Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu. Dapat dinyatakan berupa estimasi
finansial, sedangkan anggaran sendiri adalah proses atau metode untuk
mempersiapkan suatu anggaran. Penganggaran dalam organisasi sektor publik
merupakan tahapan yang cukup rumit yang mengandung nuansa politik yang
tinggi.
Dalam organisasi sektor publik, penganggaran merupakan suatu proses politik.
Pada sektor swasta, anggaran merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang
tertutup untuk publik, sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus
diinformasikan kepada publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.
Anggaran sektor publik penting karena beberapa alasan, yaitu karena anggaran
merupakan alat bagi pemerintah untuk mengarahkan sosial-ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, anggaran juga
diperlukan karena adanya masalah keterbatasan sumber daya sedangkan keinginan
masyarakat yang tak terbatas dan terus berkembang, dan anggaran juga diperlukan
untuk menyakinkan bahwa pemerintah telah bertanggung jawab terhadap rakyat.
Pada dasarnya terdapat beberapa jenis pendekatan dalam perencanaan dan
penyusunan anggaran sektor publik. Secara garis besar terdapat dua pendekatan
utama yang memiliki perbedaan mendasar. Kedua pendekatan tersebut adalah
anggaran tradisional atau anggaran konvensional dan pendekatan baru yang sering
dikenal dengan pendekatan New Public Management.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana perkembangan anggaran sektor publik ?
2. Apa saja jenis-jenis anggaran sektor publik ?

1
3. Apa yang dimaksud dengan anggaran tradisional ?
4. Bagaimanakah manajemen anggaran publik dengan pendekatan New
Public Management (NPM) ?
5. Bagaimana perubahan pendekatan anggaran ?
6. Apa yang dimaksud dengan anggaran kinerja ?
7. Apa yang dimaksud dengan Zero Based Budgeting (ZBB) ?
8. Bagaimanakah manajemen anggaran publik dengan Planning,
Programming, and Budgeting System (PPBS) ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
1. Mengetahui perkembangan anggaran sektor publik
2. Mengetahui jenis-jenis anggaran sektor publik
3. Mengetahui pengertian anggaran tradisional
4. Mengetahui manajemen anggaran publik dengan pendekatan New Public
Management (NPM)
5. Mengetahui perubahan pendekatan anggaran
6. Mengetahui pengertian anggaran kinerja
7. Mengetahui konsep Zero Based Budgeting (ZBB)
8. Mengetahui manajemen Planning, Programming, and Budgeting System
(PPBS)

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Anggaran Sektor Publik


Sistem anggaran sektor publik dalam perkembangannya telah menjadi
instrumen kebijakan multifungsi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan organisasi. Dengan penganggaran yang terencana dan sistematis
maka tujuan utama yang ditujukan untuk kemakmuran publik atau masyarakat
akan tercapai dengan baik.
Melalui komposisi dan besarnya anggaran yang secara langsung
mencerminkan arah dan tujuan pelayanan masyarakat yang diharapkan, kita dapat
mengetahui bahwa anggaran sektor publik telah digunakan sebagai alat untuk
mencapai tujuan organisasi, dan anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan
publik serta digunakan sebagai alat pengendalian. Sistem perencanaan anggaran
publik berkembang sesuai dengan perkembangan manajemen sektor publik dan
perkembangan tuntutan yang muncul di masyarakat.
Sistem perencanaan anggaran berkembang dan berubah sesuai dengan
dinamika perkembangan manajemen perkembangan sektor publik dan tuntutan
yang berkembang dimasyarakat. Ada dua pendekatan dalam perkembangan dan
penyusunan anggaran sektor publik, yaitu: (a) Anggaran Tradisional atau
anggaran konvensional (b) Pendekatan baru yang sering dikenal dengan
pendekatan New Public Management.

2.2 Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik


Anggaran sektor publik dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Anggaran Operasional (operation/recurrent budget)
Anggaran Operasional digunakan untuk merencanakan kebutuhan sehari-
hari dalam menjalankan pemerintahan. Misalnya adalah belanja rutin
(recurrent expenditure) yaitu pengeluaran yang manfaatnya hanya untuk satu

3
tahun anggaran dan tidak dapat menambah aset atau kekayaan bagi
pemerintah. Secara umum pengeluaran yang masuk kategori anggaran
operasional antara lain: Belanja Administrasi Umum dan Belanja Operasi dan
Pemeliharaan.
2. Anggaran Modal (capital/investment budget)
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan pembelanjaan
atas aktiva tetap seperti gedung, peralatan, kendaraan, perabot, dan
sebagainya. Pada dasarnya pemerintah tidak mempunyai uang yang dimiliki
sendiri, sebab seluruhnya adalah milik publik.

2.3 Anggaran Tradisonal


Anggaran tradisional merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan di
negara berkembang. Terdapat 2 ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: a. cara
penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism dan b.
struktur dan susunan anggaran yang bersifat line-item.
Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran tradisional tersebut adalah:
c. cenderung sentralistis; d. bersifat spesifikasi; e. tahunan; dan f. menggunakan
prinsip anggaran bruto.
Berikut ini pembahasan dua ciri utama anggaran tradisional yakni sebagai
berikut:
a. Incrementalism
Penekanan dan tujuan utama pendekatan tradisional adalah pada pengawasan
dan pertanggungjawaban yang terpusat. Maksud dari incrementalism yaitu hanya
menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah
ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun sebelumnya sebagai dasar
untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan tanpa dilakukan
kajian yang mendalam.
Masalah utama anggaran tradisional adalah terkait dengan tidak adanya
perhatian terhadap konsep value for money. Sehingga menyebabkan sejumlah
besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya.

4
Konsep ekonomi, efisiensi dan efktivitas seringkali tidak dijadikan
pertimbangan dalam penyusunan anggaran tradisional.
Anggaran tradisional cenderung menggunakan konsep historic cost of
service. Akibat digunakan konsep ini adalah suatu item. Program, atau kegiatan
akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item
tersebut sudah tidak dibutuhkan. Perubahan anggaran hanya menyentuh jumlah
nominal rupiah yang disesuaikan dengan tingkat inflasi, jumlah penduduk, dan
penyesuaian lainnya.

b. Line Item
Sifat ini didasarkan atas dasar sifat dari penerimaan dan pengeluaran. Metode
ini tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau
pengeluaran yang telah ada dalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara
riil item tertentu sudah tidak relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang.
Dalam penyusunan anggaran menggunakan sistem ini dilandasi atas alasan
adanya orientasi sistem anggaran yang dimaksudkan untuk mengontrol
pengeluaran.

Kelemahan Anggaran Tradisional


Dilihat dari berbagai sudut pandang, metode penganggaran tradisional memiliki
beberapa kelemahan antara lain :
a. Hubungan yang tidak memadai (terputus) antara anggaran tahunan dengan
rencana pembangunan jangka panjang
b. Pendekatan incremental menyebabkan sejumlah besar pengeluaran tidak
pernah diteliti secara menyeluruh efektifitasnya.
c. Lebih berorientasi pada input daripada output. Hal tersebut menyebabkan
anggaran tradisional tidak dapat dijadikan sebagai alat untuk membuat
kebijakan dan pilihan sumberdaya atau memonitor kinerja. Kinerja dievaluasi
dalam bentuk apakah dana telah habis dibelanjakan, bukan apakah tujuan
tercapai.

5
d. Sekat-sekat antar departemen yang kaku membuat tujuan nasional secara
keseluruhan sulit dicapai.
e. Proses anggaran terpisah untuk pengeluaran rutin dan pengeluaran
modal/investasi.
f. Anggaran tradisional bersifat tahunan. Anggaran tahunan tersebut sebenarnya
terlalu pendek, terutama untuk proyek modal dan hal tersebut dapat
mendorong praktik-praktik yang tidak diinginkan (korupsi dan kolusi).
g. Sentralisasi penyiapan anggaran, ditambah dengan informasi yang tidak
memadai menyebabkan lemahnya perencanaan anggaran. Akibatnya adalah
munculnya budget pudding atau budgetary slack.
h. Persetujuan anggaran yang terlambat, sehingga gagal memberikan
mekanisme pengendalian untuk pengeluaran yang sesuai, seperti seringnya
dilakukan revisi anggaran dan manipulasi anggran
i. Aliran informasi (sistem informasi finansial) yang tidak memadai yang
menjadi dasar mekanisme pengendalian rutin, mengidentifikasi masalah dan
tindakan.

2.4 Anggaran Publik Dengan Pendekatan NPM


Era New Public Management
Sejak pertengahan tahun1980-an telah terjadi perubahan manajemen sektor
publik yang cukup drastis dari sistem manajemen tradisional yang terkesan kaku,
birokratis, dan hirarkis menjadi model manajemen sektor publik yang fleksibel
dan lebih mengakomodasi pasar. Perubahan tersebut bukan sekedar perubahan
kecil dan sederhana. Perubahan tersebut telah mengubah peran pemerintah
terutama dalam hal hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Paradigma
baru yang muncul dalam manajemen sektor publik tersebut adalah pendekatan
New Public Management.
Model New Public Management mulai dikenal tahun 1980-an dan kembali
popular tahun 1990-an yang mengalami beberapa bentuk inkarnasi. New Public
Management berfokus pada manajemen sektor publik yang berorientasi pada
kinerja, bukan berorientasi kebijakan. Penggunan paradigma New Public

6
Management tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi bagi pemerintah di
antaranya adalah tuntutan untuk melakukan efisiensi, pemangkasan biaya (cost
cutting), dan kompetisi tender.
Salah satu model pemerintah diera New Public Management adalah model
pemerintahan yang diajukan oleh Osborne dan Gaebler (992) yang tertuang dalam
pandangannya yang dikenal dengan konsep “reinventing government” perspektif
baru pemerintah menurut Osborne dan Gaebler tersebut adalah:
1. Pemerintahan katalis: fokus pada pemberian pengarahan bukan produksi
pelayanan publik.
Pemerintah harus menyelesaikan beragam pelayanan publik, tetapi tidak
harus terlibat langsung dengan proses produksinya (producing). Sebaiknya
pemerintah memfokuskan diri pada pemberian arahan, sedangkan produksi
pelayanan publik diserahkan pada pihak swasta dan atau sector ketiga.
2. Pemerintah milik masyarakat: memberdayakan masyarakat daripada
melayani.
Pemerintah seharusnya memberikan wewenang kepada masyarakat sehinnga
mereka mampu menjadi masyarakat yang dapat menolong dirinya sendiri
(self-help community), Sebagai misal, masalah keselamatan umum adalah
juga merupakan tanggungjawab masyarakat, tidak hanya kepolisian.
3. Pemerintah yang kompetitif: menyuntikkan semangat kompetisi dalam
pemberian pelayanan publik.
Kompetisi adalah satu-satunya cara untuk menghemat biaya sekaligus
meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kompetisi, banyak pelayanan
publik yang dapat ditingkatkan kualitasnya tanpa harus memperbesar biaya.
Misalnya pada pelayanan pos negara, pelayanan titipan kilat yang disediakan
menjadi relatif semakin cepat dapipada kualitasnya di masa lalu.
4. Pemerintah yang digerakkan oleh misi : mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan menjadi organisasi yang digerakkan oleh misi.
Apa yang dapat dan tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah diatur dalam
mandatnya. Namun tujuan pemerintah bukanlah mandatnya tetapi misinya.
5. Pemerintah yang berorientasi hasil : membiayai hasil bukan masukan.

7
Pada pemerintah tradisional, besarnya alokasi anggaran pada suatu unit kerja
ditentukan oleh kompleksitas masalah yang dihadapi. pada akhirnya unit
kerja tidak punya insentif untuk memperbaiki kinerjanya.
Pemerintah wirausaha berusaha mengubah bentuk penghargaan dan insentif
itu, yaitu membiayai hasil dan bukan masukan. Pemerintah daerah wirausaha
akan mengembangkan suatu standar kinerja yang mengukur seberpa baik
suatu unit kerja mampu memecahkan permasalahan yang menjadi
tanggungjawabnya.Semakin baik kinerjanya, semakin banyak pula dana yang
akan dialokasikan untuk mengganti semua dana yang telah dikeluarkan oleh
unit kerja tersebut.
6. Pemerintah berorientasi pada pelanggan : memenuhi kebutuhan
pelanggan, bukan birokrasi.
Pemerintah tradisional seringkali salah dalam mengidentifikasikan
pelanggannya. Pemerintah seringkali menganggap bahwa DPR/DPRD dan
semua pejabat yang ikut dalam pembahasan anggaran adalah pelanggannya.
Padahal pelanggan yang sebenarnya, yaitu masyarakat, akan cenderung
dilupakan.
Pemerintah wirausaha tidak akan seperti itu. Ia akan mengidintifikasikan
pelanggan yang sesungguhnya. Mereka menciptakan system
pertanggungjawaban ganda (dual accountability) kepada legislatif dan
masyarakat. Dengan cara seperti ini, pemerintah tidak akan arogan tetapi
secara terus menerus akan berupaya untuk lebih memuaskan masyarakat.
7. Pemerintahan Wirausaha : mampu menciptakan pendapatan dan tidak
sekedar membelanjakan.
Pemerintah tradisional cenderung tidak berbicara tentang upaya untuk
menghasilkan pendapatan dan aktivitasnya. Padahal. banyak yang bisa
dilakukan untuk menghasilkan pendapatan dari proses penyediaan pelayanan
publik.
Pemerintah daerah wirausaha dapat mengembangkan beberapa pusat
pendapatan, misalnya : BPS dan Bappeda, yang dapat menjual informasi
tentang daerahnya kepada pusat – pusat penelitian, BUMN/BUMD,

8
pemberian hak guna usaha yang menarik kepada para pengusaha dan
masyarakat, penyertaan modal, dan lain – lain
8. Pemerintah Antisipatif : berupaya mencegah daripada mengobati.
Pemerintah tradisional yang birokrastis memusatkan diri pada produksi
pelayanan publik untuk memecahkan masalah publik. Pemerintah birokratis
cenderung bersifat reaktif, seperti suatu satuan pemadam kebakaran, apabila
tida ada kebakaran maka tidak akan ada upaya pemecahan.
Pemerintah wirausaha tidak reaktif tetapi proaktif. Ia tidak hanya mencoba
untuk mencegah masalah, tetapi juga berupaya keras untuk mengantisipasi
masa depan. Ia menggunakan perencanaan strategis untuk menciptakan visi.
9. Pemerintah Desentralisasi : dari hirarkhi menuju partisipatif dan tim kerja.
Lima puluh tahun yang lalu, pemerintahan yang sentralistis dan hierarkhis
sangat diperlukan. Pengambilan keputusan harus berasal dari pusat. Pada saat
itu, sistem tersebut sangat cocok karena teknologi informasi masih sangat
primitif, komunikasi antar berbagai lokasi masih lamban, dan aparatur
pemerintah masih relatif belum terdidik (masih sangat membutuhkan
petunjuk langsung atas apa – apa yang harus dilakukan).
Tetapi pada saat sekarang, keadaan sudah berubah, perkembangan teknologi
sudah sangat maju, kebutuhan / keinginan masyarakat dan bisnis sudah
semakin kompleks, dan staf pemerintah sudah banyak yang berpendidikan
tinggi. Sekarang ini, pengambilan keputusan harus digeser ke tangan
masyarakat, asosiasi – asosiasi, pelanggan, dan lembaga swadaya masyarakat.
10. Pemerintah berorientasi pada (mekanisme) pasar : mengadakan
perubahan dengan mekanisme pasar (sistem insentif) dan bukan dengan
mekanisme administratif (sistem prosedur dan pemaksaan).
Ada dua cara alokasi sumberdaya, yaitu mekanisme pasar dan mekanisme
administratif. Dari keduanya, mekanisme pasar terbukti sebagai yang terbaik
dalam mengalokasi sumberdaya. Pasar tradisional menggunakan mekanisme
administratif, sedangkan pemerintah wirausaha menggunakan mekanisme
pasar.
Dalam mekanisme administratif, pemerintah tradisional menggunakan
perintah dan pengendalian. Dalam mekanisme pasar, pemerintah wirausaha

9
tidak memerintahkan dan mengawasi tetapi mengembangkan dan
menggunakan sistem insentif agar orang tidak melakukan kegiatan – kegiatan
yang merugikan masyarakat.
Munculnya konsep New Public Management berperngaruh langsung terhadap
konsep anggaran publik. Salah satu pengaruhnya adalah terjadinya perubahan
sistem anggaran dari model anggarann tradisional menjadi anggaran yang
lebih berorientasi pada kinerja.

Tabel 1.1
Perbandingan Anggaran Tradisional dengan Anggaran Berbasis Pendekatan
NPM
Anggaran Tradasional New Public Management
Sentralistis Desentralisasi & devolved
management
Berorientasi pada input Berorientasi pada input, output, dan
outcome (value for money)
Tidak terkait dengan perencanaan jangka Utuh dan komprehensif dengan
panjang perencanaan jangka panjang
Line – item dan incrementalism Berdasarkan sasaran kinerja
Batasan departemen yang kaku (rigid Lintas departemen (cross department)
department)
Menggunakan aturan klasik : Vote Zero–Base Budgeting, Planning
Accounting Progamming Budgeting System
Prinsip anggaran bruto Sistematik dan rasional
Bersifat tahunan Bottom - up budgeting
Spesifik

2.5 Perubahan Pendekatan Anggaran


Reformasi sektor publik yang salah satunya ditandai dengan munculnya era
New Public Management telah mendorong usaha untuk mengembangkan

10
pendekatan yang lebih sistematis dalam perencanaan anggaran sektor publik
(Mardiasmo, 2009:83).
Seiring dengan perkembangan tersebut, muncul beberapa teknik penganggaran
sektor publik, misalnya adalah teknik anggaran kinerja (performance budgeting),
Zero Badget Budgeting (ZBB), dan Planing Progamming, and Budgeting System
(PPBS).

Pendekatan baru dalam sistem anggaran publik cenderung memiliki karakteristik


umum sebagai berikut:
1. Komprehensif/ komparatif
2. Terintegrasi dan lintas departemen
3. Proses pengambilan keputusan yang rasional
4. Berjangka panjang
5. Spesifikasi tujuan dan perangkingan prioritas
6. Analisis total cost dan benefit (termasuk opportunity cost)
7. Berorientasi input, output, dan outcome, bukan sekedar input.
8. Adanya pengawasan kinerja.

2.6 Anggaran Kinerja


Pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam
anggaran tradisional yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayanan publik.
Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan efiktivitas
anggaran. Menurut pendekatan anggaran kinerja, dominasi pemerintah akan dapat
diawasi dan dikendalikan melalui penerapan internal cost awareness, audit
keuangan, audit kinerja, serta evaluasi kinerja eksternal. Atas hal ini maka
diperlukan adanya program dan tolak ukur sebagai standar kinerja.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan system yang mencakup
kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrument untuk
mencapai tujuan dan sasaran program. penerapan system anggaran kinerja dalam

11
penyususnan anggaran dimulai dengan perumusan program dan penyususnan
struktur organisasi pemerintah yang sesuai dengan program tersebut. Kegiatan
tersebut mencakup pula penentuan unit kerja yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan program, serta penentuan indicator kinerja yang digunakan sebagai
tolak ukur dalam mencapai tujuan program yang telah ditetapkan.

2.7 Zero Based Budgeting (ZBB)


Konsep Zero Based Budgeting dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan yang
ada pada sistem anggara tradisional. Penyusunan anggaran dengan menggunakan
konsep Zero Based Budgeting dapat menghilangkan incrementalism dan line-item
karena anggaran diasumsikan mulai dari nol (zero-base). ZBB tidak berpatokan
pada anggaran tahun lalu untuk menyusun anggaran tahun ini, namun penentuan
anggaran didasarkan pada kebutuhan saat ini. Incrementalism, menyebabkan
sejumlah besar pengeluaran tidak pernah diteliti secara menyeluruh efektivitasnya
(Mardiasmo, 2009:84).
Proses Implementasi ZBB
Proses implementasi ZBB terdiri dari 3 tahap :
1. Identifikasi unit-unit keputusan
Struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat pertanggungjawaban
(responsibility center). Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang
berbasis pusat pertanggungjawaban sebagai dasar perencanaan dan pengendalian
anggaran.
2. Penentuan paket-paket keputusan
Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari
aktivitas organisasi atau fungsi yang dapat dievaluasi secara individual. Paket
keputusan dibuat oleh manajer pusat pertanggungjawaban dan harus menunjukkan
secara detail estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk
pencapaian tugas dan perolehan manfaat. Terdapat dua jenis paket keputusan,
yaitu:
a) Paket keputusan mutually-exclusive

12
Adalah paket-paket keputusan yang memiliki fungsi sama. Apabila
dipilihsalah satu paket kegiatan atau program, maka konsekuensinya
adalah menolak semua alternative yang lain.
b) Paket keputusan incremental
Paket ini merefleksikan tingkat usaha yang berbeda (dikaitkan dengan
biaya) dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Terdapat base package yang
menunjukkan tingkat minimal suatu kegiatan, dan paket lain yang tingkat
aktivitasnya lebih tinggi yang akan berpengaruh terhadap kenaikan level
aktivitas dan juga berpengaruh terhadap biaya. Setiap paket memiliki
biaya dan manfaat yang dapat ditabulasikan dengan jelas.
3. Meranking dan mengevaluasi paket keputusan
Jika paket keputusan telah disiapkan, tahap berikutnya
adalah meranking semua paket berdasarkan manfaatnya terhadap organisasi.
Tahap ini merupakan jembatan untuk menuju proses alokasi sumber daya di
antara berbagai kegiatan yang beberapa diantaranya sudah ada dan lainnya baru
sama sekali.

Keunggulan ZBB (Zero Based Budgeting)


1. Jika ZBB dilaksanakan dengan baik maka dapat menghasilkan alokasi
sumber daya secara lebih efisien
2. ZBB berfokus pada value for money
3. Memudahkan untuk mengidentifikasi terjadinya inefisiensi dan ketidak-
efektifan biaya
4. Meningkatkan pengetahuan dan motivasi staf dan manajer
5. Meningktkan partisipasi manajemen level bawah dalam proses
penyusunan anggaran.
6. Merupakan cara yang sistematik untuk menggeser status quo dan
mendorong organisasi untuk selalu menguji alternatif aktivitas dan pola
perilaku biaya serta tingkat pengeluaran.

13
Kelemahan ZBB (Zero Based Budgeting)
1. Prosesnya memakan waktu, terlalu teoritis dan tidak praktis,
membutuhkan biayayang besar, serta menghasilkan kertas kerja yang
menumpuk karena pembuatan paket keputusan.
2. ZBB cenderung menekankan manfaat jangka pendek
3. Implementasi ZBB membutuhakan teknologi yang maju
4. Masalah besar yang dihadapi ZBB adalah proses meranking dan
mereview paket keputusan. Mereview ribuan paket keputusan merupakan
pekerjaan yang melelahkan dan membosankan, sehingga dapat
mempengaruhi keputusan.
5. Untuk melakukan perankingan paket keputusan dibutuhkan staf yang
memiliki keahlian yang mungkin tidak dimiliki organisasi. Selain itu
dalam perankingan muncul pertimbangan subyektif/ mungkin terdapat
tekanan politik sehingga tidak obyektif lagi.
6. Memungkinkan munculnya kesan yang keliru bahwa semua paket
keputusan harus dalam anggaran
7. Implementasi ZBB menimbulkan masalah keperilakuan dalam organisasi

2.8 Planning, Programming, and Budgeting System (PPBS)


PPBS merupakan teknik penganggaran yang didasarkan pada teori sistem
yang berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utamanya adalah
alokasi sumberdaya berdasarkan analisis ekonomi. PPBS adalah salah satu model
penganggaran yang ditujukan untuk membantu menajemen pemerintah dalam
membuat keputusanalokasi sumber daya secara lebih baik. Hal tersebut
disebabkan sumber daya yangdimiliki pemerintah terbatas jumlahnya, sementara
tuntutan masyarakat tidak terbatas jumlahnya (Mardiasmo, 2009:87).

Proses Implementasi PPBS


Langkah-langkah implementasi PPBS meliputi:
1. Menentukan tujuan umum organisasi dan tujuan unit organisasi dengan
jelas.

14
2. Mengidentifikasikan program dan kegiatan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
3. Mengevaluasi berbagai alternatif program dengan menghitung cost-benefit
dari masing-masing program.
4. Pemilihan program yang memiliki manfaat besar dengan biaya yang kecil.
5. Alokasi sumber daya ke masing-masing program yang disetujui.

PPBS mensyaratkan organisasi menyusun rencana jangka panjang. Kuncinya


adalah bahwa program-program yang disusun harus terkait dengan tujuan
organisasi dan tersebar ke seluruh bagian organisasi. Sistem pelaporan anggaran
PPBS harus mampu melaporkan hasil (manfaat) program bukan sekedar jumlah
pengeluaran yang telah dilakukan.

Karakteristik PPBS
1. Berfokus pada tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan
2. Secara eksplisit menjelaskan implikasi terhadap tahun anggaran yang akan
datang karena PPB S berorientasi pada masa datang.
3. Mempertimbangkan semua biaya yang terjadi
4. Dilakukan analisis secara sistematik atas berbagai alternatif dan program
yaitu :
a) Identifikasi tujuan
b) Identifikasi secara sistematik alternatif program untuk mencapai
tujuan
c) Estimasi biaya total dari masing-masing alternatif program
d) Estimasi manfaat yang ingin diperoleh dari masing-masing
alternatif program

Kelebihan PPBS
1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen
puncak ke manajemen menengah
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja

15
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya dalam
perencanaan program
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi,
dan kerja sama antar departemen
5. Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan
pencapaian tujuan organisasi
6. PPBS menggunakan teori marginal utility, sehingga mendorong alokasi
sumber daya secara optimal

Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data,
adanya sistem pengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS
membutuhkan teknologi yang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai
kumpulan manusia yang kompleks
5. PPBS merupakan teknik anggaran yang statistically oriented.
Penggunaanstatistic terkadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas
program. Statistik hanya tepat untuk mengukur beberapa program saja.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis sehingga menyulitkan
dalam melakukan alokasi biaya.

Masalah Utama Penggunaan ZBB dan PPBS


1. Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif
untuk melakukan aktivitas.
2. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk
mengukur output.
3. Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan,
perubahan politik, dan ekonomi

16
4. Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat
berat.
5. Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perankingan program terutama
ketikaterdapat pertentangan kepentingan (conflict of interest).
6. Seringkali tidak memungkinkan untuk melakukan perubahan program
secara cepat dan tepat
7. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk
berubah (resistence to change).

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terdapat dua pendekatan dalam penyusunan anggaran sektor publik, yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan New Public Management. Pendekatan
NPM dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan dari sistem tradisional.
Anggaran dengan pendekatan NPM terdiri dari beberapa jenis, yaitu anggaran
kinerja, ZBB, dan PPBS. Anggaran dengan pendekatan NPM sangat
menekankan pada konsep value for money dan pengawasan atas kinerja
output.
Perubahan dari sistem anggaran tradisional menuju sistem anggaran
dengan pendekatan NPM merupakan bagian penting dari reformasi anggaran.
Reformasi anggaran sektor publik dilakukan untuk menjadikan anggaran lebih
berorientasi pada kepentingan publik dan menekankan value for money.
Beberapa jenis anggatan dengan pendekatan NPM, seperti ZBB, PPBS, dan
Anggaran Kinerja perlu dikaji lebih mendalam sebelum diaplikasikan, karena
pada masing-masing jenis anggaran tersebut memiliki kelebihan dan
kelemahan. Penerapan sistem anggaran juga perlu mempertimbangkan aspek
sosial, kultural, dan kesiapan teknologi yang dimiliki oleh pemerintah.

3.2 Saran
Saran yang dapat kami kemukakan setelah menyusun makalah Jenis-Jenis
Anggaran Sektor Publik adalah dalam penyusunannya, anggaran harus
transparansi baik dalam bentuk penerimaan maupun pengeluaran dan
anggaran dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya demi mencapai tujuan
organisasi yaitu mensejahterakan masyarakat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul dan M.Syam Kusufi. 2012. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi
Sektor Publik dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan, dari Pemerintah
Hingga Tempat Ibadah. Jakarta : Salemba Empat.
Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik : Yogyakarta : Andi Offset.
Triharta A. Baruna (Desember 1999). Permasalahan Akuntansi Sektor Publik,
makalah disampaikan pada Seminar dan pembentukan Kompartemen Akuntan
Sektor Publik, Jakarta.

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai