PENGAUDITAN I
Dosen Pengajar :
Disusun Oleh :
Irdiansyah
Vinsensius Ferrer E
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami semua sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “Perencanaan perikatan dan perencanaan audit” untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Pengauditan I dengan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini tentunya ditemui berbagai kesalahan, baik
mengenai bahasa, susunan atau penulisannya. Untuk itu kami sebagai manusia yang tidak
pernah luput dari kesalahan dan kekhilafan serta keterbatasannya kemampuan kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian makalah ini kami susun, akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Harapan kami makalah ini dapat
membantu dalam proses belajar mengajar dan bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 2 PEMBAHASAN
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan yang dilakukan dalam suatu audit sangat tergantung kepada perusahaaan
yang telah diaudit. Apabila klien merupakan perusahaan kecil maka audit cukup dilakukan
oleh satu atau dua orang auditor dengan waktu pengerjaan audit yang relatif tidak begitu
lama. Namun berbeda pada perusahaan raksasa dengan ratusan anak perusahaan, maka
dibutuhkan auditor dengan jumlah yang banyak dan waktu pengerjaanpun membutuhkan
waktu yang tidak sebentar bahkan bahkan berbulan-bulan.
Sebelum menerima suatu penugasan auditor harus memastikan bahwa penugasan
tersebut akan dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar profesional, termasuk standar
auditing. Sedangkan untuk penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang
cukup sulit dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian.
Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan
perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan
audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarka kompetensi profesionalnya.
Seorang auditor tidak diwajibkan untuk melaksanakan audit laporan keuangan untuk
setiap entitas yang memintanya. Dalam menerima suatu perikatan, seorang auditor memiliki
tanggung jawab professional terhadap masyarakat,klien, dan anggota profesi akuntan publik
lainnya. Auditor harus menjaga kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dengan
mempertahankan indepedensi, integritas, dan objektivitas. Kepentingan klien harus dipenuhi
dengan kompetensi dan perhatian professional. Dan untuk meningkatkan reputasi profesi dan
kemampuannya untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu, keputusan untuk menerima
klien audit baru atau melanjutkan hubungandengan klien yang telah ada tidak boleh di anggap
remeh. Pentingnya keputusan ini direfleksikan dengan memasukkan keputusan untuk
menerima dan mempertahankan klien sebagai suatu elemen pengendalian mutu bagi kantor
akuntan publik. Langkah-langkah yang dapat diambil oleh kantor-kantor akuntan publik untuk
memastikan hanya menerima perikatan audit yang dapat diselesaikan sesuai dengan semua
standar profesiona yang dapat di aplikasikan :
Penerimaan penugasan merupakan tahap awal dalam suatu audit laporan, laporan
keuangan adalah mengambil keputusan untuk menerima (menolak) suatu kesempatan untuk
menjadi auditor untuk klien yang baru, atau untuk melanjutkan sebagai auditor bagi klien
yang sudah ada.Langkah-langkah penerimaan penugasan audit, antara lain:
a. Risiko bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo rekening atau golongan trasaksi
terhadap suatu salah saji yang material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait.
b. Risiko pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi
dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern satuan usaha.
c. Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
5. Mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan
Terdapat dua alternatif strategi audit yaitu:
a. Pendekatan substantive utama dengan penekanan terhadap pengujian terinci
(Primarily substantive approach emphasizing tests of details) Strategi ini biasa
digunakan dalam audit klien yang pertama kali daripada auidit atas klien lama. Strategi
ini lebih mengutamakan pengujian substantif dari pada pengujian pengendalian.
Auditor relatif lebih sedikit melakukan prosedur untuk memperoleh pemahaman
mengenai struktur pengendalian intern klien.
b. Tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (Lower assessed level of control
risk) Ini merupakan kebalikan dari strategi yang pertama, dimana yang lebih diutamakn
dalam strategi ini adalah pengujian pengendalian daripada pengujian substantif. Tetapi
auditor dalam hal ini auditor bukan berarti tidak melakukan pengujian substantif tapi
tidak se-ektensif pada pendekatan yang pertama. Auditor lebih banyak melakukan
prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern
klien. Strategi ini sering digunakan dalam auidit klien lama.
6. Memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern klien
Standar pekerjaan lapangan menyatakan bahwa pemahaman yang memadai atas
struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat, dan lingkup pengujian yang dilakukan. Oleh karena itu, auditor harus
melaksanaan prosedur audit yang antara lain meliputi prosedur untuk memperoleh
pemahaman struktur pengendalian intern.
Pemahaman struktur pengendalian intern digunakan untuk :
a. Mengidentifikasi tipe salah saji potensial,
b. Mempertimbangkan faktor yang mempengruhi risiko salah saji material,
c. Merancang pengujian substantif.
Unsur-unsur yang terkandung dalam sistem pengendalian intern :
a. Lingkungan pengendalian,
b. Sistem akuntansi,
c. Prosedur pengendalian.
Tujuan pokok sistem pengendalian intern yang efektif :
a. Menjaga kekayaan dan catatan organisasi,
b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,
c. Mendorong efisiensi,
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Tujuan yang pertama dan kedua di penuhi dengan pengendalian akuntansi yang baik.
Tujuan ketiga dan keempat dapat dipenuhi dengan pengendalian adminitstrasi yang baik.
Disamping keenam tahap perencanaan tersebut, ada beberapa hal yang dapat dilakukan
auditor pada tahap perncanaan, yaitu :
a. Menyusun program audit,
b. Menyusul jadwal kerja,
c. Menentukan staf pelaksana audit.
BAB III
PENUTUPAN
2.4 Kesimpulan
Perikatan (engagement) adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu
ikatan perjanjian. Dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan
suatu ikatan perjanjian dengan auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan
pekerjaan audit atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk
melaksanakan pekerjaan audit tersebut berdasarka kompetensi profesionalnya.
https://accounting.binus.ac.id/2015/09/21/10-standar-audit-menurut-gaas/
http://www.lpminstitut.com/2019/07/independensi-bagi-auditor-dalam.html