Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI MANAJEMEN LANJUTAN

PEMBAHASAN KASUS
(WESTERN CHEMICAL CORPORATION)

Oleh:
Kelompok I

Putu Shaini Kusuma Sudarmawan 1707611011


Ida Ayu Widyawati 1707611013
Rendi Gunawan 1707611015

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
KASUS : WESTERN CHEMICAL CORPORATION (WCC)

Pada tahun 1995, WCC telah berdiri selama 75 tahun dan masuk kedalamlist Fortune 300
di kategori perusahaan kimia. WCC bergerak sebagian besar dalam bidang yang berhubungan
dengan bahan dan proses kimia untuk air dan limbah selain pelayanan kimia dibidang
manufaktur. WCC mengedepankan kualitas pelayanan dan pemecahan masalah yang
diberikannya terhadap konsumen. WCC memiliki 4.900 karyawan dan mempunyai lebih dari 35
pabrik di 19 negara. Dimana disetiap negaranya memiliki perjanjian kepemilikan yang berbeda-
beda. Beberapa pabrik dimiliki penuh oleh WCC dan lainnya beroperasi sebagai joint venture
dengan afiliasi lokal.
Permasalahan mulai terjadi di WCC ketika ada pertanyaan-pertanyaan dari Analis Industri
Kimia mengenai perusahaan mereka. Sehingga mereka menyadari bahwa sebenarnya mereka
belum memahami cara yang paling baik untuk mengukur dan melaporkan kinerja dari operasi
asing. Karena adanya perbedaan sususan kepemilikan dan penggunaan pendanaan lokal, ketika
menggunakan prinsip akuntansi lama yang standard, sering menghasilka laporan keuangan
yang tampaknya berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi. Hal ini menimbulkan masalah
dengan perusahaan karena orang-orang tidak terbiasa dengan operasi yang dijalankan WCC
dimana ketika menyusun laporan keuangan dan mengambil kesimpulan harus memperhatikan
hubungan operasi yang satu dengan yang lainnya.
Informasi keuangan mengenai operasi WCC yang beradi diluar negeri disiapkan oleh
akuntan yang juga menangani akuntansi perusahaan dan menyiapkannya setiap tiga bulan sekali
dan juga laporan tahunan. Database tunggal digunakan untuk seluruh pencatatan akuntansi
selama beberapa tahun terakhir yang diyakini dapat memberikan informasi kepada manager
maupun pihak eksternal dari perusahaan.
Ada tiga buah pabrik yang dibangun pada periode 1991-1993 dan cocok untuk
menjelaskan keadaan tersebut yaitu, pabrik yang dibangun di pinggiran kota Prague merupakan
sebuah pabrik joint venture dengan partner local. Dimana total investment nya bekisar $35-$40
juta, termasuk modal kerja. WCC memiliki kontrol dalam joint venture tersebut dan dalam
mengoperasikan pabriknya. Perusahaan menginvestasikan sekitar $5 juta dalam joint venture
tersebut selain itu investasi juga berasal dari partner lokal dan peminjaman.
Di Polandia, WCC mendirikan pabrik yang sepenuhnya dikontrok oleh mereka dengan
total investasi modal yang berkisaran $40-$45 juta yang didanai oleh WCC tanpa utang
eksternal. Dan yang terakhir yaitu pabrik yang didirikan di Malaysia dimana dimiliki penuh
oleh WCC yang berfungsi untuk menambah kapasitas di regional Pasifik, tetapi pabrik ini

1
dianggap menjadi bagian dari pelayanan kapasitas produksi perusahaan di pasar global.
Investasi di pabrik ini mencapai $35 juta.

2
PEMBAHASAN KASUS

1. What is causing the problem in measuring division performance at WCC?


 Sebagai perusahaan multinasional seharusnya WCC memiliki pengukuran performa
yang beragam tidak hanya sebatas satu saja, yaitu EVA. Perusahaan multinasional
menghadapi masalah yang lebih beragam dibanding perusahaan yang mendapat
penghasilan dari satu negara. Sebagai contoh, efek pajak, struktur politik, dan regulasi
adalah faktor makro yang melekat pada suatu negara sebagai tempat operasi. Di sisi
lain, sumber daya yang dikelola pun berbeda sebagai contoh tingkat sumber daya
manusia dan infrastruktuk negara itu.
 Terlebih pada beberapa pabrik, kepemilikannya tidak seluruhnya dimiliki oleh WCC
namun berbagi dengan pengusaha lokal.
 Adanya sentralisasi dalam proses penyusunan laporan keuangan sehingga terjadi
ketidak akuratan dalam pelaporan keuangan, dimana disatu divisi menunjukkan
kerugian sedangkan divisi lain justru over estimated. Karena mereka menggunakan
satu dasar dalam pencatatannya. Seharusnya setiap divisinya harus diperlakukan secara
berbeda karena ada perbedaan dalam pendanaan dan struktur perusahaan.
 Adanya bentuk afiliasi dan perjanjian kepemilikan baru yang memiliki kompleksitas
yang berbeda.
 Kurangnnya pelaporan mengenai hubungan antara setiap pabrik tersebut.

2. Are there alternative methods for measuring division performance that would avoid
the problems that WCC management is having with the methods that they have
been using?
Return on Investment (ROI)
ROI = operating income / operating assets

Tabel 1 – Return on Investment


Keterangan Prague Polandia Malaysia
Operating income 478 1.428 (4.832)
Operating assets / Working capital 5.000 5.000 5.000
Return on Investment 9,6% 28,6% -96,6%

Operating income atas pabrik di Praha berdasarkan pada loss atrributable to WCC dengan
persentase sebesar 55%.

3
Residual Income
Residual Income = Operating Income – [Minimum rate of return x Operating
assets]

Tabel 2 – Residual Income


Keterangan Prague Polandia Malaysia
Operating income 478 1.428 (4.832)
Minimum Return (1.428) (1.428) (1.428)
Operating assets / Working capital 5.000 5.000 5.000
Target of ROI 28,6% 28,6% 28,6%
Residual Income (950) - (6.260)

Target ROI menggunakan asumsi pabrik Polandia dengan beberapa pertimbangan, antara lain:
ROI paling tinggi, kepemilikan penuh oleh WACC, bentuk hukum Perusahaannya.

WCC bisa menggunakan Economic Value Added (EVA) dalam mengukur kinerja operasi luar
negerinya. EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total annual cost of capital.
EVA menggunakan asumsi WACC sebesar 12% yang digunakan pabrik Malaysia. Berikut rumus dalam
mencari perhitungan EVA:
EVA = After-tax operating income – Capital charges

Tabel 3 – Economic Value Added

Keterangan Prague Poland Malaysia


Operating income 478 1.428 (4.832)
Taxes - - -
NOPAT 478 1.428 (4.832)
Capital charges (4.200) (4.800) (3.600)
Estimated WACC 12% 12% 12%
Invested Capital 35.000 40.000 30.000
EVA (3.722) (3.372) (8.432)

4
3. Evaluate the approach to using Economic Value Added (EVA) that WCC
management is discussing and using experimentally. What are the strengths and
weaknesses of this approach?
a. Evaluasi atas pendekatan penilaian kinerja WACC
 Konsistensi dan kinerja keuangan yang dapat diperbandingkan
Laporan kinerja keuangan masing-masing pabrik, mempunyai berbagai kondisi
yang berbeda. Misal, pabrik Praha mempunyai management fee yang harus dibayar ke
WCC, terdapat transfer pricing dalam cost of sales pabrik Polandia, dan pabrik
Malaysia yang dibangun hanya untuk mendukung operasi di kawasan Pasifik
bukan untuk mencari keuntungan tersendiri. Jika WCC ingin membebankan
management fee, maka semua pabrik juga harus dibebankan, semua pabrik juga harus
menggunakan nilai transaksi yang wajar (arm’s lenght transaction) dalam semua jenis
transaksinya untuk pelaporan kinerja keuangan internal (walaupun tidak untuk
pelaporan eksternal), dan seterusnya.
 Standar pelaporan kinerja keuangan internal
Perusahaan perlu menerapkan keseragaman standar atas pelaporan kinerja keuangan
internal kepada seluruh pabrik yang dimiliki. Pelaporan kinerja keuangan terhadap
pihak internal dan eksternal harus dibedakan.
 Pemisahan sumber invested capital secara jelas
Invested capital bisa bersumber dari ekuitas internal perusahaan dan juga bisa berasal dari
pinjaman eksternal. Semakin besar invested capital yang bersumber dari pinjaman
eksternal maka akan menjadi semakin besar pula WACC yang diperoleh sebagai
pengurang EVA. Sumber cost of capital dari pinjaman ekternal juga berpotensi membuat
adanya aliran cash flow out dari Perusahaan. Cost of capital yang berasal investasi
internal Perusahaan memang akan mengurangi EVA tetapi, secara tidak langsung
sebenarnya tidak ada potensi aliran cash flow out dari Perusahaan.
b. Keunggulan EVA
 Berfokus dalam perhitungan nilai tambah dengan memperhitungkan biaya modal
sebagai konsekuensi investasi

5
 Relatif lebih mudah dilakukan, namun yang menjadi masalah ialah perhitungan
biaya modal, memerlukan data yang lebih banyak dan analisis yang lebih
mendalam
 EVA dapat digunakan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding seperti
standar atau perusahaan lain, sebagaimana konsep penilaian dengan menggunakan
analisa resiko.
c. Kelemanahan EVA
 Sulit dalam mementukan biaya modal secara objektif, karena dana investasi dapat
saja berasal dari berbagai sumber dengan tingkat biaya modal yang berbeda dan
bahkan biaya modal mungkin saja merupakan biaya peluang
 Sangat bertumpu terhadap transparansi internal dalam perhitungannya sementara
banyak perusahaan yang kurang transparan dalam mengemukakan kondisi
internalnya
 EVA tidak memperlihatkan performa dimasa depan maupun trend
 Terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan pendekatan
fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk menjual atau
membeli saham tertentu, padahal faktor-faktor lain terkadang lebih dominan

4. How should the performance of divisions of WCC be measured?


Standarisasi dan konsistensi diperlukan dalam pelaporan kinerja keuangan internal WCC.
Pemisahaan akuntan penyusun laporan keuangan untuk internal dan pihak eksternal. Berikut asumsi
kami atas kinerja keuangan dan penilaian EVA yang seharusnya dilakukan WCC :

6
Tabel 4 – Asumsi Kinerja Keuangan Ketiga Pabrik
Keterangan Prague Poland Malaysia
Revenue 11.510 32.536 14.930
Cost of Sales (9.541) (27.005) (12.392)
Gross Margin 1.969 5.531 2.538

Operating Expense (891) (891) (3.775)


Other Income (Charges) (209) (209) (121)
Operating Profit 869 4.431 (1.358)

Interest (1.120) (2.700) (2.700)


Fee (867) (2.603) (1.194)
Foreign exchange (60) 34 -
Income before Tax (1.178) (838) (5.252)
Tax -
Net Income (1.178) (838) (5.252)
 Sales dan cost of sales
Perhitungan menggunakan dasar gross margin pabrik Praha, dimana cost of sales dan gross
margin terhadap sales masing-masing sebesar 83% dan 17%. Asumsi ini digunakan atas dasar
bahwa pabrik Praha tidak ada isu transfer pricing di sales maupun cost of sales sehingga akan
menjadi lebih objektif sebagai dasar perhitungan sales dan cost of sales pabrik lainnya.
 Management fee dan interest expense
Management fee menggunakan basis 8% dari total sales seperti yang ada di pabrik Praha
sedangkan interest expense merupakan bunga atas utang merupakan bagian dari invested
capital yang dilakukan WCC.
 Dengan adanya perubahan asumsi di atas maka EVA juga akan berubaha mengikuti perubahan
opearting profit dan capital charge nya. Berikut asumsi perhitungan EVA yang baru:
Tabel 5 – Asumsi EVA
Keterangan Prague Poland Malaysia
Operating income 478 4.431 (1.358)
Taxes - - -
NOPAT 478 4.431 (1.358)
Capital charges (4.200) (4.800) (3.600)
Estimated WACC 12% 12% 12%
Invested Capital 35.000 40.000 30.000
EVA (3.722) (369) (4.958)

7
5. What should Samantha Chu tell the analyst if he asks specially about the investments
in Czech Republic, Poland and Malaysia?
a. Bentuk usaha, hukum, dan struktur kepemilikan dalam operasi luar negeri WCC.
Samantha Chu perlu menjelaskan bentuk usaha, hukum, dan struktur kepemilikan di masing-
masing pabrik dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan pabrik tersebut.
b. Tujuan pendirian masing-masing pabrik.
 Pabrik di Praha didirikan atas kerja sama dengan investment partner untuk tujuan
komersial umum dengan beberapa syarat misal, WCC mendapat management fee serta
memperoleh persentasi tertentu dari penjualan dengan menanggung atau menjamin utang
yang dimiliki pabrik di Praha, yang pasti berpengaruh terhadap kinerja keuangan pabrik
tersebut. Laba ataupun rugi atas pabrik ini akan ditanggung bersama sesuai hak dan
kewajiban masing-masing antara WCC dengan investment partner.
 Pabrik di Polandia merupakan pabrik yang beroperasi penuh sebagai suatu Perusahaan
dengan tujuan komersial, karena dimiliki penuh maka tidak ada management fee yang
dibebankan oleh WCC. Laba ataupun rugi atas pabrik ini sepenuhnya menjadi hak WCC.
 Pabrik di Malaysia didirikan bertujuan untuk mendukung kapasitas produksi di kawasan
Pasifik. Pabrik di Malaysia tidak mencari keuntungan sendiri melainkan mendukung seluruh
kawasan untuk mendapat keuntungan lebih besar.
c. Perbaikan proses pelaporan kinerja keuangan masing-masing pabrik.
 Proses pelaporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan yang sama baik untuk pelaporan
terhadap pihak internal dan eksternal akan diperbaiki. Mulai tahun depan proses
pelaporan keuangan untuk pihak internal dan eksternal akan dilakukan oleh akuntan yang
berbeda supaya lebih fokus.
 Proses pelaporan juga akan memiliki standar yang berbeda, untuk pihak eksternal
menggunakan standar umum yang memenag sudah ada dan diatur sedangkan untuk
pelaporan internal akan menggunakan standar manajemen WCC karena berkaitan dengan
kinerja masing-masing pabrik.

Anda mungkin juga menyukai