Anda di halaman 1dari 18

PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

PENGAUDITAN I

Dosen Pengajar :

Drs. Syamsul Bahri, M.Si, Ak, CA

Disusun Oleh :

Irdiansyah

Vinsensius Ferrer E

Fikri Aziz Nurul Yakin (191622019152529)

FAKULTAS EKONOMI AKUTANSI REGULAR B


UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG TAHUN AJARAN
2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Perencanaan perikatan dan perencanaan audit” untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pengauditan I dengan tepat waktu.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami sadar dalam penyusunan makalah ini tentunya ditemui berbagai kesalahan, baik
mengenai bahasa, susunan atau penulisannya. Untuk itu kami sebagai manusia yang tidak
pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan serta keterbatasannya kemampuan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Demikian makalah ini kami susun, akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat
membantu dalam proses belajar mengajar dan bermanfaat bagi kita semua.

Malang, November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Keputusan Perikatan Audit


2.2 Penyiapan Penugasan dan Perencanaan Audit
2.2.1 Penerimaan Penugasan
2.2.2 Perencanaan Audit

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaaan
yang telah diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka audit cukup dilakukan
oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif tidak begitu
lama. Namun berbeda pada perusahaan raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka
dibutuhkan auditor dengan jumlah yang banyak dan waktu pengerjaanpun membutuhkan
waktu yang tidak sebentar bahkan bahkan berbulan-bulan.
Sebelum menerima suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa penugasan
tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar
auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang
cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana langkah pengambilan keputusan perikatan audit


2. Bagaimana Langkah penyiapan penugasan dan perencanaan audit
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengambilan keputusan perikatan audit
2. Untuk mengetahui penyiapan penugasan dan perencanaan audit

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengambilan Keputusan Perikatan Audit

Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan
perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan
audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarka kompetensi profesionalnya.

Seorang auditor tidak diwajibkan untuk melaksanakan audit laporan keuangan untuk
setiap entitas yang memintanya. Dalam menerima suatu perikatan, seorang auditor memiliki
tanggung jawab professional terhadap masyarakat,klien, dan anggota profesi akuntan publik
lainnya. Auditor harus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dengan
mempertahankan indepedensi, integritas, dan objektivitas. Kepentingan klien harus dipenuhi
dengan kompetensi dan perhatian professional. Dan untuk meningkatkan reputasi profesi dan
kemampuannya untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, keputusan untuk menerima
klien audit baru atau melanjutkan hubungandengan klien yang telah ada tidak boleh di anggap
remeh. Pentingnya keputusan ini direfleksikan dengan memasukkan keputusan untuk
menerima dan mempertahankan klien sebagai suatu elemen pengendalian mutu bagi kantor
akuntan publik. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh kantor-kantor akuntan publik untuk
memastikan hanya menerima perikatan audit yang dapat diselesaikan sesuai dengan semua
standar profesiona yang dapat di aplikasikan :

1. Mengavaluasi integritas manajemen


2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Mengavaluasi independensi
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan
6. Membuat surat perikatan.
2.2 Penyiapan Penugasan dan Perencanaan Audit
2.2.1 Penerimaan Penugasan

Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan
keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk
menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien
yang sudah ada.Langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:

1. Mengavaluasi Integritas manajemen


Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh auditor dalam mengevaluasi integritas
manajemen adalah :
a. Berkomunikasi dengan auditor terdahulu
Dalam berkomunikasi, auditor pengganti harus membuat pertanyaan-pertanyaan
spesifik dan beralasan berkenan dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan
untuk menerima suatu perikatan audit, seperti :
● Informasi yang dapat menunjukkan integritas manajemen.
● Perselisihan dengan manajemen mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan prosedur-
prosedur audit, atau hal-hal signifikan sejenis lainnya.
● Komunikasi kepada komite audit atau pihak lain yang memiliki otoritas dan
tanggung jawab yang ekuivalen dengan komite audit berkenaan dengan
kecurangan, tindakan melanggar hukum oleh klien, hal-hal yang berkaitan dengan
pengendalianintern, dan kualitas prinsip-prinsip akuntansi.
● Pemahaman auditor terdahulu mengenai alasan dari penggantian auditor.
b. Mengajukan pertanyaan kepada pihak ketiga lainnya.
Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dengan meminta
keterangan kepada penasihat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam masyarakat
keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungan bisnis dengan calon klien. Kamar
Dagang Indonesia (KADIN) dapat juga dipakai sebagai sumber informasi untuk
mengevaluasi integritas manajemen. Dalam melakukan audit, auditor menghadapi
kemungkinan disajikannya dengan sengaja laporan keuangan yang tidak benar untuk
kepentingan pribadi berbagai anggota manajemen.
c. Me-review pengalaman masa lalu dengan klien yang telah ada
Dalam hal auditor mempertimbangkan akan melanjutkan atau menghentikan
hubungan dengan klien dalam perikatan audit, auditor harus secara seksama
mempertimbangkan pengalamannya dimasa lalu dalam berhubungan dengan klien
dalam perikatan audit.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan
risiko yang tidak biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit
dari calon klien dapat diketahui dengan cara :
a. Mengidentifikasi pemakai laporan yang telah di audit
b. Menilai stabilitas keuangan dan hukum calon klien
c. Mengidentifikasi pembatasan lingkup
d. Mengavaluasi system pelaporan keuangan entitas dan kemampuan untuk audit
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
Standar umum pertama dari GAAS menyatakan : Audit dilaksanakan oleh seseorang atau
orang-orang yang memiliki pelatihan teknis dan kecakapan yang memadai sebagai
seorang auditor. Oleh karena itu, sebelum menerima suatu perikatan audit, auditor harus
menentukan apakah mereka memiliki kompetensi professional untuk menyelesaikan
perikatan sesuai GAAS. Umumnya hal ini termasuk mengidentifikasi anggota kunci dari tim
audit serta mempertimbangkan kebutuhan untuk mencari bantuan dari konsultan dan
spesialis selama pelaksanaan audit.
a. Jasa yang diinginkan
b. Mengidentifikasi tim audit
Tim audit pada umumnya trdiri dari :
● Seorang partner, yang memiliki baik tanggung jawab keseluruhan maupun
tanggung jawab akhir untuk suatu perikatan.
● Satu atau lebih manajer, yang biasanya memiliki keahlihan signifikan dalm industri
dan yang mengkordinasi serta mengawasi pelaksanaan progam audit.
● Satu atau lebih senior, yang mungkin memilii tanggung jawab untuk merencanakan
audit, melakukan bagian dari progam audit, dan mengawasi serta me-review
pekerjaan asisten staf.
● Asisten staf, yang melakukan berbagai prosedur audit yang di perlukan.
c. Mempertimbangkan kebutuhan untuk konsultasi dan menggunakan spesialis
4. Mengavalusi indepedensi
Standar umum kedua dari GAAS menyatakan : Dalam semua hal yang berhubungan
dengan perikatan, indepedensi dalam sikap mental perlu dipertahankan oleh para auditor.
Indepedensi dalam perikatan audit diwajibkan oleh peraturan 101 dari kode etik
perilaku professional AICPA dan merupakan salah satu dari elemen pengendalian mutu.
Lebih lanjut, jika calon klien diwajibkan menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit
kepada SEC, auditor harus mematuhi persyratan komisi berkenaan dengan indepedensi.
klien tidak akan menimbulkan konflik kepentingan dengan klien lainnya.
Independensi menurut Arens et al, (2012) dapat diartikan mengambil sudut pandang
yang tidak bias. Auditor tidak hanya harus independen dalam fakta, tetapi juga harus
independen dalam penampilan.Independensi merupakan syarat yang penting bagi profesi
akuntan publik untuk menilai kewajaran informasi yang disajikan oleh manajemen kepada
pemakai informasi.Indepensi diperlukan oleh akuntan publik untuk memperoleh
kepercayaan dari klien untuk masyarakat khususnya para pemakai laporan keuangan
Independensi diperoleh agar dapat menambah kredibilitas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen
Jika akuntan publik tidak independen, maka pendapat yang dia berikan tidak
mempunyai arti atau tidak mempunyai nilai Independensi merupakan martabat penting
akuntan publik yanng secara berkesinambungan harus dipertahankan Aspek-aspek
independensi antara lain adalah, sebagai berikut ;
Indenpendence In Fact (independensi yang nyata) IIF tidak terlihat dari luar dan tidak
dapat diukur Karena IIF terletak pada diri auditor yang tergambar pada keteguhan yang
dimiliki, diyakini dan dijalani oleh auditor dalam melakukan audit.
Contoh ; ketika auditor tersebut melaksanakan pemeriksaan secara sesuai dengan kode
etik sesuai dengan prosedur opini yang dihasilkan sesuai dengan kondisi yang
sesungguhnya dan tentunya tanpa ada paksaan dari pihak manapun Independence In
Appearance ( independensi yang tampak) nampak disini maksudnya adalah terlihat dari
luar dan dapat dinilai dari pihak lain atau steakholder. Contoh ketika seorang auditor
memutuskan untuk menerima tawaran untuk melakukan audit terhadap perusahaan yang
dimiliki oleh keluarganya sendiri, pihak lain akan mengatakan kalau hasil auditnya bias.
Sehingga untuk menjaga indenpendensinya auditor tersebut lebih baik menolak
tawarannya itu.
Oleh karena itu, sebelum menerima klien audit yang baru, kantor akuntan public harus
mengavaluasi apakah terdapat kondisi yang akan mempengaruhi indepedensi dengan
klien. Satu prosedur yang dapat digunakan adalah mengedarkan nama calon klien kepada
semua staf professional untuk mengidentifikasi apakah terdapat hubungan keuangan atau
bisnis. Jika disimpulkan bahwa persyratan indepedensi tidak dapat depenuhi, maka
perikatan harus ditolak atau calon klien harus diberitahu bahwa kantor akuntan akan
menolak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Kantor akuntan public harus
menetukan apakah penerimaan Keputusan untuk menerima atau menolak audit
Kondisi yang dapat menyebabkan kantor akuntan public menarik diri dari suatu audit
termasuk :
a. Kekhawatiran mengenai integritas manajemen atau penahanan bukti yang tampak
selama audit.
b. Klien menolak untuk membenarkan salah saji material dalam laporan keuangan.
c. Klien tidk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk memperbaiki kecurangan atau
tindakan melawan hukum yang ditemukan salam audit.
5. Penentuan kemampuan auditor dalam menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama.Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut: “ Dalam pelaksanaan
audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama ”.
a. Penentuan waktu perikatan : Umumnya waktu 6 sampai dengan 9 bulan merupakan
jangka waktu yang memadai bagi auditor untuk merencanakan secara seksama
pekerjaan audit, sehingga idealnya waktu perikatan audit sudah diterima oleh auditor
6 sampai dengan 9 bulan sebelum akhir tahun buku klien. Perikatan auditor mendekati
akhir tahun buku klien dapat menyebabkan auditor tidak dapat melaksanakan
prosedur audit penting seperti observasi terhadap penghitungan fisik sediaan sehingga
kemungkinan auditor tidak dapat memberikan pendapatan wajar tanpa pengecualian
atas laporan keuangan auditan.
b. Pertimbangan jadwal pekerjaan lapangan : Biasanya auditor menggolongkan jadwal
pelaksanaan pekerjaan lapangan kedalam 2 kelompok berikut ini:
1. Pekerjaan interim (interim work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang
dilaksanakan oleh auditor 3 sampai 4 bulan sebelum tanggal neraca.
2. Pekerjaan akhir tahun (year-end work) yang merupakan pekerjaan lapangan yang
dilaksanakan oleh auditor beberapa minggu sebelum tanggal neraca sampai 3 bulan
setelah tanggal neraca.
c. Pemanfaat personil klien : Pemanfaatan personel klien akan berdampak besar terhadap
penentuan jumlah staf dan jadwal audit, serta biaya audit. Pemanfaatan hasil pekerjaan
auditor intern akan berdampak terhadap :
1) prosedur untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern,
2) pengujian pengendalian, dan
3) pengujian substantif.Personel klien juga dapat dimanfaatkan untuk berbagai
perikatan berikut ini :
a. Pembuatan daftar saldo akun buku besar (working trial balance)
b. Rekonsiliasi akun kontrol dalam buku besar dengan akun buku pembantu yang
bersangkutan
c. Pembuatan daftar umur piutang
d. Pembuatan daftar polis asuransi yang berlaku, piutang wesel, dan penambahan dan
pengurangan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit Penentuan kemampuan auditor
dalam menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
5. Mempersiapkan surat perikatan
Secara umum surat perikatan harus mencakup hal-hal berikut :
a. Identifikasi yang jelas mengenai entitas dan laporan keuangan yang akan diaudit.
b. Tujuan audit
c. Referensi terhadap standar-standar professional (GAAS) yang akan menjadi acuan
auditor (dan jika dapat diterapkan, referensi terhadap peraturan pemerintah, seperti
ketika melaksanakan audityang diminta oleh pemerintah tertentu)
d. Suatu penjelasan mengenai sifat dan lingkup audit serta tanggung jawab auditor
e. Suatu pernyataan bahwa suatu audit yang telah dirancang dan dilaksanakan dengan
tepat mungkin tidak akan dapat mendeteksi semua ketidakberesan yang material.
2.2.2 Perencanaan Audit
Tahap perencanaan audit merupakan suatu tahap yang vital dalam audit. Kesuksesan
audit sangat ditentukan oleh perencanaan audit secara matang. Perencanaan audit meliputi
pengembangan strategi menyeluruh untuk merencanakan pelaksanaan audit. Perencanaan
audit sangat dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh dalam tahap pertimbangan
penerimaan penugasan audit. Auditor perlu mempertimbangkan informasi mengenai
intergritas manajemen, kekeliruan dan ketidak beresan dan pelanggaran hukum klien dalam
merencanakan audit. Luas dan kelengkapan perencanaan sangat tergantung pada :
1. Ukuran dan kompleksitas perusahaan klien,
2. Pengalaman auditor dengan klien,
3. Pengetahuan dan kemampuan auditor beserta  seluruh stafnya.
Langkah-langkah Perencanaan audit :
1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien
Pemahaman bisnis dan industri klien dilakukan dengan tujuan untuk mendukung
perencanaan audit yang dilakukan auditor. Pemahaman tersebut akan digunakan untuk
merencanakan lingkup audit, memperkirakan masalah-masalah yang mungkin timbul dan
menentukan atau memodifikasi prosedur audit yang direncanakan. Hal yang berkaitan
dengan bisnis dan industri klien yang perlu dipahami auditor adalah sebagai berikut:
a. Manajemen senior
b. Tujuan dan sasaran manajemen
c. Sumberdaya organisasi
d. Produk dan jasa, pasar, pelanggan, dan persaingan entitas
e. Proses inti entitas dan siklus operasi
f. Keputusan investasi dan pembiayaan entitas
g. Prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman tentang bisnis dan industri
Pemahaman auditor tentang bisnis klien dan industri klien dapat diperoleh melalui:
● Me-review data industry
● Me-review informasi bisnis kunci
● Mengadakan tinjauan operasi klien
● Mengajukan pertanyaan kepada komite audit
● Mengajukan pertanyaaan kepada manajemen
● Me-review kertas kerja tahun lalu
● Menentukan keberadaan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
2. Melaksanakan Prosedur Analitis
Prosedur analitis sebagai evaluasi informasi yang dilakukan dengan mempelajari
hubungan yang masuk akal anatara data keuangan dan non keuangan. Prosedur tersebut
berkisar dari perbandingan sederhana hingga pengguna matematika kompleks dan model
statistic yang melibatkan banak hubungan dan elemen data.
Prosedur analitis digunakan dalam audit, untuk tujuan berikut :
a. Dalam tahap perencanaa audit, untuk membantu auditor dalam merencanakan sifat,
waktu dan luasnya prosedur audit lainnya.
b. Dalam tahap pengujian, sebagai penguji substantive untuk memperoleh bukti
mengenai asersi tertentu yang berhubungan dengan saldo akun atau transaksi
c. Pada penyelesaian audit, dalam melakukan review akhir terhadap kelayakan
keseluruhan laporan keuangan yang diaudit.
Langkah-langkah yang terlibat dalam melaksanakan prosedur analitis :
a. Mengidentifikasi perhitungan dan perbandingan yang akan dilakukan
Jenis perhitungan dan perbandingan yang digunakan secara umum termasuk hal-hal
sebagai berikut :
● Perbandingan data absolut. Prosedur ini melibatkan perbandingan sederhana
suatu jumlah saat ini, seperti saldo akun, dengan suatu jumlah yang diharapkan
atau dipredeksikan.
● Laporan keuangan ukuran umum. Teknik ini melibatkan perhitungan persentase
dari total yang berhubungan yang dipresentasikan oleh kompenen laporan
keuangan.
● Analisis rasio. Sejumlah rasio yang seringkali digunakan oleh manajemen atau
analis keuangan dapat dihitung dan dibandingkan dengan nilai yang diharapkan
untuk rasio tersebut. Jumlah dari hasil perhitungan dapat dianalisis secara
individual atau dalam kelompok yang berhubungan.
● Analisis tren. Analisis tren melibatkan perbandingan beberapa data (absolut,ukuran
umum, atau rasio) bagi lebih dari dua periode akuntansi untuk mengidentifikasi
perubahan penting yang mungkin tidak nyata dari perbandingan yang terbtas pada
periode saat ini dan periode masa lalu.
● Hubungan informasi keungan dengan informasi non keuangan yang relevan. Data
non keuangan seperti jumlah karyawan, luas ruangan penjualan, dan volume
barang yang diproduksi mungkin berguna dalam memperkirakan saldo akun
berhubungan seperti beban gaji, penjualan dan harga pokok produksi.
b. Mengembangkan ekspktasi
Dalam mengembangkan ekspektasi ini selain digunakan data keuangan, juga
digunakan data non-keuangan. Beriut adalah beberapa conoh :
● Informasi keuangan klien periode-periode yang lalu dengan mempertimbangkan
perubahan yang diketahui
● Hasil antisipasi berdasarkan anggaran formal dan peramalan
● Hubungan antara elemen-elemen informasi keuangan pada suatu periode
● Data industri
● Hubungan antara informasi keuangan dengan informasi non-keuangan yang
relevan
c. Melaksanakan perhitungan/perbandingan
Tahap ini menyangkut pengupulan data yang akan digunakan untuk menghitung
jumlah-jumlah absolut dan selisih persentase antara jumlah tahun ini dengan jumlah
tahun yang lalu, menghitung data common-size , dan rasio-rasio, dan sebagainya.
d. Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Bagian penting dari analisis adalah identifikasi fluktuasi dalam data yang tidak
diharapkan atau tidaka ada fluktuasi yang diharapkan yang bisa memberi petunjuk
meningkatnya risiko tersajinya salah saji. Elemen yang paling kritis dalam proses ini
adalah memutuskan besarnya selisih atau fluktuasi yang akan diselidiki lebih lanjut.
e. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak diharapkan
Selisih tak diharapkan harus diselidiki. Hal ini biasanya menyangkut peninjauan
kembali metoda dan faktor-faktor yang digunakan dalam mengemangkan ekspektasi
dan mengajukan pertanyaan kepada manajemen.
f. Menentukan dampak atas perencanan audit
Selisih signifikan yang tidak dapat dijelaskan alasan terjadinya, harus dipandang
sebagai indikasi kenaikan risiko salah saji dalam rekeningatau rekening-rekening yang
tercakup dalam perhitungan atau perbandingan. Dalam keadaan demikian, auditor
biasanya akan melakukan pengujian yang lebih mendalam atas rekening tersebut.
Dengan mengarahkan perhatian auditor pada tempat-tempat yang memiliki risiko
besar, prosedur analisis bisa memberikan kontribusi yang besar pada pelaksanaan
audit yang lebih efektif dan efisien.
3. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
Auditor membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam
perencanaan audit. Pertimbangan ini sering disebut dengan materialitas yang
direncanakan, pada akhirnya mungkin bisa menjadi berbeda dengan tingkat materialitas
yang digunakan dalam pengambilan keputusan audit ketika auditor mengevaluasi hasil
temuan, karena (1) keadaan-keadaan yang melingkupi mungkin berubah (2) tambahan
informasi tentang klien yang diperoleh selama audit berlangsung. Dalam merencanakan
suatu audit, auditor harus mempertimbangkan materialitas pada 2 tingkat, yaitu :
a. Tingkat laporan keuangan (karena pendapat auditor mengenai kewajaran mencakup
laporan keuangan sebagai keseluruhan )
b. Tingkat saldo rekening ( karena auditor melakukan verifikasi atas saldo-saldo rekening
untuk dapat memperoleh kesimpulan menyeluruh mengenai kewajaran laporan
keuangan .
4. Mempertimbangkan risiko audit
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
dimodifikasikan pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Komponen-komponen risiko audit :

a. Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan trasaksi
terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
b. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern satuan usaha.
c. Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
5. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan
Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu:
a. Pendekatan substantive utama dengan penekanan terhadap pengujian terinci
(Primarily substantive approach emphasizing tests of details) Strategi ini biasa
digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada auidit atas klien lama. Strategi
ini lebih mengutamakan pengujian substantif dari pada pengujian pengendalian.
Auditor relatif lebih sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman
mengenai struktur pengendalian intern klien.
b. Tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (Lower assessed level of control
risk) Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih diutamakn
dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada pengujian substantif. Tetapi
auditor dalam hal ini auditor  bukan berarti tidak melakukan pengujian substantif tapi
tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama. Auditor lebih banyak melakukan
prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern
klien. Strategi ini sering digunakan dalam auidit klien lama.
6. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien
Standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa pemahaman yang memadai atas
struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan. Oleh karena itu, auditor harus
melaksanaan prosedur audit yang antara lain meliputi prosedur untuk memperoleh
pemahaman struktur pengendalian intern.
Pemahaman struktur pengendalian intern digunakan untuk :
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial,
b. Mempertimbangkan faktor yang mempengruhi risiko salah saji material,
c. Merancang pengujian substantif.
Unsur-unsur yang terkandung dalam sistem pengendalian intern :
a. Lingkungan pengendalian,
b. Sistem akuntansi,
c. Prosedur pengendalian.
Tujuan pokok sistem pengendalian intern yang efektif :
a. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi,
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
c. Mendorong efisiensi,
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan yang pertama dan kedua di penuhi dengan pengendalian akuntansi yang baik.
Tujuan ketiga dan keempat dapat dipenuhi dengan pengendalian adminitstrasi yang baik.
Disamping keenam tahap perencanaan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan
auditor pada tahap perncanaan, yaitu :
a. Menyusun program audit,
b. Menyusul jadwal kerja,
c. Menentukan staf pelaksana audit.
BAB III
PENUTUPAN

2.4 Kesimpulan
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu
ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan
suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan
pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk
melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarka kompetensi profesionalnya.

Langkah-langkah dalam penerimaan suatu perikatan audit :

1. Mengavaluasi integritas manajemen


2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan risiko yang tidak biasa
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
4. Mengavaluasi independensi
5. Keputusan untuk menerima atau menolak perikatan
6. Membuat surat perikatan.

Langkah-langkah penting dalam merencanakan audit :


1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry klien
2. Melaksanakan prosedur analitis
3. Membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
4. Mempertimbangkan risiko audit
5. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan
6. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien
DAFTAR PUSTAKA

https://accounting.binus.ac.id/2015/09/21/10-standar-audit-menurut-gaas/

http://www.lpminstitut.com/2019/07/independensi-bagi-auditor-dalam.html

Anda mungkin juga menyukai