Disusun oleh :
Puji dan Syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Audit
dan Asurans dengan judul makalah “Perencanaan Audit Laporan Keuangan”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Tim Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat perikatan auditnya:
a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.
b. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari manajemen tentang representasi
yang dibuat dalam hubungannya dengan audit.
c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan telah
sesuai dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.
d. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk
diterbitkan bagi kliennya.
1. KAP harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa KAP memiliki jumlah personil yang cukup dengan
kompetensi, kemampuan, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi yang
diperlukan untuk:
a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku;
b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang
tepat dengan kondisinya.
2. KAP harus melimpahkan tanggung jawab atas setiap perikatan kepada seorang
rekan perikatan dan harus menetapkan kebijakan dan prosedur yang mengatur hal-
hal sebagai berikut:
a. Identitas dan peran dari rekan perikatan tersebut dikomunikasikan kepada
anggota manajemen kunci klien dan pihak klien yang bertanggung jawab atas
tata Kelola;
b. Rekan perikatan memiliki kompetensi, kemampuan, dan wewenang yang tepat
untuk melaksanakan fungsinya; dan
c. Tanggung jawab sebagai rekan perikatan ditetapkan secara jelas dan
dikomunikasikan kepada rekan perikatan tersebut.
3. Setiap KAP juga harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk menugaskan
personil yang tepat dengan kompetensi yang dibutuhkan, serta memiliki
kemampuan untuk:
a. Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku; dan
b. Memungkinkan KAP atau rekan perikatan untuk menerbitkan laporan yang
sesuai dengan kondisinya.
(2) Ketentuan etika profesi yang berlaku: Merumuskan prosedur dan kebijakan
yang dapat meyakinkan bahwa KAP dan personelnya telah mematuhi semua ketentuan
etika profesi yang berlaku (SPM 1, 2013).
(4) Sumber daya manusia: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat
memberikan keyakinan yang memadai bahwa KAP telah memiliki total personil yang
cukup atas kemampuan, kompetensi, dan komitmen terhadap prinsip etika profesi untuk:
(1) Melaksanakan perikatan sesuai dengan standar profesi, serta ketentuan hukum dan
peraturan yang berlaku, dan (2) Menerbitkan laporan yang tepat dengan kondisinya (SPM
1, 2013).
(5) Pelaksanaan perikatan: Merumuskan prosedur dan kebijakan yang dapat
memberikan keyakinan memadai bahwa perikatan dilaksanakan sesuai ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku, serta telah mengeluarkan laporan yang sesuai dengan
kondisinya. Prosedur dan kebijakan tersebut yaitu: (a) Hal yang relevan untuk mendukung
konsistensi atas kualitas pelaksanaan perikatan, (b) Tanggung jawab atas penyeliaan, dan
(c) Tanggung jawab atas penelaahan (SPM 1, 2013).
a. Standar dari seluruh pekerjaan audit yang diselesaikan tinggi dan konsisten
b. Auditor yang teregister dianggap sebagai profesional yang mengikuti standar
c. Mutu dari pekerjaan yang diselesaikan dapat diukur dengan sebuah standar
e. Individu di dalam perusahaan tahun kalai pekerjaan yang telah mereka
selesaikan dapat diterima.
2.6.3. Kepemimpinan
Dalam melaksanakan pengendalian mutu dimulai dari kepemimpinan yang
mempunyai komitmen kuat terhadap standar etika tertinggi (Tuannakota, 2012).
Tuannakota (2012) menjelaskan pemberian audit dan jasa terkait lain yang bermutu,
sangat penting, hal ini dikarenakan untuk memastikan kepatuhan terhadap standar profesi
dan mengembangkan dan mempertahankan reputasi profesional. Salah satu standar profesi
menyatakan bahwa Auditor wajib merencanakan dan melaksanakan audit dengan
skeptisisme profesional dengan menyadari bahwa mungkin ada situasi yang menyebabkan
laporan keuangan disalahsajikan secara material (ISA 200.15). Oleh karena itu KAP
memiliki peran dalam membantu auditor untuk menumbuhkan skeptisisme profesional
yang tepat (IAPI, 2014).
Gaya kepemimpinan KAP atau “Toneatthe top” memberikan pesan yang konsisten
tentang pentingnya kontrol kualitas mutu atas audit, dimana auditor dalam setiap perikatan
wajib bertanggung jawab atas mutu yang ditugaskan kepada rekan yang bersangkutan
dengan menyediakan dan memelihara pedoman pengendalian mutu KAP dan semua
piranti praktis lainnya yang diperlukan, serta pedoman yang diperlukan untuk mendukung
mutu perikatan. Komitmen rekan terhadap tujuan ini merupakan suatu keharusan jika
KAP ingin berhasil dalam mengembangkan dan memelihara pengendalian mutu, gaya
kepemimpinan yang buruk menimbulkan kesan tidak profesional, mendorong pemberian
layanan yang buruk, berpotensi tuntutan hukum, sanksi regulator, kehilangan reputasi, dan
tentunya akan berdampak pada kualitas hasil audit (Permana & Satyawan, 2018).
2.7. Contoh Kasus
Tahun Buku 2017 tersebut telah melanggar UU Akuntan Publik. "Itu hanya Delik
Biasa dan bukan Delik Aduan. Tetapi memang, sayangnya ada penyidik yang kurang
paham UU Akuntan Publik," imbuhnya.Lebih lanjut Anton menjelaskan, pada Pasal 3 UU
Akuntan Publik menyebutkan bahwa akuntan publik memberikan jasa asurans yang
meliputi jasa audit informasi keuangan historis, jasa review atas informsi keuangan
historis dan jasa asurans lainnya. Sehingga, ujar Anton, jasa asurans hanya dapat diberikan
oleh akuntan publik. "Audit investigasi itu juga jasa asurans. Sayangnya, EY itu bukan
akuntan publik," ujarnya. Sebagaimana diketahui, Ernst Young Indonesia berafiliasi
dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro Surja. Sementara itu,
menurut Anton, pada Pasal 57 ayat (2) menyebutkan bahwa setiap orang yang bukan
akuntan publik, tetapi menjalankan profesi akuntan publik dan bertindak seolah-olah
sebagai akuntan publik, maka bisa dipidana penjara paling lama enam tahun dan pidana
denda maksimal Rp500 juta. "Ernst Young (Indonesia) itu melakukan hal yang tidak patut
dan melanggar UU Akuntan Publik," ujar Anton. Sebelumnya, PT Bursa Efek Indonesia
(BEI) membantah yang menyebutkan bahwa AISA telah salah menunjuk Kantor Akuntan
Publik untuk melakukan audit investigasi terhadap Laporan Keuangan AISA Tahun 2017.
Menurut Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi, pada pekan lalu BEI sudah melakukan
dengar pendapat dengan AISA (manajemen baru), terkait dugaan terjadinya laporan
keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen lama AISA Lebih lanjut inarno
menegaskan, AISA tidak salah menunjuk KAP terkait pelaksanaan audit investigasi
terhadap dugaan laporan keuangan ganda. "Tidak salah tunjuk," kata Inarno di Gedung
BEI Jakarta, Selasa (2/4) ketika ditanya mengenai kemungkinan AISA telah salah
menunjuk auditor investigasi.Perlu diketahui, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
( RUPS -LB) AISA pada akhir 22 Oktober 2018 mengamanatkan agar manajemen AISA
melakukan audit investigasi dengan menunjuk KAP dan/atau Konsultan Hukum
Independen. Pada pelaksanaannya, AISA menunjuk Ernst Young Indonesia. Pada Selasa,
26 Maret 2019, AISA menyampaikan keterbukaan informasi melalui BEI mengenai
"Laporan atas Investigasi Berbasis Data" yang dilakukan Ernst Young. Investigasi tersebut
didasari dugaan adanya laporan keuangan ganda yang dilakukan oleh manajemen lama
AISA .
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Adityasih, T. (2017, Januari 16). Sistem Pengendalian Mutu Dalam Kantor Jasa Akuntansi.
Retrieved from Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://www.iaiglobal.or.id/v03/files/file_publikasi/IAI-PengendalianMutu(Final).pdf
Arens, A. A., Elder, R. J., Beasley, M. S., & Hogan, C. E. (2017). Auditing and Assurance
Services An Integrated Approach Sixteenth Edition Global Edition. England: Pearson Education.
https://www.indopremier.com/
I.A.I. (2019). Audit dan Assurans. Retrieved from Ikatan Akuntansi Indonesia:
http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/aa
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2013). Standar Pengendalian Mutu Nomor 1. Jakarta:
Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 200
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 210
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 220
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan Publik No. 620
(Revisi 2021). Jakarta: Institut Akuntan Publik Indonesia.
Permana, H. S., & Satyawan, D. M. (2018). Pengaruh Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Mutu
Kap Terhadap Kualitas Hasil Audit. Jurnal Akuntansi AKUNESA , 4 - 9.
Sari, R. P., Hastuti, S., & Ratnawati, D. (2020). Pemeriksaan Akuntansi Berbasis International
Standards On Auditing (ISA). Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Setiawan, I. O. (2015). Hukum Perikatan. Jakarta: Sinar Grafika.
Tuanakotta, T. M. (2012). Audit Berbasis ISA (International Standards on Auditing). Jakarta:
Salemba Empat.