Anda di halaman 1dari 15

Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik

Nama : ISMAWATY BR TOGATOROP


NPM : 180810151
Dosen : Dr. Syahril Effendi, S.E.,M.Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan pada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
Penulis dapat menyelesaikan Makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
Akuntasi Sektor Publik
Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
menambah pengetahuan kita tentang Perpajakan.Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
di dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk
itu Penulis berharap adanya saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan makalah ini
untuk masa yang akan datang.
Demikianlah kata pengantar dari Penulis, semoga makalah ini dapat berguna dan
dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Penulis mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata di dalam makalah ini.

Batam , 7 january 2021

Ismawaty br togatorop
Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I......................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
1.1.    Latar Belakang..........................................................................................................................4
1.2   Rumusan Masalah......................................................................................................................4
1.3     Tujuan......................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................5
2.1.    Perkembangan Anggaran Sektor Publik...................................................................................5
2.2   Anggaran Tradisional.................................................................................................................5
2.3  Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM................................................................................6
2.4  Perubahan Pendekatan Anggaran..............................................................................................9
2.5   Anggaran Kinerja........................................................................................................................9
2.6 Pendekatan Zero Based Budgeting (ZBB).....................................................................................9
2.7   Pendekatan Planning, Programming and Budgeting System (PPBS)........................................11
BAB III..................................................................................................................................................13
PENUTUP.............................................................................................................................................13
A.    Kesimpulan...........................................................................................................................13
B.     Saran....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai
selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan
penganggaran adalah proses atau metode untuk mempersiapkan suatu anggaran. Menurut
National Committee on Governmental Accounting (NCGA), saat ini Governmental
Accounting Standarts Board (GASB), definisi anggaran (budget) adalah rencana operasi
keuangan, yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan
yang diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politik. Pada
sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk
publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu karena anggaran
merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, anggaran juga diperlukan
karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan masyarakat yang tak
terbatas dan terus berkembang, dan anggaran juga diperlukan untuk menyakinkan bahwa
pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Secara garis besar terdapat dua pendekatan utama yang
memiliki perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah anggaran tradisional atau
anggaran konvensional dan pendekatan baru yang sering dikenal dengan pendekatan New
Public Management.

1.2   Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka kami merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
 Bagaimanakah perkembangan Anggaran Sektor Publik ?
  Apakah pengertian dari Anggaran Tradisional?
 Bagaimanakah Manajemen Anggaran Publik dengan Pendekatan New Public
Management (NPM) ?
 Apakah Pengertian Anggaran Kinerja dan Pedekatan Zero Bazed Budgeting?
 Bagaimanakah Manajemen Anggaran Publik dengan Pendekatan Planning,
Programming, and Budgeting System (PPBS) ?

1.3     Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka kami
menyusun beberapa tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
 Untuk menjelaskan perkembangan Anggaran Sektor Publik.
 Untuk menjelaskan Anggaran Tradisional.
 Untuk menjelaskan manajemen Anggaran Publik dengan pendekatan New Public
Management (NPM).
 Untuk Menjelaskan Manajemen Anggaran Publik dengan Pendekatan Planning,
Programming, and Budgeting System (PPBS).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.    Perkembangan Anggaran Sektor Publik


Didalam perkembangannya anggaran sektor publik telah menjadi instrumen kebijakan
multifungsi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan
penganggaran yang terencana dan sistematis maka tujuan utama yang ditujukan untuk
kemakmuran publik atau masyarakat akan tercapai dengan baik.
Sistem perencanaan anggaran berkembang dan berubah sesuai dengan dinamika
perkembangan manajemen perkembangan sektor publik dan tuntutan yang berkembang
dimasyarakat. Ada dua pendekatan dalam perkembangan dan penyusunan anggaran sektor
publik, yaitu: (a) Anggaran Tradisional atau anggaran konvensional (b) Pendekatan baru yang
sering dikenal dengan pendekatan New Public Management.      

2.2   Anggaran Tradisional  

 Ciri  - Ciri Anggaran Tradisional

a.       Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat. Maksud dari incrementalism yaitu hanya menambah atau
mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya
dengan  menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya
penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya perhatian
terhadap konsep value for money. Konsep ekonomi, efisiensi dan efktivitas seringkali tidak
dijadikan pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional.
Anggaran tradisional cenderung menggunakan konsep historic cost of service. Akibat
digunakan konsep ini adalah suatu item. Program, atau kegiatan akan muncul lagi dalam
anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item tersebut sudah tidak dibutuhkan.
Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah nominal rupiah yang disesuaikan dengan
tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan penyesuaian lainnya.

b.      Line Item
Sifat ini didasarkan atas dasar sifat dari penerimaan dan pengeluaran. Metode ini tidak
memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang telah ada
dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara riil item tertentu sudah tidak relevan
lagi untuk digunakan pada periode sekarang. Dalam penyusunan anggaran menggunakan
sistem ini dilandasi atas alasan adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk
mengontrol pengeluaran.
 Kelemahan anggaran tradisional
Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisional memiliki
beberapa kelemahan antara lain :
1. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan rencana
pembangunan jangka panjang
2. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti
secara menyeluruh efektifitasnya.
3. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan anggaran
tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat kebijakan dan pilihan
sumberdaya atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi dalam bentuk apakah dana telah
habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan tercapai.
4. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara keseluruhan
sulit dicapai.
5. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran modal/investasi
6. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya terlalu
pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat mendorong praktik-praktik
yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).
7. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak memadai
menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Akibatnya adalah munculnya budget
pudding atau budgetary slack.
8. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan mekanisme
pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya dilakukan revisi anggaran
dan manipulasi anggran
9. Aliran informasi ( system informasi financial) yang tidak memadai yang menjadi dasar
mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan tindakan.

2.3  Anggaran Publik dengan Pendekatan NPM  


Era New Public Management
Sejak pertengahan tahun1980-an telah terjadi perubahan management sector publik
yang cukup drastik dari system managemen tradisional yang terkesan kaku, birokratis, dan
hirarkis menjadi model managemen sector public yang fleksibel dan lebih mengakomodasi
pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan kecil dan sederhana. Perubahan tersebut
telah mengubah peran pemerintah terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan
masyarakat. Paradigma baru yang muncul dalam managemen sector publik tersebut adalah
pendekatan New Public Management.
Model New Public Management mulai dikenal tahun 1980-an dan kembali popular
tahun 1990-an yang mengalami beberapa bentuk inkarnasi. New Publik
Management berfokus pada management sector publik yang berorientasi pada kinerja, bukan
berorientasi kebijakan. Penggunan paradigm New Public Management tersebuit
menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah diantaranya adalah tuntutan untuk
melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintah diera New Public Management adalah model
pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (992) yang tertuang dalam
pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government” perspektif baru
pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah:
 Pemerintahan katalis : focus pada pemberian pengarahan bukan produksi pelayanan
public.Pemerintah harus menyelesaikan beragam pelayanan public, tetapi tidak harus
terlibat langsung dengan proses produksinya (producing). Sebaiknya pemerintah
memfokuskan diri pada pemberian arahan , sedangkan produksi pelayanan public
diserahkan pada pihak swasta dan atau sector ketiga.

 Pemerintah milik masyarakat : memberdayakan masyarakat daripada melayani


Pemerintah seharusnya memberikan wewenang kepada masyarakat sehinnga mereka
mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri (self-help community),
Sebagai misal, masalah keselamatan umum adalah juga merupakan tanggungjawab
masyarakat, tidak hanya kepolisian.

 Pemerintah yang kompetitif: menyuntikkan semangat kompetisi dalam pemberian


pelayanan public. Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan publik yang
dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya. Misalnya pada pelayanan
pos negara, pelayanan titipan kilat yang disediakan menjadi relative semakin cepat
dapipada kualitasnya di masa lalu
.
  Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang digerakkan oleh
peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi. Apa yang dapat dan tidak dapat
dilaksanakan oleh pemerintah diatur dalam mandatnya. Namun tujuan pemerintah
bukanlah mandatnya tetapi misinya.

  Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan Pada


pemerintash tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja ditentukan oleh
kompleksitas masalah yang dihadapi. pada akhirnya unit kerja tidak punya insentif
untuk  memperbaiki kinerjanya. Pemerintah wirausaha berusaha mengubah bentuk
penghargaan dan insentif itu, yaitu membiayai hasil dan bukan masukan. Pemerintah
daerah wirausaha akan mengembangkan suatu standar kinerja yang mengukur seberpa
baik suatu unit kerja mampu memecahkan permasalahan yang menjadi
tanggungjawabnya.Semakin baik kinerjanya, semakin banyak pula dana yang akan
dialokasikan untuk mengganti semua dana yang telah dikeluarkan oleh unit kerja tersebut.

 Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan pelanggan , bukan


birokrasi Pemerintah tradisional seringkali salah dalam mengidentifikasikan
pelanggannya. Pemerintah seringkali menganggap bahwa DPR/DPRD dan semua pejabat
yang ikut dalam pembahasan anggaran adalah pelanggannya. Padahal  pelanggan yang
sebenarnya, yaitu masyarakat, akan cenderung dilupakan.Pemerintah wirausaha tidak
akan seperti itu. Ia akan mengidintifikasikan pelanggan yang sesungguhnya. Mereka
menciptakan system pertanggungjawaban ganda (dual accountability) kepada legislatif
dan masyarakat. Dengan cara seperti ini, pemerintah tidak akan arogan tetapi secara terus
menerus akan berupaya untuk lebih memuaskan masyarakat.
 Pemerintahan Wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak sekedar
membelanjakan Pemerintah tradisional cenderung tidak berbicara tentang upaya untuk
menghasilkan pendapatan dan aktivitasnya. Padahal. banyak yang bisa dilakukan untuk
menghasilkan pendapatan dari proses penyediaan pelayanan publik. Pemerintah daerah
wirausaha dapat mengembangkan beberapa pusat pendapatan, misalnya : BPS dan
Bappeda, yang dapat menjual informasi tentang daerahnya kepada pusat – pusat
penelitian, BUMN/BUMD, pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para
pengusaha dan masyarakat, penyertaan modal, dan lain – lain

 Pemerintah Antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati Pemerintah tradisional


yang birokrastis memusatkan diri pada produksi pelayanan publik untuk memecahkan
masalah publik. Pemerintah birokratis cenderung bersifat reaktif, seperti suatu satuan
pemadam kebakaran, apabila tida ada kebakaran maka tidak akan ada upaya pemecahan.
Pemerintah wirausaha tidak reaktif tetapi proaktif. Ia tidak hanya mencoba untuk
mencegah masalah, tetapi juga berupaya keras untuk mengantisipasi masa depan. Ia
menggunakan perencanaan strategis untuk menciptakan visi.

 Pemerintah Desentralisasi : dari hirarkhi menuju partisipatif dan tim kerja Lima puluh
tahun yang lalu, pemerintahan yang sentralistis dan hierarkhis sangat diperlukan.
Pengambilan keputusan harus berasal dari pusat. Pada saat itu, sistem tersebut sangat
cocok karena teknologi informasi masih sangat primitif, komunikasi antar berbagai lokasi
masih lamban, dan aparatur pemerintah masih relatif belum terdidik (masih sangat
membutuhkan petunjuk langsung atas apa – apa yang harus dilakukan). Tetapi pada saat
sekarang, keadaan sudah berubah, perkembangan teknologi sudah sangat maju, kebutuhan
/ keinginan masyarakat dan bisnis sudah semakin kompleks, dan staf pemerintah sudah
banyak yang berpendidikan tinggi. Sekarang ini, pengambilan keputusan harus digeser ke
tangan masyarakat, asosiasi – asosiasi, pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat.

 Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan perubahan dengan


mekanisme pasar (system insentif) dan bukan dengan mekanisme administratif (sistem
prosedur dan pemaksaan) Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan
mekanisme administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik
dalam mengalokasi sumberdaya. Pasar tradisional menggunakan mekanisme administratif
, sedangkan pemerintah wirausaha  menggunakan mekanisme pasar.Dalam mekanisme
administratif , pemerintah tradisional menggunakan perintah dan pengendalian. Dalam
mekanisme pasar, pemerintah wirausaha tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi
mengembangkan dan menggunakan system insentif agar orang tidak melakukan kegiatan
– kegiatan yang merugikan masyarakat.
Munculnya konsep New Public Management berperngaruh langsung terhadap konsep
anggaran publik. Salah satu pengaruhnya adalah terjadinya perubahan sistem anggaran dari
model anggarann tradisional menjadi anggaran yang lebih berorientasi pada kinerja.
Tabel 1.1
Perbandingan Anggaran Tradasional dengan Berbasis Pendekatan NPM
Anggaran Tradasional New Public Management
Sentralistis Desentralisasi & devolved
management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, dan
outcome (value for money)
Tidak terkait dengan perencanaan Utuh dan komprehensif dengan
jangka panjang perencanaan jangka panjang
Line – item dan incrementalism Berdasarkan sasaran kinerja
Batasan departemen yang kaku (rigid Lintas departemen (cross department)
department)
Menggunakan aturan klasik : Vote Zero – Base Budgeting, Planning
Accounting Progamming Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional
Bersifat tahunan Bottom - up budgeting
Spesifik

2.4  Perubahan Pendekatan Anggaran


Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era New
Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan pendekatan yang lebih
sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik. Seiring dengan perkembangan
tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran sektor publik, misalnya adalah teknik
anggaran kinerja (performance budgeting), Zero Badget Budgeting (ZBB), dan Planing
Progamming, and Budgeting System (PPBS).
Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik tersebut cenderung memiliki
karakteristik umum sebagai berikut :
1.      Komprehensi / Komparatif
2.      Terintegrasi dan lintas departemen
3.      Proses pengambilan kepeutusan yang rasioanal
4.      Berjangka Panjang
5.      Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6.      Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7.      Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input
8.      Adanya pengawasan kerja

2.5   Anggaran Kinerja         
Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi kelemahan-kelemahan  dalam anggaran
tradisional yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat digunakan untuk
mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran pelayanan publik.
Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money  dan efiktivitas
anggaran. Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat diawasi
dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit keuangan, audit kinerja,
serta evaluasi kinerja eksternal. Atas hal ini maka diperlukan adanya program dan tolak ukur
sebagai standar kinerja.
System anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system yang mencakup kegiatan
penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk mencapai tujuan dan
sasaran program. penerapan system anggaran kinerja dalam penyususnan anggaran dimulai
dengan perumusan program dan penyususnan struktur organisasi pemerintah yang sesuai
dengan program tersebut. Kegiatan tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan program, serta penentuan indicator kinerja yang
digunakan sebagai tolak ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.

2.6 Pendekatan Zero Based Budgeting (ZBB)

1.       Zero Based Budgeting (ZBB)         


Konsep Zero Based Budgeting (ZBB) dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang ada
pada system anggaran tradisional yaitu penyusunan anggaran yang bersifat line-
item dan incremental.  ZBB tidak berpatokan pada anggaran tahun lalu untuk menyusun
anggaran tahun ini, penentuan anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini.

2.      Proses implementasi ZBB
Proses implementasi ZBB terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu :
 Identifikasi unit-unit keputusan Setiap pusat pertanggungjawaban merupakan unit
pembuat keputusan yang salah satu fungsinya menyiapkan anggaran. Suatu unit
keputusan merupakan kumpulan dari unit-unit keputusan level yang lebih kecil.
  Penentuan paket-paket keputusan Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif
mengenai bagian dari aktivitas organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara
individual. paket keputusan dibuat oleh manajer yang harus menunjukkan detail estimasi
biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan
manfaat. Ada dua jenis paket keputusan, yaitu :
1) Paket keputusan mutually-exclusive Adalah paket-paket keputusan yang
memiliki fungsi sama. Apabila dipilihsalah satu paket kegiatan atau
program, maka konsekuensinya adalah menolak semua alternative yang
lain.
2) Paket keputusan incremental Paket ini merefleksikan tingkat usaha yang
berbeda (dikaitkan dengan biaya) dalam melaksanakan aktivitas tertentu.
Terdapat base package yang menunjukkan tingkat minimal suatu kegiatan,
dan paket lain yang tingkat aktivitasnya lebih tinggi yang akan
berpengaruh terhadap kenaikan level aktivitas dan juga berpengaruh
terhadap biaya. Setiap paket memiliki biaya dan manfaat yang dapat
ditabulasikan dengan jelas.
3) Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
.
3.      Keunggulan dari Zero Based Budgeting
 Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi sumber daya
secara lebih efisien.
   ZBB berfokus padavalue for money
 Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidakefektivan biaya.
 Meningkatkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses penyusunan anggaran.
 Merupakan cara yang sistematik utnuk menggeser status quo dan mendorong organisasi
untuk selalu menguji alternative aktivitas dan pola perilaku biaya serta tingkat
pengeluaran.
4.      Kelemahan dari Zero Based Budgeting
 Prosesnya memakan waktu lama (time customing), terlalu teoretis dan tidak praktis,
membutuhkan biaya yang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang menumpuk karena
pembuatan paket keputusan.
 ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek.
 Implementasi ZBB membutuhkan teknologi yang maju.
 Masalah dalam proses merangking dan mereview paket keputusan.
 Untuk melakukan perangkingan paket keputusan dibutuhkan staf yang memiliki keahlian
yang mungkin tidak dimiliki organisasi.
 Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket keputusan harus masuk
anggaran.
 Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi.

2.7   Pendekatan Planning, Programming and Budgeting System (PPBS)


 PPBS
PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah alokasi sumber daya
berdasarkan analisis ekonomi. Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur
organisasi tradisional yang terdiri daridivisi-divisi, namun berdasarkan program, yaitu
pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan tertentu.
PPBS adalah salah satu model penganggaran yang ditujukan untuk membantu
manajemen pemerintah dalam membuat keputusan alokasi sumber daya secara lebih baik.
Hal tersebut disebabkan sumber daya yang dimiliki pemerintah terbatas jumlahnya,
sementara tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya.

 Proses Implementasi PPBS

a.    Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan jelas.
b.    Mengidentifikasi program-program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
c.   Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit dari
masing-masing program.
d.   Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.
e.    Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.
PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka panjang. Kuncinya
adalah bahwa program-program yang disusun harus terkait dengan tujuan
organisasi dan tersebar ke seluruh bagian organisasi. Sistem pelaporan anggaran
PPBS harus mampu melaporkan hasil (manfaat) program bukan sekedar jumlah
pengeluaran yang telah dilakukan.

 Karakteristik PPBS
a.      Berfokus pada tujuan dan aktivitas (program) untuk mencapai tujuan.
b.      Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan
datang karena PPB S berorientasi pada masa datang.
c.       Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi.
d.  Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif program, yang
meliputi:
1)      Identifikasi tujuan
2)      Identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai tujuan
3)      Estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program
4)   Estimasi manfaat (hasil) yang ingin diperoleh dari masing-masing alternatif
program.

 Kelebihan PPBS
a.       Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak ke
manajemen menengah.
b.      Dalam jangka waktu panjang dapatmengurangi beban kerja.
c.       Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya (cost-
consciousness/cost awareness) dalam perencanaan program.
d.      Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan
kerja sama antar departemen.
e.       Menghilangkan program yang overlopping atau bertentangan dengan
pencapaian tujuan organisasi.
f.       PPBS menggunakan teori marginal utility,sehingga mendorong alokasi sumber
daya secara optimal.

 Kelemahan PPBS
  
a.   PPBS membutuhkan sistem yang canggih, ketersediaan data, adanya sistem
pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi.
b.      Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih.
c.       PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan.
d.    PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan
manusia yang kompleks.
e.    PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented. Penggunaan
statistik terkadang kurang tajam untuk mengukur keseluruhan efektivitas
program.
f.      Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Hal ini terkait dengan sifat
program dalam alokasi biaya. Sementara itu sistem akuntansi dibuat
berdasarkan departemen bukan program.

 Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS


a.   Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk
melakukan aktivitas.
b. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk
mengukur output.
c.     Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan,
perubahan politik, dan ekonomi.
d.   Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat.
e.     Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perangkingan program terutama ketika
terdapat pertentangan kepentingan ( conflict of interest).
f.     Seringkali tidak memungkinkan untuk melakukan perubahan program secara
cecepat dan tepat.
g.    Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk berubah
(resistence to change).
h.    Pelaksanaan teknik tersebut sering tidak sesuai dengan proses pengambilan
keputusan politik. Politik berusaha membuat pelaksanaan lebih
“technocratic” yang hal tersebut bisa mempengaruhi proses penganggaran.
i.      Pada akhirnya, pemerintah beroperasi dalam dunia yang tidak rasional.
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan
Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan
moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi pengendalian dan
pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas
penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis.
Terdapat dua pendekatan dalam penyusunan angaran sektor publik, yaitu pendekatan
tradisional dan pendekatan New Public Management. Pendekatan NPM dimaksudkan untuk
mengatasi kelemahan dari sistem tradisional. Anggaran dengan pendekatan NPM terdiri dari
beberapa jenis, yaitu anggaran kinerja, ZBB, dan PPBS. Anggaran dengan pendekatan NPM
sangat menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja output.
Perubahan dari sistem anggaran tradisional menuju sistem anggaran dengan
pendekatan NPM merupakan bagian penting dari reformasi anggaran. Reformasi anggaran
sektor publik dilakukan untuk menjadikan anggaran lebih berorientasi pada kepentingan
publik dan menekankan value for money. Beberapa jenis anggatan dengan pendekatan NPM,
seperti ZBB, PPBS, dan Anggaran Kinerja perlu dikaji lebih mendalam sebelum
diaplikasikan, karena pada masing-masing jenis anggaran tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan. Penerapan sistem anggaran juga perlu mempertimbangkan aspek sosial, kultural,
dan kesiapan teknologi yang dimiliki oleh pemerintah.

B.     Saran
Saran yang dapat kami kemukakan setelah menyusun makalah Jenis-Jenis Anggaran
Sektor Publik adalah Dalam penyusunannya, anggaran harus transparansi baik dalam bentuk
penerimaan maupun pengeluaran dan anggaran dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
demi mencapai mencapai tujuan organisasi yaitu mensejahterakan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, M. (2002). AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Yogyakarta: ANDI.


Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
C. Rolin, Niswonger, dkk. 2005. Prinsip – Prinsip Akuntansi Edisi 19 Jilid 1. Jakarta:
Erlangga.
Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik). Jakarta: PT.
Indeks
Halim, Abdul. 2010. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit STIE YKPN.
Harahap, Sofyan Safri. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Harmanto, M. 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Buku Satu. Yogyakarta: BPFE.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit UII Press.

Anda mungkin juga menyukai