B.ANGGARAN TRADISIONAL
Anggaran tradisional adalah suatu cara penyusunan anggaran dimana tidak didasarkan
atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditentukan. Terdapat dua ciri utama dalam pendekatan ini, yaitu: (a) cara
penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan incrementalism. dan (b) struktur dan
susunan anggaran yang bersifat line-item. Ciri lain yang melekat pada pendekatan anggaran
tradisional tersebut adalah (c)cenderung sentralistis; (d) bersifat spesifikasi; (e) tahunan; dan
(f) menggunakan prinsip anggaran bruto.
Incrementalism
*Penekanan dan tujuan tradisional adalah pada pengawasan dan pertanggung jawaban yang
terpusat
Anggaran tradisional bersifat icrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi jumlah
rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan menggunakan data tahun
sebelumnya sebagai dasar untuk menyesuaikan besarnya penambahan atau pengurangan
tanpa dilakukan kajian yang mendalam.
*Masalah utama anggaran adanya perhatian terhadap konsep value for money
Anggaran tradisional yang bersifat “incrementalism” cenderung menerima konsep
harga pokok pelayanan historis (historic cost of service) tanpa memperhatikan pertanyaan
seperti:
1. Apakah pelayanan tertentu yang dibiayai dengan pengeluaran pemerintah masih
dibutuhkan atau masih menjadi prioritas?
2. Apakah pelayanan diberikan secara ekonomis dan efisien?
3. Apakah pelayanan yang diberikan mempengaruhi pola kebutuhan publik?
Akibat digunakannya harga pokok pelayanan historis tersebut adalah suatu item, program,
atau kegiatan akan muncul lagi dalam anggaran tahun berikutnya meskipun sebenarnya item
tersebut sudah tidak dibutuhkan.
Line-item
Ciri lain anggaran tradisional adalah struktur anggaran bersifat line-item yang
didasarkan atas dasar sifat (nature) dari penerimaan dan pegeluaran. Metode line-item budget
tidak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan atau pengeluaran yang
telah adadalam struktur anggaran, walaupun sebenarnya secara rill item tertentu sudah tidak
relevan lagi untuk digunakan pada periode sekarang.
Kelebihan PPBS
1. Memudahkan dalam pendelegasian tanggung jawab dari manajemen puncak ke manajemen
menengah.
2. Dalam jangka panjang dapat mengurangi beban kerja
3. Memperbaiki kualitas pelayanan melalui pendekatan sadar biaya
(cost-consciousness/costawareness) dalam perencanaan program
4. Lintas departemen sehingga dapat meningkatkan komunikasi, koordinasi, dan kerja
samaantar departemen
5.Menghilangkan program yang overlapping atau bertentangan dengan pencapaian tujuan
organisasi
6. PPBS menggunakan teori marginal ulility, sehingga mendorong alokasi sumber daya
secara optimal
Kelemahan PPBS
1. PPBS membutuhkan sistem informasi yang canggih, ketersediaan data,adanya
sistempengukuran, dan staf yang memiliki kapabilitas tinggi
2. Implementasi PPBS membutuhkan biaya yang besar karena PPBS membutuhkan
teknologiyang canggih
3. PPBS bagus secara teori, namun sulit untuk diimplementasikan
4. PPBS mengabaikan realitas politik dan realitas organisasi sebagai kumpulan manusia yang
5. Penggunaan statistik ter-kadang kurang tajam untuk mengukur efektivitas program.
6. Pengaplikasian PPBS menghadapi masalah teknis. Sehingga menyulitkan dalam
melakukan alokasi biaya.
Masalah utama penggunaan ZBB dan PPBS
1. Bounded rationality, keterbatasan dalam menganalisis semua alternatif untuk melakukan
aktivitas.
2. Kurangnya data untuk membandingkan semua alternatif, terutama untuk mengukur output.
3. Masalah ketidakpastian sumber daya, pola kebutuhan di masa depan, perubahan politik,
dan ekonomi.
4. Pelaksanaan teknik tersebut menimbulkan beban pekerjaan yang sangat berat.
5. Kesulitan dalam menentukan tujuan dan perankingan program.
6. Terdapat hambatan birokrasi dan perlawanan politik yang besar untuk berubah
(resistenceto change).
7. Pelaksanaan teknik sering tidak sesuai dengan proses pengambilan keputusan politik.