(BAGIAN I)
RMK PERTEMUAN KE-5
Oleh Kelompok 2 :
Karena adanya keuntungan – keuntungan pajak ini, para investor mungkin lebih menyukai
perusahaan menahan sebagian besar laba perusahaan. Jika demikian, maka para investor akan
bersedia membayar lebih tinggi untuk perusahaan yang pembagian dividennya rendah daripada
perusahaan sejenis yang pembagian dividennya tinggi.
1.1 Pengertian Dividen
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf g UU PPh yang termasuk objek pajak adalah dividen,
dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi kecuali ditentukan lain oleh ketentuan
perpajakan. Dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g, ditegaskan pula bahwa termasuk dalam
pengertian dividen adalah:
1) pembagian laba baik secara langsung ataupun tidak langsung, dengan nama dan dalam
bentuk apapun;
2) pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
3) pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang
berasal dari kapitalisasi agio saham;
4) pembagian laba dalam bentuk saham;
5) pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
6) jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang
saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;
7) pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam
tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu
adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
8) pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai
penebusan tanda-tanda laba tersebut;
9) bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
10) bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
11) pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
12) pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan
sebagai biaya perusahaan.
Jelas kita ketahui bahwa pengertian dividen mempunyai arti yang luas, pengertian diatas
merupakan pengertian dividen secara formal, namun dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g ini
juga menjelaskan bahwa dalam praktek sering dijumpai pembagian atau pembayaran dividen
secara terselubung, misalnya dalam hal pemegang saham yang telah menyetor penuh modalnya
dan memberikan pinjaman kepada perseroan dengan imbalan bunga yang melebihi kewajaran.
Apabila terjadi hal yang demikian maka selisih lebih antara bunga yang dibayarkan dan tingkat
bunga yang berlaku di pasar, diperlakukan sebagai dividen. Bagian bunga yang diperlakukan
sebagai dividen tersebut tidak boleh dibebankan sebagai biaya oleh perseroan yang bersangkutan.
1.1.1 Deviden sebagai Objek Pajak
1. Dividen Sebagai Objek Pemotongan PPh Pasal 23
Wajib Pajak Badan Dalam Negeri atau Bentuk Usaha Tetap (BUT) yang menerima atau
memperoleh penghasilan berupa dividen, maka atas penghasilan dividen tersebut
dipotong PPh Pasal 23 sebesar 15% dari penghasilan bruto sebagaimana diatur dalam
Pasal 23 ayat (1) huruf a UU PPh. Dividen tersebut dikenakan PPh Pasal 23 sepanjang
tidak memenuhi ketentuan sebagaimana disebutkan dalam pasal 4 ayat 3 huruf f UU
PPh.
Berdasarkan hal diatas, maka pemberi dividen wajib memotong PPh Pasal 23 sebesar
15%pada saat :
1) yang dibayarkan;
2) disediakan untuk dibayarkan; atau
3) telah jatuh tempo pembayarannya.
Tetapi, Pasal 23 ayat (4) mengatur bahwa pemotongan tidak dilakukan untuk dividen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf f dan dividen yang diterima oleh orang
pribadi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2c). Artinya, PPh Pasal 23 atas objek
dividen hanya dilakukan pemotongan PPh Pasal 23 jika penerima dividen Wajib Pajak badan
dengan kepemilikan kurang dari 25%. Inilah dividen yang dikenakan tarif 15% dari
penghasilan bruto. Sedangkan yang diterima oleh Wajib Pajak luar negeri (baik badan
maupun orang pribadi) maka terutang PPh Pasal 26 dengan tarif 20%.
Dengan demikian, tarif PPh atas dividen ada tiga:
1) Tarif 10% bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri dan bersifat final.
2) Tarif 15% bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dengan kepemilikan saham kurang
dari 25%.
3) Tarif 20% bagi Wajib Pajak luar negeri.
2. Dampak dari Pendanaan melalui Modal (Equity Financing) dan Distribusi Laba
(Distributing Deviden)
Pendanaan dalam bentuk modal dilakukan oleh perusahaan melalui penjualan kepemilikan
saham biasa perusahaan tersebut. Contoh lain, seperti persekutuan yang menjual bagian
kemitraannya kepada investor baru. Pembiayaan modal juga ada dalam berbagai bentuk.
Kebanyakan yang biasa adalah kontribusi kepada modal selalu dalam bentuk kas tetapi terkadang
dalam bentuk properti oleh para mitra dalam persekutuan atau pemilik dari perusahaan terbatas.
Pemilik saham biasa seringkali memiliki kontrol suara dari perusahaan dan mereka mempunyai
keuntungan dari memiliki kepemilikan sisa. Dalam perencanaan strategis, manajer mencari
struktut modal optimal dalam jangka panjang. Perpaduan optimal dari utang dan modal untuk
organisasi tergantunt dari tujuan perusahaan. Untuk organisasi nirlaba, utang dapat dicegah untuk
menjamin kelangsungan program selama penurunan ekonomi, dimana dapat mengurangi
kontribusi yang tidak diharapkan. Sala halnya, seperti organisasi yang berorientasi keuntungan,
perpaduan utang atas modal yang dicari oleh manajemen adalah satu yang memaksimalkan ekuitas
pemiliki. Ini adalah fungsi dari resiko dan pengembalian yang diharapkan.
Untuk bentuk paling umum dari bisnis, perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk
meningkatkan nilai pemegang saham. Jika saham secara publik diperjualbelikan, mengindikasikan
bahwa harga pasar yang mereka perdagangkan secara implisit diperhitungkan atas kedua resiko
pengembaliannya. Dalam menambah pemilihan waktu, aspek nilai waktu dari keuntungan pajak
adalah penting dalam keputusan struktur modal. Untuk para investor pemilihan waktu pembayaran
dapat direkayasa sehingga pembayaran dilakukan dalam meminimalisasi pajak. Deviden dapat
dibayarkan ketika tarif pajak menurun , sehingga pengembalian saham dilakukan dalam rangka
pemberian penghargaan. Dengan demikian, pajak ditunda dan kemudian ditransformasi ke dalam
penghasilan dari keuntungan modal yang dipajaki dengan tarif rendah. Para investor bebas pajak
dapat menginginkan distribusi saat ini, seperti deviden, untuk menunda arus kas seperti menunggu
untuk menjual saham dihargai untuk mentransformasi penghasilan menjadi keuntungan modal.
Mereka juga dapat mengabaikan kepada bunga terhadap deviden. Jika perusahaan mengetahui
bahwa para kliennya dapat dibebaskan pajak, perusahaan dapat menerbitkan utang atau ekuitas
berdasarkan kebutuhannya, tanpa memperhatikan status pajak dari investor. Dengan menerbitkan
saham atau sekuritas yang dapat dikonversi ke ekuitas, perusahaan dapat mengaktifkan baik
mereka sendiri atau para investor mereka untuk mengubah penghasilan sesungguhnya menjadi
keuntungan modal atau penghasilan kena pajak menjadi penghasilan tidak kena pajak.
3. Dampak dari Pendanaan melalui Utang (Debt Financing) Terutama oleh Pemegang
Sahamnya
Hutang mempakan salah satu bentllk pendanaan yang dipilih oleh pemsahaan untuk mendanai
kegiatan operasionalnya. Para pemilik pemsahaan (pemegang saham) cenderung menghin dari
hutang yang ekstrim baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang, karena akan menurunkan
nilai perusahaan. Jika dipaksakan, memungkinkan munculnya biaya kebangkmtan yang terdiri dari
legal fee dan distress price (aset perusalaan yang dihargai murah sewaktu dinyatakan bangkrut).
Pendanaan berupa hutang dibagi menjadi dua yaitu (1) hutang jangka pendek (kurang dari 1
tahun) lazim digunakan untuk kebutuhanjangka pendek terdiri atas hutang dagang dan kewajiban
yang masih harus dibayar seperti upah dan pajak, dan (2) Hutangjangka panjang adalah hutang
dengan yang memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun, biasanya berbentuk hipotek dan obIigasi.
Jika terjadi Iikuidasi, kreditor akan dibayar terlebih dahulu dari hasil penjualan aktiva tetap yang
dipergunakan sebagai agnnan dalam perjanjian kreditnya.
Pendanaan berupa hutang diproksikan ke dalam DER. Rasio DER mengukur tingkat
penggunaan hutang terhadap total modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi DER
menunjukkan tingginya ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga
beban perusahaan juga semakin berat. Tentunya hal ini akan mengurangi hak pemegang saham
(dalam bentuk dividen). Tingginya DER selanjutnya akan mempengaruhi minat investor terhadap
saham perusahaan tertentu, karena investor pasti lebih tertarik pada saham yang tidak menanggung
terlalu banyak beban hutang. Dengan kata lain, DER berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Rasio DER oleh Jensen et at. (1992) dalam Almilia dan Silvy (2006) dirumuskan sebagai
berikut:
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2017. Modul Chartered Accountant Manajemen Perpajakan. IAI.
Jakarta