Anda di halaman 1dari 15

UNIVERSITAS INDONESIA

STUDI KASUS WESTERN CHEMICAL CORPORATION


Disusun sebagai salah satu tugas Semester Genap Tahun Ajaran 2018/2019
pada mata kuliah Akuntansi Manajemen dan Biaya Lanjutan Program Magister
Akuntansi – PPAk Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

Oleh:
KELOMPOK 3 KELAS F/18-2S
ALVIN ADRIAN ( 18006278642 )
CYNTHIA JASMINE KARTIKADEWI ( 1806278693 )
JENNY KANPRILLA ( 1806250146 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI – PPAK
JAKARTA
APRIL 2019
Statement of Authorship

“Kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/ tugas


terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/
tugas pada mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami
menyatakan dengan jelas menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme”.

Mata Ajaran : Akuntansi Manajemen dan Biaya Lanjutan


Judul Makalah/ Tugas : Studi Kasus Western Chemical Corporation
Tanggal : 05 April 2019
Dosen : Dr. Katjep K. Abdoelkadir

Nama : Alvin Adrian


NPM : 1806278642
Tanda Tangan :

Nama : Cynthia Jasmine Kartikadewi


NPM : 1806278693
Tanda Tangan :

Nama : Jenny Kanprilla


NPM : 1806250146
Tanda Tangan :

i
I. Gambaran Umum

Western Chemical Corporation (“WCC”) adalah sebuah perusahaan


manufaktur yang memproduksi bahan-bahan kimia dan memasarkan program
terkait dengan penerapan bahan kimia dan teknologi yang digunakan dalam
pengolahan air, pengendalian polusi, konservasi energi, dan proses industri
lainnya serta memproduksi produk penyerap, seperti popok sekali pakai
(“disposable diaper”). WCC merupakan pemain lama pada industri kimia dimana
usianya telah mencapai 75 tahun pada tahun 1995, serta telah mempekerjakan
sebanyak 4.900 pegawai dan mengoperasikan lebih dari 35 pabrik di 19 negara
dengan struktur kepemilikan yang berbeda-beda.
Struktur kepemilikan pabrik yang berbeda-beda disebabkan karena baru-
baru ini, perusahaan internasional menjadikan aliansi dan pengaturan kepemilikan
sebagai cara untuk mempercepat masuk ke pasar internasional, serta bertujuan
untuk meminimalkan investasi dan risiko. Oleh karena itu, sebagian pabrik WCC
dimiliki secara penuh oleh 1 pihak, sementara beberapa pabrik lainnya
dioperasikan sebagai usaha bersama (““joint venture”s”) dengan pihak afiliasi
lokal. Dalam kasus ini, terdapat 3 pabrik Western Chemical Corporation yang
digunakan sebagai ilustrasi untuk membahas masalah yang dihadapi perusahaan
dalam hal pengukuran kinerja.
Informasi singkat mengenai 3 pabrik yang dimiliki oleh WCC adalah
sebagai berikut:
(1) Pabrik pertama berlokasi di Praha, Republik Ceko, dan merupakan sebuah
““joint venture”” dengan perusahaan lokal. Total investasi pada pabrik ini
berkisar antara $35 sampai dengan $40 juta, termasuk modal kerja. WCC
mempertahankan hak pengendali atas “joint venture” tersebut dan tetap
mengoperasikan pabrik ini dengan menginvestasikan sekitar $5 juta,
sementara saldo investasi berasal dari perusahaan mitra, serta pinjaman lokal;
(2) Pabrik kedua berlokasi di Polandia, dengan struktur kepemilikan sebesar
100%. Total investasi modal yang telah didanai oleh WCC sebesar $40
hingga $45 juta termasuk modal kerja, serta tidak memiliki hutang dari pihak
eksternal; dan

2
(3) Pabrik ketiga berlokasi di Malaysia dengan struktur kepemilikan sebesar
100%. Pabrik ini dibangun dengan tujuan untuk menambah kapasitas
produksi di wilayah Pasifik, tetapi juga dianggap sebagai bagian dari
kapasitas produksi yang melayani pasar global. Selain itu, pabrik ketiga ini
dibangun dengan tujuan untuk memberikan profit margin yang besar pada
perusahaan melalui pengiriman produk dari beberapa pabrik WCC ke seluruh
dunia. WCC telah menginvestasikan sekitar $35 juta pada pabrik yang
berlokasi di Malaysia ini.

Ketiga pabrik tersebut didirikan pada waktu yang sama, tetapi masing-masing
pabrik memiliki kondisi yang kompleks dan masalah laporan keuangan yang
berbeda. Berdasarkan hal tersebut, perbedaan masalah yang dihadapi oleh masing-
masing pabrik memberikan informasi yang lengkap mengenai perbedaan sudut
pandang dalam bisnis.
Selanjutnya, pada suatu hari Samantha Chu yang menjabat sebagai
“Director of Investor Relations” mendapat pertanyaan spesifik dari seorang analis
industri kimia mengenai investasi perusahaan di Eropa dan Far East. Untuk dapat
menanggapi pertanyaan dari analis tersebut, Cynthia Sheldon yang merupakan
“Vice President & Controller – Western Chemical Corporation” meminta
Samantha Chu untuk terlebih dahulu menemui Stan Rogers, “President of
Western Chemical Corporation”, untuk mendiskusikan jawaban yang akurat dari
pertanyaan-pertanyaan analis tersebut.
Diskusi diawali dengan pembahasan mengenai penyajian laporan
keuangan milik pabrik WCC yang berlokasi di Praha dan di Polandia. Cynthia
Sheldon mencoba melihat perbandingan laporan keuangan milik kedua pabrik
tersebut dengan tujuan untuk melihat pengaruh dari perbedaan struktur
kepemilikan dengan laba rugi usaha yang dihasilkan dalam suatu periode. Dalam
hal ini, informasi yang disajikan sebagai pengukuran kinerja keuangan dan
laporan keuangan disusun oleh akuntan yang sama.
Rogers menilai bahwa selama ini WCC belum membuat sebuah sistem
laporan manajemen yang dapat menggambarkan kondisi yang sebenarnya
sehingga beberapa laporan yang ada tidak dapat menunjukkan pengukuran kinerja
dari 3 pabrik secara relatif dengan jelas dan beberapa laporan yang ada

3
menyebabkan misleading. Sementara itu, laporan keuangan milik pabrik WCC di
Praha dan di Polandia disajikan sebagai berikut:

Income from Czech Republic Joint Venture ($ in thousands)


9/95 Year-to-Date
Revenues $ 11.510
Cost of Sales - 9.541
Selling, technical expenses, and - 891
administrative expenses
Other income/Other charges - 209
Income before interest and taxes $ 869

Interest - 1.120
Fees - 867
Foreign exchange - 60
Income (loss) $ -1.178

Minority interest 532


Taxes -
Net income (loss) $ -646

Income from Poland Plant ($ in thousands)


9/95 Year-to-Date
Revenues $ 32.536
Cost of Sales - 28.458
Selling, technical expenses, and - 2.529
administrative expenses
Other income/Other charges - 121
Income before interest and taxes $ 1.428

Interest -
Fees -
Foreign exchange 34
Income (loss) $ 1.462

Minority interest -
Taxes -
Net income (loss) $ 1.462

4
Sheldon mengatakan bahwa selama ini sistem pengukuran kinerja yang
diterapkan pada perusahaannya adalah “budgets and the original business plans”.
Dengan sistem tersebut, pengukuran kinerja dilakukan dengan cara melihat
kinerja dengan ekspektasi yang diharapkan. Rogers menambahkan bahwa
meskipun selama ini tidak terdapat pengendalian arus kas, tetapi dia tetap
memikirkan perbandingan antara “cash contribution” (berdasarkan laporan
keuangan) dan jumlah investasi perusahaan, seperti pada pabrik di Praha yang
dapat diketahui bahwa di masa depan akan memberikan “cash on cash return”
sekitar 35% sampai 45%. Sementara itu, pabrik di Polandia menghabiskan banyak
uang keluar dengan laju yang luar biasa dan belum ditemukan cara untuk
menghentikannya.
Masalah yang dihadapi pada penerapan “original business plan” sebagai
pengukuran kinerja pada pabrik WCC di Praha dan Polandia adalah bahwa
“original business plan” tidak dapat memberikan informasi mengenai estimasi
pendapatan yang di-generate dan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu,
“original business plan” juga tidak menyajikan laporan arus kas kepada para
manajer sehingga analisis hanya terdapat dalam pikiran saja, padahal seluruh data
telah tersedia. Dalam hal ini, yang menjadi pokok permasalahan adalah tidak
adanya sumber daya yang mengolah penyajian laporannya.
Selanjutnya, pengukuran kinerja pada pabrik yang berlokasi di Malaysia
dilakukan dengan menggunakan pendekatan “Economic Value Added” (“EVA”).
Business problem yang dihadapi oleh pabrik WCC yang ketiga adalah rendahnya
volume yang dijual dan dikirim, serta penambahan struktur teknologi dari layanan
teknis dan laboratorium ke pabrik yang tidak menguntungkan dari segi ekonomi,
kecuali terdapat beberapa unit lain di pabrik yang sama yang menghasilkan
produk dengan volume yang tinggi sehingga dapat menutupi biaya. Berdasarkan
hal tersebut, hasil penghitungan EVA menunjukkan angka yang negatif sehingga
Rogers mengatakan bahwa dia tidak dapat mengembangkan strategi yang masuk
akal untuk memperbaikinya.
Struktur perusahaan yang berbeda menyebabkan perlakuan akuntansi yang
berbeda atas interest dan fees sehingga hal tersebut memberikan pandangan yang
keliru terhadap apa yang sebenarnya terjadi dalam bisnis. Dalam hal ini, masalah

5
yang dihadapi dalam penerapan EVA sebenarnya hamper sama dengan
pendekatan yang digunakan pada kedua pabrik sebelumnya, hanya saja terdapat
tambahan aspek mengenai “region of manufacture” dan “region of sales”.
Sebagai solusi dari masalah-masalah yang telah didiskusikan oleh
ketiganya, Cynthia Sheldon mengajukan beberapa hal yang dapat dilakukan,
antara lain adalah sebagai berikut:
1. Memisahkan orang-orang yang menyiapkan laporan manajerial dengan
yang fokus pada penyajian laporan eksternal, meskipun keduanya
menggunakan basis data yang sama. Selama ini, laporan manajerial hanya
menggunakan standar dan basis laporan eksternal sehingga Sheldon
menyimpulkan bahwa untuk menghilangkan hal tersebut maka diperlukan
pemisahan grup yang berkaitan dengan kepentingan ini;
2. Menggunakan “Economic Value Added” (EVA) sebagai angka tunggal
yang paling efektif karena EVA dapat membuat orang fokus pada biaya
modal yang terkait dengan pendapatan yang mereka peroleh, dan itu lebih
relevan dengan laporan mengenai arus kas, tetapi tidak dapat diandalkan
sepenuhnya.
Namun demikian, Rogers menegaskan bahwa sebenarnya yang menjadi pokok
permasalahan adalah tidak adanya sumber daya yang menyusun penyajian laporan
mengenai pengukuran kinerja, sementara data-data telah tersedia.

6
II. Pertanyaan Kasus

1. “What is causing the problems in measuring division performance at Western


Chemical Corporation?”
2. “Are there alternative methods for measuring division performance that
would avoid the problems that WCC management is having with the methods
that they have been using?”
3. “Evaluate the approach to using “Economic Value Added” (EVA) that WCC
management is discussing and using experimentally. What are the strengths
and weaknesses of this approach?”
4. “How should the performance of divisions of WCC be measured?”
5. “What should Samantha Chu tell the analyst if he asks specifically about the
investments in the Czech Republic, Poland, and Malaysia?”

III. Pembahasan Kasus

1. Berdasarkan hasil analisis kami terhadap informasi dan gambaran kasus yang
ada pada Western Chemical Corporation, kami menyimpulkan bahwa
masalah yang dihadapi perusahaan dalam hal pengukuran kinerja
(“performance measure”) disebabkan karena selama ini manajemen
perusahaan Western Chemical Corporation tidak memisahkan divisi yang
bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan untuk kepentingan
eksternal dan laporan manajerial untuk kepentingan internal. Meskipun
penyajian kedua laporan tersebut menggunakan basis data yang sama, tetapi
penyajian kedua laporan tersebut berbeda. Selama ini, penyajian laporan
manajerial menggunakan standar yang sama dengan laporan keuangan untuk
kepentingan eksternal, sementara laporan keuangan yang dibuat untuk
kepentingan eksternal tidak dapat memberikan informasi mengenai kondisi
permasalahan yang sebenarnya terjadi antara perusahaan dan pihak afiliasi.
Dengan demikian, tidak adanya divisi yang secara khusus bertanggung jawab
untuk menyiapkan penyajian laporan pengukuran kinerja divisi menjadi
penyebab utama timbulnya masalah bagi WCC.

7
2. Cara alternatif yang dapat diterapkan agar manajemen Western Chemical
Corporation terhindar dari masalah pada pengukuran kinerja adalah sebagai
berikut:

(1) Membuat divisi secara terpisah antara divisi yang bertanggung jawab
dalam menyusun laporan manajerial untuk kepentingan internal
perusahaan dan divisi yang bertanggung jawab dalam menyusun laporan
keuangan untuk kepentingan eksternal. Meskipun keduanya menggunakan
basis data yang sama, tetapi kedua laporan tersebut dapat menyajikan
informasi yang berbeda. Dikarenakan selama ini laporan manajerial hanya
menggunakan standar dan basis laporan eksternal, sementara laporan
keuangan yang dibuat untuk kepentingan eksternal tidak dapat
memberikan informasi mengenai kondisi permasalahan yang sebenarnya
terjadi antara perusahaan dan pihak afiliasi. Dengan demikian, penyajian
laporan yang selama ini dibuat oleh akuntan WCC dapat menyebabkan
misleading dalam pengambilan keputusan manajerial;
(2) Menggunakan “Economic Value Added” (EVA) sebagai pendekatan
untuk mengukur kinerja (“performance measure”). Saat ini, pendekatan
EVA baru digunakan dalam penyajian laporan pada pabrik di Malaysia.
Meskipun pendekatan ini tidak dapat diandalkan sepenuhnya untuk
mengukur kinerja, tetapi dengan menggunakan pendekatan ini akan lebih
baik daripada tidak menyajikannya sama sekali sebagaimana yang terjadi
pada WCC selama ini. Dengan menggunakan EVA, penyajian laporan
dapat memberikan informasi mengenai biaya modal, serta informasi
terkait dengan pendapatan yang diperoleh pada suatu periode sehingga
pendekatan ini lebih relevan untuk memberikan informasi mengenai arus
kas dibandingkan dengan hanya penyajian laporan keuangan saja.

3. Lakukan evaluasi pendekatan “Economic Value Added” atau EVA yang telah
didiskusikan oleh management WCC. Apa kelebihan serta kekurangan dari
pendekatan ini?

8
“Economic Value Added” atau EVA adalah indikator yang mengukur
bagaimana atau seberapa besar nilai tambah yang muncul oleh adanya
investasi. EVA adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur
bagaimana atau seberapa besar kinerja suatu perusahaan dengan basis
pengukuran, yaitu real economic profit (keuntungan yang muncul
setelahdikurangi dengan capital cost) perusahaan. Dari hasil tersebut, dalam
terlihat keberhasilan atau kegagalannya selama suatu periode yang kemudian
akan digunakan sebagai analisi oleh pihak investor. Analisis tersebut
digunakan untuk menentukan apakah produk tersebut memiliki sebuah nilai
yang tinggi atau tidak, dan juga apakah mampu berkompetisi dengan produk
di suatu industri yang serupa ataukah tidak?

Hasil dari perhitungan “Economic Value Added” atau EVA ini sendiri dapat
digunakan sebagai data pendukung dari pengajian laporan keuangan
perusahaan, yang kemudian dapat mempermudah para pengguna laporan
keuangan atau para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam pengambilan
keputusan.

Untuk cara mendapatkan nilai “Economic Value Added” atau EVA sendiri
adalah:

EVA = NOPAT – (IC x WACC)

NOPAT : Net operating profit after taxes


WACC : after tax weighted average cost of capital
IC : Invested Capital

Evaluasi dari penggunaan “Economic Value Added” atau EVA daripada


perhitungan lainnya (misalnya Return on Investment – ROI) adalah dengan
adanya EVA perusahaan dapat memiliki sebuah metode perhitungan baru di
dalam melakukan sebuah evaluasi kinerja management. Metode ini membuat

9
perusahaan lebih berfokus pada jumlah modal atau biaya modal yang
kemudian diperhitungkan dengan pendapatan yang telah yang dimiliki pada
suatu periode, sehingga membuat perhitungan arus kas atau cashflow lebih
terukur dengan jelas.

Kelebihan dari “Economic Value Added” atau EVA:


 Metode “Economic Value Added” atau EVA ini memiliki konsep yang
tidaklah rumit, seperti membutuhkan data dari industri sejenis atau
data-data dari periode yang telah lalu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
konsep alat ukur EVA ini merupakan pengukuran yang independen.
 Salah satu konsep yang dimiliki “Economic Value Added” atau EVA
ini adalah juga memperhatikan bagaimana penyumbang dana atau
investor memiliki andil dalam penilaian nilai tambah.
 Metode “Economic Value Added” atau EVA ini berfokus pada nilai
tambah dengan cara memperhitungkan biaya-biaya modal yang
dimiliki sebagai pembanding ataupun konsekuen – hasil dari investasi
yang dilakukan oleh investor.
 Pengaplikasian konsep “Economic Value Added” atau EVA sangatlah
praktis dan mudah, sehingga dapat mempercepat dalam pertimbangan
pengambilan suatu keputusan bisnis.

Kelemahan dari “Economic Value Added” atau EVA:


 Karena memperhitungkan biaya modal dari investor, sulit untuk
menentukan sebuah nilai secara tepat dan objektif. Karena modal
yang disetor dari para investor memiliki nilai investasi yang
berbeda-beda dengan asal dana yang juga sangatlah beragam.
 Indikator perhitungan ini hanya mengukur hasil akhir dari data
yang telah disiapkan, namun tidak mengukur beberapa aktivitas
lain yang sebenarnya juga merupakan salah satu aktivitas penentu
dari nilai tambah. Misalnya saja bagaimana preferensi konsumen
dalam memiliki suatu produk tertentu, atau bisa juga bagaimana
loyalitas terhadap produk yang dimiliki.

10
 Perhitungan ini memerlukan data-data yang tepat agar dapat
menghasilkan sebuah hasil yang akurat. Namun untuk memperoleh
data-data tersebut, diperlukan adanya transparansi perusahaan.
Dimana tidak semua perusahaan dapat dengan mudah memaparkan
data-data terkait, terutama yang berhubungan dengan kondisi
internal perusahaan.
“Economic Value Added” atau EVA terfokus pada nilai yang telah
dinvestasikan sehingga membuat perusahaan memiliki keyakinan bahwa para
investor akan mengandalkan perhitungan ini dalam pengambilan keputusan
terutama dalam hal menjual maupun membeli suatu saham. Sehingga
dikhawatirkan, akan mengabaikan beberapa faktor lain yang juga merupakan
suatu penentu.

4. Untuk mengukur suatu kinerja dari WCC pada dasarnya tidak cukup ketika
hanya menggunakan satu jenis pengukuran tertentu. Karena dengan masing-
masing kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, tidak ada indikator maupun
ratio yang dapat menyediakan gambaran secara pasti yang mengungkapkan
bagaimana kinerja suatu divisi di perusahaan.

Jadi walaupun dalam beberapa hal “Economic Value Added” atau EVA
memiliki komponen yang mampu meng-cover beberapa parameter. Tetap saja
beberapa parameter tersebut juga dibutuhkan sebagai indikator pembanding
untuk melengkapi perhitungan dari EVA sendiri. Sehingga untuk kesimpulan
yang harus dicapai, dapat ditelaah secara spesifik dari masing-masing
indikator lain selain EVA (seperti Return on Equity, Return on Investment,
Return on Asset, Asset Turnover, Earning per Share, Profit Margin, dan-lain-
lain).

5. Sebaiknya Mrs. Samantha Chu menjelaskan bagaimana karakteristik atau


struktur yang terdapat pada masing-masing bagian dari divisi di perusahaan
tersebut. Faktor-faktor semacam bentuk usaha, bantuk hukum, serta struktur
kepemilikan juga harus dijelaskan pada masing-masing pabrik. Selain itu juga

11
masih ada penjelasan mengenai bagaimana cara melakukan pengukuran
kinerja yang berbasis pendapatan atau profit perusahaan dan juga investasi
modal atau penyetoran modal oleh para investor yang diperhitungkan dengan
menggunakan “Economic Value Added” atau EVA. Siapa-siapa saja atau
pabrik mana yang harus ditanggung oleh WCC terkait dengan laba ataupun
rugi yang diperoleh.
Agar analis dapat memberikan Analisa yang lebih komprehensif dan
mendetail ke masing-masing investasi WCC di Republik Ceko, Polandia dan
Malaysia, maka Samantha Chu haruslah dapat memberikan gambaran yang
mendetail mengenai masing-masing bentuk usaha, bentuk hukum, serta
struktur kepemilikan dari masing-masing pabrik yang ada, dikarenakan
bentuk-bentuk yang berbeda tersebut dapat membuat penilaian kita menjadi
terdistorsi apabila hanya menilai dari satu alat ukur yaitu ROI. Sebagai
contoh adalah berikut ini :
a) Pabrik di Praha, Republik Ceko, merupakan investasi dengan bentuk
Joint Operation dengan partner dimana WCC berhak atas manajemen
fee atas jasa Teknik dan bunga dari investasinya di Republik Ceko,
sehingga hal tersebut menggambarkan bahwa atas bisnis di Republik
Ceko, sebenarnya mampu memberikan keuntungan, namun
dikarenakan atasnya jasa teknis yang merupakan persentase dari
penjualan, maka secara umum bisnis tersebut merugi, walaupun
perusahaan WCC tetap untung dikarenakan adanya manajemen fee
tersebut.
b) Pabrik di Polandia memiliki struktur yang berbeda pula, dimana
pabrik tersebut tidak memiliki investment partner lainnya, sehingga
sepenuhnya dimiliki oleh WCC, dimana tidak ada Jasa Teknik dan
Bunga yang diterima oleh WCC, memang menguntungkan sekitar $ 2
juta, namun apabila kita memperhitungkan beban bunga dan lainnya
seperti di Praha, maka didapatkan hasil rugi bersih sekitar $ 3 juta.
c) Pabrik di Malaysia juga sepenuhnya dimiliki oleh WCC, namun
dibuat dengan tujuan berbeda, yaitu hanya untuk mensupport
kapasitas produksi di Kawasan pasifik, sehingga pabrik ini tidak

12
menguntungkan bagi WCC, namun perannya tidak dapat dipisahkan
dalam mensupport agar seluruh Kawasan memiliki profit yang lebih
baik.

Dari kondisi diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa dalam rangka
memberikan gambaran yang lebih menyeluruh kepada analis, maka Samantha
Chu pun harus menjelaskan secara detail bentuk usaha, bentuk hukum, dan
struktur kepemilikan, dan pembagian hasil dari usaha, dikarenakan seperti
pabrik di Polandia yang kelihatan memiliki profit yang besar, namun apabila
mempertimbangkan unsur tertentu, maka dapat berbalik arah dan memberikan
hasil kerugian. Maka dari itu, sangat disarankan bagi analis juga
mempertimbangkan factor-faktor diatas, dan juga menggunakan alat analisis
yang lebih komprehensif seperti EVA sebagai pembanding dan tidak hanya
menggunakan ROI sebagai satu-satunya alat analisa.

13
IV. Referensi

Hansen, Don., Mowen, Maryanne., dan Liming, Guan. Cornerstones of Cost


Management, 4th edition, Southwestern-Cengage Learning, 2018.

14

Anda mungkin juga menyukai