Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH AUDIT INTERNAL

PEMERINTAH
Penerapan Good Corporate Governance pada
PT Pertamina (Persero)

Oleh:
Kelompok 2 Kelas 9A
Azwardin Juang Amrullah (7)
Bagus Dwi Aryanto (8)
Ida Bagus Adidharma (15)
Mas Muhamad Dzulfikar(17)
PKN STAN

Good Corporate Governance Pada PT Pertamina (Persero)

A. Teori Good Corporate Governance


1. Definisi Good Governance
Governance yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah penggunaan
wewenang ekonomi, politik, dan administrasi guna mengelola urusan urusan negara
pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan
lembaga

lembaga

dimana

warga

dan

kelompok

kelompok

masyarakat

mengutarakan kepentingan mereka, menggunakan hukum, memenuhi kewajiban dan


menjabatani perbedaan diantara mereka (Krina, 2003:4)
Pierre Landell-Mills & Ismael Seregeldin mendefinisikan good governance
sebagai penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi
pembangunan social ekonomi (Santosa, 2008;130)
Sedangkan Robert Charlick mengartikan good governance sebagai pengelolaan
segala macam urusan public secara efektif melalui pembuatan peraturan dan / atau
kebijakan yang abash demi untuk mempromosikan nilai nilai kemasyarakatan.
Governance

merupakan

paradigma

baru

dalam

tatanan

pengelolaan

kepemerintahan. Ada tiga pilar governance, yaitu pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat. Sementara itu paradigma pengelolaan pemerintahan yang sebelumnya
berkembang adalah government sebagai satu satunya penyelenggara pemerintahan.
2. Definisi Good Corporate Governance
Corporate governance adalah rangkaian proses terstruktur yang digunakan
untuk mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis atau usaha usaha korporasi
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan serta komunitas usaha.
Terdapat beberapa pemahaman tentang pengertian corporate governance.
Menurut Suprayitno., et al. (2009) IICG (The Indonesian Institute for Corporate
Governance), pengertian Good Corporate Governance dapat didefinisikan sebagai
struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organisasi perusahaan sebagai upaya
untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka
panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan
peraturan perundangan dan norma yang berlaku.
Menurut OECD (The Organization for Economic Cooperation and Development)
(2003), sebagaimana dikutip oleh Wahyudin Zarkasyi (2008:35), Tata kelola perusahaan
yang baik (good corporate governance) merupakan struktur yang oleh stakeholders,
2 | Page

pemegang saham, komisaris dan manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana
untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.
Sedangkan menurut Indra Surya (2006:25), good corporate governance terkait
dengan pengambilan keputusan yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilainilai, sistem. Berbagai proses, kebijakan-kebijakan dan struktur organisasi, yang
bertujuan untuk mencapai bisnis yang menguntungkan, efisiensi dan efektif dalam
mengelola

resiko

dan

bertanggungjawab

dengan

memerhatikan

kepentingan

stakeholder.
3. Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
Good Corporate Governance (GCG) sebagai landasan operasional BUMN telah
diatur melalui Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus
2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (menggantikan Keputusan Menteri
Negara BUMN No. 117/M.MBU/2002) dan Undang-undang nomor 19 tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara.
Dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas penerapan GCG, BUMN wajib
melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG, sehingga apabila masih terdapat
kekurangan dalam pengimplementasiannya, BUMN dapat segera menetapkan rencana
tindak (action plan) yang meliputi tindakan korektif (corrective action) yang diperlukan.
Pengukuran terhadap penerapan GCG dilakukan dalam bentuk penilaian (assessment)
dan evaluasi (review).
Permen Nomor PER-01/MBU/2011 menyatakan bahwa penilaian (assessment)
merupakan program untuk mengidentifikasi pelaksanaan GCG di BUMN melalui
pengukuran pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilaksanakan secara
berkala setiap 2 (dua) tahun. Pelaksanaan penilaian pada prinsipnya dilakukan oleh
penilai/asesor independen dan Instansi Pemerintah yang berkompeten di bidang GCG.
Evaluasi (review) merupakan program untuk mendeskripsikan tindak lanjut
pelaksanaan dan penerapan GCG di BUMN yang dilakukan pada tahun berikutnya
setelah penilaian (assessment), yang meliputi evaluasi terhadap hasil penilaian dan
tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan. Pelaksanaan evaluasi pada prinsipnya
dilakukan

sendiri

oleh

BUMN

yang

bersangkutan

(self-assessment)

yang

pelaksanaannya dapat didiskusikan dengan atau meminta bantuan oleh penilai


independen atau menggunakan jasa Instansi Pemerintah yang berkompeten di bidang
GCG.
3 | Page

Tujuan penilaian/evaluasi penerapan GCG adalah:


a. Mengukur kualitas penerapan GCG di BUMN melalui penilaian/evaluasi tingkat
pemenuhan kriteria GCG dengan kondisi nyata yang diterapkan di BUMN, melalui
pemberian skor/nilai atas penerapan GCG dan kategori kualitas penerapan
GCGnya;
b. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan penerapan GCG di BUMN, serta
mengusulkan rekomendasi perbaikan untuk mengurangi celah (gap) antara kriteria
GCG dengan penerapan GCG di BUMN yang bersangkutan;
c. Memonitor konsistensi penerapan GCG di BUMN dan memperoleh masukan untuk
penyempurnaan dan pengembangan kebijakan corporate governance di lingkungan
BUMN.
Berkaitan dengan kewajiban BUMN untuk melakukan pengukuran terhadap
penerapan GCG, baik dalam bentuk penilaian maupun evaluasi sebagaimana
disebutkan pada pasal 44 PER-01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus 2011,

Sekretaris

Menteri BUMN telah menerbitkan surat keputusan Nomor SK-16/S.MBU/2012 tertanggal


6 Juni 2012 tentang Indikator/Parameter Penilaian dan Evaluasi atas Penerapan Tata
Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara.
B. Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Pertamina (Persero)
1. Tujuan Penerapan GCG
Penerapan prinsip-prinsip GCG akan meningkatkan citra dan kinerja Perusahaan serta
meningkatkan nilai Perusahaan bagi Pemegang Saham.
Tujuan penerapan GCG adalah:
a. Memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meningkatkan penerapan prinsipprinsip

transparansi,

kemandirian,

akuntabilitas,

pertanggungjawaban,

dan

kewajaran dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan;


b. Terlaksananya pengelolaan Perusahaan secara profesional dan mandiri;
c. Terciptanya pengambilan keputusan oleh seluruh Organ Perusahaan yang
didasarkan pada nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
d. Terlaksananya tanggung jawab sosial Perusahaan terhadap stakeholders;
e. Meningkatkan iklim investasi nasional yang kondusif, khususnya di bidang energi
dan petrokimia.
2. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
4 | Page

Prinsip-prinsip GCG PT Pertamina (Persero) adalah:


a. Transparansi
Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan
dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan;
b. Kemandirian
Keadaan

dimana

perusahaan

dikelola

secara

profesional

tanpa

benturan

kepentingan dan pengaruh / tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
Peraturan Perundang- Undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang
sehat;
c. Akuntabilitas
Kejelasan

fungsi,

pelaksanaan

dan

pertanggungjawaban

Organ

sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;


d. Pertanggungjawaban
Kesesuaian didalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
e. Kewajaran
Keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul
berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Visi dan Misi
a. Visi Pertamina
Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia.
b. Misi Pertamina
Menjalankan usaha inti minyak, gas dan bahan bakar nabati secara terintegrasi,
berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.
4. Tata Nilai
a. Clean (Bersih)
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi
suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas
tata kelola korporasi yang baik.
b. Competitive (Kompetitif)
Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong
pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai
kinerja.
c. Confident (Percaya Diri)
Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi
5 | Page

BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.


d. Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan)
Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan
pelayanan terbaik kepada pelanggan.
e. Commercial (Komersial)
Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan
berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.
f.

Capable (Berkemampuan)
Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan
penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan
pengembangan.

5. Komite Good Corporate Governance (GCG)


a. Komposisi dan Keanggotaan
Komite GCG terdiri atas seorang Ketua dan sekurang-kurangnya dua orang
anggota dengan komposisi sebagai berikut :
1) Ketua Komite GCG adalah salah satu anggota Komisaris
2) Anggota Komite GCG berasal dari luar Perusahaan
3) Ketua dan anggota Komite GCG diangkat dan diberhentikan oleh Komisaris
Utama
Anggota Komite GCG harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Memiliki

integritas

dan

dedikasi

yang

tinggi,

menguasai

ketrampilan,

pengetahuan dan pengalaman, yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya;


2) Memiliki komitmen bekerja sungguh-sungguh dan menyediakan waktu dan
tenaga yang diperlukan untuk pelaksanaan tugasnya;
3) Memiliki pengetahuan dan pemahaman yang memadai dalam peraturan
perundang- undangan yang berkenaan dengan Perusahaan, baik dalam bidang
Perseroan dan BUMN, maupun dalam bidang energi dan petrokimia;
4) Mampu berkomunikasi dengan sesama Anggota dan membangun jejaring
dengan unit organisasi Perusahaan yang terkait dengan penerapan praktek
GCG;
5) Bukan mantan pejabat Perusahaan dalam kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir;
6) Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan dampak
negatif dan konflik kepentingan terhadap Perusahaan ;
7) Tidak merangkap pekerjaan Komite Audit Perusahaan dan atau Komite GCG di
6 | Page

perusahaan lainnya ;
8) Memberikan pernyataan tertulis untuk bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip
GCG dalam melaksanakan tugasnya sebagai Anggota Komite GCG.
Anggota Komite diangkat dan diberhentikan oleh Komisaris dengan masa kerja 1
(satu) tahun yang dapat diperpanjang masa keanggotaannya dengan tidak
mengurangi hak Komisaris untuk memberhentikannya sewaktu-waktu.
b. Tugas dan Tanggung Jawab
Tugas dan tanggung jawab Komite GCG adalah sebagai berikut :
1) Memantau pelaksanaan dan mengevaluasi hasil assessment berkala tentang
penerapan GCG untuk memastikan efektifitas peranan organ-organ RUPS,
Komisaris dan Direksi, dan organ pendukung dalam penegakan GCG yakni
Sekretaris Perseroan, Sekretaris Komisaris, Satuan Pengawas Intern, Komite
Audit dan Komite Komisaris lainnya.
2) Memberikan rekomendasi tentang penyempurnaan sistem dan kelengkapan
GCG Perusahaan serta memantau pelaksanaannya, terutama berkenaan
dengan:
a) Pedoman Corporate Governance (Code of CG);
b) Pedoman Perilaku (Code of Conduct);
c) Statement of Corporate Intent (SCI);
d) Board Manual.
3) Mereviu rencana kerja dan laporan tentang pelaksanaan GCG sebagai bagian
dari Laporan Tahunan Perusahaan.
4) Melakukan kajian tentang praktek-praktek terbaik GCG (best practices) untuk
dapat diimplementasikan di Perusahaan.
5) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Komisaris yang terkait dengan
pengembangan dan penerapan GCG.
c. Piagam Komite GCG
Kedudukan, tugas dan tanggung jawab Komite GCG serta hubungan kelembagaan
antara Komite GCG dengan Fungsi Penanggung Jawab Pelaksanaan GCG
Perusahaan yang dituangkan dalam Piagam Komite GCG dan ditandatangani oleh
Komisaris Utama dan Direktur Utama.
C. Pelaksanaan Good Corporate Governance di PT Pertamina (Persero)

7 | Page

1. Struktur, Prinsip dan Landasan Tata Kelola


Pertamina menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaanyang baik atau good
corporate governance (GCG) dengan tujuan untuk membangun lingkungan bisnis yang
sehat bersama seluruh pemangku kepentingan.
Untuk mencapai
Pertamina ke dalam

tujuan tersebut, prinsip-prinsip GCG diinterpretasikan


pedoman

oleh

tata kelola perusahaan yang wajib diketahui dan

dilaksanakan oleh seluruh individu di lingkungan usaha Pertamina. Penerapan GCG


di Pertamina dilakukan bersinergi antar fungsi internal perusahaan, antara lain Dewan
Komisaris dan Direksi, audit internal (Internal Audit), Legal Counsel & Compliance dan
fungsi-fungsi terkait lainnya.
Sejak tahun 2009, Pertamina juga telah melaksanakan roadmap GCG secara
bertahap, dimulai

dari

fase Compliance, Conformance, Performance, hingga

Sustainability yang ditargetkan akan tercapai pada tahun 2015. Penerapan roadmap
GCG tahun 2014 fokus pada penyelarasan etika dan profesionalisme sebagai salah
satu indikator pengukuran kinerja. Hal ini merupakan langkah persiapan menuju fase
terakhir, yaitu Sustainability, tahun 2015.

Untuk memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Surat Menteri BUMN No S528/MBU.S/2013 tanggal 28 oktober 2013 tentang BUMN bersih yang mewajibkan
bumn untuk memiliki fungsi pengelolaan kepatuhan yang memastikan agar transaksitransaksi penting Perusahaan dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip GCG dan
8 | Page

mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka pada tahun


2014 fungsi Pengelolaan Kepatuhan di Pertamina atau fungsi Compliance terlibat dalam
pengawasan terhadap transaksi penting di Pertamina, dimana dalam pelaksanaan
pengawasan tersebut harus dapat dipastikan bahwa prinsip- prinsip GCG terpenuhi
dalam setiap tahap proses kegiatan investasi untuk diteruskan ke tahap selanjutnya.
Hasil verifikasi penerapan prinsip-prinsip GCG akan menjadi bagian rekomendasi tertulis
Gate Review untuk pengambil keputusan.
2. Keterlibatan Compliance dalam Proses Kegiatan Investasi
Kegiatan investasi Pertamina dilakukan dengan melewati beberapa tahap
berdasarkan prinsip-prinsip GCG. Pada setiap tahap

tersebut, proses investasi

akan diverifikasi untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip GCG harus terpenuhi


sebelum proses investasi tersebut dapat diteruskan ke tahap selanjutnya. Hasil
verifikasi penerapan prinsip-prinsip GCG menjadi bagian rekomendasi tertulis gate
review untuk pengambilan keputusan investasi.
Dalam setiap tahap harus dapat dipastikan bahwa prinsip-prinsip GCG
harus terpenuhi untuk proses investasi dapat diteruskan ke tahap selanjutnya.
Hasil verifikasi penerapan prinsip-prinsip GCG akan menjadi bagian rekomendasi
tertulis Gate Review untuk mengambil keputusan. Berikut adalah diagram
penerapan GCG dalam proses investasi di Pertamina.

9 | Page

3. Penerapan Prinsip-Prinsip Tata Kelola


Prinsip-prinsip tata kelola yang diterapkan oleh Pertamina mengacu pada prinsip-prinsip
tata kelola sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Negara BUMN no.Per-01/
MBU/2011 tanggal 1 agustus 2011 Juncto Peraturan Menteri Negara BUMN no.Per09/MBU/2012 tanggal 6 Juli 2012 tentang Penerapan tata Kelola Perusahaan yang
baik pada badan usaha milik negara, yaitu:
a. Transparansi,

yaitu

keterbukaan

dalam

melaksanakan

proses

pengambilan

keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan


mengenai perusahaan.
b. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ
sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif.
c. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
d. Kemandirian, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa
benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

10 | P a g e

e. Kewajaran, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak

pemangku

kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan.


4. Kewajiban Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
Ketentuan mengenai kewajiban laporan Harta Kekayaan Penyelenggara negara
(LHKPN) di Pertamina mengacu pada Undang-Undang No 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Terkait dengan

kewajiban LHKPN tersebut, Direktur utama Pertamina

berdasarkan sK No.56/C00000/2013-S0 tanggal 19 september 2013 menetapkan wajib


lapor LHKPN di Pertamina mencakup:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Direksi
Komisaris
Senior Vice President/setara
Vice President/setara
Direksi anak Perusahaan
manajer/setara
Komisaris anak Perusahaan yang tidak sekaligus menjabat sebagai Direksi

Pertamina dan bukan pejabat tugas perbantuan


h. Vice President/setara di anak Perusahaan
i. manajer/setara di anak Perusahaan
Pada akhir Desember 2014, jumlah LHKPN yang diterima oleh fungsi
Compliance adalah
1.792 wajib

sebanyak 1.706 laporan atau sebesar 95,20% dari total

lapor LHKPN di Pertamina dan anak Perusahaan. tabel berikut

menunjukkan data LHKPN Pertamina.

5. GCG Assessment di Pertamina


Untuk menilai penerapan GCG di Perusahaan, setiap tahun Pertamina
menyelenggarakan assessment
11 | P a g e

terhadap penerapan GCG yang dilaksanakan oleh

konsultan independen. Assessment dilakukan berdasarkan kriteria dan metodologi yang


diatur dalam surat Keputusan Sekretaris Kementerian BUMN NO.SK-16/S.MBU/2012
tanggal 6 Juni 2012, yang terdiri dari 6 aspek pengujian, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Komitmen terhadap penerapan tata kelola berkelanjutan


Pemegang saham & general meeting of shareholders
Dewan Komisaris
Direksi
Pengungkapan informasi & transparansi
aspek lainnya
Dalam 3 tahun terakhir skor penilaian GCG Pertamina terus meningkat. Hal

ini menunjukkan komitmen nyata Pertamina untuk terus menerus meningkatkan kualitas
penerapan GCG di Perusahaan. Berikut adalah tabel komparasi hasil assessment
GCG Pertamina dalam 3 tahun terakhir.

D. Kriteria Evaluasi/Assessment GCG


Kriteria evaluasi/assessment sebagai alat ukur untuk menilai kualitas pelaksanaan BUMN
dalam menerapkan prinsip-prinsip GCG menggunakan indikator/parameter penilaian dan
evaluasi

atas

penerapan

GCG

pada

BUMN

sebagaimana

tertuang

dalam

SK-

16/S.MBU/2012 tertanggal 6 Juni 2012 dengan struktur sebagai berikut:


1. Indikator/parameter dikelompokkan dalam 6 (enam) Faktor/Aspek Penerapan GCG yang
terdiri dari:
a. Komitmen terhadap penerapan tata kelola perusahaan yang baik secara
berkelanjutan;
b. Pemegang Saham dan RUPS/Pemilik Modal;
c. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas;
12 | P a g e

d. Direksi;
e. Pengungkapan dan Keterbukaan Informasi;
f.

Faktor lainnya.

2. Struktur penilaian dan evaluasi atas penerapan GCG terdiri dari:

6 Faktor/Aspek Penerapan GCG,

43 Indikator,

153 Parameter (Sub indikator),

Faktor-faktor

yang

Diuji

Kesesuaian

Penerapannya

(FUK)

dalam

setiap

Parameter/Indikator tersebut.
Secara keseluruhan terinci sebagai berikut:
NO

ASPEK PENGUJIAN

BOBOT

INDIKATO

PARAMETER

R
1

Komitmen Terhadap Penerapan Tata


Kelola

Perusahaan

yang

2
3

RUPS/Pemilik Modal
Dewan Komisaris/Dewan Pengawas;

Direksi

Pengungkapan

Informasi;
Faktor lainnya
Total

15

25

35

12

43

35

13

52

16

100

43

153

Baik

Secara Berkelanjutan
Pemegang
Saham

dan

dan

Keterbukaan

3. Setiap aspek/faktor, indikator, dan parameter penerapan GCG telah diberi bobot. Bobot
merupakan nilai/skor maksimal yang dapat dicapai dalam setiap parameter, indikator,
dan aspek penerapan GCG.
Seluruh parameter pada scorecard GCG diharapkan dapat dinilai penerapannya
pada setiap perusahaan. Dengan demikian, tidak ada parameter yang diperlakukan
sebagai not applicable (NA). Apabila suatu perusahaan tidak membutuhkan adanya
suatu struktur ataupun proses sebagaimana tercantum pada scorecard GCG, maka
penerapan GCG-nya dipertimbangkan sebagai terpenuhi.
E. Metode Pengumpulan Data GCG
13 | P a g e

Tahapan

pelaksanaan

pengumpulan

data

pada

pelaksanaan

evaluasi/assessment

penerapan GCG adalah sebagai berikut.


1. Reviu Dokumen
Reviu dokumen merupakan pengkajian secara mendalam terhadap dokumen-dokumen
perusahaan yang relevan untuk memperoleh simpulan atas kondisi penerapan GCG
perusahaan.
2. Kuesioner
Ada dua tipe kuesioner, yaitu bersifat persepsi dan sebagai konfirmasi:

Kuesioner persepsi
Kuesioner

persepsi

mengumpulkan

dengan

informasi

pilihan
atas

jawaban

berskala

implementasi

suatu

dimaksudkan

untuk

sistem/kebijakan/

ketentuan/SOP/komitmen.

Kuesioner konfirmasi
Kuesioner

dengan pilihan jawaban YA

dan TIDAK

adalah pertanyaan

pendahuluan untuk mengetahui keberadaan suatu dokumen. Dengan demikian,


pemberian nilai (skor) tetap didasarkan pada dokumen yang diterima.
Jawaban yang diberikan responden atas kuesioner persepsi akan mempengaruhi skor
capaian Faktor Uji Kesesuaian Penerapannya (FUK) sesuai dengan kriteria tambahan
yang ditentukan pada Unsur Pemenuhan (UP).
3. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mengeksplorasi suatu informasi yang didapat dari
kuesioner, riviu dokumen, dan/atau observasi.
4. Observasi
Observasi

merupakan

kegiatan

pengamatan

yang

dilakukan

dalam

evaluasi/assessment, terutama yang berkaitan dengan implementasi GCG.


F. Metode Penilaian
Metode penilaian yang digunakan dalam evaluasi/assessment penerapan GCG
adalah penilaian atas sejauh mana kondisi penerapan GCG di perusahaan dengan
memberikan nilai/skor atas pemenuhan masing-masing parameter. Penilaian dengan
memberikan nilai/skor atas pemenuhan masing-masing Faktor yang Diuji Kesesuaian
Penerapannya (FUK) dengan menggunakan pendekatan Unsur Pemenuhan (UP) yang ada
dalam setiap FUK.
14 | P a g e

1. Penilaian individu FUK, ada 2 (dua) tingkatan sebagai berikut:

a. Tahap pertama, analisis kecukupan pelaksanaan GCG, dengan melakukan hal-hal


berikut:

1) Penilaian kecukupan penerapan GCG oleh BUMN diberikan pada FUK dengan
cara

menilai

pemenuhan

masing-masing

Unsur

Pemenuhan.

Unsur

Pemenuhan (UP) merupakan pendekatan yang digunakan dalam rangka menilai


FUK. Setiap FUK setidaknya memiliki satu UP.
Pedoman penilaian atas pemenuhan masing-masing Unsur Pemenuhan
tercantum dalam Lampiran II.

2) Penilaian skor pemenuhan per FUK dilakukan oleh evaluator/assessor. Nilai skor
yang diberikan merupakan hasil analisis dengan cara membandingkan unsur
pemenuhan dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya, baik dari aspek
dokumentasi maupun tingkat sejauh mana pelaksanaannya.
Pemenuhan Faktor-faktor yang Diuji Kesesuaian Penerapannya dalam

suatu

parameter/subindikator ditetapkan berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:

1) Keberadaan
dilaksanakan

SOP/kebijakan/aturan
oleh

organ

main

BUMN

yang

melandasi

(Pemegang

proses

Saham/RUPS,

yang
Dewan

Komisaris/Dewan Pengawas dan Direksi), termasuk kelengkapan muatan


SOP/kebijakan/aturan main;

2) Diseminasi/sosialisasi SOP/kebijakan/aturan main;


3) Pemahaman para patisipan yang melaksanakan proses.
4) Rencana pelaksanaan atas proses sesuai SOP/kebijakan/aturan main;
5) Pelaksanaan proses di organ BUMN sesuai SOP/kebijakan/aturan main;
6) Keluaran/output atas proses yang dilaksanakan oleh organ BUMN;
7) Kualitas keluaran/output yang dihasilkan.
b. Tahap kedua, setelah melakukan analisis pemenuhan penerapan GCG per FUK,
Penilai/Evaluator melakukan konversi nilai sebagaimana penilaian yang ada di SK16/S.MBU/2012, yaitu:
15 | P a g e

- Nilai 1,00 : bila rata-rata nilai FUK > 0,85


- Nilai 0,75 : bila rata-rata nilai FUK > 0,75 sampai dengan 0,85
- Nilai 0,50 : bila rata-rata nilai FUK > 0,50 sampai dengan 0,75
- Nilai 0,25 : bila rata-rata nilai FUK > 0 sampai dengan 0,50
- Nilai 0,00 : bila tidak terpenuhi
Contoh Penilaian:
Misalnya parameter nomor 106, yaitu: Direksi menerapkan manajemen risiko sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
Untuk FUK (3), yaitu kebijakan manajemen risiko telah disosialisasikan kepada seluruh
karyawan perusahaan, penilaiannya ditentukan oleh dua unsur penilaian, yaitu: a.
adanya sosialisasi dan b. Tingkat kehadiran dan pemahaman.

Maka, penilaiannya

adalah:

Nilai 1 jika semua Unsur Pemenuhan terpenuhi.


Nilai proporsional berdasarkan pemenuhan Unsur Pemenuhan a s.d. b
Nilai 0 jika tidak ada yang terpenuhi.

Rata-rata pemenuhan FUK (3) selanjutnya dikonversikan ke nilai sesuai SK16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012, yaitu:
Nilai 1 = rata-rata nilai > 0,85.
Nilai 0,75 = rata-rata nilai > 0,75 s.d. 0,85.
Nilai 0,5 = rata-rata nilai > 0,5 s.d. 0,75.
Nilai 0,25 = rata-rata nilai > 0 s.d. 0,5.
Nilai 0 = tidak terpenuhi.
Dengan demikian, pemenuhan FUK (3) dinilai satu dengan perhitungan sebagai berikut:
Nilai
Faktor yang Diuji

Penilaian FUK

Kesesuaiannya
(FUK)

No.

Uraian FUK

(3)

Kebijakan

setelah

Prmt

Konver

(Indiv)

Pemenuhan (UP)

si
Nilai

Pemenuhan
Nilai

jika

sosialisasi

semua

risiko

kebijakan MR

Pemenuhan

(1

disosialisasik

kepada

terpenuhi.

0,775)/2 =

an

karyawan

perusahaan.

proporsional

Unsur

Nilai

Nilai FUK*

manajemen

16 | P a g e

a.

UP

seluruh

Nilai

Unsur

Ada kegiatan

kepada

FUK

{1+(0,8+0,
75)/2} : 2 =

0,8875

b.

Pemenuhan:
tingkat

pemenuhan

kehadiran

Unsur

dalam

karyawan

Pemenuhan

sosialisasi

perusahaan

berdasar

0,8

s.d. b

Tingkat
pemahaman
atas
kebijakan MR

Nilai

0,75

jika

tidak ada yang


terpenuhi.

*Nilai FUK = rata-rata nilai UP dalam satu FUK.


2. Nilai Parameter

a. Tingkat pemenuhan rata-rata dari seluruh FUK dalam suatu parameter yang sudah
dikonversikan merupakan tingkat pemenuhan (nilai individu) parameter/subindikator
yang bersangkutan.

b. Tingkat pemenuhan (nilai individu) parameter/subindikator, selanjutnya, dikalikan


dengan bobot parameter sehingga menghasilkan nilai capaian (tertimbang)
parameter yang bersangkutan.

Contoh Penilaian (parameter #106):


No.
Prm
106

Parameter
Direksi
menerapkan
manajemen

FUK

....

(2)

....

0,75

....

(4)

....

(5)

....

0,75

(6)

....

0,75

(7)

....

0,5

Kebijakan manajemen
(3)

kebijakan
yang

17 | P a g e

risiko
kepada

disosialisasikan
seluruh

karyawan perusahaan

telah

ditetapkan

FUK

(1)

risiko sesuai
dengan

....

Konversi

Nilai

Nilai

Prmt

Bobot

Prmt

(Indiv)
6,5/8 =

1,244

(Tertimb)
1,0108

0,8125

No.
Prm

Parameter

FUK

....

(8)

....

Konversi
FUK

Nilai
Prmt

Nilai
Bobot

(Indiv)

Prmt
(Tertimb)

0,75

3. Nilai Indikator
Nilai capaian (tertimbang) setiap indikator merupakan jumlah dari nilai capaian
(tertimbang) seluruh parameter/subindikator dalam indikator yang bersangkutan.
4. Nilai Aspek/Faktor Penerapan GCG
Nilai capaian (tertimbang) masing-masing Aspek/faktor Penerapan GCG merupakan
jumlah dari nilai capaian (tertimbang) seluruh indikator dalam aspek yang bersangkutan.
5. Nilai Akhir
Nilai akhir adalah penjumlahan seluruh nilai keseluruhan dari 6

(enam) Aspek

Penerapan GCG sehingga diperoleh nilai skor keseluruhan dan selanjutnya memberikan
predikat sesuai peringkat yang ditetapkan.
G. Peringkat Hasil
Peringkat Nilai/Skor Hasil Penilaian/Evaluasi Penerapan GCG BUMN sebagai cerminan
klasifikasi kualitas penerapan GCG BUMN, sesuai Keputusan Sekretaris Menteri BUMN
Nomor SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012, adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.

Nilai di atas 85
75 < Nilai 85
60 < Nilai 75
50 < Nilai 60
Nilai 50

:
:
:
:
:

Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik

Penetapan klasifikasi kualitas penerapan GCG tersebut harus memperhatikan batasanbatasan berikut:
a. Klasifikasi Sangat Baik diberikan jika pencapaian Nilai Akhir Aspek Penerapan GCG
seluruhnya di atas nilai 75 atau minimal Baik. Jika Nilai Akhir Penilaian GCG mencapai
di atas nilai 85, namun masih terdapat pencapaian Nilai Akhir Aspek Penerapan GCG
sama dengan atau di bawah nilai 75, maka maksimal klasifikasi yang diberikan adalah
Baik.
b. Klasifikasi Baik diberikan jika pencapaian Nilai Akhir Aspek Penerapan GCG
seluruhnya di atas nilai 60 atau minimal Cukup Baik. Jika Nilai Akhir Penilaian GCG
mencapai di atas nilai 75, namun masih terdapat pencapaian Nilai Akhir Aspek
18 | P a g e

Penerapan GCG sama atau di bawah nilai 60, maka maksimal klasifikasi yang diberikan
adalah Cukup Baik.
H. Hasil Evaluasi/Assessment
Berdasarkan Kertas Kerja Penilaian/Evaluasi GCG, Penilai/Evaluator perlu membuat
Kesimpulan Umum Hasil Penilaian/Evaluasi Penerapan GCG BUMN yang menggambarkan
pemenuhan kecukupan seluruh Faktor Penilaian, paling kurang meliputi:
a. Nilai/Skor Penilaian/Evaluasi GCG dan klasifikasinya;
b. Nilai Akhir masing-masing Aspek Penerapan GCG;
c. Kelemahan dan penyebab tidak dijalankannya kriteria yang diuji dalam lingkup
Indikator/Parameter dan Aspek Penerapan GCG, rekomendasi yang merupakan
rencana tindakan korektif beserta target waktu pelaksanaannya;
d. Kekuatan pelaksanaan GCG pada BUMN yang bersangkutan.

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai