Anda di halaman 1dari 25

“Penerimaan dan Perencanaan Audit”

Kelompok 5

Nama : Cutliyana Sianipar(170810257)


: Ismawaty br togatorop (180810151)
: Febila Atika (180810234)
: Angelina Tiarasi (180810172)
: Agnes Mulyani ( 190810063)
: Theresia Pasaribu (190810162)
: Eli fransiska Sinaga ( 190810190)
: Yosi Afrimayanti (190810092)
: Listiara Nadapdap ( 190810132)

Dosen : Vargo Chistian L. Tobing, S.E., M.Ak

PROGRAM STUDI AKUNTANSI 


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA 
UNIVERSITAS PUTERA BATAM 
TAHUN 2021-2022
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah “Penerimaan dan Perencanaan Audit”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Penerimaan dan Perencanaan


Audit ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Batam , 14 January 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents

Kata Pengantar...................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................5
2.1 Pengambilan Keputusan Perikatan Audit..........................................................5
2.2 Penyiapan Penugasan dan Perencanaan Audit..................................................6
2.3 Prosedur Penilaian Risiko Audit........................................................................16
2.4 Pemahaman Industri Bisnis Klien.....................................................................20
BAB III...............................................................................................................................24
PENUTUPAN.....................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................24
Daftar Pustaka..................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada
perusahaaan yang telah diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka
audit cukup dilakukan oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan
audit yang relatif tidak begitu lama, dan dengan honorarium audit yang tidak
begitu besar. Namun berbeda pada perusahaan raksasa dengan ratusan anak
perusahaan, maka dibutuhkan auditor dengan jumlah yang banyak dan waktu
pengerjaanpun membutuhkan waktu yang tidak sebentar bahkan bahkan berbulan-
bulan dan honorarium audit yang sangat tinggi.
Sebelum menerima suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa
penugasan tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar
profesional, termasuk standar auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan
yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit dalam melaksanakan audit yang
efisien dan efektif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengambilan keputusan perikatan audit
2. Jelaskan penyiapan penugasan dan perencanaan audit
3. Jelaskan prosedur penilaian risiko audit
4. Jelaskan pemahaman industri bisnis klien

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengambilan keputusan perikatan audit
2. Untuk mengetahui penyiapan penugasan dan perencanaan audit
3. Untuk mengetahui prosedur penilaian risiko audit
4. Untuk mengetahui pemahaman industry bisnis klien
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Keputusan Perikatan Audit


Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan
suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa
auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan
perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan
kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut
berdasarka kompetensi profesionalnya.

Seorang auditor tidak diwajibkan untuk melaksanakan audit laporan


keuangan untuk setiap entitas yang memintanya. Dalam menerima suatu
perikatan, seorang auditor memiliki tanggung jawab professional terhadap
masyarakat,klien, dan anggota profesi akuntan publik lainnya. Auditor harus
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dengan
mempertahankan indepedensi, integritas, dan objektivitas. Kepentingan klien
harus dipenuhi dengan kompetensi dan perhatian professional. Dan untuk
meningkatkan reputasi profesi dan kemampuannya untuk melayani masyarakat.
Oleh karena itu, keputusan untuk menerima klien audit baru atau melanjutkan
hubungandengan klien yang telah ada tidak boleh di anggap remeh. Pentingnya
keputusan ini direfleksikan dengan memasukkan keputusan untuk menerima dan
mempertahankan klien sebagai suatu elemen pengendalian mutu bagi kantor
akuntan publik.

Langkah-langkah yang dapat diambil oleh kantor-kantor akuntan publik untuk


memastikan hanya menerima perikatan audit yang dapat diselesaikan sesuai
dengan semua standar profesiona yang dapat di aplikasikan :
1. Mengavaluasi integritas manajemen
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Mengavaluasi independensi
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan
6. Membuat surat perikatan.

2.1Penyiapan Penugasan dan Perencanaan Audit


2.2.1 Penerimaan Penugasan

Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan,


laporan keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu
kesempatan untuk menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan
sebagai auditor bagi klien yang sudah ada. (Sukrisno, 2004)

Langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:

1. Mengavaluasi Integritas manajemen


Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi
integritas manajemen adalah :
a. Berkomunikasi dengan auditor terdahulu
Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus membuat pertanyaan-
pertanyaan spesifik dan beralasan berkenan dengan hal-hal yang dapat
mempengaruhi keputusan untuk menerima suatu perikatan audit, seperti :
 Informasi yang dapat menunjukkan integritas manajemen.
 Perselisihan dengan manajemen mengenai prinsip-prinsip akuntansi
dan prosedur-prosedur audit, atau hal-hal signifikan sejenis lainnya.
 Komunikasi kepada komite audit atau pihak lain yang memiliki
otoritas dan tanggung jawab yang ekuivalen dengan komite audit
berkenaan dengan kecurangan, tindakan melanggar hukum oleh klien,
hal-hal yang berkaitan dengan pengendalianintern, dan kualitas
prinsip-prinsip akuntansi.
 Pemahaman auditor terdahulu mengenai alasan dari penggantian
auditor.

b. Mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga lainnya.


Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dengan meminta
keterangan kepada penasihat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam
masyarakat keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan
calon klien. Kamar Dagang Indonesia (KADIN) dapat juga dipakai
sebagai sumber informasi untuk mengevaluasi integritas manajemen.
Dalam melakukan audit, auditor menghadapi kemungkinan disajikannya
dengan sengaja laporan keuangan yang tidak benar untuk kepentingan
pribadi berbagai anggota manajemen. (Budisantoso, 2014)

c. Me-review pengalaman masa lalu dengan klien yang telah ada


Dalam hal auditor mempertimbangkan akan melanjutkan atau
menghentikan hubungan dengan klien dalam perikatan audit, auditor harus
secara seksama mempertimbangkan pengalamannya dimasa lalu dalam
berhubungan dengan klien dalam perikatan audit.

2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa . Berbagai faktor
yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko
yang tidak biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan
audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara :
a. Mengidentifikasi pemakai laporan yang telah di audit
b. Menilai stabilitas keuangan dan hukum calon klien
c. Mengidentifikasi pembatasan lingkup
d. Mengavaluasi system pelaporan keuangan entitas dan kemampuan untuk
audit
e.
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum pertama dari GAAS menyatakan :
Audit dilaksanakan oleh seseorang atau orang-orang yang memiliki pelatihan
teknis dan kecakapan yang memadai sebagai seorang auditor.
Oleh karena itu, sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor harus
menentukan apakah mereka memiliki kompetensi professional untuk
menyelesaikan perikatan sesuai GAAS. Umumnya hal ini termasuk
mengidentifikasi anggota kunci dari tim audit serta mempertimbangkan
kebutuhan untuk mencari bantuan dari konsultan dan spesialis selama
pelaksanaan audit.
a. Jasa yang diinginkan
b. Mengidentifikasi tim audit
Tim audit pada umumnya trdiri dari :
 Seorang partner, yang memiliki baik tanggung jawab keseluruhan
maupun tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan.
 Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlihan signifikan
dalm industri dan yang mengkordinasi serta mengawasi pelaksanaan
progam audit.
 Satu atau lebih senior, yang mungkin memilii tanggung jawab untuk
merencanakan audit, melakukan bagian dari progam audit, dan
mengawasi serta me-review pekerjaan asisten staf.
 Asisten staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang di
perlukan.
c. Mempertimbangkan kebutuhan untuk konsultasi dan menggunakan
spesialis

4. Mengavalusi indepedensi
Standar umum kedua dari GAAS menyatakan :
Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indepedensi dalam
sikap mental perlu dipertahankan oleh para auditor.
Indepedensi dalam perikatan audit diwajibkan oleh peraturan 101 dari
kode etik perilaku professional AICPA dan merupakan salah satu dari elemen
pengendalian mutu. Lebih lanjut, jika calon klien diwajibkan menyerahkan
laporan keuangan yang telah diaudit kepada SEC, auditor harus mematuhi
persyratan komisi berkenaan dengan indepedensi.
Oleh karena itu, sebelum menerima klien audit yang baru, kantor akuntan
public harus mengavaluasi apakah terdapat kondisi yang akan mempengaruhi
indepedensi dengan klien. Satu prosedur yang dapat digunakan adalah
mengedarkan nama calon klien kepada semua staf professional untuk
mengidentifikasi apakah terdapat hubungan keuangan atau bisnis. Jika
disimpulkan bahwa persyratan indepedensi tidak dapat depenuhi, maka
perikatan harus ditolak atau calon klien harus diberitahu bahwa kantor akuntan
akan menolak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Kantor
akuntan public harus menetukan apakah penerimaan klien tidak akan
menimbulkan konflik kepentingan dengan klien lainnya.

5. Keputusan untuk menerima atau menolak audit


Kondisi yang dapat menyebabkan kantor akuntan public menarik diri dari
suatu audit termasuk :
a. Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang
tampak selama audit.
b. Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan
keuangan.
c. Klien tidk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki
kecurangan atau tindakan melawan hukum yang ditemukan salam audit.

6. Mempersiapkan surat perikatan


Secara umum surat perikatan harus mencakup hal-hal berikut :
a. Identifikasi yang jelas mengenai entitas dan laporan keuangan yang akan
diaudit.
b. Tujuan audit
c. Referensi terhadap standar-standar professional (GAAS) yang akan
menjadi acuan auditor (dan jika dapat diterapkan, referensi terhadap
peraturan pemerintah, seperti ketika melaksanakan audityang diminta oleh
pemerintah tertentu)
d. Suatu penjelasan mengenai sifat dan lingkup audit serta tanggung jawab
auditor
e. Suatu pernyataan bahwa suatu audit yang telah dirancang dan
dilaksanakan dengan tepat mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua
ketidakberesan yang material.

2.2.2 Perencanaan Audit


Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit.
Kesuksesan audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh untuk
merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan audit sangat dipengaruhi oleh
informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan penerimaan penugasan audit.
Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai intergritas manajemen,
kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam
merencanakan audit. Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :
(Mulyadi, 2002)
1. Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
2. Pengalaman auditor dengan klien,
3. Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta  seluruh stafnya.

Langkah-langkah Perencanaan audit :


1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien
Pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk
mendukung perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut
akan digunakan untuk merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-
masalah yang mungkin timbul dan menentukan atau memodifikasi prosedur
audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan dengan bisnis dan industri klien
yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:
a. Manajemen senior
b. Tujuan dan sasaran manajemen
c. Sumberdaya organisasi
d. Produk dan jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas
e. Proses inti entitas dan siklus operasi
f. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas
g. Prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis dan industri
Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh
melalui:
 Me-review data industry
 Me-review informasi bisnis kunci
 Mengadakan tinjauan operasi klien
 Mengajukan pertanyaan kepada komite audit
 Mengajukan pertanyaaan kepada manajemen
 Me-review kertas kerja tahun lalu
 Menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa
2. Melaksanakan Prosedur Analitis
Prosedur analitis sebagai evaluasi informasi yang dilakukan dengan
mempelajari hubungan yang masuk akal anatara data keuangan dan non
keuangan. Prosedur tersebut berkisar dari perbandingan sederhana hingga
pengguna matematika kompleks dan model statistic yang melibatkan banak
hubungan dan elemen data.
Prosedur analitis digunakan dalam audit, untuk tujuan berikut :
a. Dalam tahap perencanaa audit, untuk membantu auditor dalam
merencanakan sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya.
b. Dalam tahap pengujian, sebagai penguji substantive untuk memperoleh
bukti mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun tatau
transaksi
c. Pada penyelesaian audit, dalam melakukan review akhir terhadap
kelayakan keseluruhan laporan keuangan yang diaudit.

Langkah-langkah yang terlibat dalam melaksanakan prosedur analitis :


a. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dilakukan
Jenis perhitungan dan perbandingan yang digunakan secara umum
termasuk hal-hal sebagai berikut :
 Perbandingan data absolut. Prosedur ini melibatkan perbandingan
sederhana suatu jumlah saat ini, seperti saldo akun, dengan suatu
jumlah yang diharapkan atau dipredeksikan.
 Laporan keuangan ukuran umum. Teknik ini melibatkan perhitungan
persentase dari total yang berhubungan yang dipresentasikan oleh
kompenen laporan keuangan.
 Analisis rasio. Sejumlah rasio yang seringkali digunakan oleh
manajemen atau analis keuangan dapat dihitung dan dibandingkan
dengan nilai yang diharapkan untuk rasio tersebut. Jumlah dari hasil
perhitungan dapat dianalisis secara individual atau dalam kelompok
yang berhubungan.
 Analisis tren. Analisis tren melibatkan perbandingan beberapa data
(absolut,ukuran umum, atau rasio) bagi lebih dari dua periode
akuntansi untuk mengidentifikasi perubahan penting yang mungkin
tidak nyata dari perbandingan yang terbtas pada periode saat ini dan
periode masa lalu.
 Hubungan informasi keungan dengan informasi non keuangan yang
relevan. Data non keuangan seperti jumlah karyawan, luas ruangan
penjualan, dan volume barang yang diproduksi mungkin berguna
dalam memperkirakan saldo akun berhubungan seperti beban gaji,
penjualan dan harga pokok produksi.
b. Mengembangkan ekspktasi
Dalam mengembangkan ekspektasi ini selain digunakan data
keuangan, juga digunakan data non-keuangan. Beriut adalah beberapa
conoh :
 Informasi keuangan klien periode-periode yang lalu dengan
mempertimbangkan perubahan yang diketahui
 Hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan
 Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu
periode
 Data industri
 Hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan
yang relevan
c. Melaksanakan perhitungan/perbandingan
Tahap ini menyangkut pengupulan data yang akan digunakan untuk
menghitung jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah
tahun ini dengan jumlah tahun yang lalu, menghitung data common-size ,
dan rasio-rasio, dan sebagainya.
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Bagian penting dari analisis adalah identifikasi fluktuasi dalam data
yang tidak diharapkan atau tidaka ada fluktuasi yang diharapkan yang bisa
memberi petunjuk meningkatnya risiko tersajinya salah saji. Elemen yang
paling kritis dalam proses ini adalah memutuskan besarnya selisih atau
fluktuasi yang akan diselidiki lebih lanjut.
e. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak diharapkan
Selisih tak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut
peninjauan kembali metoda dan faktor-faktor yang digunakan dalam
mengemangkan ekspektasi dan mengajukan pertanyaan kepada
manajemen.
f. Menentukan dampak atas perencanan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus
dipandang sebagai indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekeningatau
rekening-rekening yang tercakup dalam perhitungan atau perbandingan.
Dalam keadaan demikian, auditor biasanya akan melakukan pengujian
yang lebih mendalam atas rekening tersebut. Dengan mengarahkan
perhatian auditor pada tempat-tempat yang memiliki risiko besar, prosedur
analisis bisa memberikan kontribusi yang besar pada pelaksanaan audit
yang lebih efektif dan efisien.

3. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas


Auditor membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan audit. Pertimbangan ini sering disebut dengan materialitas yang
direncanakan, pada akhirnya mungkin bisa menjadi berbeda dengan tingkat
materialitas yang digunakan dalam pengambilan keputusan audit ketika
auditor mengevaluasi hasil temuan, karena (1) keadaan-keadaan yang
melingkupi mungkin berubah (2) tambahan informasi tentang klien yang
diperoleh selama audit berlangsung. Dalam merencanakan suatu audit, auditor
harus mempertimbangkan materialitas pada 2 tingkat, yaitu :
a. Tingkat laporan keuangan (karena pendapat auditor mengenai kewajaran
mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan )
b. Tingkat saldo rekening ( karena auditor melakukan verifikasi atas saldo-
saldo rekening untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh
mengenai kewajaran laporan keuangan .

4. Mempertimbangkan risiko audit


Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari
tidak dimodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material.
Komponen-komponen risiko audit :
a. Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan
trasaksi terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang
terkait.
b. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang
dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi
secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern satuan usaha.
c. Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah
saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

5. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan


Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu:
a. Pendekatan substantive utama dengan penekanan terhadap pengujian
terinci (Primarily substantive approach emphasizing tests of details)
Strategi ini biasa digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada
auidit atas klien lama. Strategi ini lebih mengutamakan pengujian
substantif dari pada pengujian pengendalian. Auditor relatif lebih sedikit
melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur
pengendalian intern klien.

b. Tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (Lower assessed


level of control risk)
Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih
diutamakn dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada
pengujian substantif. Tetapi auditor dalam hal ini auditor  bukan berarti
tidak melakukan pengujian substantif tapi tidak se-ektensif pada
pendekatan yang pertama. Auditor lebih banyak melakukan prosedur
untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern
klien. Strategi ini sering digunakan dalam auidit klien lama.
6. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien
Standar pekerjaan lapangan yang kedua menyatakan bahwa pemahaman
yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
dilakukan. Oleh karena itu, auditor harus melaksanaan prosedur audit yang
antara lain meliputi prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur
pengendalian intern.
Pemahaman struktur pengendalian intern digunakan untuk :
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial,
b. Mempertimbangkan faktor yang mempengruhi risiko salah saji material,
c. Merancang pengujian substantif.
Unsur-unsur yang terkandung dalam sistem pengendalian intern :
a. Lingkungan pengendalian,
b. Sistem akuntansi,
c. Prosedur pengendalian.

Tujuan pokok sistem pengendalian intern yang efektif :


a. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi,
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
c. Mendorong efisiensi,
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan yang pertama dan kedua di penuhi dengan pengendalian akuntansi
yang baik. Tujuan ketiga dan keempat dapat dipenuhi dengan pengendalian
adminitstrasi yang baik.

Disamping keenam tahap perencanaan tersebut, ada beberapa hal yang


dapat dilakukan auditor pada tahap perncanaan, yaitu :
a. Menyusun program audit,
b. Menyusul jadwal kerja,
c. Menentukan staf pelaksana audit.

2.3Prosedur Penilaian Risiko Audit


Tujuan prosedur penialaian risiko adalah mengidentifikasi dan menilai
risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapai
melalui pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman
mengenai pengendalian internal entitas tersebut.
Auditor wajib melakukan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi
dan menilai risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan
pada tingkat asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri tidak memberikan bukti
audit yang cukup dan tepat sebagai dasar pemberian opini audit (ISA 315.5 alinea
A1 – A5).

Prosedur penilaian risiko meliputi (ISA 315.6, alinea A6 – A11):

1. Bertanya kepada manajemen dan pihak lain dalam entitas yang menurut
auditor mungkin mempunyai informasi yang dapat membantu
mengidentifikasi risiko salah saji yang material yang disebebkan oleh
kecurangan atau kekeliruan;
2. Prosedur analitikal;
3. Pengamatan dan inspeksi.

Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya audit.


Dalam banyak situasi, hasil dari suatu prosedur akan membawa pada prosedur
lain.

Sebagai contoh, dalam wawancara dengan manajer penjualan, terungkap adanya


kontrak penjualan yang tidak biasa. Wawancara ini (prosedur inquiry) diikuti
dengan prosedur inspeksi atas kontrak penjualan dan dilanjutkan dengan analisis
(analytical procedure) mengenai dampaknya terhadap margin penjualan. Atau
temuan dari pelaksanaan analytical procedure atas angka-angka dalam draf
laporan laba rugi mungkin memicu pertanyaan bagi manajemen.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan membawa auditor ke prosedur
inspeksi atas dokumen tertentu atau prosedur pengamatan atas kegiatan tertentu.
Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai:

1. Industri terkait, ketentuan perundangan dan faktor eksternal lainnya, termasuk


kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan.
2. Sifat entitas diantaranya: (1) operasinya, (2) struktur kepemilikan dan
governance-nya.
3. Pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, termasuk alasan untuk
mengubah kebijakan akuntansi. Auditor wajib mengevaluasi apakah kebijakan
akuntansi yang diterapkan entitas cocok untuk bisnis itu dan konsisten dengan
kerangka pelaporan yang diterapkan dan kebijakan akuntansi yang diterapkan
dalam industri itu.
4. Tujuan dan strategi entitas, dan risiko bisnis terkait yang dapat berakibat pada
risiko salah saji.
5. Pengukuran dan riviu kinerja keuangan entitas.

Auditor wajib memperoleh pemahaman mengenai pengendalian internal yang


relavan bagi auditnya. Meskipun kebanyakan pengendalian yang relavan dengan
audit, sangat berhubungan dengan pelaporan keuangan, namun tidak semua
pengendalian yang berhubungan dengan pelaporan keuangan adalah relavan
dengan audit.

Dengan kearifan profesionalnya, auditor menilai apakah suatu pengendalian


secara individu atau dalam kombinasi dengan pengendalian lain, adalah relavan
dengan auditnya (ISA 315.12 alinea A42 – A65).

2. Menyananyakan kepada Manajemen dan Pihak lain


Kutipan dari ISA 240 tentang prosedur “Menanyakan kepada
manajemen dan pihak lain”, termasuk menanyakan masalah kecurangan,
diantaranya:
ISA 240.17
Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang:
a. Penilaian oleh manajemen mengenai risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan karena kecurangan, termasuk tentang sifat, luas dan
berapa seringnya penilaian tersebut dilakukan; (A12 – A13)
b. Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menanggapi risiko kecurangan dalam entitas itu, termasuk risiko
kecurangan yang diidentifikasi oleh manajemen atau yang dilaporkan
kepada manajemen, atau risiko kecurangan mungkin terjadi dalam jenis
transaksi, saldo akun, atau pengungkapan; (A14)
c. Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan
manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangan
dalam entitas itu;
d. Komunikasi manajemen dengan karyawan, jika ada, tentang pandangan
manajemen mengenai praktik-praktik bisnis dan prilaku etis.

ISA 240.18
Auditor wajib mananyakan kepada manajemen dan pihak lain di dalam entitas
(jika perlu), untuk menentukan apakah mereka mengetahui kecurangan yang
terjadi, yang disangka terjadi atau yang dituduhkan, yang mempunyai dampak
pada entitas. (A15 – A17)
Prosedur bertanya digunakan auditor dalam hubungannya dengan prosedur
penilaian risiko lainnya, untuk mengidentifikasi risiko salah saji yang material.
Perhatian utama dalam pertanyaan yang diajukan adalah pemahaman mengenai
setiap aspek yang wajib diketahui.

3. Prosedur Analitikal
Prosedur analitikal sebagai prosedur penilaian risiko membantu
mengidentifikasi hal-hal yang mempunyai implikasi terhadap laporan
keuangan dan audit. Sebagai contoh, segala sesuatu yang bersifat luar biasa,
seperti transaksi atau peristiwa luar biasa, angka-angka yang terlalu tinggi,
rasio yang melenceng dan tren yang ganjil.
Disamping sebagai prosedur penilaian risiko, prosedur analitikal juga
dapat digunakan sebagai prosedur audit selanjutnya dalam:
a. Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan. Ini adalah prosedur
analitikal substantif;
b. Melakukan riviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang
akhir audit.

Hasil prosedur analitikal dibandingkan dengan informasi yang dikumpulkan


untuk:

a. Mengidentifikasi risiko salah saji yang material mengenai asersi yang


terkandung dalam unsur-unsur laporan keuangan yang signifikan;
b. Membantu merancang sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit
selanjutnya.

4. Observasi (Pengamatan) dan Inspeksi


Observasi atau pengamatan dan inspeksi (Observation and Inspection)
mempunyai dua fungsi:

a. Mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemen dan pihak-


pihak lain;
b. Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya.

2.4.Pemahaman Industri Bisnis Klien


Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industry klien dan pengetahuan
atas operasional perusahaan merupakan hal yang penting untuk melakukan audit
dengan memadai. Standar kedua pekerjaan lapangan menyatakan : Auditor harus
mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai resiko salah saji material dalam
laporan keuangan, baik disebabkan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk
merancang sifat waktu dan keluasan prosedur audit yang lebih lanjut. Sifat bisnis
dan industry klien memengaruhi risiko bisnis klien dan risiko salah saji material
dalam laporan keuangan. Auditor mempertimbangkan beberapa factor yang telah
meningkatkan pentingnya pemahaman atas bisnis dan industry klien dengan
menggunakan suatu pendekatan system strategis untuk memahami bisnis klien.
Beberapa factor tersebut diantaranya, yaitu :
1. Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan pelanggan dan
pemasok utamanya. Akibatnya, auditor harus memiliki pengetahuan yang
lebih mengenai pelanggan dan pemasok utama dan risiko - risiko terkait.
2. Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui
modal ventura dan aliansi strategis.
3. Teknologi yang mempengaruhi proses pengendalian internal klien,
meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan.
4. Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya telah
meningkatkan kompleksitas akuntansi dan pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.
5. Auditor perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan
industry klien untuk memberikan jasa yang memiliki nilai tambah pada
kliennya.

A. Siklus Bisnis Klien


Penting bagi auditor untuk memahami aspek-aspek kunci dari siklus bisnis
klien. Siklus bisnis terus berjalan seperti suatuorganisasi memahami kekuatan
pasar dan peraturan yang mendefinisikan lingkungan kompetetif, dan membuat
keputusan penting berkenaan dengan penyebaran sumberdaya-sumberdaya ke
dalam proses inti untuk memperoleh konsumen serta mendistribusikan produk dan
jasanya.
Proses-proses inti ini harus menghasilkan profitabilitas, arus kas, operasi
dn bergantung pada tujuan organisasi, pertumbuhan dan peningkatan nilai. Jasa
bernilai tambah penting yang ditawarkan akuntn public berkaitan dengan
penilaian bisnis dan menjelaskn bagaimana arus kas dan pengembangan
sumberdaya yang berkaitan dengan nilai organisasi.
Entitas kemudian harus mengelola arus kasnya untuk mengembangkan
sumberdaya-sumberdaya serta mempertahankan likuiditas dan solvabilitas. Suatu
entitas harus menentukan sumberdaya tambahan yang diperlukan, bagaimana
sumberdaya tersebut akan didanai, apakah entitas memerlukan tambahan modal
dari luar, dan apakah entitas memiliki dana yang cukup untuk membayar kembali
pinjaman. Siklus bisnis berlanjut sejalan dengan organisasi mempertimbangkan
kembali tujuannyadan penyebaran sumberdaya-sumberdaya pentingnya.
Terdapat beberapa aspek kritis dari siklus bisnis yang penting bagi auditor
untuk dipahami. Hal tersebut termasuk :
a. Manajemen, tujuan manajemen, dan sumberdaya-sumberdaya organisasi
b. Produk dan jasa, pasar, pelanggang dan persaingan entitas
c. Proses inti dan siklus operasional entitas
d. Bagaimana proses inti menghasilkan pertumbuhan, laba, arus kas dan nilai
e. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas

1. Manajemen senior
Manajemen senior biasanya berarti pejabat entitas, dewan direksi dan
lainnya yang mengendalikan arah strategi perusahaan. Dalam beberapa hal,
sebuah perusahaan mungkin akan dikelola oleh pemiliknya dan tjuannya
digerakkan oleh tujuan pemilik. Memahami pengalaman manajemen dengan
entitas dan pengalaman manajemen dapat membantu auditor menilai risiko
bawaan dari salah saji laporan keuangan.

2. Tujuan dan sasaran manajemen


Tujuan manajemen mungkin berhubungan dengan memperoleh pangsa
pasar tambahan atau memperoleh target pertumbuhan penjualan, laba, ars kas,
atau penilaian pasar entitas.

3. Sumberdaya organisasi
a. Sumberdaya keuangan
b. Sumberdaya berdasarkan aktiva
c. Sumberdaya manusia
d. Sumberdaya informasi
e. Sumberdaya tidak berwujud
Pemahaman atas sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan adalah
penting untuk :
a. Menentukan kinerja yang dilaporkan berkenaan dengan bagaimana laporan
keuangan dibandingkan dengan pengetahuan auditor yang mendasari aktivitas
bisnis.
b. Mengembangkan suatu ekspektasi atas laporan keuangan.

4. Produk dan jasa, pasar, pelanggan dan persaingan entitas


Penjualan merupakan suatu pemicu penting dari biaya, profitabilitas, dan
arus kas. Titik awal yang biasa ditempuh adalah pengidentifikasian produk dan
jasa entitas. Pemahaman mengenai produk organisasi mensyaratkan auditor untuk
memperoleh pemahaman mengenai keseluruhan psar bagi produk.
Auditor biasanya menilai pangsa pasar dengan membandingkan penjualan
klien terhadap estimasi total penjualan industry bagi produk dan jasa klien serta
produk dan jasa pesaing.

5. Proses inti entitas dan siklus operasi


Proses inti adalah proses yang digunakan klien untuk mengembangkan,
memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan produk dan jasanya. Auditor
harus memahami struktur biaya entitas, termasuk apakah operasi merupakan pada
biaya tetap, atau apakah biaya operasi terutama terdiri dari biaya variable yang
bervariasi sesui dengan volume aktivitas.
Siklus operasi mengacu pada periode waktu dimulainya penggunaan kas
untuk membeli persediaan, untuk mengkonvirmasi persediaan kembali menjadi
kas melalui penjualan dan untuk mengumpulkan piutang usaha.

6. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas


Suatu entitas harus mengelola (1) aktiva dan sumberdaya yang diperlukan
untuk menghasilkan penjualan, laba dan arus kas, dan (2) sumber daya modal
yang digunakan untuk memperoleh sumberdaya-sumberdaya tersebut.

BAB III

PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan
suatu ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa
auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan
perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan keuangan
kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut
berdasarka kompetensi profesionalnya.

Langkah-langkah dalam penerimaan suatu perikatan audit :

1. Mengavaluasi integritas manajemen


2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Mengavaluasi independensi
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan
6. Membuat surat perikatan.

Langkah-langkah penting dalam merencanakan audit :


2. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry klien
3. Melaksanakan prosedur analitis
4. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
5. Mempertimbangkan risiko audit
6. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan
7. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien

Daftar Pustaka

Budisantoso, A. h. (2014). Auditing 2: Dasar-dasar Prosedur Pengauditan Laporan


Keuangan . Jakarta: UPP STIM YKPN.

Mulyadi. (2002). Auditing Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Sukrisno, A. (2004). Auditing( Pemeriksa Akuntan ) Oleh Kantor Akuntan Publik. Jakarta:
FEUI.

Anda mungkin juga menyukai