Anda di halaman 1dari 15

SAMPEL AUDIT

Oleh:
IBNU RACHMAN
TEKHNIK SAMPLING DALAM AUDIT
Tujuan:
Melakukan audit terhadap sebagian karakteristik
(yang mewakili) dari populasi yang diaudit, untuk
membuat kesimpulan yang menyeluruh dari
populasi tersebut.
Alasan melakukan sampling audit:
Auditor melakukan audit dalam waktu dan biaya
yang terbatas, sehingga diperlukan tekhnik-tekhnik
tertentu untuk mengatasi keterbatasan tersebut
sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
Tekhnik sampling tersebut formulanya sudah baku
dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
KONSEP SAMPLING DALAM AUDIT
• Standar Deviasi
Angka yang menunjukkan keragaman/heterogenitas
data, hal ini berhubungan dengan populasi.
• Tingkat Keandalan
Adalah derajat keyakinan auditor mengenai sampel
yang dipilihnya sebagai perwakilan angggota
populasi.
• Risiko Sampling
Adalah risiko ketidaktepatan hasil yang diteliti
karena penelitan secara sampling yang berakibat
salah menerima atau salah menolak.
• Kesalahan Sampling
Adalah selisih antara “estimasi” (hasil sampling)
dengan “parameter” keadaan populasi yang
sebenarnya.
RINGKASAN AUDIT SAMPLING
TEKHNIK Control Test/ Substantive Test Dual Purposive
SAMPLING Pengendalian (Sifat Angka/ Test (Control +
(Non Angka) Variabel Data) Substantive Test)
Statistik Sampling: Atribute Sampling Variable Sampling Sampling satuan
1. Pemilihan adalah melakukan adalah melakukan mata uang
sampelnya harus perkiraan atau perkiraan atau (monetary unit
acak estimasi terhadap estimasi terhadap sampling) atau
2. Analisisnya sebagian populasi nilai yang sebenarnya probability-
menggunakan yang mengandung dari saldo akun atau proposional-size-
rumus matematik karakter atau atribut untuk menentukan sampling (PPS),
tertentu yang besarnya nilai suatu bukan pada
menjadi tujuan audit. kesalahan. Contoh: dokumennya seperti
1. Sampling-fixed- 1. Estimasi nilai halnya
sample-size tengah pengendalian, tetapi
2. Sampling 2. Estimasi perbedaan populasinya nilai
sekuensial uang
3. Estimasi rasio
3. Sampling temuan 4. Estimasi regresi
Non Statistisk
Sampling: 1. Penetapan unit sampel
Pemilihan sampel tidak 2. Pemilihan sampel: Hazardus, Block
harus acak dan secara 3. Evaluasi hasil sampling
judgement (dianggap
mewakili populasi)
ATRIBUTE SAMPLING

Sampling atribut digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai


tingkat kejadian dalam populasi terkait dengan ketaatan terhadap
prosedur pengendalian intern, misal: menentukan % (prosentase)
pembayaran yang tidak didukung oleh bukti-bukti tertentu yang
cukup.
1.Sampling-fixed-sample-size, adalah untuk membuat estimasi
tingkat kejadian suatu atribut atau karakter tertentu dari suatu
populasi, misal: apakah pengendalian intern pengiriman barang
telah efektif, pengiriman sudah sesuai order penjualan yang sah.
2.Sampling stop-or-go (sekuensial), adalah untuk meyakinkan
sesuatu dari suatu populasi, misal: tingkat kesalahan lebih
rendah dari tingkat kesalahan yang ditentukan.
3.Sampling discovery (temuan), adalah untuk mencari kecurangan
yang terjadi, misal: tingkat kecurangan yang dikehendaki = 0
(nol), maka atribut yang diuji adalah penting, misal: pembayaran
yang tidak sah atau pengiriman yang tidak sah dimana tingkat
penyimpangan yang dikehendaki sama dengan nol atau
mendekati nol.
VARIABLE SAMPLING
Sampling variabel digunakan untuk pengujian substantif yaitu
menentukan tingkat keandalan dari suatu jumlah dari suatu akun. Ini
dilakukan dengan cara strattifikasi atau non stratifikasi yang terdiri
dari:
1. Sampling tidak secara bertahap (unstratified mean per unit
sampling), adalah untuk menghitung nilai tengah (mean) dan
kemudian membuat estimasi nilai populasi dengan cara mengalikan
nilai tengah tersebut dengan besarnya populasi. Contoh: mean = 50
sampel pos yang diperiksa adalah Rp. 10.000 jumlah populasinya
500 pos, maka estimasi total nilai populasinya = 500 x Rp. 10.000 =
Rp. 5.000.000,-
2. Estimasi selisih adalah untuk membuat estimasi perbedaan antara
nillai buku dengan nilai pemeriksaan, maka yang dihitung adalah
rata-rata selisih antara nilai buku dengan nilai pemeriksaaan dari
beberapa sampel yang dipilih, kemudian mengalikan selisih
tersebut dengan besarnya populasi sehingga diperoleh estimasi
total selisih dalam populasi. Contoh: seperti contoh diatas jika
estimasi dari 500 pos terdapat selisih Rp. 2.500 ( 500 x Rp. 5.000),
jika nilai bukunya = Rp. 25.000.000, maka estimasi nilai buku yang
diperikasa = Rp. 27.500.000
VARIABLE SAMPLING
Sampling variabel digunakan untuk pengujian substantif yaitu
menentukan menentukan tingkat keandalan dari suatu jumlah dari suatu
akun. Ini dilakukan dengan cara stratifikasi atau non stratifikasi yang
terdiri dari lanjutan yang telah diuraikan sebelumnya:
3. Estimasi Nisbah adalah rasio (nisbah) antara nilai buku pemeriksaan
dari beberapa sampel yang dipili dikalikan dengan populasinya.
Contoh: jika ditetapkan rasionya = 1.03 dari 50 sampel sesuai contoh
sebelumnya (berarti nilai pemeriksaan adalah under estimate) dan nilai
populasinya = Rp. 25.000.000 mka estimasi nilai populasi yang
sebenarnya adalah Rp. 25.000.000 x 1.03 = Rp. 25.750.000,-
4. Estimasi regresi adalah sampling menggunakan regresi linear untuk
menentukan hubungan fungsional antara nilai pemeriksaan dengan
nilai bukunya, sehingga dapat digunakan untuk menentukan nilai
populasi yang yang sebenarnya.
5. Sampling secara stratifikasi (secara bertahap) adalah metode
sampling yang membagi-bagi populasi menjadi sub-subnya, kemudian
sampelnya diambil dari sub-sub tersebut. Sampel dimaksud kemudian
diperiksa secara terpisah dengan menggunakan metode diantara no. 1
sampai dengan no. 4 yang telah diuraikan.
MONETARY UNIT SAMPLING (DUAL PURPOSE
TEST)
❑ Sampling mata uang adalah sampling kombinasi antara atribut
dan variabel, yang digunakan untuk pengujian ketaatan
prosedur maupun pengujian substantif.
❑ Unit sampling yang digunakan adalah bukan fisik seperti
halnya pada variable sampling dan atribute sampling,
melainkan nilai mata uangnya.
❑ Walaupun nilai populasinya jumlah mata uang (Rp., USD.,
NGLD, dll.), tetapi yang diperiksa adalah satu pos (items) yang
mewakili dari nilai mata uang tersebut.
❑ Oleh sebab itu pos atau akun atau items yang mempunyai nilai
yang besar mempunyai kesempatan untuk dijadikan sampel
pemeriksaan.
❑ Diharapkan tidak terjadi kesalahan yang cukup signifikan atau
jika terjadi kesalahan cukup kecil.
❑ Pos-pos biasanya yang diperiksa menggunakan metode ini
adalah: (1) Piutang; (2) Persediaan; (3) Aktiva Tetap; (3) Biaya-
biaya dan Kas (mengenai otorisasi pengeluaran atau
pengeluran yang tidak didukung oleh bukti).
LANGKAH-LANGKAH AUDIT SAMPLING

1. Perencanaan Audit:
a. Tujuan audit
b. Populasi yang akan diuji
c. Tekhnik sampling yang akan diterapkan serta judgement/
asumsi yang diperlukan dalam analisis sampling.
c. Kesalahan sampling yang diinginkan (sampling risk),
“Toleransi-Penyimpangan” atau “Toleransi Salah Saji”
2. Penetapkan Unit Sampel, untuk memperoleh bukti yang cukup.
3. Pemilihan Sampel, acak atau tidak acak.
4. Pengujian Sampel, menerapkan prosedur audit sesuai yang
direncanakan.
5. Memperkirakan Keadaan Populasi, evaluasi hasil samplng
6. Membuat Simpulan Audit:
a. Pada control test, pernyataan tentang keandalan pengendalian.
b. Pada substantive test, pernyataan mengenai ada tidaknya salah
saji material pada informasi kuantitatif yang diuji, serta
pengaruhnya terhadap laporan secara keseluruhan.
ASUMSI (JUDGEMENT) YANG DIKUANTIFIKASI
1. Pada Control Test (Test Pengendalian):
a. Acceptable risk over reliance on internal control (ARO), adalah merupakan
risiko yang berani ditanggung auditor karena terlalu mengandalkan
pengendalian internal auditee.
b. Tolerable Deviation Rate (TDR), adalah derajat penyimpangan yang dapat
ditorerir (diterima):
ARO TDR
Rendah 2% - 7%
Moderat 6% - 12%
Tinggi 11% - 20%
Maksimum Omit Test
c. Estimated Population Deviation Rate (EPDR), adalah perkiraan
penyimpangan dalam populasi berdasarkan pengalaman audit pada pos
yang sama dari perusahaan yang sama atau perusahaan yang sejenis.
Contoh: Populasi yang akan diteliti: Faktur Penjualan pada tahun buku
2010, asumsi : ARO = 5%, TDR = 6% dan EPDR = 1%.
d. Berdasarkan populasi tentukan sampelnya, acak dan non acak.
e. Pengujian sampel terdapat berapa kesalahan.
f. Memperkirakan keadaan populasi, buat perkiraan kesalahan yang tertinggi
dalam populasi atau Computed Upper Deviation Rate (CUDR).
g. Membuat kesimpulan hasil audit:
CUDR > TDR pengendalian yang diuji kuat
CUDR < TDR pengendalian yang diuji lemah.
ASUMSI (JUDGEMENT) YANG DIKUANTIFIKASI
2. Pada Substantive Test:
a. Kesalahan sampling yang diinginkan atau Planned Allowance for
Sampling Risk dengan menggunakan rumus E = TS/{1+B/Z}
Dimana:
TS = Toleransi salah saji
Z = Koefisien Risiko Keliru Menolak yang ditetapkan
berdasarkan tabel normal dengan memperhatikan risiko.
b. Menetapkan unit sampel, berdasarkan identitas populasi (N) dan
nilai buku populasi (NB). Sehingga diketahui rata-rata populasi,
dengan rumus = NB/N
c. Pemilihan sampel secara acak sederhana atau sistematis.
d. Penelitian sampel adalah melakukan pengujian sesuai prosedur
audit yang telah ditetapkan, yaitu membandingkan nilai buku
dengan nilai audit
e. Membuat perkiraan populasi:
1) Perkiraan nilai interval populasi (NI), ada rumusnya.
2) Perkiraan proyeksi salah saji dalam populasi, ada rumusnya.
f. Membuat simpulan audit.
Resiko Audit Dan Resiko Sampling
1. Resiko audit adalah resiko mendapat kesimpulan
yang salah dan/atau berbuntut kepada kesalahan
memberikan saran berdasarkan pekerjaan audit
yang dilaksanakan. Dalam konteks sampling, ada 2
jenis resiko, yaitu resiko sampling dan resiko
nonsampling.
2. Resiko sampling adalah resiko yang mungkin
didapat karena kesimpulan yang didasarkan pada
sampel yang diambil berbeda dengan kesimpulan
yang didapat apabila prosedur-prosedur audit
dilakukan pada semua populasi informasi. Ini
disebabkan karena sampel tidak mewakili populasi
secara keseluruhan.
Resiko Sampling
Dalam melakukan pengujian terhadap pengendalian,
seorang auditor internal akan berfokus pada dua aspek
risiko sampling ,yaitu:
1. Risiko dari menilai sebuah risiko pengendalian
terlalu kecil (resiko tipe II, beta risk), atau keliru
menerima.
2. Risiko dari menilai sebuah risiko pengendalian
terlalu besar (resiko tipe I, alpha risk), atau keliru
menolak.
DUA ASPEK DALAM RISIKO SAMPLING

• Risiko menilai risiko pengendalian terlalu rendah (Tipe


II, risiko beta). Juga dikenal sebagai risiko
ketergantungan berlebihan, adalah risiko bahwa tingkat
risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel lebih
rendah dari internal auditor akan menemukan hal itu
terjadi jika populasi telah diuji 100%. (Risiko keliru
menerima biasa disebut risiko beta)
• Risiko menilai risiko pengendalian terlalu tinggi (risiko
Tipe I, risiko alpha). Juga dikenal sebagai risiko
ketergantungan bawah, adalah risiko bahwa tingkat
risiko pengendalian berdasarkan hasil sampel lebih
tinggi dari auditor internal akan ditemukan jika populasi
telah diuji 100%. (Risiko keliru menolak biasa disebut
risiko alpha).

Resiko Non Sampling
Resiko non sampling, resiko ini tidak
terkait dengan pengambilan sampel dari
sebuah populasi, tapi resiko ini terjadi
saat seorang auditor internal gagal
dalam melakukan tugasnya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai