DI INDONESIA
Disusun Oleh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan lancar. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Atiek Sri Purwati selaku dosen mata kuliah Auditing 1 kelas Akuntansi A
2016 yang telah memberikan tugas makalah ini sebagai sarana menambah ilmu
dan wawasan baik bagi penyusun sendiri maupun para pembaca. Terima kasih
kepada para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak lain yang
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
1. Kesimpulan
KASUS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Secara garis besar, ISA terdiri dari beberapa hal pokok, yaitu:
a) Tanggungjawab (Responsibilities)
b) Perencanaan Audit (Audit planning)
c) Pengendalian Internal (Internal Control)
d) Bukti Audit (Audit evidence)
e) Penggunaan oleh Ahli (Using work of other experts)
Standar auditing ISA mulai diterapkan pada tahun 2013 untuk emiten
dan tahun 2014 untuk non-emiten. Standar auditing tersebut wajib diterapkan
oleh akuntan publik dalam proses audit laporan keuangan historis entitas pada
semua ukuran dan kompleksitas. Tercapainya konvergensi terhadap standar
pelaporan internasional akan memudahkan penerapan standar audit secara
konsisten yang akan mengarah pada comparability laporan keuangan.
PENUTUP
1. Kesimpulan
ANALISIS
Dalam kasus tersebut, sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan
publik tersebut melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP). Berdasarkan etika profesi akuntansi, auditor tersebut telah
melanggar prinsip objektivitas. Dimana setiap anggota harus menjaga
objektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
PT Muzatek Jaya telah melakukan pelanggaran moral dan etika dalam
dunia bisnis dengan melakukan suap terhadap Akuntan Publik Petrus Mitra
Winata agar Akuntan Publik Petrus Mitra Winata hanya mengaudit laporan
keuangan umum. Dengan begitu PT Muzatek Jaya akan mendapatkan keuntungan
dari kecurangan tersebut dan Akuntan Publik Petrus Mitra Winata akan
mendapatkan keuntungan yang sesuai karena telah melakukan pekerjaan seperti
keinginan klien. Untuk membuat efek jera PT Muzatek Jaya seharusnya diberikan
sanksi baik sanksi pidana maupun sanksi sosial. Sebagai perusahaan yang cukup
besar, tentu saja masyarakat menilai bahwa PT Muzatek Jaya seharusnya
mempunyai integritas, moralitas, etika dan kemampuan untuk menghasilkan
laporan keuangan yang mempunyai kualitas baik sehingga membuat para investor
tertarik untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Tindakan
manipulasi ini, sudah membuat masyarakat berprasangka buruk terhadap kualitas
PT Muzatek Jaya dan akan berpengaruh terhadap nama baik perusahaan tersebut.
Sebagai seorang akuntan publik, Drs. Petrus Mitra Winata seharusnya
mematuhi Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku. Ketika memang
dia melakukan jasa audit, maka audit yang dilakukan harus sesuai dengan Standar
Auditing (SA) dalam SPAP. Sikap auditor yang seharusnya berdasar kasus
tersebut berdasarkan SA Seksi 504 Sumber PSA No.52 Paragraf 8- 9 berikut ini :
PERNYATAAN TIDAK MEMBERIKAN PENDAPAT BILA
AUDITOR TIDAK INDEPENDEN
09 Jika akuntan tidak independen, prosedur apa pun yang dilaksanakan tidak
akan sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia, dan ia akan terhalang dalam menyatakan pendapat atas laporan
keuangan. Oleh karena itu, ia harus menyatakan tidak memberikan
pendapat terhadap laporan keuangan dan harus menyatakan secara khusus
bahwa ia tidak independen.
Penelitian terhadap perilaku akuntan telah banyak dilakukan baik di luar
negeri maupun di Indonesia. Penelitian ini dipicu dengan semakin banyaknya
pelanggaran etika yang terjadi. Dari kondisi tersebut banyak peneliti yang ingin
mencari tahu mengenai faktor – faktor apa saja yang menjadi penentu atau
mempengaruhi pengambilan keputusan tidak etis atau pelanggaran terhadap etika.
Trevino (1990) menyatakan bahwa terdapat dua pandangan mengenai
faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan tidak etis yang dibuat oleh seorang
individu. Pertama, pandangan yang berpendapat bahwa tindakan atau
pengambilan keputusan tidak etis lebih dipengaruhi oleh karakter moral individu.
Kedua, tindakan tidak etis lebih dipengaruhi oleh lingkungan, misalnya sistem
reward dan punishment perusahaan, iklim kerja organisasi, dan sosialisasi kode
etik profesi oleh organisasi dimana individu tersebut bekerja.
Sementara Volker menyatakan bahwa para akuntan profesional cenderung
mengabaikan persoalan etika dan moral bilamana menemukan masalah yang
bersifat teknis, artinya bahwa para akuntan profesional cenderung berperilaku
tidak bermoral apabila dihadapkan dengan suatu persoalan akuntansi.
Selain itu Finn Etal juga menyatakan bahwa akuntan seringkali
dihadapkan pada situasi dilema yang menyebabkan dan memungkinkan akuntan
tidak dapat independen. Akuntan diminta untuk tetap independen dari klien, tetapi
pada saat yang sama kebutuhan mereka tergantung kepada klien karena fee yang
diterimanya, sehingga seringkali akuntan berada dalam situasi dilematis. Hal ini
akan berlanjut jika hasil temuan auditor tidak sesuai dengan harapan klien
sehingga menimbulkan konflik audit. Konflik audit ini akan berkembang menjadi
sebuah dilema etika ketika auditor diharuskan membuat keputusan yang
bertentangan dengan independensi dan integritasnya dengan imbalan ekonomis
yang mungkin terjadi atau tekanan di sisi lainnya.
KESIMPULAN
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/8304/Bab
%202.pdf?sequence=10