuju anggaran dengan


pendekatan NPM merupakan bagian penting dari reformasi anggaran.
Reformasi anggaran sector public dilakukan untuk menjadikan anggaran lebih
beriorientasi pada kepentingan public dan menekankan value for money.
Beberapa jenis anggaran dengan pendekatan NPM, seperti ZBB, PPBS, dan
anggaran kinerja perlu dikaji lebih mendalam sebemum diaplikasikan, karena
pada masing-masing jenis anggaran tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan. Penerapan system anggaran juga perlu mempertimbangkan aspek
sosial, cultural, dan kesiapan teknologi yang dimiliki oleh pemerintah.

B. Saran
Tentunya penulis menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis
akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan
pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para
pembaca.

17
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo.2002.Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.


Anik Yuesti.2020. Akuntansi Sektor Publik. Denpasar: CV Noah Aletheia.
Muhammad Yusra.2016.Modul Akuntansi Sektor Publik. Jurusan Akuntansi FEB
UNIMAL.
Sarwenda Biduri.2018.Buku Ajar Akuntansi Sektor Publik. Universitas
Muhammadiyah sidoarjo.
A. Budi Santosa.2014.Sistem Penganggaran Pendidikan Tinggi Dari Old Public
Management Menuju New Public Management. Jurnal Kependidikan Vol 2
No.2.
Novita Indrawati.2010.Penyusunan Anggaran Dalam Era New Public
Management: Implementasinya Diindonesia.Jurnal Riset Akuntansi dan
Bisnis Vol 10 No 2.

18

Anda mungkin juga menyukai