Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang ISA di Indonesia

Seperti yang di tulis dalam bukunya oleh Theodorus M. Tuanakotta bahwa “Pasar modal
dan pasar uang dunia digoncang oleh manipulasi pelaporan keuangan yang (dalam istilah
ISA) bersifat Massive dan Pervasive. Wall Street bertanya “Where were the auditors” dalam
berbagai skandal pelaporan keuangan.”

Indonesia tidak imun terhadap praktik manipulasi laporan keuangan. Akan tetapi, kita
sedikit lebih “beruntung” karena sejauh ini ukuran kerugian belum se-massive dan se-
pervassive kasus-kasus seperti Enron yang masih terisolasi dalam “pembahasan” dikalangan
terbatas.

Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan
bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya (full adoption)
International Auditing and Assurance Standards (ISA) yang diterbitkan oleh International
Federation of Accountants (IFAC).

Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan menggantikan Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang berlaku yang sebagian besar isinya diadopsi dari
AICPA Professional Standards tahun 1998.

Langkah full adoption tersebut ditempuh untuk memenuhi tuntutan pesatnya


perkembangan dunia usaha dan bisnis yang berimbas pada bidang akuntansi dan auditing.
Selain itu, IAI yang telah menjadi full members dari International Federation of Accountant
(IFAC), mempunyai kewajiban untuk mematuhi dan memenuhi butir-butir statement of
membership obligation (SMO) yang salah satu diantaranya adalah bahwa semua anggota
IFAC diwajibkan untuk tunduk kepada semua standar dan pernyataan lain yang dikeluarkan
oleh International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB).

International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) adalah merupakan


badan yang dibentuk oleh International Federation of Accountants (IFAC) sebagai badan
pembuat standar auditing dan assurance yang salah satunya adalah International Standard
on Auditing (ISA).

1
1.2 Sejarah Perkembangan International Standards on Auditing (ISA) / Standar
Akuntansi (SA)

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang merupakan pedoman bagi pekerjaan
auditor di Indonesia merupakan hasil pengembangan berkelanjutan yang telah dimulai sejak
tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam
organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan. Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan
Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan
pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.

Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan
puluhan kemudian menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit
atas laporan keuangan historis, jasa atestasi, serta jasa akuntansi dan review. Disamping itu,
tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam
mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat. Respon profesi
akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting
yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994, yaitu :

1. Perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan Akuntan ke Dewan Standar


Profesional Akuntan Publik, dan
2. Perubahan nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke
Standar Profesional Akuntan Publik

Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994 seiring dengan perubahan nama standar dari
Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik sumber acuan
utamanya adalah dari American Institute of Certified Public Accountant Professional
Standards (AICPA Professional Standards).

Untuk merespon kebutuhan profesi akuntan publik seiring pertumbuhan ekonomi dan
bisnis di Indonesia serta perubahan-perubahan radikal yang terjadi di lingkungan bisnis,
dalam kurun waktu 1994-1997 Dewan SPAP telah menerbitkan berbagai standar.
Selanjutnya, dalam kurun waktu 1997-2000 Dewan SPAP juga menerbitkan berbagai
interpretasi standar untuk merespon kebutuhan profesi akuntan publik dalam menghadapi
krisis ekonomi dan bisnis yang saat itu dialami oleh Indonesia.

Dari pengalaman masa lalu dan antisipasi tren perubahan pasca krisis ekonomi
Indonesia serta memperhatikan perubahan pesat yang terjadi di AICPA Professional
Standards sebagai sumber acuan SPAP, Dewan SPAP selama tahun 1999 melakukan
perombakan besar atas SPAP per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang
diberi judul Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001.

2
SPAP per 1 Januari 2001 tersebut adalah merupakan kodifikasi SPAP terakhir yang
masih berlaku sampai dengan saat ini, dengan sedikit penambahan berupa interpretasi-
interpretasi yang diterbitkan dari tahun 2001 sampai dengan 2008. Penambahan terakhir
dilakukan pada bulan Pebruari 2008 dengan penerbitan Pernyataan Beragam (Omnibus
Statement)

SPAP per 1 Januari 2001 memang terkesan sudah kurang up-to-date jika dibanding
dengan AICPA Standards. Hal ini karena AICPA Standards yang diacu dalam SPAP 2001
adalah AICPA Standards tahun 1998, sedangkan yang berlaku di negara asalnya saat ini
adalah AICPA Standards yang selalu dimutakhirkan setiap tahun. Ditengarai terdapat
perbedaan yang signifikan antara AICPA Standards 2007 dengan 1998, sehingga kalau
sekarang akuntan publik kita masih menggunakan SPAP 2001 yang sebagian besar hasil
adopsi dari AICPA Standards 1998, maka sepertinya akuntan publik Indonesia belum
memutahirkan standar profesinya pada perkembangan terkini dari standar yang diacunya.

- Tahun 1978 didirikan International Auditing Practice Committee (IAPC)


- Tahun 1979 dibuat International Auditing guideline, Objectives, Scope of the Financial
Statement
- Tahun 1991 merevisi IAP’s guidelines menjadi International Standards on Auditing
(ISAs)
- Tahun 1998 Survey IFAC menunjukkan bahwa 70 negara menggunakan IAPC sebagai
standard nasional
- Tahun 2002 IAPC berubah menjadi International Auditng and Assurance Standards
Board (IAASB)
- Thaun 2007 IAASB mengeluarkan 3 jenis Objectives and Scope of the Audit of
Financial Statement, lebih dari 100 negara mengadopsi ISA
- Tahun 2008 clarity Project Completed
- Tahun 2013 Indonesia sebagai bagian dari IFAC, mengadopsi ISA

1.3 Peraturan dan ketentuan yang mengatur ISA Di Indonesia

International Standard on Auditing (ISA) merupakan standar yang telah diadopsi di


Indonesia. Adopsi ini dilakukan untuk memenuhi jawaban atas Statement of Membership
Obligation and International Federation of Accountants. Per 1 Januari 2013, Akuntan Publik
wajib melakukan audit atas laporan keuangan emiten berdasarkan standar yang baru ini.
Aplikasi ISA di wujudkan melalui revisi terhadap Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP). Standar ini menuntut cara berpikir, cara berrtindak dan cara bersikap auditor.
Secara umum ada 5 hal yang berbeda secara fundamental dibandingkan standar lama, yaitu:
1. Penekanan pada Audit Berbasis Resiko
2. Perubahan dari Rules based ke Principles Based
3. Berpaling dari model matematis

3
4. Menekankan pada Kearifan Profesional (Professional Judgement)
5. Melibatkan peran Those Charged With Governance (TCWG).
Cakupan ISA lebih terbatas pada KAP dan para Praktisinya dan tentu ada perhatian dari
regulator (PPAJP, kementrian keuangan dan Bapepam LK) , dari sisi organisasi profesional
IAPI dan Dewan Standar Profesinya memainkan peran yang besar dan penting dalam proyek
ISA. ISA diterbitkan oleh International Auditing and Assurance Standards Boards (IAASB)
melalui International Federation of Accountant (IFAC) pada tahun 2009. lebih jelas
lagi,auditor diharuskan untuk mengerti ISA, termasuk penerapannya dan isi materinya, serta
tujuannya. ISA memperbarui 20 standar lama juga menambah 1 standar baru. Keanggotaan
indonesia di IFAC diwakili oleh IAI dan sebagai anggota dari IFAC, indonesia mempunyai
kewajiban yang dituangkan dalam SMO.

Ada tujuh kewajiban anggota IFAC yang disebut dalam SMO, yakni kewajiban sebagai
berikut.
1. SMO 1- membuat dan memublikasi quality control standards dan petujuk bagi KAP
untuk mengimplementasikan sistem pengendalian mutu sesuai international
standards on quality control (ISQC), dalam hal ini ISQC 1.
2. SMO 2- berkenaan dengan standar pendidikan bagi akuntan professional (judul
lengkapnya international education guidelines for professional accountants disingkat
IESs),petujuk mengenai pendidikan bagi akuntan professional.
3. SMO 3-Berkenaan dengan standar pengendalian mutu, auditing dan asurans untuk
anggota (dalam hal ini anggota IAPI)
4. SMO-4 berkenaan dengan kode etik (IFAC Code of Ethics for professional
Accountants disingkat the IFAC code) dan pernyataan (pronouncements) lainnya
yang diterbitkan oleh the ethics commite of IFAC
5. SMO-5 Berkenaan dengan international public sector accouting standards (IPSASs)
dan petunjuk lain yang diterbitkan the public sector commite (PSC) of IFAC .
6. SMO-6 berkenaan dengan investigasi dan penjatuhan sanksi dalam pelanggaran
prilaku (misconduct), termasuk tetapi tidak terbatas pada, pelanggaran standard an
ketentuan professional oleh anggota dan jika diatur dalam ketentuan perundang-
undangan , oleh KAP.
7. SMO-7 berkenaan dengan IFRS yang diterbitkan oleh IASB (international
accounting standards board)

Lima dari kewajiban yang disebutkan diatas, masuk “wilayah IAPI”, yakni SMO 1 sampai
dengan 4, dan SMO 6. Kata kunci dalam pelaksanaan SMO ialah best endeavors atau upaya
terbaik yang diberikan anggota IFAC. Dokumen SMO menjelaskan bahwa anggota
diannggap telah melakanakan upaya terbaik jika anggota (dalam kondisi yang wajar) tidak
dapat melakukan lebih baik dari yang sudah dilakukannya untuk memenuhi kewajibannya.

4
1.4 Standar Auditing ISA

A. Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab

3.1.1. ISA/SA 200 Tujuan keseluruhan auditor dan pelaksanaan suatu audit
berdasarkan standar perikatan audit
Sistem kebijakan dan prosedur pengendalian mutu merupakan tanggung jawab firm.
Berdasarkan SPM 1, firm berkewajiban untuk menetapkan dan memelihara suatu sistem
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai.

Secara spesifik, standar ini menetapkan tujuan keseluruhan auditor independen, serta
menjelaskan sifat dan ruang lingkup audit yang dirancang untuk memungkinkan auditor
independen mencapai tujuan tersebut. Standar ini juga menjelaskan ruang lingkup,
wewenang dan struktur SPA, serta mencakup ketentuan untuk menetapkan tanggung
jawab umum auditor independen yang berlaku untuk semua perikatan audit, termasuk
kewajiban untuk mematuhi SPA. Untuk selanjutnya auditor independen disebut sebagai
"auditor".

3.1.2. ISA/SA 210 Persetujuan atas syarat-syarat perikatan audit


Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam
menyepakati syarat perikatan audit dengan manajemen dan jika relevan, dengan pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit hanya bila
basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati, melalui: (a) Penetapan apakah
terdapat pra kondisi untuk suatu audit; dan (b) Penegasan bahwa ada pemahaman yang
sama tentang ketentuan perikatan audit antara auditor, manajemen dan jika relevan,
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.

3.1.3. ISA/SA 220 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan
Sistem kebijakan dan prosedur pengendalian mutu merupakan tanggung jawab firm.
Berdasarkan SPM 1, firm berkewajiban untuk menetapkan dan memelihara suatu sistem
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai.

3.1.4. ISA/SA 230 Dokumentasi audit


Standar Perikatan Audit (SPA) ini berkaitan dengan kewajiban auditor dalam
menyusun dokumentasi audit untuk keperluan audit atas laporan keuangan.
Sifat dan tujuan Dokumentasi Audit . Dokumentasi audit yang memenuhi persyaratan
SPA ini dan persyaratan dokumentasi spesifik lain sebagaimana tercantum dalam SPA
lain yang relevan memberikan:
a) Bukti sebagai dasar bagi auditor untuk menarik suatu kesimpulan tentang
pencapaian tujuan keseluruhan auditor.
b) Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan SPA dan

5
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3.1.5. ISA/SA 240 Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu
audit atas laporan keuangan
Merupakan hal penting bahwa manajemen, dengan pengawasan oleh pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola, menekankan pencegahan kecurangan,
yang dapat mengurangi peluang terjadinya kecurangan dan pencegahan
kecurangan (fraud deterrence).
Pengawasan oleh pihak yang bertanggung jawab (auditor) atas tata kelola
meliputi pertimbangan tentang potensi pengesampingan pengendalian atau
pengaruh tidak patut atas proses pelaporan keuangan, seperti usaha manajemen
untuk mengelola laba dengan tujuan untuk mempengaruhi persepsi analis kinerja
dan profitabilitas entitas.

3.1.6. ISA/SA 250 Pertimbangan atas peraturan perundang- undangan dalam audit
laporan keuangan
Persyaratan dalam SPA ini dirancang untuk membantu auditor dalam
mengidentifikasi salah saji material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
Dampak peraturan perundang-undangan terhadap laporan keuangan sangat
bervariasi. Peraturan perundang-undangan tersebut bersifat mengikat dan
merupakan kerangka peraturan perundangan-undangan bagi suatu entitas.

3.1.7. ISA/SA 260 Komunikasi dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola
SPA ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk berkomunikasi
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dalam audit atas laporan
keuangan.
SPA ini tidak menetapkan ketentuan yang berkaitan dengan komunikasi
auditor dengan manajemen atau pemilik entitas kecuali mereka juga bertanggung
jawab atas tata kelola.
Dengan menyadari pentingnya komunikasi dua-arah yang efektif dalam suatu
audit atas laporan keuangan, SPA ini menyediakan kerangka menyeluruh untuk
komunikasi auditor dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan
mengidentifikasi beberapa hal spesifik yang perlu dikomunikasikan kepada
mereka.

3.1.8. ISA/SA 265 Pengkomunikasian defisiensi dalam pengendalian internal


kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen
Standar Perikatan Audit ("SPA") ini mengatur tanggung jawab auditor untuk

6
mengomunikasikan dengan tepat kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola dan manajemen tentang defisiensi dalam pengendalian internal yang
diidentifikasi oleh auditor dalam audit atas laporan keuangan.
Tujuan auditor adalah untuk mengomunikasikan dengan semestinya kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen tentang defisiensi
dalam pengendalian internal yang diidentifikasi oleh auditor selama audit dan
menurut pertimbangan profesional auditor adalah cukup penting untuk
mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang bersangkutan.

B. Penilaian risiko dan respons terhadap risiko yang telah dinilai

3.1.9. ISA/SA 300 Perencanaan suatu audit atas laporan keuangan

3.1.10. ISA/SA 315Pengindentifikasian dan penilaian risiko salah saji material


melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya

3.1.11. ISA/SA 320 Materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit


Materialitas mendasari penerapan standar-standar auditing yang berlaku umum,
terutama standar pekerjaan lapangan dan pelaporan. Oleh karena itu, materialitas
memiliki dampak yang mendalam pada audit laporan keuangan. SAS 47, Audit Risk and
Materiality in Conducting an Audit, menyatakan agar auditor mempertimbangkan
materialitas dalam :
(1) merencanakan audit dan
(2) mengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan
secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

ISA 320 alinea 8 menyatakan bahwa: “Tujuan auditor adalah menerapkan secara
tepat konsep materialitas dalam merencanakan dan melaksanakan audit”.

FASB (Financial accounting standards board) mendefinisikan materialitas


(materiality) sebagai: “Besarnya suatu pengabaian atau salah saji informasi akuntansi
yang diluar keadaan di sekitarnya, memungkinkan bahwa pertimbangan seseorang yang
bergantung pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau
salah saji tersebut.”
Materialitas menguukur apa yang dianggap signifikan oleh pemakai laporan
keuangan dalam membuat keputusan ekonomis. Konsep materialitas mengakui bahwa
hal–hal tertentu, terpisah atau tergabung, penting untuk pembuat keputusan ekonomis
berdasarkan laporan keuangan tersebut. Contoh keputusan ekonomis : menanam modal
dalam entitas itu, bertransaksi bisnis dengannya, meminjamkan uang kepadanya , dan
lain – lain.
Auditor menentukan materialitas berdasarkan persepsinya mengenai kebutuhan

7
pemakai (laporan). Dalam menerapkan kearifan profesionalnya (profesional judgement),
layak bagi auditor mengasumsikan pemakai laporan keuangan:
1. Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan
akuntansi, dan punya keinginan untuk mempelajari informasi dalam laporan
keuangan dengan cukup cermat
2. Memahami bahwa laporan keuangan dibuat dan diaudit pada tingkat materialitas
(dan mengabaikan yang tidak material)
3. Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgement, dan
pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari (seperti potensi resesi ekonomi,
potensi bangkrut, potensi nasabah besar tidak bisa membayar, dan lain – lain)
4. Membuat keputusan ekonomis ekonomis yang wajar (reasonable economic
decisions) atas dasar informasi dalam laporan keuangan.

 TAHAP-TAHAP MATERIALITAS DALAM PROSES AUDIT

Tahap Auditor melaksanakan


Risk  Menentukan dua macam materialitas, yakni materialitas
assessment(penilaian untuk laporan keuangan secara menyeluruh dan
risiko) performance materiality (materialitas pelaksanaan)
 Merencanakan prosedur penilaian risiko apa yang harus
dilaksanakan
 Mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material.
Risk  Menentukan sifat (nature), waktu (timing), dan luasnya
response(menanggapi (extent) prosedur audit selanjutnya (further audit
risiko) procedures).
 Merevisi angka materialitas karena adanya perubahan
situasi (change in circumstances) selama audit
berlangsung.
Reporting (pelaporan)  Mengevaluasi salah saji yang belum dikoreksi oleh
entitas itu.
 Merumuskan pendapat auditor.

 Empat Konsep Materialitas


1. “Overall” materiality :
Yaitu materiality didasarkan atas apa yang layaknya diharapkan berdampak terhadap
keputusan yang dibuat pengguna laporan keuangan. Jika auditor memperoleh
informasi yang menyebaban ia menentukan angka materialitas yang berbeda dari
yang ditetapkannya semula, angka materialitas semuala seharusnya direvisi

2. “Overall” performance materiality:

8
Yaitu materiality ditetapkan lebih rendah dari overall materiality. Performance
materiality memungkinkan auditor menanggapi penilaian resiko tertentu (tanpa
mengubah overall materiality), dan menurunkan ke tingkat rendah yang tepat
(appropriately low level) probabilitas salah saji yang tidak dikoreksi dan salah saji
yang tidak terdeteksi secara agregat (aggregate of uncorrected and undetected
misstatements) melampui overall materiality. Performance materiality perlu diuba
berdasarkan temuan audit

3. Specific” materiality:
Yaitu materiality untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosure tertentu dimana
jumlah salah sajinya akan lebih rendah dari overall materiality

4. 4.Specific” performance materiality


Yaitu performance materiality ditetapkan lebih rendah dari specific materiality. Hal
ini memungkin auditor menanggapi penilaian resiko tertentu, dan memperhitungkan
kemungkinan adanya salah saji yang tidak terdeteksi dan salah saji yang tidak
material, yang secara agregat dapat berjumlah materiality

3.1.12. ISA/SA 330 Respons auditor terhadap risiko yang telah dinilai
Resiko audit adalah kemungkinan auditor memberikan pendapat yang keliru
(inappropriate audit opinion) atas laporan keuangan yang mengandung salah saji yang
material.

 Komponen Risiko Audit


1. RMM (risiko salah saji yang material) :
RMM adalah resiko dimana laporan keuangan disalah sajikan secara material sebelum
audit dimulai. Risiko-risiko ini diperhitungkan atau menjadi pertimbangan di tingkat laporan
keuangan (financial statement level) dan pada tingkat asersi (assertion level). Pada rtingkat
laporan keuangan tinjauannya adalah menyeluruh, menyangkut resiko yang pervasif (dengan
dampak bermacam-macam asersi). RMM pada tingkat asersi berkaitan dengan jenis
transaksi (classes of transaction), saldo akun (account balances), dan pengungkapan
(disclosure). RMM merupakan kombinasi dari risiko bawaan atau inherent risk (IR) dan
resiko pengendalian atau control risk (CR), atau dirumuskan sebagai

IRxCR= RMM.

2. Detection Risk :

9
Detection Risk adalah risiko dimana auditor gagal mendeteksi suatu salah saji dalam
asersi yang bisa berdampak material. Detection risk (DR) ditangani melalui:
 Perencanaan audit dengan baik (sound audit planning)
 Pelaksanaan prosedur audit yang tepat sebagai tanggapan terhadap RMM yang
diidentifikasi
 Pembagian tugas yang tepat di antara anggota tim audit
 Supervisi dan review atas pekerjaan audit
Detection risk tidak pernah dapat diturunkan sampai ke angka nol, karena adanya kendala
bawaan (inherent limitations) dalam prosedur audit, masih diperlukannya professional
judgments (yang dibuat oleh manusia, yang secara alamiah bisa berbuat salah), dan sifat dari
bukti yang diperiksa.

Risiko audit atau audit risk (AR) dapat dirumuskan sebagai berikut :

AR = RMM X DR

Materialitas dan risiko audit rik terus diperhatikan sepanjang audit, dengan:
 Mengidentifikasi dan menilai RMM
 Menetukan sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit lanjutan
 Menetukan revisi atas materialitas (overall materiality maupun performance
materiality) dengan informasi baru yang diperoleh selama audit. Ini berarti, informasi
baru itu membuat auditormenetapkan angka materialitas yang berbeda dari apa yang
ditetapkan nya pada awal audit
 Mengevaluasi dampak salah saji yang tidak dikoreksi (uncorrected misstatements),
terhadap laporan keuangan dan merumuskan pendapat auditor

Menggunakan analogi sederhana dari cabang atletik loncat tinggi, materialitas ekuivalen
dengan tingginya tongkat yang harus dilampui atlet. Risiko audit ekuivalen dengan tingkat
kesulitan yang inheren pada ketinggian tertentu (RMM), digabungkan dengan risiko
tambahan berupa kesalahan strategi loncatan atau kesalahan dalam meloncat (detection risk).

 PROSEDUR PENILAIAN RISIKO

Ada tiga prosedur penilaian risiko yang terdiri atas:


a. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of management and
others);
b. Pengamatan dan inspeksi (observation and inspection); and
c. Prosedur analytical (analytical procedures).

Ketiga prosedur penilaian risiko ini dilakukan selama berlangsungnya audit. Dalam

10
banyak situasi, hasil dari prosedur akan membawa pada prosedur lain. Contoh, dalam
wawancara dengan manajer penjualan, terungkap adanya kontrak penjual yang tidak biasa.
Wawancara ini (prosedur inquiry) diikuti dengan prsedur inpeksi atas kontrak penjualan dan
dilanjutkan dengan analisis (analytical procedure) mengennai dampaknya terhadap margin
penjualan. Atau, temuan dari pelaksanaan analytical procedures atas angka-angka dalam
draf laporan laba rugi mungki memicu pertanyaan bagi manajemen. Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan itu dan membawa auditor ke prosedur inspeksi atas dokumen tertentu
atau prsedur pengamatan atas kegiatan tertentu

3.1.13. ISA/SA 402Pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan suatu
organisasi jasa

Standar Audit (“SA”) ini mengatur tentang tanggung jawab auditor pengguna untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat ketika suatu entitas pengguna memanfaatkan
jasa dari satu atau lebih organisasi jasa. Secara spesifik, standar ini menjelaskan tentang
bagaimana auditor pengguna menerapkan SA 315:1 dan SA 330:2 dalam memperoleh
pemahaman tentang entitas pengguna, termasuk pengendalian internal yang relevan dengan
audit, yang cukup untuk mengidentifikasi dan menilai risiko adanya kesalahan penyajian
material dan dalam merancang dan melaksanakan prosedur audit lebih lanjut sebagai respons
terhadap risiko tersebut.

ISA 402 memberi petunjuk-petunjuk mengenai pertimbangan audit berkenaan


dengan entitas yang menggunakan organisasi pemberi jasa. Sebagai gambaran, entitas dapat
meminta jasa outsourching dalam kegiatan pemrosesan keuangan antara lain:

o Penggajian (payroll service)


o Penjualan melalui internet (termasuk penerbitan buku untuk penulis baru)
o Jasa-jasa teknologi informasi (IT service)
o Pengelolaan aset/asset management (jasa pergudangan, pernyimpanan arsip, dan lain-
lain);
o Jasa-jasa tata buku (bookkeeping service), mulai dari pemrosesan transaksi,
pemeliharaan catatan pembukuan, sampai penyusunan laporan keuangan
o Organisasi pihak ketiga yang memberi jasa seperti diatas, disebut “service
organizations” atau organisasi pemberi jasa.

Tujuan :
Tujuan auditor pengguna, ketika entitas pengguna menggunakan jasa dari suatu organisasi

11
jasa, adalah:
a) Untuk memperoleh pemahaman tentang sifat dan signifikansi jasa yang disediakan
oleh organisasi jasa dan dampaknya terhadap pengendalian internal entitas pengguna
yang relevan dengan audit, yang cukup untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
kesalahan penyajian material.
b) Untuk merancang dan melaksanakan prosedur audit sebagai respons terhadap risiko
tersebut.

Ketentuan:
1. Pemerolehan Pemahaman tentang jasa yang disediakan oleh organisasi jasa, termasuk
pengendalian internal. Pada waktu pemerolehan pemahaman tentang entitas pengguna
berdasarkan SA 315,3 auditor pengguna harus memperoleh suatu pemahaman tentang
bagaimana entitas pengguna memanfaatkan jasa organisasi jasa dalam kegiatan operasi
entitas pengguna.
2. Respons terhadap risiko yang telah dinilai atas kesalahan penyajian material
Dalam merespons risiko yang telah dinilai berdasarkan SA 330, auditor pengguna harus
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Menentukan apakah kecukupan dan ketepatan bukti audit tentang asersi laporan
keuangan yang relevan tersedia dari catatan yang ada di tangan entitas pengguna;
dan, jika tidak
b) Melaksanakan prosedur audit lebih lanjut untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat atau menggunakan auditor lain untuk melaksanakan prosedur tersebut di
organisasi jasa bagi kepentingan auditor pengguna.

3. Laporan tipe 1 dan tipe 2 yang tidak memasukkan jasa organisasi subjasa
Apabila auditor pengguna merencanakan untuk menggunakan laporan tipe 1 atau tipe 2
yang tidak memasukkan jasa yang disediakan oleh organisasi subjasa dan jasa tersebut
relevan dengan audit atas laporan keuangan entitas pengguna, auditor pengguna harus
menerapkan ketentuan SA ini sesuai dengan jasa yang disediakan oleh organisasi subjasa.
4. Kecurangan, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi berkaitan dengan aktivitas di organisasi jasa.
Auditor pengguna harus meminta keterangan kepada manajemen entitas pengguna apakah
organisasi jasa telah melaporkan kepada entitas pengguna, atau apakah entitas pengguna
menyadari adanya kecurangan, ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan,
atau kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi yang memengaruhi laporan keuangan
entitas pengguna. Auditor pengguna harus mengevaluasi bagaimana hal-hal tersebut
memengaruhi sifat, saat, dan luas prosedur audit lebih lanjut, termasuk dampak terhadap
kesimpulan dan laporan auditor pengguna.
5. Pelaporan oleh Auditor pengguna
Auditor pengguna tidak boleh mengacu ke pekerjaan auditor jasa dalam laporan auditor

12
pengguna yang berisi opini tanpa modifikasian kecuali jika diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan. Jika pengacuan tersebut diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan, laporan auditor pengguna harus menunjukkan bahwa pengacuan tersebut tidak
mengurangi tanggung jawab auditor pengguna terhadap opini audit tersebut.

3.1.14. ISA/SA 450Pengevaluasian atas salah saji yang diidentifikasi selama audit

Standar Audit ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk mengevaluasi dampak
kesalahan penyajian yang diidentifikasi dalam audit dan kesalahan penyajian yang tidak
dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.

Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk mengevaluasi:
a) Dampak kesalahan penyajian yang diidentifikasi atas audit
b) Dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.

Ketentuan dalam SA 450


1. Akumulasi Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi
Auditor harus mengakumulasi kesalahan penyajian yang diidentifikasi selama audit.
2. Pertimbangan atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi selama Audit Berlangsung
Auditor harus menentukan apakah strategi audit dan rencana audit secara keseluruhan
perlu direvisi jika sifat kesalahan penyajian yang diidentifikasi dan keadaan
keterjadiannya menunjukkan bahwa kesalahan penyajian lain mungkin ada dan jika
diagregasikan dengan kesalahan penyajian yang telah diakumulasi selama audit, dapat
menjadi material.
Jika berdasarkan permintaan auditor, manajemen telah memeriksa suatu golongan
transaksi, saldo akun, ataupengungkapan dan mengoreksi kesalahan penyajian yangtelah
dideteksi, auditor harus melaksanakan prosedur audit tambahan untuk menentukan
apakah kesalahan penyajiantersebut masih ada.
3. Komunikasi dan Koreksi atas Kesalahan Penyajian
Auditor harus mengomunikasikan secara tepat waktu semua kesalahan penyajian yang
diakumulasi selama audit dengan tingkat manajemen yang tepat, kecuali jika dilarang
oleh peraturan perundang-undangan. Namun jika manajemen menolak untuk
mengoreksi beberapa atau semua kesalahan penyajian yang dikomunikasikan oleh
auditor, auditor harus memperoleh pemahaman tentang alasan manajemen mengapa
menolak membuat koreksi dan harus memperhitungkan pemahaman tersebut pada
waktumengevaluasi apakah laporan keuangan secara keseluruhanbebas dari kesalahan
penyajian material
4. Pengevaluasian Dampak Kesalahan Penyajian yang Tidak Dikoreksi

13
Auditor harus menentukan apakah kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah
material, secara individual atau secara agregasi. Dalam membuat penentuan ini, auditor
harus mempertimbangkan:
a) Ukuran dan sifat kesalahan penyajian tersebut baik dalamhubungannya dengan
golongan transaksi, saldo akun,atau pengungkapan tertentu dan laporan keuangansecara
keseluruhan, dan kondisi tertentu tentangterjadinya kesalahan penyajian tersebut.
b) Dampak kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi yangberkaitan dengan periode
lalu atas golongan transaksi,saldo akun, atau pengungkapan yang relevan, sertalaporan
keuangan secara keseluruhan.
5. Representasi Tertulis
Auditor harus meminta suatu representasi tertulis dari manajemen dan, jika relevan,
pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola apakah mereka yakin bahwa
dampakkesalahan penyajian yang tidak dikoreksi adalah tidakmaterial, secara individual
dan agregasi, terhadap laporankeuangan secara keseluruhan.
6. Dokumentasi
Auditor harus mencantumkan dalam dokumentasi audit :
a. batas dari jumlah kesalahan penyajian yang dipandang tidak penting
b. Semua kesalahan penyajian yang diakumulasi selama audit dan apakah kesalahan
penyajian tersebut telah dikoreksi
c. Kesimpulan auditor tentang apakah kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi
tersebut adalah material, secaraindividual atau agregasi, dan dasar kesimpulannya

C. Bukti audit

Bukti audit adalah semua media informasi yang digunakan oleh auditor untuk
mendukung argumentasi, pendapat atau simpulan dan rekomendasinya dalam meyakinkan
tingkat kesesuaian antara kondisi dengan kriterianya. Tidak semua informasi bermanfaat
bagi audit, karena itu informasi harus dipilih. Pedoman pemilihan informasi yang akan
digunakan sebagai bukti audit adalah bahwa informasi tersebut harus andal sehingga mampu
meyakinkan pihak lain.
3.1.15. ISA/SA 500 Bukti Audit
ISA ini menjelaskan tentang hal yang merupakan bukti audit dalam suatu audit
laporan keuangan, dan berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk
memungkinkan penarikan kesimpulan memadai yang menjadi basis auditor.
ISA ini berlaku untuk semua bukti audit yang diperoleh selama pelaksanaan audit.
ISA lain mengatur aspek aspek spesifik audit, Butki audit yang harus diperoleh untuk hal hal
tertentu, prosedur spesifik untuk memperoleh buktin audit dan penilaian apakah bukti audit
yang cukup dan tepat telah diperoleh

14
3.1.16. ISA/SA 501 Bukti audit - pertimbangan spesifik atas unsur pilihan

Standar Audit ini berkaitan dengan pertimbangan spesifik oleh Auditor dalam
memperoleh bukti Audit yang cukup dan tepat berdasarkan ISA 330, 500 ISA lain yang
relevan, berkaitan dengan aspek tertentu atas persediaan, litigasi dan klaim yang melibatkan
entitas, serta informasi segmen dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Tujuan dari diberlakukannya ISA 501 adalah agar Auditor memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat berkaitan dengan :
1. Eksistensi dan Kondisi Persediaan

2. Kelengkapan Informasi tentang ligitasi dan klaim yang melibatkan entitas

3. Penyajian dan pengungkapan informasi segmen sesuai dengan kerangka pelaporan


keuangan yang berlaku.

ISA/SA 505 Konfirmasi eksternal


Standar Audit ini berhubungan dengan penggunaan prosedur konfirmasi eksternal
oleh auditor untuk memperoleh bukti audit berdasarkan ketentuan ISA 330 dan SA 500, hal
ini tidak ditunjukan untuk meminta keterangan tentang litigasi dan klaim seperti ISA 501.
SA 500 mengindikasikan bahwa keandalan bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan
ini tergantung pada kondisi individual yang dari satu bukti audit tersebut diperoleh. ISA juga
mencakup generalisasi berikut yang relevan terhadap bukti audit :
1. Bukti Audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen diluar entitas.

2. Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal daripada bukti
audit yang diperoleh secara langsung atau melalui penarikan kesimpulan.

3. Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk kertas,
elektronik atau media lainnya.

Oleh karena itu, tergantung pada kondisi audit, bukti audit dalam bentuk konfirmasi
eksternal yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak yang dikonfirmasi dapat lebih
andal dibandingkan dengan bukti dari pihak internal entitas.

15
3.1.17. ISA/SA 510 Perikatan audit tahun pertama - saldo awal

Standar Audit 510 ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor yang berhubungan
dengan saldo awal dalam perikatan audit tahun pertama. Selain jumlah dalam laporan
keuangan, saldo awal mencakup hal hal yang memerlukan pengungkapan yang ada pada
awal suatu periode, seperti kontijensi dan komitmen. Jika laporan keuangan mencakup
informasi keuangan komparatif, ketentuan dan panduan dalam SA 710 Juga diterapkan. SA
300 mencakup ketentuan dan panduan tambahan berkaitan dengan aktivitas sebelum
memulai suatu perikatan audit tahun pertama.

3.1.18. ISA/SA 520 Prosedur analistis

Standar Audit 520 mengatur tentang penggunaan prosedur analitis oleh auditor
sebagai pengujian substantive. SA ini juga mengatur tentang tanggung jawab auditor untuk
melakukan prosedur analitis pada tahap akhir audit yang akan membantu auditor pada waktu
merumuskan suatu kesimpulan keseluruhan atas laporan keuangan.
Tujuan dari ISA 520 ini adalah untuk mendapatkan bukti audit relevan dan andal
ketika menggunakan prosedur analitis subtantif, dan untuk merancang dan melaksanakan
prosedur analitis mendekati akhir audit yang membantu auditor dalam merumuskan
kesimpulan keseluruhan apakah laporan keuangan konsisten dengan pemahaman auditor
terhadap entitas.

3.1.19. ISA/SA 530 Sampling audit

ISA ini diterapkan ketika auditor telah memutuskan untuk menggunakan sampling
audit dalam pelaksanaan prosedur audit. Hal ini berkaitan dengan penggunaan sampling
statistic maupun nonstatistik ketika perancangan dan pemilihan sample audit. Pelaksanaan
pengujian pengendalian dan pengujian rinci, serta pengevaluasian hasil sample tersebut.

ISA ini melengkapi ISA 500 yang berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang dan melaksanakan prosedur audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan
tepat sebagai basis yang memadai untuk menarik kesimpulan yang dipakai sebagai basis
opini auditor. ISA 500 memberikan panduan tentang berbagai cara yang tersedia bagi auditor
untuk memilih unsur untuk pengujian yang salah satu diantaranya adalah sampling audit.

16
3.1.20. ISA/SA 540 Audit atas estimsai akuntansi, termasuk estimasi akuntansi nilai wajar,
dan pengungkapan yang bersangkutan

ISA ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas estimasi akuntansi, termasuk
estimasi akuntansi nilai wajar, dan pengungkapan yang bersangkutan dalam suatu audit atas
laporan keuangan. Secara spesifik ISA ini memperluas tentang bagaimana ISA 315 dan ISA
330 serta ISA lain yang relevan diterapkan dalam hubungannya dengan estimasi akuntansi.
SA ini juga mencakup ketentuan dan panduan atas kesalahan penyajian estimasi akuntansi
secara individual dan indicator tentang kemungkinan keberpihakan manajemen.

3.1.21. ISA/SA 550 Pihak berelasi

ISA ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor atas hubungan dan transaksi pihak
berelasi dalam suatu audit atas laporan keuangan, ISA ini juga memperluas bagaimana ISA
315, ISA 330 dan ISA 240 diterapkan dalam hubungannya dengan resiko kesalahan
penyajian material yang berkaitan dengan hubungan dan transaksi pihak berelasi.

3.1.22. ISA/SA 560 Peristiwa kemudian

ISA ini berhubungan dengan tanggung jawab auditor berkaitan dengan peristiwa
kemudian dalam suatu audit atas laporan keuangan.
Peristiwa Kemudian : Laporan Keuangan mungkin dipengaruhi oleh peristiwa tertentu yang
terjadi setelah tanggal laporan keuangan. Banyak kerangka pelaporan keuangan secara
khusus merujuk pada peristiwa tersebut biasanya mengidentifikasi dua jenis peristiwa :

1. Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang ada pada tanggal laporan
keuangan

2. Peristiwa yang menyediakan bukti tentang kondisi yang terjadi setelah tanggal
laporan keuangan.

3.1.23. ISA/SA 570 Kelangsungan usaha

ISA ini mengatur tanggung jawab auditor dalam audit atas laporan keuangan yang
berkaitan dengan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan laporan keuangan.
Asumsi Kelangsungan Usaha : Berdasarkan Asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas

17
dipandang bertahan dalam bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Laporan
keuangan bertujuan umum disusun atas suatu basis kelangsungan usaha, kecuali manajemen
bermaksud menghentikan operasi usahanya. Laporan Keuangan bertujuan khusus yang dapat
atau belum tentu disusun sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang relevan
dengan basis kelangsungan usaha.

3.1.24. ISA/SA 580 Representasi tertulis

ISA ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk memperoleh representasi
tertulis dari manajemen dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
dalam audit atas laporan keuangan.
Representasi tertulis sebagai bukti audit : Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh
auditor dalam mengambil kesimpulan yang mendasari opini auditor. Representasi tertulis
adalah informasi yang perlu diperoleh auditor dalam hubungannya dengan audit atas laporan
keuangan entitas. Oleh karena itu, serupa dengan respon atas permintaan keterangan.
Representasi juga merupakan bukti audit.

D. Penggunaan pekerjaan pihak lain

3.1.25. ISA/SA 600Pertimbangan khusus-audit atas laporan keuangan grup termasuk


pekerjaan auditor komponen
Ruang Lingkup :

1. Standar audit (‘SA’) berlaku untuk audit grup. SA ini berkaitan dengan pertimbangan
khusus yang berlaku untuk audit group. Terutama audit yang melibatkan auditor
komponen
2. Auditor dapat menggunakan SA ini bilamana ia melibatkan auditor lain dalam audit
atas lap keu yang bukan merupakan lap keu grup dengan melakukan penyesuaian
yang diperlukan sesuai dengan kondisi. Sebagai contoh, auditor dapat melibatkan
auditor lain untuk mengobservasi penghitungan sediaan fisik atau menginspeksi asset
tetpa di lokasi yang jauh.
3. Auditor komponen diharuskan oleh statute, regulasi atau alasan lain untuk
menyatakan opini audit atas laporan keuangan suatu komponen.
4. Beradasarkan SA 220, partner perikatan group harus yakin bahwa pihak yang
melaksanakan perikatan grup, termasuk auditor komponen.

Tanggal efektif :
SA ini berlaku efektif untuk audit atas lap. Keu untuk periode yang dimulai pada

18
atau setelah 1 januari 2013 ( untuk emiten) , 01 januari 2014 (untuk entitas selain
emiten)

Tujuan auditor:
1. Untuk menentukan apakah bertindak sebagai lap keuangan grup
2. Jika bertindak sebagai auditor lap keu grup :
a. Untuk berkomunikasi secara jelas dengan auditor komponen mengenai ruang
lingkup dan waktu pekerjaan
b. Untuk memperooleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai informasi
keuangan komponen dan proses konsolidasi untuk menyatakan suatu opini.

Membahas audit atas laporan keuangan kelompok perusahaan yang melibatkan


beberapa KAP. Beberapa definisi yang dicantumkan dalam ISA 600.9 berikut.

Component Entitas atau kegiatan bisnis yang memiliki informasi keuangan


yang merupakan bagian dari laporan keuangan kelompok
Component auditor Auditor yang melaksanakan audit atas informasi keuangan dari
suatu component
Component management Manajemen yang bertanggung jawab atas pembuatan informasi
keuangan dari suatu component
Component materiality Materialitas untuk suatu component yang ditentukan oleh group
engagement team
group Seluruh component yang informasi keuangannya termasuk
dalam group financial statements
Group audit Audit atas group financial statements
Group audit opinion Pendapat audit atas group financial statements
Group engagement partner Partner pada KAP yang bertanggung jawab atas group audit
engagement

Jika struktur dan konsep diatas ada dalam audit seorang praktisi atau suatu KAP, ISA 600
sangat relevan bagi praktisi atau KAP tersebut dan ia perlu memahaminya.

3.1.26. ISA/SA 610Penggunaan pekerjaan auditor internal


Ruang lingkup

Standar audit ini mengatur tanggung jawab auditor eksternal dalam hubungannya
dengan pekerjaan auditor internal
SA ini tidak mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kondisi ketika auditor internal secara
individual menyediakan bantuan langsung kepada auditor ekternal

Tanggal efektif

19
SA ini berlaku efektif untuk audit atas lap. Keu untuk periode yang dimulai pada atau
setelah 1 januari 2013 ( untuk emiten) , 01 januari 2014 (untuk entitas selain emiten).

3.1.27. ISA 620-Menggunakan Pekerjaan Tenaga Ahli Auditor

Tenaga ahli auditor (auditor’s expert) adalah seseorang atau suatu organisasi yang
memiliki keahlian dalam suatu bidang diluar accounting atau auditing, yang pekerjaannya
dalam bidang tersebut digunakan auditor / KAP untuk membantunya memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat.
Management expert adalah seseorang atau suatu organisasi yang memiliki keahlian
dalam suatu bidang diluar accounting atau auditing, yang pekerjaannya dalam bidang
tersebut digunakan entitas untuk membantu entitas membuat laporan keuangan.
Contoh auditors expert:
· Juru hitung persediaan dengan spesialisasi tertentu
· Penentuan nilai dengan teknik khusus seperti penilaian aktuari
· Pendapat hukum untuk menginterpretasikan perjanjian, statuta dan pertauran

ISA 600 Tak Berdampak Terjadi Monopoli Audit 28-Februari-2013 | 19:56 Jakarta-
Akuntan Online: Ketua Implementasi Internasional Standart on Audit (ISA) IAPI, Agung N.
Soedibyo mengingatkan para akuntan publik (AP) agar tidak perlu khawatir dengan
penerapan ISA, terutama ISA 600 tentang Tanggung Jawab Auditor Holding (induk
perusahaan).
Jika dibaca lebih teliti, ISA 600 tidak mengatakan bahwa anak perusahaan harus
diaudit AP induk perusahaan atau holding atau monopoli pekerjaan audit. ISA 600, kata
Agung usai memberikan materi di IAPI, Kamis (28/02/2013), tidak mengatakan anak
perusahaan harus diaudit AP holding, tapi hanya menyebutkan auditor di holding
bertanggung jawab penuh pada seluruh laporan konsolidasi, termasuk laporan keuangan

20
anak perusahaan. "Prosesnya, anak perusahaan bisa diaudit AP yang lain, tapi auditor induk
memberikan audit instruksi. Bisa merivieu dan sebagainya karena dia bertanggung jawab
penuh," katanya. Sebagai contoh,perusahaan A memiliki 3 anak perushaaan, perusahaan tsb
bisa seluruhnya diaudit satu AP, tapi bisa juga anak perusahaannya diudit AP lain dengan
mengikuti instruksi dari AP perusahaan induknya. Hal tsb sebenarnya sudah biasa dan terjadi
selama ini. "Jadi ketakutan akan terjadi monopoli oleh AP holding bisa terjadi, tapi bisa juga
tidak, tergantung AP holding. Inilah pentingnya share pegetahuan apa yang dimaksud
dengan ISA 600," kata Agung. Sementara itu, mantan pengaju judicial review Pasal 55 dan
56 UU no 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik, Andi Eldes menilai pada ISA 600 ada hal
yang dilanggar, bahkan bisa dianggap tidak sesuai kode etik profesi, karena tidak
mempercayai hasil perkerjaan teman. Selain itu. ISA 600 semacam monopoli terselubung.
"Jadi kalau bisa, ISA 600 harus dicabut." tegas Andi. Menanggapi hal tsb, Agung hanya
mengatakan, IAPI telah sepakat mengadopsi ISA, sehingga tidak ada jalan lain selain
mempelajari ISA 600 dengan baik. "Masak kalau mau adopsi anak, hanya hidungnya saja
atau tanpa tangan." ujar Agung.

IAPI pun telah membagi penerapan ISA menjadi 2 tahap. Pertama SAP berbasis ISA
dipergunakan oleh auditor yang mengaudit perusahaan publik untuk tahun buku yang
diawali 1 Januari 2013. Hal itu, karena perusahaan publik rata- rata yang mengauditnya
anggota FOF (Forum Of Firm) dan semua FOF sudah menerapkan ISA sebelum IAPI
menerapkan. "Untuk itu, kami dalam Tim Implementasi ISA akan membagi pengetahuan
kepada KAP- KAP yang tidak punya resource dan sebenarnya ISA hanya seperti barang
baru, seperti tadinya punya mobil Honda dan sekarang beli mobil merek lain,"katanya.
Sedangkan manfaat bagi auditte, Agung mengatakan bagi perusahan publik berdampak pada
investor asing akan mempunyai keyakinan penuh ketika berinvestasi, karena standar
auditnya sama dengan standar internasional. Sementara untuk perusahaan yang tidak go
public , yang terdiri dari berbagai macam, seperti perusahaan yang punya induk di luar
negeri maka akan memberikan keseragaman bagi auditornya sehingga auditor perusahaan
induknya tidak perlu lagi memberikan audit instructure. Bagi perusahaan nasional Indonesia
apabila akan go public, atau privet replacement maka profektus maupun laporan keuangan
maka hasil auditnya akan lebih diterima ."Saat ini, dalam laporan auditor pada bagian
bawahnya ada pernyataan, laporan ini diaudit berdasarkan standar audit yang berlaku di di
Indonesia. Standar tsb belum tentu sama dengn standar di luar negeri. Jika sudah
mengadopsi ISA, pernyataan itu akan menghilang,"

E. Kesimpulan Audit Dan Pelaporan

3.1.27. ISA/SA 700 Perumusan suatu opini dan pelaporan atas laporan keuangan
Ruang lingkup
1. Standar Audit (SA) ini mengatur tanggung jawab dalam merumuskan suatu opini atas
laporan keuangan. SA ini juga mengatur bentuk dan isi laporan auditor yang diterbitkan
sebagai hasil suatu audit atas laporan keuangan.
2. SA ini mendorong konsistensi dalam laporan auditor. Krtika audit telah dilaksanakan
berdasarkan SA, mendukung kredibilitas dalam pasar global dengan membuat audit

21
tersebut (yang telah dilaksanakan berdasarkan standar yang diakui secara global) lebih
siap dapat teridentifikasi. SA ini juga membantu peningkatan pemahaman pengguna
laporan keuangan dan pengidentifikasian kondisi yang tidak bisa ketika terjadi.
Tanggal efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah: (i) tanggal 1 januari 2013 (untuk emiten), atau (ii) tanggal 1 januari 2014
(untuk entitas selain emiten, penerapan dini dianjurkan).
Tujuan
Tujuan Auditor adalah:
1. Untuk merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan suatu evaluasi atas
kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh, dan
2. Untuk menyatakan suatu opini secara jelas melalui suatu laporan tertulis yang juga
menjelaskan basis untuk opini tersebut.

Ketentuan
Perumusan suatu Opini atas Laporan Keuangan
1. Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang materil sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
2. Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus menyimpulkan apakah auditor telah
memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara keseluruhan
bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun
kesalahan.
3. Auditor harus menyatakan opini tanpa modifikasian bila auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku.
4. audir harus memodifikasi opininya dalam laporan auditor berdasarkan SA705.
5. Jika Laporan Keuangan disusun sesuai dengan ketentuan suatu kerangka penyajian wajar
tidak mencapai penyajian waja, maka auditor harus mendiskusikan hal tersebut dengan
manajemen dan tergantung dari ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
bagaimana hal tersebut diselesaikan.
6. Ketika laporan keuangan disusun sesuai dengan suatu kerangka kepatuhan, auditor tidak
diharuskan untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan mencapai penyajian wajar.
Namun, jika dalam kondisi yang sangat jarang terjadi, auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan tersebut menyesatkan, maka auditor harus mendiskusikan hal tersebut
dengan manajemen dan tergantung dari bagaimana hal tersebut diselesaikan, harus
menentukan apakah dan bagaimana mengkomunikaasikan hal tersebut dalam laporan
auditor.

3.1.28. ISA/SA 705 Modifikasi terhadap opini dalam laporan auditor independen
Ruang Lingkup

22
Standar Audit (SA) ini mengatur tanggung jawab auditor untuk menerbitkan suatu laporan
yang tepat, dalam kondisi ketika dalam merumuskan suatu opini berdasarkan SA 700.
Auditor menyimpulkan bahwa modifikasi terhadap opini auditor atas laporan auditor
diperlukan.
Tipe Opini Modifikasi
SA ini menetapkan tiga opini modifikasi yaitu wajar dengan pengecualian, opini tidak wajar
dan opini tidak men yatakan pendapat. Keputusan tentang ketepatan penggunaan tipe opini
modifikasi tergantung pada :
a. Sifat dari hal hal yang menyebabkan dilakukannya modifikasi yaitu apakah laporan
keuangan mengandung kesalahan penyajian material atau dalam hal ketidakmampuan untuk
memperolwh bukti audit yang cukup dan tepat, kemungkinan mengandung kesalahan
penyajian material.
b. Pertimbangan auditor tentang seberapa pervasifnya dampak atau kemungkinan dampak
tersebut terhadap laporan keuangan.
Tanggal efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah: (i) tanggal 1 januari 2013 (untuk emiten), atau (ii) tanggal 1 januari 2014 (untuk
entitas selain emiten, penerapan dini dianjurkan).
Tujuan
Tujuan auditor untuk menyatakan dengan jelas suatu opini yang dimodifikasi dengan tepat
atas laporan keuangan yang diperlukan ketika:
1. Auditor menyimpulkan, berdsarkan bukti audit yang diperoleh bahwa laporan keuangan
secara keeluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material.
2. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajijan material.
Ketentuan
Kondisi yang Mengharuskan Dilakukannya Modifikasi Terhadap Opini Audit
Auditor harus memodidikasi opini dalam laporan auditor ketika:
1. Auditor menyimpulkan bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan
secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material.
2. Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.

3.1.29. ISA/SA 706 Paragraf penekanan suatu hal dan paragraf hal lain dalam laporan auditor
Independen
Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur komu nikasi tambahan dalam laporan auditor ketika auditor
menganggap perlu untuk:
1. Menarik perhatian pengguna laporan keuangan pada suatu hal atau beberapa hal yang

23
disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang sedemikian penting bahwa hal -
hal tersebut adalah fundamental bagi pemahaman pengguna laporan keuangan,
2. Menarik perhatian pengguna laporan keuangan pada suatu hal atau beberapa hal yang
disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang relevan bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan atas audit, tanggung jawab auditor, atau laporan auditor.
Tanggal efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah: (i) tanggal 1 januari 2013 (untuk emiten), atau (ii) tanggal 1 januari 2014 (untuk
entitas selain emiten, penerapan dini dianjurkan).
Tujuan
Tujuan auditor, setelah merumuskan suatu opini atas laporan keuangan, adalah untuk
menarik perhatian pengguna laporan keuangan , ketika menurut auditor hal tersebut perlu
dilakukan, melalui komunikasi tambahan yang jelas dalam laporan auditor, atas:
1. Suatu hal, meskipun telah disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan dengan
tepat, yang sedemikian penting bahwa hal tersebutadalah fundamental bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan atas laporan keuangan, atau
2. jika relevan, hal – hal lain yang relevan bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas
audit, tanggung jawab auditor, atau laporan auditor
Ketentuan
Paragraf Penekanan Suatu Hal Dalam Laporan Keuangan
Ketika Auditor mencantumkan paragraf penekanan suatu hal dalam laporannya auditor
harus:
a. meletakkan paragraf tersebut segera setelah paragraf opini dalam laporan auditor.
b. menggunakan judul “ Penekanan Suatu Hal” atau judul lain yang tepat
c. Mencantumkan dalam paragraf tersebut suatu pengacuan yang jelas tentang hal yang
ditekankan dan acuan atas laporan keuangan yang relevan tempat hal tersebut diyungkapkan
dalam laporan keuangan.
d. Mengidentifikasikan bahwa opini auditor tidak dimodifikasi sehubungan dengan hal yang
ditekankan tersebut.
Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor
Jika menurut auditor perlu untuk mengkomunikasikan suatu hal lain selain yang telah
disajikan atau diungkapkan dalam laporan keuangan yang menurut pertimbangan auditor
relevan bagi pemahaman pengguna laporan keuangan atas audit, tanggung jawab auditor
atau kaporan auditor dan hal ini tidak dilarang oleh peraturan perundang - undangan yang
berlaku makan auditor harus mencantumkan suatu paragraf dalam laporan audit dengan
judul “Hal Lain” atau judul lain yang tepat.
Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
Jika auditor akan mencantiumkan suatu paragraf Penekanan Suatu Hal atau suatu Paragraf
Hal Lain dalm laporannya, maka auditor harus mengkomunikasikan ekspektasi tersebut
beserta susunan kata kata terkait dalam laporan auditor dengan pihak yang bertanggung

24
jawab atas tata kelola.

3.1.30. ISA/SA 710 Informasi komparatif-angka korespondensi dan laporam keuangan komparatif
Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini mengatur tanggung jawab auditor yang berkaitan dengan informasi
komparatif dalam audit atas laporan keuangan. Ketika laporan keuangan periode lalu telah
diaudit oleh auditor pendahulu atau tidak diaudit, ketentuan dan panduan dalam SA 510
tentang saldo awal juga berlaku.
Sifat Informasi Komparatif
Sifat informasi komparatif yang disajikan laporan keuangan suatu entitas bergantung pada
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Terdapat dua pendekatan yang berbeda terhadap
tanggung jawab auditor atas pelaporan sehubungan dengan informasi komparatif.
Pendekatan angka koresponding dan pendekatan laporan keuangan komparatif.
Perbedaan pelaporan audit yang esensial antara kedua pendekatan tersebut diata adalah
sebagai berikut:
a. Untuk pendekatan angka koresponding, opini auditor atas laporan keuangan hanya
mengacu pada periode kini, sedangkan
b. untuk pendekatan laporan keuangan komparatif atas laporan keuangan mengacu pada
setiap periode yang tercantum dalam laporan kauangan. SA ini mengatur ketentuan
pelaporan auditor yang berlaku bagi masing masing pendekatan tersebut diatas.
Tanggal efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah: (i) tanggal 1 januari 2013 (untuk emiten), atau (ii) tanggal 1 januari 2014 (untuk
entitas selain emiten, penerapan dini dianjurkan).
Tujuan
Tujuan auditor adalah:
a. Untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah informasi komparatif
yang tercantum dalam laporan keuangan telah disajikan dalam semua hal yang materai
sesuai dengan ketentuan untuk informasi komparatif dalam kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku.
b. Untuk melaporkan sesuai dengan tanggung jawab auditor.
Ketentuan
Prosedur Audit
Auditor harus menentukan apakah laporan keuangan mencakup informasi komparatif yang
diharuskan menurut kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan apakah informasi
tersebut telah diklasifikasikan dengan tepat. Untuk tujuan ini auditor harus mengevaluasi
apakah:
a. Informasi komparatif tersebut cocok dengan jumlah dan pengungkapan lain yangdisajikan
dalam periode sebelumnya atau jika relevan, telah disajikan kembali.
b. Kebijakan akuntansi yang tercermin dalam informasi komparatif adalah konsisten dengan

25
kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam periode kini atau terladi perubahan dalam
kebijakan akuntansi apakah perubahan tersebut sudah dicatat dengan tepat dan diungkapkan
secara cukup.
Pelaporan Audit
a. Pendekatan Angka Koresponding
Ketika angka koresponding disajikan , opini auditor tidak boleh mengacu ke angka angka
koresponding. Untuk tujuan SA ini, opini auditor yang diterbitkan untuk laporan keuangan
periode kini yan g didalamnya terdapat informasi komparatif yang disajikan menggunakan
pendekatan angka koresponding disebut pendekatan opini audit koresponding.
b. Penddekatan Laporan Keuangan Komparatif
Ketika Laporan keuangan komparatif disajikan, opini auditor harus mengacu kepada setiap
periode laporan keuangan yang disajikan. Untuk tujuan SA ini opini auditor yang diterbitkan
untuk laporan keuangan periode kini dan informasi komparatif yang disajikan menggunakan
pendekatan laporan keuangan komparatif disebut pendekatan opini audit komparatif

3.1.31. ISA/SA 720 Tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam dokumen yang berisi laporan
keuangan auditan
Ruang Lingkup
1. Standar Audit “SA” ini mengatur tanggung jawab auditor atas informasi lain dalam
dokumen yang berisi laporan keuangan auditan dan laporan auditor terkait. Dalam hal tidak
terdapat ketentuan khusus dalam perikatan, opini auditor tidak mencakup informasi lain dan
auditor tidak memiliki tanggung jawab khusus untuk menetukan apakah informasi lain
tersebut telah disajikan dengan tepat.
2. Dalam SA ini, “dokumen yang berisi laporan keuangan auditan” mengacu pada laporan
tahunan atau dokumen setara lainnya., yang ditunjukan kepada pemilik entitas pelapor atau
pemangku kepentingan setara lainnya, yang berisi laporan keuangan auditan dan laporan
auditan terkait. SA ini juga dapat diterapkan setelah disesuaikan dengan kondisinya, pada
dokumen lain yang berisi laporan keuangan auditan, seperti dokumen yang digunakan dalam
penawaran efek.
Tanggal efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada
atau setelah: (i) tanggal 1 januari 2013 (untuk emiten), atau (ii) tanggal 1 januari 2014 (untuk
entitas selain emiten, penerapan dini dianjurkan).
Tujuan
Tujuan Auditor adalah untuk merespon dengan tepat ketika dokumen yang berisi laporan
keuangan auditan dan laporan terkait mencakup informasi lain yang dapat mengganggu
kredibilitas laporan keuangan tersebut dan laporan auditor terkait.
Ketentuan
Membaca Informasi Lain
1. Auditor harus membaca informasi lain untuk mengidentifikasi adanya

26
ketidakkonsistensian material, jika ada dengan laporan keuangan auditan
2. Auditor harus melakukan pengaturan yang tepat dengan manajemen atau pihal yang
bertanggung jawab atas tata kelola untuk memperoleh informasi lain sebelum tanggal
laporan auditor.
Ketidakonsistensian Material
Jika dari membaca informasi lain, auditor mengidentifikasi adanya suatu
ketidakkonsistensian material, maka auditor harus menentuka apakah laporan keuangan
auditan atau informasi lain perlu direvisi.

F. Area-area khusus

3.1.32. ISA/SA 800Pertimbangan khusus-audit atas laporan keuangan yang disusun


sesaui dengan kerangka bertujuan khusus

3.1.33. ISA/SA 805Pertimbangan khsusu- audit atas laporan keuangan tunggal dan
unsur, akun atau pos spesifik dalam suatu laporan keuangan

3.1.34. ISA/SA 810 Perikatan untuk melaporkan ikhtisar laporan keuangan

1. Perbedaan SPAP dan ISA


Diketahui banyak perbedaan diantara ISA atau SA versi Indonesia dan GAAS di
Amerika atau SPAP versi Indonesia, menurut AICPA.org/FRC dan menurut Linberg &
Seifert bahwa terdapat 5 perbedaan yang signifikan antara lain :

a. Dokumentasi prosedur audit.


Secara konseptual bahwa dokumentasi prosedur audit antara SPAP dengan
ISA berbeda. Pada ISA lebih menekankan kepada kearifan profesional (professional
judgement). Secara spesifik pada ISA 230 paragraf 14 mensyaratkan auditor untuk
menyusun dokumentasi audit didalam suatu berkas audit dan melengkapi proses
administratif penyusunan berkas audit final tepat waktu setelah tanggal laporan
auditor, dan penerapan yang terkait serta penjelasan materialitas yang
mengindikasikan bahwa batas waktu penyelesaian penyusunan berkas audit final
biasanya tidak lebih dari 60 hari setelah tanggal laporan aduitor. Paragraf 15 pada
ISA 230 juga mensyaratkan setelah penyusunan audit final telah selesai, maka
auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit sebelum periode retensi
berakhir. Periode retensi daripada kertas kerja juga berbeda pada SPAP versus ISA.
Pada ISA 230 mengenai dokumentasi audit dinyatakan bahwa bagi kantor
akuntan publik harus menetapkan kebijakan dan prosedur untuk retensi dokumentasi
penugasan. Biasanya periode retensi penugasan audit kurang dari lima tahun sejak
tanggal laporan auditan atau tanggal laporan auditan kelompok perusahaan,
sedangkan pada SPAP bahwa periode retensi paling sedikit tujuh tahun. Menurut

27
SPM 1 paragraf 47 dan ISA 230 paragraf A23 menuntut KAP untuk menetapkan
suatu kebijakan dan prosedur yang mengatur masa penyimpanan dokumen
penugasan atau perikatan. Batas waktu penyimpanan pada umumnya tidak boleh dari
lima tahun sejak tanggal yang lebih akhir dari laporan auditor atas laporan keuangan
entitas atau laporan auditor atas laporan keuangan konsolidasian entitas dan
perusahaan anak. Paragraf 17 ISA 230 mensyaratkan bahwa setelah tanggal
penyelesaian dokumentasi. Auditor tidak boleh memusnahkan dokumentasi audit
sebelum akhir dari periode retensi yang bersangkutan.

b. Pertimbangan kelangsungan usaha (going-concern)


Ketika mempertimbangkan apakah suatu entitas berkemampuan untuk
melanjutkan kelangsungan usahanya dimasa depan, ISA tidak membatasi paling
sedikit 12 bulan, sedangkan SPAP membatasi hingga 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.
Pada ISA 570 mengasumsikan bahwa manajemen mempunyai tanggung
jawab untuk menilai kemampuan entitas untuk melangsungkan usahanya sebagai
"goimng concern" tanpa mempertimbangkan apakah kerangka pelaporan keuangan
yang diterapkan oleh manajemen atau tidak. Salah satu dari tujuan ISA 570 yaitu
untuk memperoleh bukti audit yang memadai terkait dengan penggunaan asumsi
"going concern" oleh manajemen. Pada SPAP juga mensyaratkan bahwa auditor
harus mengevaluasi apakah ada keraguan yang substansial mengenai kelangsungan
usaha entitas untuk periode waktu yang memadai. Dengan demikian, ISA 570
menetapkan pertimbangan asumsi kelangsungan usaha seluruh penugasan atau
perikatan.

c. Penilaian dan pelaporan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.


Menurut ISA bahwa penilaian dan pelaporan pengendalian internal tidak ada
kaitannya dengan efektifitas pengendalian internal klien yang diaudit akan tetapi
lebih menekankan kepada relevansinya dimana hal tersebut terlihat pada laporan
auditornya……….In making those risk assessment, auditor considers internal
control
relevant to the entity's preparation dan fair prsentation of the financial statements in
order to design audit procedures, that are appropriate in the circumstances , but not
for the purpose of expressing an opinion on the effectiveness of the entity's internal
control"……… sedangkan SPAP mengkaitkan penilaian dan pelaporan pengendalian
internal dengan efektifitasnya. Menurut ISA juga mensyaratkan auditor harus
menguji pengendalian internal entitas yang diauditnya guna memastikan bahwa
sistem yang diterapkan adalah mencukupi dan berfungsi sebagaimana yang
ditetapkan.

28
d. Penilaian dan respons terhadap risiko terhadap risiko yang dinilai.
ISA mensyaratkan prosedur penilaian risiko tertentu agar diperoleh suatu
pemahaman yang lebih luas mengenai suatu entitas dan lingkungannya, tentunya
dengan tujuan untuk mengidentifikasi risiko salah saji material. Lebih lanjut ISA
mensyaratkan auditor harus memperoleh suatu pemahaman risiko bisnis entitas
misalnya risiko operasi dan risiko strategis. Auditor mengikuti ISA harus juga
menetapkan bagaimana kliennya merespons terhdap risiko semacam sebagaimana
auditor merencanakan dan melakukan audit. Lebih lanjut, auditor diharuskan
mengajukan pertanyaan kepada auditor internal entitas yang diauditnya, dengan
tujuan memperoleh pemahaman suatu pemahaman yang lebih baik atas keahlian
entitas dalam menilai risiko. Auditor juga harus memperoleh seluruh informasi yang
terkait dengan risiko sama halnya dengan respons klien dalam menilai risiko salah
saji material, termasuk pemahaman atas pengendalian internalnya, sedangkan SPAP
tidak sekomprehensif ISA.

e. Penggunaan auditor lain untuk bagian suatu audit.

Dalam penggunaan auditor pengganti atau auditor lain, ISA tidak


mengijinkan auditor utama menggunakan referensi hasil audit daripada auditor lain.
Sedangkan SPAP membolehkan auditornya mempunyai opsi untuk menerbitkan
laporan audit yang dikatakan sebagai "division of responsibility". Dengan kata lain
merujuk kepada laporan dan kertas kerja auditor lain atau sebelumnya dalam laporan
auditor yang diterbitkan.

29
URAIAN
NO SPAP ISA
PERBEDAAN
1 Dokumentasi dan Periode retensi dokumentasi Periode retensi
prosedur audit. penugasan audit kurang dari dokumentasi
tujuh tahun sejak tanggal penugasan audit
laporan audit. kurang dari lima tahun
sejak tanggal laporan
audit.

Tidak menekankan kepada Lebih menekankan


kearifan profesional kepada kearifan
(professional judgement) profesional
(professional
judgement)

2 Pertimbangan Mempertimbangkan apakah ISA tidak membatasi


kelangsungan usaha suatu entitas berkemampuan apakah suatu entitas
(going-concern) untuk melanjutkan berkemampuan untuk
kelangsungan usahanya melanjutkan
dimasa depan hingga 12 kelangsungan
bulan setelah akhir periode usahanya dimasa
pelaporan depan.
3 Penilaian dan Mengkaitkan penilaian dan Bahwa penilaian dan
pelaporan pengendalian pelaporan pengendalian pelaporan
internal atas pelaporan internal dengan pengendalian internal
keuangan. efektifitasnya tidak ada kaitannya
dengan efektifitas
pengendalian internal
klien yang diaudit
akan tetapi lebih
menekankan kepada
relevansinya dimana
hal tersebut terlihat
pada laporan
auditornya
4 Penilaian dan respons Untuk SPAP tidak Auditor harus
terhadap risiko sekomprehensif SIA dalam memperoleh seluruh
terhadap risiko yang hal penilaian dan respons informasi yang terkait

30
dinilai. terhadap risiko terhadap dengan risiko sama
risiko yang dinilai. halnya dengan respons
klien dalam menilai
risiko salah saji
material, termasuk
pemahaman atas
pengendalian
internalnya
5 Penggunaan auditor Auditor dapat merujuk Dalam penggunaan
lain untuk bagian suatu kepada laporan dan kertas auditor pengganti atau
audit. kerja auditor lain atau auditor lain, ISA tidak
sebelumnya dalam laporan mengijinkan auditor
auditor yang diterbitkan. utama menggunakan
referensi hasil audit
daripada auditor lain

2. Implementasi SIA di Indonesia


Sesuai dengan hasil research Agustina Prima dari UGM yaitu meneliti tentang
implementasi penggunana ISA di beberapa KAP afilisasi dan lokal yang berada di Indonesia.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa untuk KAP afiliasi sudah melaksanakan seluruh
standar audit yang di jabarkan pada ISA, sedangkan untuk KAP lokal ada beberapa ISA yang
belum diimplementasikan secara maksimal yaitu :
1. Untuk subunsur Prinsip-Prinsip Umum dan Tanggung Jawab : ISA/SA 240
Tanggung jawab auditor terkait dengan kecurangan dalam suatu audit atas laporan
keuangan.
2. Untuk subunsur Penilaian risiko dan respons terhadap risiko yang telah dinilai : ISA
402- Pertimbangan audit terkait dengan entitas yang menggunakan suatu organisasi
jasa.
3. Untuk subunsur bukti audit : ISA/SA 550 Pihak berelasi , ISA/SA 560 Peristiwa
kemudian, ISA/SA 570 Kelangsungan usaha, ISA/SA 580 Representasi tertulis
4. Untuk subunsur Penggunaan pekerjaan pihak lain : ISA/SA 600 Pertimbangan
khusus-audit atas laporan keuangan grup termasuk pekerjaan auditor komponen,
ISA/SA 610 Penggunaan pekerjaan auditor internal, ISA/SA 620 Penggunaan
pekerjaan seorang pakar auditor. Hampir semua belum diimplementasikan, itu
dikarenakan KAP lokal mempunyai auditee yang relative perusahaan kecil, sehingga
belum mempunyai anak perusahaan yang akan berkaitan dengan subunsur
Penggunaan pekerjaan pihak lain
5. Sub unsur Kesimpulan audit dan pelaporan : ISA/SA 705 Modifikasi terhadap opini
dalam laporan auditor independen, ISA/SA 706 Paragraf penekanan suatu hal dan
paragraf hal lain dalam laporan auditor independen

31
6. Sub unsur Area-area khusus : ISA/SA 800 Pertimbangan khusus-audit atas laporan
keuangan yang disusun sesaui dengan kerangka bertujuan khusus dan ISA/SA 805
Pertimbangan khsusu- audit atas laporan keuangan tunggal dan unsur, akun atau pos
spesifik dalam suatu laporan keuangan.

BAB II
KASUS

32
Kasus ini terkait audit umum atas Laporan Keuangan PT Bumi Citra Permai Tbk
periode 31 Desember 2013 oleh KAP Jamaludin, Ardi, Sukimto dan Rekan dengan akuntan
publik atas nama Ben Ardi, CPA. Sesuai pasal 52 PMK 17/PMK.01/2008 tanggal 5 Februari
2008 bahwa “dalam melakukan pengawasan, Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
(dalam hal ini Tim dari Pusat Pembinaan Profesi Keuangan) dapat melakukan pemeriksaan
secara berkala dan/atau sewaktu-waktu terhadap Akuntan Publik dan/atau KAP”. Bahwa
berdasarkan pemeriksaan Tim Pemeriksa dari PPPK terhadap akuntan publik Ben Ardi, CPA
dari KAP Jamaludin , Ardi, Sukimto dan Rekan, disimpulkan bahwa akuntan publik Ben
Sardi,CPA belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit (SA) dalam pelaksanaan audit umum
atas laporan keuangan PT Bumi Citra Permai, Tbk tahun buku 2013.
Bahwa ketidakpatuhan sebagaimana dimaksud merupakan pelanggaran terhadap
ketentuan Pasal 25 ayat (2) huruf b UU No.5 Tahun 2011 Akuntan Publik. Bahwa
berdasarkan pasal 63 PMK No.17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik,
ketidakpatuhan tersebut dikategorikan sebagai pelanggaran berat karena berpotensi
berpengaruh signifikan terhadap laporan auditor independen. Berdasarkan pertimbangan
tersebut Menteri Keuangan melalui KEP-445/KM.1/2015 memberikan sanksi pembekuan
izin akuntan publik Ben Ardi, CPA selama 6 bulan.

Analisa dari kelompok :


1. Ben Ardi,CPA tidak menyajikan informasi mengenai peningkatan harga saham dan
aktivitas tidak lazim dibandingkan periode sebelumnya (unusual market activity) pada
kurun waktu 2013, karena auditor tidak sepenuhnya melaksanakan ISA/SA 500 Bukti
audit dan tidak menemukan bukti atas ketidaklaziman ini dan tetap memberikan opini
WTP, padahal Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melakukan penghentian sementara
(suspensi) atas saham PT Bumi Citra Permai Tbk (BCIP). Suspensi saham BCIP dan
BCIP-W ini dilakukan karena adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan pada
saham BCIP sebesar Rp291 atau 146,23%, yaitu dari harga penutupan Rp199 pada 15
November 2013 menjadi Rp490 pada 28 November 2013 Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ben Ardi, CPA juga tidak sepenuhnya melaksanakan ISA/SA 315 Pengindentifikasian
dan penilaian risiko salah saji material melalui pemahaman atas entitas dan
lingkungannya, ISA/SA 320 Materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit dan
ISA/SA 330 Respons auditor terhadap risiko yang telah dinilai karena atas risiko adanya
ketidaklaziman tersebut tidak didalami dan tidak direspons sepenuhnya oleh auditor.
2. Bahwa Ben Ardi tidak sepenuhnya mematuhi ISA/SA 250 Pertimbangan atas peraturan
perundang- undangan dalam audit laporan keuangan, karena PT Bumi Citra Permai Tbk
adalah salah satu emiten yang masuk dalam daftar efek syariah. Pada tahun 2014 OJK
melakukan review karena untuk laporan keuangan 2013 PT Bumi Citra Permai Tbk
terdapat pendapat nonhalal sebesar 72,35%, sedangkan menurut ketentuan dari OJK

33
bahwa total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan
total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% (sepuluh
per seratus), dari review ini OJK mengeluarkan PT Bumi Citra Permai Tbk dari Daftar
Emiten Syariah. Seharusnya auditor menyajikan informasi ini dalam Laporan Keuangan
Perusahaan di CALK.

34
DAFTAR PUSTAKA

http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/03/20/bei-pantau-transaksi-saham-bumi-citra-permai
diakses 5 Mei 2016

http://pppk.kemenkeu.go.id/News/Details/22 diakses 5 Mei 2016

Theodorus M. Tuanakotta. 2013. “Audit Berbasis ISA”. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

http://www.belajarakuntansionline.com/contoh-jenis-jenis-bukti-audit/

http://auditorgila.blogspot.com/2008/05/adopsi-standar-auditing-dan-assurance.html
http://auditme-post.blogspot.com/2008/05/spap-kapan-full-adoption-ke-isa.html

http://iapi.or.id/multimedia/58-Standar-Audit-

35

Anda mungkin juga menyukai